Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH BERKUMUR DENGAN LARUTAN MADU TERHADAP

pH SALIVA PADA WANITA KAUM IBU JEMAAT GETSEMANI


DESA SENDUK KECAMATAN TOMBARIRI

Vega Roosa Fione1), Jeana Lydia Maramis2), Desak Putu Meylandari3)


1),2),3),
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang II Manado

Abstract: Saliva plays an important role in optimal oral health, it modulates the
ecosystem through lubrication of the alimentary bolus, protection against
microorganisms, buffer and repair of the oral mucosa, and helps in dental
remineralization. Honey has a high mineral content that can increase saliva production
so can maintain the pH balance of saliva in oral cavity. The study aimed to showed the
effect of rinsing with honey solution on pH saliva. There are 56 subject were selected
from Women Organizing in GMIM Getsemani Senduk Minahasa during June 2012.
pH saliva were examined by using saliva check buffer. The data was analysed with
Paired sample t Test. The analysis Paired sample t Test showed that the average pH of
saliva early responders before rinsing with a solution of honey amounted to 6.257 with
the category of "moderate" and the average pH of saliva late respondents was 7.043 with
the category of "good". This means an increase in the average (mean) of 0.786. Based on
the statistical analysis using paired sample t test at the 95% significance level (α = 0.05),
the value of t = -21.409 with df = 55 t table = 1.67 with p = 0.000 is smaller than the
value α = 0.05 (p <0.05), it can be concluded that there is significant influence between
rinsing with a solution of honey to the pH of saliva.

Keywords: Rinsing, Honey Solution, pH saliva

Masalah kesehatan gigi dan mulut salah menyikat gigi, juga dapat dilakukan dengan
satunya disebabkan oleh bakteri Streptococcus mengkonsumsi buah-buahan yang berserat
Mutans. Bakteri Streptococcus Mutans di dan berair, serta berkumur-kumur sehabis
dalam plak sebagai bakteri yang sangat makan. Berkumur-kumur dengan air putih
resisten terhadap asam dan merupakan adalah pencegahan yang sangat murah.
penghasil asam yang kuat. Bertambahnya Namun, untuk hasil yang efektif sebaiknya
bakteri Streptococcus Mutans di dalam rongga berkumur dengan menggunakan bahan
mulut akan menyebabkan derajat keasaman kumur-kumur yang mengandung zat
rongga mulut semakin menurun sehingga antiseptik. Penggunaan obat kumur yang
menyebabkan pH menjadi asam, sebaliknya mengandung antiseptik bisa menjadi solusi
berkurangnya bakteri Streptococcus Mutans yang efektif dan praktis untuk mengatasi
di dalam rongga mulut akan menyebabkan daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh
derajat keasaman rongga mulut semakin sikat gigi sehingga dapat mencegah terjadinya
naik sehingga pH menjadi basa bahkan gigi berlubang dan radang gusi. Berkumur
bisa menjadi netral, sehingga dapat yang efektif yaitu selama kurang lebih
mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut 30 detik (Ghofur, 2012).
(Houwink dkk, 1993). Obat kumur yang mengandung
Upaya pencegahan (preventive) antiseptik telah banyak disediakan dalam
penyakit gigi dan mulut sangat mudah bentuk praktis seperti yang banyak dijumpai
dilakukan yaitu dengan menyikat gigi secara dipasaran, misalnya listerin atau betadin
teratur dengan baik dan benar. Selain kumur. Namun obat kumur yang mengandung

157
158 JIK Volume 7 No. 2 April 2013 Fione, V,R, dkk. Pengaruh Berkumur

zat antiseptik ini dapat juga diperoleh dari asam pantotenat. Kandungan gula yang
bahan yang alami dan tradisional. Salah satu terdapat pada madu adalah sebagai berikut :
bahan atau obat tradisional yang bisa fruktosa 40%, glukosa 34% dan sukrosa 2%
digunakan yaitu madu. Madu adalah cairan dan kalori dalam 1 kg madu sebanding
manis alami yang berasal dari nektar dengan : 1,68 kg daging, 5,7 liter susu,
tumbuhan yang diproduksi oleh lebah madu 50 butir telur ayam, 40 buah jeruk, 25 buah
dan serangga lainnya dari nektar bunga pisang dan 4 kg kentang. Kandungan mineral
(Haviva, 2011). Madu alami umumnya terbuat yang terdapat pada madu bisa meningkatkan
dari nektar yakni cairan manis yang terdapat produksi saliva atau cairan ludah yang dapat
di dalam mahkota bunga yang biasa diserap menjaga keseimbangan pH saliva di dalam
oleh lebah atau tawon, yang kemudian rongga mulut (Purbaya, 2007).
dikumpulkan dan disimpan di dalam Saliva memegang peranan penting
sarangnya untuk diolah menjadi bahan dalam pencegahan karies, hal ini disebabkan
persediaan makanan utama bagi lebah atau karena saliva dapat melindungi jaringan di
tawon (Purbaya, 2007). dalam rongga mulut dengan berbagai cara
Madu sangat efektif untuk mencegah yaitu a) Pembersihan mekanis, yang dapat
kerusakan gigi. Di dalam madu, terdapat menghasilkan pengurangan akumulasi plak.
kandungan senyawa yaitu asam organik, asam b) Pelumuran elemen gigi-geligi, yang akan
amino, mineral, enzim, gula, vitamin dan mengurangi keausan oklusi yang disebabkan
kalori (Haviva, 2011). Asam organik didalam oleh adanya pengunyahan. c) Pengaruh buffer,
madu menjadi bukti tentang ketahanan madu sehingga naik turunnya derajat asam (pH)
terhadap ada atau tidaknya pertumbuhan dapat ditekan dan dekalsifikasi elemen
mikroba, khususnya bakteri penyebab gigi-geligi dapat dihambat. d) Agregasi
penyakit (patogen) dan bakteri yang bakteri yang dapat merintangi kolonisasi
menghasilkan racun. Adapun kandungan asam mikroorganisme. e) Aktivitas anti-bakterial
organik yang dimaksud adalah sebagai sehingga dapat menghalangi pertumbuhan
berikut: asam asetat, asam format, asam bakteri. (Amerongen, 1992).
glukonat, asam oksalat, asam piroglutamat, Susunan kuantitatif dan kualitatif
asam suksinat, asam laktat, asam malat, elektrolit di dalam saliva menentukan pH dan
asam glikolat, asam butirat, asam sitrat, kapasitas buffer. Pengaruh buffer protein pada
asam piruvat dan asam tartrat. Asam saliva terbilang kecil karena konsentrasinya
amino yang terdapat dalam madu: lisin, sangat rendah dan berada pada pH < 5
alanin, valin, serin, prolin, hitsidin, (di bawah pH 6 fisiologis). Dalam keadaan
arginin, threonin, glisin, methionin, asam normal, pH saliva terletak pada kisaran
aspartate dan asam glutamate. Mineral 6,8-7,2, bergantung pada perbandingan antara
yang terdapat di dalam madu : Kalium (K), asam dan basa konjugat yang bersangkutan.
Natrium (Na), Kalsium (Ca), Magnesium Derajat asam dan kapasitas buffer terutama
(Mg), Besi (Fe), Belerang (S), Tembaga (Cu), dianggap disebabkan oleh susunan bikarbonat.
Mangan (Mu), Klor (CI), Fospor (P), Silikat pH dan kapasitas buffer akan:
(Si). Kandungan enzim dalam madu : lactase, 1. Tinggi, segera setelah bangun tidur
lipase, invertase, katalase, diastase, oksidase, (keadaan istirahat), tetapi kemudian cepat
protease, peroksidase. Vitamin yang terdapat turun
dalam madu antara lain : vitamin A, 2. Tinggi, seperempat jam setelah makan
vitamin B, vitamin C (asam askorbat), (stimulasi mekanis), biasanya turun lagi
vitamin B1 (thiamin), vitamin B2, vitamin B3, dalam 30-60 menit
vitamin B6 (piridoksin), riboflavin, niasin dan
159 JIK Volume 7 No. 2 April 2013 Fione, V,R, dkk. Pengaruh Berkumur

3. Agak naik sampai malam, setelah itu menggunakan perangkat lunak statistik
turun. Diet juga mempengaruhi kapasitas komputer.
buffer saliva. Diet kaya karbohidrat,
misalnya, menurunkan kapasitas buffer, HASIL DAN PEMBAHASAN
sedangkan diet sayuran, seperti bayam,
dan diet kaya protein mempunyai efek Hasil
menaikkan. Distribusi Responden Berdasarkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Golongan Umur
pengaruh berkumur dengan larutan madu Distribusi responden berdasarkan golongan
terhadap pH saliva pada Ibu-ibu Jemaat umur dapat dilihat pada gambar 1 di bawah
Getsemani Senduk. ini:

METODE

Penelitian yang digunakan dalam penelitian 5


12
ini yaitu penelitian eksperimen dengan 8.93% 31-40
17 21.43 %
rancangan One Group Pretest-Postest yang 30.36 % 22 41-50
tidak ada kelompok pembanding (kontrol). 39.28 % 51-60
Populasi dalam penelitian ini adalah Wanita
61-70
Kaum Ibu Jemaat Getsemani Desa Senduk
Kecamatan Tombariri yang berjumlah
129 orang. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 56 orang, jumlah sampel dihitung
dengan menggunakan rumus populasi dan Gambar 1. Distribusi Responden
pengambilan sampel menggunakan simple Berdasarkan Golongan Umur
random sampling.
Data primer yaitu data yang diperoleh Berdasarkan data pada gambar 3
dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa distribusi responden
oleh peneliti dengan mengisi lembar menurut golongan umur terbanyak adalah
pemeriksaan pH saliva. pH saliva umur 41-50 tahun berjumlah 22 responden
diukur menggunakan saliva check buffer. (39,28%) dan paling sedikit adalah umur
pH saliva berada pada kriteria “baik” 61-70 tahun berjumlah 5 responden (8,93%).
apabila pada saliva check buffer berwarna
hijau (nilai diantara 6,8-7,8), kriteria “sedang” Distribusi Kategori pH Saliva Responden
apabila pada saliva check buffer Sebelum Berkumur Dengan Larutan Madu
berwarna kuning (nilai diantara 6,0-6,6), Distribusi pH saliva responden sebelum
kriteria “buruk” apabila pada saliva check berkumur dengan larutan madu dapat dilihat
buffer berwarna merah (nilai diantara 5,0-5,8) pada gambar 2.
(Ngo dkk, 2005). Data yang diperoleh Berdasarkan data pada gambar 2
kemudian ditabulasi dan disajikan menunjukkan bahwa kategori pH saliva
dalam bentuk gambar dan tabel disertai respnden sebelum berkumur dengan larutan
keterangan-keterangan. Sedangkan untuk madu terbanyak adalah berkategori “sedang”
melihat pengaruh pH saliva sebelum dan yang berjumlah 28 responden (50%) dan
sesudah berkumur dengan larutan madu paling sedikit adalah berkategori “baik” yang
menggunakan Paired Sample t Test, dengan berjumlah 11 responden (19,64%).
160 JIK Volume 7 No. 2 April 2013 Fione, V,R, dkk. Pengaruh Berkumur

Berdasarkan data pada gambar 3


11 di atas menunjukkan bahwa kategori
17 pH saliva responden sesudah berkumur
19.64 % Baik
30.36% dengan larutan madu terbanyak adalah
28 Sedang berkategori “baik” berjumlah 41 responden
50 % (73,21%), sedangkan responden dengan
Buruk
kategori “sedang” berjumlah 15 responden
(26,79%), dan responden dengan kategori
“buruk” tidak ada.
Gambar 2. Distribusi pH Saliva Responden
Sebelum Berkumur Dengan Larutan Madu Analisis Perbedaan pH Saliva Sebelum dan
Sesudah Berkumur Dengan Larutan madu.
Distribusi Kategori pH Saliva Responden Analisis perbedaan pH saliva sebelum dan
Sesudah Berkumur Dengan Larutan Madu. sesudah berkumur dengan larutan madu di uji
Distribusi pH saliva responden sesudah dengan menggunakan uji paired t test dengan
berkumur dengan larutan madu dapat dilihat tingkat kemaknaan 95 % (α=0,05) dapat
pada gambar 3 : dilihat pada Tabel 1.
Data pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa dari hasil analisa data diperoleh adanya
perbedaan nilai pH saliva awal (pre test) dan
15 akhir (post test) responden. Dimana nilai
26.79 %
rata-rata pH saliva awal sebesar 6,257 dengan
Baik kategori “sedang” sedangkan nilai pH saliva
41
73.21 % Sedang akhir sebesar 7,043 dengan kategori “baik”.
Hal ini berarti terjadi peningkatan nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,786. Dari hasil uji
dengan menggunakan Paired sample t Test
diperoleh nilai t hitung pH saliva sebelum
Gambar 3. Distribusi pH Saliva Responden dan sesudah berkumur larutan madu
Sesudah Berkumur Dengan Larutan Madu t hitung = -21,409 dengan df = 55 t tabel = 1,67
dengan nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari
nilai α = 0,05 (p<0,05).

Tabel 1. Analisis Perbedaan pH saliva Sebelum dan


Sesudah Berkumur Dengan Larutan Madu
pH Sebelum pH Sesudah Mean t hitung df α Ρ
6,257 7,043 -0,786 -21,409 55 0,05 0,000

Pembahasan terbanyak adalah berkategori “baik” sebanyak


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 41 responden (73,21%). Hal ini berarti terjadi
bahwa pH saliva responden sebelum peningkatan jumlah responden sesudah
berkumur dengan larutan madu terbanyak berkumur dengan larutan madu yang kategori
adalah berkategori “sedang” sebanyak “baik” yang rendah terhadap resiko karies.
28 responden (50%) sedangkan pH saliva Dan pH saliva sesudah berkumur dengan
sesudah berkumur dengan larutan madu larutan madu dengan kategori “baik”
161 JIK Volume 7 No. 2 April 2013 Fione, V,R, dkk. Pengaruh Berkumur

terbanyak adalah pada umur 41-50 tahun yang dilakukan oleh Purnaningrum (2009) tentang
berjumlah 17 responden (30,36%) dan yang pengaruh berkumur-kumur dengan larutan
paling sedikit pada umur 61-70 tahun yang madu dengan konsentrasi 20 ml terhadap
berjumlah 2 responden (3,57%). Ini penurunan plak indeks juga menunjukkan
menunjukkan bahwa umur juga berpengaruh pengaruh yang signifikan. Hal ini berarti
terhadap pH saliva seseorang karena seiring selain bermanfaat untuk menurunkan plak
dengan pertambahan usia seseorang akan indeks, madu juga bermanfaat untuk
terjadi perubahan atropik yang terjadi di meningkatkan produksi saliva di dalam
kelenjar submandibula yang akan rongga mulut sehingga dapat mencegah
menurunkan produksi saliva. Berkurangnya terjadinya penyakit gigi dan mulut.
produksi dan fungsi saliva dalam mulut
seseorang akan mengakibatkan tingginya KESIMPULAN DAN SARAN
resiko karies (Kidd dkk, 1991).
Hasil analisa statistik dengan Kesimpulan
menggunakan Paired sample t Test diperoleh Ada pengaruh yang signifikan antara
adanya perbedaan nilai pH saliva awal dan berkumur dengan larutan madu terhadap
akhir responden, jelas terlihat pada nilai peningkatan pH saliva pada Wanita Kaum Ibu
rata-rata pH saliva awal responden sebelum Jemaat Getsemani Desa Senduk Kecamatan
berkumur dengan larutan madu sebesar 6,257 Tombariri.
dengan kategori “sedang” dan nilai rata-rata
pH saliva akhir responden sebesar 7,043 Saran
dengan kategori “baik”. Hal ini menunjukkan Responden perlu menjaga kesehatan gigi dan
bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata mulut dengan cara rajin menyikat gigi 2 kali
(mean) sebesar 0,786 dan nilai p = 0,000 sehari yaitu sesudah makan dan sebelum tidur,
(p<0,05) yang berarti ada pengaruh yang selain menyikat gigi juga dapat dibantu
signifikan antara berkumur dengan larutan dengan berkumur-kumur larutan madu,
madu terhadap pH saliva pada Wanita Kaum kurangi makan makanan yang manis dan
Ibu Jemaat Getsemani Desa Senduk mudah melekat pada gigi, serta rajin
Kecamatan Tombariri. Hal ini disebabkan memeriksakan gigi setiap 6 bulan sekali ke
karena di dalam madu terdapat kandungan perawat gigi atau dokter gigi.
mineral yang dapat meningkatkan produksi Perlu dilakukan penelitian lain tentang
saliva atau cairan ludah sehingga dapat manfaat madu bagi kesehatan gigi dan mulut
menjaga keseimbangan pH saliva di dalam dengan meneliti variabel lain yang belum
rongga mulut (Purbaya, 2007). Kecepatan diteliti.
sekresi ludah (saliva) mempengaruhi derajat
keasaman (pH) dalam mulut, kecepatan DAFTAR PUSTAKA
sekresi dipengaruhi oleh jenis dan sifat
rangsangan rasa manis dan asam, yang mana Amerongen, A.V.N., (1992). Ludah dan
madu alami mempunyai rasa yang manis. Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan
Setelah madu masuk ke dalam rongga mulut Gigi. Gadjah Mada University Press,
akan bercampur dengan saliva dalam rongga Yogyakarta.
mulut dan sifat madu yang dapat membunuh Departemen Kesehatan RI, (2007). Riset
mikroorganisme patogen dapat menurunkan Kesehatan Dasar. Badan Penelitian
jumlah bakteri dalam rongga mulut sehingga dan Pengembangan Tenaga Kesehatan
derajat keasaman (pH) dapat meningkat Departemen Kesehatan. Jakarta.
(Amerongen, 1991). Hasil penelitian yang
162 JIK Volume 7 No. 2 April 2013 Fione, V,R, dkk. Pengaruh Berkumur

Ghofur, A., (2012). Buku Pintar Kesehatan Ngo, H., Gaffney, S., (2005). Preservation
Gigi dan Mulut. Mitra Buku, and Restoration of Tooth Structure.
Yogyakarta. Knowledge Books and Software,
Haviva, (2011). Dahsyatnya Mukjizat Madu Australia.
untuk Kesehatan, Kecantikan, Notoadmodjo, (2005). Metodologi Penelitian
Kecerdasan. Diva Press, Yogyakarta. Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Heriyanto, (2008). Tips Membedakan Madu Pena, P., (2003). Kamus Lengkap Bahasa
Asli dan Campuran. Indonesia. Gitamedia Press, Surabaya.
http://dwiheriyanto.wordpress.com/20 Purbaya, J.Rio., (2007). Mengenal Madu
08/11/08/tips-membedakan-madu-asli- Alami. Pionir Jaya, Bandung.
dan-campuran/. diakses tanggal 27 Purnaningrum, D., (2009). Pengaruh
April 2012. Berkumur Larutan Madu Terhadap
Houwink, B., Dirks, O.B., Cramwincklel Indeks Plak.
A.B., Crielaers, P.J.A., Dermaut, L.R., http://www.prasko.com/2011/06/karya
Eijkman, M.A.J., Huis In’t Veld, -tulis-kesehatan-gigi-6.html. diakses
J.H.J., Konig, K.G., Moltzer, G., tanggal 25 april 2012.
Helderman V.H., Pilot, T., Roukema, Riduwan, (2011). Belajar Mudah Penelitian.
P.A., Schautteet, H., Tan, H.H., Alfabeta, Bandung.
Velden-Veldkamp, M.I.V.D., Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan.
Woltgens, J.K.M, (1993). Ilmu Mitra Cendikia Press, Yogyakarta.
Kedokteran Gigi Pencegahan. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Kidd, E., Joyston, S., (1991). Dasar-Dasar
Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai