Anda di halaman 1dari 3

Nama : David Pramudito

NIM : 12020033

Matkul : Geokimia Umum

Kelas : 01

ISOTOP STABIL
Isotop stabil adalah sebuah isotop kimia yang tidak radioaktif. Pada isotop stabil ini
diamati tidak terjadinya peluruhan radioaktif. Meskipun demikian beberapa di antaranya
secara teoretis tidaklah stabil dengan waktu paruh yang lama sekali. Dengan menggunakan
definisi ini, dikenal ada 253 isotop stabil dari 80 elemen. Inti setiap atom mengandung proton
dan neutron. Jumlah proton itu akan mendefinisikan elemen (contohya, hidrogen, helium,
karbon, dsb), sedangkan penjumlahan antara proton dan neutron disebut nomor massa,
jumlah neutron mendefinisikan isotop elemen itu. Misalnya, sebagian besar karbon (≈ 99%)
memiliki 6 proton dan 6 neutron dan ditulis sebagai 12C untuk mencerminkan massa atomnya.
Namun, sekitar 1% karbon di biosfer bumi memiliki 6 proton dan 7 neutron (13C) yang
membentuk isotop stabil berat dari elemen penting ini. Isotop stabil tidak meluruh menjadi
14
unsur lain. Sebaliknya, isotop radioaktif (misalnya, C) tidak stabil dan akan meluruh
menjadi unsur lain.

Isotop stabil yang kurang melimpah dari suatu unsur memiliki satu atau dua neutron
tambahan daripada proton, sehingga lebih berat daripada isotop stabil yang lebih umum untuk
unsur-unsur tersebut. Baik isotop stabil berat dan ringan berpartisipasi secara bebas dalam
reaksi kimia dan dalam proses biologis dan geokimia, tetapi laju reaksi isotop stabil berat dan
ringan selama reaksi fisik atau kimia berbeda. Ikatan kimia dan gaya tarik menarik atom
dengan isotop stabil berat lebih kuat daripada isotop unsur yang lebih umum dan lebih ringan.
Hal ini mengakibatkan, isotop yang lebih berat bereaksi lebih lambat daripada isotop yang
lebih ringan yang menyebabkan pemisahan atau fraksinasi isotop antara reaktan dan produk
dalam reaksi fisik dan biologis.

Salah satu unsur yang memiliki isotop adalah unsur Helium. Terdapat sekitar
3
delapan isotop helium yang diketahui saat ini, tetapi hanya He dan 4He yang stabil. 3He
adalah isotop helium yang ringan dan non-radioaktif dengan dua proton dan satu neutron. 3He
kebanyakan sudah ada saat pembentukan Bumi, 3He ini tersimpan jauh di dalam mantel bumi
tempat ia terperangkap selama pembentukan Bumi. Sebagian kecil dari 3He juga terbentuk
melalui peluruhan beta tritium. Kemudian untuk 4He, 4He adalah isotop helium yang terdiri
dari dua proton dan dua neutron. 4He dihasilkan selama peluruhan radioaktif uranium dan
thorium (kedua unsur in biasa ditemukan di kerak bumi). 4He memiliki stabilitas inti yang
tidak lazim karena nukleonnya tersusun secara penuh. 4He juga terbentuk dalam jumlah yang
sangat banyak semasa nukleosintesis Big Bang. Perbedaan proses pembentukan isotop helium
inilah yang menyebabkan keberlimpahan isotop helium di Bumi bervariasi. 3He memiliki
kelimpahan sangat kecil di permukaan bumi dibandingkan dengan 4He. Rasio antara 3He/4He
di udara (Ra) adalah 1.4 x 10-6,atau dengan kata lain hanya terdapat satu atom 3He untuk
setiap satu juta atom 4He. Rasio 3He/4He akan berbeda nilainya tergantung dengan tempatnya,
misalnya rasio 3He/4He dalam mantel bumi adalah 6 - 7 Ra (Dunai dan Touret, 1995) dan
yang ada di kerak bumi dalam kisaran 0,01~0,05 Ra (Stuart et al., 1995).

Helium merupakan gas inert sehingga sering diaplikasikan dalam geologi sebagai
pelacak yang sangat baik dari proses magmatik. Salah satu contoh pengaplikasiaa isotop
helium dalam bidang geologi yaitu para ilmuwan yang bekerja di Yellowstone menggunakan
isotop helium untuk melacak.menemukan sinyal fisik dan kimia dari sistem magmatik dalam,
baik untuk lebih memahami sifat sistem maupun untuk memantau kemungkinan perubahan.
Mereka menggunakan rasio udara (Ra) sebagai dasar iuntuk perbandingan ketika membahas
rasio dalam sampel gas. Jika gas disimpan dalam waktu yang lama di kerak bumi,
kemungkinan akan menghasilkan konsentrasi 4He yang sangat tinggi relatif terhadap 3He
sehingga rasio 3He/4He akan rendah (nilainya lebih kecil dari Ra). Sebaliknya, jika sampel
gas yang dikumpulknan dari gunung berapi yang meletus kemungkinan akan menghasilkan
konsentrasi 3He yang lebih tinggi daripada 4He sehingga rasio 3He/4He akan tinggi (nilainya
lebih besar dari Ra). Singkatnya adalah Ra yang tinggi berarti bahwa gas memiliki asal
magmatik, sedangkan Ra yang rendah berarti tidak ada sumber magmatik.

Isotop helium penting dalam bidang geologi karena merupakan indikator yang
sangat baik untuk mengetahui.melacak aktivitas magmatik di bawah permukaan bumi.
Mengetahui apakah gas 3He atau 4He menceritakan kisah asal-usulnya: dari mantel dan
diangkut ke permukaan oleh magma, atau dari batuan kerak berusia miliaran tahun di mana
gas tersebut terbentuk oleh proses peluruhan radioaktif.. Jadi, dari contoh pengaplikasian
isotop helium di Yellowstone tadi, didapat ksesimpulannya adalah mengukur rasio dua isotop
sangat penting untuk memahami sumber suatu gas tertentu (apakah berasal dari sumber
magmatik atau tidak).
REFERENSI

IAEA. (2016). Stable isotopes. Diakses pada 29 September 2021 dari


https://www.iaea.org/topics/nuclear-science/isotopes/stable-isotopes

Kozima, Hideo. (2006). Helium Isotopes. Diakses pada 29 September 2021 dari
https://www.sciencedirect.com/topics/physics-and-astronomy/helium-isotopes

LI, Zhao-li dkk. (2006). Helium Isotope Geochemistry of Ore-forming Fluids from Furong
Tin Orefield in Hunan Province, China. Resource Geology. Vol. 56 No. 1. 9 – 15.

USGS. (2019). Helium isotopes carry messages from the mantle. Diakses pada 29 September
2021 dari
https://www.usgs.gov/center-news/helium-isotopes-carry-messages-mantle?qt-
news_science_products=4#qt-news_science_products

Anda mungkin juga menyukai