Sub tema (1) : Inovasi sebagai terobosan dalam perencanaan pelaksanaan dan
operasi pemeliharaan bendungan
1
DAFTAR ISI
i. Abstrak……………………………………………………………………………….iii
1. Pendahuluan………………………………………………………………………….1
6. Kesimpulan…………………………………………………………………...............9
7. Daftar Pustaka………………………………………………………………………..9
2
ABSTRAK
3
1. Pendahuluan
Dalam spesifikasi menyebutkan bahwa untuk pondasi zona inti secara keseluruhan
setidaknya minimum berada pada batuan lunak (weathered rock) yang mempunyai daya
dukung yang cukup, bebas dari pelapukan, material tererosi, lapisan terbuka, dan kerusakan
yang lain. Spesifikasi tersebut secara tidak langsung mengacu pada klasifikasi batuan CM
dimana bebas dari pelapukan, material tererosi, dan minim kerusakan pada batuan. Pada
spesifikasi teknik juga menyebutkan bahwa batas-batas penggalian pondasi mengacu pada
gambar desain dimana untuk galian pondasi zona inti berada pada batuan klasifikasi CM.
CM
Gambar desain long dan cross section bendungan yaitu sebagai berikut.
4
(a)
130.00 10.00
120.00
110.00
4.00
100.00
13.00
90.00
4.00
80.00
Muka Tanah Asli
70.00
Pada Dasar Sungai
60.00
50.00
(b)
Gambar 2. (a) Long section bendungan, (b) Cross section bendungan
5
b. Subbab 4.3.1.4 hal. 29
Zona sesar atau zona hancuran dengan lebar ≤ 50 cm dapat diatasi dengan sementasi
(grouting), bila > 50 cm perlu dilakukan penggalian bahan pengisi dan diganti dengan
baji beton (concrete cap). Kedalaman baji beton tersebut biasanya ditentukan
berdasarkan standar, dimana kedalamn baji beton sekurang-kurangnya 1,5 kali dari lebar
celah bawah galian pada patahan.
6
mengetahui sifat fisik batuan yaitu Uniaxial Compressive Strenght (UCS). Hasil
pengujian dengan tes UCS sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Tes UCS Dan Korelasi Nilai Sifat Fisik Batuan
Data Lab. Korelasi Nilai
No. Lokasi 3
Kode Sampel Jenis Batuan UCS (Mpa) ɣ (kN/m ) N60 c (Mpa) Ø (°) qu (Mpa)
1 CHD01 CH 14.06 23 >50 2.912 45 496.89
2 CHD02 CH 12.28 23 >50 2.543 45 434.27
DAM
3 CMD01 CM 7.74 21 >50 2.234 30 100.84
4
Keterangan :
1. UCS = Uniaxial/Unconfined Comporessive Strenght
(Uji UCS, Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Hasanudin Makassar)
2. N60 = SPT value
= (quc/(0,58 pa))1/0.72 (Principles Of Foundation Engineering, DAS, 2011)
3. ɣ = Density of rock (Dr.K.Kikuchi, Mr.K.Saito & Mr.K.Kusunoki, ICOLD, 1982)
4. c = Cohessiveness of rock
= quc / (2 tan(45+φ/2)) (Principles Of Foundation Engineering, DAS, 2011)
5. Ø = Friction angle of rock (Dr.K.Kikuchi, Mr.K.Saito & Mr.K.Kusunoki, ICOLD, 1982)
6. qu = Beraing Capcity (Assumption foundation with B=1m, Strip footing)
(Terzaghi's formula)
Selain tes UCS di atas juga diperlukan parameter batuan Rock Quality Designation
(RQD) yang digunakan nanti untuk mengontrol daya dukung pondasi. Data RQD
diperoleh dari hasil tes pengeboran pada lokasi pondasi bendungan. Berdasarkan hasil
pengeboran diperoleh nilai RQD untuk lokasi pondasi bendungan sebesar 35% (hasil
pengeboran lokasi TB.L. 4).
b. Desain Mutu Dental Beton
Konsep utama penggunaan alternatif dental beton adalah untuk mengganti jenis batuan
yang tidak sesuai dengan spesifikasi batuan dasar yang digunakan sebagai pondasi
bendungan. Berdasarkan hasil tes UCS diatas diperoleh nilai kuat tekan batuan setara
dengan ±7 MPa. Sehingga pengguanaan dental beton sebagai pengganti masa batuan
yaitu ≥ 7MPa.
Pada pekerjaan pembangunan Bendungan Ladongi ini item pekerjaan yang dipakai
antara lain beton K-125, K-175, K-225, dan K-300. Sehingga material beton yang paling
efisien untuk dental beton yaitu beton mutu K-125.
c. Desain Cap Grouting
Struktur cap grouting pada umumnya digunakan sebagai landasan untuk pekerjaan
grouting pondasi bendungan. Beberapa aspek yang perlu dianalisa untuk desain cap
grouting antara lain mutu cap grouting, ketebalan cap grouting, dan penulangan cap
grouting.
7
Sesuai pedoman perbaikan pondasi bendungan bahwa mutu untuk cap grouting yaitu ≥
K-225. Kontrol mutu beton ini juga berdasarkan kuat tekan batuan yaitu ≥ UCS batuan
dasar. Berdsarkan kedua kondisi diatas diperoleh mutu cap grouting yang dipakai adalah
K-225. Analisis lain berupa keamanan mutu beton terhadap berat overburden zona inti
sebagai berikut.
Tinggi Overbudden, Ho = 65 m
Berat overbudden, σo = 1774 x 65
= 115310 kg/m2
= 1.131 Mpa
Mutu Beton K-225, fc’ = 0.83 x 22.5 =
18.675 Mpa
fc’ > σo (OK)
Analisa ketebalan cap grouting berdasarkan pada mekanisme uplift saat pekerjaan
grouting dilaksanakan. Mekanisme beban uplift terjadi saat pekerjaan grouting pada
stage pertama (kedalaman 0-5 meter). Kontrol uplift ditinjau pada lokasi
konsolidasi/blanket grouting dimana ketebalan cap grouting paling kecil. Asumsi untuk
pelaksanaan blanket grouting dilkukan secra bersamaan dengan jarak antar lubang
minimum adalah 12 m. Maka :
8
Tekanan uplift maksimum dari trial grouting pada stage 1 (0-5m) = 10000 kg/m2
Diameter pengaruh blanket grouting = 3 m
Berdasarkan syarat tulangan susut tersebut, maka untuk caping concrete pada daerah
curtain dan sub-curtain grouting :
Tebal Cap, h=1000 mm
Lebar Cap diinjau, b=1000 mm
Dipakai tulangan BJTD-40, maka kebutuhan untuk tulangan susut:
As = 0.0018 b h
As = 0.0018 x 1000 x 1000
As = 1800 mm2
Dari tabel tulangan, diperoleh :
D19-300 mm (tepi atas dan tepi bawah)
Sedangkan untuk caping concrete pada daerah blanket grouting:
Tebal Cap, h=500 mm
9
Lebar Cap diinjau, b=1000 mm
Dipakai tulangan BJTD-40, maka kebutuhan untuk tulangan susut:
As = 0.0018 b h
As = 0.0018 x 1000 x 500
As = 900 mm2
Dari tabel tulangan, diperoleh :
D19-300 mm (penulangan tunggal pada tepi atas)
d. Desain Anchor Cap Grouting
Pemakaian anchor pada cap grouting untuk mengantisipasi pergeseran cap grouting
akibat berat sendiri dan kemiringan cap. Komponen gaya penahan untuk mencegah
pergeseran pada cap grouting berupa friksi cap dengan batuan dan kapasitas geser anchor
cap. Kekuatan anchor cap tergantung pada sifat fisik batuan, mutu grout dan mutu baja
anchor.
Kapasitas anchor cap merupakan kombinasi antara kapasitas cabut dan kapasitas geser
anchor. Kedua komponen kekuatan anchor tersebut sangat dipengaruhi pada arah anchor
terhadap bidang geser. Dari analisa kemanan geser cap akan diperoleh panjang anchor,
arah anchor, jumlah dan jarak antar anchor cap. Mekanisme anchor cap dalam menahan
gaya geser cap seperti pada gambar berikut.
10
W sin α = 384.000 KN
Gaya Penahan :
(W cos α + nT sin β - nV cos β) tan (2/3 φ) + nT cos β + nV sin β = 513.378 KN
Factor of Safety :
FOS = 1.34
Berdasarkan analisis diatas diperoleh angka kemanan sebesar 1.34 ( >1.0 ). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan penggunaan anchor dapat menahan pergeseran cap.
e. Kontrol Daya Dukung Pondasi Zona Inti
Daya dukung sangat dipengaruhi oleh kondisi lapangan batuan dasarnya. Parameter
batuan yang sangat mempengaruhi yaitu UCS dan RQD batuan itu sendiri. UCS
(Uniaxial Compressive Strenght) secara langsung berhubungan dengan parameter fisik
seperti kohesi (c) dan sudut geser (φ) batuan. Sedangkan Parameter RQD menunjukkan
nilai kekompakan batuan. Semakin kompak (RQD tinggi) maka semakin besar daya
dukung batuan tersebut.
Dari perhitungan daya dukung pada lokasi pondasi zona inti diperoleh nilai daya dukung
dan beban pondasi sebagai berikut.
Pond. Menerus qu = 13923.1 kN/m2
Berdasarkan analisis diatas diperoleh angka kemanan sebesar 7.08 ( >2.5 ). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan daya dukung batuan sudah cukup untuk menahan beban
pondasi.
5. Pelaksanaan Pekerjaan Dental Beton dan Cap Grouting Pada Pondasi Zona Inti
a. Pelaksanaan Pekerjaan Dental Beton
Pekerjaan dental beton diawali dengan galian pondasi dimana melibatkan tim geologi
dan tim survey. Tim geologi/direksi memberikan pengarahan kepada pelakasana
lapangan agar kondisi batuan setelah galian pondasi sesuai dengan spesifikasi teknis
(klasifikasi CM). Batas galian awal ditentukan dari elevasi desain dan geologi mekukan
inspeksi apakan kondisi batuan sudah sesuai dengan kondisi yang dimaksud pada
spesifikasi teknis. Apabila kondisi batuan tersebut terdapat jenis batun yang tidak sesuai
spesifikasi maka harus digali sampai bertemu batuan yang akan diduduki sebagai
pondasi bendungan.
11
Galian untuk mencapai batuan pondasi (batuan CM) mengakibatkan permukaan pondasi
tidak rata. Untuk meratakan galian tersebut maka dilakukan perbaikan dengan dental
beton. Sebelum pekerjaan dental dilakukan pekerjaan lapis mortar dan pemasangan
anchor bar. Pekerjaan lapis mortar bertujuan untuk melapisi batuan pondasi supaya tidak
kontak langsung dengan atmosfer yang mengakibatkan pelapukan pada batuan pondasi.
Setelah itu dental beton dengan mutu K-125 dapat dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan
pada pekerjaan dental beton seperti pada gambar berikut.
12
desain. Pembesian tersebut diletakkan diatas dental beton dan acuan lokasi penempatan
dari survey dan gambar desain. Setelah pembesian dilanjutkan dengan pekerjaan
pengecoran dengan mutu beton K-225 sesuai desain. Kegiatan-kegiatan pada pekerjaan
cap grouting seperti pada gambar berikut.
6. Daftar Pustaka:
-SNI 03-2847-2002 “Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung”
13