Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 4

Anggota:

1. Adimas Wicaksono 19401241046


2. Frisca Dyan Areza 19401244006
3. Octavia Wulandari 19401244019
4. Iga Harwenita 19401244025
5. Fardha Lifianika 19401244026

Perlukah dilakukan restrukturisasi Dewan Keamanan dan hak veto yang dimiliki negara-
negara anggota tetap Dewan Keamanan?

Jawaban:

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) merupakan organisasi internasional yang menaungi


negara-negara di dunia. PBB didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 dan diikuti oleh 193 negara
anggota. PBB bertujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional,
mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa berdasarkan prinsip-prinsip persamaan
derajat, mencapai kerjasama internasional dalam memecahkan persoalan internasional di bidang
ekonomi, sosial dan kebudayaan serta masalah-masalah kemanusiaan, hak-hak asasi manusia serta
menjadi pusat bagi penyelenggaraan segala tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam mencapai
tujuan bersama. Untuk mencapai maksud dan tujuan dalam Piagam, PBB memerlukan alat
kelengkapan yaitu Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan
Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat.

Salah satu organ utama PBB yang paling menonjol adalah Dewan Keamanan. Organ ini
beranggotakan lima belas negara, yang mana lima negara merupakan anggota tetap dan sepuluh
sisanya merupakan anggota tidak tetap. Piagam PBB memberikan mandat kepada Dewan
Keamanan sebagai menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Piagam PBB juga
memberikan kewenangan kepada Dewan Kemanan untuk:

1. menginvestigasi situasi apapun yang mengancam perdamaian dunia;

2. merekomendasikan cara penyelesaian sengketa secara damai;


3. meminta seluruh negara anggota PBB sebagai memutuskan hubungan ekonomi, serta laut,
udara, pos, komunikasi radio, atau hubungan diplomatic; dan

4. memainkan keputusan Dewan Keamanan secara militer, atau dengan cara-cara lainnya

Negara anggota tetap Dewan Keamanan memiliki sebuah hak istimewa yang disebut hak
veto. Hak Veto ialah merupakan hak yang dimana dipakai untuk membatalkan sebuah keputusan,
ketetapan, rancangan peraturan dan undang-undang atau resolusi. Hak Veto ini biasanya melekat
pada salah satu lembaga tinggi negara atau pada hewan keamanan pada lembaga PBB. Hak veto
merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa
Bangsa (DK PBB) yakni Amerika Serikat, China,Inggris, Perancis dan Rusia.

Hak Veto yang dimiliki oleh lima negara anggota tetap DK PBB ini dibahas secara detail
dan teratur pada saat merumuskan Piagam PBB di Dumbarton Oaks, di Yalta, dan di San Fransisco.
Adanya hak istimewa berupa hak veto tersebut, kekuasaan yang dimiliki oleh Tiongkok, Perancis,
Inggris, Rusia, dan Amerika Serikat tidak menjadi pembeda antara negara anggota tetap dengan
negara anggota DK PBB lainnya. Kewajiban dan tanggung jawab yang dimiliki oleh anggota tetap
dewan keamanan tetaplah sama. Sesuai yang tercantum didalam piagam PBB, tangung jawab
dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia berada pada tangung jawab dari pihak Dewan
Keamanan sehingga tidak saja menjadi tanggung jawab dari negara pemegang hak veto.

Kekuatan hak veto yang awalnya merupakan hak istimewa guna membantu peran dari
Dewan Keamanan dalam fungsinya untuk perdamaian dan keamanan nasional. Namun pada
faktanya, penggunaan hak veto ini tidak sesuai dengan yang semestinya. Negara yang memiliki
hak istimewa berupa hak veto ini terkadang menggunakan hak vetonya tanpa batas, salah satunya
dilakukan oleh Negara Amerika Serikat. Sehingga dapat dikatakan bahwa adanya hak veto
menjadikan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan memiliki posisi atau kedaulatan lebih
dibandingkan negara-negara anggota DK PBB lainnya. Sehingga hal ini bertentangan dengan asas
persamaan kedaulatan (principle of the sovereign equality). Masyarakat Internasional menganggap
Dewan Keamanan tidak objektif dan lamban dalam upaya menyelesaikan sengketa internasional
yang berdampak pada masalah kemanusiaan akibat terlampau sering menggunakan hak vetonya.

Keberadaan hak veto saat ini banyak mendapat kritikan dari masyarakat internasional
karena disalahgunakan untuk kepentingan negara pemegang hak veto. Negara anggota tetap
Dewan Keamanan dapat menggunakan hak vetonya berkali-kali tanpa batas sehingga konflik yang
seharusnya bisa diselesaikan menjadi tidak bisa diselesaikan secara tuntas karena menyangkut
kepentingan pribadi negara pemegang hak veto. Berikut ini merupakan contoh kasus berkaitan
dengan tugas dari Dewan Keamanan PBB.

a. Rusia dan Tiongkok yang memveto resolusi PBB untuk memberikan sanksi terhadap Suriah
karena dugaan penggunaan senjata kimia dalam konflik Suriah. Telah tujuh kali bagi Rusia
dan keenam kalinya bangi Tiongkok menggunakan hak veto-nya. Tuduhan PBB ini dibantah
oleh Presiden Bashar Al-Assad namun hasil penyelidikan menunjukkan bahwa pemerintah
Suriah terbukti menggunakan senjata kimia dalam tiga serangan pada tahun 2014-2015. Akan
tetapi Tiongkok menyatakan bahwa terlalu dini untuk menjatuhkan sanksi saat investigasi
masih berlangsung.
b. Amerika Serikat memveto rancangan resolusi yang diusulkan Mesir atas rencana Presiden
Amerika Serikat Donald Trump dalam pemindahan kantor kedutaan dari Tel Aviv ke
Yerussalem. Ketika dibawa ke sidang Dewan Keamanan PBB mayoritas negara anggota
menyatakan setuju dengan usul Mesir. Akan tetapi Amerika Serikat tidak menyetujui hal ini
dan keputusan Amerika Serikat memiliki peran strategis dalam pengambilan keputusan di
PBB sebab hak veto yang dimilikinya.
Beberapa kasus diatas merupakan contoh dari penyelewengan atau penggunaan hak veto
yang tidak digunakan sebagaimana mestinya. Hal inilah yang menjadi alasan hak veto dianggap
tidak relevan lagi bagi Dewan Keamanan dalam mewujudkan keamanan dan perdamaian dunia.
Hak veto dinilai tidak demokratis dan tidak efektif lagi untuk menyelesaikan konflik antar negara.

Pada saat ini opini yang berkembang pada masyarakat internasional, mengatakan bahwa
keberadaan lima negara anggota tetap DK PBB dengan hak vetonya itu perlu ditinjau kembali,
karena perkembangan dunia yang sudah semakin global dan demokrasi yagn semakin
berkembang, serta berlarut-larutnya upaya penyelesaian sengketa internasional yang membawa
dampak pada masalah kemanusiaan akibat digunakannya hak veto.

Hak veto merupakan warisan Perang Dunia II yang memberikan keistimewaan kepada
negara-negara kuat sudah tidak releven lagi diterapkan pada masa globalisasi dan ketika peta
politik internasional sudah berubah. Hak veto DK PBB perlu di restrukturisasi atau direformasi,
terutama agar dapat mengakomodasi perkembangan internasional, khususnya negara-negara dari
dunia ketiga. Untuk keperluan tersebut, Pasal 108 dan 109 Piagam PBB mengatur tentang
perubahan terhadap ketentuan Piagam yang dianggap tidak relevan lagi.

Referensi

Afrilianti, D., Ardiyanto, B., & Pebrianto, D, Y. (2021). Pengapusan Hak Veto Dalam Rangka
Reformasi Dewan Keamanan PBB. Journal of International Law, 2 (2): 210-234.

Sulbianti. (2016). Hak Veto Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Kaitan Dengan
Prinsip Persamaan Kedaulatan. Jurnal Kertha Negara, 4 (3): 1-7.

Nasution, Aiy. (2016). Hak Veto Negara Anggota Tetap DK PBB. Diakses pada
http://repository.unpas.ac.id/562/2/BAB%20II.pdf 2 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai