Anda di halaman 1dari 8

Hak Veto PBB

Nama Kelompok
- M.Galih EW
- Saiful Arif R
- Fiqriadi
- M.Adjie
- M.Hanaf
- Fhilife Fernandes
- Alfyan
- M.Fajar T
- Abraham
- M.Zainnur
RELEVANSI PEMBERIAN HAK VETO NEGARA ANGGOTA TETAP DK
PBB

Hak veto merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh 5 negara besar
anggota tetap DK PBB, yang lazim disebut the big five. Kelima negara tersebut
adalah AS, Inggris, Perancis, Cina dan Rusia (sebagai pengganti Uni Sovyet)
Anggota tetap Dewan Keamanan PBB dipilih berdasarkan hasil Perang Dunia II.
Kelima negara tersebut adalah pemenang dari Perang Dunia II.

Hak istimewa tersebut adalah hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan,


rancangan peraturan dan undang-undang atau resolusi

Walaupun istilah veto ini sendiri tidak terdapat dalam Piagam PBB, tetapi
kelima anggota tetap DK PBB memiliki apa yang dinamakan veto. Jadi apabila
salah satu dari negara anggota tetap DK PBB menggunakan hak vetonya untuk
menolak suatu keputusan yang telah disepakati anggota yang lain, maka
keputusan tersebut tidak dapat dilaksanakan.
1
Keberadaan hak veto ini sangat erat kaitannya dengan kedudukan dan
kewenangan dari DK PBB yang sangat luas. Kewenangan-kewenangan itu
antara lain adalah :

a) Kewenangan untuk memilih Ketua Majelis Umum yang mana Majelis Umum ini
memiliki arti yang sangat penting dalam kelangsungan hidup PBB;
b) Kewenangan merekomendasikan suatu negara untuk masuk sebagai anggota
PBB yang baru;
c) Kewenangan merekomendasikan suatu negara agar keluar dari
keanggotaan PBB;
d) Kewenangan untuk mengamandemen Piagam PBB;
e) Kewenangan untuk memilih para hakim yang akan duduk dalam Mahkamah
Internasional.
Selain anggota tetap, Dewan Keamanan PBB juga memiliki anggota tidak tetap yang
berjumlah lima belas negara. Anggota tetap dan tidak tetap berbeda dalam pemilikan
hak veto. Anggota tidak tetap tidak mempunyai hak veto. Masa jabatan anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB adalah 2 (dua) tahun.
Berdasarkan statistik dari tahun 1946-2002, negara yang paling banyak menggunakan
hak veto adalah Uni Sovyet, yaitu sebanyak 122 kali. Kemudian diikuti oleh Amerika
Serikat sebanyak 81 kali, Inggris sebanyak 32 kali dan Prancis menggunakan hak veto
sebanyak 18 kali. Sedangkan China baru menggunakannya sebanyak 5 kali.
Untuk Amerika Serikat, 39 veto yang dikeluarkan ialah untuk memberikan dukungan
terhadap Israel. Menurut data, dalam konflik Arab-Israel, dari 175 resolusi Dewan
Keamanan PBB tentang Israel, 97 menentang Israel, 74 netral dan 4 mendukung Israel.
Tentunya ini tidak termasuk resolusi yang diveto Amerika Serikat.
Statistik tersebut tentunya menunjukkan bagaimana sebenarnya hak veto yang dimiliki
oleh kelima negara tersebut, khususnya oleh Amerika hanya digunakan sebagai alat
untuk melanggengkan sebuah rencana yang tentunya hanya mengacu pada national
interest dari negara tersebut. Sebagai contoh, akibat dari pembelaan yang dilakukan
Amerika Serikat terhadap Israel, banyak kasus pembangkangan yang dilakukan oleh
Israel
Melihat realitas saat ini, penggunaan hak veto yang dimiliki oleh anggota tetap Dewan
Keamanan PBB sangat jauh atau bertentangan dengan asas keadilan dan mengingkari
realitas sosial. Adakala keputusan yang ditetapkan dalam forum PBB dibatalkan oleh
negara pemilik veto. Sebagai contoh, tidak hanya sekali, dua kali hak veto digunakan
oleh Amerika Serikat untuk melapangkan jalan bagi Israel untuk melancarkan perang,
selain itu Amerika Serikat juga menggunakan hak vetonya untuk menghentikan
serangan Israel ke Libanon.
Sebenarnya, hak veto tidak menjadi sebuah masalah jika digunakan sebagaimana
mestinya. Namun, jika melihat kondisi saat itu hak veto digunakan untuk
menentang prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran atau dengan kata lain
merusak citra PBB sebagai penjaga perdamaian dunia. Jika melihat lebih ke
dalam lagi, serangan Israel ke Palestina jelas-jelas sudah melanggar hukum
humaniter internasional yang ditetapkan sendiri oleh PBB, tapi adanya veto
justru membiarkan hukum humaniter dilanggar oleh Israel.

Hingga detik ini, masalah hak veto selalu membayangi legitimasi PBB. Dengan
hak veto, maka setiap anggota dari Dewan Keamanan PBB dapat mempengaruhi
terjadinya perubahan substansi secara besar-besaran dari suatu resolusi. Bahkan,
hak veto mampu mengancam terbitnya resolusi yang mampu mengancam
terbitnya resolusi yang dianggap tidak menguntungkan bagi negara pemegang
veto. Inilah sebuah kesalahan fatal dari penyalahgunaan sistem hak veto.
Sejak pertengahan tahun 90-an telah berulangkali ditegaskan terhadap ketidak setujuan akan
penggunaaan hak veto, sebab hal itu sama saja memberikan jaminan atas ekslusifitas dan
dominasi peran negara anggota Dewan Keamanan PBB. Walaupun mereka selalu mengatakan
bahwa veto adalah jalan terakhir, tapi pada kenyataannya mereka beberapa kali menggunakan
hak veto secara sembunyi-sembunyi.
Dari penjabaran di atas sudah seharusnya kita menyuarakan agar hak veto dikaji ulang,
pemberian hak veto sedikit banyak merupakan ambisi negara-negara pemenang perang untuk
tetap memiliki kekuatan mengendalikan jalannya dunia. PBB hanya milik dari lima negara
pemegang hak veto yang saling tumpang tindih dalam memperjuangkan kepentingan nasional
atau national interest dalam menggunakan hak veto. PBB bukan lagi sebuah organisasi
internasional seidela penjabaran dari Piagam PBB. PBB bukan lagi PBB yang sesuai pada
hakikatnya, melainkan sebuah lembaga yang melegitimasi kepentingan nasional lima negara
pemegang hak veto.
Berpikirlah bijak, keputusan PBB menyangkut urusan apapun tetap berada di Majelis Umum
(MU) sebagai representasi seluruh anggota tanpa intervensi negara-negara di DK PBB.
Ringkasnya, kita dituntut untuk menyuarakan penghapusan hak veto itu secara konsisten
termasuk mendesak kelima negara pemilik hak veto agar bersedia melepaskan hak vetonya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai