Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP

PELAYANAN KESEHATAN BAGIAN


REKAM MEDIS DI RSIA ZAINAB PEKANBARU TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

MIRNA RAHMALISA
NIM : 19.02.1.078

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH PEKANBARU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya berupa kesehatan, kesempatan, dan kesabaran, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah, yang diajukan sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan perkuliahan di STIKes Hang Tuah Pekanbaru
Program Studi D III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan dengan judul
“pengaruh pandemi covid-19 terhadap pelayanan kesehatan bagian rekam
medis di RSIA Zainab pekanbaru”
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
menemukan kesulitan, namun berkat doa, dukungan, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak H. Ahmad Hanafi, SKM,M.Kes, selaku Ketua STIKes Hang
Tuah Pekanbaru.
2. Ibu Yuli Sartika, A.Md.PK Selaku Kepala Instansi Rekam Medis di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab Pekanbaru.
3. Ibu Haryani Octaria, A.Md.PK, SKM, M.Kes selaku Ketua Program
Studi D III RMIK STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
4. Bapak Doni Jepisah, A.Md.PK, SKM, M.Kes selaku pembimbing I
Proposal Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Rekam Medis Dan Informasi
Kesehatan (RMIK) STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
5. Bapak indra Bayu Kusuma,A.Md.PK,SKM selaku pembimbing II
Proposal Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Rekam Medis Dan Informasi
Kesehatan (RMIK) STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
6. Ibu Haryani Octaria, A.Md.PK, SKM, M.Kes selaku penguji I
Proposal Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Rekam Medis Dan Informasi
Kesehatan (RMIK) STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
7. Ibu yeyen Gumayesti, SKM, M.Kes selaku penguji II Proposal Karya
Tulis Ilmiah Prodi D III Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan
(RMIK) STIKes Hang Tuah Pekanbaru.

i
8. Seluruh staff pengajar Prodi D III Rekam Medis Dan Informasi
Kesehatan (RMIK) STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang telah
memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti pendidikan.
9. Para staff pegawai Rumah Sakit Ibu dan Anak Zainab Pekanbaru yang
telah banyak membantu dalam penelitian.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua, yang telah memberikan dukungan
untuk saya dalam bentuk doa dan materi yang sangat berarti untuk
saya.
11. Serta teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan
dukungannya.
Dengan segalam kerendahan hati penulis menerima kritikan, saran,
serta masukan dan komentar yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah, karena penulis menyadari
bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna seluruhnya, baik dalam
teknik penulisan maupun isi nya. Penulis berharap Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sesuai
keperluannya.

Pekanbaru, 04 Desember 2021

MIRNA RAHMALISA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis
professional yang terorganisir dan terintegrasi menjadi satu yang di dalamnya
memuat berbagai pelayanan kesehatan dalam menangani pasien yang sedang
mengalami gangguan berupa penyakit dan sarana pengobatan (Supartiningsih,
2017). Sebagai instansi kesehatan, maka rumah sakit berperan sebagai wadah
penanganan-penanganan kasus kesehatan yang dialami masyarakat, agar
masyarakat dapat mendapatkan kesehatannya kembali melalui pemulihan yang
dilakukan saat berobat ke rumah sakit.
Salah satu unit vital dalam instansi kesehatan seperti rumah sakit adalah
rekam medis. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan-catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Suryanto, 2020). Rekam
medis ini biasanya terletak di bagian terdepan instansi kesehatan sebagai bentuk
pelayanan pertama pasien dalam melanjutkan penanganan ke tahap selanjutnya
seperti pengobatan dan lain-lain. Oleh sebab itu, rekam medis ini sangat berperan
penting sebagai acuan awal pasien dalam memantau proses pelayanan yang
diberikan rumah sakit, sehingga pasien itu sendiri dapat mengetahui
perkembangan dan pengobatan atas penyakit yang dideritanya.
Peranan unit rekam medis pada dasarnya memiliki peranan yang bisa
dibilang sangat penting dalam proses pelayanan kesehatan. Hal tersebut
dikarenakan, fungsi rekam medis itu sendiri adalah sebagai ringkasan dari seluruh
masa perawatan yang telah diupayakan oleh tenaga kesehatan dan pihak-pihak
yang terkait dengan pengobatan. Selain itu, rekam medis ini juga berfungsi
sebagai monitor penjagaan perawatan di kemudian hari dengan memberikan
tembusannya kepada dokter terkait pasien yang mengalami kambuh atas penyakit
yang diobati sebelumnya. Dari situ, fungsi rekam medis yang juga paling penting
adalah sebagai bentuk informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan

1
informasi terkait penanganan-penanganan yang ditelah dilakukan oleh tenaga
kesehatan kepada pasien (Mardi & Kamal, 2019).
Realitanya, rekam medis ini terkadang memiliki hambatan tersendiri di
dalam pelaksanaannya di dalam instansi kesehatan. Hal tersebut disebabkan oleh
kurangnya SDM pada bagian rekam medis, sehingga proses pendistribusian
catatan atau dokumen mengalami keterlambatan. Lalu, fasilitas juga menjadi
faktor penyebab lemahnya pelaksanaan rekam medis ini kepada pasien. Fasilitas
yang dibutuhkan seperti rak-rak penyimpanan yang telah penuh tersebut telah
menyebabkan petugas akhirnya merangkap tugas (Ismawati et al., 2021). Alhasil,
keterlambatan tidak dapat terhindarkan, sehingga hal ini memerlukan perhatian
khusus, agar penanganan pasien yang cepat dan tanggap dapat segera dilakukan
sesegera mungkin.
Unit rekam medis sebagai pelayanan kesehatan rumah sakit merupakan
garda terdepan dalam melayani masyarakat dalam hal penanganan kesehatan di
berbagai unit instansi. Hal ini dikarenakan, pasien harus melakukan pendaftaran
pasien dengan memasukkan identitas dengan sebenar-benarnya, agar petugas
dapat mengisi informasi-informasi mengenai data pasien (Asriati, 2020) yang
berkaitan dengan informasi rekam jejak medis yang telah dilalui pasien pada
waktu sebelum-sebelumnya. Pada dasarnya dalam upaya menciptakan kondisi
yang optimal, petugas rekam medis harus melaksanakan kinerjanya dengan
sebaik-baiknya. Hal ini berdasarkan pada pasal 57 yang menjelaskan, bahwa
petugas atau tenaga kesehatan perlu mendapatkan hak-haknya dalam menjalankan
prakteknya (Asriati, 2020),. sehingga situasi pelayanan kesehatan yang kian
menjadi-jadi dapat membuat petugas rekam medis dapat melayani dengan
maksimal. Dengan adanya hal tersebut, pemerintah harus memperhatikan
kesejahteraan tenaga kesehatan pula, agar mereka dapat menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya.
Pada hampir dua tahun belakangan ini, Indonesia memang telah mengalami
masa pandemi yang sangat mengganggu stabilitas kehidupan sosial masyarakat.
Hal tersebut disebabkan oleh virus corona virus-19. Corona Virus merupakan
keluarga besar virus yang sebagian besar menyerang manusia dan hewan. Corona

2
Virus ini disinyalir dapat menyerang saluran pernafasan yang dapat menyebabkan
gangguan pernafasan mulai dari flu hingga yang paling serius adalah Middle East
Respiratory (Safrizal and others, 2020). Sejak saat akhir Bulan Maret 2020, virus
ini telah menyebar pesat ke seluruh penjuru negara khususnya Indonesia dengan
hampir ribuan kasus perharinya.
Virus covid-19 ini telah memberikan dampak yang sangat signifikan
terhadap kehidupan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan
drastis pada sektor-sektor kehidupan seperti kesejahteraan sosial penduduk
maupun pada pendidikan di Indonesia. Dampak yang dapat dilihat adalah angka
kemiskinan pada masyarakat. Hal ini dikarenakan individu dan populasi miskin
tidak dapat mengakses pada pelayanan kesehatan dan sering mendapat info yang
kadangkala tidak benar, sehingga masyarakat miskin tersebut tidak menghiraukan
himbauan peringatan kesehatan masyarakat (Kurniasih, 2020) mengenai
bahayanya virus covid-19. Sehingga, pelayanan kesehatan memerlukan
kekompakan yang serius dalam menangani pandemi ini yang kejadiaannya masih
belum diketahui kapan berakhirnya.
Corona Virus Disease-19 tergolong virus yang tidak bisa dianggap remeh.
Hal ini dikarenakan, virus ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan yang
dapat menyebabkan penyakit bronchitis atau pneumonia. Gejala-gejala yang dapat
dirasakan adalah gangguan fisik, seperti: demam, batuk lendir, sesak nafas, nyeri
dada, pusing, sakit tenggorokan, (Sukur et al., 2020) dan lain-lain. Gejala-gejala
seperti ini telah membuat pemerintah dalam kebijakannya untuk memberi
peringatan keras terhadap bahayanya penyakit yang disebabkan oleh virus ini.
Semakin banyak gejala-gejala virus corona virus disease-19 yang dialami
masyarakat di masa pandemi ini, maka instansi kesehatan khususnya tenaga
kesehatan di bagian rekam medis harus memiliki kesiapan yang sungguh-sungguh
dalam menangani pandemi ini. Sehingga, pandemi ini dapat teratasi dengan baik.
Pada dasarnya, rumah sakit menggunakan prinsip surge capacity dalam
upaya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Pelayanan kesehatan pada masa
pandemi ini sangat berbeda dengan pelayanan kesehatan pada situasi bencana. Hal
tersebut dikarenakan, kapasitas pelayanan kesehatan harus dapatt menerapkan

3
rawat jalan dan rawat inap dengan melacak pasien secara sekaligus ke sejumlah
fasilitas-fasilitas kesehatan. Sehingga, rumah sakit sebagai sektor pelayanan
kesehatan harus mensinergikan fasilitas kesehatan baik negeri maupun swasta
dalam memperhitungkan hazard vulnerability assesments (HVAs), serta
pendanaan bagi kesiapan menghadapi proses perubahan regulasi, seperti:
perencanaan, pelatihan, riset, logistik, monitoring, dan proses koordinasi
(KementerianPPN/Bappenas, 2021). Maka dari itu, rumah sakit sebagai tempat
kesehatan dalam penanganan kasus di era pandemi ini harus bisa menekankan
secara intens kepada banyak masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.
Berdasarkan observasi awal penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
sebelum dan sesudah tentang pengaruh pandemi covid-19 terhadap pelayanan
kesehatan bagian rekam medis di RSIA Zainab pekanbaru. Hasil tersebut
menjelaskan, bahwa sebelum pandemi masuk dan menyebar dikalangan
masyarakat sempat terjadinya peningkatan pasien masuk di RSIA Zainab
Pekanbaru dan pada saat itu dibagian rekam medis juga tidak terlalu memperketat
protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak,menggunakan sarung
tangan dan mencuci tangan.
Sedangkan sesudah pandemi terjadi penurunan pasien, Pada kasus
dilapangan yang ada di RSIA Zainab Pekanbaru, maka pandemi covid-19 dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan khususnya dibagian rekam medis, mulai dari
alur pelayanan, RSIA Zainab telah mengalami perubahan selama pandemi covid-
19 seperti adanya skrining atau pengecekan suhu tubuh pasien sebelum
mendaftarkan diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan memperketat
protokol kesehatan seperti memakai masker,menjaga jarak, menggunakan sarung
tangan dan sering mencuci tangan agar petugas dapat mencegah penularan covid-
19 yang mungkin saja dibawa oleh pasien yang sedang mendaftar ataupun yang
menempel pada berkas rekam medis, setiap pasien maupun petugas diwajibkan
untuk mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah,yakni: 3M
(memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan ).

4
Selain memperketat protokol kesehatan petugas dibagian rekam medis juga
melaksanakan pengurangan petugas, agar petugas dapat menimalisir banyaknya
orang dalam satu ruangan.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka situasi pandemi telah berdampak
pada intensitas pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Sehingga,
peneliti tertarik dalam melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Pandemi Covid-19 Terhadap Pelayanan Kesehatan Bagian Rekam Medis”.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalahnya
adalah bagaimana pengaruh covid-19 terhadap pelayanan kesehatan bagian
rekam medis di RSIA Zainab Pekanbaru
2. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok pembahasan maka peneliti
ini membatasi masalah penelitian pengaruh pandemi covid-19 terhadap
pelayanan kesehatan bagian rekam medis di RSIA Zainab Pekanbaru

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu ada tidaknya
pengaruh pandemi covid-19 terhadap pelayanan kesehatan bagian rekam
medis. Hal tersebut dikarenakan, kinerja pelayanan kesehatan bagian rekam
medis diduga akan lebih padat dan progresif di saat pandemi covid-19 ini
masih belum berakhir di RSIA Zainab Pekanbaru
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui Alur Pelayanan di RSIA Zainab Pekanbaru
b. Diketahui Perubahan Pelayanan Sebelum dan Sesudah Pandemi covid-19
Terhadap Pelayanan Kesehatan Bagian Rekam Medis di RSIA Zainab
Pekanabaru

5
c. Diketahui Dampak Pandemi covid-19 Terhadap Pelayanan Kesehatan
Bagian Rekam Medis di RSIA Zainab Pekanabaru

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dalam mengetahui
pengaruh pandemi covid-19 terhadap pelayanan kesehatan bagian rekam
medis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini akan bermanfaat sebagai referensi bagi berbagai instansi
kesehatan dalam mengembangkan pelayanan kesehatan di bagian rekam medis
yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja
tenaga kesehatan pada situasi apapun khususnya pada situasi pandemi covid
viruses disease-19 ini.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Rumah Sakit
a. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis
professional yang terorganisir dan terintegrasi menjadi satu yang di
dalamnya memuat berbagai pelayanan kesehatan dalam menangani pasien
yang sedang mengalami gangguan berupa penyakit dan sarana pengobatan
(Supartiningsih, 2017). Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Menurut WHO (World
Health Organization) Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehaan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna 6 (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencehagan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian
medis.
Menurut Hliman dan Wulandari (2012) Rumah sakit adalah institusi
kesehatan professional yang pelayanannya diselenggarakan oleh dokter,
perawat, dan tenaga ahli lainya. Di dalam Rumah Sakit terdapat banyak
aktivitas dan kegiatan yang berlangsung secara berkaitan. Kegiatan tersebut
menjadi bagian dari tugas dan juga seklaigus fungsi Rumah Sakit ,
diantaranya :
1.) Memberikan pelayanan medis
2.) Memberi pelayanan medis khusus
3.) Memberi pelayanan rujukan kesehatan
4.) Memberi pelayanan kedokteran gigi
5.) Memberi pelayanan sosial

7
6.) Memberi penyuluhan kesehatan
7.) Memberi pelayanan penunjang medis
8.) Memberi pelayanan kedokteran kehakiman
9.) Memberi fasilitas untuk penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan
10.) Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.
11.) Memberi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, dan rawat
intensif
12.) Memberi pendidikan medis secara umum dan khusus

b. Jenis jenis Rumah Sakit


Mneurut permenkes tahun 2010 terkait klasifikasi rumah sakit bahwa
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehtan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehtan prorangan secara parnipurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Secar umum jenis
rumah sakit di Indonesia terdiri atas 5 jenis yakni RS Umum, RS
khusus/spesialis, RS Pendidikan dan Penelitian, RS Lembaga/Perusahaan,
dan Klinik (Haliman & Wulandari, 2012).
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.) Rumah Sakit Umum, biasanya Rumah Sakit Umum melayani segala jenis
penyakit umum, memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam
(Ruang gawat darurat). Untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepat-
cepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Di dalamnya juga
terdapat layanan rawat inap dan perawatan intensif, fasilitas bedah, ruang
bersalin, laboratorium, dan sarana-prasarana lain. Terdapat kelas dalam
penentuan ruangan dan pasien
2.) Rumah Sakit Khusus atau Spesialis dari namanya sudah tergambar
bahwa Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya
melakukan perawatan kesehatan untuk bidang-bidang tertentu,
diantaranya RS mata, RS jantung, RS paru-paru dll.
3.) Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit ini berupa Rumah
Sakit Umum yang terkait dengan kegiatan pendidikan dan penelitian di

8
Fakultas Kedokteran pada suatu Universitas atau Lembaga Pendidikan
Tinggi
4.) Rumah sakit ini adalah Rumah Sakit yang didirikan oleh suatu lembaga
atau perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota
lembaga tersebut
5.) Klinik, merupakan tempat pelayanan kesehatan yang hampir sama
dengan Rumah Sakit, tetapi fasilitas medisnya lebih.

2. Pelayanan Kesehatan
a. Pengertian pelayanan kesehatan
Defenisi Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2009 (Departemen Kesehatan RI) yang tertuang dalam
UndangUndang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, perorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pelayanan kesehatan (health care
service) merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang Undang
Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat kesehatan baik
perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.
Dalam UU Kesehatan, dalam Pasal 54 ayat (1) UU Kesehatan berbunyi
bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara
bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.
Dalam hal ini setiap orang atau pasien dapat memperoleh kegiatan
pelayanan kesehatan secara professional, aman, bermutu, anti diskriminasi
dan efektif serta lebih mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien
dibanding kepentingan lainnya. Semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan, maka semakin berkembang juga
aturan dan peranan hukum dalam mendukung peningkatan pelayanan
kesehatan, alasan ini menjadi faktor pendorong pemerintah dan institusi
penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menerapkan dasar dan peranan

9
hukum dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang berorientasi
terhadap perlindungan dan kepastian hukum pasien ( Veronica, 2002).
b. Dasar Hukum Palyanan Kesehatan
Secara umum, dasar hokum pelyanan diatur dalam Pasal 53 UU Kesehatan,
yaitu:
1.) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
2.) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.
3.) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya.

Kemudian dalam Pasal 54 UU Kesehatan juga mengatur pemberian


pelayanan kesehatan, yaitu:

1.) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung


jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.
2.) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
3.) Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.

Menurut Cecep ( 2014), Peraturan atau dasar hukum dalam setiap tindakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit wajib dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Pasal 53 dan Pasal 54 UU Kesehatan sebagai dasar dan ketentuan
umum dan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf (b) UU Rumah Sakit dalam
melakukan pelayanan kesehatan. Dalam penyelenggaraan kesehatan di

10
rumah sakit mencakup segala aspeknya yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan

c. Pihak yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan


1.) Dokter
Merupakan orang yang memiliki kewenangan dan izin sebagaimana
mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya memeriksa
dan mengobati penyakit berdasarkan hukum dan pelayanan di bidang
kesehatan. Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran menjelaskan defenisi dokter adalah suatu pekerjaan
yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang
bersifat melayani masyarakat. Seorang dokter harus memahami
ketentuan hukum yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya termasuk
didalamnya tentang persamaan hakhak dan kewajiban dalam
menjalankan profesi sebagai dokter (Anny, 2006).
2.) Perawat
Menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional Tahun 1983, perawat
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu pelayanan
biopsikososio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh siklus hidup manusia ( Sri, 2007). Menurut Mimin (2004)
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam
situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi
serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-
tiap individu yang bersangkutan.
3.) Bidan
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional
oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia. Defenisi bidan menurut
International Confederation of Midwife (ICM) Tahun 1972 adalah

11
seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang
diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktik kebidanan di negeri tersebut, bidan harus mampu
memberi supervisi, asuhan, dan memberi nasihat yang dibutuhkan wanita
selama hamil, persalinan, dan masa pasca persalinan, memimpin
persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi lahir
dan anak (Atik, 2008)
4.) Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah/janji apoteker, seorang sarjana farmasi
meskipun sudah lulus dari program pendidikan apoteker dan bisa
mempunyai sertifikat kompetensi apoteker belum dapat disebut sebagai
apoteker sebelum yang bersangkutan disumpah menurut agama dan
keyakinannya untuk mengucapkan sumpah/janji apoteker.

3. Rekam Medis
a. Pengertian Rekam Medis
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 / MENKES / PER /
III /2008 Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien. Sedangkan menurut M.Jusuf Hanafiah dan Amri Amir (2012) dalam
bukunya yang berjudul Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
memberikan pengertian rekam medis sebagai kumpulan keterangan tentang
identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para
pelayan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu.
IDI (2005) dalam Sally (2008), yang dimaksud rekam medis adalah sebagai
rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang
diberikan oleh pemberi pelayanan medik atau kesehatan kepada seorang
pasien. Berdasarkan Permenkes 269 tahun 2008, rekam medis adalah berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

12
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien. Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi
tentang segala tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka
pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen adalah catatan dokter, dokter
gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan
penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman,
baik berupa foto, radiologi, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman
elektro diagnostik.
b. Tujuan Rekam Medis
Alaydrus (2011) menyatakan bahwa Berkas rekam medis bertujuan untuk
menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Untuk mencapai tujuan tersebut makan
dalam pengisian atau pencatatan rekam medis di rumah sakit dilakukan oleh
dokter dan perawat mengenai hasil kegiatan medis yang telah dilakukan,
untuk itu di dalam pelaksanaan pengisian dan pencatatan dokumen rekam
medis haruslah diisi dengan lengkap sehingga dapat menghasilkan informasi
yang akurat dan berkesinambungan.
Menurut Dirjen Yanmed (2006 ) keguunaan dari rekam medis dapat dilihat
dari beberapa aspek. Diantaranya :
1.) Aspek administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggungjawab
sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan.
2.) Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau
perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
3.) Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai hukum karena isinya menyangkut
masalah adanya jaminan hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha

13
menegakkan hukum serta menyediakan bahan tanda bukti untukk
menegakkan keadilan.
4.) Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang
karena isinya mengandung data atau informasi yang
dapat digunakan sebagai aspek keuangan.
5.) Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
penelitian karena isinya menyangkut data atau
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan.
6.) Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
pendidikan karena isinya menyangkut data tentang
perkembangan kronologi dan kegiatan pelayanan medis
yang diberikan kepada pasien.
7.) Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
dokumentasi karena isinya menyangkut sumber ingatan
yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai
bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
c. Kegunaan Rekam Medis
Konsil Kedokteran Indonesia (2006) menjelaskan manfaat
rekam medis sebagai berikut :
1.) Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk
untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta
merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan
medis yang harus diberikan kepada pasien.
2.) Peningkatan Kualitas Pelayanan

14
Membuat rekam medis bagi penyelenggaraan
praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan
meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi
tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal.
3.) Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi
perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis,
pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk
bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan
penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran
gigi.
4.) Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan
bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan
kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat
dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
5.) Statistik kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan
statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari
perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit
tertentu.
6.) Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama,
sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah
hukum, disiplin dan etik.
Untuk memudahkan mengingat begitu banyak
kegunaan (value) dari RM, kalangan RM
memendekannya dalam mneumonik CI.ALFREDS
yang berarti mempunyai nilai : Communication,

15
Information, Administration, Legal, Financial,
Research, Education, Documentation, dan Statistic
(Hanafiah dan Amri, 2012).
d. Jenis Rekam Medis
Konsil Kedokteran Indonesia 2006 membagi 2 jenis rekam
medis, yaitu :
1.) Rekam Medis Konvensional
Merupakan suatu tulisan/ catatan/dokumentasi yang
secara kronologis dan sistematis menggambarkan dan
menerangkan riwayat kesehatan penyakit seseorang
2.) Rekam Medis Elektronik
Suatu berkas dokumen elektronik yang berisikan
riwayat perjalanan kesehatan seseorang. Dalam
pelaksanaannya, seperti juga suatu sistem informasi
elektronik lainnya, akan memerlukan suatu proses
peng-input-an data dan untuk mengakses-nya kembali
memerlukan suatu bentuk kode pengaksesan yang harus
bersifat individual untuk menjamin kerahasiaan

Menurut Hanafiah dan Amir dalam bukunya yang berjudul


Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, di rumah sakit didapat 2
jenis rekam medis, yaitu :

1.) Rekam medis pasien rawat jalan


2.) Rekam medis pasien rawat inap
e. Analisa dokumen Rekam Medis
a. Analisa kualitatif
Merujuk pada buku pedoman pengelolaan Rekam Medis
tahun 2006 analisis kualitas ialah analisis yang ditujukan pada
mutu serta setiap berkas rekam medis. Pembuatan resume bagi
setiap pasien yang dirawat merupakan cerminan mutu rekam
medis serta layanan yang diberikan oleh rumah sakit tertentu.

16
Dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang menangani
pasien wajib melengkapi rekam medis sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Adanya analisis kualitatif bertujuan untuk menghasilkan
dokumen medis dengan proporsi
1.) Lengkap berdaya guna:
a.) rujukan asuhan pasien
b.) perlindungan hukum
c.) memenuhi kebutuhan/mendukung kialitas informasi
2.) sebagai dasar informasi :
a.) quality assurance
b.) aktifitas risk management

dalam analisis kualitatif terdapa 6 komponene diantaranya:

1.) Review kelengkapan dan kekonsistensian diagnosa.


2.) Review konsisten pencatatan.
3.) Review pencatatan hal hal yang dilakukan saat
perawatan dan pengobatan
4.) Review adanya inform consent yang seharusnya ada.
5.) Review cara atau praktik pencatatan.
6.) Review hal hal yang berpotensi tuntutan ganti rugi
b. Analisis kuantitatif
Analisa kuantitaif adalah analisa yang ditujukan kepada
jumlah lembaranlembaran rekam medis sesuai dengan lamanya
perawatan meliputi lembaran medis, paramedis dan penunjang
sesuai prosedur yang ditetapkan (BPPRM, 2006). Adapun
komponen analisisa kuantitatif menurut Hamka adalah :
1.) Identifikasi pasien yang benar pada tiap lembar rekam
medis
a.) Dilaksanakan pada saat pasien dirawat (concurrent)
atau setelah pasien pulang (retrospektif).

17
b.) Mengecek setiap halaman apakah sudah terisi
identitas pasien atau belum.
c.) Penulisan nama sesuai system penamaan yang
sudah ditentukan oleh manajemen RS.
2.) Laporan yang pentng :
a.) Ada atau tidaknya laporan
b.) Jadwal ketentuan adanya laporan
c.) Situasi yang mengharuskan laporan yang dimaksud
ada
d.) Apabila laporannya tidak ada karena tiak dibuat,
padahal laporan itu perlu ada, tidak mungkin
ditambahkan.
3.) Autentifikasi
a.) Ditandai dengan adanya tanda tangan yang
berwenang
b.) Nama disertai gelar keprofesiannya
c.) Tanda tangan tidak boleh diwakili, kecuali keadaan
mendesak
d.) Pendokumentasian yang baik dan benar.
4. Covid -19
a. Pengertian Covid-19
Menurut Kemenkes RI (2020a), Coronavirus (CoV) adalah
keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan, sedang sampai berat. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan
bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civetcats) ke
manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Menurut WHO
(2020a), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru
ditemukan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-19
akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan

18
sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan
orang-orang yang memiliki komorbit seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker
memungkin tertular COVID-19.
b. Pantogenesis Virus
Patogenesis SARS-CoV-2 masih banyak yang belum
diketahui, akan tetapi beberapa virus SARS-CoV-2 telah diketahui
dan tidak jauh berbeda dengan lainnya. Pada umumnya, virus ini
menginfeksi sel-sel disaluran pernapasan yang melapisi alveolus di
dalam tubuh manusia. Hal ini akan membuat saling berikatan
dengan reseptor-reseptor lalu membuat jalan dan masuk ke dalam
sel. Glikoprotein yang terdapat dalam envelope spike virus akan
berikatan juga dengan reseptor selular seperti ACE2 pada SARS-
CoV-2. Di dalam sel, virus ini akan melakukan duplikasi materi
genetik dan mensintesis protein-protein dibutuhkan, kemudian
akan membentuk sebuah virion baru yang muncul pada permukaan
sel. Sama halnya dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diketahui
saat setelah virus masuk di dalam sel, genom RNA virus juga akan
dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi 2
poliprotein dan protein struktural (Susilo et al., 2020)
c. Transmisi
Menurut Xu et al. (2020) terdapat beberapa macam penyebaran
COVID-19 diantaranya
1.) Kontak Langsung
Ditemukan bahwa 71,8% penduduk non-lokal memiliki
riwayat COVID-19 karena kontak dengan individu dari Wuhan.
Lebih dari 1800 dari 2055 (~ 88%) pekerja medis dengan
COVID-19 berada di Hubei, menurut laporan dari 475 rumah
sakit
2.) Droplet

19
COVID-19 ditularkan terutama melalui tetesan pernapasan.
Ketika seorang pasien batuk atau bersin, droplet yang
mengandung virus mungkin dihirup oleh individu yang rentan.
3.) Kontak Tidak Langsung
Hal ini terjadi ketika droplet mengandung COVID-19
mendarat di permukaan meja, gagang pintu, telepon, dan benda
mati lainnya. Virus itu dipindahkan dari permukaan ke selaput
lendir dengan jari yang terkontaminasi menyentuh mulut,
hidung, atau mata. Penelitian telah memperkirakan bahwa
COVID-19 dapat bertahan hingga 5 hari pada suhu 20 ° C,
kelembaban 40-50%, dan dapat bertahan hidup kurang dari 48
jam di udara kering, dengan pengurangan viabilitas setelah 2
jam.
4.) Penularan Asimptomatik
Infeksi asimptomatik telah dilaporkan dalam setidaknya
dua kasus dengan paparan riwayat ke pasien yang berpotensi
pra-simptomatik yang kemudian didiagnosis dengan COVID-
19. Virus itu dulu ditularkan ke tiga anggota keluarga 10 sehat
lainnya. Sebelum berkembangnya gejala, individu mungkin
tidak diisolasi dan mungkin merupakan sumber virus seluler
yang penting.
5.) Penularan Okuler
Telah dilaporkan sebagai dokter tanpa pelindung mata
terinfeksi selama inspeksi di Wuhan pada 22 Januari 2020.
Studi lebih lanjut ditemukan bahwa COVID-19 dapat dideteksi
dalam air mata dan sekresi konjungtiva pasien COVID19.
6.) Penularan Tinja-Oral
Pertama kali dilaporkan dalam kasus COVID-19 di AS.
Studi selanjutnya terdeteksi SARS-CoV-2 dalam tinja dan
penyeka dubur COVID-19 pasien. Selanjutnya, 23,3% dari
Pasien COVID-19 tetap COVID-19 positif bahkan ketika viral

20
load tidak lagi terdeteksi di saluran pernapasan. SARS-CoV-2
juga telah terdeteksi di epitel lambung, duodenum, dan rektal.
Tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung transmisi
vertikal karena sampel dari neonatus yang dilahirkan dengan
positif COVID-19 dari ibu negative.
7.) Penularan Antar Keluarga
Penularan dalam klaster keluarga sangat umum. Satu studi
melaporkan bahwa 78 hingga 85% kasus dalam kelompok
agregat besar terjadi karena transmisi antar militer di Sichuan
dan Guangdong, China
8.) Transmisi Aerosol
Lingkungan tertutup dengan kondisi buruk ventilasi,
aerosol dapat bertahan di udara selama 24-48 jam dan
menyebar dari beberapa meter hingga puluhan meter. Namun,
belum ada bukti kuat untuk aerosol penularan. WHO juga
menganggap bahwa rute ini memerlukan penyelidikan lebih
lanjut.
B. Kerangka Teori
Menurut Sugiyono (2017:60) mengemukakan bahwa,
kerangka berpikir/ kerangka teori merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Berikut adalah kerangka teori dalam penelitian ini

Corona Virus merupakan Pelayanan Kesehatan


keluarga besar virus yang
sebagian besar menyerang
Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang
manusia dan hewan. Corona
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
Virus ini disinyalir dapat
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
menyerang saluran
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
pernafasan yang dapat
menyembuhkan penyakit serta memulihkan
menyebabkan gangguan
kesehatan, perorangan, keluarga
pernafasan mulai dari flu
hingga yang paling serius
adalah Middle East
Respiratory 21
Rekam Medis:

 Analisis Kuantitatif
 Analisis Kualitatiif

Rekam medis merupakan berkas


yang berisikan catatan-catatan dan
dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien

Sumber : Safrizal and others, (2020), DepKes RI (2009), Suryanto, (2020)

Gambar 2.1
Kerangka Teori
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian adalah menurut polancik (2009)
kerangka berpikir diartikan sebagai diagram yang berperan sebagai alur
logika sistematika tema yang akan ditulis. dimana kerangka berpikir
tersebut dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian.

INPUT :
Proses : OUTPUT :
a. Alur Pelayanan
saat pandemi Pelayanan Terlaksananya
covid-19 Kesehatan pelayanan
b. Perubahan dibagian rekam Kesehatan di
pelayanan rekam medis bagian rekam
medis sebelum dan medis
sesudah pandemi
c. Dampak pandemi
terhadap pelayanan
Kesehatan bagian 22
rekam medis
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir Penelitian

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yang bertujuan memperoleh dan mengetahui
bagaimana pengaruh pandemi covid-19 terhadap pelayanan kesehatan
bagian rekam medis di RSIA Zainab Pekanbaru Tahun 2021
Metode Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan
instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaannya dengan penelitian
kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan teori
yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Rekam Medis RSIA Zainab
Pekanbaru Bagian Pendaftaran dan Bagian Filling
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dimulai pada bulan November 2021
C. Informan/subjek penelitian dan objek penelitian
1. Informan/subjek penelitian
Informan/Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 2 orang, 1 orang
bagian pendaftaran, 1 0rang bagian filling.
2. Objek penelitian
Adapun subjek penelitian terdiri dari 2 orang, 1 orang bagian
pendaftaran, 1 0rang bagian filling di RSIA Zainab Pekanbaru.
D. Variabel Penelitian/ Defenisi Istilah
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki
oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh kelompok lain (Suryono, 2010).

24
Table 3.1
Definisi istilah

No Variabel Definisi Istilah Teknik Instrumen Hasil


Pengumpula Penelitian Ukur
n Data

1 Alur Melakukan Wawancara Pedoman Deskriptif


pelayanan skining sebelum wawancara kualitatif
saat memasuki area
pandemi rumah sakit,
kewajban
memakai
masker, jaga
jarak, serta di
tiadakannya jam
besuk, serta
melakukan
disenfektan di
area rumah
sakit.

2 Perubahan Pada umum nya Wawancara Pedoman Deskriptif


pelayanan pelayana dan Observasi wawancara kualitatif
Kesehatan kesehatan dan
sebelum dan sebelum Observasi
sesudah pandemi masih
pandemi berjalan normal,
tidak ada nya
pelayanan yang
mematuhi

25
protokol
kesehatan
seperti
penyedian alat
cuci tangan,
memakai
masker,
menjaga jarak
dan pengecekan
suhu tubuh.
Setelah terjadi
nya pandemi
pelayanan
kesehatan lebih
ditertibkan,
pelayanan
kesehatan harus
menjalankan
tata tertib yg
telah ditetapkan
pemerintah
seperti, menjaga
jarak, memakai
masker,
mencuci tangan
dan pengecekan
suhu tubuh.

3 Dampak Tingkat Pedoman Pedoman Deskriptif


Pandemi kesehatan Wawancara Wawancara kualitatif
menurun karena dan

26
banyak yang Observasi
terpapar covid
19 dan banyak
masyarakat
yang stres
karena khawatir
dan takut
tertular virus
corona sehingga
membuat sistem
imun semakin
menurun, selain
itu banyak
tenaga
kesehatan yang
berguguran
akibat pandemi
ini karena faktor
tertular virus
covid 19
maupun faktor
kelelahan
karena jumlah
pasien yang
melunjak.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh


peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

27
hasilnya lebih baik (cerman, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah
diolah.(Saryono, 2010).

Adapun instrumennya yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Pedoman Wawancara

2. Pedoman observasi

3. Alat Tulis berupa pena

4. Alat perekam dan alat dokumentasi berupa handphone

5. Laptop

1. Sumber data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
lapangan dari informasi melalui wawancara yang telah
dipersiapkan sebelumnya dan observasi langsung dilapangan
tentang pengaruh pandemi covid-19 terhadap pelayanan
kesehatan bagian rekam medis.
b. Data sekunder
Data pendukung dari data primer yang berhubungan langsung
dengan pengaruh pandemi covid-19 terhadap pelayanan
Kesehatan bagian rekam medis di RSIA Zainab Pekanbaru
tahun 2021.

F. Pengolahan Data
a. Observasi
Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung mengenai
pengaruh pandemic covid-19 terhadap pelayanan Kesehatan bagian
rekam medis di RSIA Zainab Pekanbaru tahun 2021.
b. Wawancara

28
Mengadakan tanya jawab langsung kepada Petugas Rekam Medis
yang terlibat langsung dalam pengaruh pandemi terhadap Tenaga
Rekam Medis di RSIA Zainab Pekanbaru Tahun 2021 dengan alat
bantu pedoman wawancara.

c. Dokumentasi
Melakukan dokumentasi pada saat kegiatan wawancara penelitian untuk
mengetahui keselamatan dan kesehatan petugas rekam medis dimasa
pandemi covid-19 di RSIA. Zainab Pekanbaru Tahun 2021
G. Analisis Data
Dalam teknik ini digunakan proses berpikir induktif dan deduktif.
Menurut (Notoatmodjo, 2017) induktif adalah pengambilan kesimpulan
umum berdasarkan hal-hal dan observasi yang khusus. Menurut (Moleong,
2011) deduktif adalah data yang digunakan untuk menganalisa data yang
terkumpul dengan jalan menguraikan atau menginterpretasikan hal-hal
yang bersifat umum pada kesimpulan yang bersifat khusus. Penelitian ini
juga dibandingkan dengan teori yang relevan untuk mengetahui sejauh
mana terjadinya perbedaan antara teori yang seharusnya dengan kenyataan
yang ada sehingga akhirnya diperoleh saran dan koreksi.
Hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif yaitu hasil
penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenamya dilapangan dengan cara
melakukan observasi dan wawancara terhadap pengaruh pandemi covid-19
terhadap pelayanan Kesehatan bagian rekam medis di RSIA Zainab
Pekanbaru.
Data yang diperoleh di lapangan perlu di catat, serta di teliti
dengan rinci data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari staf Rekam Medis
melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan untuk mengetahui
pengaruh pandemic covid-19 terhadap pelayanan Kesehatan bagian rekam
medis di RSIA Zainab Pekanbaru tahun 2021. Teknik analisa data dalam
pengumpulan ini adalah teknik analisa kualitatif.

29
H. JADWAL PENELITIAN
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb
Mar
1 Pengajuan Judul 4 s/d 23
KTI okt 2021
2 Bimbingan 1 s/d 30
Proposal nov 2021
KTI
3 Sidang & 1 s/d 11
Perbaikan Proposal des 2021
4 Penelitian dan 12 des 2021 s/d 10 Feb 2022
bimbingan
KTI
5 Sidang Hasil KTI 14 Feb s/d
26
Feb 2022
6 Perbaikan 27 Feb s/d 12 Mar
dan laporan 2022
KTI

I. ETIKA PENELITIAN

Penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan


standar etika dalam melakukan penelitian. Adapun prinsip-prinsip etika
penelitian adalah

1. Prinsip Menghormati Harkat Dan Martabat Manusia (Respect For


Persons).

30
Penulis akan menghormati hak-hak responden yang terlibat dalam
penelitian, termasuk diantaranya hak untuk membuat keputusan untuk
terlibat atau tidak terlibat dalam penelitian dan hak untuk dijaga
kerahasiaan nya berkaitan dengan data yang diperoleh selama
penelitian.

2. Prinsip Berbuat Baik (Beneficence).

Manfaat penulis yang didapatkan melalui keikutsertaan dalam


penelitian secara spesifik bagian-bagian dari prinsip beneficence antara
lain, bebas dari bahaya (non maleficence). Bahwa penelitian yang
dilakukan oleh penulis tidak membahayakan jiwa dan membahayakan
responden/partisipan. Apabila ada perlakukanan yang dilakukan maka
perlakuan tersebut sudah melewati uji etik sehingga telah dinilai untuk
aman dilakukan. Selanjutnya adalah bebas dari eksploitasi, manfaat
dari penelitian dan mempertimbangkan resiko dan manfaat penelitian.

3. Prinsip Keadilan (Jastice).

Peneliti akan memperlakukan semua yang terlibat dalam penelitian


secara adil dan tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, agama, atau
status sosial ekonomi. Peneliti memperlakukan responden/partisipan
sesuai dengan desain penelitian dan tujuan penelitian, antara lain hak
untuk mendapat perlakukan yang sama dan hak untuk dijaga
privasinya.

DAFTAR PUSTAKA

31
Asriati, Y. (2020). Beban Kerja Pelayanan Rekam Medis Di Masa Pademi Covid-
19. Jurnal Manajemen Informasi Dan Administrasi Kesehatan (JMIAK),
03(2), 44–49.
Ismawati, I., Yulianti, N. A., & Sari, I. (2021). Faktor-Faktor Penyebab
Keterlambatan Distribusi Rekam Medis Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tk Ii
Dustira Cimahi. Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(7), 815–820.
KementerianPPN/Bappenas. (2021). Studi Pembelajaran Penanganan COVID-19
Indonesia. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kurniasih, E. P. (2020). Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Penurunan
Kesejahteraan Masyarakat Kota Pontianak. Prosiding Seminar Akademik
Tahunan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan 2020, 277–289.
Mardi, Y., & Kamal, S. (2019). Meningkatkan pemahaman siswa tentang
pentingnya rekam medis pada fasilitas kesehatan. Logista: Jurnal Ilmiah
Pengabdian Masyarakat, 3(2), 149–156.
Nugraha, I. N., Suciani, I., & Sonia, D. (2021). Pengaruh Pandemi Covid-19
Terhadap Pelayanan Kesehatan Bagian Rekam Medis Di Rumah Sakit Xx
Cimahi. Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(8), 997–1003.
Safrizal, Putra, D. I., Sofyan, S., & Bimo. (2020). Pedoman Umum Menghadapi
Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah Pencegahan, Pengendalian,
Diagnosis dan Manajemen. Tim Kerja Kementrian Dalam Negeri.
Sukur, M. H., Kurniadi, B., & N, R. F. (2020). Penanganan Pelayanan Kesehatan
Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Hukum Kesehatan. Jurnal
Inicio Legis, 1(1), 1–17.
Supartiningsih, S. (2017). Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah Sakit :
Kasus Pada Pasien Rawat Jalan. Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah
Sakit, 6(April), 9–15. https://doi.org/10.18196/jmmr.6122
Suryanto, H. (2020). Analisis Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis di Unit
Rekam Medis Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 8(2), 107–113.

32
Alaydrus, Salmah. 2011. Perbandingan Kelengkapan Pengisian Rekam Medis
Antara Dokter Spesialis di Paviliun Garuda dan Residen di Bangsal
Penyakit dalam RUSP dr. Kariadi Semarang Periode Agustus 2010.
UNDIP. Semarang

Amir, Amri & Hanafiah, Jusuf. (2009). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
Edisi 4. Jakarta: EGC.

Amir, Hanafiah. Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan. Jakarta, Buku


Kedokteran. 2008

Anny Isfandyarie. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku I,
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006, hlm. 3. 5

Cecep Triwibowo. Etika dan Hukum Kesehatan, PT Medika, Jogyakarta, 2014,


hlm. 16.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44


Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2004. UUno. 29 tahun 2004 Tentang Praktek kedokteran. Dikutip 20/
03/ 2003 dari http// www.depkes.go.id/download/tentang praktek
kedokteran

Depkes, RI. 1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 2006. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis


Rumah Sakit di Indonesia Rev.II. Jakarta: DepKes RI

Haliman dan Wulandari. 2012. Cerdas Memilih Rumah Sakit. Yogyakarta: CV.
Andi Offset

Hanafiah, M. Yusuf dan Amri Amir,Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,


Kedokteran EGC, Jakarta,1999.

Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus


Desease (COVID-19). Jakarta: Kemenkes RI ; 2020

Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit. Jakarta:
Kemenkes RI; 2010.

33
Mimin Emi. Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik , Kedokteran EGC,
Jakarta, 2004, hlm. 4.

Nursalam. 2015. Asuhan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Purwandari, Atik. Konsep kebidanan sejarah dan profesionalisme. Jakarta: EGC;


2008. h. 7.

Sally, Theresia. 2008. Ketidaklengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis di


Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Laporan Magang S1 Program Studi
Manajemen Rumah Sakit FKMUI. Depok.

Sri Praptianingsih. Kedudukan Hukum Keperawatan dalam Upaya Pelayanan


Kesehatan di Rumah Sakit, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007,
hlm.25.v

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV

Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta2009

Veronica Komalawati, 1999, Hukum dan Etika Dalam Praktik Dokter, Pustaka
Sinar Harapan, Bandung

Veronica Komalawati, 2002, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi


Terapeutik (Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien), PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung

34

Anda mungkin juga menyukai