Anda di halaman 1dari 49

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kesehatan individu maupun kelompok dapat dipengaruhi oleh


berbagai faktor. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang
ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%,
lingkungan 45%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%. Air
merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi makhluk hidup yang ada dibumi
untuk berlangsungnya proses metabolisme tubuh, baik bagi manusia atau
bagi makhluk hidup lainnya. Secara teoritis dibumi terbagi tiga jenis sumber
air yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah. Sumber-sumber tersebut
tidak selamanya cocok semua untuk kebutuhan manusia, karena harus
memenuhi syarat yang baik secara kimia, fisika, bakteriologi, maupun
radioaktif. Dalam bidang kesehatan, air merupakan salah satu media
lingkungan yang berperan dalam penularan penyakit yang disebabkan oleh
air karena dapat menjadi media pertumbuhan mikrobiologi. Hal ini
mendorong pemerintah untuk mencanangkan Program kesehatan wajib
seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui
cakupan pengawasan sarana air bersih.1,2,3
Menurut data WHO 2017, secara global, hampir 1,7 milyar kasus
diare pada anak terjadi setiap tahunnya. WHO melaporkan bahwa setiap
tahunnya diare membunuh sekitar 525.000 anak dibawah lima tahun.
Laporan tersebut juga didukung laporan UNICEF yang menyatakan bahwa
1.400 anak dibawah lima tahun meninggal setiap harinya karena penyakit
diare terkait dengan kurangnya air bersih dan sanitasi serta kebersihan yang
memadai. Menurut Riskesdas 2018 prevalensi diare di Jawa Barat menempati
peringkat ke 7 dari seluruh provinsi di Indonesia (7,4% dari 186.809 orang).
Diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2015 adalah 218 Juta jiwa,
dimana 47 Juta jiwa atau 22% belum memiliki akses terhadap air bersih.
Angka yang lebih besar terlihat pada penduduk perdesaan, dimana
diperkirakan 31% atau 36 Juta Jiwa yang tidak memiliki akses terhadap air
bersih. Menurut data Millenium Development Global MDGs tahun 2015
ditargetkan di Indonesia proporsi penduduk terhadap air bersih sebesar 67%,
namun hal ini belum tercapai dengan didapatkannya cakupan penduduk
terhadap air bersih sebesar 57,2%. Sejak Oktober 2015, SDG’s (Sustainable
Development Goals) menggantikan MDGs dan menjadikan sanitasi dan air
bersih sebagai salah satu tujuan dari 17 tujuan yang harus dicapai.2,4,5,6
Di Indonesia, masih banyak Sarana Air Bersih (SAB) dan sanitasi
tidak berfungsi dengan baik. Permasalahan ini antara lain disebabkan oleh
kualitas konstruksi, pengelolaan yang tidak jelas dan masyarakat kurang
terlibat dalam proses pembangunan. Pengadaan air bersih di Indonesia
khususnya untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan
dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun
demikian secara nasional jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat
dikatakan relatif kecil yakni 16,08 %. Untuk daerah yang belum
mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka
menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air)
dan lainnya. Permasalahan yang timbul yakni sering dijumpai bahwa kulaitas
air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi
syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat bahkan tidak
layak untuk diminum.8,9

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Karawang tahun 2014 sarana


air bersih belum mencukupi untuk kehidupan masyarakat. Jumlah penduduk
yang menggunakan air bersih hanya tercatat 40% dari total penduduk
karawang. Sperti air Ledeng 9,55%, Sumur Pompa Tangan 14,75%, Sumur
Gali 12,49%, Penampungan Mata Air 0,39%, Penampuangan Air Hujan
0,30%, dan Pompa Listrik 45,83%. Di puskesmas medangasem terdapat
sebanyak 61,22 %.8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang


didapat berupa:
1. Menurut data WHO 2017, secara global, hampir 1,7 milyar kasus
diare pada anak terjadi setiap tahunnya.
2. UNICEF menyatakan bahwa 1.400 anak dibawah lima tahun
meninggal setiap harinya karena penyakit diare terkait dengan
kurangnya air bersih dan sanitasi serta kebersihan yang memadai.
3. Menurut Riskesdas 2018 prevalensi diare di Jawa Barat menempati
peringkat ke 7 dari seluruh provinsi di Indonesia (7,4% dari 186.809
orang).
4. Menurut data MDGs (Millenium Development Global) tahun 2015
ditargetkan di Indonesia proporsi penduduk terhadap air bersih
sebesar 67%, namun hal ini belum tercapai dengan didapatkannya
cakupan penduduk terhadap air bersih sebesar 57,2%.
5. Di UPTD Puskesmas Medangasem tahun 2018, cakupan program
pengawasan sarana air bersih adalah 61,22% dengan target 80%,
sehingga terbentuk besar masalah sebesar 23,47%.
6. Tidak diketahuinya tingkat keberhasilan program Pengawasan Sarana
Air Bersih di UPTD Puskesmas Medangasem periode Januari 2019
sampai Juni 2019.
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

1.3.1.1 Untuk mengetahui tingkat keberhasilan progam Pengawasan


Sarana Air Bersih di Puskesmas Medangasem periode Januari
2019 sampai Juni 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Diketahuinya jumlah dan jenis sarana air bersih pada setiap desa di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten
Karawang, periode Januari 2019 hingga Juni 2019.

1.3.2.2 Diketahuinya cakupan rumah tangga yang menggunakan sarana air


bersih untuk keperluan sehari-hari di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Medangsem, Kabupaten Karawang, periode Januari
2019 hingga Juni 2019.

1.3.2.3 Diketahuinya cakupan inspeksi sarana air bersih di wilayah kerja


UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang, periode
Januari 2019 hingga Juni 2019.

1.3.2.4 Diketahuinya cakupan sarana air bersih yang memiliki risiko


tingkat pencemaran rendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Medangasem, Kabupaten Karawang, periode Januari 2019 hingga
Juni 2019.

1.3.2.5 Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan


program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang, periode Januari
2019 hingga Juni 2019.

1.3.2.6 Diketahuinya cakupan sarana air bersih dengan pemeriksaan


bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang, periode
Januari 2019 hingga Juni 2019.

1.4 Manfaat Evaluasi Program

1.4.1 Bagi Evaluator


1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di
bangku kuliah mengenai evaluasi program dengan pendekatan
sistem.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu
program khususnya program upaya kesehatan lingkungan
terutama sarana air bersih.
3. Mengetahui banyaknya kendala yang dihadapi dalam
mengambil langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.

5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi


1. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida)
sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan masyarakat.
2. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida)
sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang
berkualitas dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan
masyarakat luas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang Dievaluasi


1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program
upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih di
ruang lingkup kerja UPTD Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang.
2. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai
umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang
dapat tercapai secara optimal.
3. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan
pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik.
4. Dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas program
pengawasan sarana air bersih, sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan adanya sarana air bersih

1.4.4 Bagi Masyarakat


1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Medangasem.

2. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat


menurunkan prevalensi berbagai penyakit masyarakat yang
berhubungan dengan program upaya kesehatan lingkungan
terutama sarana air bersih.
3. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat
menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
1.5 Sasaran

Seluruh rumah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem,


Kabupaten Karawang, Jawa Barat periode Januari 2019 - Juli 2019.

Bab II Materi dan Metode

2.1 Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan kegiatan
bulanan program pengawasan sarana air bersih di UPTD Puskesmas
Medangasem, Kabupaten Karawang, Jawa Barat periode Januari 2019
sampai dengan Juli 2019 yang terdiri dari :

1. Catatan hasil pendataan jumlah dan jenis sarana air bersih per
wilayah desa.
2. Catatan hasil pendataan rumah tangga yang menggunakan
sarana air bersih untuk keperluan sehari- hari
3. Catatan hasil pendataan sarana air bersih yang di inspeksi

4. Catatan hasil pendataan sarana air bersih yang memiliki risiko


tingkat pencemaran rendah
5. Catatan hasil pendataan jumlah sampel air dari sarana air
bersih yang di inspeksi
6. Catatan hasil pendataan pemeriksaan bakteriologis yang
memenuhi syarat
7. Pencatatan dan pelaporan
2.2 Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data,


pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data dengan menggunakan
pendekatan sistem dengan cara membandingkan cakupan program
pengawasan sarana air bersih di UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten
Karawang periode Januari 2019 sampai dengan Juni 2019 terhadap tolok
ukur yang ditetapkan sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari
program pengawasan sarana air bersih di UPTD Puskesmas Medangasem
kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut
berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistema.
Bab III
Kerangka Teoritis

3.1 Sistem
Lingkungan

Masukan Proses Keluaran Dampak

Umpan Balik

Gambar 1. Skema Sistem

Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling


dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah
satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah
ditetapkan. Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja yang
diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi.
Sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu
sama lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu
sistem adalah masukan (input), proses (process), keluaran (output), efek
(effect), dampak (outcome), mekanisme umpan balik (feedback) dan
lingkungan
(environement).10

• Masukan (input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
Unsur-unsur dalam input adalah sumber daya atau masukan yang
dikonsumsikan oleh suatu sistem, misalnya : man (staf), money (dana
operasional), material (logistic, obat, vaksin, alat medis), method
(keterampilan/cara prosedur kerja, peraturan, kebijaksanaan), minute
(waktu dan jangka waktu pelaksanaannya), machine (mesin,
peralatan/teknologi), market (sasaran masyarakat yang menjadi target
program) dan information.10

• Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah menjadi keluaran yang
direncanakan. Dengan kata lain, proses adalah semua kegiatan sistem
yang mengubah input menjadi output. Mulai dari planning
(perencanaan), pengorganisasian, penggerakkan, koordinasi,
pengawasan, pelaporan, dan evaluasi.10

• Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan
langsung dan berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil
langsung (keluaran) suatu sistem. Merupakan jumlah
kelompok/individu yang sudah diberikan pelayanan program
(numerator) dibandingkan dengan jumlah seluruh masyarakat yang
menjadi target program (denominator).10

• Efek (effect)
Efek merupakan hasil langsung yang dirasakan oleh masyarakat yang
sudah diberikan pelayanan program. Hasil pertama dari proses suatu
sistem. Efek dapat dikaji dari perubahan pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat sasaran.10

• Dampak (outcome)
Dampak adalah hasil yang tidak langsung dari proses suatu sistem
dan merupakan akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
Dampak program dapat diukur dengan peningkatan status kesehatan
masyarakat.10

• Umpan balik (feedback)


Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut. Merupakan hasil dari keluaran yang digunakan sebagai
bahan untuk perbaikan pada satu siklus mendatang. Adanya umpan
balik yang dini dapat memperbaiki di tengah berjalannya program
kesehatan.10

• Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Lingkungan dapat memberikan pengaruh pada kelangsungan program
kesehatan. Unsur lingkungan dapat mendukung atau sebaliknya
menjadi penghambar berjalannya program. Lingkungan dibagi
menjadi 2 yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.
Lingkungan fisik meliputi keadaan geografis (tanah, ketinggian
tanah, suhu udara, musim, ketersediaan air, tumbuhan dan semua
yang berbentuk fisik),. Lingkungan non fisik merupakan lingkungan
yang tidak tampak, namun dapat berpengaruh besar atas
kelangsungan program.10

3.2 Tolok Ukur

Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah


ditetapkan dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-
tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses, keluaran, dan
umpan balik. Tolok ukur digunakan sebagai pembanding atau target
yang harus dicapai dalam program Kesehatan Lingkungan.
Tolok ukur berdasarkan pedoman instrument penelitian kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat tentang cakupan pengawasan sarana air
bersih adalah sebesar 80%.
Bab IV Penyajian Data

4.1 Sumber Data

Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekuner yang berasal
dari:
• Data Geografi dan Demografi UPTD Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang tahun 2019.
• Data Profil UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang
tahun 2019.
• Catatan Hasil Pendataan Penyehatan Lingkungan di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang, periode
Januari 2019 sampai Juni 2019.
• Catatan Hasil Pendataan Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan
mengenai Sarana Air Bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Medangasem, Kabupaten Karawang, periode Januari 2019 sampai
Juni 2019.

4.2 Data Umum

4.2.1 Data Geografis


Puskesmas Medangasem termasuk dalam wilayah administrasi
Kecamatan Medangasem Kabupaten Karawang yang berada di sebelah utara
kota Kabupaten. Kondisi geografis Puskesmas Medangasem Kecamatan
Medangasem sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan luas wilayah
1.713 Ha yang terbagi menjadi 3 desa, 19 RW dan 57 RT, dengan jumlah
penduduk 35.221 jiwa.
Dengan batas wilayah meliputi:

• Sebelah utara : Kecamatan Tirtajaya


• Sebelah selatan : Kecamatan Rengasdengklok
• Sebelah barat : Kecamatan Pebayuran Bekasi
Sebelah Timur : Wilayah kerja UPTD Puskesmas
• Jayakerta

Wilayah Kerja Puskesmas Medangasem Kecamatan Jayakerta


mempunyai 3 desa binaan yaitu Desa Medangasem, Desa Ciptamarga, Desa
Kampung Sawah.

Jarak desa terjauh ke Puskesmas yaitu 5 km dan jarak terdekat yaitu


2 km dengan waktu tempuh terlama adalah 15 menit dan waktu tempuh
tercepat 5 menit dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh desa di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem relatif terjangkau. Jarak
antara Puskesmas Medangasem ke pusat kota Karawang adalah + 23 km.

4.2.2 Data Demografis

Berdasarkan data dari masing-masing desa penduduk wilayah kerja


Puskesmas Medangasem Kecamatan Medangasem pada tahun 2019
berjumlah 35.221 jiwa.
Penyebaran penduduk serta kepadatan penduduk di Puskesmas
Medangasem Kecamatan Jayakerta bervariasi yaitu jumlah penduduk
terkecil dimiliki oleh desa Ciptamarga (9.537 penduduk) dan penduduk
terbesar dimiliki oleh desa Kampung Sawah (14.891 penduduk).

4.2.3 Data Lingkungan Sosial, Ekonomi, Pendidikan, dan Agama

Penduduk Puskesmas Medangasem Kecamatan Medangasem


sebagian besar bermata pencaharian di sektor Pertanian (54,06%) selebihnya
bergerak di sektor buruh tani (40,02%), karyawan (0,91%) dan sektor lain
4,48%.
Data persentase tingkat pendidikan di kecamatan Medangasem
menunjukkan bahwa pendidikan SD merupakan pendidikan dengan
persentase tertinggi (35,54%) dibandingkan dengan tamatan pendidikan lain.

Agama yang dianut sebagaian besar penduduk Kecamatan


Medangasem adalah Islam (99,9%) dan sebagian kecil lainnya adalah agama
Kristen Protestan (0,1%).

4.2.4 Data Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Puskesmas Medangasem dapat


dikategorikan menjadi fasilitas negara dan fasilitas swasta.

Fasilitas negara yang ada antara lain:

1. Dari jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas


Medangasem Puskesmas ada 1, dokter praktek ada 2 dan bidan
praktek (BPS) ada 11 orang.

2. Puskesmas Keliling yaitu kenderaan empat roda berjumlah 1.


3. Praktek swasta di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem
tahun 2019 berjumlah 14 buah yang terdiri dari BP 1 buah, dokter
2 buah dan BPS 11 buah. Yang melakukan praktek swasta
kebanyakannya adalah bidan dengan 78% dan yang mempunyai
BP sebanyak 7%.

4. Sarana upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)


seperti posyandu, pos obat desa, polindes, pos upaya kesehatan
kerja (Pos UKK), dana sehat dan tanaman obat keluarga. Jumlah
posyandu pada tahun 2018 adalah 24 buah (pratama 0 buah,
madya 16 buah, purnama 8 buah dan mandiri 0 buah) dengan
jumlah kader aktif 120 orang.

4.3 Data Khusus

4.3.1 Masukan
a) Tenaga (Man)

Kepala Puskesmas : 1 orang


Petugas kesling : 1 orang

b) Dana (Money)
APBD : Tidak tersedia
Biaya Operasional Kesehatan : Tersedia

c) Sarana
Infocus :Ada

Layar :Ada

Leaflet :Ada
Lembar balik : Tidak ada

Poster : Tidak ada

Formulir : Tidak ada

Buku pedoman Kesling : Ada

Alat tulis : Ada

Sarana transportasi : Ada


4.3.1.4 Metode

• Pendataan Jumlah dan Jenis Sarana Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari


yang dalam penggunaannya harus dimasak dahulu (untuk masak dan
minum). Persyaratan fisik air bersih adalah jernih, tidak berbau, tidak
berasa. Persyaratan bakteriologis adalah tidak mengandung E. coli.
Air bersih dapat diperoleh dari sarana air bersih berupa non perpipaan
seperi Sumur Gali Lindung (SGL), Sumur Pompa Tangan (SPT),
Sumur Bor dengan Pompa; perpiaan yaitu : Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) / Badan Peningkatan Penyelengaraan Sistem
Penyediaan Air Minum (BPSPAM). Pendataan dimaksudkan untuk
memperoleh data yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan
rencana kegiatan. Pendataan rumah tangga pada program pengawasan
sarana air bersih dilakukan 1 kali setahun dengan menghitung jumlah
penduduk yang ada dan jumlah penduduk yang memenuhi kriteria
sarana air bersih. Pendataan ini diambil dari laporan data dasar
tahunan pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang, periode Januari 2019
sampai dengan Juni 2018.

• Pemeriksaan atau Inspeksi Sarana Air Bersih


Inspeksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan
perumahan dan lingkungan di daerah sasaran. Pemeriksaan dilakukan setiap
16 kali sebulan di tiap tiap desa dengan mengunjungi rumah yang berbeda
setiap kali inspeksi melalui kaidah survei di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Medangasem. Pada keadaan yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan
survei secara menyeluruh dapat dilakukan secara terbatas dengan mengambil
sampel yang mewakili sarana air bersih di suatu wilayah. Pengawasan atau
inspeksi sarana air bersih diperiksa berdasarkan formulir pengawasan sarana
air bersih yang telah disiapkan. Adapun indikator yang dinilai adalah tidak
berwarna, tidak berbau, tidak keruh, tidak berasa, dan suhu dibawah suhu
kamar.
• Pengambilan Sampel Air dari Sarana Air Bersih yang Di inspeksi
Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik
pengambilan yang disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya, dan
dilakukan setelah sarana air bersih telah memenuhi syarat tingkat
pencemaran rendah dan dilakukan paling tidak 2x/tahun untuk semua
sumur umum. Untuk sumur pompa, sampel diambil setelah 5 menit
air keluar; untuk sumur gali, sampel diambil dalam kedalaman 20 cm
dibawah permukaan air; dan untuk PAM, sampel diambil setelah 2
menit air keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil
sebanyak 2 liter, untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil
sebanyak 5 liter, dan untuk pemeriksaan bakteriologis wadah
penampungan harus steril dan bisa disterilkan dengan jumlah air yang
diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim ke
laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat
di lampiran SOP pengambilan sampel. Jumlah sarana air bersih yang
mempunyai risiko pencemaran yang tinggi. Tingkat risiko
pencemaran air terbagi menjadi AT (amat tinggi), T (tinggi), S
(sedang), R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap dapat dilihat di
lampiran formulir inspeksi sanitasi.
• Pemeriksaan Bakteriologis pada Sampel Sarana Air Bersih

Kualitas bakteriologis ini dapat ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan


laboratorium kesehatan masyarakat, kemudian ditetapkan sesuai standar
kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan
Permenkes RI no 416 / Menkes / per/ IX / 1990.
• Pencatatan dan Pelaporan

Data kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dimasukkan ke


dalam format pencatatan pengawasan sarana air bersih (register dan formulir
lain yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian atau visualisasi data
dalam bentuk peta, grafik, atau tabel yang diperbaharui secara periodik
(bulanan, triwulanan, dan tahunan).

4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan

Terdapat perencanaan secara tidak tertulis dari UPTD Puskesmas


Medangasem mengenai:
• Pendataan Jumlah dan Jenis Sarana Air Bersih

Pendataan satu kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan
jumlah pengguna dengan mengumpulkan data di setiap desa dalam
bentuk laporan data dasar tahunan.
• Pemeriksaan atau Inspeksi Sarana Air Bersih

Pemeriksaan terhadap sarana air bersih dilakukan 16 kali sebulan


oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih. Pada sarana air bersih
dengan tingkat pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2
minggu selama 1 tahun, untuk pencemaran ringan sampai sedang
dilakukan pemeriksaan sebulan sekali selama 1 tahun.
• Pengambilan Sampel Air dari Sarana Air Bersih yang Di
Inspeksi Pengambilan sampel air dilakukan sesuai dengan
jenis sarana air bersih. Hal pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/ termos/ botol steril,
tempat penyimpanan botol/ kotak/ termos, alat tulis, formulir
inspeksi sanitasi air bersih, formulir pengiriman sampel,
formulir hasil pemeriksaan sampel, dan sarana transportasi.
Kemudian, ditentukan titik pengambilan sampel. Pengambilan
sampel air bersih, diperoleh dari 5 rumah dalam satu wilayah
dan dari puskesmas. Pengambilan sampel air untuk
pemeriksaan kimia dan bakteriologis dilakukan minimal 2 kali
dalam setahun.
• Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis terhadap sampel air dilakukan di


laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap
kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes No 416 tahun
1990. Sedangkan persyaratan kualitas air minum sesuai dengan
Permenkes No 492 tahun 2010.
• Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan. Pelaporan


dilakukan setiap awal bulan.

4.3.2.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian (Organizing)
Dibuat struktur organisasi, Kepala Puskesmas sebagai penanggung
jawab program, melimpahkan kekuasaan kepada koordinator program
(programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi dengan pelaksana
program. Pengorganisasian dalam program Kesehatan Lingkungan dibagi
berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas (dr. Tuti Susilowati)
 Sebagai penanggung jawab program.
 Monitoring pelaksanaan Kesehatan Lingkungan tingkat kecamatan.
 Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di
wilayah kerja.
b. Koordinator Kesehatan Lingkungan (Ayat Sudrajat)
 Koordinator program.
 Pelaksana program.
 Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil
pencatatan kepada Kepala Puskesmas dalam waktu tiap bulan

4.3.2.3 Pelaksanaan

Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan


secara berkala:
• Pendataan Jumlah Sarana Air Bersih

Pendataan SAB dilakukan 1 bulan 1 kali seperti jumlah rumah yang ada,
jumlah rumah yang memenuhi kriteria sarana air bersih, dan jumlah
pengguna sarana air bersih dan dilaporkan dalam laporan data dasar
tahunan.

• Inspeksi Sarana Air Bersih yang Memenuhi Syarat


Inspeksi dilakukan 16 kali setiap bulan terhadap rumah yang berbeda di
setiap desa, oleh petugas kesehatan lingkungan pada hari kerja dari pukul
08.00 sampai dengan pukul 11.00 WIB. Kunjungan rumah terkadang
dilakukan bersama dengan perangkat desa dengan mengunjungi rumah
melalui kaedah survei di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang, terkadang dilakukan hanya oleh programmer
sendiri. Belum ada kader khusus untuk kesehatan lingkungan di setiap
Desa sehingga petugas masih mengandalkan kepala desa/RW/RT di
sekitar lingkungan rumah.

• Pengambilan Sampel Air untuk Pemeriksaan Kimia dan Bakteriologis


Dilakukan pengambilan sampel air untuk pemeriksaan bakteriologis dan
kimiawi
• Pemeriksaan Bakteriologis

Sampel yang telah diambil dibawah ke laboratorium untuk di periksa

• Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan : dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan

Pelaporan : dilakukan setiap awal bulan kepada kepala puskesmas

4.3.2.4. Pengawasan

Adanya pencatatan yang sistemik secara berkala tentang kegiatan


pengawasan kualitas sarana dan air bersih dilaksanakan 12 kali per tahun.
Kemudian data ini dilaporkan ke tingkat kabupaten minimal 3 bulan sekali.
Adanya rapat bulanan puskesmas tentang hasil pencapaian program upaya
kesehatan lingkungan mengenai pengawasan sarana air bersih.
4.3.3. Keluaran

4.3.3.1 Pendataan Jumlah Sarana Air Bersih yang Ada

Jumlah sarana air bersih pada wilayah kerja UPTD Puskesmas


Medangasem, Kabupaten Karawang periode januari 2019 sampai juni
2019 sebanyak 3.959 buah.
4.3.3.2. Data Jenis Sarana Air Bersih yang Ada

Jenis sarana air bersih yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Medangasem, Kabupaten Karawang terdiri dari PDAM, SPT, SGL,
dan Sumur Bor dengan Pompa.

4.3.3.3 Cakupan Jumlah Rumah Tangga yang Menggunakan Sarana Air Bersih

Cakupan =

14.180
×100 %=40,2%
35.221

Target:

80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten


Karawang)
Metode:
Pencatatan rumah yang menggunakan sarana air bersih setiap bulan di balai
desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang
periode Januari 2019 sampai dengan Juni 2019.

4.3.3.4 Cakupan Hasil Inspeksi Sarana Air Bersih


Cakupan =

2424
× 100 %=61,22 %
3959

Target :

80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten


Karawang)

Metode :

Mendatangi rumah tangga yang menggunakan SAB di wilayah kerja UPTD


Puskesmas Medangasem , Kabupaten Karawang periode Januari 2019
sampai dengan Juni 2019 dan hasil inspeksi diisikan ke dalam formulir
inspeksi sanitasi.

4.3.3.5 Cakupan Sarana Air Bersih yang Risiko Tingkat Pencemaran Rendah

Cakupan =

Tidak dilakukan

Target:

80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten


Karawang)

4.3.3.6 Cakupan pengambilan sampel air


Cakupan =

92
× 100 %=3,79 %
2424

Target :

80 % dalam setahun (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten


Karawang)

4.3.3.7 Cakupan jumlah SAB dengan pemeriksaan bakteriologis

Cakupan =

4
×100 %=40 %
10

Target: 100 % (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang)

4.3.4. Lingkungan

4.3.4.1. Lingkungan Fisik

Lokasi: Semua lokasi sarana air bersih dapat dijangkau dengan


sarana transportasi yang ada (sepeda motor) karena terdapat akses
jalan yang bisa dilalui sepeda motor.
Iklim: Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Sebagian
jalan becek dan banjir terutama bila musim hujan tetapi tidak
mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan.

Kondisi Geografis: Kondisi geografis tidak mempengaruhi


program pengawasan Kesehatan Lingkungan.
4.3.4.2 Lingkungan Non Fisik

Sosial Ekonomi : Mayoritas bekerja sebagai petani. Masyarakat


memiliki tingkat ekonomi yang cenderung rendah untuk membina
sarana air bersih yang memenuhi syarat.
Perilaku Masyarakat : Sebagian masyarakat sudah menggunakan
SAB sebagai keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar,
dan tempat pembuangan limbah keluarga, tetapi masih banyak
lagi yang menggunakan air irigasi sebagai sumber air.
4.3.5. Dampak
a. Langsung :

- Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas penyakit


berbasis lingkungan, seperti diare, penyakit kulit, dan tifoid
belum dapat dinilai.
- Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran tentang sarana air
bersih sehingga dapat meningkatkan jumlah sarana air bersih
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem
b. Tidak langsung :

- Masalah penyediaan dan pengawasan air bersih tidak lagi


menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang belum dapat dinilai.

4.3.6 Umpan Balik


• Adanya pencatatan dan pelaporan yang lengkap semua kegiatan
pengawasan sarana air bersih sesuai dengan waktu yang ditentukan
akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program
pengawasan sarana air bersih selanjutnya.
• Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan
satu kali yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang
telah dilaksanakan.

Bab V
Pembahasan Masalah

5.1 Masalah Menurut Unsur Keluaran

No Variabel Tolok Pencapaian Masalah


ukur
1 Cakupan Jumlah Rumah Tangga yang 80 % 40,2 % (+) 49,75%
Menggunakan Sarana Air Bersih

2 Cakupan Sarana Air Bersih yang Di 80 % 61,22 % (+) 23,47%


Inspeksi
3 Cakupan Sarana Air Bersih yang 80 % Tidak dilakukan (+)
Risiko Tingkat Pencemaran Rendah
4 Cakupan Pengambilan Sampel Air 80 % 3,79 % (+) 95,26%

5 Cakupan Jumlah Sarana Air Bersih 100 % 40 % (+) 60%


dengan Kualitas Bakteriologis yang
memenuhi Syarat Kesehatan

.2 Masalah Menurut Unsur Masukan

No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah


1 Tenaga Tersedianya minimal 2 orang • Hanya terdapat 1 orang tenaga (+)

(Man) sebagai coordinator dan Kesling yang merangkap sebagai


pelaksana program pengawasan koordinator dan pelaksana
SAB yang terampil program pengawasan SAB,
dibidangnya namun kurang optimal karena
petugas
berlatar belakang perawat

• Tidak adanya tenaga lulusan


kesehatan lingkungan
• Tidak ada kader terlatih untuk
membantu kegiatan pengawasan
SAB dan tidak mempunyai kader
kader desa untuk membantu
pelaksanaan program
2 Dana Tersedianya dana yang cukup, Tidak ada dana khusus untuk (+)

(Money) berasal dari APBD dan BOK program sarana air bersih, setiap
untuk petugas. kegiatan yang dilakukan
diikutsertakan dengan kegiatan
Keluarga Sehat.

3 Sarana - Formulir inspeksi sanitasi Sarana medis:

(Material) air bersih


• Sanitarian kit : Tidak ada
- Kotak air/ thermos/ botol (+)
• Hidrogen Sulfide (H2S) Test
steril Kits : Tidak ada (Uji kualitas air
- Tempat penyimpanan secara microbiologi)
kotak Sarana non medis:
(-)
air/ thermos/ botol steril • Infocus : Ada 1 buah (-)
- Formulir pengiriman • Layar : Ada 1 buah
sampel (-)
• Leaflet : Ada
- Formulir hasil (+)
• Lembar balik : Tidak ada
pemeriksaan sampel (+)
• Poster : Tidak ada
- Alat tulis
• Alat tulis : Ada (-)
- Sarana transportasi
• Buku pedoman Kesling : Ada (-)
(+)
• Checklist pemeriksaan SAB :
Tidak ada
(-)
• Sarana transportasi dinas : Ada
4 Metode - Dilakukan pendataan - Pendataan dilakukan 1x/tahun (-)
(Method jumlah dan jenis SAB dari setiap desa dalam laporan
- Dilakukan pemeriksaan data dasar tahunan
inspeksi SAB - Pendataan dilakukan setiap 16 (+)
- Dilakukan pengambilan kali dalam 1 bulan di setiap
sampel air dari sarana air desa dengan mengunjungi
bersih yang di inspeksi rumah yang berbeda. Tetapi
dilakukan pada 5 rumah tidak ada checklist untuk
dalam 1 wilayah yang mengetahui sarana air bersih
sama dan 1 sampel dari dengan tingkat pencemaran
Puskesmas. Sampel rendah. Hanya dengan kriteria
berjumlah 6 sampel air. fisik saja yaitu tidak berbau,
Pengambilan sampel tidak berwarna dan tidak
dilakukan minimal 2 kali berasa.
dalam setahun - Dilakukan pengambilan dan
- Dilakukan pemeriksaan pemeriksaan sampel untuk (-)
sarana air bersih untuk pemeriksaan bakteriologis
pemeriksaan kimia dan - Pencatatan dilakukan setiap
bakteriologis air kegiatan, dan pelaporan tiap (-)
- Pencatatan dan pelaporan awal bulan kepada kepala
puskesmas

5.3 Masalah Menurut Unsur Proses

No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah


1 Perencanaan Terdapatnya perencanaan Pengawasan dilakukan 16x (+)
tertulis terhadap kegiatan sebulan. Tidak terdapatnya
pengawasan sarana air bersih perencanaan perincian tertulis
meliputi siapa yang melakukan, terhadap kegiatan pengawasan
dimana tempat kegiatan sarana air bersih meliputi siapa
dilakukan, kapan kegiatan yang melakukan, dimana tempat
dilakukan dan bagaimana cara kegiatan dilakukan, kapan kegiatan
melakukan. dilakukan dan bagaimana cara
Perencanaan kegiatan disusun melakukan dan tidak berkala
minimal 1 bulan sebelumnya. disusun oleh petugas kesehatan
lingkungan.
2 Pengorganis Dibentuk struktur organisasi, Telah dibentuk struktur (+)
asian kepala puskesmas sebagai organisasi yang jelas dengan
penanggungjawab program, kepala puskesmas sebagai
melimpahkan kekuasaan penanggung jawab program dan
kepada koordinator program melimpahkan kekuasaan kepada
(programer), kemudian koordinator program yang juga
melakukan koordinasi dengan berperan sebagai pelaksana
pelaksana program. program. Hal ini terbatas karena
hanya terdapat 1 orang pelaksana
program, dan berlatarbelakang
perawat bukan lulusan kesehatan
lingkungan.
3 Pelaksanaan Sesuai dengan rencana dan Pendataan SAB sudah dilakukan (+)
metode yang telah ditetapkan, dengan baik yakni 1 kali setahun
dilaksanakan secara berkala : dari setiap desa, namun
pemeriksaan dan inspeksi SAB pengawasan belum optimal
minimal 1x/bulan, pengambilan dikarenakan tidak ada perincian
sampel untuk pemeriksaan atau jadwal tertulis terhadap
kimia dan mikrobiologi air kegiatan, pemeriksaan
2x/tahun pengawasan sarana air bersih
dikatakan dilakukan 16 kali
sebulan, namun tidak ada data
laporan tertulis dan dilakukan
pengambilan sampel air sehingga
dan dilakukan pemeriksaan
bakteriologis air di laboratorium.
4 Pengawasan Adanya pencatatan tiap Pencatatan tiap bulan dan tiap (-)
bulan/tahunan dan pelaporan tahun dan laporan hasil
secara berkala tentang pemeriksaan ke Dinas Kesehatan
kegiatan pengawasan kualitas tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan
air ke tingkat Kabupaten
minimal 3 bulan sekali dan
apabila terjadi kejadian luar
biasa karena penurunan kualitas
air.

5.4 Masalah Menurut Unsur Lingkungan

N Pengaruh
o Lingkungan
1 Fisik Sebagian jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak jalan
yang belum di aspal, sebagian jalan becek dan banjir terutama
bila musim hujan tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan.

2 Non Fisik  Sosial Ekomoni

Mayoritas bekerja sebagai petani. Sebagian besar masyarakat


memiliki tingkat ekonomi yang rendah untuk membina sarana
air bersih yang memenuhi syarat
 Perilaku Masyarakat

Beberapa masyarakat sudah menggunakan SAB untuk


keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan
tempat pembungan limbah keluarga, tetapi masih banyak lagi
yang menggunakan air irigasi dan air sungai sebagai sumber
air.
Bab VI

Perumusan Masalah

6.1. Masalah Sebenarnya (Menurut Keluaran)


Berdasarkan hasil laporan program upaya kesehatan lingkungan
mengenai sarana air bersih di UPTD Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang periode Januari 2019 sampai dengan Juni 2019,
didapatkan beberapa masalah :

• Cakupan jumlah rumah tangga yang menggunakan


air dari sarana air bersih 40,2 % dari target 80 %
dengan masalah sebesar 49,75 %.
• Cakupan sarana air bersih yang di inspeksi 61,22 %
dari target 80 % dengan masalah sebesar 23,47 %
• Cakupan sarana air bersih yang risiko tingkat
pencemaran rendah tidak dilakukan
• Cakupan pengambilan sampel air 3,79 % dari target
80 % dengan masalah sebesar 95,26 %.

• Cakupan Jumlah Sarana Air Bersih dengan kualitas


bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan
sebesar 40 % dengan besar masalah 60%

6.2. Masalah dari Unsur Lain (Penyebab)

Berdasarkan hasil evaluasi program upaya kesehatan lingkungan


mengenai sarana air bersih di UPTD Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang periode Januari 2019 sampai dengan Juni 2019,
didapatkan beberapa penyebab masalah, yaitu :
6.2.1 Masukan

1. Tenaga (Man)

Hanya terdapat satu tenaga kesehatan lingkungan yang merangkap


sebagai koordinator dan pelaksana program pengawasan sarana air
bersih, namun kurang optimal karena petugas berlatar belakang
perawat dan tidak adanya tenaga lulusan kesehatan lingkungan.
Petugas tidak memiliki kader terlatih untuk membantu kegiatan
pengawasan SAB dan tidak memiliki kader-kader desa untuk
membantu pelaksanaan program pengawasan SAB. Hal ini
menyulitkan untuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap 3.959
Sarana Air Bersih yang tersebar di 3 desa, dengan area kerja seluas
1.713 Ha.

2. Dana (Money)

Tersedianya dana BOK dan kapitasi, tetapi tidak ada laporan


perincian dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan untuk
pengawasan sarana air bersih.

3. Sarana (Material)

Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu program


pengawasan sarana air bersih, seperti tidak adanya sanitariankit,
formulir inspeksi, poster dan lembar balik.

4. Metode

Perencanaan jadwal pengawasan tidak disusun lebih rinci dan


berkala. Pemeriksaan sarana air bersih dengan tingkat pencemaran
yang rendah tidak dilakukan.
6.2.2. Proses

1. Perencanaan

Pengawasan dikatakan dilakukan 16x sebulan namun tidak ada


perincian laporan kegiatan. Tidak terdapat perencanaan tertulis
terhadap kegiatan pengawasan sarana air bersih meliputi siapa yang
melakukan, dimana tempat kegiatan dilakukan, kapan kegiatan
dilakukan dan bagaimana cara melakukan, yang seharusnya
perencanaan kegiatan dapat disusun minimal 1 bulan sebelumnya.

2. Pengorganisasian

Struktur organisasi sudah jelas, namun belum optimal karena hanya


terdapat 1 orang pelaksana program.

3. Pelaksanaan

Pendataan SAB sudah dilakukan dengan baik yakni 1 kali setahun


dari setiap desa, namun pengawasan belum optimal dikarenakan
tidak ada perincian atau jadwal tertulis terhadap kegiatan,
pemeriksaan pengawasan sarana air bersih dikatakan dilakukan 16
kali sebulan.
Bab VII

Prioritas Masalah

7.1 Masalah menurut keluaran

a. Cakupan jumlah rumah tangga yang menggunakan air dari sarana air bersih
40,2 % dari target 80 % dengan masalah sebesar 49,75 %.

b. Cakupan sarana air bersih yang di inspeksi 61,22 % dari target 80 % dengan
masalah sebesar 23,47 %

c. Cakupan sarana air bersih yang risiko tingkat pencemaran rendah tidak
dilakukan

d. Cakupan pengambilan sampel air 3,79 % dari target 80 % dengan masalah


sebesar 95,26 %.

e. Cakupan Jumlah Sarana Air Bersih dengan kualitas bakteriologis yang


memenuhi syarat kesehatan sebesar 40 % dengan besar masalah 60%

Tabel 1. Prioritas Masalah


Masalah
No Parameter
a B c d e
1 Besarnya masalah 5 3 1 5 5
2 Berat ringannya masalah 5 4 3 4 4
Keuntungan sosial karena
3 5 5 4 4 4
terselesainya masalah
Sumber daya yang tersedia untuk
4 5 5 5 4 1
menyelesaikan masalah
5 Teknologi yang tersedia 4 5 5 3 1
Jumlah 24 22 18 20 15
Yang menjadi prioritas masalah :

1. Cakupan jumlah rumah tangga yang menggunakan air dari sarana air bersih
40,2 % dari target 80 % dengan masalah sebesar 49,75 %.

2. Cakupan sarana air bersih yang di inspeksi 61,22 % dari target 80 % dengan
masalah sebesar 23,47 %.

Bab VIII

Pemecahan Masalah
Masalah 1
Cakupan jumlah rumah tangga yang menggunakan air dari sarana air bersih
40,2% dari target 80 % dengan masalah sebesar 49,47 %.
Penyebab masalah:

a. Tenaga

Kurangnya tenaga pada program kesehatan lingkungan di UPTD


Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang dimana petugas
bertugas sebagai koordinator sekaligus pelaksana program
kesehatan lingkungan, kurang optimal dikarenakan petugas berasal
dari lulusan perawat. Tidak adanya tenaga lulusan kesehatan
lingkungan, tidak memiliki kader desa untuk membantu
pelaksanaan program.
b. Dana

Tidak ada dana khusus untuk program sarana air bersih, setiap
kegiatan yang dilakukan diikutsertakan dengan kegiatan Keluarga
Sehat.

c. Perencanaan
Perencanaan kegiatan pengawasan sarana sarana air bersih
dilakukan 16 kali dalam sebulan namun tidak ada pelaporan
kegiatan yang rinci setiap kegiatan dilaksanakan dan belum adanya
jadwal kegiatan pengawasan dalam bentuk tertulis.

d. Sarana

Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu


program pengawasan sarana air bersih, seperti tidak adanya
sanitariankit, formulir inspeksi sanitasi, poster, dan lembar balik
yang dapat digunakan untuk penyuluhan kepada ibu-ibu rumah
tangga tentang pentingnya menggunakan air bersih.
Penyelesaian masalah:
a. Tenaga

Melakukan penambahan tenaga kesehatan lingkungan dengan


latarbelakang lulusan kesehatan lingkungan atau melakukan
kerjasama lintas program. Melakukan pelatihan kader-kader
kesehatan lingkungan untuk di setiap desa sehingga dapat membantu
dalam pendataan sarana air bersih.
b. Dana

Dilakukan rincian laporan dana yang telah diterima dan yang telah
dikeluarkan untuk program sarana air bersih, dan dilakukan pencarian
sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas untuk pelatihan kader.
c. Perencanaan

Membuat perencanaan tertulis terhadap semua kegiatan pengawasan


sarana air bersih meliputi siapa yang melakukan, dimana tempat
kegiatan dilakukan, kapan kegiatan dilakukan. Serta merencanakan
jadwal pengawasan sarana air bersih secara lebih berkala minimal 1
bulan sebelumnya sehingga pelaksana program memiliki rencana
yang sistematis dalam memenuhi target.
d. Sarana

Mengalokasikan dana yang ada untuk melengkapi sarana yang belum


lengkap.
Masalah 2
Cakupan sarana air bersih yang di inspeksi 61,22 % dari target 80 % dengan
masalah sebesar 23,47 %.
Penyebab masalah:

a. Tenaga

Kurangnya tenaga untuk melakukan inspeksi kualitas sarana air


bersih, tidak adanya tenaga lulusan kesehatan lingkungan, tidak
memiliki kader untuk membantu pelaksanaan program.
b. Dana
Tidak ada dana khusus untuk program sarana air bersih, setiap
kegiatan yang dilakukan diikutsertakan dengan kegiatan Keluarga
Sehat.
c. Perencanaan

Perencanaan kegiatan pengawasan sarana sarana air bersih dikatakan


dilakukan 16 kali dalam sebulan namun tidak ada laporan kegiatan
pengawasan dalam bentuk tertulis.
d. Pelaksanaan

Pelaksanaan belum optimal, dimana pada pelaksanannya hanya satu


orang dan dikatakan harus dilakukan 16x dalam sebulan. Selain itu
dalam pelaksanaannya tidak terdapat jadwal dan target pemeriksaan
yang tepat sehingga mempengaruhi jumlah kuantitas sarana air bersih
yang diperiksa.
Penyelesaian masalah:

a. Tenaga

Penambahan tenaga kesehatan lingkungan yang direkrut dari tenaga


kesehatan lain di Puskesmas atau perekrutan tenaga yang ahli dalam
bidang kesehatan lingkungan yang berasal dari luar puskesmas.
Dilakukan pelatihan kader-kader kesehatan lingkungan ditiap desa.
Serta melakukan kerja sama lintas program dalam inspeksi sarana air
bersih.
b. Dana

Dilakukan pelaporan dana yang telah diterima dan yang telah


digunakan unruk program sarana air bersih, dan dilakukan pencarian
sumber-sumber dana yang baru di Puskesmas untuk pelatihan kader.
c. Perencanaan

Membuat perencanaan tertulis terhadap semua kegiatan pengawasan


sarana air bersih meliputi siapa yang melakukan, dimana tempat
kegiatan dilakukan, kapan kegiatan dilakukan. Serta merencanakan
jadwal pengawasan sarana air bersih secara lebih berkala minimal 1
bulan sebelumnya sehingga pelaksana program memiliki rencana
yang sistematis dalam memenuhi target.
d. Pelaksanaan
Mengikuti perencanaan yang telah dibuat untuk memenuhi target
serta membuat jadwal pelaksanaan sebelum dilakukan kegiatan
pemeriksaan pengawasan sarana air bersih minimal 1 bulan
sebelumnya dan tetapkan target pemeriksaan dari wilayah yang akan
diperiksa sehingga pelaksana program mengetahui dengan jelas
berapa jumlah sarana air bersih yang harus di inspeksi pada setiap
pemeriksaan untuk memenuhi targetnya.
Bab IX
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program upaya kesehatan lingkungan mengenai
pengawasan sarana air bersih dengan cara pendekatan sistem, dapat
diambil kesimpulan bahwa program ini di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Medangasem, Kabupaten Karawang, periode Januari 2019 sampai dengan
Juli 2019 dikatakan bahwa program belum mencapai target karena masih
ditemukan beberapa masalah yang mempengaruhi keberhasilan program
ini. Adapun dari evaluasi yang didapatkan:
a. Jumlah sarana air bersih di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medangasem,
Kabupaten Karawang, periode Januari 2019 sampai dengan Juli 2019 sebanyak
3.959 buah yang terdiri dari PDAM, SGT, SGL, dan SBDP.
b. Cakupan jumlah rumah tangga yang menggunakan air dari sarana air bersih
40,2 % dari target 80 % dengan masalah sebesar 49,75 %.
c. Cakupan sarana air bersih yang di inspeksi 61,22 % dari target 80 % dengan
masalah sebesar 23,47 %.
d. Cakupan sarana air bersih yang risiko tingkat pencemaran rendah tidak
dilakukan.
e. Cakupan pengambilan sampel air 3,79 % dari target 80 % dengan masalah
sebesar 95,26 %.
f. Cakupan Jumlah Sarana Air Bersih dengan kualitas bakteriologis yang
memenuhi syarat kesehatan sebesar 40 % dengan besar masalah 60%
9.2 Saran
• Membuat perencanaan dan jadwal tertulis meliputi siapa yang
melakukan, dimana tempat kegiatan dilakukan, kapan kegiatan
dilakukan, dan bagaimana caa melakukan untuk menjalankan setiap
kegiatan pengawasan sarana air bersih minimal 1 bulan sebelum
kegiatan dilaksanakan, dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan program
• Mengadakan kerja sama lintas program agar tenaga kesehatan bagian
lain dapat membantu terlaksananya program kesehatan lingkungan,
bila perlu diusulkan untuk mencari 1 tenaga kerja kesehatan baru
dengan lulusan kesehatan lingkungan dan dilakukan pelatihan kader-
kader desa untuk dapat membantu terlaksananya program kesehatan
lingkungan.
• Menegakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang
intensif kepada masyarakat tentang pentingnya sarana air bersih.
• Membuat rincian dana operasional dalam bentuk laporan tertulis yang
berhubungan dengan kegaiatan pengawasan sarana air bersih, usulkan
sarana yang belum tersedia seperti poster, leaflet, dan lembar balik
dan lakukan penyuluhan menggunakan sarana tersebut kepada
masyarakat setempat khususnya ibu-ibu rumah tangga tentang
pentingnya menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka
1. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan
Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan Buku II. 2004.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program air bersih dan
sanitasi. Jakarta: Depkes RI; 2004.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Survei Kesehatan
Nasional (SURKESNAS) tahun 2004. Jakarta : Depkes RI, 2009.
4. WHO/UNICEF. Water, sanitation dan hygiene : water supply.
Updated 1 September 2019. Diunduh dari
:http://www.unicef.org/wash/index_watersecurity.html. 26 Juli 2019.
5. World Health Organization. Diarrhoeal Disease. [online]. September
2019 Diunduh dari
:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/. 26 J 2019.
6. Trihono. Riset kesehatan dasar nasional 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Diunduh dari
:http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf. 2 September 2019
7. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Diunduh dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf. 2
September 2019
8. Departeman Kesehatan. Pembangunan sarana air bersih berbasis
masyarakat. Jakarta: Depkes RI; 2011.
9. Masalah air bersih, diundur dari:
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Laporan/airber.html. 2 September
2019
10. Susanto DH. Pedoman evaluasi program. Jakarta: UKRIDA;
2011.h.5-9.
Lampiran I

Tabel 1. Jumlah Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas


Medangasem Periode Januari 2019 sampai Juni 2019
Lampiran II
Leaflet Sarana Air Bersih

Anda mungkin juga menyukai