Anda di halaman 1dari 17

BAB V

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL


1. PENGERTIAN POLITIK, STRATEGI, DAN POLSTRANAS
a. Pengertian Politik
Kata “politik” secara etimologis berasal dari bahasa Yunani poitenia, yang
akar katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu
negara, dan teia yang berarti urusan. Dalam bahasa Indonesia,politik dalam arti
politics mempunyai makna kepantingan umum warga negara suatu bangsa. Politik
merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki. Politics dan policy
memiliki hubungan yang erat dan timbal balik. Politics memberi asas, jalan, cara,
arah, dan madannya, sedangkan policy memberikan pertimbangan cara pelaksanaan
azas, jalan, dan arah tersebut sebaik-baiknya.

Dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan,
cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita dan tujuan tertentu.
Sementara itu. policy yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
kebijaksanaan, adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan yang yang dianggap
dapat lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita, dan tujuan yang
dikehendaki. Pengambil kebijaksanaan biasanya dilakukan leh seorang pemimpin.

Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara
melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan umum
(pblik policies) yang menyangkut pengaturan, pembagian, atau alokasi sumber daya
yang ada.

Perlu diingat bahwa penentuan kebijakan umum, pengaturan, pembagian


ataupun aloksi sumber daya yang ada memerlukan kekuasaan dan wewenang
(autority). Kekuasaan dan wewenang ini memainkan peranan yang sangat panting
dalam pembinaan kerja sama dan penyelesaian konflik yang mungkin muncul dalam
proses pencapaian tujuan.

Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan


negara, kesatuan, pengambilan keputusan, kebijakan (policy), dan distribusi atau
alokasi sumber daya.

1. Negara
Negara merupakan suatu organisasi dalam sutu wilayah yang memiliki
kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Boleh dikatakan negara
merupakan bentuk masyarakat dn organisasi politik yang paling utama dalam
suatu wilayah yang berdaulat.
2. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai keinginannya.

73
Dalam politik, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mempertahankannya
dan bagaimana melaksanakannya.
3. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah aspek utama politik. Dalam pengambilan
keputusan itu dan untuk iapa keputusan itu dibuat. Jadi, politik adlah
pengambilan pengambilan keputusan melalui sarana umum. Keputusan yang
diambil menyangkut sector public dari suatu negara.
4. Kebijakan Umum
Kebijakan (policy) merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil
oleh seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan tersebut. Dasar
pemikiranny adalah bahwa masyarakat memiliki beberapa tujuan bersama yang
ingin dicapai secara bersama pula. Dengan demikian, perlu ada rencana yang
mengikat yang dirumuskan dalam kebijakan-kebijakan oleh pihak yang
berwenang.
5. Distribusi
Adapun yang dimaksud dengan distribusi ialah pembagian dan
pengalokasian nilai-nilai (value) dalam masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang
diinginkan dan penting. Nilai harus dibagi secara adil. Politik membicarakan
bagaimana pembagiandan penglokasian nilai secara mengikat.

b. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai “The art
of general”atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan.
Karl von Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi adalah penggunaan
pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sementara itu, perang itu sendiri
merupakan kelanjutan dari politik.

Pada abad modern ini penggunaan kata strategi tidak lagi terbatas pada
konsep atau seni perang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan secara
luas, termasuk dalam ilmu ekonomi ataupun bidang olahraga. Dalam pengertian
umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian tujuan.

Dengan demikian, strategi tidak hanya menjadi monopoli para jendral atau
bidang militer, tetapi telah meluas ke segala bidang kehidupan. Srategi pada dasarnya
merupakan seni dan ilmu dalam menggunakan serta mengembangkan kekuatan
(ideology, politik, social budaya, dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

c. Politik dan Strategi Nasioanal


Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan
kebijakan untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian,
defenisi politik nasional adalah asas, haluan, usaha, kebijaksanaan negara tentang
pembinaan serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Strategi nasional disusun untuk pelaksanaan politik nasional misalnya stretegi jangka
pendek, menengah, dan jangka panjang. Jadi, strategi adalah cara melaksanakan

74
politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan dalam konteks
politik nasional.

d. Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


Dalam penyusunan politik dan strategi nasional perlu dipahami pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan
ideologi Pancasilan, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
Landasan pemikiran dalam sistem manajemen nasional ini sangat penting
sebagai kerangka acuan dalam penyusunan politik dan strategi nasional karena
didalamnya terkandung dasar negara, cita-cita nasional, dan konsep strategis bangsa
Indonesia.

e. Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


Politik dan strategi nasional yang berlangsung selama ini disusun berdasarkan
sistem kenegaraan menurut UUD 1945. Sejak tahun 1985 telah berkembang
pendapat yang menyatakan bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga yang
tersebut dalam UUD 1945 merupakan “suprastruktur politik”. Lembaga-lembaga
tersebut adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan MA. Sementara itu badan-badan
yang ada dalam masyarakat disebut sebagai “infrastruktur politik” yang mencakup
pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik, organisasi
kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (interest group), dan
kelompok berpengaruh (pressure group). Suprastruktur dan infrastruktur politik
harus dapat bekerja sama dan memiliki kekuatan yang seimbang.

Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur


politik diatur oleh presiden. Dalam melaksanakan tugas ini, presiden dibantu oleh
berbagai lembaga tinggi negara lainnya serta dewan-dewan yang merupakan badan
koordinasi, seperti Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional, Dewan Penerbangan dan
Antariksan Nasional RI, Dewan Maritim. Dewan Otonomi Daerah dan Dewan
Stabilitas Politik dan Keamanan.

Proses penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur politik


dilakukan setelah presiden menerima GBHN. Selanjutnya, presiden menyusun
program kabinet dan memilih menteri-menteri yang akan melaksanakan program-
program tersebut. Program kabinet dapat dipandang sebagai dokumen resmi yang
memuat politik nasional yang digariskan oleh presiden. Strategi nasional
dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen
berdasarkan petunjuk presiden. Adapun yang dilaksanakan oleh presiden
sesungguhnya merupakan politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan.
Didalamnya, sudah tercantum program-program yang lebih konkret yang disebut
sasaran nasional.

Proses politik dan strategi nasional pada infrastruktur politik merupakan


sasaran yang akan dicapai oleh rakyat Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik

75
nasional, penyelenggara negara harus mengambil langkah-langkah pembinaan
terhadap semua lapisan masyarakat dengan mencantumkan sasaran sektoralnya.

Melalui pranata-pranata politik, masyarakat ikut berpartisipasi dalam


kehidupan politik nasional. Dalam era reformasi saat ini, masyarakat memiliki peran
yang sangat besar dalam mengontrol jalannya politik dan strategi nasional yang
ditetapkan oleh MPR ataupun yang dilaksanakan oleh presiden. Pandangan
masyarakat terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, ataupun bidang
Hankam akan selalu berkembang karena :

1) Semakin tingginya kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;


2) Semakin terbuka akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya;
3) Semakin meningkat kemampuan untuk menentukan pilihan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup;
4) Semakin meningkat kemampuan untuk mengatasi persoalan seiring dengan
semakin tingginya tingkat pendidikan yang ditunjang oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi; serta
5) Semakin kritis dan terbukanya masyarakat terhadap ide baru.

2. STRATIFIKASI POLITIK NASIONAL


Stratifikasi politik (kebijakan) nasional dalam Negara Republik Indonesia
sebagai berikut :

a. Tingkat Penentu Kebijakan Puncak


1) Tingkat kebijakan puncak meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh
secara nasional dan mencakup penentuan Undan-Undang Dasar, penggarisan
masalah makropolitik bangsa dan negara untuk merumuskan tujuan nasional
(national goals) berdasarkan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Hasil-
hasilnya berbentuk
a) Undang-undang yang kekuasaan pembuatnya terletak di tangan presiden
dengan persetujuan DPR (UUD 1945, Pasal 5 ayat (1) atau Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dalam hal ihwal
kepentingan yang memaksa)
b) Peraturan pemerintah untuk mengatur pelaksanaan undang-undang yang
wewenang penerbitannya berada di tangan presiden (UUD 1945, pasal 5
ayat (2).
c) Keputusan atau instruksi presiden yang berisi kebijakan-kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan yang wewenang pengeluarannya berada
di tangan presiden dalam rangka pelaksanaan kebijakan nasional dan
perundang-undangan yang berlaku (UUD 1945, Pasal 4 ayat (1); serta
d) Dalam keadaan tertentu dapat pula dikeluarkan maklumat presiden.
2) Dalam hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara, seperti
tercantum pada Pasal 10 sampai dengan Pasal 15 UUD 1945, tingkat
penentuan kebijakan puncak ini juga mencakup kewenangan presiden sebagai

76
kepala negara. Bentuk hukum dari kebijakan nasional yang ditentukan oleh
kepala negara itu dapat berupa dekrit, peraturan, atau piagam kepala negara.

b. Tingkat Kebijakan Umum


Tingkat kebijakan umum merupakan tingkat kebijakan dibawah tingkat
kebijakan puncak yang lingkupnya juga menyeluruh nasional dan berupa
penggarisan mengenai masalah makro-strategis untuk mencapai tujuan nasional
dalam situasi dan kondisi tertentu. Kebijakan ini adalah penjabaran kebijakan
puncak dalam rangka merumuskan strategi administrasi, sistem dan prosedur
dalam bidang utama tersebut. Wewenang kebijakan umum berada di tangan
menteri berdasarkan kebijakan pada tingkat diatasnya. Hasilnya dirumuskan
dalam bentuk Peraturan Menteri, Keputusan Menteri atau Instruksi Menteri dalam
bidang pemerintahan yang dipertanggungjawabkan kepadanya. Dalam keadaan
tertentu menteri juga dapat mengenal Surat Edaran Menteri.

c. Tingkat Penentu Kebijakan Khusus


Kebijakan khusus merupakan penggarisan terhadap suatu bidang utama
(major area) pemerintahan. Wewenang pengeluaran kebijakan khusus ini terletak
di tangan pimpinan eselon pertama departemen pemerintahan dan pimpinan
lembaga-lembaga nondepartemen. Hasil penentuan kebijakan dirumuskan dalam
bentuk Peraturan, Keputusan, atau Instruksi Pimpinan Lembaga
Nondepartemen/Direktur Jenderal. Hasil penentuan dari pimpinan lembaga
nondepartemen itu lazimnya merupakan pedoman pelaksanaan. Didalam tata
laksana pemerintahan, sekjen sebagai pembantu utama menteri bertugas
mempersiapkan dan merumuskan kebijakan umum menteri dan pimpinan rumah
tangga departemen. Selain itu, ada inspektur jenderal dalam penyelenggaraan
pengendalian departemen. Ia juga mempunyai wewenang untuk membantu
mempersiapkan kebijakan umum menteri.

d. Tingkat Penentuan Kebijakan Teknis


Kebijakan teknis meliputi penggarisan dalam satu sector dari bidang utama
diatas dalam bentuk prosedur serta teknik untuk mengimplementasikan rencana,
program, dan kegiatan. Kebijakan teknis ini dilakukan oleh kepala daerah,
provinsi, dan kabupaten/kota. Sementara itu, dibawah ini terdapat dua macam
kekuasaan dalam pembuatan aturan di daerah.
1) Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat di daerah
terletak di tangan gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah
pusat di daerah yuridikasinya masing-masing. Bagi daerah provinsi,
wewenang itu berada di tangan gubernur, sedangkan bagi daerah kota/
kabupaten berada di tangan Bupati atau Walikota. Perumusan hasil
kebijaksanaan tersebut dikeluarkan dalam keputusan dan instruksi gubernur
untuk wilayah provinsi, serta keputusan dan instruksi bupati atau walikota
untuk wilayah bupati atau walikota.

77
2) Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan pemerintah daerah dengan
persetujuan DPRD. Perumusan hasil kebijakan tersebut diterbitkan sebagai
kebijakan daerah dalam bentuk peraturan daerah provinsi atau
kota/kabupaten, serta keputusan dan instruksi kepala daerah provinsi atau
kota/kabupaten.
Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, jabatan gubernur, bupati/walikota,
dan kepala daerah tingkat I atau II disatukan dalam satu jabatan yang disebut
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I, serta Bupati/Kepala Daerah Tingkat II
atau Walikota/Kepala Daerah Tingkat II.

3. POLITIK PEMBANGUNAN NASIONAL DAN MANAJEMEN


NASIONAL
Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tujuan politik bangsa Indonesia telah tercantum dalam pembukaan
UUD 1945, yaitu melindungi segenap seluruh bangsa Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dengan demikian, politik pembangunan harus berpedoman pada pembukaan UUD
1945.

Politik pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional


memerlukan kepanduan tata nilai, struktur, dan proses. Keterpaduan tersebut
merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi, daya guna, dan hasil guna
sebesar mungkin dalam penggunaan sumber daya dan dana nasional dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional. Karena itu diperlukan sistem manajemen nasional yang
berfungsi memadukan penyelenggaraan siklus kegiatan perumusan, pelaksanaan dan
pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan. Sistem manajemen nasional memadukan
seluruh upaya manajerial yang melibatkan pengambilan keputusan berkewenangan
dalam rangka penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
mewujudkan ketertiban nasional sosial, politik, dan administrasi.

a. Makna Pembangunan Nasional


Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta dengan memperhatikan tantangan perkembangan
global. Pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa-bangsa dan nilai luhur
yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri,
berkeadilan, sejahtera, maju, serta kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan
pembangunan itu sendiri adalah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
seluruh bangsa Indonesia. Adapun pelaksanaannya tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh bangsa Indonesia.
Maksudnya, setiap warga negara Indonesia harus ikut serta dan berperan dalam
melaksanakan pembangunan sesuai dengan profesi dan kemampuan masing-masing.

78
Keikutsertaan setiap warga negara dalam pembangunan nasional dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengikuti program wajib belajar, membayar
pajak, melestarikan lingkungan hidup, menaati segala peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku, menjaga ketertiban dan keamanan, dan lain-lain.
Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah dan batiniah yang
selaras, serasi dan seimbang. Itulah sebabnya, pembangunan nasional bertujuan
mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya, yakni sejahtera
lahir dan batin.

Pembangunan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan


hajat hidup fisik manusia, misalnya sandang, pangan, perumahan, pabrik, gedung,
perkantoran, pengairan, sarana dan prasarana transportasi, olahraga, dan lain-lain.
Sementara itu, contoh pembangunan yang bersifat batiniah adalah pembangunan
sarana dan prasarana ibadah, rekreasi, hiburan, kesehatan dan lain-lain. Untuk
mengetahui proses pembangunan nasional itu berlangsung, harus dipahami
manajemen nasional yang terangkai dalam sistem.

b. Visi Pembangunan Nasional


1) Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman bersatu,
rukun, dan damai.
2) Terwujdnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan, dan hak asasi manusia; serta
3) Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak, serta memberikan pondasi yang kokoh bagi
pembangunan yang berkelanjutan.

c. Misi Pembangunan Nasional


1) Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai;
2) Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis; serta
3) Mewujudkan Indonesia yang sejahtera.

Didalam mewujudkan visi dan menjalankan misi pembangunan nasional,


ditempuh 2 (dua) strategi pokok pembangunan, yaitu :
1) Strategi penataan kembali Indonesia yang diarahkan pada sistem
ketatanegaraan yang dilandasi dengan berdirinya negara kebangsaan
Indonesia, yang meliputi Pancasila, UUD 1945, tetap tegaknya NKRI, serta
tetap berkembangnya pluralisme dan keberagaman dengan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika

2) Strategi pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun


Indonesia di segala bidang merupakan perwujudan dari amant yang tertera
jelas dalam pembukaan UUD 1945.
i. Strategi pembangunan pertama, dimaksudkan untuk mengembangkan
sistem sosial politik yang tangguh sehingga sistem dan kelembagaan
ketatanegaraan yang terbangun tahan menghadapi berbagai goncangan

79
sebagai suatu sistem sosial politik yang berkelanjutan. Strategi ini
bermaksud untuk membangun demokrasi yang dijiwai oleh Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945, yaitu demokrasi yang mengandung elemen
tanggung jawab disamping hak.
ii. Strategi pembangunan kedua, diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu
pemenuhan hak dasar rakyat serta penciptaan landasan pembangunan yang
kokoh.

d. Manajemen Nasional
Manajemen nasional pada dasarnya merupakan sebuah sistem sehingga
lebih tepat jika digunakan istilah “sistem manajemen nasional” layaknya sebuah
sistem, pembahasannya bersifat komprehensif-strategis-integral. Orientasinya
adalah pada penemuan dan pengenalan (identifikasi) faktor-faktor strategis secara
menyeluruh dan terpadu. Dengan demikian, sistem manajemen nasional dapat
menjadi kerangka dasar, landasan, pedoman serta sarana bagi perkembangan
proses pembelajaran (learning process) ataupun penyempurnaan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat umum ataupun untuk pembangunan.

Sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara nilai, struktur,


dan proses untuk mencapai kehematan, daya guna dan daya nasional demi
mencapai tujuan nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu
meliputi siklus kegiatan perumusan kebijaksanaan (policy formulation)
pelaksanaan kebijaksanaan (policy implementation), dan penilaian hasil
kebijaksanaan (policy evaluation) terhadap berbagai kebijaksanaan nasional.
Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem sekurang-kurangnya
harus dapat menjelaskan unsur, struktur, proses, fungsi serta lingkungan yang
mempengaruhi.

1. Unsur, Struktur dan Proses


Secara sederhana unsur-unsur utama sistem manajemen nasional bidang
ketatatnegaraan meliputi hal-hal berikut :
a) Negara sebagai “organisasi kekuasaan” mempunyai hak dan peranan atas
pemilikan, pengaturan dan pelayanan yang diperlukan dalam mewujudkan
cita-cita bangsa, termasuk usaha produksi serta distribusi barang dan jasa
bagi kepentingan masyarakat umum (public goods and services).
b) Bangsa Indonesia sebagai unsur “pemilik negara” berperan dalam
menentukan sistem nilai dan arah/haluan/kebijakan negara yang digunakan
sebagai landasan dan pedoman bagi penyelenggaraan fungsi-fungsi negara.
c) Pemerintah sebagai unsur “manajer dan penguasa” berperan dalam
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan umum serta pembanunan
kearah cita-cita bangsa dan kelangsungan pertumbuhan negara.
d) Masyarakat adalah unsur “penunjang dan pemakai” yang berperan sebagai
kontributor, penerima dan konsumen bagi berbagai hasil kegiatan
penyelenggaraan fungsi pemerintahan seperti yang telah disebutkan.

80
Sejalan dengan pokok pikiran sebelumnya, unsur-unsur utama sistem
Manajemen Nasional (SISMENNAS) tersebut secara structural tersusun atas
empat tananan (setting). Adapun yang dilihat dari dalam ke luar adalah Tata
Laksana Pemerintahan (TLP), Tata Administrasi Negara (TAN), Tata Politik
Nasional (TPN), dan Tata Kehidupan Masyarakat (TKM). Tata laksana dan tata
administrasi pemerintahan merupakan tatanan dalam (inner setting) dari
SISMENNAS. Dilihat dari sisi prosesnya, SISMENNAS berpusat pada satu
rangkaian pengambilan keputusan yang berkewenangan yang terjadi pada tatanan
dalam TAN dan TLP. Kata kewenangan disini mempunyai konotasi bahwa
keputusan-keputusan yang diambil adalah berdasarkan kewenangan yang dimiliki
oleh si pemutus kewenangan berdasarkan hukum. Karena itu, keputusan-
keputusan itu bersifat mengikutserta dapat dipaksakan (compulsory) demham
sanksi-sanksi atau dengan insentif dan disinsentif tertentu yang ditujukan kepada
seluruh anggota masyarakat. Sehubungan dengan ini, tatanan dalam (TAN + TLP)
dapat disebut Tatanan Pengembalian Berkewenangan (TPKB). Sementara itu,
penyelenggaraan TPKB memerlukan proses arus masuk yang dimulai dari TKM
melalui TPN. Aspirasi dari TKM dapat berasal dari terselenggaranya kegiatan
rakyat, baik secara individual maupun melalui organisasi kemasyarakatan, partai
politik, kelompok berpengaruh, organisasi kepentingan, dan pers. Masukan ini
berintikan kepentingan rakyat. Rangkaian kegiatan dalam TPKB menghasilkan
berbagai keputusan yang terhimpun dalam proses arus keluar yang selanjutnya
disalurkan ke PTN dan TKM. Arus keluar ini pada dasarnya merupakan
tanggapan pemerintah terhadap berbagai tuntutan, tantangan, serta peluang dari
lingkungannya. Keluaran tersebut pada umumnya berupa berbagai kebijaksanaan
yang lazimnya dituangkan ke dalam bentuk-bentuk perundangan/peraturan yang
sesuai dengan permasalahan, serta klasifikasi kebijakan dan instansi yang
mengeluarkannya.

Sementara itu, terdapat suatu proses umpan balik sebagai bagian dari
siklus kegiatan fungsional SISMENNAS yang menghubungkan Arus Keluar dan
Arus Masuk ataupun Tatanan Pengambilan Keputusan Kerkewenangan (TPKB).
Dengan demikian, secara procedural, SISMENNAS merupakan satu siklus
berkesinambungan.

2. Fungsi Sistem Manajemen Nasional


Fungsi disini dikaitkan dengan pengaruh, efek atau akibat dari terpadunya
sebuah organisasi atau sistem dalam rangka pembenahan (adaptasi) serta
penyesuaian (adjustment) dengan tata lingkungannya untuk memelihara
kelangsungan hidup dan mencapai tujuan-tujuannya. Dalam proses melaraskan
diri serta pengaruh mempengaruhi dengan lingkungan itu, SISMENNAS
memiliki fungsi pokok, yaitu “pemasyarakatan politik”. Hal ini berarti bahwa
segenap usaha dan kegiatan SISMENNAS diarahkan pada penjaminan hak dan
penertiban kewajiban rakyat. Hak rakyat pada pokoknya adalah terpenuhinya
berbagai kepentingan rakyat, sedangkan kewajiban rakyat pada pokoknya adalah
keikutsertaan dan tanggungjawab atas terbentuknya situasi dan kondisi

81
kewarganegaraan yang baik. Sehubungan dengan hal ini, setiap warga negara
terdorong untuk setia pada negara, taat kepada falsafah, serta taat pada peraturan
dan perundangan.

Dalam proses arus masuk terdapat dua fungsi, yaitu pengenalan


kepentingan dan pemilihan kepemimpinan. Fungsi pengenalan kepentingan
adalah untuk menemukan, mengenali, serta merumuskan berbagai permasalahan
dan kebutuhan rakyat yang terdapat pada struktur pada Tata Kehidupan
Masyarakat (TKM). Di dalam Tata Politik Nasional (TPN), permasalahan dan
kebutuhan tersebut diolah serta dijabarkan sebagai kepentingan nasional.

Pemilihan kepemimpinan berfungsi memberikan masukan tentang


tersedianya orang-orang yang berkualitas untuk menempati berbagai kedudukan
dan jabatan tertentu, serta menyelenggarakan berbagai tugas dan pekerjaan dalam
rangka TPKB.

Pada Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB) yang


merupakan inti SISMENNAS, fungsi-fungsi yang mentransformasikan
kepentingan kemasyarakatan ataupun kebangsaan yang bersifat politis
terselenggara dalam bentuk-bentuk administrative untuk memudahkan
pelaksanannya. Selain itu, untuk meningkatkan daya guna dan hasil gunanya.
Fungsi-fungsi tersebut adalah :
1) Perencanaan sebagai rintisan dan persiapan sebelum pelaksanaan,
sesuai dengan kebijaksanaan yang dirumuskan;
2) Pengendalian sebagai pengarahan, bimbingan dan koordinasi selama
pelaksanaan; serta
3) Penilaian untuk membandingkan hasil pelaksanaan dengan keinginan
setelah pelaksanaan selesai.

Ketiga fungsi TPKB tersebut merupakan proses pengelolaan lebih lanjut


secara strategis, manajerial, dan operasional terhadap berbagai keputusan
kebijaksanaan. Keputusan-keputusan tersebut merupakan hasil dari fungsi-fungsi
yang dikemukakan sebelumnya, yaitu fungsi pengenalan kepentingan dan fungsi
pemilihan kepemimpinan yang ditransformasikan dari masukan politik menjadi
tindakan administratif.
Pada aspek arus keluar, SISMENNAS diharapkan menghasilkan :
1) Aturan, norma, patokan, pedoman, dan lain-lain, yang secara singkat
dapat disebut kebijaksanaan umum (public policies).
2) Penyelenggaraan, penerapan, penegakan, ataupun pelaksanaan
berbagai kebijaksanaan nasional yang lazimnya dijabarkan dalam
sejumlah program dan kegiatan; serta
3) Penyelesaian segala macam perselisihan, pelanggaran dan
penyelewengan yang timbul sehubungan dengan kebijaksanaan umum
serta program tersebut dalam rangka pemeliharaan tertib hukum.

82
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pada arus keluar
SISMENNAS memiliki tiga fungsi utama berikut, yaitu pembuatan aturan (rule
making), penetapan aturan (rule application), dan penghakiman aturan (rule
adjudication) yang mengandung arti penyelesaian perselisihan berdasarkan
penentuan kebenaran peraturan yang berlaku.

4. PERMASALAHAN DAN AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL


TAHUN
Pembangunan nasional merupakan agenda nasional yang merupakan
perwujudan dari program kerja pemerintah untuk beberapa tahun kedepan. Pada
beberapa hal dalam agenda pembangunan terdapat beberapa masalah yang dihadapi,
seperti :
a. Permasalahan Pembangunan Nasional
1) Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan semakin rendah
dan menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, serta munculnya masalah
sosial yang mendasar;
2) Kualitas sumber daya manusia Indonesia semakin rendah;
3) Kualitas manusia dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola sumber
daya alam dan lingkungan hidup;
4) Kesenjangan pembangunan antar daerah masih lebar;
5) Perbaikan kesejahteraan rakyat sangat ditentukan oleh hubungan
infrastruktur dalam pembangunan;
6) Belum tuntasnya penanganan secara menyeluruh terhadap aksi separatisme
di Aceh dan Papua;
7) Masih tingginya kejahatan nasional dan transnasional;
8) Dengan wilayah yang sangat luas, serta kondisi sosial ekonomi budaya
yang beragam maka potensi ancaman, baik dari luar negeri maupun dari
dalam negeri tidak bias diabaikan;
9) Masih banyaknya peraturan perundang-undangan yang belum
mencerminkan keadilan, kesetaraan, perghormatan dan perlindungan
terhadap HAM;
10) Rendahnya kualitas pelayanan umum terhadap masyarakat; serta
11) Belum menguatnya pelembagaan politik, lembaga penyelenggara negara,
dan lembaga kemasyarakatan.
Disamping masalah pokok diatas, masih terdapat permasalahan yang mendasar,
antara lain:
1) Masih lambatnya karakter bangsa
2) Belum terbangunnya sistem pembangunan, pemerintahan, dan
pembangunan yang berkelanjutan;
3) Belum berkembangnya nasionalisme, kemanusiaan serta demokrasi politik
dan ekonomi;
4) Belum terjawantahnya nilai-nilai utama kebangsaan, belum
berkembangnya sistem yang memungkinkan masyarakat untuk
mengadopsi dan memaknai nilai-nilai kontemporer secara bijaksana; serta

83
5) Kegamangan dalam menghadapi masa depan serta rentannya sistem
pembangunan, pemerintahan, dan kenegaraan dalam menghadapi
perubahan.
6) Strategi pembangunan kedua, diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu
pemenuhan hak dasar rakyat serta penciptaan landasan pembangunan yang
kokoh.
b. Prioritas Pembangunan Nasional Indonesia
Agenda mewujudkan Indonesia yang damai dan aman meliputi :
1) Peningkatan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok masyarakat;
2) Mengembangkan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai luhur;
3) Peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas;
4) Pencegahan dan penanggulangan separatisme;
5) Pencegahan dan penanggulangan gerakan terorisme;
6) Peningkatan pengetahuan pertahanan negara; serta
7) Pemantapan politik luar negeri dan peningkatan kerjasama internasional.

Agenda mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis :


1). pembenahan sistem hukum nasional dan politik hukum;
2). Penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk;
3). Penghormatan, pemenuhan serta penegakan hukum dan pengakuan atas
hak asasi manusia;
4). Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta kesejahteraan
dan perlindungan anak.
5). Revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah;
6). Penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
7). Perwujudan lembaga demokrasi yang makin kokoh.
Agenda meningkatkan kesejahteraan masyarakat :
1) Penanggulangan kemiskinan
2) Peningkatan investasi dan ekspor nonmigas
3) Peningkatan daya saing industri manufaktur
4) Revitalisasi pertanian
5) Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah;
6) Peningkatan pengelolaan BUMN
7) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
8) Perbaikan iklim ketenagakerjaan; serta
9) Pemantapan stabilitas ekonomi makro

Agenda Pemberdayaan masyarakat :


Agenda utama dalam meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat adalah
Pemberdayaan Masyarakat, Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup
pengertian community development (Pemberdayaan masyarakat) dan
Community-based development (pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat), dan tahap selanjutnya muncul istilah Community driven
development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang diarahkan
masyarakat atau diistilahkan pembangunan yang digerakkan masyarakat.

84
Proses pemahaman secara mendalam, maka perlu dipahami tentang arti
dan makna keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Keberdayaan dalam
konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam
masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.
Masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mentalk, terdidik
dan kuat serta inovatif, tentu memiliki keberdayaan yang tinggi.

Namun selain nilai fisik tersebut di atas, maka ada pula nilai-nilai
intrinsic dalam masyarakat yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti nilai
kekeluargaan, kegotongroyongan, kejuangan, dan yang khas pada masyarakat
Indonesia yaitu Kebhinekaan.

Keberdayaan masyarakat merupakan unsur-unsur yang memungkin


masyarakat untuk bertahan (survive) dan dalam pengertian dinamis
mengembangkan diri dan mencapai suatu kemajuan. Keberdayaan masyarakat
ini menjadi sumber dari apa yang dalam wawasan politik pada tingkat nasional
disebut Ketahanan Nasional.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkat harkat dan


martabat lapisan masyarakat Indonesia yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Dengan kata lain memberdayakan masyarakat adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat secara maksimal.

Meskipin pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata konsep


ekonomi, dari sudut pandang yang lain, bahwa pemberdayaan masyarakat secara
implisit mengandung arti menegakkan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi
secara harfiah berarti kedaulatan rakyat dibidang ekonomi, dan kegiatan
ekonomi yanga berlangsung adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Konsep ini menyangkut penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar
dan kedalam sumber-sumber informasi serta keterampilan manajemen. Agar
demokrasi ekonomi dapat berjalan, aspirasi masyarakat yang tertampung harus
diterjemahkan menjadi rumusan-rumusan kegiatan yang nyata.

Untuk menerjemahkan rumusan menjadi suatu kegiatan nyata, Negara


mempunyai birokrasi. Birokrasi tersebut harus dapat berjalan efektif, artinya
mampu menjabarkan dan melaksanakan rumusan-rumusan kebijaksanaan
Negara (public policies) dengan baik, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
dikehendaki. Dalam paham bangsa Indonesia, masyarakat adalah pelaku utama
pembangunan, sedangkan pemerintah (birokrasi) berkewajiban untuk
mengarahkan, membimbing, serta menciptakan iklim yang menunjang
masyarakat untuk berkreasi secara maksimal sesuai dengan bakat dan
kemampuan yang mereka miliki.

Berkaitan hal tersebut, maka juga perlu dipahami tentang tujuan


pembangunan, konsep pemberdayaan masyarakat dalam konteks perkembangan

85
paradigm pembangunan, pendekatan, aspek kelembagaan beserta mekanismenya
serta strategi dalam mewujudkannya. (Khusus bahasan ini, akan dikaji melalui
proses diskusi kelompok pada kelas pembelajaran).

Serangkaian dengan hal tersebut di atas, maka permasalah-permasalahn


nyata yang terjadi di Indonesia adalah konsumsi penduduk, kemiskinan yang
bersifat multidimensi, dan kesenjangan antar wilayah. Oleh karena itu,
pemerintah menetapkan empat strategi, yaitu: (1) strategi pertumbuhan yang
berkualitas (quality growth), (2) strategi peningkatan akses pelayanan dasar bagi
keluarga miskin (accessibility to basic public service), dan (3) strategi
perlindungan sosial (social protection), serta (4) strategi pemberdayaan
masyarakat (community development).

5. DRAF RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL


(RPJMN) TAHUN 2010-2014

Presiden RI telah meluncurkan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 dalam bentuk Peraturan Presiden
(Perpres) No. 5 Tahun 2010. Turut hadir menyaksikan peluncuran Perpres tersebut
adalah para Menteri KIB II dan Kepala UKP4, Dewan Pertimbangan Presiden
(Wantimpres), para Gubernur seluruh Indonesia, Staf Khusus Presiden, Kepala
LPNK, dan Kepala Bappeda seluruh Indonesia.

Penyusunan RPJMN ini merupakan tugas pemerintah yang diamanatkan


kepada Bappenas dan tertuang dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). UU SPPN menyatakan bahwa
dokumen perencanaan jangka menengah (RPJMN) ditetapkan dengan Peraturan
Presiden paling lambat tiga bulan setelah Presiden dilantik.

Secara umum perencanaan yang disusun di dalam dokumen tersebut


merupakan penerjemahan dari visi dan misi presiden dan wakil presiden terpilih,
serta mengakomodasi arahan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025, yaitu memantapkan penataan kembali Indonesia di segala
bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian. RPJMN 2010-2014 merupakan tahap kedua dari RPJPN 2005-2025
yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.

RPJMN 2010-2014 disusun dalam tiga buku yang merupakan satu kesatuan
yang utuh:

Buku I memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro


yang merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden, yaitu
terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Untuk
mewujudkan visi tersebut telah disusun 3 (tiga) misi jangka menengah, yaitu

86
pertama, melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera; kedua,
memperkuat pilar-pilar demokrasi; dan ketiga, memperkuat dimensi keadilan
di semua bidang.

Buku II memuat rencana pembangunan yang mencakup bidang-bidang


kehidupan masyarakat sebagaimana tertuang dalam RPJPN 2005-2025 yang bertema
memperkuat sinergi antarbidang pembangunan dalam rangka mewujudkan visi
pembangunan nasional yang tercantum dalam Buku I. Di dalam rencana berbagai
bidang tersebut, diletakkan pengarusutamaan pembangunan yang meliputi
pembangunan berkelanjutan, tata kelola pemerintahan yang baik serta kesetaraan
gender. Di samping itu, didalam Buku II ini juga ditekankan 4 (empat) isu lintas
bidang, yaitu penaggulangan kemiskinan, perlindungan anak, perubahan iklim,
serta pembangunan kelautan berdimensi kepulauan.

Buku III menguraikan pembangunan wilayah Indonesia, yang dibagi ke


dalam 7 (tujuh) wilayah pembangunan, yaitu wilayah Sumatera, Jawa-Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, serta Papua. Strategi dan arah
kebijakan pengembangan wilayah jangka menengah adalah pertama, mendorong
pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di luar Jawa-Bali dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali; kedua, meningkatkan keterkaitan
antarwilayah melalui peningkatan perdagangan antar wilayah untuk mendukung
perekonomian ; dan ketiga, meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan
sektor-sektor unggulan di tiap wilayah. Penyusunan ketiga buku tersebut diarahkan
untuk dapat menyinergikan perencanaan pembangunan, baik sektoral maupun
regional untuk mencapai prioritas nasional jangka menengah.

Lebih jauh lagi, semua rencana kerja ini disusun lebih realistis dan
implementatif. Rencana kerja yang disusun dilengkapi dengan indikator dan sasaran
yang terukur sehingga memudahkan pemantauan dan evaluasi kinerja, serta
meningkatkan akuntabilitas dari pelaksanaan rencana tersebut. Perkuatan
akuntabilitas juga ditekankan melalui kejelasan institusi penanggung jawab dan
pelaksana setiap program dan kegiatan.

Di dalam penyusunannya, dokumen perencanaan ini telah diupayakan


semaksimal mungkin untuk dapat mengakomodasikan dan melibatkan semua
pemangku kepentingan. Dokumen ini menampung tiga hal utama, yakni dengan
memperhatikan, pertama, visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden, yaitu
terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan; kedua,
pelaksanaan National Summit yang bertujuan untuk mendapatkan masukan dari
stakeholders, serta ketiga, pelaksanaan Musrenbangnas RPJMN 2010-2014 yang
bertujuan untuk menyosialisasikan 11 Program Prioritas Pembangunan Nasional dan
mendapatkan masukan dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha,
serta masyarakat luas.

RPJMN ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan acuan bagi para
pemangku kepentingan dan pelaksana pembangunan, baik pada tingkatan

87
kementerian/lembaga di pusat dalam menyusun Renstra Kementerian/Lembaga dan
menjadi bahan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam menyusun rencana
pembangunan daerahnya masing-masing serta masyarakat pada umumnya. Untuk
pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan RAPBN 2011 yang akan kita
mulai segera untuk dapat mewujudkan visi pembangunan jangka menengah kita,
yaitu terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.

88
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, S. 2000. Desentralisasi dan Pembangunan Untuk Rakyat Miskin. PPS
UB : Malang.
Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Prenada Media : Jakarta.
----------.2004. Himpunan Perundang-undangan. Undang-Undang No. 25 tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Fokusmedia :
Jakarta.
Basrie, Chaidir. 2005. Politik Nasional dan Strategi Nasional Perwujudannya Dalam
Perencanaan Berbangsa dan Bernegara. Dirjendikti, makalah SUSCADOS
Angkatan I 2005. Jakarta
----------.2005. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-
2009, Sinar Grafika : Jakarta.
Mansoer, Handan, dkk.2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia : Jakarta.
Soeminarno, Slamet. 2005. Geopolitik Indonesia. Dirjendikti, Makalah SUSCADOS
Angkatan I 2005. Jakarta.
----------.2005. Beningan Materi Pendidikan Kewarganegaraan. Power Point
Suscadoswar 2005. Jakarta.

89

Anda mungkin juga menyukai