Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN WAWANCARA

Dosen Fasilitator :

Onieqie Ayu Dhea Manto, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 14

Agenia Rahman 11194761910452


Ahmad Faisal 11194761910337
Brenda Putri Efendi 11194561910205
Dyah Fitriani 11194761910406
Estyqomah 11194761910465
Fuzah 11194761910467
Hasna Pawestri 11194761910414
Jesika Claudia 11194561910214
Khairunnisa 11194761910475
Muhamad Jailani 11194561910219
Ni Nyoman Wahyu Pangi Astuti 11194761910371
Rahmatul Sadiah 11194761910475
Ririn Safitri 11194561910193
Putri Andriani Nasution 11194761910433
Putri Olivia Nayaken 11194761910434
Zurida 11194761910510

INTEGRATED COMMUNITY DEVELOPMENT

UNIVERSITAS SARI MULIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN WAWANCARA

Banjarmasin, 30 Juni 2021

Dibuat oleh : Kelompok 14


Ketua

(Jesika Claudia)

NIM. 11194561910214

Diperiksa oleh : Dosen Fasilitator

(Onieqie Ayu Dhea Manto)


NIK.1166012014063

Disetujui oleh : Integrated Community Development


Koordinator

(Cyhntia Eka Fayuning Tjomiadi, S.Kep., Ns., MSN)


NIK. 1166092015086
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
International Diabetes Federation mengungkapkan pada 2015 orang yang
terkena Diabetes Mellitus (DM) menyentuh 415 juta jiwa dan diantara jumlah
tersebut 98% nya adalah pengidap DM Tipe II. Dapat disimpulkan bahwa
masyarakat lebih rentan mengidap DM tipe II. Diabetes Mellitus ialah suatu
penyakit yang disebabkan oleh hiperglikemia atau kadar glukosa yang banyak
dalam darah serta adanya kelainan pada proses metabolisme karena kekurangan
insulin. Diabetes Mellitus menurut klasifikasinya dibagi menjadi dua tipe. DM
tipe I ialah diabetes yang ditunjukkan dengan insulin yang berada di bawah garis
normal. Di samping itu, DM tipe II ialah diabetes yang disebabkan kegagalan
tubuh memanfaatkan insulin sehingga mengarah pada pertambahan berat badan
dan penurunan aktivitas fisik, berbeda dengan diabetes kehamilan yang
ditemukan untuk pertama kalinya selama kehamilan yang disebut dengan
hiperglikemia. Ruis mengatakan bahwa Berbagai macam komplikasi dapat
muncul akibat Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik. Selain itu,
DM juga salah satu faktor penyebab Gangguan Fungsi Kognitif (GFK). Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2030 akan terjadi peningkatan
penduduk yang terkena Diabetes Mellitus minimal 366 juta jiwa. Sedangkan hasil
dari survei yang dilakukan WHO, Indonesia masuk kedalam 4 negara tertinggi
yang penduduknya yang menderita DM begitu pula dengan China, AS, dan India.
DM telah menjadi ancaman cukup serius bagi umat manusia seluruh
dunia. Diperkirakan pada tahun 2035 jumlah penderita DM akan meningkat
menjadi 14,1 juta orang. Indonesia di tahun 2014 menempati peringkat kelima
dunia dengan jumlah DM 9,1 juta penduduk, (Padila, 2013). Sementara itu,
penyakit Diabetes Melitus Tipe II di Kalimantan Selatan menduduki peringkat
ke-15 dari 34 provinsi di Indonesia. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil
Prevalensi Diabetes Melitus Pada Riskesdas Tahun 2018. Penyakit Diabetes
Melitus Tipe II di Kalimantan
Selatan masih terus meningkat seiring bertambahnya waktu. Prevalensi penderita
Diabetes Melitus itu sendiri diperkirakan sekitar 1,4 % atau sekitar 38.113 jiwa
dari total jumlah penduduk berumur >14 tahun yaitu
2.722.366 jiwa (Infodatin, 2014).

Berdasarkan tingginya kasus penyakit Diabetes Melitus Tipe II di


Banjarmasin, menjadi alasan kelompok kami melakukan wawancara dengan tema
“Pengetahuan Masyarakat Banjarmasin Timur Tentang Perawatan dan
Pengobatan Penyakit Diabetes Melitus Tipe II”.

B. Tujuan
1. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap penyakit
Diabetes Melitus Tipe II
2. Memperoleh infotmasi terkait persepsi dan pengetahuan masyarakat terhadap
Penyebab terjadinya penyakit DM Tipe II
3. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap Ciri dan
tanda gejala penyakit DM Tipe II
4. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap Cara perawatan dan
pengobatan penyakit DM Tipe II
5. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap terapi
komplementer
6. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap Contoh
tanaman yang dapat dijadikan sebagai terapi komplementer pada penyakit
DM Tipe II
7. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap Cara pengolahan dan
penerapan terapi komplementer pada penyakit DM Tipe II
BAB II

LAPORAN HASIL WAWANCARA

Berdasarkan hasil wawancara yang telah kelompok lakukan, ditemukan beberapa topik
dan fokus fenomena dari para responden, sebagai berikut :

A. Mengkonsumsi makanan manis yang berlebihan akan meningkatkan


terkena penyakit Diabetes.
Pengetahuan responden terkait Diabetes Melitus tipe II cukup baik
terutama pada penyebab terjadinya DM tipe II. Narasumber menyebutkan
bahwa pola hidup tidak sehat seperti kurangnya berolahraga,
makanmakanan yang mengandung Gula berlebih dapat meningkatkan
resiko terkena penyakit DM tipe II. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada
tahun 2008, menunjukan angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia
mencapai 57% sedangkan kejadian di Dunia diabetes melitus tipe 2
adalah 95%. Faktor resiko dari Diabetes melitus tipe 2 yaitu usia, jenis
kelamin,obesitas,hipertensi, genetik,makanan,merokok,alkohol,kurang
aktivitas,lingkar perut, .Penatalaksanaan dilakukan dengan cara
penggunaan obat oral hiperglikemi dan insulin serta modifikasi gaya hidup
untuk mengurangi kejadian dan komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular dari Diabetes melitus tipe 2 (Bhatt et al., 2016)

B. Lemas dan Lesu adalah tanda dan gejala Diabetes Melitus Tipe II

Dari hasil wawancara, ketika ditanyakan terkait tanda dan gejala penyakit
Diabetes Melitus Tipe II, beberapa responden menyebutkan bahwa lemas
dan lesu merupakan tanda dan gejala seseorang terkena penyakit
Diabtes Melitus Tipe II. Persepsi responden terkait tanda dan gejala
penyakit Diabetes Melitus Tipe II sesuai dengan tanda dan gejala yang di
kemukakan oleh beberapa penelitian yaitu polidipsia (banyak minum)
,poliuria (banyak kencing/ sering kencing di malam hari),poliphagia
(banyak makan) ,penurunan berat badan, dan kesemutan (Bhatt et al.,
2016
Untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu ditemukan keluhan dan gejala yang
khas dengan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126
mg/dl. Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan pemilihan obat oral
hiperglikemik dan insulin serta modifikasi gaya hidup seperti diet , dan olahraga teratur
untuk menghindari komplikasi seperti ketoasidosis diabetik, koma Hiperosmoler Non Ketotik
(KHNK) dan kemolakto asidosis, penyakit jantung koroner,gagal jantung kongetif, stroke,
nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati, dan ulkus diabetikum.
Dari hasil wawancara, ketika ditanyakan terkait tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus Tipe II,
beberapa responden menyebutkan bahwa lemas dan lesu merupakan tanda dan gejala seseorang
terkena penyakit Diabtes Melitus Tipe II. Persepsi responden terkait tanda dan gejala penyakit
Diabetes Melitus Tipe II sesuai dengan tanda dan gejala yang di kemukakan oleh beberapa
penelitian yaitu polidipsia (banyak minum) ,poliuria (banyak kencing/ sering kencing di malam
hari),poliphagia (banyak makan) ,penurunan berat badan, dan kesemutan (Bhatt et al., 2016)

C. Penggunaan tanaman tradisional Daun Sirsak untuk menurunkan


gula darah, sehingga tanaman ini di anggap mengakibatkan gula
darah si penderita semakin menurun bahkan drop atau tidak ada
perubahan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terkait pengetahuan


responden terhadap terapi komplementer/ pengobatan tradisional, cukup banyak
responden yang beranggapan dengan mengkonsumsi rebusan air daun sirsak
dapat mengurangi kadar gula darah. Berdasarkan penelitian tanaman obat anti
diabetes salah satunya yang dapat digunakan yaitu tanaman sirsak. Bagian-bagian
tanaman sirsak mempunyai efek anti diabetes, tetapi yang biasa digunakan adalah
daunnya. Kandungan daun sirsak yang bermanfaat untuk gula darah adalah
flavonoid dan tannin. Flavonoid merupakan zat yang mempunyai efek
menurunkan kadar gula darah. Beberapa mekanisme antara lain dengan
menghambat penyerapan glukosa di usus, memicu pelepasan insulin, dan
meningkatkan toleransi gula darah. Sedangkan Tannin mengaktifkan aktivasi
Mitogen Activated Protein Kinase (MAPK) dan Phosphoinositide (PI3K)
sehingga glukosa akan lebih banyak diambil ke dalam sel dan kadar di dalam
darah menurun. Beberapa penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian
terkait efek ekstrak daun sirsak
terhadap kadar gula darah menunjukkan hasil bahwa daun sirsak efektif
menurunkan gula darah.

Daun sirsak mengandung alkaloid, steroid terpenoid, kumarin, dan


flavonoid yang berfungsi sebagai antidiabetes dan memiliki efek menurunkan
kadar gula darah. Alkaloid berfungsi untuk meregenerasi sel beta pankreas yang
telah rusak. Alkaloid meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan penyerapan
glukosa di usus sehingga gula darah menjadi turun. Zat lain yang dikandung daun
sirsak yaitu flavonoid dan Quercetin. Flavonoid berfungsi mengatur enzim-enzim
yang bermanfaat dalam metabolisme karbohidrat dan memicu pengambilan
glukosa di jaringan tepi Flavonoid juga memengaruhi permukaan usus sehingga
menurunkan penyerapan gula ke dalam darah, meningkatkan sel beta pankreas
dalam mengeluarkan insulin, dan meningkatkan toleransi terhadap glukosa.
Quercetin merupakan penghambat transpor gula darah oleh intestinal Glucose
Transporter Type 2 (GLUT2). Adanya quercetin maka penyerapan gula darah di
usus akan menurun sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Kandungan lain pada daun sirsak yaitu Tannin. Kadar tannin pada daun sirsak
6,96%. ( Fiana, N. Oktaria D, 2016)
mempunyai efek meningkatkan metabolisme glukosa dan lemak, sehingga jumlah berlebih kedua
sumber kalori dalam darah dapat dicegah. Efek lain tannin adalah menurunkan kadar gula darah
yaitu dengan memacu glikogenesis. Tannin berfungsi sebagai astringent atau penghelat dengan cara
kerja yaitu mengkerutkan membran epitel ileum sehingga penyerapan sari makanan dapat
diturunkan dan peningkatan gula darah dapat dikontrol.

Rebusan daun sirsak dibuat sesuai dengan dasar penelitian sebelumnya


yang meneliti efek ekstrak daun sirsak terhadap kadar glukosa darah penderita
diabetes mellitus. Rebusan daun sirsak dibuat dengan 3-5 buah daun sirsak (30
gram) ditambah 3 gelas air (750cc). Campuran tersebut direbus sampai sisa 1
gelas air (250cc), kemudian diangkat dan disaring. Rebusan daun diberikan
selama 1 kali di pagi hari pukul 09.00-11.00 WIB. Kemungkinan permasalahan
yang di alami oleh penderita sehingga tidak mengalami perubahan kadar gula
darah dengan efektivitas daun sirsak dapat di sebabkan oleh perbedaan dari cara
pembuatan hingga pemberian yang benar terhadap penderita, serta juga
kurangnya cara atau kepatuhan dari penderita untuk menjaga pola makan serta
diet gula atau konsumsi gula yang rendah kalori untuk mencegah adanya
kenaikan atau penurunan kadar gula darah yang drastis pada penderita DM tipe
II. (Wulandari, W, 2016).

D. Penggunaan tamanan rebusan kumis kucing untuk menurunkan


kencing manis
Selain daun sirsak, responden mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi
rebusan tanaman kumis kucing juga dapat mengurangi kadar gula pada penderita
penyakit Diabetes Melitus Tipe II. Pandangan masyarakat tersebut sesuai dengan
hasil penelitian bahwa Tanaman O. stamineus atau tanaman kumis kucing dapat
dijadikan sebagai salah satu pengobatan alternatif untuk mengobati dan
mencegah komplikasi penyakit DM.Pengobatan alternatif dengan memanfaatkan
tanaman herbal dapat memberikan manfaat tersendiri dari segi ekonomisnya.
Siapa yang tidak mengenal tanaman kumis kucing. Tanaman yang memiliki
banyak manfaat untuk kesehatan, seperti yang disebutkan oleh narasumber bahwa
tanaman kumis kucing dapat mengurangi kadar gula darah pada Diabetes.
Faktanya hal tersebut benar, dari literature yang kami temui bahwa :

a. Di Indonesia daun kumis kucing digunakan masyarakat sebagai obat untuk memperlancar
pengeluaran air kemih (diuretik) dan menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes
(Badan POM, 2004).
b. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain : ekstrak etanol 96% daun kumis
kucing (Orthosiphion aristatus) dosis 0,75 dan 1,25 g/kgBB memiliki kemampuan untuk
menurunkan kadar glukosa darah lebih baik dari aquades namun hanya dosis 1,25 g/kgBB
yang memiliki efektifitas sebanding dengan metformin apabila diberikan selama 28 hari
(Astuti, 2012).

Terdapat penurunan yang bermakna kadar glukos darah tikus yang telah diberi beban glukosa
setelah pemberian ekstrak aqueous Orthosiphon stamineus dosis 1 g/kgBB yang dilarutkan
dengan menggunakan chloroform (Mohamed et al, 2011)
E. Mengkonsumsi air rebusan daun ketapang dapat menurunkan kadar
gula darah
Beberapa responden menyebutkan bahwa salah satu pengobatan
tradisional yang mereka lakukan untuk mengurangi kadar gula darah adalah
dengan mengkonsumsi rebusan daun ketapang. Berdasarkan Terminalia catappa
memiliki efek sebagai antikanker, antioksidan, antitranscriptase, antiinflamasi dan
antidiabetik namun komponen dan mekanisme terkait aktivitas fitokimia,
antimikroba dan aktivitas antioksidan dari ekstrak ketapang masih belum banyak
diketahui. Ketapang diketahui memilik kandungan antioksidan. Seperti flavonoid,
tripenoid dan tanin (Ahmed et al, 2005).
Daun ketapang (Terminalia catappa L.) memiliki kandungan antioksi dan
seperti flavonoid,triterpen, tannin, alkaloid dan asam lemak. Pemberian
antioksidan diharapkan dapat mengikat radikal bebas sehingga mampu
mengurangi tingkat kerusakan hepatosit sehingga menurunkan kadar enzim
SGOT-SGPT mencit diabetik.
Kandungan antioksidan yang dimiliki tumbuhan ketapang mampu
menghambat peroksidasi lemak dengan memecah peroxyl radical. Senyawa fenol
juga mampu menghambat reactive oxygen species (ROS) seperti radikal hidroksil,
superoksida dan peroksinitrit (Chumark et al, 2008). Flavonoid yang efektif
sebagai scavenger akan mereduksi radikal peroksil supaya senyawa tersebut
menjadi lebih stabil (Arora et al, 1998). Flavonoid juga mampu mencegah oksidasi
LDL dan menghambat aktivasi HMG Co-A Reduktase. Sedangkan vitamin C akan
berperan dalam metabolisme lemak. Aktivitas senyawa antioksidan yang kuat
mampu mencegah teroksidasinya LDL (Logu, 2005). Flavonoid bekerja sebagai
donor H+ pada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat, menghambat aktivitas HMG-CoA reductase dan
meningkatkan aktivitas SOD ( Kandaswami & Middleton, 1997). Radikal
antioksidan yang sudaah distabilkan lewat resonansi di struktur cincin
aromatiknya, sehingga tidak terlibat dengan reaksi radikal lain ( Lee et al,
2004).Efek metabolik glibenklamid menyerupai sulphonylureas lainnya. Baik in
vivo dan in vitro pelepasan insulin dari sel beta pankreas sehingga insulin
meningkat meningkat, dan glukosa darah menurun (Loubatieres, 1969).

F. Mengkonsumsi Ramuan Brotowali( Tinosporacrispa) Dapat


Menurunkan Kadar Gula Darah
Responden menyebutkan salah satu pengobatan tradisional yang mereka
lakukan untuk mengurangi kadar gula darah adalah dengan mengkonsumsi
ramuan brotowali yang dibuat sendiri. Berdasarkan penelitian uji aktivitas anti
diabetes produk obat herbal yang mengandung ekstrak brotowali yang dilakukan
oleh Elfahmi et al., (2019), hasil skrining fitokimia dari ekstrak brotowali
menunjukan adanya kandungan alkaloid,
flavonoid dan steroid/triterpenoid. Ketiga golongan ini banyak ditemukan pada
tanaman brotowali. Percobaan dilakukan menggunakan 40 hewan mencit dan
menghasilkan penurunan gula darah setelah pemberian ekstrak brotowali.
Ekstrak brotowali memiliki potensi anti diabetes dengan meningkatkan
efisiensi insulin melalui sekresi dari sel beta pankreas dan mempromosikan
sebagai jalur anti diabetes seperti menghambat pembentukan glukosa dengan
meningkatkan glikogenesis dll sehingga menurunkan glukosa endogen. (W
santoso, 2019).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah kelompok lakukan terhadap 30


responden pada RT 09, Melati Indah dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang pengertian penyakit Diabetes Melitus Tipe II sudah cukup
baik. Namun, beberapa responden masih tidak mengetahui terkait tanda dan
gejala dari penyakit Diabetes Melitus Tipe II. Selain itu, beredarnya informasi
terkait terapi komplementer atau pengobatan tradisional di kalangan masyarakat
sekitar sudah cukup baik. Responden mampu menyebutkan contoh tanaman yang
sering digunakan serta mampu menjelaskan cara pengolahan dari tanaman-
tanaman tersebut untuk mengurangi kadar gula darah. Setelah mendapatkan data
informasi tersebut, kelompok melakukan analisis beserta dengan jurnal yang
sesuai dengan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan bahwa informasi
tersebut benar dan teruji mampu menurunkan kadar gula darah pada penderita
penyakit Diabetes Melitus Tipe II. Namun, menurut kelompok kami, perlu
ditingkatkan pengetahuan tentang alternatif terapi komplementer yaitu dengan
menggunakan Buncis, Pare dan Ketumbar.

B. Saran

Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan, menurut


kelompok kami, perlu dilakukan seminar terkait Diabetes Melitus Tipe II yang
meliputi pengenalan tentang pengertian, tanda dan gejala penyakit Diabetes
Melitus Tipe II, serta edukasi terkait terapi komplementer atau pengobatan
tradisional dengan menggunakan buncis, pare dan ketumbar sebagai alternative
pilihan pengobatan untuk mengurangi dan menstabilkan kadar gula darah
tersebut. Jika memungkinkan, dapat pula dilakukan pengecekan kadar gula darah
secara gratis setelah dilaksanakan seminar tersebut dengan harapan ketika
masyarakat mengetahui kadar gula darahnya, masyarakat mampu menjaga pola
makan dan gaya hidup agar mencegah terjadinya peningkatan kasus penyakit
Diabates Melitus Tipe II di wilayah Banjarmasin Timur, khususnya pada
masyarakat pada Jl. Simpang limau, RT.09.
DAFTAR PUSTAKA

Atalay M, Laaksonen DE. Diabetes,oxidative stress and physical exercise.Journal of


Sports Science and Medicine.2003;1: 1-14.

Bennett,P. Epidemiology of Type 2 Diabetes Millitus .In Le Roith et.al, Diabetes Millitus
a Fundamental and Clinical Text. Philadelphia : Lippincott William & Wilkin
s.2008;43(1): 544-7.

Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas


Tanrutedong, Sidenreg Rappan,. Jurnal Ilmiah Nasional;2010 [cited 2010 feb
17]. Available from
:http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID= 61&src=a&id=186192

Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus. 2005.

Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes
Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation]. Universitas
Diponegoro (Semarang). 2008.

Surbakti, Ruttamalen. Studi Perbandingan Makroskopik Mikroskopik Organoleptik dan


Kandungan Kimia Daun Annonamuricata L, Annona reticulate L,
Annonasquamosa L. [Skripsi]. Fakultas Farmasi:Universitas Airlangga;1994.

Rao NK, Bethala K, Sisinthy SP, Rajeswari KS. Antidiabetic activity of Orthosiphon
stamineus benth roots in streptozotocin induced type 2 diabetic rats. Asian J of
Pharma and Clin Research. 2014; 1(7):149,151-

World Health Organization. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and Its
Complications. Geneva: WHO; 1999.

WHO. World Health Statistics. 2010;1:127–168.

WHO. Global Report on Diabetes 2016; 2016. [Diakses 3 Januari 2020].


International Diabetes Federation. Diabetes Atlas (8th ed.). Brussels, Belgium:
International Diabetes Federation; 2017.

Hasanuddin dan Kusyanti. Jenis Tumbuhan Obat Penyakit Diabetes Mellitus pada
Masyarakat Kota Subussalam. Prosiding Seminar Nasional Biotik. 2016:95-100.

Hamzah, DZ. Analisis Penggunaan Obat herbal Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Kota
Langsa. Jurnal JUMANTIK. 2019;4(2):168-177.

Iyos, P dan Astuti, R.N. Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annora muricate L.) terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah. Majority. 2017;6(2):144–148.

Gumelar, B. Ekowati, RAR., Furqanni, AR. Potensi Ekstrak Etanol Daun Sirsak
(Annona

muricata) Sebagai Agen Terapi Hiperglikemia pada Mencit yang Diinduksi


Aloksan. Bandung Meeting on Global Medicine & Health (BaMGMH). 2017;1(1):55-
59.

Rahmawati, S. dan Rifqiyati, N. Efektivitas Ekstrak Kulit Batang, Akar, dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L) terhadap Kadar Glukosa Darah. Jurnal Kaunia. 2014;10(2):81-91

Ahmed, S.M., Swamy, V., Dhanapal, P.G.R. dan Chandrashekara, V.M., 2005.
Antidiabetic Activity of Terminalia catappa Linn Leaf Extract in Alloxan- Induce
Diabetic Rats. Iranian journal of Pharmacology and Therapeutics, 4 (1):36.

Akharaiyil F.C., Ilori R.M., dan Adesida J.A. 2011. Antibacterial effect of Terminalia
catappa on some Selected Pathogenic Bacteria. International Journal of
Pharmaceutical and Biomedical Research 2(2):64-67.
Lampiran :

Lembar Konsultasi Kelompok

No Hari Tanggal Perihal TTD Fasilitator


Kelompok
1 30 Juni 2021 Konsultasi hasil laporan wawancara
yang telah dibuat oleh kelompok

Anda mungkin juga menyukai