Dosen Fasilitator :
Disusun Oleh :
Kelompok 14
(Jesika Claudia)
NIM. 11194561910214
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
International Diabetes Federation mengungkapkan pada 2015 orang yang
terkena Diabetes Mellitus (DM) menyentuh 415 juta jiwa dan diantara jumlah
tersebut 98% nya adalah pengidap DM Tipe II. Dapat disimpulkan bahwa
masyarakat lebih rentan mengidap DM tipe II. Diabetes Mellitus ialah suatu
penyakit yang disebabkan oleh hiperglikemia atau kadar glukosa yang banyak
dalam darah serta adanya kelainan pada proses metabolisme karena kekurangan
insulin. Diabetes Mellitus menurut klasifikasinya dibagi menjadi dua tipe. DM
tipe I ialah diabetes yang ditunjukkan dengan insulin yang berada di bawah garis
normal. Di samping itu, DM tipe II ialah diabetes yang disebabkan kegagalan
tubuh memanfaatkan insulin sehingga mengarah pada pertambahan berat badan
dan penurunan aktivitas fisik, berbeda dengan diabetes kehamilan yang
ditemukan untuk pertama kalinya selama kehamilan yang disebut dengan
hiperglikemia. Ruis mengatakan bahwa Berbagai macam komplikasi dapat
muncul akibat Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik. Selain itu,
DM juga salah satu faktor penyebab Gangguan Fungsi Kognitif (GFK). Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2030 akan terjadi peningkatan
penduduk yang terkena Diabetes Mellitus minimal 366 juta jiwa. Sedangkan hasil
dari survei yang dilakukan WHO, Indonesia masuk kedalam 4 negara tertinggi
yang penduduknya yang menderita DM begitu pula dengan China, AS, dan India.
DM telah menjadi ancaman cukup serius bagi umat manusia seluruh
dunia. Diperkirakan pada tahun 2035 jumlah penderita DM akan meningkat
menjadi 14,1 juta orang. Indonesia di tahun 2014 menempati peringkat kelima
dunia dengan jumlah DM 9,1 juta penduduk, (Padila, 2013). Sementara itu,
penyakit Diabetes Melitus Tipe II di Kalimantan Selatan menduduki peringkat
ke-15 dari 34 provinsi di Indonesia. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil
Prevalensi Diabetes Melitus Pada Riskesdas Tahun 2018. Penyakit Diabetes
Melitus Tipe II di Kalimantan
Selatan masih terus meningkat seiring bertambahnya waktu. Prevalensi penderita
Diabetes Melitus itu sendiri diperkirakan sekitar 1,4 % atau sekitar 38.113 jiwa
dari total jumlah penduduk berumur >14 tahun yaitu
2.722.366 jiwa (Infodatin, 2014).
B. Tujuan
1. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap penyakit
Diabetes Melitus Tipe II
2. Memperoleh infotmasi terkait persepsi dan pengetahuan masyarakat terhadap
Penyebab terjadinya penyakit DM Tipe II
3. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap Ciri dan
tanda gejala penyakit DM Tipe II
4. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap Cara perawatan dan
pengobatan penyakit DM Tipe II
5. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap terapi
komplementer
6. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap Contoh
tanaman yang dapat dijadikan sebagai terapi komplementer pada penyakit
DM Tipe II
7. Memperoleh informasi terkait pengetahuan masyarakat terhadap Cara pengolahan dan
penerapan terapi komplementer pada penyakit DM Tipe II
BAB II
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kelompok lakukan, ditemukan beberapa topik
dan fokus fenomena dari para responden, sebagai berikut :
B. Lemas dan Lesu adalah tanda dan gejala Diabetes Melitus Tipe II
Dari hasil wawancara, ketika ditanyakan terkait tanda dan gejala penyakit
Diabetes Melitus Tipe II, beberapa responden menyebutkan bahwa lemas
dan lesu merupakan tanda dan gejala seseorang terkena penyakit
Diabtes Melitus Tipe II. Persepsi responden terkait tanda dan gejala
penyakit Diabetes Melitus Tipe II sesuai dengan tanda dan gejala yang di
kemukakan oleh beberapa penelitian yaitu polidipsia (banyak minum)
,poliuria (banyak kencing/ sering kencing di malam hari),poliphagia
(banyak makan) ,penurunan berat badan, dan kesemutan (Bhatt et al.,
2016
Untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu ditemukan keluhan dan gejala yang
khas dengan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126
mg/dl. Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan pemilihan obat oral
hiperglikemik dan insulin serta modifikasi gaya hidup seperti diet , dan olahraga teratur
untuk menghindari komplikasi seperti ketoasidosis diabetik, koma Hiperosmoler Non Ketotik
(KHNK) dan kemolakto asidosis, penyakit jantung koroner,gagal jantung kongetif, stroke,
nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati, dan ulkus diabetikum.
Dari hasil wawancara, ketika ditanyakan terkait tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus Tipe II,
beberapa responden menyebutkan bahwa lemas dan lesu merupakan tanda dan gejala seseorang
terkena penyakit Diabtes Melitus Tipe II. Persepsi responden terkait tanda dan gejala penyakit
Diabetes Melitus Tipe II sesuai dengan tanda dan gejala yang di kemukakan oleh beberapa
penelitian yaitu polidipsia (banyak minum) ,poliuria (banyak kencing/ sering kencing di malam
hari),poliphagia (banyak makan) ,penurunan berat badan, dan kesemutan (Bhatt et al., 2016)
a. Di Indonesia daun kumis kucing digunakan masyarakat sebagai obat untuk memperlancar
pengeluaran air kemih (diuretik) dan menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes
(Badan POM, 2004).
b. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain : ekstrak etanol 96% daun kumis
kucing (Orthosiphion aristatus) dosis 0,75 dan 1,25 g/kgBB memiliki kemampuan untuk
menurunkan kadar glukosa darah lebih baik dari aquades namun hanya dosis 1,25 g/kgBB
yang memiliki efektifitas sebanding dengan metformin apabila diberikan selama 28 hari
(Astuti, 2012).
Terdapat penurunan yang bermakna kadar glukos darah tikus yang telah diberi beban glukosa
setelah pemberian ekstrak aqueous Orthosiphon stamineus dosis 1 g/kgBB yang dilarutkan
dengan menggunakan chloroform (Mohamed et al, 2011)
E. Mengkonsumsi air rebusan daun ketapang dapat menurunkan kadar
gula darah
Beberapa responden menyebutkan bahwa salah satu pengobatan
tradisional yang mereka lakukan untuk mengurangi kadar gula darah adalah
dengan mengkonsumsi rebusan daun ketapang. Berdasarkan Terminalia catappa
memiliki efek sebagai antikanker, antioksidan, antitranscriptase, antiinflamasi dan
antidiabetik namun komponen dan mekanisme terkait aktivitas fitokimia,
antimikroba dan aktivitas antioksidan dari ekstrak ketapang masih belum banyak
diketahui. Ketapang diketahui memilik kandungan antioksidan. Seperti flavonoid,
tripenoid dan tanin (Ahmed et al, 2005).
Daun ketapang (Terminalia catappa L.) memiliki kandungan antioksi dan
seperti flavonoid,triterpen, tannin, alkaloid dan asam lemak. Pemberian
antioksidan diharapkan dapat mengikat radikal bebas sehingga mampu
mengurangi tingkat kerusakan hepatosit sehingga menurunkan kadar enzim
SGOT-SGPT mencit diabetik.
Kandungan antioksidan yang dimiliki tumbuhan ketapang mampu
menghambat peroksidasi lemak dengan memecah peroxyl radical. Senyawa fenol
juga mampu menghambat reactive oxygen species (ROS) seperti radikal hidroksil,
superoksida dan peroksinitrit (Chumark et al, 2008). Flavonoid yang efektif
sebagai scavenger akan mereduksi radikal peroksil supaya senyawa tersebut
menjadi lebih stabil (Arora et al, 1998). Flavonoid juga mampu mencegah oksidasi
LDL dan menghambat aktivasi HMG Co-A Reduktase. Sedangkan vitamin C akan
berperan dalam metabolisme lemak. Aktivitas senyawa antioksidan yang kuat
mampu mencegah teroksidasinya LDL (Logu, 2005). Flavonoid bekerja sebagai
donor H+ pada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat, menghambat aktivitas HMG-CoA reductase dan
meningkatkan aktivitas SOD ( Kandaswami & Middleton, 1997). Radikal
antioksidan yang sudaah distabilkan lewat resonansi di struktur cincin
aromatiknya, sehingga tidak terlibat dengan reaksi radikal lain ( Lee et al,
2004).Efek metabolik glibenklamid menyerupai sulphonylureas lainnya. Baik in
vivo dan in vitro pelepasan insulin dari sel beta pankreas sehingga insulin
meningkat meningkat, dan glukosa darah menurun (Loubatieres, 1969).
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bennett,P. Epidemiology of Type 2 Diabetes Millitus .In Le Roith et.al, Diabetes Millitus
a Fundamental and Clinical Text. Philadelphia : Lippincott William & Wilkin
s.2008;43(1): 544-7.
Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes
Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [dissertation]. Universitas
Diponegoro (Semarang). 2008.
Rao NK, Bethala K, Sisinthy SP, Rajeswari KS. Antidiabetic activity of Orthosiphon
stamineus benth roots in streptozotocin induced type 2 diabetic rats. Asian J of
Pharma and Clin Research. 2014; 1(7):149,151-
World Health Organization. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and Its
Complications. Geneva: WHO; 1999.
Hasanuddin dan Kusyanti. Jenis Tumbuhan Obat Penyakit Diabetes Mellitus pada
Masyarakat Kota Subussalam. Prosiding Seminar Nasional Biotik. 2016:95-100.
Hamzah, DZ. Analisis Penggunaan Obat herbal Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Kota
Langsa. Jurnal JUMANTIK. 2019;4(2):168-177.
Iyos, P dan Astuti, R.N. Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annora muricate L.) terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah. Majority. 2017;6(2):144–148.
Gumelar, B. Ekowati, RAR., Furqanni, AR. Potensi Ekstrak Etanol Daun Sirsak
(Annona
Rahmawati, S. dan Rifqiyati, N. Efektivitas Ekstrak Kulit Batang, Akar, dan Daun Sirsak
(Annona Muricata L) terhadap Kadar Glukosa Darah. Jurnal Kaunia. 2014;10(2):81-91
Ahmed, S.M., Swamy, V., Dhanapal, P.G.R. dan Chandrashekara, V.M., 2005.
Antidiabetic Activity of Terminalia catappa Linn Leaf Extract in Alloxan- Induce
Diabetic Rats. Iranian journal of Pharmacology and Therapeutics, 4 (1):36.
Akharaiyil F.C., Ilori R.M., dan Adesida J.A. 2011. Antibacterial effect of Terminalia
catappa on some Selected Pathogenic Bacteria. International Journal of
Pharmaceutical and Biomedical Research 2(2):64-67.
Lampiran :