Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS POLA SPASIAL PETA KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR

PROVINSI DKI JAKARTA


Universitas Lambung Mangkurat
Mujdalifah Program Studi Geeografi,FISIP-ULM
Dr. Nasruddin ,M.Si Program Studi Geografi,FISIP-ULM
Program Studi Geeografi,FISIP, Universitas Lambung Mangkurat

Jl .H.Hasan Basri,Pangeran,Kec.Banjurmasin Utara

Kota Banjarmasin, Kalimatan Selatan 70123

E-mail : 2110416120002@mhs.ulm.ac.id

Abstrak
Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan pada daerah datar sekitar sungai sebagai akibat
meluapnya air sungai yang tidak mampu ditampung oleh sungai. Salah satu provinsi yang sering
mengalami banjir adalah DKI Jakarta .DKI Jakarta adalah ibu kota negara dan kota terbesar di
Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat
provinsi. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa.Jakarta memiliki suhu udara yang
panas dan kering atau beriklim tropis. Secara geografis, 40 persen wilayah Jakarta memang lebih
rendah dari permukaan laut. Rata-rata ketinggian wilayah Jakarta hanya 7 meter di atas permukaan
laut. Semakin pesatnya pertumbuhan pemukiman dan pembangunan kota di sepanjang daerah
aliran sungai membuat potensi bencana banjir kian besar.
Pada artikel ini, bencana banjir yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta dianalisis menggunakan
analisis pola spasial berdasarkan peta kawasan rawan banjir Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari
kelas tinggi,kelas sedang,kelas rendah,dan kelas sangat rendah.
Kata kunci : Banjir,DKI Jakarta,Geografis,Analisis Pola Spasial,kawasan Rawan Banjir
Abstract
Flooding is an event of inundation in flat areas around rivers as a result of overflowing river water
that cannot be accommodated by the river. One of the provinces that frequently experiences
flooding is DKI Jakarta. DKI Jakarta is the capital city and the largest city in Indonesia. Jakarta
is the only city in Indonesia that has a provincial-level status. Jakarta is located on the northwest
coast of Java Island. Jakarta has hot and dry air temperatures or a tropical climate. Geographically,
40 percent of Jakarta's area is indeed lower than sea level.The average height of the Jakarta area is
only 7 meters above sea level. The rapid growth of settlements and urban development along
watersheds makes the potential for flood disasters even greater.
In this article, flood disasters spread across DKI Jakarta Province were analyzed using spatial
pattern analysis based on a map of the flood-prone areas of DKI Jakarta Province which consisted
of high class, medium class, low class, and very low class.
Keywords : Flood, DKI Jakarta, Geographic, Spatial Pattern Analysis, Flood Prone Area
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, oleh faktor alam atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Salah satunya bencana banjir. Definisi banjir adalah keadaan
dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Kedatangan banjir dapat
diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air. Namun kadangkala banjir dapat
datang tiba-tiba akibat dari angin badai atau kebocoran tanggul yang biasa disebut banjir
bandang.Bencana banjir yang paling sering terjadi di Indonesia salah satunya di Provinsi DKI
Jakarta. Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau disingkat DKI Jakarta adalah ibu kota negara dan
kota terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status
setingkat provinsi. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa.Jakarta memiliki suhu
udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia,Jakarta
mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan
350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari
sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya. Pembangunan tanpa
terkendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat
eksploitasi air oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air sistem sungai, yang
menyebabkan terjadinya banjir besar di Jakarta. Ruang kota yang sering berubah-ubah,
menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikendalikan. Wilayah Jakarta juga merupakan
floodplain, dimana 40% diantaranya terletak di bawah permukaan laut. Perkembangan kota Jakarta
dengan infrastruktur tata air yang tidak mencukupi menyebabkan tingginya penggunaan air tanah
yang pada gilirannya mengakibatkan terjadinya subsidence atau penurunan permukaan tanah, dan
berkurangnya efektivitas sistem drainase termasuk sungai pada wilayah kota. Walaupun
pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan air, namun ketentuan
tersebut sering dilanggar dengan terus dibangunnya perumahan serta pusat bisnis baru. Beberapa
wilayah yang diperuntukkan untuk permukiman, banyak yang beralih fungsi menjadi tempat
komersial,sehingga banjir masih sering terjadi di Jakarta.
PEMBAHASAN

Analisis Pola Spasial (Spatial Pattern Analysis) :

 Peta Kawasan Rawan Banjir Provinsi DKI Jakarta

Gambar 2.1 Peta Kawasan Rawan Banjir DKI Jakarta 2018

Pembuatan peta ini merupakan hasil analisis menggunakan metedeologi yang telah ditentukan
oleh Badan Informasi Geospasial dalam penentuan kawasan rawan banjir dan di Overlay dengan
data Frekuensi banjir. Sumber peta, dari Badan Informasi Geospasial,Badan
(Meteorologi,Klimatologi,dan Geospasial),Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,BPBD
Provinsi DKI Jakarta,Humanitarian Open Street Map Team, dan disusun oleh Tim GIS Pusdatin
BPBD DKI Jakarta.
 Menganalisis peta kawasan rawan banjir DKI Jakarta

pada peta tersebut daerah yang berwarna merah menunjukkan kawasan rawan banjir tinggi,warna
jingga menunjukkan kawasan rawan banjir sedang,warna kuning menunjukkan kawasan rawan
banjir rendah dan warna hijau menunjukan kawasan rawan banjir sangat rendah.

Daerah berwarna hijau dan jingga lebih banyak dibandingkan warna merah dan kuning yang
berarti :

=Jakarta Timur (Pulo Gading,Jatinegara,Duren Sawit,Cipayung), Jakarta Barat


(Kalideres,Kebon Jeruk,Kembangan,Tambora,Taman Sari,Pal Merah), Jakarta Pusat
(Kemayoran,Cempaka Putih,Johar Baru, Menteng,Tanah Abang),Jakarta Selatan (Kebayoran
Lama,Kebayoran Baru,Pancoran,Budi Setia,Cilandak)

= Jakarta Timur (Pasar Rebo)

=Jakarta Utara(Pademangan,Tanjung Priok,Kelapa Mading),Jakarta Selatan


(Pasanggrahan,Jagakarsa),Jakarta Timur (Cakung,Kramat Jati,Ciracas),Jakarta Barat (Grogol
Pertamburan),Jakarta Pusat (Sawah Besar)

= Jakarta Utara (Penjaringan/Penjagalan,Koja,Cilingcing),Jakarta Selatan (Mampang


Prapatan,Pasar Minggu),Jakarta Timur (Makasar),Jakarta Barat (Cengkareng).

Data terbaru yang diterbitkan tahun 2017 dan diperbaharui pada Mei 2018 menunjukkan dari total
262 kelurahan, 82 di antaranya termasuk wilayah rawan banjir.Ini artinya, satu dari setiap tiga
kelurahan di Jakarta harus waspada atas bencana banjir yang mungkin datang pada musim hujan,
seperti mulai berlangsung pada bulan November ini. Kelurahan-kelurahan rawan banjir itu tersebar
di seluruh kawasan di Jakarta, 25 kelurahan di Jakarta Selatan, 23 kelurahan di Jakarta Timur, 17
di Jakarta Barat, dan hanya 2 di Jakarta Pusat. Cengkareng, Penjaringan, Mampang Prapatan,
Makasar, dan Cilincing menjadi lima kecamatan dengan jumlah kelurahan rawan banjir terbanyak,
enam kelurahan di Cengkareng, dan selebihnya masing-masing lima kelurahan.
 Adapun Faktor-Faktor Penyebab Banjir

Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002)

faktor penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan
banjir oleh tindakan manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi
dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir
akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-
perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan
pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir,
rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistem pengendali banjir yang tidak tepat.

Penyebab wilayah ini juga sering banjir dikarenakan Secara geografis, 40 persen wilayah Jakarta
memang lebih rendah dari permukaan laut. Rata-rata ketinggian wilayah Jakarta hanya 7 meter di
atas permukaan laut. Semakin pesatnya pertumbuhan pemukiman dan pembangunan kota di
sepanjang daerah aliran sungai membuat potensi bencana banjir kian besar.

 Upaya –upaya pemerintah dalam menanggulangi kawasan rawan banjir

Berikut data gambar perbandingan titik banjir pada tahun 2014 dan 2018 :

Gambar 2.2 DataTitik Banjir DKI Jakarta Tahun 2014 &2018

Jika dilhat dari data gambar diatas kawasan titik banjir dari tahun 2014 dan 2018 mengalami
penurunan 26%. Pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta terus berupaya mengatasi banjir di
Jakarta. Berbagai upaya dilakukan guna mengatasi masalah menahun Jakarta itu, yaitu
pembangunan bendungan, normalisasi sungai, pembangunan sodetan Ciliwung, dan tanggul laut
raksasa. Pemerintah pusat melalui Besar Balai Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC)
tengah membangun dua bendungan di Ciawi dan Sukamahi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pembangunan telah direncanakan sejak 2004 tetapi baru mulai terealisasi pada September 2017.
Bendungan Ciawi yang memiliki kontrak proyek Rp 757,8 miliar luas area genangannya 29,22
hektar dengan volume tampung 6,45 juta meter kubik. Sementara, Bendungan Sukamahi memiliki
daya tampung tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektar. Dua bendungan
itu akan mengurangi volume banjir kiriman dari Bogor ke Jakarta. Waktu tiba air kiriman dari
Bogor di Jakarta melalui pintu air Manggarai juga bisa diperpanjang selama 4 jam atau yang
biasanya tiba dalam waktu sembilan jam, menjadi 13 jam. Kedua bendungan tersebut ditargetkan
konstruksinya selesai pada 2019.

KESIMPULAN
1. Banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar.
Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air.
Bencana banjir yang paling sering terjadi di Indonesia salah satunya di Provinsi DKI
Jakarta.
2. Menganalisis peta kawasan rawan banjir DKI Jakarta, pada peta tersebut daerah yang
berwarna merah menunjukkan kawasan rawan banjir tinggi,warna jingga menunjukkan
kawasan rawan banjir sedang,warna kuning menunjukkan kawasan rawan banjir rendah
dan warna hijau menunjukan kawasan rawan banjir sangat rendah.
3. Data terbaru yang diterbitkan tahun 2017 dan diperbaharui pada Mei 2018 menunjukkan
dari total 262 kelurahan, 82 di antaranya termasuk wilayah rawan banjir. Penyebab wilayah
ini sering banjir dikarenakan Secara geografis, 40 persen wilayah Jakarta memang lebih
rendah dari permukaan laut. Rata-rata ketinggian wilayah Jakarta hanya 7 meter di atas
permukaan laut. Semakin pesatnya pertumbuhan pemukiman dan pembangunan kota di
sepanjang daerah aliran sungai membuat potensi bencana banjir kian besar.
4. Pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta terus berupaya mengatasi banjir di Jakarta.
Berbagai upaya dilakukan guna mengatasi masalah menahun Jakarta itu, yaitu
pembangunan bendungan, normalisasi sungai, pembangunan sodetan Ciliwung, dan
tanggul laut raksasa.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta)
Library UI (http://lib.ui.ac.id)
BPBD DKI Jakarta (https://bpbd.jakarta.go.id)
Tirto.id (https://tirto.id/sepertiga-kelurahan-di-dki-jakarta-rawan-banjir-c9Um)

scholar (http://scholar.unand.ac.id)
Kompas.com(https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/12/09432131/upaya-pemerintah-
tanggulangi-banjir-jakarta-dan-kendala-yang-dihadapi)

Anda mungkin juga menyukai