Anda di halaman 1dari 9

1.

‫َوه َُو ْال َغفُو ُر ْال َو ُدو ُد‬


“Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”

Diantara sifat Allah adalah sifat ghufran yaitu sifat mengampuni, sehingga


salah satu nama Allah adalah Al-Ghafur yaitu Yang Maha Mengampuni.

Diambil dari kata maghfirah yang dalam bahasa arab bermakna menutupi dan


melindungi. Jika kita memohon maghfirah kepada Allah itu artinya kita
memohon agar Allah tidak membuka aib kita dan di akherat Allah tidak
menampakkannya ke khalayak ramai dan juga agar Allah tidak menimpakan
kita akibat buruk dosa kita.

Oleh karena itu, tatkala kita berdoa astaghfirullah wa atubu ilaika, maka doa


ini mencakup taubat dan maghfirah, dimana taubat lebih dikhusususkan untuk
pengampunan dosa, adapun maghfirah lebih dikhususkan agar aib-aib kita
ditutupi baik di dunia maupun di akhirat.

Ibnu Rojab al-Hanbali berkata :

‫ب َم َع سِ ْت ِر َها‬ ُّ ِّ‫ِي ِو َقا َي ُة َشر‬


ِ ‫الذ ُنو‬ َ ‫ ه‬:ُ‫ َو ْال َم ْغف َِرة‬،ِ‫ َطلَبُ ْال َم ْغف َِرة‬:‫َوااِل سْ ت ِْغ َفا ُر‬

“Istighfar adalah memohon maghfiroh, dan maghfiroh adalah menjaga dari


akibat buruknya dosa disertai dengan tertutupnya dosa” (Jaami al-‘Uluum wa
al-Hikam 2/407)

Jadi istighfar bukan hanya meminta agar dosa kita tertutup saja. Ibnul Qoyyim
berkata tentang istighfar:

َ ‫ َفِإنَّ هَّللا‬،ُ‫اس َأ َّن َها ال َّس ْتر‬


ِ ‫ اَل َك َما َظ َّن ُه َبعْ ضُ ال َّن‬،ِ‫ َو ِو َقا َي ُة َشرِّ ه‬،ِ‫ َوِإ َزالَ ُة َأ َث ِره‬،ِ‫الذ ْنب‬
َّ ُ‫ َوه َُو َمحْ و‬،ِ ‫ب ْال َم ْغف َِر ِة م َِن هَّللا‬
َ َ‫َطل‬
،‫س م َِن اَأْل َذى‬ َ ‫ لِ َما َيقِي الرَّ ْأ‬،ُ‫ َو ِم ْن ُه ْالم ِْغ َفر‬،ِ‫الذ ْنب‬
َّ ِّ‫َيسْ ُت ُر َعلَى َمنْ َي ْغفِ ُر لَ ُه َو َمنْ اَل َي ْغفِ ُر لَ ُه … َو َحقِي َق ُت َها ِو َقا َي ُة َشر‬
‫ َفاَل ُب َّد فِي لَ ْفظِ ْالم ِْغ َف ِر م َِن‬،ِ‫ َواَل ْالقُ َّب ُع َو َنحْ وُ هُ َم َع َس ْت ِره‬،‫ َوِإاَّل َف ْال ِع َما َم ُة اَل ُت َسمَّى م ِْغ َفرً ا‬،‫َوال َّس ْت ُر اَل ِز ٌم لِ َه َذا ْال َمعْ َنى‬
‫ْال ِو َقا َي ِة‬
“Yakni memohon maghfiroh dari Allah, yaitu terhapusnya dosa dan
menghilangkan dampak/bekas dosa tersebut, serta perlindungan dari (akibat)
buruk dosa tersebut. Tidak sebagaimana persangkaan sebagian orang
bahwasanya maghfiroh maknanya hanyalah as-sitr (terutupnya dosa).

Karena Allah menutup dosa (tidak membongkarnya) bagi orang yang


meminta maghfiroh dan orang yang tidak meminta maghfiroh… dan hakikat
maghfiroh adalah perlindungan dari keburukan dosa,

diantara makna ini adalah al-mighfar (yaitu penutup kepala yang digunakan
oleh prajurit perang-pen) karena fungsinya melindungi kepala dari gangguan.
Adapun tertutupnya kepala maka itu merupakan kelaziman dari pelindung.
Karenanya sorban dan songkok tidak dinamakan mighfar meskipun menutup,
maka maghfiroh harus mengandung makna perlindungan/penjagaan”
(Madaarijus Saalikiin 1/314-315)

Sesungguhnya diantara rahmat Allah adalah Allah menutupi aib-aib dan


dosa-dosa kita. Apabila kita dimuliakan orang lain, kita dihormati orang lain,
semua itu bukan karena kemuliaan dan bukan pula karena amal kebajikan
kita, tetapi karena aib kita yang tidak dibuka oleh Allah. Seandainya satu saja
aib kita dibuka oleh Allah niscaya tidak akan ada yang mau dekat dengan
kita. Sebagaimana perkataan Muhammad bin Wasi’ rahimahullah:

‫س ِإلَيَّ َأ َح ٌد‬ ِ ‫ان ل ُِّلذ ُن ْو‬


َ َ‫ب ِر ْي ٌح َما َجل‬ َ ‫لَ ْو َك‬

“Kalau seandainya dosa-dosa itu ada baunya, niscaya tidak seorangpun yang
akan duduk dekat denganku.” (Siyar A’lamin Nubala, 6/120)

Berkata pula salah seorang penyair:

‫َأَل َبى ال َساَل َم َعلَيَّ َمنْ َي ْل َقانِي‬   ْ‫هللا لَ ْو َعلِم ُْوا َق ِب ْي َح َس ِري َْرتِي‬
ِ ‫َو‬

“Demi Allah seandainya mereka mengetahui hakekat rahasiaku tatkala aku


bersendirian, maka setiap orang yang bertemu denganku tidak akan mau
memberi salam kepadaku.” (Nuniyah Al-Qahthany)
Oleh karena itu kita bersyukur kepada Allah Al-Ghafur yang telah menutupi
aib-aib kita, keburukan-keburukan dan maksiat-maksiat yang pernah kita
lakukan. Kalau saja Allah membuka aib kita, maka binasalah kita.

Para ulama mengatakan bahwa suatu saat aib seorang hamba dibuka
biasanya itu adalah pertanda bahwa ia terlalu sering melakukan aib tersebut.
Karena ketika seorang hamba melakukan keburukan pertama kali, maka
biasanya dosanya akan ditutupi oleh Allah terlebih dahulu, biasanya tidak ada
yang langsung dibuka. Namun jika dia terus-menerus dan tidak berhenti
melakukan kemaksiatan tersebut maka suatu saat aibnya tersebut akan
dibuka oleh Allah.

Allah mengatakan bahwa Dia Al-Ghafur yaitu Maha Pengampun dengan


menutupi aib-aib dan Al-Wadud yaitu Maha Mencintai orang-orang yang
beriman kepada Allah

. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan bahwasanya ayat ini


adalah bantahan kepada orang-orang yang menganggap kalau seorang
hamba yang bermaksiat kemudian bertaubat maka dia tidak akan dicintai oleh
Allah. Tetapi barang siapa yang berdosa kemudian bertaubat kepada Allah
maka taubatnya akan diterima oleh Allah lalu Allah akan kembali
ْ
mencintainya. Itulah rahasia digandengkannya antara ‫ال َغفُو ُر‬ ‘’Yang Maha
Pengampun’’ dan ‫’‘ ْال َو ُدو ُد‬Yang Maha Mencintai’’ (Lihat Taisiir Al-Kariim Ar-
Rahmaan hal 918)

Oleh karena itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ت ِم ْن ُه َو َعلَ ْي َها َط َعا ُم ُه‬


ْ ‫ض َفالَ ٍة َفا ْن َفلَ َت‬ ِ ْ‫ان َعلَى َرا ِحلَ ِت ِه ِبَأر‬ َ ‫ِين َي ُتوبُ ِإلَ ْي ِه مِنْ َأ َح ِد ُك ْم َك‬ َ ‫هَّلَل ُ َأ َش ُّد َف َرحً ا ِب َت ْو َب ِة َع ْب ِد ِه ح‬
‫س مِنْ َرا ِحلَ ِت ِه َف َب ْي َنا ه َُو َك َذل َِك ِإ َذا ه َُو ِب َها َقاِئ َم ًة عِ ْندَ هُ َفَأ َخ َذ‬ َ ‫س ِم ْن َها َفَأ َتى َش َج َر ًة َفاضْ َط َج َع فِى ظِ لِّ َها َق ْد َأ ِي‬ َ ‫َو َش َرا ُب ُه َفَأ ِي‬
‫َأ ْخ َطَأ مِنْ شِ َّد ِة ْال َف َر ِح‬.‫ك‬ َ ‫ت َع ْبدِى َوَأ َنا َر ُّب‬ َ ‫ِب ِخ َطا ِم َها ُث َّم َقا َل مِنْ شِ َّد ِة ْال َف َر ِح اللَّ ُه َّم َأ ْن‬

“Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia


bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang
berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang
pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal
pada hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya.
Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon
dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah
berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya
tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat
gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah,Engkau adalah hambaku dan aku
adalah Rabb-Mu.’ Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.”
(HR. Muslim no. 2747).

Orang ini sangat gembira karena dia menyangka bahwasanya dirinya akan
meninggal tetapi ternyata selamat. Namun Allah lebih gembira dengan
taubatnya seorang hamba daripada gembiranya orang ini. Oleh karena itu,
jika seseorang berdosa maka hendaknya segera bertaubat kepada Allah.
Bahkan ketika dia kembali melakukan dosa yang dahulu juga pernah
dilakukannya. Hendaknya dia tidak suudzan kepada Allah, ketika dia mulai
ragu dan suudzan kepada Allah maka dia telah dimasuki oleh syaithan.
Syaithan ingin agar dia meninggal dalam keadaan tidak bertaubat kepada
Allah.

Kemudian Allah berfirman:

1. ِ ‫ُذو ا ْل َع ْر‬
‫ش ا ْل َم ِجي ُد‬

“Yang memiliki ‘Arsy, lagi Maha Mulia”

Diantara aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yaitu meyakini bahwasanya Allah
punya ‘Arsy.

Patut diketahui bahwa ‘Arsy bukanlah bermakna kekuasaan Allah tetapi ‘Arsy
merupakan singgasana yang hakiki. Dan singgasana Allah ini akan dipikul
oleh delapan malaikat pada hari kiamat kelak. Allah berfirman:

‫ِّك َف ْو َق ُه ْم َي ْومَِئ ٍ•ذ َث َما ِن َي ٌة‬ َ ْ‫ك َعلَ ٰى َأرْ َجاِئ َها ۚ َو َيحْ ِم ُل َعر‬
َ ‫ش َرب‬ ُ َ‫َو ْال َمل‬
“Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan
malaikat menjunjung ‘Arsy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala)
mereka.” (QS Al-Haqqah : 17)

Allah juga mempunyai Kursi dimana Allah berfirman:

َ ْ‫ت َواَأْلر‬
ۖ‫ض‬ ِ ‫َوسِ َع ُكرْ سِ ُّي ُه ال َّس َم َاوا‬

“Kursi-Nya meliputi langit dan bumi.” (QS Al-Baqarah : 255)

Dalam sebuah hadits, dijelaskan tentang perbandingan antara ‘Arsy dan Kursi
Allah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:

‫ك ْال َفالَ ِة َعلَى‬


َ ‫ش َعلَى ْال ُكرْ سِ يِّ َك َفضْ ِل ت ِْل‬ ِ ْ‫ات ال َّس ْب ُع فِي ْال ُكرْ سِ يِّ ِإالَّ َك َح ْل َق ٍة م ُْل َقا ٍة ِبَأر‬
ِ ْ‫ َو َفضْ ُل ْال َعر‬،ٍ‫ض َفالَة‬ ُ ‫َما ال َّس َم َاو‬
‫ك ْال َح ْل َق ِة‬
َ ‫ت ِْل‬

“Perumpamaan langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursi seperti cincin


yang dilemparkan di padang sahara yang luas, dan keunggulan ‘Arsy atas
Kursi seperti keunggulan padang sahara yang luas itu atas cincin
tersebut.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

Allah beristiwa’ diatas ‘Arsy tersebut namun Allah tidak butuh dengan ‘Arsy
tersebut.

Tetapi hal ini tidak lantas berkonsekuensi bahwa Allah lebih kecil daripada
‘Arsy, Allah butuh kepada ‘Arsy, apabila ‘Arsy jatuh maka Allah akan ikut
jatuh. Maha Suci Allah dari pemahaman yang bathil tersebut.

Lihatlah langit yang berada di atas bumi, bersamaan dengan hal tersebut
langit lebih luas dari bumi dan langit tidak butuh kepada yang di bawahnya
yaitu bumi. Begitupun dengan Allah yang lebih di atas dari ‘Arsy yang tidak
berkonsekuensi Allah butuh kepada ‘Arsy.

Intinya ‘Arsy adalah singgasana Allah yang sangat besar, kita tidak
mengetahui bagaimana hakikatnya. Pada hari kiamat kelak ‘Arsy akan dipikul
oleh delapan malaikat Allah. Padahal malaikat itu sendiri adalah makhluk
Allah yang sangat besar. Disebutkan dalam satu hadist, Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ِ‫ ِإنَّ َما َبي َْن َشحْ َم ِة ُأ ُذ ِن ِه ِإلَى َعا ِتقِ ِه مَس‬،‫ش‬


‫يرةُ َسب ِْع ِماَئ ِة‬ َ ‫ُأذ َِن لِي َأنْ ُأ َح ِّد‬
ِ ْ‫ث َعنْ َملَكٍ مِنْ َماَل ِئ َك ِة هَّللا ِ مِنْ َح َملَ ِة ْال َعر‬
‫َع ٍام‬

“Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang seorang malaikat


diantara malaikat-malaikat pemikul ‘Arsy. Sesungguhnya apa yang ada
diantara dua daun telinganya sampai ke pundaknya adalah sejauh
perjalanan 700 tahun.” (HR Abu Dawud no. 4727 dishahihkan oleh Al-Albani
dalam As-Shahihah no 151)

Ini adalah gambaran yang amat menakjubkan. Jarak antara daun telinganya
saja dengan pundaknya sejauh perjalanan 700 tahun. Bagaimana dengan
jarak antara kepala hingga kakinya, jarak antara sayap-sayapnya, jarak
antara satu malaikat dengan malaikat lainnya. Bahkan At-Thibi berkata bahwa
angka 700 ini bukan untuk pembatasan akan tetapi untuk menunjukan jumlah
yang sangat banyak. (lihat Faidul Qodiir 1/458).

Karena orang Arab jika ingin mengungkapan jumlah yang banyak dengan
ungkapan 70 atau 700. Semua ini menunjukkan ‘Arsy Allah begitu luas. Kita
saksikan betapa luasnya langit, padahal ‘Arsy itu lebih luas daripada langit.

Kemudian Allah berfirman:

1. ‫َف َّعال ٌ لِ َما ُي ِري ُد‬


‘’Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya’’

Allah lah satu-satunya yang jika berkehendak maka tinggal berkata ‘’Kun’’
(jadilah) ‘’Fayakuun’’ (maka terjadilah). Allah tidak membutuhkan penolong
sama sekali dan tidak ada yang menentang sama sekali.
Hal ini berbeda dengan manusia, jika berkehendak sesuatu biasanya perlu
penolong dan biasanya ada yang menentang, tidak bisa berkehendak secara
mutlaq. (lihat Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan hal 918).

Bahkan betapa banyak raja yang hebat dan presiden yang hebat, tatkala
menghendaki sesuatu mereka perlu penolong dan ada saja yang protes dan
menjadi oposisi terhadap kehendak mereka.

Setelah itu Allah menyebutkan sebagian tindakan Allah yang menunjukan


akan kebenaran para Rasul-Nya.

Allah berfirman :

1. ِ ‫ِيث ْال ُج ُنود‬ َ ‫َه ْل َأ َت‬


ُ ‫اك َحد‬

“Sudahkah sampai kepadamu berita tentang bala tentara (penentang)”

1. ‫ِفرْ َع ْو َن َو َثمُو َد‬


“(yaitu) Fir’aun dan Tsamud?”

Bagaimana mereka telah mendustakan para Rasul-Nya, maka Allahpun

membinasakan mereka .

1. ‫ب‬ َ ‫َب ِل الَّذ‬


ٍ ‫ِين َك َفرُوا فِي َت ْكذِي‬
“Memang orang-orang kafir (selalu) mendustakan”

Mereka terus mendustakan padahal telah datang banyak peringatan dan


pelajaran serta tanda-tanda kebesaran Allah. Semua itu tidak bermanfaat
bagi mereka, mereka tetap tidak beriman.
1.
ٌ ‫َوهَّللا ُ ِمن َو َراِئ ِهم ُّم ِح‬
‫يط‬
“Padahal Allah mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat
lolos)”

Yaitu ilmu Allah dan kekuasaan-Nya meliputi mereka .

1. ٌ ْ‫َب ْل ه َُو قُر‬


‫آن َّم ِجي ٌد‬
“Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Quran yang mulia (luas)”

ْ
‫ َّم ِجي ٌد‬ Mengandung sifat ‫ال َمجْ ُد‬ al-Majd, yaitu Al-Qur’an luas kandungan
maknanya dan luas ilmu dan kebaikannya.

1. ٍ ‫ِفي َل ْو ٍح مَّحْ فُوظ‬


“yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh)”

Itulah kitab suci yang tersimpan dalam tempat yang terjaga, Lauh Mahfùz.
Itulah tempat paling rahasia yang tidak diketahui hakikatnya oleh manusia. Di
dalamnya terdapat detail peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta.
Tempat ini terjaga dari setan yang berusaha mengintai dan mencari tahu
isinya.

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Al-Qur'an itu adalah kitab Allah
yang mulia, tersimpan dalam Lauh Mahfudh. Tidak ada yang dapat
menandingi isi dan susunan kata-katanya, terpelihara dari pemalsuan dan
perubahan.

Ini sebagai jawaban kepada orang-orang kafir yang mendustakan Al-Qur'an


dengan mengatakan bahwa ia adalah cerita-cerita orang dahulu kala.

Baca lebih banyak di: https://firanda.com/3512-tafsir-surat-al-buruj-tafsir-juz-


amma.html

Anda mungkin juga menyukai