Plasma Arc Welding merupakan bagian dari pengelasan busur listrik dan prosesnya serupa
dengan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW/TIG welding) yaitu menggunakan elektroda tak
terkonsumsi dari tungsten untuk menghasilkan busur listrik pada benda kerja. Perbedaannya
adalah pada PAW terjadi aksi konvergensi gas inert di lubang nozzle pada obor las (welding
torch) sehingga menghasilkan penguatan busur listrik.
Plasma pada PAW dihasilkan dari aliran Argon yang bervolume rendah melalui bagian dalam
lubang obor pada obor las plasma. Pilot busur listrik dengan frekuensi tinggi terbentuk antara
elektroda tungsten dan bagian dalam nozzle sehingga mengionisasi lubang gas dan menyalakan
busur listrik pada benda kerja. Konsentrasi aliran gas inert dari luar nozzle memberikan
perlindungan pada proses pengelasan ini.
Dua mode pengelasan bisa dilakukan dengan proses plasma arc welding, yaitu mode “melt-in”
dan mode “key hole”.
Pada mode melt in, pemanasan benda kerja terjadi melalui pemindahan panas dari kontak plasma
pada bagian dalam permukaan benda kerja. mode ini bagus untuk penggabungan material tipis
(0,025 mm – 1,5 mm) dengan hasil yang baik memakai arus rendah, atau bagian yang lebih tebal
(saampai dengan 3 mm) memakai arus tinggi. Pada mode key hole, energi dengan densitas dan
arus plasma yang sangat tinggi menguapkan bagian benda kerja dan menghasilkan lasan, mode
ini sangat bagus untuk aplikasi pengelasan yang memerlukan deep penetrasi hingga 20 mm.
Gas yang digunakan sebagai plasma dan pelindung biasanya sama. Hal ini dilakukan untuk
menghindari variasi pada plasma jet, dimana akan menjadi masalah jika gas atau campuran gas
digunakan berbeda. Campuran gas Argonhidrogen umumnya digunakan sebagai plasma dan gas
pelindung. Namun, hydrogen tidak bisa digunakan ketika mengelas baja karbon rendah atau
logam reaktif lainnya seperti Zirkonium atau Titanium. Campuran Argon/helium/nitrogen
digunakan ketika mengelas duplex stainless steel. Helium murni tidak cocok digunakan, karena
menghasilkan kehilangan panas yang tinggi pada plasma sehingga mengakibatkan penurunan
umur obor las. Campuran Argonhelium menghasilkan energy yang lebih besar di plasma jet pada
arus yang konstan. Meskipun begitu, campuran harus mengandung sedikitnya 50% Helium.
Akan tetapi, campuran dengan Helium lebih dari 75% memiliki karakteristik yang sama dengan
Helium murni. Argon murni atau campuran Argonhelium sangat cocok untuk pengelasan baja
karbon rendah dan logam reaktif (Titanium, Aluminium, Zirconium, dll.) dimana Hidrogen atau
Nitrogen tidak bisa digunakan.
Plasma cutting adalah proses yang digunakan untuk memotong baja dan lainnya logam dari
ketebalan yang berbeda (atau kadang-kadang bahan lain) dengan menggunakan obor plasma.
Dalam proses ini, suatu gas inert (di beberapa unit, udara tekan) ditiup dengan kecepatan tinggi
dari nozel, pada saat yang sama busur listrik terbentuk melalui gas yang dari nozel ke permukaan
dipotong, mengubah sebagian dari gas itu untuk plasma .Plasma cukup panas untuk mencairkan
logam yang dipotong dan bergerak cukup cepat untuk meniup logam cair jauh dari memotong.
Busur plasma sangat panas dan berada di kisaran 25.000 ° C (45,000 ° F).
Las plasma busur nyala listrik (Plasma Arc Welding). Proses plasma sebenarnya merupakan
penyempurnaan las tungsren, hanya saja busur nyala listrik tidak muncul diantara elektroda
dengan benda kerja tetapi muncul antara ujung elektroda dengan gas inti yang mengalir di
sekitarnya. Las plasma ternyata lebih baik dari las tungsten karena busur nyala listrik yang
muncul lebih stabil dengan diameter lebih kecil sehingga panasnya lebih terpusat. Proses
pengelasan bias lebih cepat, disamping itu tungsten tidak pernah menyentuh benda kerja.
PENGERTIAN LAS ASETILIN / LAS KARBIT
Flux adalah bahan kimia yang digunakan pengelasan logam yang bukan baja lunak,
seperti alumunium, tembaga, besi tuang, stainless steel.
Flux berfungsi untuk melindungi cairan logam dari oksidasi udara luar dan
menghilangkan bahan-bahan bukan logam. Flux tersedia dalam bentuk cair, pasta dan serbuk.
Cara pemakaiannya adalah dengan mengoleskannya ke bahan dasar atau pada kawat tambahnya
dengan cara dipanasi terlebih dahulu kemudian dicelupkan pada flux serbuk.
Jenis flux yang digunakan dalam pengelasan seperti : borax (NaB4O7), sodium karbonat
(Na2CO3), sodium bikarbonat (NaHCO3), sodium silikat, polassium borat, karbonat, khlorida,
sulphat, dan borik acid (H2BO3). Penggunaan flux ini dapat diketahui dari keterangan yang
mengikutinya yang ditetapkan oleh pembuat (pabrik).
Pengelasan Dengan Gas Oksi-asetilin
Las karbit atau las asetilen adalah salah satu perkakas perbengkelan yang sering ditemui.
Pengoperasiannya yang cukup mudah membuatnya sering digunakan untuk menghubungkan dua
logam atau welding.Secara umum, perkakas las asetilen adalah alat penyambung logam melalui
proses pelelehan logam dengan menggunakan energi panas hasil pembakaran campuran gas
asetilin dangas oksigen.Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk memotong dan
menyambung benda kerja yang terbuat dari logam (plat besi, pipa dan poros)
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur
dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang mampu
mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang digunakan asetilen,
propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal
dengan nama las karbit.
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang digunakan
untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam induk. Pengelasan dapat dilakukan
dengan atau tanpa logam pengisi.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil
umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen
ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari
reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi
adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :
CaC2 + 2H2O ® Ca(OH)2 + C2H2 kalsium karbida air tohor Kapur gas asetilen
Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari asetilen
(C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih
ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di
atas 1,5 bar dan 350° C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi
antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan
disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator
asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat
dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak
boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan
bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung
jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.
Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas
asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala
api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar
pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala
apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit
yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih
besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah
selalu tegak lurus).
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada
perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-
asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah :
a. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan
kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan
selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya
ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada
logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis
baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.
b. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala
api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan
menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat
oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak
dianjurkan untuk pengelasan lainnya.
c. Nyala netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri
atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.
Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai
3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih
dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut
dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C.
Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan
pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik pengelasan dikenal
beberapa cara yaitu :
a. Pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan
dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara
60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja.
Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas
maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan
dan gerakannya adalah lurus.
b. Pengelasan mendatar (horisontal)
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah
mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya
sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira
10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis
mendatar.
c. Pengelasan tegak (vertikal)
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke
bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-
60° dan sudut brander sebesar 80°.
d. Pengelasan di atas kepala (over head)
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya
dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada
pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi
berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan
membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya
tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya
mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.
Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :
Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi
sehingga mudah untuk dipelajari.
Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel
karena peralatannya kecil dan sederhana.
Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat
digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.
Nyala Oksi-asetilen
Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu nyalanya
bisa mencapai 3500 derajat Celcius.
Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.Gas asetilen (C2H2)
dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut :C2H2+2 H2O
Ca(OH)2+C2H2
Agar aman dipakai gas asetilen dalam tabung tekanannya tidak boleh melebihi 100 kPa
dandisimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang
jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung asetilen mapu menahantekanan
sampai 1,7 MPa. Skema nyala las dan sambungan gasnya bisa dilihat pada gambar :
Pada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral, reduksidan oksidasi.
Nyala netral diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala memerlukan perbandingan
oksigen dan asetilen kira-kira 1 : 1 dengan reaksi serti yang bisa dilihat pada gambar. Selubung
luar berwarna kebiru-biruan adalah reaksi gas CO atau H2 dengan oksigen yang diambil dari
udara.
Pengelasan Oksihidrogen
Nyala pengelasan oksihidrogen mencapai 2000°C lebih rendah dari oksigen-asetilin.
Pengelasan ini digunakan pada pengelasan lembaran tipis dan paduan bengan titik cair yang
rendah.
Pengelasan Udara-Asetilen
Nyala dalam pengelasan ini mirip dengan pembakar Bunsen. Untuk nyala dibutuhkan
udara yang dihisap sesuai dengan kebutuhan. Suhu pengelasan lebih rendah dari yang lainnya
maka kegunaannya sangat terbatas yaitu hanya untuk patri timah dan patri suhu rendah
Pengelasan Gas Bertekanan
Sambungan yang akan dilas dipanaskan dengan nyala gas menggunakan oksiasetilen
hingga 1200C kemudian ditekankan. Ada dua cara penyambungan yaitu sambungan tertutup dan
sambungan terbuka.Pada sambungan tertutup, kedua permukaan yang akan disambung ditekan
satu sama lainnya selama proses pemanasan. Nyala menggunakan nyala ganda dengan
pendinginan air. Selama proses pemanasan, nyala tersebut diayun untuk mencegah panas
berlebihan pada sambungan yang dilas. Ketika suhu yang tepat sudah diperoleh, benda diberi
tekanan. Untuk baja karbon tekanan permulaan kurang dari 10MPa dan tekanan up setantara
28MPa
Pemotongan Nyala Oksiasetilen
Pemotongan dengan nyala juga merupakan suatu proses produksi. Nyala untuk
pemotongan berbeda dengan nyala untuk pengelasan dimana disekitar lobang utama yang dialiri
oksigen terdapat lubang kecil untuk pemanasan mula. Fungsi nyala pemanas mula adalah untuk
pemanasan baja sebelum dipotong. Karena bahan yang akan dipotong menjadi panas sehingga
baja akan menjadi terbakar dan mencair ketika dialiri oksigen.