021-7279 6905
PANDUAN PENYELENGGARAAN
KATA PENGANTAR
Dalam Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional tahun 2005‐2025, memerintahkan untuk memenuhi target akses aman air minum sebesar
100% di tahun 2019. Salahsatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai target tersebut diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional tahun 2015‐2019, melalui optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), dengan
pembangunan SPAM Regional.
SPAM Regional merupakan pendekatan penyediaan air minum melalui pemanfaatan air baku secara
bersama dengan melakukan kerja sama antar daerah untuk memenuhi kebutuhan penyediaan air
minum pada daerah‐daerah yang tidak memiliki ketersediaan air baku. Diharapkan dengan
penyelenggaraan SPAM Regional, maka permasalahan penyediaan air minum pada daerah‐daerah
yang rawan air dapat tertangani secara lebih efisien dan efektif dari sisi teknis dan ekonomis.
Bentuk Kerjasama SPAM Regional terdiri dari SPAM Regional Provinsi (Kerjasama antar
Kabupaten/Kabupaten dalam satu kesatuan wilayah administrasi provinsi yang sama) dan SPAM
Regional Lintas Provinsi (Kerjasama antar Provinsi dan/atau Kabupaten/Kabupaten yang tidak
dalam satu kesatuan wilayah administrasi provinsi sama). Dalam penyelenggaraan SPAM Regional
Provinsi dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, serta melakukan koordinasi dengan Pemerintah. Untuk
SPAM Regional Lintas Provinsi difasilitasi oleh Pemerintah.
Pedoman Penyelenggaraan SPAM Regional ditujukan kepada seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) yang melaksanakan SPAM Regional, sehingga memiliki kesamaan persepsi dan
pemahaman dalam menyelenggarakan SPAM Regional.
Jakarta, Desember 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
SINGKATAN iv
PERISTILAHAN v
1. PENDAHULUAN
1.1. Umum ........................................................................................................................ 1
1.2. Tujuan ........................................................................................................................ 2
1.3. Ruang Lingkup ........................................................................................................... 2
2. PENDEKATAN, PRINSIP, DAN KRITERIA SPAM REGIONAL
2.1. Pendekatan Penyelenggaran SPAM Regional ............................................................ 3
2.2. Prinsip‐Prinsip Penyelenggaran SPAM Regional ........................................................ 3
2.3. Kriteria Penyelenggaran SPAM Regional .................................................................... 4
3. TATA KELOLA PENYELENGGARAAN SPAM REGIONAL
3.1. Bentuk Kerjasama SPAM Regional ............................................................................. 5
3.2. Pembiayaan SPAM Regional Provinsi ......................................................................... 5
3.3. Pembiayaan SPAM Regional Lintas Provinsi .............................................................. 6
4. MEKANISME PENYELENGGARAAN SPAM REGIONAL
4.1. Tahap Persiapan ........................................................................................................ 7
4.2. Tahap Perencanaan ................................................................................................... 11
4.3. Tahap Pelaksanaan .................................................................................................... 11
4.4. Tahap Pengelolaan .................................................................................................... 11
5. KELEMBAGAAN SPAM REGIONAL
5.1. Tim Kerjasama Pembentukan SPAM Regional .......................................................... 12
5.2. Pengelola SPAM Regional ......................................................................................... 13
6. KESEPAKATAN BERSAMA (KSB) DAN PERJANJIAN KERJASAMA (PKS)
6.1. Tujuan Penyusunan KSB dan PKS .............................................................................. 16
6.2. Penawaran Penyelenggaraan SPAM Regional ........................................................... 16
6.3. Para Pemangku Kepentingan Dalam Penyusunan KSB dan PKS ................................. 17
6.4. Tata Cara Penyusunan KSB dan PKS ........................................................................... 17
6.5. Kualifikasi Penyusun KSB dan PKS ............................................................................. 18
6.6. Muatan KSB dan PKS ................................................................................................. 19
6.7. Penandatangan KSB dan PKS .................................................................................... 19
7. PENUTUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1‐1 : Kerangka Regulasi Penyelenggaraan SPAM Regional .......................................... 1
Gambar 3‐1 : Konsep Pembiayaan dan Bentuk Kerjasama SPAM Regional ............................... 6
Gambar 4‐1 : Mekanisme Penyelenggaraan SPAM Regional ..................................................... 9
Gambar 4‐2 : Kerangka Perencanaan Teknis ............................................................................. 10
Gambar 4‐3 : Kerangka Analisis Finansial SPAM Regional ......................................................... 10
Gambar 5‐1 : Struktur Organisasi TKKD Provinsi/Kabupaten/Kota ............................................ 12
Gambar 5‐2 : Proses penyelenggaraan UPTD dengan PPK BLUD ............................................... 14
Gambar 5‐3 : Proses Penilaian Persyaratan Substantif dan Administratif ................................. 15
Gambar 6‐1 : Mekanisme Pengajuan Kesepakatan Besama dan Perjanjian Kerjasama ............. 18
DAFTAR TABEL
Tabel 6‐1 : Para Pemangku Kepentingan Dalam Penyusunan KSB dan PKS ........................... 17
Tabel 6‐2 : Muatan KSB dan PKS ........................................................................................... 19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Muatan dan Contoh Kesepakatan Bersama (KSB) ............................................ L ‐ 1
Lampiran 2 : Muatan dan Contoh Perjanjian Kerjasama (PKS) .............................................. L ‐ 4
SINGKATAN
AMDAL = Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
BLU = Badan Layanan Umum
BLUD = Badan Layanan Umum Daerah
BMD = Barang Milik Daerah
BMN = Barang Milik Negara
BUMD = Badan Usaha Milik Daerah
BUMN = Badan Usaha Milik Negara
CAPEX = Capital Expenditur
DED = Detail Engineering Design
DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Darah
JDU = Jaringan Distribusi Utama
KSB = Kesepakatan Bersama
LPND = Lembaga Pemerintah Non Departemen
OPEX = Opersional Expenditur
PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum
PERMENDAGRI = Peraturan Menteri Dalam Negeri
PERMENKES = Peraturan Menteri Kesehatan
PERMENPU = Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
PERMEPUPERA = Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
PKS = Perjanjian Kerja Sama
PP = Peraturan Pemerintah
PPPK BLUD = Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
RISPAM = Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
RPJMN = Rencana Progaram Jangka Menengah Nasional
RPJP = Rencana Program Jangka Panjang
SDA = Sumber Daya Air
SIPPA = Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SPAM = Sistem Penyediaan Air Minum
TKKD = Tim Koordinasi Kerja Sama Darah
UPL/UKL = Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
UPT = Unit Pelaksana Teknis
UPTD = Unit Pelaksana Teknis Daerah
PENGISTILAHAN
1. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu kesatuan
sarana dan prasarana penyediaan air minum.
2. Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan
pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan
air minum kepada masyarakat.
3. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan ketersediaan sarana dan
prasarana SPAM dalam rangka memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitas air minum yang
meliputi pembangunan baru, perbaikan, peningkatan dan perluasan.
4. Pengelolaan SPAM adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan kemanfaatan fungsi sarana
dan prasarana SPAM terbangun yang meliputi operasi dan pemeliharaan, peningkatan sumber
daya manusia serta kelembagaan.
5. SPAM Regional merupakan pemanfaatan air baku secara bersama melalui kerja sama antar
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyediaan air minum pada daerah‐daerah yang tidak
memiliki ketersediaan air baku.
6. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang
berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang memenuhi baku mutu
tertentu sebagai air baku untuk air minum.
7. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
8. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
9. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
10. Kerjasama daerah adalah kerjasama antara Daerah dengan Daerah lain dan atau antara Daerah
dengan pihak ketiga, dan atau antara Daerah dengan lembaga atau pemerintah daerah di luar
negeri, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban.
11. Tim Koordinasi Kerjasama Daerah selanjutnya disingkat TKKD adalah tim yang dibentuk oleh
Kepala Daerah untuk membantu Kepala Daerah dalam menyiapkan kerjasama daerah.
12. Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM yang selanjutnya disingkat BUMD adalah
badan usaha yang dibentuk khusus untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan SPAM yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.
13. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah unit yang dibentuk khusus untuk
melakukan sebagian kegiatan penyelenggaraan SPAM oleh Pemerintah Pusat yang bersifat
mandiri untuk melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis
penunjang tertentu dari organisasi induknya.
14. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD adalah unit yang dibentuk khusus
untuk melakukan sebagian kegiatan penyelenggaraan SPAM oleh Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota.
15. Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan pemerintah
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, yang dibentuk khusus sebagai
penyelenggara SPAM.
16. Rencana induk SPAM adalah suatu rencana jangka panjang yang merupakan bagian atau tahap
awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa
tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi‐dimensinya.
17. Unit Air Baku adalah sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku yang dapat terdiri atas
bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/ penyadapan, alat pengukuran dan
peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta
perlengkapannya.
18. Unit Produksi adalah prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku
menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi dan/atau biologi yang dapat terdiri dari
bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan
peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
19. Unit Distribusi adalah prasarana dan sarana yang terdiri atas sistem perpompaan, jaringan
distribusi, jaringan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan.
20. Unit Pelayanan adalah prasarana dan sarana yang terdiri atas sambungan rumah, hidran
umum, dan hidran kebakaran.
21. Jaringan Distribusi Utama (JDU) atau distribusi primer adalah ruas pipa pembawa air minum
dari unit produksi/bangunan penangkap air sampai reservoir atau batas distribusi atau batas
wilayah pelayanan.
22. Analisis Mengenai Dampak lingkungan atau AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
1. Pendahuluan
1.1 Umum
Target pelayanan air minum kepada seluruh masyarakat Indonesia telah ditetapkan dalam Undang‐
Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005 – 2025, yaitu
terpenuhinya akses aman air minum kepada masyarakat sebesar 100% di tahun 2019. Salahsatu
pendekatan untuk pencapaian target tersebut, melalui pembangunan SPAM Regional.
SPAM Regional merupakan solusi penyediaan air baku untuk penyelenggaraan SPAM pada daerah‐
daerah yang rawan air baku atau tidak memiliki ketersediaan air baku, melalui kerjasama antar
daerah untuk pemanfaatan air baku secara bersama‐sama secara lintas kabupaten/kota atau lintas
provinsi.
Kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan SPAM Regional berdasarkan Undang‐Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun
2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan SPAM Regional Lintas Kabupaten/Kota, menjadi tanggung jawab dan
kewenangan Pemerintah Provinsi. Tetapi apabila Pemerintah Provinsi tidak melaksanakan
tugas dan kewenangan tersebut, maka dengan pertimbangan untuk kepentingan strategis
nasional, Pemerintah dapat mengambil alih penyelenggaraan SPAM Regional Lintas
Kabupaten/Kota; dan
2. Penyelenggaraan SPAM Regional Lintas Provinsi, menjadi tanggung jawab dan kewenangan
Pemerintah.
Gambar 1.1: Kerangka Regulasi Pembentukan SPAM Regional
1.2 Tujuan
Pedoman penyelenggaraan SPAM Regional bertujuan untuk:
1. Membangun kesamaan persepsi dan pemahaman para pemangku kepentingan dalam
menyelenggarakan pengembangan SPAM Regional;
2. Mewujudkan pelaksanaan pengembangan SPAM Regional mulai dari tahap persiapan,
perencanaan, pelaksanaan pembangunan (konstruksi), dan pengelolaan (operasi dan
pemeliharaan) sesuai dengan NSPK bidang air minum dan peraturan peraturan perundang‐
undangan yang berlaku.
1.3 Ruang Lingkup
Pedoman ini memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan yang menyelenggarakan
SPAM Regional tentang:
1. Pendekatan, Prinsip, dan Kriteria SPAM Regional;
2. Tata Kelola Penyelenggaraan SPAM Regional;
3. Mekanisme Penyelenggaraan SPAM Regional;
4. Kelembagaan SPAM Regional; dan
5. Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama
2. Pendekatan, Prinsip, dan Kriteria
2.1 Pendekatan Penyelenggaraan SPAM Regional
Pendekatan dalam penyelenggaraan SPAM Regional dilakukan melalui:
1. Pendekatan Peraturan, yaitu penyelenggaraan SPAM Regional mengacu dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang‐undangan secara nasional, dan
mempertimbangkan kebijakan lokal yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Pendekatan Kerjasama, yaitu penyelenggaraan SPAM Regional dilakukan atas dasar
kesepakatan bersama antara para pihak (Pemerintah dan/atau Pemerintah Provinsi dan/atau
Pemerintah Kabupaten/Kota).
3. Pendekatan Teknis, yaitu penyelenggaraan SPAM Regional melalui suatu kajian teknis
berdasarkan pada norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) bidang air minum yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah.
2.2 Prinsip‐Prinsip Penyelenggaraan SPAM Regional
Secara umum, prinsip‐prinsip dalam penyelenggaraan SPAM Regional sejalan dengan prinsip‐prinsip
penyelenggaraan SPAM, yaitu:
1. Good Governance dan Good Corporate Governance terutama untuk
penyelenggara/operator SPAM Regional;
2. Memenuhi standar pelayanan minimum kebutuhan air minum bagi masyarakat;
3. Persyaratan kualitas air minum sesuai peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku; dan
4. Memberikan pelayanan secara penuh 24 jam per hari kepada pelanggan.
Secara khusus, prinsip‐prinsip dalam penyelenggaraan SPAM Regional, meliputi:
1. Kebersamaan yang dilandasi itikad baik mensukseskan pencapaian target akses air minum
100 % untuk kemaslahatan masyarakat;
2. Keadilan proporsional, didasarkan pada hak dan kewajiban yang diterima;
3. Optimalisasi pemanfaatan sumber air baku secara bersama, untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan air minum pada daerah‐daerah yang tidak memiliki sumber air baku;
4. Kerjasama yang dilakukan mengacu pada prinsip‐prinsip kerjasama antar daerah yang
efisien, efektif, sinergi, saling menguntungkan, persamaan kedudukan, transparasi, keadilan,
kepastian hukum dan mengutamakan kepentingan nasional.
2.3 Kriteria SPAM Regional
Syarat dan kriteria SPAM Regional sebagai berikut:
1. Tersedianya sumber air baku yang layak dan dapat digunakan secara bersama‐sama oleh dua
atau lebih kabupaten/kota dalam satu wilayah administrasi provinsi yang sama (selanjutnya
disebut SPAM Regional Provinsi) atau wilayah administrasi provinsi yang berbeda (selanjutnya
disebut SPAM Regional Lintas Provinsi), untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pelayanan
air minum pada daerah‐daerah yang tidak memiliki sumber air baku dan/atau sumber air baku
yang tersedia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pelayanan air minum;
2. Sumber air baku yang layak, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kualitas sumber air baku: mampu untuk diolah sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/ IV/2010;
b. Kuantitas sumber air baku: mampu memenuhi kebutuhan kapasitas air minum pada
wilayah pelayanan; dan
c. Kontinuitas sumber air baku, mampu memenuhi kebutuhan produksi air minum
selama 24 jam, khususnya pada musim kemarau.
3. Pembentukan SPAM Regional berdasarkan pada:
a. SPAM Regional Provinsi mengacu pada Rencana Induk Lintas Kabupaten/Kota yang
disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi; dan
b. SPAM Regional Lintas Provinsi mengacu pada Rencana Induk Lintas Provinsi yang
disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah.
4. Pengelola SPAM Regional dilakukan oleh:
a. SPAM Regional Provinsi oleh Pemerintah Provinsi melalui lembaga dan/atau badan
usaha milik daerah (BUMD) Provinsi; dan
b. SPAM Regional Lintas Provinsi oleh Pemerintah melalui lembaga dan/atau badan
usaha yang disepakati oleh Pemerintah dan Pemerintah Provinsi yang akan
bekerjasama.
3. Tata Kelola Penyelenggaraan SPAM Regional
3.1 Bentuk Kerjasama SPAM Regional
SPAM Regional merupakan suatu hubungan kerjasama antar daerah di sektor penyediaan air
minum berupa jual beli air curah antara:
1. Untuk SPAM Regional Provinsi, berupa jual beli air curah olahan antara Pemerintah Provinsi
sebagai penyedia (penjual) kepada Pemerintah Kabupaten/kota sebagai off‐taker (pembeli);
dan
2. Untuk SPAM Regional Lintas Provinsi, berupa jual beli air curah olahan antara pengelola
SPAM Regional Lintas Provinsi (penjual) kepada Pemerintah Kabupaten/kota sebagai off‐
taker (pembeli) melalui Pemerintah Provinsi.
Sistem transaksi yang digunakan berupa sistem Take or Pay yaitu Kabupaten/kota selaku pembeli
(hilir) diharuskan menyerap air curah dari pengelola SPAM Regional sebagai penjual (hulu) dengan
nilai minimum yang telah disepakati berdasarkan perjanjian kerjasama (PKS). Perjanjian sistem Take
or Pay dapat bersifat berjenjang dimana kapasitas penyerapan dapat disuaikan dengan pentahapan
penyerapan sesuai dengan kurun waktu yang disepakati hingga penyerapan mencapai kapasitas
penuh (full capacity).
Kelebihan penyerapan air curah dianggap sebagai water make up, yaitu nilai yang sudah dibayar
oleh Kabupaten/kota dan sewaktu‐waktu dapat diambil. Bila air curah tidak terserap sesuai nilai
kontrak maka Kabupaten/kota tetap akan dikenakan pembayaran sesuai yang telah disepakati
dalam PKS.
3.2 Pembiayaan SPAM Regional Provinsi
1. Pembiayaan dokumen studi kelayakan SPAM Regional Provinsi, detail engineering design
bagian hulu (unit air baku, unit produksi, dan JDU dari unit produksi ke off take), dokumen
AMDAL pada bagian hulu dan perijinan bagian hulu oleh Pemerintah Provinsi;
2. Pembiayaan pembangunan unit air baku SPAM Regional, sebagai berikut:
a. Sumber air baku yang pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah,
pembangunan unit baku dilakukan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; atau
b. Sumber air baku yang pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi
atau Pemerintah Kabupaten/Kota, pembangunan unit baku dilakukan oleh SKPD bidang
sumber daya air terkait atau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
3. Pembiayaan pembangunan Unit Produksi dan JDU (dari unit produksi hingga offtake) SPAM
Regional menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi. Apabila berdasarkan hasil analisis
kemampuan keuangan pemerintah provinsi tidak memiliki kemampuan pembiayaan, maka:
a. Pembiayaan pembangunan unit produksi menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi;
dan
b. Pembiayaan pembangunan JDU dari unit produksi hingga offtake, dapat dibebankan
kepada Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (PSPAM) Direktorat
Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat..
4. Pembiayaan pembebasan lahan untuk pembangunan unit Produksi dan JDU (dari unit
produksi hingga offtake) SPAM Regional menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.
5. Pembiayaan dokumen DED dan AMDAL bagian hilir (unit distribusi dari off take ke unit
pelayanan dan unit pelayanan), perijinan bagian hilir dan pembangunan unit distribusi hilir
dan unit pelayanan menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.
Gambar 3.1 Konsep Pembiayaan dan Bentuk Kerjasama SPAM Regional Provinsi
3.3 Pembiayaan SPAM Regional Lintas Provinsi
1. Pembiayaan dokumen studi kelayakan SPAM Regional Lintas Provinsi, detail engineering
design bagian hulu (unit air baku, unit produksi, dan JDU dari unit produksi ke off take) dan
AMDAL pada bagian hulu oleh Pemerintah;
2. Perijinan pada bagian hulu oleh Pemerintah Provinsi;
3. Pembiayaan pembangunan unit air baku SPAM Regional merupakan kewenangan
Pemerintah, pembangunan unit baku dilakukan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
4. Pembiayaan unit produksi dan JDU (dari unit produksi hingga offtake) SPAM Regional
menjadi tanggung jawab badan usaha yang dibentuk berdasarkan kesepakatan antara
Pemerintah dan Pemerintah Provinsi.
5. Pembiayaan pembebasan lahan untuk pembangunan unit Produksi dan JDU (dari unit
produksi hingga offtake) SPAM Regional menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.
6. Pembiayaan dokumen DED dan AMDAL bagian hilir (unit distribusi dari off take ke unit
pelayanan dan unit pelayanan) dan pembangunan unit distribusi hilir dan unit pelayanan
menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.
4. Mekanisme Penyelenggaraan SPAM Regional
Mekanisme penyelenggaraan SPAM Regional terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang saling
bersinambungan, yang dikelompokan kedalam: (Gambar 4.1)
1. Tahap persiapan;
2. Tahap perencanaan;
3. Tahap pelaksanaan; dan
4. Tahap pengelolaan.
4.1 Tahap Persiapan
1. Identifikasi SPAM Regional
a. Identifikasi ketersediaan sumber air baku dan daerah pelayanan sesuai dengan kriteria
SPAM Regional;
b. Identifikasi SPAM Regional Provinsi mengacu pada Rencana Induk SPAM Provinsi dan
hasil review (studi sederhana) potensi sumber air baku dan calon daerah pelayanan.
Dalam penentuan sumber air baku dan calon daerah pelayanan, Pemerintah Provinsi
melibatkan SKPD terkait bidang air minum dan sumber daya air pada pemerintah
kabupaten/kota.
c. SPAM Regional Lintas Provinsi mengacu pada Rencana Induk SPAM Nasional dan hasil
review (studi sederhana) potensi sumber air baku dan calon daerah pelayanan. Dalam
penentuan sumber air baku dan calon daerah pelayanan, Insititusi/lembaga Pemerintah
yang menjadi inisiator penyelenggara SPAM Regional Lintas Provinsi melibatkan pihak‐
pihak terkait bidang air minum dan sumber daya air pada tingkat Pemerintah (lintas
sektor), pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
2. Penyusunan studi kelayakan
a. Studi kelayakan memuat kajian terhadap aspek teknis, keuangan, kelembagaan, dan
lingkungan;
b. Keluaran dari studi kelayakan minimal terdiri dari preliminary desain komponen hulu
(unit air baku, unit produksi, dan JDU dari unit produksi ke off take), identifikasi
kebutuhan pengembangan komponen hilir (unit distribusi dari off take ke unit
pelayanan dan unit pelayanan), kebutuhan biaya investasi (Capital Expenditure) dan
biaya pengoperasian (Operating Expenditure), sumber pembiayaan, besaran harga jual
air curah, bentuk kerjasama dan kelembagaan, jadwal pelaksanaan termasuk
pentahapan pembangunan berdasarkan rencana penyerapan, dan identifikasi dampak
negatif dan positif pembangunan terhadap lingkungan dan sosial masyarakat; dan
c. Dalam penyusunan studi kelayakan melibatkan seluruh para pemangku kepentingan
yang diidentikasi akan terlibat dalam penyelenggaraan SPAM Regional.
Gambar 4‐1 Prosedur Penyelenggaraan SPAM Regional
3. Penawaran kerjasama penyelenggaraan SPAM Regional kepada pemerintah kabupaten/kota
berdasarkan hasil studi kelayakan. Apabila kerjasama diterima, maka dibentuk Tim
Kerjasama SPAM Regional atau Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKSD)
4. Penyusunan dan penandatanganan Kesepakatan Bersama (KSB).
Gambar 4.2 Kerangka Perencanaan Teknis SPAM Regional
Gambar 4.3 Kerangka Analisis Finansial SPAM Regional
Sumber: Hasil Analisis 2015
4.2 Tahap Perencanaan
1. Berdasarkan hasil kesepakatan bersama (KSB) maka dibentuk lembaga pengelola
berdasarkan kriteria penyelenggaraan SPAM Regional;
2. Penyusunan dokumen pelaksanaan konstruksi atau Detail Engineering Design (DED) pada
bagian hulu dan hilir, termasuk jadwal pentahapan pembangunannya; dan
3. Penyusunan dokumen AMDAL berdasarkan hasil DED, dengan mengacu pada peraturan
Menteri Lingkungan Hidup nomor 11 tahun 2006.
4.3 Tahap Pelaksanaan
1. Jenis‐jenis perijinan, terdiri dari:
a. Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air (SIPPA);
b. Izin untuk pemanfaatan ruang milik Jalan;
c. Jika terletak pada kawasan lindung, maka diperlukan Izin pemanfaatan kawasan
lindung;
d. Izin konstruksi.
2. Tata cara penyediaan tanah, mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
3. Pembangunan komponen SPAM Regiional dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan kesepakatan yang telah
ditandatangani dalam Perjanjian kerjasama.
4. Hasil pembangunan yang bersumber dari APBN untuk SPAM Regional Provinsi, dilakukan
serah terima mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara. Pasal 54 peraturan tersebut mengatur perihal
Pemindahtangan Barng Milik Negara dan dilakukan dengan cara Hibah, Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 tentang Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab
Tertentu Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang, dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum 02/PRT/M/2009 tentang Tatacara Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan
Pemindahtanganan BMN.
4.4 Tahap Pengelolaan
1. Pemanfaatan pengelolaan hasil pembangunan SPAM Regional mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2104 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; dan
2. Pelaksanaan transaksi air curah antara lembaga/badan pengelola SPAM Regional dengan
lembaga/badan pengelola air minum Kabupaten/Kota, berdasarkan Perjanjian Kerjasama.
5. Kelembagaan SPAM Regional
5.1 Tim Kerjasama Pembentukan SPAM Regional
Tim Kerjasama Pembentukan SPAM Regional berupa Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKD) yang
bertujuan untuk mempercepat kelancaran tahapan proses penyelenggaraan SPAM Regional. TKKD
dibentuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota melalui Surat Keputusan, dan keanggotaannya terdiri dari
para SKPD terkait bidang kerjasama, keuangan dan asset serta para pakar/ahli, seperti Asisten yang
membidangi kerjasama, Sekretaris Daerah, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum/Cipta Karya.
TKKSD dibentuk di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota yang masing‐masing memiliki
tugas dan fungsi yang berbeda. Struktur Organisasi TKKSD Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat
dilihat dalam gambar berikut:
Gambar 5.1: Struktur Organisasi TKKSD Provinsi/Kabupaten/Kota
Komposisi struktur organisasi TKKSD terdiri atas:
1) Ketua : Sekretaris Daerah Provinsi
2) Wakil Ketua I : Asisten yang membidangi kerja sama daerah
3) Wakil Ketua II : Kepala Bappeda Provinsi
4) Sekretaris : Kepala Biro yang membidangi kerja sama daerah
5) Anggota Tetap :
Kepala Biro Hukum
Kepala SKPD yang yang membidangi Pemerintahan
Kepala SKPD yang membidangi Keuangan dan pengelolaan asset
6) Anggota Tidak Tetap:
Kepala SKPD yang melaksanakan kerja sama
Kepala SKPD yang terkait dengan pelaksanaan kerja sama
Tenaga ahli/pakar
TKKSD tingkat Provnsi menyiapkan kerja sama daerah, dan mempunyai tugas:
melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan
dikerjasamakan;
menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan;
memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga;
menyiapkan kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah;
membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan;
menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja sama;
memberikan rekomendasi kepada gubernur untuk penandatanganan kesepakatan
bersama dan perjanjian kerja sama; dan
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama SPAM
Regional.
Sedangkan TKKSD Kabupaten/Kota menyiapkan kerjasama daerah sebagai berikut:
mempelajari kerangka acuan/proposal objek kerja sama daerah yang disampaikan
oleh TKKSD Provinsi;
menilai proposal dan studi kelayakan;
menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja sama;
memberikan rekomendasi kepada Bupati/Walikota untuk penandatanganan
kesepakatan bersama dan perjanjian kerja sama; dan
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama SPAM
Regional.
5.2 Pengelola SPAM Regional
Pengelola SPAM Regional dapat berupa :
1. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Dasar hukum yang digunakan dalam pembentukan BUMD adalah sama dengan dasar hukum
yang digunakan dalam pembentukan perusahaan daerah, yaitu Undang Undang Nomor 5
Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
2. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Ada dua jenis Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang dapat dibentuk oleh pemerintah
daerah, yaitu:
a. 'UPTD biasa', dengan karakteristik
Non Profit
Tidak Otonom
Pengelolaan keuangan mengacu kepada peraturan yang berlaku umum sesuai
dengan mekanisme APBD
Kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
Perbedaan utama antara 'UPTD Biasa' dengan PK BLU adalah pada PK BLU memiliki fleksibilitas
dalam hal mengelola keuangan. Pada 'UPTD Biasa', pengelolaan keuangan hanya mengacu
mekanisme APBN/APBD. Oleh karenanya kelembagaan SPAM Regional memerlukan sebuah entitas
bisnis yang dinamis (penerimaan uang langganan, investasi, pembiayaan operasional dan
perawatan, dan sebagainya), maka kelembagaan 'UPTD biasa' kurang efektif digunakan. Namun bila
belum terdapat lembaga/badan pengelola air minum di Provinsi (SPAM Regional Provinsi), maka
perlu dibentuk 'UPTD Biasa' terlebih dahulu untuk jangka waktu sementara setidaknya kurun waktu
maksmal 3 (tiga) tahun, yang bertujuan untuk menghindari penerapan tarif tinggi di tahap awal
masa operasi dan komersial. Setelah itu, direncanakan untuk meningkatkan kelembagaan 'UPTD
biasa' menjadi dengan PK BLU atau sering disebut dengan BLUD pada masa yang akan datang.
Alur penetapan BLUD tergambar pada Gambar berikut :
Gambar 5.2: Proses pembentukan UPTD dengan PK BLUD
Penetapan BLUD dilakukan melalui proses penilaian oleh tim penilai yang ditunjuk oleh Kepala
Daerah. Proses penilaian dapat dilihat dalam gambar 5.3 berikut ini :
Gambar 5.3: Proses Penilaian Persyaratan Substantif dan Administratif
Ada dua status BLUD yang bisa didapatkan, yaitu BLUD Penuh dan BLUD Bertahap.
1. BLUD Penuh adalah BLUD yang ditetapkan dengan kriteria‐kriteria sebagai berikut:
a. Persyaratan Substantif, Teknis Terpenuhi
b. Persyaratan Administrasi Terpenuhi sesuai dengan kriteria SOP penilaian dan total nilai
sama atau diatas 80
Fleksibilitas yang didapatkan oleh BLUD Penuh sesuai dengan adalah sebagai berikut:
a. Flexibel budget
b. Pengelolaan Pendapatan dan Belanja
c. Pengelolaan Kas
d. Pengelolaan Piutang dan Utang
e. Investasi
f. Pengadaan dan Pengelolaan Barang
2. BLUD Bertahap (paling lama 3 tahun), adalah BLUD yang ditetapkan dengan kriteria‐kriteria
sebagai berikut:
a. Persyaratan Substantif, Teknis Terpenuhi
b. Persyaratan Administrasi terpenuhi sesuai dengan kriteria SOP penilaian tetapi total
nilai kurang dari 80
Fleksibilitas yang didapatkan oleh BLUD Bertahap adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan langsung pendapatan dibatasi, sisanya harus disetor ke kas negara sesuai
prosedur PNBP
b. Tidak dibolehkan mengelola Utang
c. Tidak dibolehkan mengelola Investasi
d. Pengadaan barang/jasa mengikuti ketentuan umum pengadaan barang/jasa.
e. Tidak diterapkan flexible budget.
6. Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama
6.1 Tujuan Penyusunan KSB dan PKS
Tujuan dari Kesepakatan Bersama (KSB) dan Perjanjian Kerjasama (PKS), sebagai berikut:
1. Memberikan landasan dan kepastian hukum penyelenggaraan SPAM Regional;
2. Membagi hak dan kewajiban serta tanggung jawab masing‐masing pihak;
3. Menjadi pedoman pelaksanaan kerja sama bagi para pihak; dan
4. Menjadi alat pembuktian dan dasar dalam penyelesaian perbedaan pendapat/pandangan.
6.2 Penawaran Penyelenggaraan SPAM Regional
Tata cara penawaran penyelenggaraan SPAM Regional dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menentukan prioritas objek yang akan dikerjasamakan.
2. Memilih daerah dan objek yang akan dikerjasamakan.
3. Menawarkan objek yang akan dikerjasamakan melalui surat penawaran:
a. Gubernur dengan Gubernur, tembusan suratnya disampaikan kepada Menteri Dalam
Negeri, Departemen/Pimpinan LPND terkait dan DPRD dari daerah yang menawarkan.
b. Gubernur dengan Bupati/Walikota dalam satu Provinsi atau di luar Provinsi, tembusan
suratnya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri, Departemen/ Pimpinan LPND
terkait dan DPRD dari daerah yang menawarkan.
c. Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota dalam satu Provinsi, tembusan suratnya
disampaikan kepada Gubernur, Menteri Dalam Negeri, Departemen/Pimpinan LPND
terkait dan DPRD dari daerah yang menawarkan.
d. Bupati/Walikota dengan Bupati/Walikota dari Provinsi yang berbeda, tembusan
suratnya disampaikan kepada masing‐masing Gubernur, Menteri Dalam Negeri,
Departemen/Pimpinan LPND terkait dan DPRD dari daerah yang menawarkan.
4. Surat penawaran kerja sama Kepala Daerah sekurang‐kurangnya memuat:
a. Objek yang akan dikerjasamakan;
b. Manfaat kerja sama terhadap pembangunan daerah;
c. Bentuk kerja sama;
d. Tahun anggaran dimulainya kerja sama;
e. Jangka waktu kerja sama.
Dalam surat penawaran kerja sama dilampirkan informasi dan data yang dapat berupa
kerangka acuan/proposal objek yang akan dikerjasamakan.
5. Kepala Daerah setelah menerima jawaban tawaran rencana kerja sama dari daerah lain dibahas
dengan TKKSD, selanjutnya memberikan jawaban tertulis atas rencana kerja sama.
6.3 Para Pemangku Kepentingan Dalam Penyusunan KSB dan PKS
Para pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat dalam penyusunan KSB dan PKS, sebagai
berikut: (Tabel 6.1)
Tabel 6.1: Para Pemangku Kepentingan Dalam Penyusunan KSB dan PKS
Kesepakatan Bersama (KSB) Perjanjian Kerjasama (PKS)
1. Kementerian Pekerjaan Umum 1. Kementerian Pekerjaan Umum
2. Kementerian Dalam Negeri 2. Kementerian Dalam Negeri
3. Dewan Perwakilan Daerah Provinsi 3. Dewan Perwakilan Daerah Provinsi
4. Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten/Kota 4. Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten/Kota
5. Asisten/Sekda 5. Gubernur
6. TKKSD 6. Bupati/Walikota
7. Bagian Pemerintahan 7. Asisten/Sekda Provinsi
8. SKPD 8. Asisten/Sekda Kabupaten/Kota
9. TKKSD Provinsi
10. Biro Pemerintahan Sekda Provinsi
11. Bagian Pemerintah Sekda Kabupaten/Kota
12. SKPD Provinsi
6.4 Tata Cara Penyusunan KSB dan PKS
Tata cara penyusunan KSB dan PKS, sebagai berikut: (Gambar 6.1)
1. SKPD yang menjadi leading sector pelaksanaan kerjasama menyusun draff KSB/PKS;
2. Draf KSB/PKS tersebut kemudian diajukan kepada Bagian Pemerintahan;
3. Bagian Pemerintahan mengkaji dan mengoreksi draf Kesepakatan Bersama sesuai dengan
ketentuan berlaku;
4. SKPD memperbaiki draft KSB/PKS sesuai saran perbaikan yang diberikan. Draft yang telah
diperbaiki kemudian diajukan kembali kepada Bagian Pemerintahan untuk diadakan
pembahasan dengan TKKSD (Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah);
5. Bagian Pemerintahan mengagendakan rapat pembahasan oleh TKKSD terhadap draft
KSB/PKS;
6. TKKSD mengadakan pembahasan terhadap draft KSB/PKS. Anggota tim memberikan
masukan secara substansial maupun prosedural sesuai dengan peraturan perundang‐
undangan yang berlaku;
7. SKPD melaksanakan perbaikan terhadap draft KSB/PKS sesuai dengan hasil pembahasan.
Setelah diperbaiki, draf tersebut diajukan kembali kepada Bagian Pemerintahan.
8. Bagian pemerintahan melakukan penomeran dan pencatatan;
6.6 Kualifikasi Penyusun KSB dan PKS
Penyusun KSB dan PKS sekurang‐kurangnya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. memiliki kemampuan yang baik tentang teknik penyusunan perjanjian;
2. memahami ruang lingkup transaksi yang akan dibuat;
3. memiliki sikap tanggap atau kritis sehingga mampu melihat hal‐hal yang tidak pada
tempatnya;
4. mampu berpikir secara logis (logis yuridis);
5. mampu menggunakan bahasa dan bahasa hukum secara benar dan tepat;
6. memiliki pemahaman bahwa menyusun perjanjian adalah membuat aturan hukum; dan
7. bersikap terbuka dan dinamis sehingga mampu mengikuti perkembangan (termasuk
perkembangan masalah hukum).
6.7 Muatan KSB dan PKS
Dalam KSB dan PKS minimal memuat substansi sebagai berikut: (Tabel 6.3)
Tabel 6.2: Muatan KSB dan PKS
Kesepakatan Bersama (KSB) Perjanjian Kerjasama (PKS)
1. Identitas para pihak. 1. Identitas Para Pihak
2. Dasar hukum pembuatan. 2. Pengertian
3. Maksud dan Tujuan. 3. Maksud dan Tujuan
4. Ruang Lingkup 4. Obyek
5. Pelaksanaan 5. Ruang Lingkup
6. Pembiayaan 6. Tugas dan Tanggung Jawab Para Pihak
7. Jangka waktu 7. Hak dan Kewajiban
8. Perubahan 8. Pembiayaan
9. Penutup 9. Harga Jual Air Curah
10. Kelembagaan
11. Serah Terima Asset
12. Jangka Waktu
13. Keadaan Kahar
14. Penyelesaian Perselisihan
15. Perubahan
16. Berakhirnya perjanjian
17. Sanksi
18. Penutup
Keterangan: Detail Muatan KSB dan PKS terdapat pada lampiran
6.8 Penandatangan KSB dan PKS
1. Ditandatangani oleh masing‐masing Kepala Daerah.
2. Penanda tanganan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan para pihak dan dapat
disaksikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri/Pimpinan LPND yang terkait dengan
objek kerja sama.
3. Menteri/Pimpinan LPND sebagaimana dimaksud dalam item 2, adalah Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
7. Penutup
SPAM Regional merupakan salahsatu bentuk pendekatan dalam penyediaan pelayanan air minum
pada daerah‐daerah yang tidak memiliki sumber air baku melalui kerjasama antar daerah dalam
pemanfaatan air baku secara bersama‐sama. Dengan pemanfaatan air baku melalui
penyelenggaraan SPAM Regional untuk pelayanan air minum lintas daerah menjadi lebih efektif dan
efisien dari sisi teknis dan ekonomis.
Pelaksanaan kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan SPAM Regional oleh para pihak yang akan
bekerjasama harus didasari pemikiran untuk mengutamakan kepentingan nasional bidang
penyediaan air minum yang berlandaskan pada itikad baik, saling menguntungkan, persamaan
kedudukan, transparasi, dan keadilan.
Dengan penyelenggaraan SPAM Regional yang melengkapi kegiatan‐kegiatan penyediaan air minum
yang sudah ada sebelumnya, diharapkan target 100 % (seratus persen) penyediaan air minum yang
layak bagi seluruh masyarakat indonesia dapat tercapai.
LAMPIRAN 1:
PANDUAN PENYELENGGARAAN SPAM REGIONAL
MUATAN DAN CONTOH KESEPAKATAN BERSAMA (KSB)
Muatan Kesepakatan Bersama (KSB) minimal memuat:
1. Identitas para pihak.
Memuat tentang Identitas para pihak dan mengacu pada peraturan perundang‐undangan
yang berlaku, yaitu:
a. Dilakukan oleh pihak‐pihak yang berwenang atau yang diberikan kewenangan oleh
peraturan untuk menandatangani KSB;
b. Mencantumkan nama, jabatan, dasar hukum kewenangan bertindak;
c. Bertindak untuk dan atas nama kepala daerah, dan yang bersangkutan menandatangani
serta bertanggung jawab atas tindakannya.
2. Dasar hukum pembuatan.
Dasar hukum KSB adalah peraturan perundang‐undangan tentang penyelenggaraan SPAM
Regional, dan peraturan yang berhubungan langsung dengan klausul pasal, seperti
peraturan tentang kualitas air mengacu pada pemenkes.
3. Maksud dan Tujuan.
Maksud adalah arah dari penyelenggaraan SPAM Regional secara luas, dan tujuan adalah
menjelaskan tentang apa yang ingin dicapai. Atau dengan kata lain memberikan gambaran
ide diadakannya penyelenggaraan SPAM Regional dan tujuan konkrit yang hendak dicapai
atas terselenggaranya penyelenggaraan SPAM Regional.
Contoh :
Maksud KSB adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan SPAM Regional di kawasan
Kabupaten/ Kota.
Sedangkan tujuan KSB adalah :
a. Untuk melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana penyediaan air baku dan air
bersih secara regional di kawasan Kabupaten/Kota;
b. Mewujudkan efisiensi, efektifitas, produktifitas dalam penyediaan pelayanan air minum
bagi kebutuhan masyarakat di kawasan Kabupaten/Kota.
4. Ruang Lingkup....
4. Ruang Lingkup
Memberikan petunjuk tentang langkah‐langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan
KSB.
Contoh :
Ruang lingkup KSB, meliputi :
a. Perumusan kebijakan yang mengatur tentang penyelenggaraan SPAM Regional di
kawasan Kabupaten/Kota;
b. Perencanaan penyelenggaraan SPAM Regional di kawasan Kabupaten/Kota, terdiri dari:
1) Unit Air Baku;
2) Unit Produksi;
3) Unit Distribusi;
4) Unit Pelayanan; dan
5) Unit Pengelolaan;
c. Perencanaan pemanfaatan sungai dan mata air potensial lain yang berada di kawasan
regional Kabupaten/Kota sebagai sumber air baku;
d. Perkuatan kapasitas kelembagaan pengelola SPAM Regional di kawasan
Kabupaten/Kota;
e. Perencanaan pembangunan Unit Distribusi dan Pelayanan air minum bagi masyarakat
di kawasan Kabupaten/Kota dengan memaksimalkan sumber pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
5. Pelaksanaan
Mengatur tentang uraian teknis pelaksanaan kerjasama berdasarkan kewenangan para
pihak sesuai tugas dan fungsinya.
Contoh :
a. KSB ini ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama yang lebih teknis dan operasional
oleh PARA PIHAK sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang‐
undangan;
b. Pelaksanaan KSB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), para pihak dapat menunjuk
atau menugaskan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD);
6. Pembiayaan
Menjelaskan tentang ketentuan pembiayaan sesuai tanggung jawab masing‐masing, dan jika
sesuatu kesepakatan memerlukan pembiayaan bersama, maka dapat dilakukan berdasarkan
dana yang ada pada masing‐masing pihak dengan sistem berimbang.
Contoh :
“Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditanda tanganinya KSB ini menjadi tanggung
jawab PARA PIHAK dan sumber lain yang sah”.
7. Jangka Waktu....
7. Jangka waktu
Menjelaskan tentang masa berlakunya KSB, terhitung mulai tanggal ditandatanganinya KSB
atau dapat didasarkan kepada suatu peristiwa tertentu sampai ditandatanganinya
perjanjian kerjasama;
Contoh :
“Kesepakatan Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan/atau hingga
ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama”.
8. Perubahan
Memuat ketentuan tentang jika terjadi perubahan dalam substansi klausul pasal‐pasal
dalam KSB.
Contoh :
“Hal‐hal lain yang dianggap perlu dan belum diatur dalam kesepakatan bersama ini, akan
diatur dalam bentuk perubahan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari kesepakatan
bersama ini”.
9. Penutup
Ketentuan Penutup, terdiri atas :
a. Bagian kesepakatan yang ditandatangani oleh para pihak.
b. Memberikan peluang untuk mengatur lebih lanjut terhadap hal‐hal yang belum
terangkum dalam KSB.
c. Memberikan peluang untuk memperbaiki apabila terjadi kesalahan atau kekeliruan atas
materi KSB
d. Mencantumkan tanggal mulai berlakunya KSB
e. Para pihak yang menandatangani dan dibuat dalam beberapa rangkap (sesuai dengan
para pihak), mempunyai kekuatan hukum yang sama, dan bermaterai cukup untuk para
pihak.
Contoh :
a. Kesepakatan Bersama ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan ditandatangani oleh PARA
PIHAK di atas kertas bermeterai cukup, masing‐masing mempunyai kekuatan hukum
yang sama;
b. Kesepakatan Bersama ini berlaku pada tanggal ditandatangani oleh PARA PIHAK.
LAMPIRAN 2:
PANDUAN PENYELENGGARAAN SPAM REGIONAL
MUATAN DAN CONTOH PERJANJIAN KERJASAMA (PKS)
Muatan dan contoh muatan Perjanjian Kerjasama (PKS) minimal memuat :
1. Identitas Para Pihak
Identitas para pihak dalam PKS penyelenggaraan SPAM Regional, mengacu pada peraturan
perundang‐undangan yang berlaku yaitu:
a. PKS dilakukan oleh pihak‐pihak yang berwenang atau yang diberikan kewenangan oleh
peraturan;
b. Mencantumkan nama, jabatan, dasar hukum kewenangan bertindak, dan apabila salah
satu pihak berstatus badan usaha maka harus mencantumkan dasar hukum badan
usaha serta dasar pengesahannya;
c. Bertindak untuk dan atas nama Kepala Daerah dan yang bersangkutan menandatangani
serta bertanggung jawab atas tindakannya.
2. Pengertian
Beberapa istilah dalam PKS seringkali menimbulkan interpretasi yang berbeda antar para
pihak. Oleh karenanya untuk menyamakan interpretasi yang sama terhadap istilah tersebut
perlu disepakati secara bersama‐sama dalam PKS dan dimuat dalam klausula PKS.
Klausula pengertian memuat tentang uraian tentang definisi istilah‐istilah yang harus
dipahami dalam PKS, untuk memberikan kesamaan persepsi terhadap istilah‐istilah yang
akan diatur dalam PKS.
Contoh :
(1) Gubernur adalah Gubernur provinsi ________;
(2) Bupati/Walikota adalah Bupati/walikota ________;
(3) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi ________ dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Kabupaten ________, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kota
________;
(4) BKP‐SPAM Regional adalah Badan Kerjasama Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum Regional;
(5) Badan Pengawasan dan Pengendalian SPAM Regional adalah Dewan Pengawas PDAB
atau PDAM atau UPTD atau BLUD Provinsi yang ditetapkan dalam Perjanjian
Kerjasama ini;
(6) Badan Pengelola SPAM Regional adalah Direksi PDAB atau Direktur PDAM atau
Kepala UPTD atau Kepala BLUD Provinsi yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama
ini;
(7) Air Bersih adalah air yang memenuhi syarat‐syarat fisik, kimia dan bakteriologi yang
ditetapkan;
(8) Pengelolaan air Bersih adalah pengelolaan air bersih yang berasal dari satu atau
lebih sumber daya air untuk dimanfaatkan bagi kepentingan satu atau lebih
Kabupaten/Kota.
(9) Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu
kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,
peran masyarakat, dan hukum) dari prasarana dan sarana air minum.
(10) Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas
dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan,
manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh
untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan
yang lebih baik.
3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dalam PKS adalah untuk memberikan gambaran maksud/ide
diadakannya PKS serta tujuan konkrit yang hendak dicapai atas terselenggaranya PKS
tersebut sesuai dengan ruang lingkup jenis kegiatan yang akan diselenggarakan.
Contoh :
(1) Maksud Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk mewujudkan Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) secara regional di kawasan kabupaten/Kota ________;
(2) Tujuan Perjanjian Kerjasama ini adalah :
a) Terlaksananya penyelenggaraan SPAM melalui pembangunan prasarana dan
sarana unit air baku, unit air bersih, unit distribusi/transmisi, dan unit
pengelolaan/ pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di kawasan
SPAM Regional;
b) Tersedianya kebutuhan air minum bagi PDAB/PDAM/UPTD/BLUD di kawasan
SPAM Regional.
4. Obyek
Objek PKS adalah menguraikan tentang objek yang akan dikerjasamakan dalam PKS.
Seperti contoh sebagai berikut:
“Objek PKS ini adalah pemanfaatan sumber air baku yang berlokasi di Kabupaten ________
atau Kota ________ sebagai sumber air baku sebesar x liter perdetik (l/dtk) untuk
memenuhi kebutuhan air minum di kawasan Regional kabupaten ________ dan ________”.
5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup PKS adalah untuk memberikan petunjuk tentang langkah‐langkah atau
pekerjaan apa saja yang harus dilakukan dalam melaksanakan PKS tersebut.
Contoh :
Ruang lingkup PKS ini meliputi :
(1) Perencanaan pembangunan prasarana dan sarana SPAM Regional terdiri dari;
a) Penyusunan Rencana Induk, Detail Engineering Design (DED), Studi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL);
b) Pengurusan perijinan dan penyediaan lahan;
c) Penganggaran pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana;
(2) Pelaksanaan pembangunan SPAM Regional terdiri dari;
a) Pembangungan Unit Air Baku;
b) Pembangunan Unit Produksi;
c) Pembangunan Unit Distribusi; dan
d) Pembangunan Unit Pelayanan;
(3) Perkuatan kapasitas kelembagaan SPAM Regional terdiri dari;
a) Penyelenggaraan dan penetapan Badan Kerjasama Pengembangan SPAM
Regional sebagai Badan Kerjasama Pengembangan SPAM Regional;
b) Penetapan PDAB/PDAM/UPTD/BLUD sebagai Badan Pengelola SPAM Regional;
c) Penetapan dan Penyesuaian tarif Jual Beli Air Minum;
d) Percepatan proses serah terima kelola dan hibah asset BMN paska
pembangunan prasarana dan sarana.
6. Tugas dan Tanggung Jawab Para Pihak
Tugas dan tanggung jawab dalam PKS adalah menjelaskan tentang pembagian tugas dan
tanggung jawab para pihak atau siapa melakukan apa, sebagaimana diatur dalam lingkup
PKS tersebut.
Contoh :
(1) Para Pihak sepakat melaksanakan Perjanjian Kerjasama sesuai dengan tanggung jawab
masing‐masing;
(2) Tanggung jawab sebagaimana disebut dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan
pembagian tanggung jawab masing‐masing sebagai berikut;
a) Pihak Kesatu bertanggung jawab atas;
1) Perencanaan pembangunan prasarana dan sarana SPAM Regional meliputi;
‐ Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM);
‐ Detail Engineering Design (DED);
‐ Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); dan
‐ Pengurusan perijinan;
2) Penganggaran pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana Unit Air
Baku, Unit Produksi dan Unit Distribusi Utama;
b) Pihak Kedua dan Pihak Ketiga bertanggung jawab atas;
1) Penyiapan lahan yang digunakan untuk pembangunan unit air baku, unit
produksi dan unit distribusi utama sesuai kebutuhan pembangunan
tersebut di wilayahnya masing‐masing;
2) Penyiapan lahan sebagaimana disebut dalam item (1), terdiri dari;
‐ Penyiapan lahan untuk kebutuhan pembangunan unit air baku, unit
produksi dan unit distribusi utama;
‐ Penyiapan lahan untuk kebutuhan pembangunan unit distribusi utama.
3) Penganggaran pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana Unit
Pelayanan;
4) Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana Unit Pelayanan;
(3) Pelaksanaan tanggung jawab sebagaimana disebut dalam ayat (1) mengacu pada
dokumen‐dokumen sebelumnya yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Perjanjian Kerja Sama ini, serta mengacu pada ketentuan peraturan perundang‐
undangan yang berlaku.
7. Hak dan Kewajiban
Ketentuan tentang hak dan kewajiban adalah menguraikan secara rinci hak dan kewajiban
dari para pihak.
Contoh :
(1) Para pihak berkewajiban melaksanakan Perjanjian Kerjasama ini sesuai tanggung
jawab masing‐masing;
(2) Untuk kewajiban yang telah dilaksanakan, Para Pihak berhak atas;
a) Pihak Kesatu berhak mendapatkan pembayaran atas distribusi dan/atau
penjualan air curah kepada dan/atau dari Pihak Kedua, Pihak Ketiga;
b) Pihak Kedua, Pihak Ketiga berhak mendapatkan distribusi dan/atau pembelian
air curah dari dan/atau kepada Pihak Kesatu, dengan rincian sebagai berikut;
1) Pihak Kedua sebesar maksimal x liter perdetik (lt/dtk);
2) Pihak Ketiga sebesar maksimal x liter perdetik (lt/dtk);
(3) Pelaksanaan hak sebagaimana disebut dalam ayat (2), diatur secara tersendiri dalam
perjanjian jual beli air curah antara Pihak Kesatu dan Pihak Kedua dan Pihak Ketiga;
(4) Perjanjian jual beli air curah sebagaimana disebut dalam pasal (3) berpedoman pada
klausul tarif dalam perjanjian kerjasama ini dan peraturan perundang‐undangan yang
berlaku.
8. Pembiayaan
Ketentuan tentang pembiayaan dalam pelaksanaan PKS adalah uraian tentang biaya yang
menjadi kewajiban masing‐masing pihak sesuai tugas dan tanggung jawabnya berdasar
kesepakatan yang ada. Dan sesuatu kesepakatan yang memerlukan pembiayaan bersama
dapat dilakukan berdasar dana yang ada pada masing‐masing pihak dengan system
berimbang atau kesepakatan para pihak.
Contoh :
(1) Segala biaya yang timbul akibat ditandatanganinya perjanjian kerjasama ini menjadi
tanggung jawab PARA PiHAK sesuai tanggung jawab masing‐masing sebagaimana
diatur dalam pasal sebelumnya;
(2) Biaya yang dimaksud dalam ayat (1) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah masing‐masing;
(3) Dalam hal Para Pihak tidak dapat memenuhi segala biaya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), maka para pihak dapat mengusahakannya dari sumber lain yang sah
melalui;
a. Hibah Pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Kerjasama dengan pihak swasta;
c. Pinjaman kepada perbankan nasional atau lembaga keuangan lainnya.
(4) Mengusahakan biaya dari sumber lain yang sah sebagaimana disebut dalam ayat (3),
dilaksanakan dengan berpedoman kepada peraturan perundangan yang berlaku.
(5) Rincian segala biaya sebagaimana dimaksud pada pasal sebelumnya tercantum dalam
dokumen perencanaan/studi yang merupakan bagian tidak teripsahkan dari PKS ini.
9. Harga Jual Air Curah
Ketentuan tentang Harga Jual Air Curah adalah menguraikan penetapan nilai tarif yang
disepakati dalam PKS.
Contoh :
(1) Ketentuan tentang harga jual air curah ditetapkan berdasarkan kesepakatan Para
Pihak yang mengacu pada hasil studi kelayakan yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari PKS ini;
(2) Pelaksanaan penetapan harga jual air curah sebagaimana disebut dalam dalam ayat
(1) mengacu pada ketentuan peraturan perundang‐undangan yang berlaku;
(3) Perubahan harga jual air curah dilaksanakan berdasarkan kesepakatan para pihak dan
ketentuan perubahan dan atau addendum.
10. Kelembagaan
Ketentuan tentang kelembagaan perlu dimuat dalam klausul tersendiri dalam PKS,
tujuannya adalah untuk memperjelas status lembaga dan perannya dalam penyelenggaraan
SPAM Regional.
Contoh :
(1) Badan Kerjasama SPAM Regional terdiri dari:
a. Badan Kerjasama Pengembangan SPAM Regional;
b. Badan Pengawasan dan Pengendalian SPAM Regional;
c. Badan Pengelola SPAM Regional.
(2) Badan Kerjasama Pengembangan (BKP) SPAM Regional sebagaimana disebut dalam
ayat (2) hruf a, meliputi perwakilan dari unsur;
a. Pemerintah Provinsi;
b. Pemerintah Kab/Kota yang tergabung dalam SPAM Regional;
c. PDAB/PDAM/UPTD/BLUD Provinsi/Kabupaten/Kota yang tergabung dalam
SPAM Regional; dan
d. Tenaga ahli (Pakar).
(3) Badan Pengawasan dan Pengendalian SPAM Regional sebagaimana disebut dalam
ayat (2.b) adalah Dewan Pengawas PDAB/PDAM/UPTD/BLUD Provinsi;
(4) Badan Pengelola SPAM Regional sebagaimana disebut dalam ayat (2.c) adalah
Direksi/Kepala PDAB/PDAM/UPTD/BLUD Provinsi;
11. Serah Terima Asset
Ketentuan tentang serah terima asset dalam PKS SPAM Regional perlu dituangkan dalam
klausul tersendiri dalam PKS, mengingat adanya intervensi pembiayaan oleh pemerintah
pusat antara lain intervensi biaya pembangunan intake, IPA maupun jaringan distribusi yang
akan dibangun di wilayah kabupaten/Kota.
Untuk menghindari perbedaan persepsi dalam pengelolaan barang milik negara tersebut,
maka perlu disepakati kepada pihak mana asset tersebut akan diserahkan. Dan oleh
karenanya perlu dimuat dalam PKS.
Contoh :
(1) Serah terima asset dilakukan terhadap unit air baku, unit produksi dan unit distribusi
utama dengan cara Hibah Barang Milik Negara (BMN).
(2) Hibah asset sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengacu pada ketentuan
peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
12. Jangka Waktu
Ketentuan tentang jangka waktu harus dimuat dalam PKS, yaitu menjelaskan tentang jangka
waktu PKS yang biasanya terhitung mulai tagggal ditandatanganinya PKS atau dapat
mendasarkan kepada suatu peristiwa tertentu seperti mulai dilakukannya perkerjaan fisik
sampai dengan berakhirnya PKS yang disepakati misalnya selama 25 tahun.
Contoh :
(1) Perjanjian kerja sama ini berlaku selama 25 tahun;
(2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir, maka
perjanjian kerja sama ini dapat diperpanjang sesuai kesepakatan Para Pihak;
(3) Evaluasi dalam rangka perpanjangan PKS sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan paling lambat (1) bulan sebelum jangka waktu perjanjian kerja sama ini
berakhir dan/atau sesuai ketentuan yang belaku.
13. Keadaan Kahar
Ketentuan tentang keadaan kahar adalah menjelaskan keadaan yang terjadi di luar
kemampuan para pihak.
Seperti contoh sebagai berikut:
(1) Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi karena peperangan, blockade,
pemberontakan, pemogokan, kebakaran, sabotase, epidemic atau bencana alam
seperti banjir, gempa bumi dan hal‐hal di luar kemauan dan kemapuan para pihak;
(2) Apabila terjadi keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selama dalam masa
perjanjian sehingga mengakibatkan gangguan dalam pelaksanaan perjanjian, maka
Para Pihak atau salah satu pihak harus melaporkan kepada pihak lainnya secara
tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kalender trhitung sejak terjadinya keadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), akan dievaluasi bersama Para Pihak
dan dituangkan dalam Berita Acara.
(4) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagai dasar untuk
menyelesaikan perjanjian labih lanjut.
14. Penyelesaian Perselisihan
Ketentuan tentang penyelesaian perselisihan dalam kerjasama harus mengacu pada
ketentuan peraturan perundang‐undangan yang berlaku. Dan dilaksanakan sesuai dengan
kesepakatan para pihak, melalui mediasi atau keputusan menteri sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang‐undangan.
Contoh :
(1) Apabila dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama ini terjadi perselisihan atau
perbedaan pendapat diantara para pihak, maka Para Pihak sepakat untuk
menyelesaikannya melalui musyawarah untuk mencapai mufakat;
(2) Apabila upaya musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencapai
mufakat, maka Para Pihak sepakat semua perselisihan atau perbedaan pendapat yang
timbul dari PKS ini diselesaikan oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri.
15. Perubahan
Ketentuan tentang perubahan dalam PKS perlu dimuat sebagai dasar jika terjadi perubahan
terhadap klausul pasal yang sudah disepakati atau terdapat ketentuan tambahan yang harus
dimuat dalam PKS..
Contoh :
“Hal‐hal lain yang dianggap perlu dan belum diatur dan/atau akan disepakati ketentuan
tambahan dalam perjanjian kerja sama ini, akan diatur dalam ketentuan Perubahan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjanjian kerja sama ini”.
16. Berakhirnya perjanjian
Ketentuan tentang berakhirnya PKS adalah menjelaskan tentang waktu dan tata cara
pengakhiran PKS.
Contoh :
(1) Perjanjian ini dapat berakhir apabila;
a. Telah habis masa berlaku perjanjian kerja sama ini dan tidak diperpanjang lagi;
b. Kesepakatan Para Pihak untuk mengakhiri perjanjian kerja sama;
(2) Dengan berakhirnya perjanjian kerja sama ini, maka segala sesuatu yang timbul
sebagai akibat dari berakhirnya perjanjian kerja sama ini akan diselesaikan secara
musyawarh untuk mufakat.
(3) Tata cara pengakhiran kerjasama para pihak sepakat melaksanakannya berdasarkan
ketentuan peraturan yang berlaku.
17. Sanksi
Ketentuan tentang sanksi perlu dimuat dalam PKS, dan menjelaskan tentang sanksi bagi
para pihak jika melakukan wanprestasi dan atau pelanggaran terhadap klausul PKS.
Contoh :
(1) Penerapan sanksi dilakukan kepada Para Pihak yang melakukan pelanggaran dan/atau
wanprestasi terhadap kewajiban para pihak;
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berbentuk;
a. Pemberhentian distribusi air bersih;
b. Denda dan/atau Ganti rugi.
(3) Pemberian sanksi dilakukan oleh Badan Kerjasama Pengembangan SPAM Regional
setelah dilakukan proses evaluasi dan investigasi.
18. Penutup
Ketentuan penutup dalam PKS menguraikan tentang ketentuan sebagai penutup kalusul
PKS.
Dalam penutup ini, terdiri atas :
(1) Bagian kesepakatan yang ditandatangani oleh para pihak.
(2) Memberikan peluang untuk mengatur lebih lanjut terhadap hal‐hal yang belum
terangkum dalam PKS.
(3) Memberikan peluang untuk memperbaiki apabila terjadi kesalahan atau kekeliruan
atas materi PKS.
(4) Mencantumkan tanggal mulai berlakunya PKS.
(5) Para pihak yang menandatangani dan dibuat dalam beberapa rangkap (sesuai dengan
para pihak), mempunyai kekuatan hukum yang sama, dan bermaterai cukup untuk
para pihak.