Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATAKULIAH ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

KUALITAS LINGKUNGAN SOSIAL DI KABUPATEN MANGGARAI

OLEH

NAMA :HELMINA NOYANA BAGUL

NIM :1807010186

KELAS :E

SEMESTER :IV

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
1. Unsur- unsur lingkungan hidup di Kabupaten Manggarai
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan makhluk hidup termasuk didalamnya adalah manusia dan prilakunya. Menurut
pasal 1 Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan, kesejateraan manusia dan makhluk hidup
yang lainnya.

Dalam konteks kehidupan masyarakat budaya Manggarai sangat ditekankan


kepada semua masyarakat yang mendiami suatu wilayah untuk tetap menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup. Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan
berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan
memancarkan suatu ciri khas dari suatu masyarakat yang tampak dari luar, artinya
orang asing dapat melihat kekhasan budaya suatu daerah atau kelompok. Dengan
menganalisa pengaruh dan akibat budaya dan lingkungan, seorang dapat mengetahui
suatu lingkungan berbeda dengan lingkungan yang lainnya dan tentu menghasilkan
kebudayaan yang berbeda. Lingkungan terdiri dari unsur – unsur yakni biotik, abiotik
dan sosial budaya yang saling berhubungan dan ketergantungan. Berikut adalah unsur
– unsur lingkungan hidup di kabupaten Manggarai:

a) Faktor Biotik
 Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Manggarai selama empat tahun berturut-


turut cenderung fluktuatif dimana pada tahun 2014 adalah 1,42%, tahun 2015 adalah
0,31% dari target 2% dengan tingkat capaian 184,861%. Tahun 2016 laju
pertumbuhan penduduk adalah 1,72% dan tahun 2017 sebesar 1,89% . Sesuai data
dari dinas kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten Manggarai tahun 2017,
jumlah penduduk kabupaten Manggarai adalah 350.656 jiwa atau bertambah 6.497
jiwa atau lebih tinggi dari tahun 2016 yang mencapai 344.159 jiwa.

 Tumbuh-tumbuhan/pangan

Kabupaten Manggarai kaya akan tumbuh – tumbuhan dan pangan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat maupun hewan untuk kelangsungan hidup. Perkebunan
di kabupaten Manggarai cukup strategis dalam upaya peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat, karena produk perkebunan yang dihasilkan dapat
memenuhi kebutuhan pasar nasional dan global seperti kopi, kakao, vanili, jambu
mente, cengkeh, dan kemiri. Komoditi – komoditi tersebut tidak mengalami kesulitan
untuk dikembangkan karena sudah lama ditanam oleh petani – petani di Manggarai.
Selain itu luas lahan dan jumlah produksi padi juga meningkat setiap tahunnya. Di
wilayah Manggarai ini juga banyak ditemukan hutan – hutan serta produk – produk
pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan menjadi sumber kekayaan.

Hutan alam di Kabupaten Manggarai luasnya sekitar 40% dari wilayah kabupaten
tersebut , yaitu 270.000 hektar dari wilayah kabupaten seluas 713.640 hektar. Taman
Wisata Alam Ruteng memiiki hutan terbaik di Kabupaten Manggarai karena
kandungan tanah vulkaniknya yang subur, merupakan perwakilan tipe ekosistem
hutan alam pegunungan, hutan alam dataran rendah dan hutan sekunder. Hutan di
Manggarai memiliki karakteristik yang berbeda dengan hutan-hutan di Kalimantan
karena keadaan iklim, jenis tanah, dan bentang lahan yang berbeda. Kalimantan
memiliki iklim yang cenderung basah dan Manggarai cenderung agak kering

 `Hewan

Di wilayah Manggarai ini, kita juga dapat menemukan banyak hewan terutama
hewan ternak yang juga menjadi sumber kekayaan bagi Masyarakat Manggarai.
Seperti ternak besar ( Sapi, kerbau, kuda), ternak kecil ( babi, kambing), ternak
unggas ( ayam, itik). Ternak – ternak ini tersebar di beberapa kecamatan di seluruh
wilayah Kabupaten Manggarai. Selain itu perikanan merupakan salah satu sector
pendukung perekonomian kabupaten Manggarai.

b) Abiotik
 Tanah

Jenis tanah di Wilayah Kabupaten Manggarai pada umumnya terdiri dari jenis
tanah alluvial, Mediteran, litosol, dan latosol. Berdasarkan kondisi geologi, dan
kondisi fisik permukaan kabupaten Manggarai yang merupakan wilayah pegunungan
dan perbukitan, maka secara umum wilayah kabupaten Manggarai termasuk kawasan
rawan bencana terutama gempa bumi dan longsor
 Iklim

Kabupaten Manggarai termasuk daerah yang beriklim tropis terdiri dari 2 musim
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara rata- rata berkisar antara 15,00
℃ hingga 24,70 ℃ dengan rata – rata 19,70 ℃ dan tingkat kelembaban rata- rata
85%.

 Air

Wilayah Kabupaten Manggarai memiliki sumber – sumber air yang berasal air
tanah, air permukaan, dan curah hujan. Sebagai daerah – daerah yang mempunyai
permukaan bergunung – gunung air tanah pada umumnya didapatkan dari mata air
yang berasal dari kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi jenis flora
dari tumbuhan pepohonan yang cukup rapat. Sumber air tanah dan air permukaan
(sungai) yang cukup penting keberadaannya di wilayah kabupaten Manggarai ini
adalah dengan adanya gunung Golo Lusang, Poco Ranaka, dan gunung – gunung
lainnya, dimana keberadaan beberapa sungai tersebut berasal dari mata air pada
gunung tersebut.

c) Sosial Budaya
 Religi/ latar belakang kepercayaan

Sebagaimana umumnya di Nusa Tenggara Timur , orang Manggarai juga percaya


kepada kehidupan yang tidak kelihatan, dunia roh dan leluhur. Konsep mengenai
kehidupan leluhur di dunia tak kelihatan tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan
mereka yang diwujudkan dalam bentuk upacara – upacara ritual, berupa pemberian
sesaji (persembahan), baik yang dilakukan didalam rumah adat maupun di
compang( altar/mesbah) atau tempat – tempat lainnya yang dianggap suci.

 Sistem Kekerabatan
Dalam sistem kekerabatan masyarakat (orang) Manggarai menganut sistem
patrilokal atau patrilinial, yakni garis keturunan berasal dari pihak ayah. Selain itu
mereka juga memegang sistem virilokal yakni pasangan yang telah menikah wajib
tinggal di rumah orang tua suami. Kesatuan kekerabatan yang terkecil dalam sistem
ini adalah keluarga inti yang disebut kilo. Kesatuan yang lebih luas atau besar lagi
setelah kilo adalah ame. Dan apabila lapisan tersebut sampai pada lapisan kelima atau
lebih maka kesatuan sosial ini disebut panga dan panga menjadi kesatuan yang lebih
luas lagi menjadi wa`u yang mempunyai pemukiman yang disebut ca beo
 Pelapisan Sosial
Pada masa prakemerdekaan masyarakat Manggarai dibedakan menjadi golongan
kelas atas disebut kraeng;kelas menegah disebut Gelarang dan kelas bawah
disebut ata lengge. Namun pasca kemerdekaan pelapisan sosial ini pun berubah
menjadi sistem pemerintahan yang lebih modern.
 Kesenian
Di Manggarai juga tumbuh dan berkembang berbagai jens kesenian khas daerah
ini seperti seni sastra, music, tari, lukis, disain,kriya. Dari berbagai jenis kesenian
itu, ada dua jenis yang sudah mencapai tingkat sebuah peradaban dan sudah
dikenal yaitu seni pertunjukkan caci dan seni rupa (kriya),songke.
 Ilmu Pengetahuan
Sejak dahulu orang Manggarai memiliki pengetahuan tentang alam sekitarnya,
baik fauna maupun flora dan seluruh ekosistemnya. Sistem dan pola hidup
masyarakat yang agraris mengharuskan mereka memiliki pengetahuan yang cukup
tentang flora, tanaman,atau tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan,
2. Daya Dukung Lingkungan di Kabupaten Manggarai

Menurut UU no 32 Tahun 2009, daya dukung lingkungan hidup adalah


kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk
hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya.

Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Manggarai selama empat tahun berturut-


turut cenderung fluktuatif. namun jumlah petani semakin banyak dan di kabupaten
Manggarai sampai saat ini masih ditemukan banyak lahan yang dikelola masyarakat
dalam upaya produktivitas padi atau bahan pangan utama local lainnya yang
mengalami peningkatan produksi. Faktor pendorong peningkatan produksi dan
produktivitas adalah adanya percetakan sawah, pembangunan jaringan irigasi,
penggunaan benih ungguk berlabel dan penerapan budi daya padi sehingga
menghasilkan produk – produk unggul yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
serta sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Produk perkebunan yang dihasilkan
juga dapat memenuhi kebutuhan pasar nasional dan global seperti kopi, kakao, vanili,
jambu mente, cengkeh, dan kemiri. Di wilayah Manggarai ini juga banyak ditemukan
hutan – hutan serta produk – produk pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
dan menjadi sumber kekayaan.

Konsep geografi menunjukkan bahwa Kabupaten Manggarai merupakan sebuah


tipe ekosistem hutan alam pegunungan, hutan alam dataran rendah, dan hutan alam
sekunder. Dan karena tanahnya vulkanik, hutan alam di Manggarai bisa tumbuh subur
walaupun tinggi pohonnya tidak maksimal. Secara konsep ekonomi, penghasilan
kabupaten Manggarai berupa kayu-kayu kelas dua yang di konsumsi untuk lokal dan
di bidang pariwisata yaitu menyajikan berbagai panorama keindahan alam berupa
hutan alam di daerah pegunungan Di Manggarai ada sebuah hutan kecil (Pong dalam
bahasa Manggarai) Wae Rungen yang terletak wilayah Desa Golo Meni, Kecamatan
Kota Komba. Pong ini keberadaannya masih asri sampai sekarang. Mata airnya masih
stabil meskipun pada saat musim kemarau. Wae Rungen memiliki keunikan yaitu
masyarakat menata dengan sedemikian rupa tempat untuk mandi dan timba air.
Pipanya tidak menggunakan bahan modern, akan tetapi masih menggunakan bahan
lokal yaitu bambu. Meskipun di era zaman sekarang sudah ada Badan Layanan
Umum Perusahan Air Minum (BLUD PAM) yang merupakan program Pemerintah
,namun masyarakat masih memperhatikan dan menggunakan air ini untuk minum dan
mencuci.

Pengembangan subsector peternakan di kabupaten Manggarai dilaksanakan


dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Manggarai dan menjadi salah
satu sumber pasokan ternak bagi daerah lain baik untuk jenis ternak besar, ternak
sedang,maupun ternak kecil. Berbagai upaya pengembangan telah dilaksanakan uang
telah tergambar pada hasil yang cukup yang ditandai oleh meningkatnya populasi
ternak. Lingkungan memberikan makna atau arti penting bagi manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan dapat memberikan sumber kehidupan
agar manusia dapat hidup sejaterah. Lingkungan hidup menjadi sumber dan
penunjang hidup. Dengan demikian, lingkungan mampu memberikan kesejahteraan
dalam hidup manusia.

Dalam konteks budaya Manggarai menjaga dan melestarikan lingkungan hidup


dikenal dengan istilah Ritong. Ritong merupakan usaha yang dilakukan oleh
sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa ataupun kelompok tertentu untuk
menjaga dan melestarikan alam sebagai hasil ciptaan Tuhan. Istilah dalam konteks
Manggarai tentang penciptaan lingkungan atau alam yaitu Awang Eta Tanah Wa, Bur
Awo Kolep Sale, Ulung Le’n Wa’ing Laun. Hal ini menjelaskan tentang hasil ciptaan
Tuhan Pencipta.

3. Daya Tampung Lingkungan di Kabupaten Manggarai

Menurut UU no 32 tahun 2009, daya tampung lingkungan adalah kemampuan


lingkungan hidup untuk menyerap suatu zat, energy,atau komponen lain yang masuk atau
di masukkan kedalamnya, Pada dasarnya lingkungan mempunyai kemampuan untuk
memulihkan dirinya sendiri, kemampuan tersebut disebut self puriviation.

Kepadatan Penduduk memang melahirkan berbagai masalah kehidupan manusia.


Salah satunya terkait sampah. Dimana ada kepadatan penduduk disitu pasti ada masalah
sampah. Seperti di ruteng yang dihuni oleh sebagian besar masyarakat kecamatan langke
rembong, kabupeten Manggarai, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan populasi
penduduk menyebabkan penghasilan sampah pun banyak yang bertebaran di titik kota
itu.Selain mengganggu, sampah – sampah yang dibuang bebas dipinggir jalan
menebarkan aroma bau busuk sehingga menyebabkan pencemaran udara.

Ruteng dijadikan sebagai ibukota kabupaten Manggarai. Selain itu, Ruteng juga
merupakan kota terpenting di Kabupaten Manggarai. Sekitar 4% penduduknya yaitu
2000 jiwa dari total penduduk 50.000 bergantung pada keberadaan hutan. Mereka
menggantungkan hidupnya pada hasil kayu yaitu dengan menebang dan kemudian
menjualnya, termasuk pula kayu bakar. Puluhan ribu hektar kawasan hutan konservasi di
Kabupaten Manggarai mengalami kerusakan. Kerusakan ini lebih dipicu penebangan liar
oleh penduduk. Sebagian besar penduduk Manggarai pendapatan utamanya adalah dari
menjual kayu, termasuk kayu bakar. Mereka menebang hutan dan kemudian menjualnya.
Tidak ada upaya timbal balik terhadap hutan yang dilakukan penduduk sehingga hal itu
akan berdampak buruk bagi kelestarian hutan di Manggarai. Hutan di Manggarai ini
semakin lama akan menjadi semakin sedikit apabila penduduk terus menebanginya. Dan
apabila kawasan hutan semakin berkurang, penduduk akan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka karena selama ini mereka menggantungkan hidup mereka pada
hasil kayu hutan. Berbagai bencana alam pun siap mengancam apabila hutan tidak dijaga
kelestariannya. Hal ini menegaskan bahwa daya tampung lingkungan sosial di kabupaten
Manggarai terlampaui.
Keterbatasan sumber daya alam merupakan tantangan nyata yang dapat menghambat
pencapaian target- target pembangunan. Diperlukan upaya dari berbagai sector untuk
mengatasi tantangan keterbatasan sumber daya alam.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto,Venansius. 2017. Subjek Petani Dalam Wacana Pembangunan Di Manggarai.


Journal Of Governance, 2(1), 2-10

Melki. 2018. Sampah Cemari Keindahan Kota Ruteng. Https://www.suaraflores.net/sampah-


cemari-keindahan-kota-ruteng (Diakses pada 4 April 2020)

Pemerintahan Kabupaten Manggarai. 2017. Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten


Manggarai. Manggarai. Inspektorat Daerah Kabupaten Manggarai.

Pemerintahan Kabupaten Manggarai, 2018. Laporan akhir Review Rencana Program


Investasi Jangka Menengah( 2017-2021) Kabupaten Manggarai. Manggarai. Inspektorat
Daerah Kabupaten Manggarai.

Uju,G.F.,dkk.2019.Kearifab Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Lindung


Kabupaten Manggarai. Jurnal Biotropikal Sains,16 (1),1-11

Anda mungkin juga menyukai