Anda di halaman 1dari 70

Kenali Ular di Gunung

YAYASAN SIOUX ULAR INDONESIA


SIOUX Adalah nama sebuah Suku di Indian Amerika.
didirikan pada tanggal 23 November 2003 dengan Nama SIOUX
Lembaga Studi Ular Indonesia di Gedung Kwartir Nasional Jl
Merdeka Barat, Jakarta oleh 4 orang

Sejak tahun 2010 telah menjadi Yayasan


SIOUX Ular Indonesia yang beraktifitas
Di Seluruh Indonesia terkait Pelatihan
Penanganan Ular, snake.
0817-6800-446

@ular_indonesia

Group : Ular Indonesia

siouxindonesia.org

yayasansioux@gmail.com
Program Yayasan SIOUX
Porto Folio Yayasan SIOUX
PT VICO Indonesia - Muara Badak WWF Riau
PT Pertamina Hulu Energi ONWJ KEHATI
ELNUSA – Cibodas Yayasan Survival Indonesia
Banyan Tree Hotel and Resort – P. Bintan Komunitas Ciliwung Condet
Rajawali Flying School WANADRI
Nusa Flying School Pramuka
PT Cargill Kalimantan (Sawit) Taman Nasional Gunung Gede
PT Medco Agro Pangrango
Pertamina Klayan
Pasukan Intai Amfibi TNI AU Aardwolf Pest Care
Brigadir Mobil (Brimob) – Surabaya IMAGO Pest Control
Polsek Depok Timur Spectra Pest Control
Jambore SAR Nasional 2018 dst

Universitas Sriwijaya Palembang Trans corp.


Universitas Muhammadiyah Metro JakTV
Universitas Juanda Bogor MNC TV
Universitas Islam Negeri Jakarta Indosiar
Universitas Katolik Atmajaya Jakarta Kompas TV
Institut Pertanian Bogor Lite FM
AJI RACHMAT P, ST
1. Owner CV LareAngon Indonesia (outbound
provider)
2. Komisaris utama PT Satu Benih Organik
3. Asli Jogja, Tinggal di Jogja
4. Salah satu Pendiri Natrix Scout (pramuka ular
Jogja) 1998
5. Salah satu Pendiri SIOUX Indonesia thn 2003
6. Ketua Yayasan SIOUX Ular Indonesia 2010 -
sekarang
7. Pemateri penanganan ular sejak tahun 1998
dengan lebih dari 1000 jam Sebagai Trainer
8. Terlibat dalam Syuting Program TV
Petualang Liar TV 7, Jejak Petualang Trans7 ,
Sang Pawang Lativi, Program News Indosiar,
TransTV, NET, RCTI, MNC
AJI RACHMAT P, ST

Sertifikasi BNSP
1. Fasiliator Experiential
Learning (Pemandu
Outbound)
2. Pemandu Gunung
3. Tour Guide
4. Asesor Kompetensi
Relawan SIOUX = Muscle SIOUX
• Area Jawa Barat = 70 muscles
• Area Jakarta = 40 muscles
• Area Banten = 13 muscles
• Area Jawa Tengah = 27 muscles
• Area DIY = 78 muscles
• Area Jawa Timur = 38 muscles
• Area Bali NTB NTT = 20 muscles
• Area Kaltim = 9 muscles
• Area campur = 18 muscles
BUKAN
PAWANG ULAR
Semua Muscle Sioux TIDAK KEBAL
terhadap efek bisa
Sioux TIDAK MELATIH kekebalan terhadap bisa

SIOUX berbagi pengetahuan karakter ular


indonesia
dan mengembangkan teknik untuk menghindari
bahaya ular sehingga dapat hidup berdampingan
secara benar di habitatnya

Kami lebih senang disebut ...

SNAKE HANDLER
Fakta : Pendakian di Habitat Satwa
Kobaran api membakar hutan di kawasan puncak Gunung Merbabu terlihat dari Selo,
Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (12/9/2019). ebakaran hutan Taman Nasional Gunung
Merbabu yeng terpantau pertama kali pada Rabu (11/9) di Kabupaten Magelang,
meluas hingga hutan kawasan Kabupaten Boyolali.(ANTARA FOTO/MOHAMMAD
AYUDHA)
Rantai Makanan
Makanan Ular
Biologi Ular
Tubuh Ular

Membulat dan memanjang

Sisik

Kloaka

Ektotermik

Sumber : Hutchins et al., 2003

siouxindonesia.org
Pewarnaan

siouxindonesia.org
Penglihatan

siouxindonesia.org
Tips Jika Ketemu Ular

SILENT THINKING OBSERVE PREPARE


Pendengaran
Kobra yang “menari”

siouxindonesia.org
Habitat ular • Arboreal
• Terrestrial
• Aquatic
• Semi Aquatic
• Gurun
Mitos : Ular Takut Pada Garam dan Belerang
Fakta : ular tidak takut garam karena bersisik
Laliu Kenapa Ular dianggap takut pada garam ?
Penanganan
Gigitan Ular
Update WHO 2016
Bahaya
Ular

Psikologis Biologis

Gigitan Semburan Belitan

Tidak Berbisa Berbisa Ular Kulit


Kulit sehat Mata
berbisa menengah tinggi raksasa terluka
Gigitan Tidak Berbisa
Jangan Panik, Tenang
Pastikan Ular Tidak berbisa
Bersihkan luka
Hentikan Pendarahan
Istirahat

Perlakukan luka seperti luka lecet sehingga tidak perlu di


bawa ke rumah sakit (kecuali gigitan phyton yang
menyebabkan luka sobek / pendarahan hebat)

Gigitan
Tidak
Berbisa
Gigitan Berbisa Menengah
Bersihkan luka
Amati perkembangan luka (bengkak, memerah di area lokal)
Amati demam dan mual
Istirahat, hentikan kegiatan fisik sejenak
Asup gizi suplemen yang banyak
• Madu
• Susu, Telur
• Tongseng, Sop daging
Gigitan
Berbisa
Menengah
Source : Guideline for The Management of Snakebites (WHO, 2016) page 121-122
Source: Guideline for The Management of Snakebites (WHO, 2016) page 95
Gigitan Ular Berbisa TINGGI
CLINICAL MANIFESTATION
LOCAL SYSTEMIC
• Swelling > half bitten • Haemostatic abnormality
limb/48 hours • Neurotoxic signs
• Toes especially fingers • Cardiovascular abnormalities
• Rapid extension within a • Acute kidney injury
few hours • Myoglobinuria/generalised
• Enlarged tender lymphnode rhabdomyolysis/haemolysis
draining the affected area • Supporting lab evidence of
systemic envenoming

(A. Khaldun, 2015)


Gigitan
1. Stabilisasi korban
2. Observasi keadaan : kesadaran , pernafasan
3. Posisikan dengan posisi pemulihan
4. Observasi potensi perdarahan
5. Bertanya pada korban mengenai ciri-ciri ular yang
dilihatnya
Gigitan
HOW TO MANAGE SNAKE BITE CASE
OUT OF HOSPITAL?
• HOME
– DO NOT PANIC
– DO NOT GIVE CONSTRICTING BAND (TORNIQUET), SUCKING, or OTHER
TRADITIONAL TREATMENT
– IMMOBILIZE BITTEN AREA (will be discussed)
– SEND TO PRIMARY HEALTH CARE OR EMERGENCY DEPARTMENT
– BRING DEAD OR ALIVE SPECIMENT OR SNAKE PHOTO INTO
EMERGENCY TO BE IDENTIFIED TO GIVE A SUITABLE ANTIVENOM

• PRIMARY HEALTH CARE


– DO GENERAL EXAMINATION, MAKE IT STABLE !
– EVALUATE THE IMMOBILIZATION
– GIVE IMMOBILIZATION IF NO IMMOBILIZATION BEFORE
– GIVE ANALGESIA WHEN NEEDED
– MARK THE EDEMA BY USING RPP TEST (will be discussed)
– DO NOT DO CROSS INCISION !!!!
– BRING THE PATIENT TO THE EMERGENCY DEPARTMENT
Snake antivenom in Indonesia
• Tekan
• Tahan
• Tinggikan

Gigitan
Ular
BEsar
Kulit Kulit terluka Mata

• Gejala : - • Gejala : • Gejala :


seperti perih,
gigitan panas,
kobra merah

• Tindakan : • Tindakan :
• Tindakan :
penanganan siram
siram air
gigitan ular perlahan
bersih
berbisa dengan air
tinggi bersih 2-7
liter

Semburan
Ular Kobra
Belitan ditangani dengan cara
handling yang tepat

Belitan
Belitan
Ular di Gunung
1500 – 2000 Mdpl
TIDAK BERBISA
Non-venomous Snake
Bahaya bagi manusia: Ular menarik ini tidak memiliki bisa
sama sekali dan tidak berbahaya bagi manusia

Persebaran: Kalimantan
Ular endemik dari Sarawak ini mendiami bukit dan hutan
pegunungan rendah pada ketinggian berkisar 640-1.700
meter. Tubuhnya cukup ramping, dan kepala memanjang
sedikit lebih lebar dari tubuh. Mata cukup besar.
Tubuh adalah zaitun gelap (kadang-kadang kehitaman)
dengan coklat kegelapan di atas, dihiasi dengan garis yang
memiliki beberapa warna padanya. Setiap garis memiliki
warna coklat gelap di bagian tengah, dan kekuning-kuningan
di sisinya, sehingga menciptakan pola kotak-kotak.

Ular ini diurnal (aktif pada siang hari) dan hidup sepenuhnya
di tanah, ular ini lebih memilih habitat hutan yang
disampingi dengan aliran air seperti sungai sebagai
habitatnya. Mangsanya merupakan katak dan kodok serta
berudunya.

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Amphiesma sarawacence
Non Venom Snakes
Bahaya bagi manusia : Ular ini dapat menyebabkan luka
yang cukup sakit dari gigi depannya yang cukup tajam.

Persebaran : Bali, Bangka, Kalimantan, Butung, Enggano,


Flores, Jawa, Kalimantan, Komodo, Lombok, Kepulauan
Mentawai, Natuna Kepulauan, Padar, Kepulauan Riau, Rinca,
Sangihe Kepulauan, Sulawesi, Kepulauan Sula, Sumatera,
Sumba, Sumbawa, Togian nusantara.
Ular dari keluarga natricidae ini memiliki kepala yang besar,
spesies ini diberikan nama "Mock viper" karena persamaan
penampilan yang dimilikinya dengan ular beludak asli. Mock
viper dapat sering ditemukan dalam berbagai ketinggian,
dari dataran rendah hingga pegunungan berhutan hingga
ketinggian 1600 meter.

Spesies ini aktif baik siang dan malam, dan memangsa pada
katak, tokek dan kadal. Spesies ini tidak berbisa dan tidak
dapat menyakiti manusia. Namun ular ini memiliki memiliki
kecenderungan untuk cepat menggigit yang dapat
Sumber : ularindonesian.blogspot.com memberikan luka menyakitkan dari gigi depannya yang
tajam.

Psammodynastes pulverulentus
Non Venom Snakes
Bahaya bagi manusia: Semua Ular Calamaria tidak memiliki
bisa sama sekali dan ukuran kecil mereka tidak dapat
membahayakan manusia

Status konservasi dan ancaman : Ular Alang-alang tidak


diketahui mengenai status konservasinya. Penggundulan
hutan merupakan ancaman utama bagi spesies ini.

Persebaran : Jawa, Borneo

Ular ini hidup di daerah perbukitan dan dekat gunung, paling


sering ditemukan pada dasar hutan, khususnya pada
tumpukan dedaunan mati. Dorsal ular ini hitam-biru atau
coklat gelap, kadang-kadang dengan 2 buah garis gelap
miring yang melintasi daerah labialnya yang kuning, daerah
ventral kuning polos atau berbintik hitam.

Foto : Photo courtesy Rupert G Lewis

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Calamaria bicolor
Non Venom Snakes
Bahaya bagi manusia : Bisa ular ini cukup kuat untuk
melumpuhkan kadal. Efeknya pada manusia hanya akan
menyebabkan gatal gatal dan pembengkakan kecil.

Persebaran : Bangka, Belitung, Jawa, Kepulauan Mentawai,


Natuna Archipelago, Nias, Riau

Ular Terbang dianggap oleh beberapa sebagai ular langka. Ini


adalah spesies bertaring belakang dengan bisa rendah cukup
kuat untuk melumpuhkan mangsa kecil , mangsa utamanya
kadal pohon, tetapi juga dapat memangsa katak pohon dan
kelelawar.

Ular ini dapat ditemukan pada hutan dengan ketinggian


hingga 1,500m. Seperti anggota lain dari genus Chrysopelea
ular ini memiliki kemampuan luar biasa untuk meluncur dari
pohon ke pohon, ini dicapai dengan meratakan tubuh
sehingga permukaan ventral menjadi cekung , dan kemudian
meluncurkan dirinya dari pohon ke pohon. Tubuhnya
ramping, ekornya panjang.
Sumber : ularindonesian.blogspot.com

paradisi
Non Venom Snakes
Bahaya bagi manusia: Ular ini biasanya akan mencoba
sebaik mungkin untuk mengkaburkan diri dari manusia dan
menghindari pertemuan, gigitannya pun tidak sakit.

Persebaran : Sumatera

Ular ini hidup hutan hujan pegunungan yang lembab dari


ketinggian 1000m hingga 2600m dpl. Mereka menyukai
daerah yang memiliki banyak vegetasi tebal atau semak-
semak.

Namun mereka juga kadang-kadang dapat ditemukan di


perkebunan teh atau ladang pertanian. Ular ini aktif pada
malam hari hingga senja. Mangsa ular ini merupakan tikus
dan mamalia kecil lainnya.

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Oreocriptophis porphyraceus laticinctus

Non Venom Snakes


Bahaya bagi manusia : Ular kecil ini tidak memiliki bisa dan
tidak berbahaya kepada manusia. Namun ular ini mirip
dengan Ular Weling (Bungarus candidus) yang merupakan
jenis ular berbisa tinggi dan dapat mengancam nyawa
manusia jika tergigit sehingga harus diperhatikan sehingga
tidak terjadi salah identifikasi.

Persebaran : Simalur / Simeulue, Nias, Mentawai Islands,


Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Kalimantan
Spesies tersebar luas ini mendiami hutan dataran rendah
dan habitat pegunungan sampai setidaknya 1500 meter
elevasi.

Ular ini paling umum ditemui pada malam di lantai hutan,


tetapi juga dapat kadang-kadang ditemukan di pepohonan.
Ular ini dikabarkan memakan tokek, cicak dan kadal.

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Lycodon subcinctus

Non Venom Snakes


Bahaya bagi manusia : Ular kecil ini tidak memiliki bisa dan
gigitannya tidak dapat menyakiti manusia, ular ini enggan
menggigit.

Persebaran : Borneo, Jawa, Lombok, Sumatera, Bali.

Ular ini menghuni dataran rendha hingga perbukitan dari


ketinggian 550m - 1300m dpl. Mereka juga dapat ditemukan
di dekat tempat tinggal manusia atau perkebunan, namun
keberadaan mereka jarang ditemukan disana.

Ular ini aktif pada malam hingga senja, memangsa pada


siput. Ular ini biasanya hidup di pepohonan namun akan
turun ke tanah atau vegetasi rendah pada malam hari untuk
mencari mangsa. Ular ini bergerak dengan lamban.

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Pareas carinatus

Non Venom Snakes


Bahaya bagi manusia : Ular kecil ini tidak memiliki bisa dan
gigitannya tidak dapat menyakiti manusia.
Persebaran : Kalimantan, Sumatera

Spesies ular ini hanya dapat ditemukan di daerah


perbukitan, sub-gunung dan hutan primer yang dekat
dengan daerah pegunungan hingga ketinggian 1640m, ular
ini tidak dapat ditemukan di dataran rendah.

Spesies ini nokturnal, biasa ditemukan di tanah namun juga


memanjat pohon untuk mencari makan atau perlindungan.
Ular ini memakan eksklusif pada siput, namun informasi
Ular Siput mengenai ekologi ular ini masih kurang.
Vertebral Slug Snake
Suku : Colubridae
Anak Suku : Paratinae
Tubuh bagian atas ular ini dapat berwarna abu-abu gelap
Marga : Asthenodipsas hingga coklat gelap dengan sisi bawah berwarna krim atau
Spesies : Asthenodipsas vertebralis kekuningan, sisik pada daerah vertebralnya diperbesar.
Panjang Maksimum : 77cm

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Asthenodipsas vertebalis

Non Venom Snakes


BERBISA MENENGAH
Mildly-venomous Snake
Bahaya bagi manusia: Gigitan ular ini hanya menyebabkan
pembengkakan.

Persebaran: Anamba Nusantara, Bali, Bangka, Belitung,


Butung, Jawa, Kalimantan, Lombok, Kepulauan Mentawai,
Natuna Kepulauan, Nias, Kepulauan Riau, Kepulauan
Sangihe, Sebuku, Simeulue, Kepulauan Sula,
Sulawesi, Sumatera, Sumbawa, Ternate.

Merupakan salah satu ular paling sering ditemukan dan


terpanjang dari genus Ahaetulla. Ular ini memiliki
penyebaran yang luas dan bahkan dapat ditemukan dekat
daerah yang terganggu manusia seperti sawah, vegetasi
pinggir jalan dan taman kota-kota besar.

Ia menghuni hutan primer dataran rendah, hutan


pegunungan lembab, hutan sekunder, hutan kering dan
hutan terbuka hingga ketinggian 2100m dpl. Ular ini paling
sering ditemukan di perkebunan teh sehingga disebut
dengan nama ular pucuk.
Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Ahaetula prasina
Medium Venom Snakes
Bahaya bagi manusia : Ular ini memiliki bisa menengah
seperti Boiga lainnya, yang dapat menyebabkan pusing dan
pembengkakan. Diketahui spesies ini sering bertemperamen
agresif sehingga harus diperlakukan secara hati-hati.

Persebaran : Sulawesi : Kepulauan Togian , Halmahera,


Papua Nugini

Boiga irregularis merupakan satu satunya ular Papua Nugini


dari genus Boiga, genus yang biasanya ditemukan di Asia
Tenggara. Ular ini mendiami dalam berbagai habitat
termasuk daerah yang telah dibudidayakan, seperti
perkebunan, hutan bakau dan hutan hingga ketinggian 1400
meter.

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Boiga irregularis
Medium Venom Snakes
BERBISA TINGGI
Highly-venomous Snake
Bahaya bagi manusia : Bisa ular ini belum diketahui, namun
karena ular ini berasal dari genus Rhabdophis maka
sebaiknya diasumsikan kuat bisanya setara atau mirip
dengan Rhabdophis subminiatus (Ular Picung).

Persebaran : Kepulauan Anambas, Bali, Flores, Jawa,


Kalimantan, Kepulauan Mentawai, Nias, Simeulue,
Sumatera, Ternate, Kalimantan. Spesies ular yang memiliki
persebaran luas ini mendiami dataran rendah dan hutan
pegunungan rendah sekitar 1700 meter ketinggian. Ular ini
biasanya ditemukan di dekat sungai, tetapi juga dapat
menjelajah habitat lain melampaui daerah dekat air. Ular ini
memiliki bentuk tubuh khas ular natricidae, dengan badan
agak silinder, cukup ramping, dan kepala yang lebih besar
dari tubuhnya. Matanya besar dan bulat.
Karena rentang geografis spesies ini luas, pewarnaan
mungkin agak berbeda dari tempat ke tempat. Biasanya
tubuhnya berwarna coklat atau zaitun-coklat, dengan
berbagai garis sempit yang memiliki jarak sama.
Sumber : ularindonesian.blogspot.com
Foto 1 : Photo courtesy Ingomar Klehlmann
Foto 2 : Photo courtesy M.A Muin Md Akil

Rhabdophis chrysargos
Highly-venomous Snakes
Bahaya bagi manusia : Ular bertaring belakang ini dulu
diketahui sebagai spesies yang berbisa rendah seperti
colubridae lainnya (dulu dianggap colubrid, sekarang
natricidae), namun telah diketahui setelah beberapa kasus
gigitan bahwa ular ini ternyata berbisa tinggi gigitannya dan
dapat mengancam nyawa manusia.

Persebaran : Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi.


Juga dikenal dengan nama Ular Pudak Bromo, ular ini adalah
spesies yang persebarannya luas dari dataran rendah dan
hutan pegunungan rendah hingga ketinggian sekitar 1800
meter. Spesies ini diketahui oleh bagian tengkuknya yang
berwarna merah menyerupai buah picung.
Ular ini aktif pada siang hari, seperti kebanyakan natricidae
lain lebih sering ditemui di darat dekat badan air kecil,
seperti kolam, rawa dan sungai, namun juga dapat
ditemukan dekat tempat tinggal manusia seperti kebun dan
sawah. Dietnya terdiri dari vertebrata air seperti katak,
berudu dan ikan, katak buduk (Bufo.sp) merupakan
makanan utama ular ini, yang merupakan spesies katak
Sumber : ularindonesian.blogspot.com beracun.

Rhabdophis chrysargos
Highly-venomous Snakes
Bahaya bagi manusia: Ular ini sangat berbisa dan
berbahaya, diketahui saat menggigit ia tidak akan langsung
melepas melainkan akan terus mengunyah pada korbannya.
Individu muda dapat bergerak dengan gesit sementara
individu dewasa biasanya cukup lamban.

Persebaran : Irian Jaya.


Ular tersebar luas di Papua Nugini ini dapat ditemukan di
berbagai macam habitat lembab, mulai dari daerah rawa-
rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan pada
ketinggian 1500m dpl.

Ular terestrial ini kadang-kadang dapat ditemukan dalam


jumlah cukup banyak pada beberapa daerah tertentu seperti
di sekitar perkebunan kelapa, dimana ular ini memanfaatkan
tumpukan batok kelapa untuk digunakan sebagai habitat
utama mereka, ini juga berarti bahwa para pekerja di kebun
kelapa akan menghadapi resiko tergigit oleh ular berbisa
tinggi ini.
Sumber : ularindonesian.blogspot.com
Foto : Photo courtesy Engilis Photos

Ikaheka
Highly-venomous Snakes
Bahaya bagi manusia: Ular ini sangat berbisa dan dapat
menggigit dengan sangat cepat, juga dapat sulit dilihat jika
tersamar di sekitar dedaunan mati. Gigitan dari ular ini
terkenal sebagai 'pembusuk jari' karena jika anda tergigit di
jari, kemungkinan besar anda akan harus amputasi jari
tersebut. Kebanyakan gigitan akan menyebabkan kematian
jika tidak segera pergi ke rumah sakit.

Persebaran : Jawa , (Kalimantan dan Sumatra – Sawit)


Ular ini hidup di ketinggian rendah, pada daerah
pegunungan berhutan dan sekitar daerah pertanian hingga
ketinggian 2000m di atas permukaan laut.

Mereka hidup penuh di tanah, tidak pernah dilihat


memanjat pohon. Mereka menyukai habitat yang datar dan
kering, sering ditemukan bersembunyi di daerah dengan
vegetasi lebat / rumput tinggi, daerah berbatu dengan
dedaunan mati, dibawah kayu atau bebatuan dan dibawah
pepohonan bambu.
Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Calloselasma rhodostoma
Highly-venomous Snakes
Bahaya bagi manusia: Ular ini berbisa tinggi dan dapat
menggigit dengan sangat cepat, dan juga dapat sulit dilihat
jika tersamar di sekitar vegetasi. Bisa ular ini terutama terdiri
dari haemotoksin, gigitan dari ular ini menyebabkan
langsung rasa sakit seperti kebakar dan pembengkakan
besar pada daerah gigitan. Hanya sedikit gigitan telah terjadi
dan tidak pernah terjadi kematian.
Persebaran : Jawa, Sumatera, Kepulauan Natuna, Mentawai,
Simalur

Persebaran ular ini terbatas pada hutan sekunder dan hutan


primer pada dataran rendah hingga ketinggian 1200m. Ular
ini merupakan ular berbisa tinggi yang biasa ditemukan di
pepohonan hingga ketinggian 20m di atas tanah.

Ular ini bersifat nokturnal dan biasanya kelihatan lesu,


bergerak dengan sangat lamban, tidak agresif namun akan
segera menggigit jika terlalu dekat atau disentuh.

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Trimeresorus puniceus
Highly-venomous Snakes
Bahaya bagi manusia: Ular ini berbisa tinggi dan dapat
menggigit dengan sangat cepat, dan juga dapat sulit dilihat
jika tersamar di sekitar vegetasi sehingga dapat lebih
berbahaya kepada manusia jika tidak diketahui
keberadaannya.
Persebaran : Sumatera, Bangka, Kepulauan Mentawai,
Kepulauan Natuna, Nias dan Kepulauan Riau

Ular Bandotan Candi, atau Ular Wagler mungkin adalah ular


beludak yang dapat paling sering ditemukan di Asia
Tenggara.

Ular ini mendiami hutan dataran rendah, baik primer atau


sekunder, dan di beberapa daerah pesisir yang ada di sekitar
hutan bakau hingga ketinggian 1200m.

Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Tropidolaemus wagleri
Highly-venomous Snakes
ULAR RAKSASA
Non-venomous Snake
Bahaya bagi manusia : Individu besar kadang-kadang dapat
bertemperamen agresif, namun karena ukuran ular ini yang
umumnya tidak besar, potensi untuk menyebabkan luka
serius sedikit.

Persebaran : Kepulauan Aru, Irian Jaya.


Ular ini dikenal dengan nama lokal Chondro. Ular ini
endemik pada Papua Nugini dan beberapa pulau sekitarnya.
Mereka terutama hidup di pohon, biasa ditemukan pada
hutan kering, hutan rawa-rawa, daerah pegunungan dan
hutan hujan hingga ketinggian 2000m.

Mereka kelihatannya lebih menyukai habitat yang berada di


tepi atau pinggiran, mereka cenderung menghindari daerah
tengah hutan kedalaman seperti kanopi tinggi. Walaupun
terutama hidup di pohon, mereka juga akan ditemukan
berburu mangsa di tanah pada malam hari, mangsanya
merupakan kadal untuk ular masih muda dan tikus, burung
dan mamalia kecil lainnya pada saat ular sudah dewasa.
Pada siang hari mereka biasanya ditemukan beristirahat di
atas pohon.
Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Morelia viridis
Non Venom Snakes
Bahaya bagi manusia : Ular ini tidak takut untuk membela
dirinya dan akan menggigit kapanpun, ia pertama akan
mempersiapkan diri dengan berpose bentuk 'S' dan strike
mereka berjangkau cukup panjang tergantung panjang
tubuh ular tersebut. Ular ini memiliki banyak gigi
berlengkung, mereka memiliki pegangan yang sangat kuat
dan sangat susah dilepaskan jika tergigit.

Persebaran : Ambon, Kepulauan Anambas, Babi, Batjan,


Banda Besar, Bangka, Bankak, Belitung, Boano, Kalimantan,
Buru, Butung, Enggano, Flores, Halmahera, Haruku, Jawa,
Kalimantan, Krakatau, Lang, Lombok, Kepulauan Mentawai,
Natuna Archipelago, Nias, Obira, Kepulauan Riau, Saparua,
Seram ; Simeulue, Kepulauan Sula, Sulawesi, Sumatera,
Sumba, Sumbawa, Tanimbar, Ternate, Timor, Verlate, Kami ) ;
Timor - Leste
phyton constrictor (penyekik) yang sangat kuat, ia
memangsa terutama pada mamalia berukuran medium
hingga besar, mulai dari tikus, tupai, musang, rusa dan babi.
Pada daerah dekat tempat tinggal manusia, mereka biasa
memangsa pada tikus dan kucing liar.
Sumber : ularindonesian.blogspot.com

Malayophyton reticulatus
Non Venom Snakes
Handling Ular di Gunung
Tujuan Handling
• Menangkap /
mengamankan ular tanpa
melukai (dalam keadaan
hidup)
• Mengamankan diri sendiri
• Mengamankan lingkungan
dari bahaya ular
• Mempertahankan
ekosistem tetap terjaga
keseimbangannya
Prinsip Utama
• Handling jika diperlukan
• Kenali SPESIES Ular tersebut, jika tidak dikenal
anggap berbisa tinggi
• GUNAKAN ALAT !! (Treking pole, tongkat, kayu,
frame tenda, dll)
• TIDAK HARUS PEGANG KEPALA
• Jangan di bawa turun gunung
• pindahkan atau lemparkan saja ke samping
lintasan /trek
TEKNIK HANDLING

BERBAHAYA

•Ukuran kecil
TIDAK
BERBAHAYA
•1-2 meter
•Ular raksasa
Untuk ular berukuran kecil (dibawah 70 cm)
Teknik Menekan
Kepala

2
1
3
SILENT THINKING OBSERVE PREPARE

Anda mungkin juga menyukai