Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................2

A. Latar Belakang...........................................................................................................2

B. Rumusan masalah.....................................................................................................3

C.Tujuan.........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................4

A. Definisi......................................................................................................................4

B. Badan-badan dalam PBB...........................................................................................4

a. Klasifikasi Sengketa Internasional.............................................................................7

b. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara..............................................................8

C. Kekuatan Mengikat Keputusan Mahkamah Internasional.......................................10

D. Sengketa Jerman dan Italia serta Upaya PBB.........................................................10

BAB III PENUTUP..........................................................................................................13

A. Simpulan..................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembentukan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak bisa dilepaskan dari


organisasi internasional pertama, yakni Liga Bangsa-Bangsa (LBB). LBB didirikan pada
tahun 1919, dan dibubarkan pada tahun 1946. PBB berdiri pada 24 Oktober 1945
dikarenakan LBB kesulitan dalam menghadapi konflik dunia setelah Perang Dunia I. Bahkan,
Perang Dunia II tetap terjadi dan tak bisa dihentikan. Menjelang berakhirnya PD II, negara-
negara kubu Sekutu sepakat membentuk organisasi global yang menangani urusan
antarnegara yang disebut PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa).

Usulan ini pertama kali disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat Franklin
D.Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill ketika menandatangani Piagam
Atlantik pada Agustus 1941. Nama "United Nations" dipilih sebagai simbol perlawanan
terhadap negara yang bertentangan dengan kubu Sekutu, yakni Jerman, Italia dan Jepang.
Pada 1 Januari 1942, Declaration by United Nations, ditandatangani oleh 26 negara dan berisi
tujuan perang negara-negara Sekutu. Kemudian pada Konferensi Yalta, pertemuan Big Three
pada Februari 1945 melahirkan dasar PBB. Sedangkan dalam Konferensi Dumbarton Oaks di
Washington DC, para diplomat tiga negara (AS, Inggris, Uni Soviet) bertemu dengan
diplomat China. Negara empat besar atau "Big Four" ini merumuskan tujuan, struktur, dan
fungsi PBB. Dan pada Konferensi Yalta Franklin D.Roosevelt, Churchill, dan pemimpin Uni
Soviet, Josef Stalin menyapakati sistem pemungutan suara dalam PBB. Mereka juga
menyepakati bahwa PBB akan meneruskan kerja dan wewenang LBB. Pada 25 April 1945,
perwakilan dari 50 negara hadir dalam Konferensi PBB tentang Organisasi Internasional di
San Francisco. Mereka yang mengirim perwakilan yakni sembilan negara dari Eropa, 21 dari
Amerika, tujuh dari Timur Tengah, dua dari Asia Timur, tiga dari Afrika, dan masing-masing
satu dari Ukraina dan Belarusia. Kemudian ada lima dari negara-negara persemakmuran
Inggris. Adapun Polandia yang tak mengirim perwakilan, tetap diikutkan sebagai anggota
PBB. Perwakilan negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berdikusi soal masalah dunia
dan peran PBB. Utamanya soal politik, ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Mereka juga
membahas soal status koloni dan negara jajahan. Begitu juga pertahanan dan dominasi
negara-negara adikuasa, dan kesetaraan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, kami mengambil rumusan masalah tentang


bagaimana efektivitas dan kiprah PBB dalam menjaga perdaimaian dunia setelah LBB
dibubarkan.

C.Tujuan

1. Sebagai kajian literature sejarah tentang peran PBB dalam perdamaian dunia
2. Menambah wawasan tentang peran PBB dan efektivitas PBB dalam hubungan
internasional.
3. Untuk menyelesaikan tugas makalah Sejarah Minat agar mendapat nilai dari
tugas tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

PBB adalah organisasi internasional antar pemerintah yang bertujuan untuk menjaga
perdamaian dan keamanan internasional, membina hubungan persahabatan antar bangsa, dan
membangun kerjasama internasional. Pada saat didirikan, PBB memiliki 51 negara anggota.
Saat ini, PBB memiliki 193 negara anggota. Jumlah ini, hampir mencakup seluruh negara di
dunia. Negara terakhir yang bergabung dengan PBB adalah Sudan Selatan pada 2011 lalu.
Indonesia menjadi anggota PBB pada 28 September 1950.1

B. Badan-badan dalam PBB

Ada enam badan utama PBB yakni:

1. Majelis Umum
Majelis atau Sidang Umum PBB adalah badan utama PBB. Anggotanya
adalah seluruh anggota PBB, saat ini berjumlah 193 negara. Setiap bulan September,
seluruh anggota PBB bertemu di General Assembly Hall di Markas PBB di New York
untuk sidang dan debat. Kebijakan terkait keamanan, anggaran, keangggotaan,
diputuskan dalam Majelis Umum dengan ketentuan minimal 2/3 suara mayortitas.
Setiap tahun, Majelis Umum memilih Presiden untuk memimpin dengan masa jabatan
satu tahun.
2. Dewan Keamanan
Terdiri dari 5 anggota tetap yang mempunyai Hak Veto 2yakni Amerika
Serikat, Inggris, Rusia, Perancis, dan Cina, 10 anggota tidak tetap yang dipilih untuk
masa 2 tahun oleh Majelis Umum. Dewan Keamanan bertindak untuk kepentingan
semua anggota PBB.
Dewan Keamanan mengusahakan tersedianya pasukan – pasukan bersenjata, bantuan
dan fasilitas – fasilitas yang perlu untuk memelihara perdamaian dan keamanan
internasional.

1
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210528120130-140-647822/sejarah-berdirinya-pbb-
pengertian-tujuan-dan-anggota (diakses pada 10 Februari 2022)
2
hak istimewa yang bisa digunakan untuk membatalkan keputusan dari anggota Dewan Keamanan PBB.
Dewan Keamanan memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional selaras dengan asas – asas
dan tujuan PBB
2. Menyelidiki tiap – tiap persengketaan/ situasi yang dapat menimbulkan
pergeseran internasional
3. Mengusulkan metode – metode untuk menyelesaikan sengketa – sengketa yang
demikian/ syarat – syarat penyelesaian
4. Merumuskan rencana – rencana untuk menetapkan suatu sistemmengatur
persenjataan
5. Menentukan adanya suatu ancaman terhadap perdamaian/ tindakan agresi dan
mengusulkan tindakan apa yang harus diambil
6. Menyerukan untuk mengadakan sanksi – sanksi ekonomi dan tindakan lain yang
bukan perang untuk mencegah/ menghentikan aggressor
7. Mengadakan aksi militer terhadap seorang aggressor
8. Mengusulkan pemasukan anggota – anggota baru dan syarat - syarat dengan
Negara – Negara dapat menjadi pihak dalam status Mahkamah Internasional
9. Melaksanakan fungsi – fungsi perwalian PBB di daerah strategis
10. Mengusulkan kepada Majelis Umum pengangkatan seorang Sekretaris Jenderal
dan bersama – sama dengan Majelis Umum, pengangkatan dan para hakim dari
Mahkamah Internasional
11. Menyampaikan laporan tahunan dan khusus kepada Majelis Umum.
3. Dewan Perwalian
Dewan ini dibuat untuk mengawasi 11 daerah perwalian yang berada di bawah
kekuasaan tujuh negara anggota PBB., Pada 1994 11 daerah ini berhasil meraih
kemerdekaan. Negara perwalian terakhir yakni Palau yang merdeka 1 Oktober 1994.
Setelah itu, tepatnya pada 1 November 1994, Dewan Perwalian dibekukan. Kini,
dewan ini berkumpul dan bekerja sesuai dengan kebutuhan.
4. Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional adalah lembaga kehakiman Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang berkedudukan di Den Haag Belanda. Lembaga peradilan ini didirikan
pada tahun 1945 berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Didirikannya
International Court Of Justice adalah untuk menyelesaikan kasus-kasus persengketaan
dengan cara damai dan dilarang menggunakan cara kekerasan, sehingga Negara-
negara yang sedang bersengketa tidak perlu menyelesaikan sengketa dengan cara
kekerasan. Tugas utama dari International Court Of Justice adalah untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa internasional mencakup bukan saja sengketa-
sengketa antar Negara saja, melainkan juga kasus-kasus lain yang berada dalam
lingkup pengaturan internasional, Dalam menyelesaikan sengketa antar Negara,
Internasional Court of Justice mempunyai kewena- ngan / yuridiksi yang meliputi
kewenangan untuk memutuskan perkara-per- kara para pihak yang bersengketa dan
kewenangan untuk memberikan Opini-opini / Nasihat kepada Negara-negara yang
meminta, selain itu Inter- national Court Of Justice juga dapat memberikan opini /
nasihat yang diminta oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB, serta badan-
badan lain dari PBB selama diijinkan oleh Majelis Umum. Dan berkaitan dengan
putusan dari International Court Of Justice, putusan hanya mempunyai kekuatan
mengikat terhadap pihak-pihak dan hanya berhubungan dengan perkara khusus dari
para pihak tersebut. Putusan International Court Of Justice wajib dilaksanakan oleh
pihak-pihak yang bersengketa, jika ada negara tidak mematuhi keputusan, maka ada
beberapa sanksi yang diterapkan untuk memaksa negara tersebut mematuhinya.
5. Sekretariat
Sekretariat PBB yaitu salah satu badan utama dari Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang dikepalai oleh seorang Sekretaris Jenderal, ditolong oleh pekerja sipil
internasional yang memainkan pekerjaan di seluruh dunia. Sekretariat PBB
memberikan dukungan kerja dan pelayanan untuk semua badan PBB lainnya di dalam
sistem keseluhan dan mengatur program serta kebijakan yang dijalankan oleh mereka.
Sekretariat ini mempunyai banyak tugas, dari administrasi operasi pemelihara
perdamaian PBB sampai membuat penelitian tentang tren sosial dan ekonomi dunia.
Kegiatan dari Sekretariat PBB mengikutsertakan sekitar 44.000 pegawai sipil
internasional di seluruh dunia dengan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. Kepastian
dalam menjadi pegawai sipil PBB diatur oleh berbagai mekanisme ujian PBB di
penjuru dunia, dengan bagian pendaftaran yang sangat kompetitif. Syarat untuk
melakukan pekerjaan menjadi anggota atau staf Sekretariat PBB, menurut Piagam
PBB termasuk "standar efisiensi, kompetensi dan integritas terbaik". Anggota staf
diangkat oleh Sekretaris Jenderal dan diletakkan dalam badan-badan PBB, serta dapat
diberi tugas secara permanen maupun sementara. Dalam rekruitmen staf,
keberagaman latar balik geografis atau kewarganegaraan menjadi salah satu faktor
utama untuk mencerminkan cakupan negara anggota PBB.
Walaupun dijaga dalam hal kewarganegaraannya, anggota Sekretariat PBB
merupakan staf internasional. Piagam PBB menyebutkan bahwa anggota staf
bertanggung jawab "hanya untuk organisasi PBB" dan dilarang melakukan suatu
sikap yang dibuat maupun memberikan pengaruh yang mencerminkan keterikatan
khusus dengan satu pemerintahan atau organisasi di luar PBB.
Sekretariat PBB adalah anggota yang penting dan mendasar dari PBB, karena
bertanggung jawab atas pengaturan kegiatan yang dipekerjakan dari Sekretaris-
Jenderal PBB. Sekretariat juga bertanggung jawab dalam mempublikasikan berbagai
perjanjian dan tratat internasional yang telah diproduksi oleh PBB. Peran Sekretariat
PBB juga bisa berubah sewaktu-waktu bergantung pada kegiatan yang dipekerjakan
PBB yang hadir. Sekretariat PBB juga bekerja dalam menjaga kontak dengan media
di seluruh dunia untuk mempromosikan kinerja PBB di seluruh dunia. Hal ini
kebanyakan dilakukan melalui pengorganisasi konferensi-konferensi internasional.
Sekretariat juga bertanggung jawab dalam penerjemahan dokumen-dokumen ke
dalam bahasa-bahasa resmi PBB. Selain itu Sekretariat PBB mengatur penggajian
para staf di berbagai badan PBB. Dalam garis akbar Sekretariat menjadi tumpuan atau
kerangka dalam sistem PBB secara semuanya, memungkinkan sistem tersebut untuk
melakukan pekerjaan dalam satu kesatuan.

a. Klasifikasi Sengketa Internasional

Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antarnegara, negara dengan


individu, atau negara dengan organisasi internasional tidak selamanya terjalin dengan baik.
Acapkali hubungan itu menimbulkan sengketa diantara mereka. Sumber potensi sengketa
antarnegara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perdagangan,
dan lain-lain. Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang cukup
penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke-20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk
menciptakan hubungan antarnegara yang lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian dan
keamanan internasional.34 Peran hukum internasional dalam penyelesaian sengketa
internasional adalah memberikan cara bagaimana para pihak yang bersengketa
menyelesaikan sengketanya menurut hukum internasional. Dalam perkembangannya hukum
internasional mengenal dua cara penyelesaian, yaitu cara penyelesaian secara damai dan
perang. Cara perang untuk menyelesaikan sengketa merupakan cara yang telah diakui dan
dipraktikan sejak lama.
b. Penyelesaian Sengketa Internasional

Hukum internasional memiliki peranan besar dalam menyelesaikan sengketa


internasional dimana:

1. Pada prinsipnya hukum internasional berupaya agar hubungan antar negara terjalin
lewat ikatan persahabatan (friendly relations among states) dan tidak mengharapkan
adanya persengketaan.
2. Hukum internasional memberikan aturan-aturan pokok kepada negara-negara yang
bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya
3. Hukum internasional memberikan pilihan bebas kepada para pihak tentang cara,
prosedur atau upaya yang seyogianya ditempuh untuk menyelesaikan sengketanya.
4. Hukum internasional modern semata-mata menganjurkan cara penyelesaian secara
damai apakah sengketa itu sifatnya antarnegara atau antarnegara dengan subyek
hukum internasional lainya. Keharusan untuk menyelesaikan sengketa damai pada
mulanya dicantumkan dalam Pasal 1 Konvensi mengenai Penyelesaian Sengketa-
Sengketa Secara Damai (the Convention on the Pacific Settlement of International
Dispute) tahun 1899 dan 1907, yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal 18
Oktober 1907. Berdasarkan dua konvensi the Hague (Den Haag) mengenai
penyelesaian sengketa internasional tersebut, para negara berupaya untuk
menyelesaian sengketa internasionalnya secara damai dengan cara diplomatik, jika
cara diplomatik ini gagal maka penyerahan sengketa kepada arbitrase baru
diperkenankan.
Pada umumnya hukum internasional mengenal penyelesaian sengketa
internasional dapat dilakukan dengan dua mekanisme, penyelesaian diluar pengadilan
atau melalui jalur diplomatik, dan kedua penyelesaian secara hukum atau lewat
pengadilan. Penyelesaian diluar pengadilan dapat ditempuh dengan cara:
a. Negoisasi
Negoisasi merupakan metoda yang diterima secara universal dan yang paling
umum dipakai untuk menyelesaikan sengketa internasional. Negoisasi merupakan
cara yang primer dan pokok untuk menyelesaikan konflik kepentingan. Negoisasi
merupakan cara yang pertama-tama digunakan oleh para pihak sengketa sebelum
mereka mempergunakan cara-cara penyelesaian sengketa yang lain. Negoisasi secara
esensial berarti pertukaran pendapat dan usul antar pihak sengketa untuk mencari
kemungkinan tercapainya penyelesaian sengketa secara damai yang melibatkan
diskusi langsung antar pihak sengketa; tidak ada pihak luar terlibat dalam proses.
b. Mediasi
Mediasi adalah tindakan negara ketiga atau individu yang tidak
berkepentingan dalam suatu sengketa internasional, yang bertujuan membawa kearah
negosiasi atau memberi fasilitas kepada negoisasi dan sekaligus berperan serta dalam
negosiasi pihak sengketa tersebut. Mediasi melibatkan pula keikutsertaan pihak ketiga
(mediator) yang netral dan independen dalam suatu sengketa. Tujuannya adalah untuk
menciptakan adanya suatu kontak atau hubungan langsung diantara para pihak.
Mediator bisa Negara, individu, organisasi internasional, dan lain-lain. Saran mediator
bisa bersifat interim atau final.
c. Konsiliasi
Konsiliasi merupakan penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga
(konsiliator) yang tidak berpihak atau netral dan keterlibatannya karena diminta oleh
para pihak.48 Konsiliasi juga berarti penunjukan sekolompok individu yang akan
mendengar pendapat kedua belah pihak sengketa, menyelidiki fakta yang mendasari
sengketa dan mungkin sesudah berdiskusi dengan para pihak menyampaikan suatu
usul formal untuk dipertimbangkan oleh para pihak sebagai penyelesaian sengketa.
d. Penemuan Fakta
Para pihak yang bersengketa dapat pula menunjuk suatu badan independen
untuk menyelidiki fakta-fakta yang menjadi penyebab sengketa. Penemuan Fakta
merupakan prosedur yang terpisah untuk penyelesaian sengketa menurut Pasal 33
Piagam PBB. Dalam Penemuan Fakta tidak dibuat rekomendasi bagi para pihak.
Fakta yang diketemukakan dibiarkan untuk berbicara sendiri. Tujuan dari penemuan
fakta untuk mencari fakta yang sebenarnya adalah sebagai berikut: Membentuk suatu
dasar bagi penyelesaian sengketa diantara dua Negara, Mengawasi pelaksanaan suatu
perjanjian internasional, Memberikan informasi guna membuat putusan di tingkat
internasional (Pasal 34 Piagam PBB).
f. Penyelidikan
Penyelidikan merupakan metode yang berhubungan yang berkaiatan erat
dengan metode penemuan fakta “fact-finding”. Penyelidikan adalah suatu proses
penemuan fakta oleh suatu tim penyelidik yang netral. Menurut Komisi Hukum
Internasional (International Law Commission) arbitrase adalah: “a procedure for the
settlement of disputes between states by binding award on the basis of law and as a
result of an undertaking voluntarily accepted”. Arbitrase Internasional merupakan
suatu badan peradilan penyelesaian sengketa dimana pengajuan sengketanya diajukan
kepada arbitrator yang dipilh secara bebas oleh para pihak, yang memberi keputusan
dengan tidak harus ketat memperhatikan pertimbangan hukum, namun putusannya
bersifat final dan mengikat.

C. Kekuatan Mengikat Keputusan Mahkamah Internasional

Kekuatan yang mengikat dalam hukum maksudnya adalah suatu kepastian yang
menentukan bagaimana pada akhirnya hubungan hukum antara kedua belah pihak yang
berperkara. Dengan demikian, kekuatan mengikat sebuah keputusan yang dalam hal ini
adalah keputusan Mahkamah Internasional dapat diartikan sebagai suatu kepastian yang
terdapat di dalam peraturan hukum internasional yang menentukan bagaimana hubungan
hukum antara kedua negara yang berperkara di Mahkamah Internasional dimana ketentuan
hukum internasional yang dikeluarkan oleh hakim Mahkamah Internasional lah yang
menentukan penyelesaian persoalan sengketa negara tersebut. Pasal 59 Statuta Mahkamah
Internasional menentukan : “The decision of the Court has no binding force except between
the parties and in respect of that particular case.”

D. Sengketa Jerman dan Italia serta Upaya PBB

Salah satu kasus yang diajukan di Mahkamah Internasional pada tanggal 23 Desember
2008 adalah kasus yang terjadi antara Jerman vs Italia. Fakta-fakta yang mendasari
perselisihan antara Jerman dan Italia cukup sederhana. Selama Perang Dunia II, Reich Jerman
menyadari banyaknya pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional di
bawah pimpinan Nazi.

Namun Pecahnya aliansi antara Jerman dan Italia memiliki banyak konsekuensi yang
serius. Pertama, banyak warga sipil Italia dikirim ke Jerman untuk melakukan kerja paksa.
Kedua, melibatkan tawanan perang Italia. Oleh karena itu, sesuai dengan undang-undang
unilateral Jerman mencabut status tahanan mereka di bawah internasional hukum dan
mengklasifikasikan mereka sebagai pekerja sipil biasa. Kemudian selanjutnya, Jerman
terdorong atas inisiatif sendiri menyediakan reparasi bagi korban luka perang berdasarkan
Perjanjian Postdam tahun 1945. Hal ini didasari oleh karena pemerintah Italia juga meminta
ganti rugi atas warga sipilnya kepada Jerman. Namun, pada tahun 1960, pemerintah Jerman
memutuskan untuk menormalkan hubungan dengan sejumlah negara bagian barat eropa
termasuk Italia. Jerman harus menawarkan jumlah tertentu kompensasi tanda persahabatan
dan kerjasama. Dengan demikian, Jerman dan Italia menandatangani dua perjanjian pada
tahun 1961 yang dimaksudkan untuk membawa akhir yang definitif untuk
kontroversimengenai penyelesaian keuangan Perang Dunia. Republik Federal Jerman
membuat pembayaran perjanjian yang diperlukan. Jerman berpendapat dalam hal pemantauan
pemberian apakah uang yang dialokasikan untuk korban Penganiayaan Nazi secara efektif
mencapai orang yang bersangkutan adalah bukan tanggungjawab pihak Jerman. Akan tetapi,
masalah reparasi lanjut menjadi diperdebatkan seperti selama beberapa dekade. Italia tidak
membuat pernyataan apapun mengenai hal itu kepada Jerman. Italia beranggapan itu adalah
diduga utang perang yang belum dibayar.

Dalam hal masalah ini, Jerman memilih menyelesaikan sengketanya dengan Italia
dengan jalur damai dengan menggunakan sistem penyelesaian secara yudisial (judicial
settlement) melalui badan peradilan utama PBB yaitu Mahkamah Internasional. Penyelesaian
tersebut didasarkan pada keinginan Jerman untuk memperoleh keadilan atas tindakan Italia
yang dianggap merugikan Jerman. Namun, pengadilan yang dilakukan oleh Italia berada pada
suatu pembenaran. Pertama, pengadilan tersebut dapat dibenarkan dengan adanya yurisdiksi
universal yang dipandang sebagai jure gentium dan semua negara berhak untuk menangkap
dan menghukum pelaku-pelakunya. Tujuan dari diadakanya yurisdiksi universal itu adalah
untuk menjamin bahwa tidak ada tindak pidana semacam itu yang tidak dihukum.

Mahkamah Internasional hanya memberikan nasihat-nasihat kepada negara-negara


yang bersengketa dengan tujuan agar negara yang bersengketa tersebut dapat memutus
sendiri dengan perjanjian antara keduanya. Adapun fakta-fakta yang ditemukan di dalam
menyelesaikan sengketa ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Terdapat perjanjian antara Jerman dan Itali yaitu The Peace Treaty of 1947
66yang berisi tentang Perjanjian Perdamaian dengan Italia, yurisdiksi
kekebalan negara Jerman.
b. The Federal Compensation Law of 1953 Pada tahun 1953, Republik
Federal Jerman mengadopsi UU Kompensasi federal Mengenai Korban
Penganiayaan
c. Adanya perjanjian antara Jerman dan Italia pada tahun 1961 (The 1961
Agreements)
d. Pembangunan Law establishing the “Remembrance, Responsibility and
Future” Foundation68 Berdasarkan fakta-fakta yang terjadi, sebenarnya
Jerman telah melakukan kewajibannya sebagaimana mestinya. Oleh
karena itu berdasarkan putusan Mahkamah Internasional bahwa:
a. Italia telah melanggar kewajibannya untuk menghormati kekebalan mana Republik
Federal Jerman menikmati di bawah hukum internasional dengan memungkinkan
gugatan perdata akan diajukan terhadap itu didasarkan pada pelanggaran hukum
humaniter internasional yang dilakukan oleh Reich Jerman antara 1943 dan 1945;
b. Italia telah melanggar kewajibannya untuk menghormati kekebalan mana Republik
Federal Jerman menikmati di bawah hukum internasional dengan mengambil
langkah-langkah kendala melawan Villa Vigon
c. Italia telah melanggar kewajibannya untuk menghormati kekebalan mana Republik
Federal Jerman menikmati di bawah hukum internasional, dengan mendeklarasikan
berlaku di Italia keputusan pengadilan Yunani berdasarkan pelanggaran hukum
humaniter internasional yang dilakukan di Yunani oleh Reich Jerman d. Italia harus
dengan memberlakukan undang-undang yang sesuai, atau dengan beralih ke metode
lain memilih perusahaan, memastikan bahwa keputusan pengadilan dan orang-orang
dari otoritas yudisial lainnya melanggar kekebalan mana Republik Federal Jerman
menikmati di bawah hukum internasional berhenti berpengaruh Melalui Mahkamah
Internasional maka Hakim Mahkamah memutus untuk memenangkan Jerman di
dalam kasus ini.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam kasus ini PBB melalui badan peradilannya telah berhasil mencegah
terjadinya konflik antara Jerman dan Italia.69 PBB sebagai organisasi internasional
tentu mempunyai tujuan yang dapat kita lihat di dalam Pasal 1 Piagam PBB yaitu
sebagai berikut: a. Menciptakan perdamaian dan keamanan internasional. b.
Memajukan hubungan persahabatan antar bangsa berdasarkan asas – asas persamaan
hak, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam Negara lain.
c. Mewujudkan kerjasama internasional dalam memecahkan persoalan internasioanal
di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, dan kemanusiaan. d. Menjadikan PBB
sebagai pusat usaha dalam merealisasikan tujuannya.
Untuk mencapai tujuannya tersebut, asas-asas yang digunakan sebagaiman
yang terumus di dalam Pasal 2 Piagam PBB, yaitu sebagai berikut PBB didirikan atas
dasar persamaan kedaulatan dari semua anggota, semua anggota dengan etiket baik
harus melaksanakan kewajiban yang telahdisetujui sesuai dengan ketentuan Piagam
PBB ini, semua anggota PBB dalam menyelesaikan sengketa internasional
dilakukandengan cara damai. Dalam melaksanakan hubungan internasional, semua
anggota menjauhkan diri dari segala macam bentuk kekerasan yang bertentangan
dengan tujuan PBB. Penyelesaian sengketa Jerman dan Italia yang diselesaikan PBB
melalui badan peradilannya Mahkamah Internasional merupakan salah satu peran
PBB dalam menjaga dan memelihara keamanan dan perdamaian yang juga telah
berhasil menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda (masalah Irian Barat).
Kompetensi Mahkamah Internasional Sebagai Badan Peradilan Utama PBB
menunjukkan kemandiriannya sebagai suatu organ atau badan pengadilan. Kekuatan
mengikat keputusan Mahkamah Internasional dalam memutus sengketa internasional
berdasarkan kerangka PBB hanya mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-
pihak yang bersengketa. Selain itu dalam memutus suatu sengketa internasional,
Mahkamah mendasarkan atas ketentuan hukum internasional atau berdasar
kepantasan dan kebaikan bila pihak-pihak yang bersengketa menyetujuinya. Dan
dalam hal ini PBB berperan aktif di dalam mencegah terjadinya tindak kekerasan
antara Jerman dan Italia di dalam menyelesaikan sengketa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai