Kabupaten Tangerang
Bulan Juni Tahun 2012
Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko
Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus
dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)
Kabupaten Tangerang dalam menyusun Buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih
Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten berdasarkan pendekatan Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan faktual tentang
ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala Kabupaten/Kota. Sub
sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat /
Sampah dan drainase lingkungan serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk
Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar
pengamatan telah diarahkan sesuai dengan 5 (lima) pilar Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pelaksana studi EHRA adalah Pokja AMPL Kabupaten Tangerang dan masyarakat /
kader di lokasi studi dengan pembiayaan bersumber dari APBD Kabupaten Tangerang
Tahun 2012.
Kami berharap hasil studi EHRA ini dapat menggambarkan keadaan sanitasi yang
sebenarnya di Kabupaten Tangerang, sehingga hasil EHRA benar-benar menjadikan isu
sanitasi menjadi “Visible”. Hasil studi EHRA ini merupakan dasar dalam penyusunan Buku
Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Tangerang, serta pada akhirnya dalam
penyusunan Memorandum Program Strategi Sanitasi di Kabupaten Tangerang.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan bekerja sama dalam pelaksanaan Studi EHRA ini, sehingga Studi EHRA
dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Semoga hasil studi EHRA ini
dapat bermanfaat bagi pembangunan sanitasi di Kabupaten Tangerang.
Tangerang, Juni 2012
Penyusun
Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko
Kesehatan Lingkungan berfokus kepada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat. Fasilitas
sanitasi yang disurvey mencakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah,
jamban, saluran pembuangan air limbah, perilaku yang terkait dengan higinitas dan
sanitasi dengan mengacu kepada Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu buang
air besar, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan
sampah dan pengelolaan air limbah rumah tangga (Drainase lingkungan).
Metoda penentuan target area survei dilakukan secara geografi dan demografi
melalui proses Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai
indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random
sehingga memenuhi kaidah “Probability Sampling” dimana semua anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang
digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan
kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP yaitu kepadatan penduduk, angka
kemiskinan, daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/ saluran irigasi dan
daerah terkena banjir.
Perangkat lunak entri data EHRA menggunakan Format Epi Info versi MS-DOS,
perangkat lunak converter dari format Epi Info ke format yang bisa dibaca oleh SPSS dan
perangkat lunak Syntax SPSS untuk cleaning data dan pemprosesan data hingga
menghasilkan berbagai tabel hasil pengamatan termasuk beberapa tabel analisis
Crosstab.
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin konsistensi pemasukan data oleh operator, dengan
demikian hasil entri data akan memiliki tingkat kesalahan yang seminim mungkin.
Hasil Klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Tangerang yang terdiri dari
274 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut :
1. Klaster 0 sebanyak 30 desa/kelurahan atau 10,95 %
2. Klaster 1 sebanyak 116 desa/kelurahan atau 42,34 %
250
67 53
200 57
29 50 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
47
23 4. GENANGAN AIR.
150 16 3. PERSAMPAHAN.
71 2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
51
68 52
1. SUMBER AIR
100
47 47
31 48
50
47 47 51
39
0
CLUSTER 0 CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER 3
Tabel 2.1. Katagori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko ............. 15
Tabel 2.2. Hasil Klastering Desa/Kelurahan di Kabupaten Tangerang ........................... 15
Tabel 2.3. Kecamatan dan Desa/Kelurahan Terpilih untuk Survei EHRA di Kabupaten
Tangerang Tahun 2012 ................................................................................. 22
Tabel 3.1. Kelompok Umur Responden .......................................................................... 24
Tabel 3.2. Tingkat Pendidikan Responden ..................................................................... 25
Tabel 3.3 Jumlah Desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir .................................. 32
Tabel 3.4. Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten Tangerang Hasil Studi EHRA Tahun 2012.. 44
Grafik 2.1. Distribusi Desa/Kelurahan per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA 21
Grafik 3.1. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga ........................................... 24
Grafik 3.2. Kelompok Umur Responden ......................................................................... 25
Grafik 3.3. Tingkat Pendidikan Responden ..................................................................... 26
Grafik 3.4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ............................................................ 26
Grafik 3.5. Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga ............................................. 27
Grafik 3.6. Pelayanan Sampah ........................................................................................ 27
Grafik 3.7. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ............................................................ 28
Grafik 3.8. Tempat Buang Air Besar Keluarga ................................................................. 28
Grafik 3.9. Tempat Buang Air Besar per Klaster .............................................................. 29
Grafik 3.10. Saluran Akhir Pembuangan Isi Tinja .............................................................. 29
Grafik 3.11. Kualitas Tangki Septick ................................................................................. 30
Grafik 3.12. Kebiasaan Membuang Tinja Anak Balita ...................................................... 31
Grafik 3.13. Jumlah Kepala Keluarga yang Memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah.... 31
Grafik 3.14. Lokasi Genangan Air di sekitar Lingkungan Rumah ...................................... 32
Grafik 3.15. Jumlah Rumah Tangga yang Mengalami Banjir ............................................
33
Grafik 3.16. Lamanya Genangan Air pada saat Banjir ..................................................... 34
Grafik 3.17. Keberadaan Saluran Drainase Lingkungan .................................................. 34
Grafik 3.18. Kondisi Drainase di Lingkungan Rumah ....................................................... 35
Grafik 3.19. Akses Terhadap Air Bersih ........................................................................... 36
Grafik 3.20. Pengolahan Air Bersih untuk Minum .......................................................... 36
Grafik 3.21. Sumber Air untuk Minum dan Memasak .................................................... 37
Grafik 3.22 Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) .................................................... 38
Grafik 3.23. Pola Kebiasaan CTPS .................................................................................... 38
Grafik 3.24. Ketersediaan Sarana CTPS di Jamban ......................................................... 39
Environmental Health Risk Assessment atau Studi EHRA adalah sebuah survei
partisipatif di tingkat kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi
dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai ke
kelurahan. Kabupaten Tangerang dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena :
1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat.
2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dimana data umumnya tidak
bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan
berada di berbagai kantor yang berbeda.
3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat
dalam prioritas usulan melalui Musrenbang.
4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil
keputusan.
5. EHRA secara tidak langsung memberi “amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat
di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang
lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau
stakeholders kelurahan/desa.
6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat
kabupaten dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat
kelurahan/desa.
1. Kepadatan Penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah, data kepadatan
penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan desa/kelurahan yang didapatkan
dari BPS kabupaten Tangerang. Desa/Kelurahan dinyatakan padat apabila kepadatan
penduduknya lebih dari 25 jiwa per Ha.
2. Angka Kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup
representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan atau
desa/kelurahan. Angka kemisikinan di Kabupaten Tangerang dihitung berdasarkan
proporsi jumlah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 sesuai dengan Surat
Keputusan Bupati Tangerang, dengan formula sebagai berikut :
( ∑ Pra KS + ∑ KS 1 )
Angka Kemiskinan = -------------------------- x 100%
∑ KK
Hasil Klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Tangerang yang terdiri dari 274
desa/kelurahan mengahasilkan distribusi sebagai berikut :
1. Klaster 0 sebanyak 30 desa/kelurahan atau 10,95 %
2. Klaster 1 sebanyak 116 desa/kelurahan atau 42,34 %
3. Klaster 2 sebanyak 95 desa/kelurahan atau 34,67 %
4. Klaster 3 sebanyak 33 desa/kelurahan atau 12,04 %
5. Klaster 4 sebanyak 0 desa/kelurahan atau 0%
Grafik 2.1. Distribusi Desa/Kelurahan per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA
di Kabupaten Tangerang Tahun 2012.
A. INFORMASI RESPONDEN
A.1. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Grafik 3.1. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Grafik 3.1 menunjukkan bahwa hubungan responden dengan kepala keluarga pada semua
klaster sebagian besar adalah istri dengan total sebesar 97,2 % dan sisanya sebesar 2,8 %
adalah anak perempuan yang sudah menikah.
SD 486 60,8 886 44,3 683 48,5 395 50,1 2450 49,0
SMP 113 14,1 329 16,5 263 18,7 115 14,6 820 16,4
Tingkat
Pendidikan SMA 24 3,0 224 11,2 137 9,7 114 14,5 499 10,0
Grafik 3.3. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang terbesar adalah SD
sebanyak 49 % dan yang terkecil adalah SMK yaitu 1,50 %.
Pengelolaan sampah rumah tangga sebesar 11,1 % sudah memadai dan sisanya sebesar
88,9 % belum memadai.
Pelayanan sampah sebesar 86,8 % sudah diangkut dan sisanya sebesar 13,2 % belum
atau tidak diangkut.
Tempat buang air besar keluarga sebagian besar menggunakan jamban pribadi yaitu
sebesar 57,5 %, kebun/pekarangan sebesar 14,2 % dan sisanya menggunakan WC
umum, WC helikopter, sungai, selokan/parit lubang galian dan lainnya.
Grafik 3.9. Tempat Buang Air Besar Per Klaster
Kualitas tangki septick yang dinyatakan suspek aman yaitu tangki septick yang kedap
air dan tidak dapat mencemari lingkungan sebesar 80,2 % dan suspek tidak aman
sebesar 19,8 %, sedangkan tangki septick suspek aman yang terbesar ada pada
Klaster 0 yaitu sebesar 93,5 % dan yang terkecil pada Klaster 2 yaitu sebesar 71,5 %.
Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah terbesar pada Klaster 2
yaitu sebesar 90,7 % dan yang terkecil sebesar 41,7 % pada Klaster 0, Adapun rata-
rata yang memiliki SPAL sebanyak 69 % dan yang tidak ada SPAL sebanyak 31 %.
Lokasi genangan air di sekitar lingkungan rumah sebanyak 71,9 % ada di halaman
rumah, 26,9 % di dekat dapur, 10,1 % di dekat kamar mandi, 7,2 % di dekat bak
penampungan dan lainnya sebesar 6,2 %.
b. Topografi Wilayah
Jumlah rumah tangga yang menyatakan pernah mengalami banjir sebanyak 9,9 %
dengan yang terbesar pada Klaster 3 yaitu sebesar 22,6 % dan yang terkecil pada
Klaster 2 yaitu sebesar 6,2 %.
Penanganan air bersih pada rumah tangga sebagian besar dengan cara direbus
yaitu sebesar 97,9 % dan sisanya dengan cara ditambahkan kaporit, menggunakan
filter keramik dan lainnya.
Pola Kebiasaan CTPS mulai dari yang terbesar yaitu pada saat sebelum makan
sebesar 80 %, Setelah buang air besar 52 %, setelah memegang hewan 28,5 %,
sebelum menyiapkan masakan 25,4 %, setelah menceboki anak 25,3 % dan
sebelum menyuapi anak sebesar 24,4 %.
Pola pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari terbesar untuk mandi yaitu
sebanyak 95,5 % disusul kemudian untuk cuci pakaian sebesar 80,5 %, untuk cuci
peralatan sebesar 80,3 %, untuk cuci tangan sebesar 46,5 % dan yang lainnya
sebesar 1.9 %.
Perilaku Buang Air Besar hanya sebesar 11,1 % yang tidak sembarangan dan
sisanya sebesar 88,9 % masih Buang Air Besar Sembarangan, dengan rincian yang
Angka kesakitan akibat penyakit diare di Kabupaten Tangerang yang terbanyak pada
kelompok dewasa perempuan yaitu sebesar 33,4 % , pada anak balita sebesar 28,4 % dan
yang paling kecil yaitu pada anak non balita sebesar 12,9 %.
250
67 53
200 57
29 50 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
47
23 4. GENANGAN AIR.
150 16 3. PERSAMPAHAN.
71 2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
51
68 52
1. SUMBER AIR
100
47 47
31 48
50
47 47 51
39
0
CLUSTER 0 CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER 3
Indeks Risiko Sanitasi di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada masing-masing klaster
sebagai berikut :
- Klaster 0 : Indeks Risiko terbesar adalah persampahan diikuti dengan PHBS,
Air Limbah Domestik, Air Bersih, dan Drainase.
- Klaster 1 : Indeks Risiko terbesar adalah persampahan diikuti dengan PHBS,
Air Bersih, Air Limbah Domestik dan Drainase.
- Klaster 2 : Indeks Risiko terbesar adalah persampahan diikuti dengan PHBS,
Air Limbah Domestik, Air Bersih,dan Drainase.
- Klaster 3 : Indeks Risiko terbesar adalah PHBS diikuti dengan Persampahan,
Air Bersih, Air Limbah Domestik dan Drainase.
ALIRAN
KODE PADAT BANJIR MISKIN INDEKS RISIKO
NO DESA/KELURAHAN SUNGAI
BPS (YA/TDK) (YA/TDK) (YA/TDK) SANITASI
(YA/TDK)
KEC. BALARAJA 130
1 Balaraja 006 1 1 0 0 1
2 Saga 015 1 1 1 0 3
3 Talagasari 005 1 1 0 1 3
4 Sentul 003 1 0 0 1 1
5 Sentul Jaya 004 0 0 0 0 4
6 Tobat 007 0 1 0 0 2
7 Gembong 001 1 1 0 0 1
8 Sukamurni 008 0 1 0 1 1
9 Cangkudu 002 1 0 0 0 2
KEC. JAYANTI 131
10 Pangkat 006 0 0 0 0 4
11 Pabuaran 008 0 0 0 0 4
12 Pasir Muncang 002 1 0 0 0 2
13 Sumur Bandung 003 0 0 0 0 4
14 Jayanti 001 1 1 1 0 3
15 Dangdeur 007 0 1 1 0 1
16 Cikande 004 1 1 1 0 3
17 Pasir Gintung 005 1 1 1 0 3
KEC. TIGARAKSA 020
18 Tigaraksa 016 1 0 0 0 2
19 Margasari 013 1 0 0 1 1
20 Cileles 001 0 0 0 0 4
21 Sodong 003 0 0 0 1 2
22 Tapos 004 0 0 0 1 2
23 Bantar Panjang 002 0 0 0 1 2
24 Kadu Agung 014 0 0 0 0 4
25 Pasir Bolang 022 0 1 1 0 1
26 Matagara 015 0 1 1 1 3
27 Pasir Nangka 020 1 0 0 0 2
28 Pete 017 1 0 0 0 2
29 Tegal Sari 018 0 0 0 1 2
30 Pematang 019 0 0 0 0 4
31 Cisereh 021 0 0 0 0 4
KEC. JAMBE 021
32 Sukamanah 003 0 0 0 0 4
33 Jambe 008 0 0 0 0 4
34 Tipar Raya 007 0 0 0 1 2
35 Taban 004 0 0 0 0 4
36 Daru 002 1 0 0 0 2
37 Kutruk 009 0 0 0 0 4
38 Ranca Buaya 006 0 0 0 0 4
39 Mekar Sari 001 0 0 0 1 2
KEC. SEPATAN TIMUR 181
243 Kedaung Barat 002 1 1 0 1 3
244 Lebak Wangi 001 1 1 0 0 1
245 Jati Mulya 003 1 0 0 1 1
246 Sangiang 005 1 1 0 1 3
247 Gempol Sari 006 1 0 0 1 1
248 Kampung Kelor 008 1 1 0 1 3
249 Pondok Kelor 007 1 0 0 1 1
250 Tanah Merah 004 1 1 0 1 3
KEC. SOLEAR 011
251 Solear 005 0 1 0 1 1
252 Cikuya 002 0 0 0 1 2
253 Cikasungka 001 1 0 0 0 2
254 Cirendeu 004 1 0 0 1 1
255 Cikareo 003 0 0 0 1 2
256 Pasanggrahan 006 1 0 0 1 1
257 Munjul 007 0 0 0 1 2
Keterangan :
Kurang Berisiko : 1
Berisiko Sedang : 2
Risiko Tinggi : 3
Risiko Sangat Tinggi : 4
LAMPIRAN