Cepi Herdiyan
Geotechnical Engineer, PT. Bima Sakti Geotama, Bandung
Adi Surjo. A
Senior Geological & Geotechnical Engineer, PT. Bima Sakti Geotama, Bandung-Indonesia
ABSTRAK: Metode limit equilibrium (LEM) merupakan metode konvensional yang umum
digunakan para praktisi di Indonesia untuk mengevaluasi stabilitas bendungan. Dimana nilai faktor
keamanan (SF) menjadi indikator penting untuk meyakinkan kondisi stabilitas bendungan. Seiring
dengan banyaknya penemuan ilmu constitutive model dan majunya ilmu komputasi, metode tingkat
lanjut dalam menilai faktor keamanan (SF) dapat dilakukan menggunakan metode finite elemen
(FEM) dengan model konstitutif yang lebih advanced. Dimana, pada metode finite elemen shear
strength reduction dilakukan untuk mendapatkan nilai faktor keamanan. Atas dasar kondisi tersebut
studi ini dilakukan, untuk mengetahui reliabilitas/kehandalan nilai faktor keamanan bendungan
berdasarkan hasil analisis stabilitas menggunakan metode limit equilibrium dan metode finite
elemen. Perangkat lunak SLOPE/W dan PLAXIS digunakan dalam analisis stabilitas bendungan
yang masing-masing mewakili metode limit equilibrium dan finite elemen. Studi kasus proyek
rencana pembangunan bendungan Cipanundaan, Cirebon, di Jawa Barat diambil sebagai studi kasus
dengan mempertimbangkan nilai faktor keamanan bendungan dan bentuk bidang longsor tanpa
gempa dalam 3 kondisi kritis yaitu; end of construction, steady state dan rapid drawdown.
Penggunaan advanced constitutive model pada metode finite element juga dilakukan untuk
mengetahui reliabilitas penggunaan model Mohr-coulomb dan Advanced soil model dalam
menentukan nilai faktor keamanan dalam analisis stabilitas bendungan.
Kata Kunci : Limit equilibrium, Finite elemen, PLAXIS, SLOPE/W, Faktor keamanan, Reliabilitas,
Bendungan Cipanundaan, Mohr-Coloum, Advanced soil model
Metode elemen hingga (FEM) adalah teknik 4.1.1 Model Mohr-Coloumb A (MC-A)
numerik untuk menemukan solusi perkiraan Mohr-Coulomb A merupakan model Mohr
pada permasalahan persamaan diferensial Coulomb dengan pendekatan parameter
parsial. Perilaku material dalam FEM tegangan efektif dimana parameter yang
dijelaskan oleh model elastis plastis sempurna digunakan adalah c’,’,dan E50’, dan ’.
sesuai dengan kriteria kegagalan Mohr- Perhitungan undrained dilakukan dalam
Coulomb. Model ini tidak hanya analisis tegangan efektif. Metode ini akan
memperhitungkan kekuatan geser namun juga memberikan nilai kekuatan geser yang
memperhitungkan parameter deformasi. Tiga overestimated dan nilai tekanan pori yang
parameter tambahan yang digunakan dalam underestimated pada tanah lempung normally
metode FEM adalah modulus elastisitas, E, dan lightly overconsolidated (OCR<2).
rasio Poisson, ν, dan sudut dilatansi, ψ.
Berbeda dengan metode Limit Equilibrium, 4.1.2 Model Mohr-Coloumb B (MC-B)
pada metode Finite Elemen tidak dilakukan Model Mohr-Coulomb B merupakan model
asumsi lokasi bidang longsor. Nilai faktor dengan kombinasi parameter tegangan efektif
keamanan (SF) ditentukan dengan melakukan dengan kekuatan total dimana parameter yang
pengurangan terhadap nilai kuat geser tanah digunakan adalah cu, u, dan E50’ dan ’.
(kohesi, c dan sudut geser, ϕ) secara bertahap Perhitungan undrained dilakukan dalam
hingga terbentuk bidang perlemahan saat analisis tegangan efektif.
terjadi keruntuhan. Adapun metode c-ϕ
reduction pada Plaxis menggunakan formula 4.1.3 Model Mohr-Coloumb C (MC-C)
sebagai berikut. Mohr-Coulomb C merupakan model Mohr
Coulomb dengan pendekatan parameter
tegangan total dimana parameter yang
digunakan adalah cu,u, Eu, dan u. Perhitungan
undrained dilakukan dalam analisis tegangan
total.
dimana ΣMSF adalah faktor keamanan (FS), c
reduced dan ϕ reduced merupakan nilai kuat geser
tanah terendah yang didapat saat terjadi
4.2 Model Hardening Soil (HS) koordinat 6°54'1.47"S, 108°39'23.11"E.
Bendungan merupakan tipe urugan tanah
Model hardening soil merupakan model
homogen dengan tinggi rencana ±20 m dengan
tingkat lanjut yang memodelkan hubungan
volume tampungan ±6.92 juta m3. Rencana
hiperbolik tegangan regangan. Seperti halnya
Bendungan Cipanundaan memiliki kemiringan
model Mohr-Coulomb, batas kekuatan tanah
lereng rata-rata 1V : 3H dibagian upstream dan
pada model hardening soil dikontrol oleh nilai
1V:2.5H dibagian downstream.
kehesi, c, sudut geser, , dan sudut dilatansi,
. Namun berbeda halnya dengan kekakuan
tanah, model hardening soil menggunakan 3
(tiga) input parameter kekakuan yang berbeda :
Loading modulus ( E50ref ), unloading modulus
( Eurref ) dan oedometer modulus ( Eoed
ref
). Untuk
beberapa jenis tanah dapat diasumsikan nilai
Eur≈3E50 dan Eoed≈E50. Meskipun untuk tanah
sangat lunak dan very stiff dapat memberikan
nilai ratio yang berbeda. Nilai modulus
kekakuan pada model hardening soil
tergantung pada tegangan. Hal ini berarti
modulus kekakuan akan berubah ketika terjadi Gambar 2. Lokasi studi Bendungan Cipanundan,
perubahan tegangan. Nilai-nilai modulus Cirebon
kekakuan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
(c)
(a)
(d)
(b)
(e)
Gambar 7. Bidang longsor pada kondisi Steady
State (a). LEM (b) FEM-MCA (c) FEM-MCB (d)
(c) FEM-MCC (e) FEM-HS
(d)
(a)
(e)
Gambar 6. Bidang longsor pada kondisi End of
construction (a). LEM (b) FEM-MCA (c) FEM-
MCB (d) FEM-MCC (e) FEM-HS (b)
(c)
(a)
(d)
7 KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir.
Hendra Jitno., Phd, dan Ir. Herryan K. MT
selaku direktur PT. Aditya Engineering
Consultant atas masukan dan kesempatan
yang diberikan kepada penulis untuk
menggunakan data-data proyek sebagai bahan
untuk melakukan penelitian.
REFERENCES