Anda di halaman 1dari 9

Majalah Kedokteran UKI 2016 Vol XXXII No.

3
Juli - September
Laporan Kasus

Diagnosis dan Tata Laksana Glomerulonefritis Streptokokus Akut pada Anak

Sudung O. Pardede*, Dewi K. Suryani

Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI/RSCM Jakarta

Abstrak
Glomerulonefiritis akut pasca streptokokus (GNAPS) adalah penyakit sindrom nefritik akut (SNA) yang disebabkan
infeksi Streptokokus beta hemolitikus strain nefritogenik. GNAPS ditandai dengan sindrom nefritik dan bukti
adanya infeksi streptokokus. GNAPS merupakan penyakit yang sembuh sendiri tetapi dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti hipertensi krisis, ensefalopati, retinopati, edema paru dan gagal jantung. Kasus ini adalah anak
laki-laki berumur 13 tahun 7 bulan dengan diagnosis GNAPS, yang ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan
pemeriksaan laboratorium, yang ditandai SNA seperti edema, hipertensi, hematuria makroskopis dan mikroskopis,
proteinuria, penurunan fungsi ginjal, riwayat faringitis dan infeksi kulit, kadar C3 yang rendah dan peningkatan
titer antistreptolisin O. Pada pasien ini terdapat komplikasi acute kidney injury dan hipertensi krisis. Tata laksana
dilakukan dengan terapi suportif yaitu rawat, diet nefritik, balans cairan, amoksisilin, diuretik, obat antihipertensi,
serta pemantauan tanda vital dan diuresis. Tata laksana memberikan hasil yang baik dan prognosis jangka lama
GNAPS pada anak biasanya baik.

Kata kunci: glomerulonefritis akut pasca streptokokus, sindrom nefritik akut, hematuria, hipertensi

Diagnosis and Management of Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis in Children

Abstract
Acute poststreptococcal glomerulonephritis (APSGN) is diseases with acute nephritic syndrome, which is caused
by nephritogenic strains of streptococcal infection. APSGN is characerized by nephritic syndrome and the proof
of streptococcal infection. APSGN is a self-limiting disease but may cause some complications such as crisis
hypertension, encephalopathy, retinopathy, pulmonary oedema, and cardiac failure. We are presenting a case of 13
years 7 month-old boy with the diagnosis of APSGN. The diagnosis of APSGN of this patient was based on clinical
manifestations and laboratory findings including acute nephritic syndrome such oedema, hypertension, macroscopic
and microskopic hematuria, proteinuria, decrease of renal function; history of phariygitis and pyodermia; low C3
level; and elevated antistreptolisin O titer. The patient suffered from complications, acute kidney injury and crisis
hypertension. The therapy for this patient was supportive, which included hospitalization, nephritic diet, balancing
fluid, amoxycillin, diuretics, antihypertensive drugs, monitoring of vital sign and diuresis. The patient had a good
outcome and the long term prognosis APSGN in children is usually excellent.

Key words: acute poststreptococcal glomerulonephritis, nephritic syndrome, hematuria, hypertension

*SOP: Penulis Koresponden; E-mail: suopard@yahoo.com

137
Pendahuluan Kasus

Glomerulonefritis akut (GNA) Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun 7


adalah suatu proses histopatologis berupa bulan datang pertama kali ke Instalasi Gawat
proliferasi dan inflamasi glomerulus akibat Darurat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
proses imunologik, dapat bermanifestasi (RSCM) tanggal 31 Maret 2014, dengan
klinis sebagai sindrom nefritik akut (SNA), keluhan buang air kemih berwarna merah
sindrom nefrotik, atau rapidly progressive kecoklatan sejak 3 hari sebelum masuk
glomerulonefritis.1,2 Definisi SNA adalah rumah sakit (SMRS).
kumpulan gejala klinis yang terdiri atas Berdasarkan aloanamnesis dengan ibu
hematuria, proteinuria, edema, hipertensi, pasien, diketahui bahwa sepuluh hari SMRS,
dan insufisiensi ginjal akut.1,3 Istilah pasien mengalami demam disertai batuk
GNA dan SNA sering digunakan secara pilek dan nyeri tenggorokan. Ibu membawa
bergantian. GNA merupakan istilah yang pasien ke puskesmas, dan diberikan obat
lebih bersifat histologik sedangkan SNA demam dan batuk pilek. Pasien mengalami
lebih bersifat klinik.2 perbaikan dalam tiga hari.
Glomerulonefritis akut pasca Tiga hari SMRS terdapat keluhan buang
streptokokus (GNAPS) adalah suatu air kemih (BAK) berwarna merah kecoklatan
bentuk peradangan glomerulus yang secara seperti air cucian daging, terus menerus
histopatologi menunjukkan proliferasi sepanjang berkemih, tanpa disertai rasa
dan inflamasi glomerulus. Peradangan nyeri. Pasien belum pernah BAK berwarna
tersebut terutama disebabkan proses kemerahan sebelumnya. Tidak terdapat
imunologis dengan mekanisme yang masih perubahan jumlah dan frekuensi BAK.
belum jelas. Penyakit ini didahului oleh Tidak terdapat keluhan nyeri pinggang,
infeksi Streptokokus β-hemolitikus grup bengkak maupun nyeri pada sendi. Tidak
A (SBHGA), dengan manifestasi klinis terdapat bercak kemerahan pada bokong
tersering yaitu sindrom nefritik akut.1,2 ataupun tungkai bagian bawah.
Insidens GNAPS di negara berkembang Dua hari SMRS pasien mengalami
ialah 2 kasus setiap 100.000 anak dalam satu bengkak pada kedua kelopak mata dan
tahun, sedangkan di negara maju hanya 0,3 wajah, terutama pada pagi hari dan sedikit
kasus setiap 100.000 anak.4,5 Berdasarkan berkurang pada siang hari. Tidak terdapat
konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia, keluhan bengkak di tungkai ataupun di perut.
GNAPS adalah suatu bentuk GNA yang Pasien masih dapat melakukan aktivitas
paling banyak dikenal, didahului oleh infeksi seperti biasa tanpa merasa sesak napas saat
SBHGA, dengan manifestasi klinis tersering berjalan. Pasien tidak merasakan tubuhnya
SNA.1,2 tampak kuning.
Tata laksana penyakit ini bersifat Satu hari SMRS, BAK masih berwarna
suportif.1 Prognosis GNAPS pada umumnya merah kecoklatan dengan jumlah yang
baik. Sebagian besar kasus akan sembuh, dirasakan berkurang, pasien dibawa ke
namun pada sebagian kecil kasus dapat rumah sakit di Tangerang, dilakukan
terjadi gangguan ginjal akut sehingga pemeriksaan laboratorium darah dan urin.
memerlukan pemantauan lebih lanjut.4,5 Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
Sajian kasus ini bertujuan untuk ada kelainam ginjal dan pasien disarankan
mengingatkan kembali diagnosis dan tata untuk dirawat di rumah sakit, dan dirujuk
laksana GNAPS pada anak. ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

138
(RSCM) untuk penanganan lebih lanjut oleh kesan gizi baik. Hasil pengukuran tanda vital
dokter ginjal anak. menunjukkan tekanan darah 150/110 mmHg,
Saat masuk rumah sakit, pasien merasa- frekuensi denyut nadi 98 kali per menit,
kan jumlah BAK yang semakin berkurang teratur, isi cukup; frekuensi napas 20 kali
dan masih berwarna coklat kemerahan per menit, teratur, kedalaman cukup; suhu
disertai bengkak pada kedua kelopak mata dan 37,5ºC. Kesan terdapat hipertensi derajat
wajah. Pasien tidak mengeluh sakit kepala, II. Selama pemantauan, tekanan darah naik
pandangan kabur, muntah maupun kejang. menjadi 180/120 mmHg dan didiagnsis
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit dengan hipertensi krisis dan teratasi dengan
ginjal ataupun riwayat penyakit ginjal pada pemberian nifedipin sublingual 0,1 mg/kgbb.
keluarga. Sejak usia 3 tahun, pasien sering Pada pemeriksaan mata, didapatkan
mengalami gatal-gatal pada kulit dan luka kedua palpebra tampak edema, konjungtiva
bila digaruk. Keluhan gatal didahului oleh tidak pucat dan sklera tidak ikterik. Pada
gigitan serangga. rongga mulut terlihat tonsil ukuran T1-T1,
Pasien adalah anak kedua dari tiga tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.
bersaudara, lahir spontan di puskesmas, Bunyi jantung I dan II terdengar normal,
ditolong oleh bidan, cukup bulan dengan tidak terdapat bising maupun irama derap.
berat lahir 3100 gram, panjang lahir 51 cm. Pada pemeriksaan paru terdengar suara napas
Pasien langsung menangis ketika lahir, tidak vesikular, tidak terdapat ronki. Abdomen
terdapat riwayat biru maupun kuning. Selama terlihat datar, teraba lemas, hati dan limpa
hamil, ibu pasien melakukan pemeriksaan tidak teraba, bising usus normal, tidak
kehamilan secara rutin di bidan. Riwayat terdapat nyeri tekan dan nyeri ketok di sudut
imunisasi dasar kesan lengkap. Pasien saat kostovertebra. Keempat ekstremitas teraba
ini bersekolah di kelas 2 Sekolah Menengah hangat dengan waktu pengisian kapiler
Pertama (SMP) dan tidak pernah tinggal kurang dari dua detik. Pada kedua tungkai
kelas. Riwayat nutrisi, kesan kuantitas dan tampak ruam papul hiperpigmentasi, milier,
kualitas cukup. Pasien tinggal di daerah multipel, diskret dengan multipel ekskoriasi
perkampungan, ukuran rumah 7x15 m, terdiri dan krusta hitam, skuama putih kasar, dan
atas 3 kamar, 1 jendela, dengan ventilasi terdapat pitting edema. Tidak ada kelainan
kurang. Pasien sering bermain ke sawah pada genitalia.
dan pulang dalam kondisi badan yang kotor; Pemeriksaan urinalisis di RS Tangerang
kesan kebersihan diri kurang. Ayah pasien menunjukkan warna urin coklat, jernih
bekerja sebagai pedagang pakaian di pasar, dengan berat jenis 1,025, pH 5, protein
sedangkan ibu pasien memiliki warung kecil +3, bilirubin negatif, reduksi negatif,
yang berada di depan rumah. Pembiayaan nitrit negatif, darah/Hb +3, keton negatif,
kesehatan menggunakan fasilitas Jaminan urobilinogen 3,5 µmol/L, leukosit 4-7/lpb,
Kesehatan Nasional. eritrosit penuh, epitel positif, silinder negatif,
Pada pemeriksaan fisik, pasien sadar, kristal negatif, bakteri negatif. Pemeriksaan
tidak sesak, terdapat sembab pada kedua darah menunjukkan kadar hemoglobin (Hb)
kelopak mata. Berat badan (BB) 49 kg, 11 g/dL, hematokrit (Ht) 34 %, leukosit
tinggi badan (TB) 159 cm, berdasarkan 11,200 /uL, trombosit 283,000 /uL. Hitung
kurva CDC, berat badan menurut umur jenis memperlihatkan basofil 0%, eosinofil
(BB/U) 94%, TB menurut umur (TB/U) 1%, netrofil batang 3%, netrofil segmen 76%,
98% dan BB menurut TB (BB/TB) 104%. limfosit 15%, monosit 5%. Laju endap darah
Secara klinis dan antropometri didapatkan 98 mm/jam, bilirubin total 0,68 mg/dL,

139
bilirubin direk 0,25 mg/dL, bilirubin indirek perawatan, masih terdapat BAK kemerahan,
0,43 mg/dL. Pemeriksaan laboratorium tidak bengkak dan tidak demam. Pasien
tambahan di RSCM menunjukkan protein masih dalam hipertensi derajat II sehingga
total 6,9 g/dL, albumin 3,26 g/dL, globulin pengobatan antihipertensi masih dilanjutkan.
3,64 g/dL, albumin-globulin ratio 0,9, Pada perawatan hari ke-7 pemeriksaan
trigliserida 116 mg/dL, kolesterol total 161 ureum 65 mg/dL, kreatinin 1,7 mg/dL, LFG
mg/dL, kolesterol HDL 34 mg/dL, kolesterol 68,2 mL/menit/1,73 m2. Hasil pemeriksaan
LDL 95 mg/dL, kadar C3: 18 mg/dL (nilai darah natrium 128 mEq/L, kalium 3,73
normal: 90-180 mg/dL), kadar C4: 5 mg/dL mEq/L, klorida 86,4 mEq/L, kalsium 8,7
(normal: 10-40 mg/dL), titer antistreptolisin mg/dL, kalsium ion 1,09 mmol/L, dan fosfat
O (ASO) 357 IU/mL (normal: < 200 IU/ inorganik 5,9 mg/dL. Pada perawatan hari
mL), ureum 187,3 mg/dL, kreatinin 2,92 mg/ ke-9, tekanan darah sudah terkontrol dan
dL, dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) nifedipin dihentikan. Selama perawatan
37,4 mL/menit/1,73 m2. Hasil pemeriksaan terdapat perubahan warna urin pasien
darah lainnya: natrium 141 mEq/L, kalium menjadi lebih bening, dan pemeriksaan urin
4,5 mEq/L, klorida 108 mEq/L, kalsium 8,4 ulangan menunjukkan secara makroskopis
mg/dL, kalsium ion 1,08 mmol/L, fosfat warna urin coklat, jernih dengan berat jenis
inorganik 6,8 mg/dL, dan magnesium darah 1,015, pH 6, protein +2, bilirubin negatif,
2,55 mg/dL. reduksi negatif, nitrit positif, darah/Hb +3,
Pasien didiagnosis dengan GNAPS, keton negatif, urobilinogen 3,2 µmol/L,
hipertensi krisis, acute kidney injury dan leukosit urin 12-14/lpb, eritrosit banyak,
prurigo. Pasien menjalani perawatan di epitel positif, silinder hialin 0-1/lpb, kristal
RSCM dan mendapatkan terapi berupa negatif, bakteri positif. Pada hari perawatan
tirah baring, diet nefritis berupa makan ke-11, pasien dipulangkan dalam kondisi
biasa, rendah garam dan rendah protein umum baik dan dianjurkan kontrol ke
(2000 kal, garam 1 g//hari, protein 0,5 g/ poliklinik.
kgbb/hari). Dilakukan balans cairan dan
diberikan kaptopril 3x37,5 mg per oral, Diskusi
furosemid 2x40 mg, nifedipin 3x5 mg,
amoksisilin 3x500 mg, CaCO3 50 mg/ Penyakit GNAPS lebih sering mengenai
kg/hari (pengikat fosfat) diberikan saat lelaki daripada perempuan, dengan
makan untuk mengatasi hiperfosfatemia. perbandingan 2:1.1 Data di RSCM pada
Pasien dikonsulkan ke Departemen Kulit tahun 2005 menunjukkan bahwa terdapat
dan Kelamin dan didiagnosis insect bite 45 pasien GNAPS antara tahun 1998-2002,
hypersensitivity dengan anjuran mandi 2 kali terdiri dari 26 laki-laki dan 19 perempuan,
per hari dan ganti pakaian 2-3 kali per hari, dengan usia antara 4-14 tahun, dan umur
setirizin 1x10 mg, salep mometason furoat yang paling sering yaitu 6-11 tahun.6 Usia
dioleskan pada kulit 1 kali per hari. Pasien anak saat terkena GNAPS bervariasi antara
dikonsulkan ke Departemen Mata dengan 2,5 sampai 15 tahun, dengan median
jawaban tidak ditemukan tanda retinopati usia 8,5 tahun. Penelitian multisenter
hipertensi. di Indonesia melaporkan sekitar 68,9%
Selama pemantauan, BAK masih pasien GNAPS berasal dari sosioekonomi
berwarna coklat kemerahan, bengkak pada rendah dan 82% berasal dari keluarga
kelopak mata berkurang, tidak demam, tidak dengan tingkat pendidikan yang rendah.7
sesak, lesi di kulit perbaikan. Pada hari ke-4 Selain itu, sering terjadi pada kondisi

140
kebersihan yang buruk dan memiliki tempat keluarga yang menyebabkan gagal ginjal,
tinggal yang jauh dari fasilitas pelayanan pikirkan diagnosis sindrom Alport.10
kesehatan.1,4,5,8 Hal yang sama terjadi pada Pasien berumur 13 tahun 7 bulan
pasien ini, seorang anak laki-laki berusia dengan buang air kemih kemerahan, edema,
13 tahun 7 bulan, yang tinggal di daerah buang air kemih berkurang yang timbul
perkampungan dengan kebersihan diri mendadak mengarah pada kemungkinan
kurang, dan keadaan sosioekonomi yang glomerulonefritis akut. Tidak ditemukannya
rendah, yang digambarkan dengan ayah riwayat hematuria gros berulang, demam,
yang bekerja sebagai pedagang pakaian penurunan berat badan, ruam, nyeri perut
di pasar, sedangkan ibu memiliki warung ataupun hemoptisis, dan tidak terdapat
kecil di depan rumah dengan pembiayaan riwayat penyakit ginjal dalam keluarga,
kesehatan menggunakan fasilitas Jaminan menyebabkan pemikiran kemungkinan
Kesehatan Nasional. beberapa penyakit tersebut di atas dapat
Manifestasi klinis GNAPS bervariasi disingkirkan sehingga kemungkinan
mulai dari bentuk asimtomatik sampai diagnosis mengarah pada GNAPS.
gejala yang khas. Bentuk asimtomatik Kemungkinan diagnosis GNAPS diperkuat
lebih banyak daripada bentuk simtomatik.2 dengan adanya riwayat infeksi saluran napas
Manifestasi klinis yang khas yaitu berupa akut 10 hari sebelum terjadi BAK berwarna
SNA yang terdiri atas kumpulan gejala kemerahan serta infeksi di kulit yang sudah
berupa hematuria, edema, hipertensi, dapat lama diderita. Pada pemeriksaan fisik
disertai proteinuria dan penurunan fungsi didapatkan prurigo yang menggambarkan
ginjal. Sindrom nefritik ini didahului oleh adanya infeksi kulit sebelum terjadinya
infeksi saluran napas akut atau infeksi manifestasi klinis glomerulonefritis akut.
kulit.1,9 Sebanyak 45,8% kasus GNAPS Oliguria dapat terjadi pada 50 % pasien.
didahului oleh infeksi saluran napas akut Laju filtrasi glomerulus seringkali menurun
dan 31,6% oleh infeksi kulit.7 Onset gejala selama periode akut. Periode akut biasanya
timbul secara tiba-tiba, terjadi 1-2 minggu berlangsung selama 6-8 minggu. Periode
setelah pasien menderita faringitis atau penyembuhan terjadi setelah kelebihan
infeksi saluran napas akut, atau 3-6 minggu cairan diatasi dengan diuresis, baik spontan
setelah infeksi kulit (pioderma).1 ataupun dengan obat, bersamaan dengan
Anamnesis yang cermat dapat tekanan darah yang kembali normal, dan
membantu menyingkirkan diagnosis resolusi hematuria gros dan proteinuria.11
banding GNAPS. Nyeri abdomen, diare, Hematuria dapat berupa hematuria
hematokezia, nyeri sendi, ruam, dan artalgia makroskopik maupun mikroskopik.
merupakan gejala vaskulitis sistemik Hematuria makroskopik terlihat berwarna
seperti pada purpura Henoch Schonlein. coklat kemerah-merahan atau seperti teh
Hematuria gros berulang yang tidak disertai pekat, air cucian daging atau berwarna seperti
rasa nyeri merupakan salah satu gejala cola.12 Hematuria mikroskopik ditemukan
nefropati IgA. Demam, penurunan berat pada seluruh pasien, sedangkan hematuria
badan, nyeri dada, dan artritis mengarah makroskopik terdapat pada sepertiga
pada penyakit lupus eritematosus sistemik. pasien.1 Edema berupa wajah sembab,
Hemoptisis atau batuk dapat terlihat pada edema pretibial atau berupa gambaran
sindrom pulmonary-renal seperti sindrom sindrom nefrotik, merupakan keluhan utama
Goodpasture’s dan granulomatosis Wagener. yang lebih sering muncul pada anak (90%)
Apabila terdapat riwayat penyakit ginjal di bila dibandingkan dengan pasien dewasa

141
(75%). Hipertensi yang mendadak tinggi dilakukan pemeriksaan laboratorium
selama 3-5 hari terdapat pada 60-80% urinalisis, darah tepi, kimia darah,
anak dan seringkali cukup parah sehingga dan serologi.1,2 Urinalisis merupakan
membutuhkan pengobatan antihipertensi. pemeriksaan awal yang harus dilakukan
Edema dan hipertensi dapat menghilang untuk menegakkan diagnosis pada pasien
dalam 5-10 hari.1 Proteinuria masif dengan tersangka glomerulonefritis akut.11 Urinalisis
atau tanpa tanda sindrom nefrotik lain dapat menunjukkan hematuria yang sering disertai
ditemukan pada 2-4% kasus. Azotemia penemuan sel torak, proteinuria, dan leukosit
terjadi pada 25-30% pasien, namun jarang polimorfonuklear.3
hingga membutuhkan dialisis. Gejala lain Diagnosis GNAPS ditegakkan
yang tidak spesifik meliputi lemas, nyeri berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
kepala, mual.1 Pada penelitian multisenter di dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien
Indonesia didapatkan gambaran klinis yang ini, berdasarkan anamnesis ditemukan
seringkali muncul yaitu edema periorbital edema, air kemih berwarna kemerahan,
(76,3%), hipertensi (61,8%), hematuria gros diuresis berkurang dengan riwayat infeksi
(53,6%) dan oligouria (23,9%).7 saluran napas akut atau infeksi kulit. Pada
Pada tahun, 2004, National High Blood pemeriksaan fisik, didapatkan edema
Pressure Education Program Working dan hipertensi dan kelainan kulit berupa
Group on High Blood Pressure in Children prurigo. Temuan ini disertai buang air kemih
and Adolescents (2004) merevisi definisi berwarna kemerahan dengan jumlah yang
tersebut menjadi hipertensi adalah tekanan berkurang yang timbul mendadak mengarah
darah sistolik atau diastolik > persentil 95th kecurigaan diagnosis glomerulonefritis akut.
berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tinggi Pada pasien ini, urinalisis menunjukkan
badan pada > 3 kali pemeriksaan saat protein +3, reduksi negatif, nitrit negatif,
yang berbeda. Hipertensi dibagi menjadi darah/Hb +3, leukosit 4-7/lpb, eritrosit
dua stadium. Hipertensi stadium 1 adalah penuh. Pada pemeriksaan darah didapatkan
hipertensi dengan tekanan darah berkisar anemia ringan (Hb 11 g/dL) yang disebabkan
antara persentil > 95th sampai persentil hemodilusi.
99th plus 5 mmHg berdasarkan umur, jenis Pada pasien ini terdapat hipoalbuminemia
kelamin, dan tinggi badan. Hipertensi ringan (albumin 3,26 g/dL) yang disebabkan
stadium 2 adalah hipertensi dengan tekanan hemodilusi. Meski terdapat proteinuria 3+
darah > persentil 99th plus 5 mmHg dan edema, diagnosis sindrom nefrotik
berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tinggi tidak sesuai pada pasien ini karena
badan.13 Hipertensi krisis didefinisikan hipoalbuminemia tidak di bawah 2,5 g/
jika tekanan darah diastolik > 120 mmHg dL dan tidak terdapat hiperkolestrolemia
dan atau tekanan darah sistolik > 180 (kolesterol pasien ini normal). Selain itu,
mmHg, atau setiap tingkat hipertensi yang usia pasien lebih sesuai dengan GNAPS
disertai komplikasi ensefalopati hipertensi, karena sindrom nefrotik biasanya terjadi
dekompensasio kordis, atau kelainan retina pada usia 2-5 tahun.
berupa perdarahan atau edema papil.3,4 Pada Penurunan fungsi ginjal ditandai
bayi anak < 5 tahun, didefinisikan hipertensi dengan oliguria dan peningkatan kreatinin
krisis jika tekanan darah meningkat 50% dan ureum darah. Oliguria yang timbul
dari nilai tekanan darah normal atau 1 mendadak disertai hasil laboratorium ureum
1/2 kali batas atas tekanan darah normal 187,3 mg/dL, kreatinin 2,92 mg/dL, dengan
berdasarkan umur dan jenis kelamin.14 LFG 37,4 mL/menit/1,73 m2 menunjukkan
Untuk menunjang diagnosis klinis, terdapat acute kidney injury tahap injury. Hal

142
ini sesuai dengan kriteria pediatrik RIFLE/ napas akut dan infeksi kulit berupa prurigo.
pRIFLE. Pada pRIFLE, untuk menentukan Tata laksana GNAPS bersifat suportif
acute kidney injury tahap risk (risiko) dan ditujukan untuk mengatasi efek akut
waktu keluaran urin yang diperlukan adalah insufisiensi ginjal dan hipertensi.3 Pasien
8 jam atau penurunan eCCl 25%, untuk dengan SNA membutuhkan perawatan di
menentukan tahap injury diperlukan waktu rumah sakit. Pasien dianjurkan untuk tirah
keluaran urin > 16 jam atau penurunan baring dengan pembatasan asupan cairan
eCCl 50%, sedangkan waktu keluaran urin dan natrium.1 Restriksi garam dan pemberian
yang diperlukan untuk menentukan failure loop diuretik merupakan lini pertama tata
adalah <0,3mL/kgbb/ jam selama > 24 jam laksana untuk mengatasi kelebihan cairan
atau anuria selama 12 jam atau penurunan dan hipertensi.17,18,19 Jumlah garam yang
eCCl 75% atau < 35 mL/menit/ 1,73m2 diberikan perlu diperhatikan. Bila edema
LPB.15 Gangguan elektrolit dapat berupa berat, diberikan makanan tanpa garam,
hiperkalemia, hiperfosfatemia dan asidosis sedangkan pada edema ringan, pemberian
metabolik.16 Pada pasien ini terdapat garam dibatasi sebanyak 0,5-1 g/hari. Protein
kelainan elektrolit berupa hiperkalemia, dibatasi bila kadar ureum meninggi, yaitu
hiperfosfatemia, dan asidosis metabolik sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari. 17,19 Asupan
yang terjadi karena acute kidney injury. cairan harus diperhitungkan dengan baik,
Pembuktian infeksi streptokokus di- terutama pada penderita oligiuria atau anuria,
perlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis jumlah cairan yang masuk harus seimbang
GNAPS. Kultur usap tenggorok yang positif dengan pengeluaran.2 Tata laksana untuk
dapat mendukung diagnosis tetapi jarang mengatasi hipertensi meliputi pembatasan
dilakukan karena nilai positivitas usap natrium, dan antihipertensi seperti diuretik,
tenggorok sangat rendah dan hasil yang angiotensin converting-enzyem inhibitor,
positif dapat juga menggambarkan karier. angiotensin receptor blocker, calcium
Kenaikan titer antibodi terhadap antigen channel antagonist, vasodilator, dan lain-
streptokokus dapat mengkonfirmasi riwayat lain.3 Pada pasien dengan edema, hipertensi
infeksi streptokokus. Titer ASO meningkat dan bendungan sirkulasi, maka pemberian
setelah infeksi saluran napas akut, loop diuretic bermanfaat untuk mengurangi
namun infeksi kulit jarang menyebabkan edema dan mengatasi hipertensi yang
peningkatan ASO.17 Selain titer ASO, disebabkan ekspansi volume ekstraselular.
pemeriksaan antibodi yang dapat digunakan Angiotensin converting enzyme inhibitor
untuk mengetahui infeksi streptokokus umumnya tidak diberikan pada fase akut
adalah uji streptozim yang dapat mendeteksi berisiko menyebabkan penurunan LFG dan
zat anti terhadap DNAase B, hialurodinase, hiperkalemia.17 Tata laksana hipertensi krisis
dan streptokinase.4 GNAPS ditandai dengan meliputi pemberian antihipertensi yang
kadar C3 yang rendah yang dapat disertai onsetnya cepat, misalnya nifedipin, klonidin,
penurunan C4. Kadar C3 biasanya menurun nikardipin, nitroprusid, diazoksida dan
pada fase akut dan akan kembali ke nilai labetalol, di samping terapi antihipertensi
normal 6-8 minggu setelah onset.12 lainnya.14 Pemberian antihipertensi
Pada pasien ini, terdapat titer ASO nifedipin pada pasien dengan hipertensi
357 IU/mL yang meningkat disertai kadar krisis biasanya efektif.1
C3 (18 mg/dL) dan kadar C4 (5 mg/dL) Pasien ditata laksana secara suportif
yang menurun yang menggambar GNA untuk mengatasi edema, hipertensi
disebabkan pasca infeksi streptokokus. Hal termasuk hipertensi krisis dan acute kidney
ini diperkuat dengan riwayat infeksi saluran injury yang meliputi tirah baring, balans

143
cairan, nutrisi adekuat melalui pemberian Biopsi ginjal umumnya tidak diperlukan
makan biasa nefritik 2000 kal, garam 16 g/ untuk diagnosis GNAPS, namun dapat
hari, dan protein 0,5-1 g/kg/hari. Antibiotik dilakukan bila terdapat manifestasi klinis
amoksisilin diberikan untuk eradikasi kuman. yang atipikal, di antaranya kadar komplemen
Hipertensi diterapi dengan pembatasan yang normal, infeksi streptokokus tidak
garam, diuretik furosemid 2 x 40 mg, dan dapat dibuktikan dengan peningkatan ASO
antihipertensi kaptopril 3x37,5 mg. Karena ataupun titer streptozim, penurunan kadar
terdapat hipertensi, diberikan nifedipin 3x5 C3 bertahan lebih dari 2 bulan setelah onset
mg. Keadaan hiperfosfatemia diatasi dengan penurunan ginjal terutama jika LFG tetap
pengikat fosfat CaCO3 50 mg/kg/hari < 30 mL/menit/1,73 m2 selama lebih dari 1
diberikan bersamaan dengan makanan. minggu.18 Pada kasus ini, tidak perlu biopsi
Pemberian antibiotik pada GNAPS ginjal karena tidak terdapat indikasi seperti
sampai sekarang masih dipertentangkan. disebutkan sebelumnya.
Terdapat pendapat yang mengatakan Komplikasi yang dapat terjadi yaitu
antibiotik hanya diberikan bila biakan hipertensi krisis atau ensefalopati, gangguan
apusan tenggorok atau kulit positif untuk ginjal akut, retinopati dan edema paru.2 Pada
streptokokus, sedangkan pendapat lain suatu penelitian multisenter di Indonesia
mengatakan secara rutin memberikan didapatkan komplikasi yang sering terjadi
antibiotik dengan alasan biakan negatif belum yaitu edema paru akut (11,5%), ensefalopati
dapat menyingkirkan infeksi streptokokus. hipertensi (9,2%), gangguan ginjal akut
Antibiotik yang dapat diberikan untuk (10,5%).8 Pada pasien ini terdapat hipertensi
eradikasi kuman, yaitu golongan penisilin, krisis yang mengalami perbaikan dengan
amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis pemberian nifedipin dan tata laksana
selama 10 hari. Jika terdapat alergi terhadap yang baik. Acute kidney injury merupakan
penisilin, dapat diberikan eritromisin komplikasi lain yang dengan tata laksana
dengan dosis 30 mg/kgbb/hari.2 Walaupun suportif, fungsi ginjal mengalami perbaikan
pengobatan dengan antibiotik golongan hingga LFG menjadi 68,2 mL/menit/1,73 m.2
penisilin selama 10 hari direkomendasikan Walaupun eksresi protein urin dan
untuk membatasi penyebaran organisme hipertensi akan kembali normal dalam 4-6
nefritogenik, antibiotik tidak memengaruhi minggu setelah onset, mikroskopik hematuria
perjalanan penyakit GNAPS.3 Terdapat persisten dapat bertahan 1-2 tahun.1,3
tantangan untuk menentukan siapa yang harus Prognosis jangka pendek pada GNAPS
diterapi ketika diagnosis infeksi streptokokus cukup baik.18 Sebagian besar pasien dengan
masih belum pasti. Pada pasien dengan GNAPS akan sembuh dalam 6 minggu,
infeksi kulit, keputusan untuk memberikan bersamaan dengan kembali normalnya
antibiotik lebih mudah, karena diagnosis fungsi ginjal. Beberapa pasien akan terus
banding infeksi kulit tersebut adalah mengalami hematuria mikroskopik hingga 5
impetigo stafilokokus atau streptokokus,dan tahun, namun sebagian besar memperlihatkan
keduanya perlu ditangani dengan penisilin. penyembuhan yang cepat dan prognosis
Pada faringitis streptokokokus, penilaian jangka panjang yang baik.8 Prognosis yang
klinis dapat menyebabkan kesalahan baik pada GNAPS disebabkan karena tingkat
mendiagnosis nyeri tenggorokan oleh kesembuhan penderita GNAPS dapat
infeksi streptokokus pada 20-40% kasus.4 mencapai hingga 95%.1 Hanya kurang dari
Pada pasien ini diberikan amoksisilin 3x500 1% akan mengalami RPGN. GNAPS yang
mg sebagai eradikasi kuman dan untuk berulang jarang ditemukan, tetapi dapat
mengatasi infeksi kulit. terjadi akibat infeksi streptokokus dari strain

144
nefritogenik yang berbeda.1­ Pada pasien ini, 7. Albar H, Rauf S. The profile of acute
prognosis quo ad vitam, ad functionum, dan glomerulonephritis among Indonesian Children.
Paediatr Indones. 2005;45:264–9.
ad sanationum adalah bonam. Dengan tata 8. Thomson PD, Kaplan BS, Meyers KEC. Acute
laksana yang adekuat, pasien ini pulang post-infectious glomerulonephritis. Dalam:
dalam keadaan umum yang baik meskipun Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting. Pediatric
pasien mengalami komplikasi acute kidney Nephrology and Urology. The requisites in
injury dan hipertensi krisis. Pediatrics. Philadelphia: Elsevier; 2004. h. 131-6.
9. Noer MS. Glomerulonefritis akut pasca
streptokokus. Dalam: Noer MS, Soemyarso NA,
Penutup Subandiyah K, Prasetyo RV, Alatas H, Tambunan
T dkk, penyunting. Kompendium nefrologi anak.
Glomerulonefritis akut pasca Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2011.h.57-62.
streptokokus adalah peradangan glomerulus 10. Pan GC. Evaluation of gross hematuria. Pediatr
Clin N Am. 2006;53:401-12.
karena proses imunologis dengan mekanisme 11. Ahn SY, Ingulli E. Acute poststreptococcal
yang didahului infeksi Streptokokus glomerulonephritis: an update. Curr Opin Pediatr.
β-hemolitikus grup A dengan manifestasi 2008;20:157-62.
klinis tersering berupa sindrom nefritik akut. 12. Welch TR. An approach to the child with acute
Komplikasi GNAPS antara lain hipertensi glomerulonephritis, review article. Int J Pediatr.
2012;3:1-3.
ensefalopati, gangguan ginjal akut, dan 13. National High Blood Pressure Education
edema paru. Dengan terapi yang adekuat, Program Working Group on High Blood Pressure
GNAPS akan sembuh tanpa gejala sisa. in Children and Adolescents.The fourth report on
Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High
Daftar Pustaka Blood Pressurein Children and Adolescents.
Pediatrics. 2004;114:555-76.
14. Alatas H. Ensefalopati hipertensi. Naskah
1. Iturbe BR, Mezzano S. Acute post infectious
simposium dan workshop sehari: Kegawatan
glomerulonephritis. Dalam : Avner ED, Hormon
pada penyakit ginjal anak. Makasar, 27-28 Mei,
WE, Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting.
2006,17-28
Pediatric Nephrology, Completely Review,
15. Andreoli SP. Acute kidney injury in children.
Updated and Enlarged Edition, edisi ke-6, Berlin
Pediatr Nephrol. 2009;24:253-63.
Heidelberg: Springer-Verlag; 2008.h.743–55.
16. Smith JM, Faizan MK, Eddy AA. The child with
2. Rauf S, Albar H, Aras J. Konsensus
acute nephritic syndrome. Dalam: Webb NAJ,
glomerulonefritis akut pasca streptokokus.
Postlethwaite RJ, penyunting. Clinical Paediatric
Jakarta: Balai Penerbit Ikatan Dokter Anak
Nephrology, edisi ketiga. Oxford, Oxford
Indonesia; 2012.h.1-21.
University Press, 2003.h.367-79.
3. Behrman RE, Kliegman R. Acute postreptococal
17. Eison M. T, Ault H.B. Post-streptococcal acute
glomerulonephritis. Dalam : Nelson’s Essentials
glomerulonephritis in children: clinical feature
of Pediatrics. Philadelpia: WB Saunders; 2004.
and pathogenesis. Pediatr Nephrol. 2011;26:165-
hal 1740-1.
80.
4. Iturbe BR. Musser JM. The current state of
18. Kasahara T, Hayakawa H, Okubo S. Okugawa T.
poststreptococcal glomerulonephritis. J Am Soc
Kabuki N. Tomizawa S, et al. Prognosis of acute
Nephrol. 2008;19:1855-64.
poststreptococcal glomerulonephritis is excellent
5. Kanjanabuch T, Kittikowit W, Eiam-Ong S. An
in children, when adequately diagnosed. Pediatr
update on acute post-infectious glomerulonephritis
Int. 2001;43:364-67.
worldwide. Nature Rev Nephrol. 2009;5:259-69.
19. Zaffanello M, Cataldi L, Franchini M, Fanos V.
6. Pardede SO, Trihono PP, Tambunan T. Gambaran
Evidence-based treatment limitations prevent
klinis glomerulonefritis akut pada anak di
any therapeutic recommendation for acute
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit
poststreptococcal glomerulonephritis in children.
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri.
Med Sci Monit. 2010;16:79-84.
2005;6:144-8.

145

Anda mungkin juga menyukai