Anda di halaman 1dari 16

PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH

PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II

Diajukan sebagai srayat mengikuti ujian akhir madrasah

tahun pelajaran 2021/2022

N a m a : THANIA AURORA SALSAHBILLA

NIS / NISN : 131113710002 190065 / 0041218267

K e l a s : XII. IPA. 2

No. Absen : 28

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA PADANG

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

TUGAS

KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL

PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH

PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II

Telah diperiksa dan disetujui oleh guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia dan dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai tugas akhir

untuk mengikuti ujian akhir pada Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota

Padang tahun pelajaran 2021/2022.

Padang, 4 Januari 2022

Mengetahui: Guru Mata Pelajaran


Kepala MAN 2 Kota Padang Bahasa Indonesia

Drs. H. AKHRI MEINHARDI, MM. Dra. Hj. HAPPY HARMONIS, M.M.Pd.


NIP. 19640529 199103 1001 NIP. 19620423 198703 2001
LEMBAR PENYERAHAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a : THANIA AURORA SALSAHBILLA

NIS/NISN : 131113710002 19006 / 0041218267

Kelas : XII. IPA. 2

Nomor Absen : 28

Demikianlah serah terima Karya Tulis Ilmiah ini dibuat agar dapat
dipergunakan sebagaimana messtinya.

Padang, 4 Januari 2022

Mengetahui: Kepala Perpustakaan


Kepala MAN 2 Kota Padang

Drs. H. AKHRI MEINHARDI, MM. Dra. Hj. HAPPY HARMONIS, M.M.Pd.


NIP. 19640529 199103 1001 NIP. 19620423 198703 2001
ABSTAK

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai


dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Laporan statistik dari International
Diabetes Federation (IDF) mengatakan, ada sekitar 230 juta penderita diabetes di
dunia. Angka tersebut terus bertambah 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya.
Jumlah penderita diabetes mellitus diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun
2025.
Daun belimbing wuluh yang didalamnya terdapat sennyawa tanin dan flavonoid
yang dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes. Tujuannya
adalah memberikan gambaran yang komperehensif terhadap keluarga dengan
diabetes mellitus dan mampu menerapkan pemberian rebusan daun belimbing wuluh
pada keluarga dengan diabetes mellitus
Masalah ketidakseimbangan glukosa darah dan ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan keluarga dapat memberikan edukasi pada keluarga tentang manajemen
penyakit diabetes mellitus dalam pemeliharaan keehatan keluarga dan memberikn
terapi nonfarmakologi dengan rebusan daun belimbing wuluh untuk menurunkan
kadar glukosa darah. Setelah intervensi yang dilakukan akan terlihat peningkatan
pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus dan terjadi penurunan kadar
glukosa darah dibuktikan dengan hasil pengukuran kadar glukosa darah sebelum dan
sesudah intervensi dilakukan.
Setelah diberikan intervensi diharapkan keluarga mampu berperan aktif dalam
merawat keluarga dan dapat meningkatkan kemampuan perawatan secara mandiri.
BAB I
PENDAHULUAN

Keluarga merupakan salah satu bagian terkecil dari masyarakat. Keberadaan

keluarga di masyarakat akan menentukan perkembangan masyarakat. Keluarga

menjadi tempat sentral bagi pertumbuhan dan perkembangan individu, sehingga

keluarga menjadi salah satu aspek terpenting. Kesehatan para anggota keluarga dan

kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat, akan tetapi hingga saat

ini sangat sedikit diberikan perhartian pada keluarga tentang Diabetes mellitus

(Susanto, 2015).

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada

sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya ( Smeltzer & Bare, 2015). Diabetes mellitus

merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula

darah sebagai akibat infusiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

gangguan atau defesiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans kelenjer pankreas

atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin ( Sunaryati dalam

Masrriadi, 2016).

Diabetes mellitus salah satu dari berbagai penyakit yang mengancam hidup

banyak orang. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) tahun

2017 mengatakan, ada sekitar 425 juta penderita diabetes di dunia. Angka tersebut

terus bertambah 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Jumlah penderita

diabetes mellitus diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025. Setengah
dari angka tersebut berada di Asia terutama India, China, Pakistan dan Indonesia.

World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang

diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada

tahun 2010. Jumlah tersebut menempati urutan keempat Terbesar didunia setelah

India (31,7 juta), China (20,8 juta) dan Amerika serikat (17,7 juta) (Syafey dalam

Masraidi, 2016).

Sumatera Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak 1,6% pada tahun 2018,

dimana Sumatera Barat berada di urutan ke 21 dari 34 provinsi di Indonesia

(Kementrian Kesehatan, 2018). Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat tahun 2018, jumlah kasus DM di Sumatera Barat tahun 2018 berjumlah 44.280

kasus, dengan jumlah kasus tertinggi berada di wilayah Kota Padang berjumlah 12.231

kasus.

Diabetes mellitus memiliki gejala antara lain rasa haus yang berlebihan

(polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama pada malam hari, sering merasa lapar

(poliphagi), berat bada yang turun dengan cepat, keluhan lemah, kesemutan pada

tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan kabur, impotensi, luka sulit sembuh,

keputihan, penyakit kulit akibat jamur dibawah lipatan kulit dan pada ibu-ibu sering

melahirkan bayi besar dengan berta badan > 4 kg (Riskesdas, 2018). Salah satu

uapaya mengurangi timbulnya tanda dan gejala serta mencegah terjadinya diabetes

mellitus adalah dengan pemeriksaan gula darah secara rutin.

Diabetes mellitus apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan

timbulnya komplikasi dengan penyakit serius lainnya seperti gangguan

penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit
sembuh dan membusuk/ganggren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah,

stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah pernah

mengalami amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Fatimah,2015).

Diabetes mellitus memiliki empat pilar dalam pelaksanaannya. Pilar tersebut

terdiri dari pengetahuan tentang diabetes melittus, pola makan, aktifias dan

pengobatan.(Giriwijoyo dan Sidik, 2012).

Salah satu pilar diabetes melitus adalah pengobatan yang terdiri dari farmakologis dan

nonfarmakologis. Pengobatan nonfarmakologis yaitu dengan pemberian obat

tradisional. Secara tradisional banyak tanaman yang berfungsi sebagai obat diabetes

melitus diantaranya daun alpukat, daun sirsak, daun sirih merah dan daun belimbing

wuluh. Namun penggunaan obat tersebut kadang-kadang hanya didasarkan pada

pengalaman dan belum didukung oleh oleh penelitian terutama uji farmakologinya.

Salah satu obat tradisional yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai obat anti

diabetes adalah tanaman daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L). Keunggulan daun

belimbing wuluh dari beberapa obat yang lainnya adalah Belimbing wuluh memiliki dua

senyawa yaitu flavonoid dan saponin. Flavonoid mampu berperan sebagai agen

antidiabetik dengan menghambat enzim alfa-glukosidase sehingga uptake glukosa di

dalam darah menurun. Saponin juga bekerja untuk mencegah penyerapan glukosa

dengan cara mencegah transport glukosa menuju brush border di usus halus yang

merupakan tempat penyerapan glukosa.

Pendapat ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agriani, (2012)

menunujukkan bahwa infusa daun belimbing wuluh dapat berkhasiat sebagai


penurunan glukosa darah. Selanjutnya uji fitokimia menunjukkan bahwa daun belimbing

wuluh mengandung senyawa tanin, flavonoid dan triterpenoid (Sudarsono, dkk, 2002)

Hasil wawancara dengan pasien didapatkan bahwa, selama pasien menderita

penyakit diabetes mellitus ini sudah pernah mencoba menggunakan obat herbal seperti

kayu manis dan daun sirsak tetapi karena tidak tau cara pembuatan dan tidak rutinnya

minum obat tersebut maka tidak ada perubahan.

Berdasarkan penjelasan diatas saya tertarik untuk mengangkat masalah

tersebut yang dituangkan dalam karya tulis artikel ilmiah yaitu “ Pemberian Air

Rebusan Daun Belimbing Wuluh Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II “


BAB II

PEMBAHASAN

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada

sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis

mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati (Smeltzer dkk, 2013).

Pengobatan diabetes mellitus dapat dilakukan dengan cara farmokologi dan

nonfarmokologi. Pengobatan secara non farmokologi adalah dengan mengatur diit

dengan komposisi seimban dan olah raga. Pengobatan secara farmokologi dengan

menggunakan obat pensensitif insulin dan sulfonylurea ( metformin dan tiazolidinedion )

Akhir-akhir ini pengobatan diabetes mellitus yang sering dilakukan oleh

masyarakat ialah mengonsumsi tanaman herbal yang diyakini menurukan gula darah.

Masyarakat lebih memilih tanaman herbal karena dapet di buat sendiri di rumah oleh

anggota keluarga dan bahannya mudah, efek samping jarang dan didapat dengan

harga ekonomis ( murah ).

Tamanan belimbing wuluh Batangnya berbentuk tegak, permukaan kasar,

banyak tonjolan, dan berwarna hijau kotor. Babitus berbentuk pohon setinggi 5-10

meter. Daun berbentuk daun majemuk, menyirip, anak daun 25-45 helai, bulat telur,

ujung meruncing,pangkal membulat, panjang 7-10 cm, lebar1-3 cm, bertangkai pendek,

dan berwarna hijau. Bunga berbentuk majemuk, bentuk malai (bintang), berwarna ungu,

berada pada tonjolan batang dan cabang, menggantung, panjang 5-20 cm, kelopak

lebih kurang 6 mm, daun mahkota bergan dengan, bentuk lanset. Akar pohon adalah
tunggang dan berwarna coklat kehitaman. Buah berbentuk buni, bulat, panjang 4-6

cm,dan berwana hijau kekuningan.

Zat aktif yang bisa di dapat pada daun belimbing wuluh antara lain adalah saponin dan

flavonoid. Saponin berfungsi sebagai anti hiperglikemik dengan cara mencegah

pengambilan glukosa pada brush borderdi usus halus. Sedangkan flavonoid merupakan

alfaglukosidase yang berfungsi untuk menunda absorbsi karbohidrat sehingga kadar

glukosa darah akan menurun.

Diabetes mellitus adalah keadaan kronik, yang berkarakteristik penyakit progresif

oleh ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang

menuju pada hiperglikemia. Diabetes mellitus mengacu sebagai gula yang tinggi oleh

pasien dan penyedia perawatan kesehatan (Lanywati, 2007).

Beberapa faktor yang mendukung terjadinya diabetes mellitus yaitu :

a. Faktor genetik

Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

resistensi insulin

b. Ras atau Etnis

Beberapa ras tertentu, seperti suku indian di Amerika dan orang Amerika

di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes mellitus tipe II.

Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani

dan biasanya kurus. Namun, sekarang makanan lebih banyak dan gerak

badannya makin berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai

diabetes.
c. Obesitas

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes mellitus tipe II adalah mereka yang

obesitas. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin

resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah

sentral. Obesitas sentralmerupakan contoh penimbunan lemak tubuh yang

berbahaya karena adiposit di daerah sangat efisien dan lebih resisten

terhadap efek insulin dibandingkan adiposit didaerah lain. Adanya peningkatan

jaringan adipose biasanya diikuti keadaan resistensi insulin (Pusparini, 2007).

d. Kurang aktifitas

Makin kurang aktifitas, makin mudah terkena diabetes mellitus. Olahraga atau

aktifitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah

dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin.

Peredaran darah lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes mellitus tipe II akan

turun sampai 50%.

e. Usia

Faktor usia yang risiko menderita diabetes mellitus tipe II adalah usia diatas

30 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia.

Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan

akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi hemeostasis. Setelah

seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2% tiap

tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan

hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi

Diabetes Mellitus tipe II serta gangguan toleransi glukosa (damayanti, 2009)


Berdasarkan hasil penelitian Edi Agustian.(2017) Yang berjudul

“kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian ekstrak daun belimbing

wuluh dan daun sirsak pada penderita diabetes mellitus” dilakukan intervensi

didapatkan hasil seluruh penderita DM di Kecamatan Tambak Bawean

Kabupaten Gresik sebanyak 10 responden terjadi penurunan kadar gula. Nilai

terendah kadar gula darah sebelum intervensi didapatkan 154 setelah dilakukan

intervensi menjadi 57. Sedangkan untuk kadar glukosa darah dengan nilai

tertinggi 416 setelah intervensi menjadi 160. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa keseluruhan responden mengalami penurunan kadar

glukosa darah setelah penambahan ektrak daun belimbing wuluh selama 7 hari.
BAB III

KESIMPULAN

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada

sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya ( Smeltzer & Bare, 2015). Diabetes mellitus

apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi

dengan penyakit serius lainnya seperti gangguan penglihatan mata, katarak,

penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan

membusuk/ganggren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan

sebagainya.

Salah satu pilar diabetes melitus adalah pengobatan yang terdiri dari

farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan nonfarmakologis yaitu dengan

pemberian obat tradisional. . Secara tradisional banyak tanaman yang berfungsi

sebagai obat diabetes melitus diantaranya daun alpukat, daun sirsak, daun sirih merah

dan daun belimbing wuluh. Salah satu obat tradisional yang dapat digunakan oleh

masyarakat sebagai obat anti diabetes adalah tanaman daun belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L). Keunggulan daun belimbing wuluh dari beberapa obat yang

lainnya adalah Belimbing wuluh memiliki dua senyawa yaitu flavonoid dan saponin.

Flavonoid mampu berperan sebagai agen antidiabetik dengan menghambat enzim alfa-

glukosidase sehingga uptake glukosa di dalam darah menurun. Saponin juga bekerja

untuk mencegah penyerapan glukosa dengan cara mencegah transport glukosa menuju

brush border di usus halus yang merupakan tempat penyerapan glukosa. Dengan
meminum secara teratur air rebusan daun belimbing wuluh dapat menurunkan kadar

gula darah.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2010. Obesitas, Diabetes Mellitus & Dislipidimia Konsep, Teori dan
Penanganan Aplikastif. Jakarta : EGC

Damayanti S. 2015. Diabetes Mellitus Dan Penatalaksanaan . Yogyakarta : Nuha


Medika

Edi Agustian, 2017. Kadar Glukosa Darah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Ekstrak
Daun Belimbing Wuluh Dan Daun Sirsak Pada Penderita Diabetes Melitus

Ernawati. 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu.


Jakarta: Mitra Wacana Media

Gustaviani, R. 2006. Diagnosis Dan Klasifikasi Diabetes Mellitus, Buku Ajar


Penyakit Dalam Jilid III ( Edisi IV ). Jakarta : Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI

Kurniati Evy, dkk 2016. Uji Efektivitas Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
sebagaPengobatan Diabetes Melitus
Lanywati, Endang. 2011. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta:
Penerbit Arcan

Soegondo, Sidartawan, Soewondo, Pradana & Subekti. 2009. Penatalaksanaan


Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi 4. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang

berjudul “ PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN BELIMBIBING WULUH PADA

PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II” dengan lancar Shalawat dan salam

disampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk

kepada umat manusia menuju zaman yang berilmu pengetahuan.

Dalam pelaksanaan pengerjaan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu Hj.Happy

Harmonis, M.M,Pd. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi persayaratan

mengikuti ujian akhir madrasah. Harapan penulis bahwa karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan. Penulis menyadari bahwa

karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan yang penulis miliki. Saran

dari pembaca akan penulis terima demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Padang, 4 Januari 2022

Penulis

Anda mungkin juga menyukai