Anda di halaman 1dari 8

Reliabilitas Metode Finite Elemen dan Limit Equilibrium

Pada Analisis Stabilitas Bendungan


Muhammad Riza H
Geotechnical Engineer, PT. Bima Sakti Geotama, Bandung
Email : m_riza_h@yahoo.com

Cepi Herdiyan
Geotechnical Engineer, PT. Bima Sakti Geotama, Bandung

Adi Surjo. A
Senior Geological & Geotechnical Engineer, PT. Bima Sakti Geotama, Bandung-Indonesia

ABSTRAK: Metode limit equilibrium (LEM) merupakan metode konvensional yang umum
digunakan para praktisi di Indonesia untuk mengevaluasi stabilitas bendungan. Dimana nilai faktor
keamanan (SF) menjadi indikator penting untuk meyakinkan kondisi stabilitas bendungan. Seiring
dengan banyaknya penemuan ilmu constitutive model dan majunya ilmu komputasi, metode tingkat
lanjut dalam menilai faktor keamanan (SF) dapat dilakukan menggunakan metode finite elemen
(FEM) dengan model konstitutif yang lebih advanced. Dimana, pada metode finite elemen shear
strength reduction dilakukan untuk mendapatkan nilai faktor keamanan. Atas dasar kondisi tersebut
studi ini dilakukan, untuk mengetahui reliabilitas/kehandalan nilai faktor keamanan bendungan
berdasarkan hasil analisis stabilitas menggunakan metode limit equilibrium dan metode finite
elemen. Perangkat lunak SLOPE/W dan PLAXIS digunakan dalam analisis stabilitas bendungan
yang masing-masing mewakili metode limit equilibrium dan finite elemen. Studi kasus proyek
rencana pembangunan bendungan Cipanundaan, Cirebon, di Jawa Barat diambil sebagai studi kasus
dengan mempertimbangkan nilai faktor keamanan bendungan dan bentuk bidang longsor tanpa
gempa dalam 3 kondisi kritis yaitu; end of construction, steady state dan rapid drawdown.
Penggunaan advanced constitutive model pada metode finite element juga dilakukan untuk
mengetahui reliabilitas penggunaan model Mohr-coulomb dan Advanced soil model dalam
menentukan nilai faktor keamanan dalam analisis stabilitas bendungan.

Kata Kunci : Limit equilibrium, Finite elemen, PLAXIS, SLOPE/W, Faktor keamanan, Reliabilitas,
Bendungan Cipanundaan, Mohr-Coloum, Advanced soil model

1 PENDAHULUAN pengurangan kuat geser tanah (shear strength


reduction) dilakukan hingga mendapatkan nilai
Dalam praktek rekayasa saat ini, terdapat faktor keamanan (SF).
dua metode yang umum digunakan dalam Seringkali terdapat pertanyaan dari para
analisis stabilitas lereng yaitu : (i). Metode praktisi maupun akademisi, mengenai metode
keseimbangan batas (Limit Equilibrium manakah yang lebih baik digunakan dalam
Method, LEM) dan (ii). Metode elemen hingga melakukan analisis stabilitas lereng pada
(Finite Element Method, FEM). Meskipun bendungan. Untuk menjawab pertanyaan
dalam kesehariannya metode limit equilibrium tersebut, pada paper ini akan dilakukan studi
adalah metode yang paling banyak digunakan untuk mengetahui reliabilitas/kehandalan nilai
oleh praktisi di Indonesia khususnya dalam hal faktor keamanan bendungan berdasarkan hasil
mengevaluasi stabilitas bendungan. analisis stabilitas menggunakan limit
Pada metode limit equilibrium, faktor equilibrium method (LEM) dan finite element
keamanan (SF) lereng didapat dengan method (FEM) dengan mempertimbangkan 3
membandingkan gaya tahanan tanah dengan kondisi kritis stabilitas bendungan tanpa
gaya-gaya yang bekerja pada lereng. gempa yaitu : (1). Pada kondisi End Of
Sementara pada metode finite elemen, Construction (akhir konstruksi), (2). Kondisi
Steady state (kondisi muka air steady) dan (3). metode keseimbangan batas (LEM). Metode
Kondisi Rapid drawdown (kondisi muka air irisan paling sering digunakan untuk mewakili
turun tiba-tiba). Analisis menggunakan metode metode limit equilibrium (LEM), dimana
LEM dilakukan dengan menggunakan bantuan massa tanah diatas permukaan keruntuhan
program komputer SLOPE/W dari Geostudio diasumsikan terbagi menjadi beberapa irisan
2010, sementara metode FEM dilakukan vertikal (slices).
dengan menggunakan bantuan program
komputer PLAXIS 8.6. Adapun proyek
rencana pembangunan bendungan
Cipanundaan, Cirebon, di Jawa Barat akan
digunakan sebagai studi kasus pada studi ini.
Dimana, nilai faktor keamanan, dan bentuk
bidang longsor pada ketiga kondisi kritis
bendungan tanpa gempa akan dievaluasi
berdasarkan kedua metode diatas. Penggunaan
advanced constitutive model pada metode
finite element juga dilakukan untuk Gambar 1. Bidang longsor dibagi menjadi beberap
mengetahui reliabilitas penggunaan model irisan vertikal
mohr-coulomb dan advanced soil model
dalam hal ini hardening soil (HS) model dalam Berbagai solusi yang berbeda telah
menentukan nilai faktor keamanan dalam dikembangkan oleh para praktisi geoteknik
analisis stabilitas bendungan. untuk metode irisan, diantaranya Fellenius,
Bishop, Janbu dan Morgenstern-Prices.
Perbedaan antara metode tersebut berada pada
2 STUDI TERDAHULU persamaan kesetimbangan batas dan asumsi
Beberapa studi terdahulu telah dilakukan gaya antar irisan yang diperhitungkan. Metode
terkait penggunaan limit equilibrium method Fellenius merupakan metode irisan yang paling
(LEM) dan Finite element method (FEM) sederhana. Pada metode Fellenius hanya
dalam analisis stabilitas lereng khususnya pada mempertimbangkan kesetimbangan momen
lereng bendungan. Seperti halnya yang telah sementara semua gaya antar irisan diabaikan.
dilakukan oleh Ismail et.al. (2013), M.Rabie. Bishop kemudian mengembangkan metode
(2013), Sachpazis, (2013), Maula and Zhang, yang lebih kompleks dengan menambahkan
(2011), dan T.X. Tran. Berdasarkan beberapa gaya yang bekerja disekitar bidang irisan. Gaya
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan normal antar irisan diperhitungkan namun gaya
bahwa FEM telah menunjukkan metode yang geser antar irisan diabaikan. Perbedaan antara
handal dan baik untuk mengevaluasi faktor metode dalam LEM dapat dilihat pada tabel
keamanan lereng. Salah satu keuntungan FEM dibawah ini.
adalah nilai faktor keamanan muncul secara
langsung berdasarkan analisis tanpa harus Tabel 1. Kesetimbangan yang diperhitungkan antar
ditentukan terlebih dahulu oleh pengguna metode
dalam range tertentu untuk setiap bentuk Metode
Kestimbangan Kestimbangan
mekanisme tertentu. Selain itu, perbedaan nilai Momen Gaya
Fellenius/Ordinary yes no
faktor keamanan lereng antara FEM dan LEM
Bishop's Simplified yes no
cukup kecil dan LEM merupakan metode yang Janbu's Simplified no yes
telah digunakan dalam beberapa decade Morgenstern Prices yes no
kebelakang. Akan tetapi, karena kekurangan Spencer yes no
LEM dalam pemodelan consitutive, FEM
adalah metode yang sangat baik untuk Tabel 2. Gaya antar irisan yang bekerja
memodelkan prilaku tegangan-regangan
material yang nonlinear serta analisis stabilitas
berdasarkan nilai deformasi.

3 LIMIT EQUILIBRIUM METHOD


Dalam praktek rekayasa, umumnya analisis
stabilitas lereng dilakukan menggunakan
Setelah dilakukan perrhitungan gaya pada keruntuhan. Dalam metode FEM, prediksi
masing-masing irisan, selanjutnya nilai faktor perilaku regangan akibat tegangan yang terjadi,
keamanan (FS) dihasilkan dengan diperlukan hubungan untuk mewakili perilaku
menggunakan formula sebagai berikut. mekanik dari material. Pada studi ini model
konstitutif tanah Mohr Coulomb (MC) dan
hardening soil digunakan sebagai alternatif
pendekatan model tanah.
Dimana σf adalah gaya penahan yang
diwakili oleh kuat geser aktual tanah, 4.1 Model Mohr-Coloumb (MC)
sementara σm tegangan geser yang bekerja atau
gaya yang membuat tanah bergerak. Pada Model Mohr Coulomb banyak digunakan
metode LEM hanya terdapat 3 parameter tanah sebagai model standar dalam berbagai analisis
yang diinput yaitu; berat isi (γ), kohesi (c) dan geoteknik. Model MC menunjukkan perilaku
sudut geser (ϕ). Metode ini menghasilkan elastic perfectly plastic dengan menggunakan 5
perkiraan faktor keamanan (FS) meski tanpa parameter material seperti parameter elastic
adanya informasi tegangan pada kondisi awal. (Modulus elastisitas (E) dan poisson’s ratio
Kelemahan metode ini terdapat pada ()), dan parameter plastic seperti friction
pertimbangan hubungan tegangan regangan angle (), kohesi (c) dan sudut dilatansi ().
pada tanah. yang nilai tegangannya tidak Pada analisis, kriteria Mohr-Coulomb dapat
realistis dan variasi faktor keamanan lokal diwakilkan dengan 3 pendekatan metode yaitu
sepanjang permukaan slip tidak diizinkan :
(Duncan, 1996). 1. Metode Mohr-Coulomb A (MC-A)
2. Metode Mohr-Coulomb B (MC-B)
3. Metode Mohr-Coulomb C (MC-C)
4 FINITE ELEMEN METHOD

Metode elemen hingga (FEM) adalah teknik 4.1.1 Model Mohr-Coloumb A (MC-A)
numerik untuk menemukan solusi perkiraan Mohr-Coulomb A merupakan model Mohr
pada permasalahan persamaan diferensial Coulomb dengan pendekatan parameter
parsial. Perilaku material dalam FEM tegangan efektif dimana parameter yang
dijelaskan oleh model elastis plastis sempurna digunakan adalah c’,’,dan E50’, dan ’.
sesuai dengan kriteria kegagalan Mohr- Perhitungan undrained dilakukan dalam
Coulomb. Model ini tidak hanya analisis tegangan efektif. Metode ini akan
memperhitungkan kekuatan geser namun juga memberikan nilai kekuatan geser yang
memperhitungkan parameter deformasi. Tiga overestimated dan nilai tekanan pori yang
parameter tambahan yang digunakan dalam underestimated pada tanah lempung normally
metode FEM adalah modulus elastisitas, E, dan lightly overconsolidated (OCR<2).
rasio Poisson, ν, dan sudut dilatansi, ψ.
Berbeda dengan metode Limit Equilibrium, 4.1.2 Model Mohr-Coloumb B (MC-B)
pada metode Finite Elemen tidak dilakukan Model Mohr-Coulomb B merupakan model
asumsi lokasi bidang longsor. Nilai faktor dengan kombinasi parameter tegangan efektif
keamanan (SF) ditentukan dengan melakukan dengan kekuatan total dimana parameter yang
pengurangan terhadap nilai kuat geser tanah digunakan adalah cu, u, dan E50’ dan ’.
(kohesi, c dan sudut geser, ϕ) secara bertahap Perhitungan undrained dilakukan dalam
hingga terbentuk bidang perlemahan saat analisis tegangan efektif.
terjadi keruntuhan. Adapun metode c-ϕ
reduction pada Plaxis menggunakan formula 4.1.3 Model Mohr-Coloumb C (MC-C)
sebagai berikut. Mohr-Coulomb C merupakan model Mohr
Coulomb dengan pendekatan parameter
tegangan total dimana parameter yang
digunakan adalah cu,u, Eu, dan u. Perhitungan
undrained dilakukan dalam analisis tegangan
total.
dimana ΣMSF adalah faktor keamanan (FS), c
reduced dan ϕ reduced merupakan nilai kuat geser
tanah terendah yang didapat saat terjadi
4.2 Model Hardening Soil (HS) koordinat 6°54'1.47"S, 108°39'23.11"E.
Bendungan merupakan tipe urugan tanah
Model hardening soil merupakan model
homogen dengan tinggi rencana ±20 m dengan
tingkat lanjut yang memodelkan hubungan
volume tampungan ±6.92 juta m3. Rencana
hiperbolik tegangan regangan. Seperti halnya
Bendungan Cipanundaan memiliki kemiringan
model Mohr-Coulomb, batas kekuatan tanah
lereng rata-rata 1V : 3H dibagian upstream dan
pada model hardening soil dikontrol oleh nilai
1V:2.5H dibagian downstream.
kehesi, c, sudut geser, , dan sudut dilatansi,
. Namun berbeda halnya dengan kekakuan
tanah, model hardening soil menggunakan 3
(tiga) input parameter kekakuan yang berbeda :
Loading modulus ( E50ref ), unloading modulus
( Eurref ) dan oedometer modulus ( Eoed
ref
). Untuk
beberapa jenis tanah dapat diasumsikan nilai
Eur≈3E50 dan Eoed≈E50. Meskipun untuk tanah
sangat lunak dan very stiff dapat memberikan
nilai ratio yang berbeda. Nilai modulus
kekakuan pada model hardening soil
tergantung pada tegangan. Hal ini berarti
modulus kekakuan akan berubah ketika terjadi Gambar 2. Lokasi studi Bendungan Cipanundan,
perubahan tegangan. Nilai-nilai modulus Cirebon
kekakuan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Gambar 3. Kondisi geologi regional sekitar


Nilai m didefinisikan sebagai power untuk Cirebon, Jawa Barat
stress depedency. Dimana nilai m bervariasi
antara 0.5 sampai dengan 1.0 (gravel=0.5, Berdasarkan Peta Geologi Regional, aliran
mud=0.75, clay=1.0). Untuk tanah lunak Sungai Cipanundan dibagian hilir dipotong
direkomendasikan menggunakan nilai m=1.0. oleh jalur sesar naik, yang arahnya hampir
Parameter hardening soil lainnya yang perlu timur-barat. Sesar naik ini dikenal dengan
dipertimbangkan adalah poisson ratio untuk nama Sesar Bumiayu. zona sumber gempa
unloading-reloading, ur, dimana nilainya bumi Patahan Bumiayu mulai aktif sejak umur
berkisar antara 0.15 - 0.25 (default ur=0.2). Plistosen (Kertapati, 2006). Patahan ini
Namun pada umumnya ketika menggunakan dibentuk akibat adanya gaya kompresi selatan
model Mohr Coulomb penggunaan nilai barat daya - utara timur laut terhadap batuan
poisson ratio yang lebih tinggi tersier. Gaya tersebut terus berlangsung sampai
direkomendasikan. kini dengan banyak ditemukannya undak-
undak sungai, struktur kubah dan perlipatan-
perlipatan lemah. Sementara berdasarkan data
5 STUDI KASUS penyelidikan geologi teknik, umumnya kondisi
Proyek rencana pembangunan bendungan geologi disekitar bendungan merupakan
Cipanundaan akan digunakan dalam studi ini. alluvium dan batulempung dengan kondisi
Rencana Bendungan Cipanundaan terletak di lapukan ringan hingga tinggi yang rentan
Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. mengalami kelongsoran.
Dimana rencana as bendungan berada pada
6 ANALISIS RELIABILITAS analisis. Adapun model Mohr-Coloumb dan
advanced constitutive model dalam hal ini
Berdasarkan gambar rencana, bendungan hardening soil digunakan untuk memodelkan
Cipanundaan merupakan tipe urugan tanah material pada metode FEM. Hasil analisis
yang memiliki tinggi 20 m, kemiringan lereng stabilitas bendungan yang digambarkan dengan
rata-rata 1V : 3H dibagian upstream dan 1V : besarnya nilai faktor keamanan untuk kedua
2.5H pada bagian downstream. metode tersebut dapat dilihat pada diagram
dibawah ini.

Gambar 4. Geometri rencana bendungan


Cipanundaan, Cirebon, Jawa Barat

Adapun parameter disain bendungan yang


digunakan dalam analisis stabilitas lereng Gambar 5. Nilai Faktor keamanan berdasarkan
adalah sebagai berikut : metode LEM dan FEM
Tabel 3. Paremeter disain bendungan model LEM-
Berdasarkan diagram nilai faktor keamanan
MC
diatas dapat diketahui bahwa metode FEM-
MCB dan FEM-MCC memberikan nilai faktor
keamanan (FOS) paling kecil/kritis
dibandingkan dengan metode LEM pada
semua kondisi kritis bendungan.
Sementara, nilai faktor keamanan FEM-
MCA pada 2 (dua) kondisi kritis yaitu pada (i)
Kondisi end of contruction dan (ii) Kondisi
Tabel 4.Parameter disain bendungan model FEM- Steady state cenderung memberikan nilai
MC faktor keamanan (FOS) yang relatif sama.
Namun berbeda halnya pada kondisi Rapid
drawdown, Nilai faktor keamanan dari metode
LEM justru menunjukkan nilai yang lebih
kecil/kritis dibandingkan dengan nilai faktor
keamanan yang dihasilkan dari FEM-MCA.
Namun berbeda halnya dengan penggunaan
advanced constitutive model dalam hal ini
Tabel 5. Parameter disain bendungan model FEM- model hardening soil (HS) pada metode FEM.
HS Nilai faktor keamanan dari metode FEM-HS
cenderung memberikan nilai faktor keamanan
(FOS) yang lebih kecil/kritis dibandingkan
dengan metode LEM pada hampir semua
kondisi kritis bendungan baik itu pada kondisi
end of construction, steady state maupun rapid
drawdown.
Untuk mengetahui reliabitas/keandalan Dalam penentuan bidang longsor, berbeda
metode LEM dan FEM, analisis stabilitas halnya dengan metode LEM, pada metode
bendungan dilakukan menggunakan bantuan FEM tidak dilakukan asumsi lokasi bidang
perangkat lunak SLOPE/W dan PLAXIS. 3 longsor seperti halnya metode LEM. Nilai
(tiga) kondisi kritis bendungan tanpa gempa faktor keamanan (FOS) ditentukan dengan
yaitu (i) Kondisi End Of Construction (ii) melakukan pengurangan terhadap nilai kuat
Kondisi Steady State maupun (iii) Kondisi geser (kohesi, c dan sudut geser, ) secara
rapid drawdown dipertimbangkan didalam
bertahap hingga terbentuk bidang perlemahan
saat terjadi keruntuhan.
Berdasarkan bentuk dan posisi bidang
longsor yang terbentuk dari kedua metode baik
itu LEM ataupun FEM dapat dilihat pada
gambar dibawah ini. (b)

(c)

(a)

(d)

(b)

(e)
Gambar 7. Bidang longsor pada kondisi Steady
State (a). LEM (b) FEM-MCA (c) FEM-MCB (d)
(c) FEM-MCC (e) FEM-HS

(d)

(a)

(e)
Gambar 6. Bidang longsor pada kondisi End of
construction (a). LEM (b) FEM-MCA (c) FEM-
MCB (d) FEM-MCC (e) FEM-HS (b)

(c)

(a)

(d)
7 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi yang telah


dilakukan terhadap reliabilitas metode finite
element dan limits equilibrium pada analisis
(e) stabilitas bendungan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
Gambar 8. Bidang longsor pada kondisi Rapid
1. Nilai faktor keamanan berdasarkan metode
Drawdown (a). LEM (b) FEM-MCA (c) FEM-
FEM-MCB dan FEM-MCC memberikan
MCB (d) FEM-MCC (e) FEM-HS
nilai faktor keamanan (FOS) paling
kecil/kritis dibandingkan dengan metode
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui
LEM pada semua kondisi kritis bendungan
bahwa bentuk dan posisi bidang longsor dari
2. Nilai faktor keamanan FEM-MCA pada 2
kedua metode baik itu LEM ataupun FEM
(dua) kondisi kritis yaitu pada (i) Kondisi
pada seluruh kondisi kritis bendungan
end of contruction dan (ii) Kondisi Steady
memiliki posisi dan bentuk yang relatif sama.
state cenderung memberikan nilai faktor
Dimana pada kondisi end of construction dan
keamanan (FOS) yang relatif sama.
steady state, bidang longsor atau bidang
Namun berbeda halnya pada kondisi Rapid
perlemahan terletak pada downstream slope,
drawdown, Nilai faktor keamanan dari
sementara pada kondisi rapid drawdown
metode LEM justru menunjukkan nilai yang
terletak pada upstream slope.
lebih kecil/kritis dibandingkan dengan nilai
Salah satu kelebihan dari FEM
faktor keamanan yang dihasilkan dari FEM-
dibandingkan dengan LEM adalah dapat
MCA.
memprediksi besarnya deformasi yang terjadi
3. Penggunaan advanced constitutive model
pada ketiga kondisi kritis bendungan. Hasil
dalam hal ini model hardening soil (HS)
analisis FEM terhadap besarnya deformasi
pada metode FEM, cenderung memberikan
dapat dilihat dibawah ini.
nilai faktor keamanan (FOS) yang lebih
kecil/kritis dibandingkan dengan metode
LEM pada hampir semua kondisi kritis
bendungan baik itu pada kondisi end of
construction, steady state maupun rapid
drawdown.
4. Bentuk dan posisi bidang longsor dari
kedua metode baik itu LEM maupun FEM
pada seluruh kondisi kritis bendungan
memiliki posisi dan bentuk yang relatif
sama. Dimana pada kondisi end of
construction dan steady state, bidang
Gambar 9. Nilai deformasi pada metode finite longsor atau bidang perlemahan terletak
elemen untuk berbagai model constitutive pada pada downstream slope, sementara pada
tiga kondisi kritis bendungan kondisi rapid drawdown terletak pada
upstream slope.
Berdasarkan besarnya deformasi pada analisis 5. Salah satu kelebihan dari FEM
FEM dapat diketahui bahwa model advanced dibandingkan dengan LEM adalah dapat
constitutive model dalam hal ini model memprediksi besarnya deformasi yang
hardening soil (HS) menunjukkan nilai terjadi pada ketiga kondisi kritis
deformasi yang lebih besar dibandingkan bendungan.
dengan FEM-MCA, FEM-MCB ataupun 6. Berdasarkan besarnya deformasi pada
FEM-MCC. Sehingga penggunaan FEM analisis FEM dapat diketahui bahwa model
dengan model constitutive hardening soil advanced constitutive model dalam hal ini
direkomendasikan dalam analisis stabilitas model hardening soil (HS) menunjukkan
bendungan dimana nilai deformasi digunakan nilai deformasi yang lebih besar
sebagai penentu nilai stabilitas. dibandingkan dengan FEM-MCA, FEM-
MCB ataupun FEM-MCC. Sehingga
penggunaan FEM dengan model
constitutive hardening soil sangat
direkomendasikan dalam analisis stabilitas T, A, Gideon., et al (2017), Analisis Kestabilan Lereng
bendungan, dimana nilai deformasi Metode Morgenstren-Price (Studi Kasus : Diamond
digunakan sebagai penentu nilai stabilitas. Hill Citraland), Jurnal Teknologi Rekayasa.
7. Secara umum dapat disimpulkan bahwa S, Andry., et al (2015), Perbandingan antara metode
limit equilibrium dan metode finite elemen dalam
penggunaan model tanah sederhana Mohr- analisis stabilitas lereng, Depatemen Teknik Sipil,
Coloumb pada analisis stabilitas bendungan Universitas Sumatera Utara, Indonesia.
menggunakan LEM ataupun FEM
khususnya FEM-MCA sangat baik dengan
perbedaan nilai faktor keamanan < 5%
diantara keduanya. Namun penggunaan
FEM-MCA pada kondisi rapid drawdown
perlu dikaji lebih lanjut karena masih
memiliki perbedaan > 10% lebih tinggi
dibandingkan dengan LEM.
8. Penggunaan advanced constitutive model
dalam hal ini model hardening soil (HS)
pada metode FEM sangat baik dalam
menentukan nilai faktor keamanan (FOS)
dan deformasi.
9. Studi reliabilitas/kehandalan metode finite
element dan limit equilibrium pada analisis
stabilitas bendungan terhadap gempa perlu
dilakukan lebih lanjut untuk
menyempurnakan studi ini.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir.
Hendra Jitno., Phd, dan Ir. Herryan K. MT
selaku direktur PT. Aditya Engineering
Consultant atas masukan dan kesempatan
yang diberikan kepada penulis untuk
menggunakan data-data proyek sebagai bahan
untuk melakukan penelitian.

REFERENCES

Aditya Engineering Consultant, (2017), “Laporan


Sertifikasi Bendungan Cipanundaan, Cirebon, Jawa
Barat, 2017”
H, Nezar., et al. (2008), Stability analysis of slopes
using the finite element method and limiting
equilibrium approach: Bulletin of Engineering
Geology and the Environment
Vinod, B, R., et al. (2017). Some of Limit Equilibrium
Method and Finite Element Method based Software
are used in Slope Stability Analysis, International
Journal of Application or Innovation in Engineering
& Management (IJAIEM).
B, Zoran., et al. (2014), Slope stability analyses using
limit equilibrium and strength reduction methods,
JCE Junior Certificate Examination Bostwana, South
Africa.
J, Abdul. (2011), The Analysis Slope Stability Reservoir
Keuliling with Finite Element Methods, Jurnal
Teknik Sipil, Malikussaleh University NAD,
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai