Anda di halaman 1dari 5

SKENARIO BBDM MODUL 4.

1 MASALAH PADA SISTEM KARDIOVASKULAR


SKENARIO 2
BERDEBAR - DEBAR
Tuan Z, 30 tahun, sering mengeluh palpitasi, dirasakan detak jantungnya berdebar tidak
teratur dan lebih cepat terutama pada saat aktivitas agak berat seperti berjalan cepat.
Selama 3 bulan ini, pasien juga mengeluh dyspnea on exertion (DOE) saat aktivitas
sehari-hari, perut kadang sebah dan mual, tidak ada paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND) maupun demam. Menurut Ibu pasien, pasien pernah sakit berat saat duduk di kelas IV
SD karena demam, sesak nafas dan polyarthritis migran. Keadaan umum tampak
underweight. TD: 110/80; HR: 120x/menit irregular, Nadi 90x/menit; pulsus deficit (+), RR:
26x/mnt; t: 37.5 C. Mata tidak tampak exopthalmus, leher tak tampak struma; mitral facies
(-), JVP R+3 cm. Pemeriksaan paru dalam batas normal. Pemeriksaan jantung bunyi jantung I
dan II ireguler ireguler, ada bising mid-diastolik di apeks jantung, tidak ada gallop.
Pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan gelombang p yang tidak tampak jelas dengan
durasi kompleks QRS normal.

A. Terminologi Istilah
1. Paroxysmal Nocturnal Dispnea : sesak nafas/kesulitan bernafas saat malam
hari sehingga penderita terbangun dari tidurnya, terjadi selang beberapa jam
setelah pasien tertidur (sering 1-2 jam setelah), biasanya membaik dengan
upright position / tegak.
2. Struma : Pembesaran kelenjar thyroid yang dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor baik itu dalam keadaan hyperthyroid maupun hypothyroid.
3. Atrial fibrilasi : salah satu jenis aritmia atau gangguan irama jantung yang
ditandai dengan denyut jantung yang tidak beraturan dan cepat.
4. Pulsus deficit : denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan
denyut nadi sehingga frekuensi denyut jantung lebih tinggi daripada frekuensi
denyut nadi
5. Chorea : kelainan saraf otot yang menyebabkan pergerakan tubuh yang tidak
disadari dan tidak dapat diprediksi. Kelainan ini berhubungan dengan gerak
cepat dan tak terkoordinasi, yang umumnya terjadi di bagian wajah, tangan,
dan kaki.
6. Mitral facies : penampilan khas pada stenosis mitral , berupa pipi kemerahan
abnormal , tetapi bagian wajah lain sianosis. Terjadi karena CO rendah akibat
vasokontriksi pada cutaneus.
7. Dyspnea on exertion (DOE) :Kondisi sesak napas atau sensasi tidak bisa
bernapas secara cukup saat melakukan aktivitas fisik
8. polyarthritis migran: radang yang melibatkan banyak sendi, gejalanya
bergeser dari satu sendi ke sendi lainnya (tidak menetap di satu sendi untuk
waktu yang lama)
9. Mata exopthalmus : kondisi dimana bola mata tampak menonjol keluar dari
bola mata sehingga tampak membesar.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa dapat terjadi dyspnea on exertion (DOE) tetapi tidak paroxysmal
nocturnal dyspnea (PND)?
2. Mengapa dapat terjadi pulsus deficit?
3. Mengapa dapat terjadi palpitasi pada pasien tersebut?
4. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Apa diagnosis sementara, diagnosis banding
dari keluhan pasien?
5. Apa hubungan dari gejala yang dialami pasien dan keadaan umum
underweight?
6. Mengapa jantung pasien berdebar tidak teratur dan menjadi lebih cepat ketika
sedang aktivitas berat?
7. Apa hubungan DOE dengan perut sebah dan mual?
C. Analisis Masalah
1. DOE terjadi karena aktivitas, metabolism perifer dan aktivitas saraf meningkat
sehingga memperburuk aritmia atau sesak nafas; PND terjadi karena masalah
pada vena, biasanya pada pasien gagal jantung tapi pasien tidak sampai gagal
jantung.
PND mengindikasikan adanya gagal jantung kongestif terutama bagian
kiri dan gangguan pernapasan seperti asma, PPOK, edema pulmonal, dll.
Sehingga dengan tidak adanya PND, dapat mengeliminasi diagnosis tersebut.
2. Kontraksi ventrikel yang memompa darah lemah sehingga CO berkurang.

Sehingga yang mencapai perifer berkurang. Ini menyebabkan perbedaan

nadi. Selain itu terdapat juga gangguan pompa jantung. Hanya SV yang
bertambah banyak karena preloadnya yang banyak → gangguan pompa

jantung. Biasanya terjadi pada pasien dengan Atrial Fibrillation.

Atrial fibrillation : multiple micro reentry → atrium bergetar cepat →

disinkronisasi kontraksi atrium → iregularitas kontraksi ventrikel → HR >>

namun CO << → nadi yang muncul pun juga lemah/sedikit → pulsus

deficit (+)
3. Palpitasi terjadi pada pasien karena darah tidak mengalir secara normal
sehingga sistem saraf pusat memerintahkan jantung untuk meningkatkan
kerjanya dalam rangka dekompensasi, menjaga hemodinamik tubuh agar tetap
normal.
• Faktor eksternal : stress, cemas, olahraga berat, alcohol, kafein, obat-obatan,
pil diet, drug, dan lain-lain.
• Faktor internal : ketidakseimbangan hormone, elektrolit, rendahnya oksigen
dalam darah, anemia, hiperventilasi, penyebab dari jantung (contohnya atrial
fibrilasi/flutter).
4. Keluhan utama Keluhan utama pasien adalah palpitasi dan arrhythmia disertai
dengan DOE dan takikardi. Hal ini merupakan ciri dari atrial fibrilasi,
mengingat irama jantung irregularly irregular. Penyebabnya mengarah ke
gangguan katub, diperkuat dengan adanya murmur mid-diastolik pada apeks
yang mana penyebabnya adalah kerusakan pada katup mitral (mitral stenosis).
Hal ini sejalan dengan tidak adanya gangguan signifikan pada
elektrokardiogram (EKG) pasien selain takikardi.
Sehingga diagnosis sementara disimpulkan stenosis katup mitral disertai atrial
fibrilasi. Namun, untuk atrial fibrilasi perlu dikonfirmasi gambaran EKG yang
lebih lengkap.
Diagnosis bandingnya antara lain:
- Atrial flutter → palpitasi, kelelahan, dispnea ringan, presinkop,

takikardia, HR sekitar 150 x/menit dan denyut nadi mungkin

reguler atau sedikit ireguler.


- Atrial tachycardia → denyut nadi cepat, takikardia terus menerus,

berkelanjutan, atau berulang, dispnea, pusing, sakit kepala ringan,

kelelahan, sinkop, dan gejala gagal jantung.

- SVT (AV Nodal Reentry Tachycardia) → palpitasi, takikardia, HR


antara 150-250 x/menit, cemas, rasa tidak nyaman di leher dan dada,
dispnea, pusing, lemah, lelah.
5. Underweight terjadi karena pasokan darah yang membawa O2 dan nutrisi ke
perifer berkurang sehingga nutrisi yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi, sel-
sel itu kemudian mengkompensasi dengan sintesis lemak dan/glikogen untuk
menjaga homeostasis. Selain itu, kurangnya aliran Gastrointestinal
menyebabkan penyerapan nutrisi berkurang.
6. Hal ini terjadi karena aktivitas kelistrikan jantung tidak bekerja dengan baik.
Kemungkinan terjadi konduksi listrik SA Node yang mengalami turbulensi
menyebabkan kontraksi atrium cepat dan tidak terkoordinasi tetapi lemah.
Turbulensi ini menyebabkan listrik yang dihantarkan AV node juga tidak
beraturan menyebabkan kontraksi ventrikel tidak teratur dan cepat
7. Mual adalah gejala yang sering muncul yang ditandai dengan
ketidaknyamanan epigastrium dengan keinginan untuk muntah. Respons ANS
(sistem saraf autonom) terhadap mual mencakup beberapa organ dan
mencakup aliran simpatis dan parasimpatis. Adanya stimulasi cardiovagal
dapat menyebabkan adanya modulasi sinyal sehingga persepsi terhadap impuls
nausea (mual) meningkat. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan
modulasi ANS simpatik dan penurunan kerja parasimpatik yang dapat
dikaitkan dengan peningkatan persepsi mual.
D. Peta Konsep
E. Sasaran Belajar
1. Menjelaskan etiologi dan patofisiologi dada berdebar
2. Mampu membedakan keluhan dada berdebar kardiak dan nonkardiak
3. Menjelaskan pemeriksaan fisik dada berdebar dari atrial fibrilasi dan penyakit
dasar yang menyebabkan AF
4. menjelaskan pemeriksaan penunjang atrial fibrilasi (EKG) untuk
menyingkirkan diagnosis banding atrial fibriasi dan kelainan disritmia kordis
lainnya
5. Menjelaskan komplikasi AF pada mitral stenosis sebagai penyebab AF
6. Menjelaskan tatalaksana farmakologi dan non-farmakologi AF akibat mitral
stenosis
7. Menjelaskan edukasi pada AF akibat mitral stenosis

Anda mungkin juga menyukai