SNAKE BITE
Pembimbing:
Dr. Rudiyanto, Sp. B
Oleh :
Rizal Palero
712017037
Tidak ada data yang jelas tentang kasus gigitan ular di Indonesia karena
kurangnya administrasi yang baik. Hal ini juga disebabkan oleh karena
kebanyakan korban gigitan ular hanya dirawat menggunakan obat tradisional,
bukan pelayanan medis. Data yang saat ini terkumpul, terhimpun data selama
tahun 2007 didapatkan bahwa telah terjadi 12.739 kasus dan dua puluh kasus
korban meninggal dunia karena gigitan ular berbisa.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Harian
Status Perkawinan: Sudah Menikah
Alamat: Jakabaring.
Agama : Islam
No. Rekam Medik : 58.56.51
Mrs Tanggal : 18 Desember 2019
Anamnesis diberikan : Pasien dan Adik Pasien
Keluhan Utama :
Terdapat Gigitan ular di kaki sebelah kiri Sejak 30 menit SMRS
Tanda Vital
9
Jantung : Kepala : bentuk simetris, deformitas
I : Ictus Cordis Mata : Pupil isokor, Reflek cahaya (+/+), Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera
terlihat Ikterik (-/-), edem papelbra (-/-)
P : Ictus Cordis teraba Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
di ICS V linea Mulut : Bentuk normal, bibir kering (-), gusi berdarah (-)
midclavicula sinistra Leher : Pembengkakan KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
teraba 2-3 jari
P : batas atas jantung
ICS II linea
parasternal sinistra Paru :
batas kanan bawah I : Simetris, tidak ada pergerakan dinding dada tertinggal,j ejas (-)
jantung ICS IV linea P : pergerakan dinding dada simetris, Fremitus taktil Kanan = Kiri
parasternal dextra P= Sonor
Batas kiri atas ICS V A : Vesikuler )(+/+), Wheezing (-), Ronki (-)
linea midclavicularis
sinistra
A : BJ I/II reguler, Abdomen :
murmur (-), gallop (-) I : datar, sikatrik(-), jaringan parut (-)
P : nyeri tekan (-), hati tidak tebaba, limoa tidak teraba, ginjal tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) Normal
Diagnosa Kerja
Vulnus Morsum Pedis Sinistra
derajat 2 e.c Gigitan Ular
SLIDE 14
TATALAKSANA
•a. Melepaskan karet di kaki
•b. Wound toilet
•c. ATS 1500 IU 1 amp IM (skin test dahulu)
•d. SABU 1 vial IM
•e. IVFD RL 30 tpm
•f. Ceftriaxone 2 x 1 gram (skin test dahulu)
•h. omeprazole 1 x 1 amp
•i. Antrain 3 x 1 gram
•j. Metilprednisolon 2 x 125 mg
PROGNOSIS
YA Warna
Besar ular
Warna-warni
Sangat bervariasi
Gelap
Sedang
Pupil ular Bulat Elips
Ekor ular Bersisik ganda Bentuk sisik tunggal
Agresifitas Mematuk berulang Mematuk 1 atau 2 kali
membelit sampai
berdaya
MORFOLOGI
BERDASARKAN
GIGI TARINGNYA
1. Familli Colubridae, pada Ular
umumnya bisa yang pohon
dihasilkannya bersifat lemah,
kebanyakan ular berbisa masuk
dalam famili ini, misalnya ular Ular
pohon, ular sapi (Zaocys Tali
carinatus), ular tali (Dendrelaphis
pictus), ular tikus atau ular jali
(Ptyas korros), dan ular serasah
(Sibynophis geminatus).
MORFOLOGI
BERDASARKAN
GIGI TARINGNYA
2. Famili Elapidae memiliki Ular
taring pendek dan tegak sendok
permanen misalnya ular cabai
(Maticora intestinalis), ular
weling (Bungarus candidus),
ular sendok (Naja sumatrana),
dan ular king kobra
(Ophiophagus hannah), ular Ular
welang, ular anang dan ular
cabai
cabai.
MORFOLOGI
BERDASARKAN Ular
GIGI TARINGNYA bandotan
3. Familli Crotalidae/ Viperidae memiliki
taring panjang yang secara normal dapat
dilipat ke bagian rahang atas, tetapi dapat
ditegakkan bila sedang menyerang mangsanya.
Crotalinae memiliki organ untuk mendeteksi
mangsa berdarah panas (pit organ), yang
terletak di antara lubang hidung dan
mata.misalnya adalah ular bandotan (Vipera
russelli), ular tanah (Calloselasma
rhodostoma), dan ular hijau dan ular bandotan
Ular
puspo.
tanah
MORFOLOGI
BERDASARKAN
GIGI TARINGNYA
4. Familli Hydrophidae, misalnya ular laut.
Ular
laut
KOMPOSISI VENOM
Komposisi bisa ular 90% terdiri dari protein. Masing-masing bisa
memiliki lebih dari ratusan protein berbeda: enzim (meliputi 80-
90% bisa viperidae dan 25-70% bisa elapidae), toksin polipeptida
non-enzimatik, dan protein non-toksik, seperti faktor pertumbuhan
saraf. Enzim pada bisa ular meliputi hidrolase digestif,
hialuronidase, dan aktivator atau inaktivator proses fisiologis,
seperti kininogenase. Sebagian besar bisa mengandung L-asam
amino oksidase, fosfomono- dan diesterase, 5`-nukleotidase,
DNAase, NAD-nukleosidase, fosfolipase A2, dan peptidase.10
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
Gejala Lokal Gejala Sistemik Gejala Khusus
• Edema • Hipotensi • Hematotoksik,
• Nyeri tekan pada • Kelemahan otot perdarahan di
luka gigitan • Berkeringat tempat gigitan
• Ekimosis dalam • Menggigil • Neurotoksik,
30 menit sampai • Mual dan hipertonik
24 jam muntah • Kardiotoksik,
• Hipersalivasi hipotensi, henti
• Nyeri kepala jantung
• Pandangan kabur
DERAJAT GIGITAN ULAR (PARRISH)
1. Derajat 0
Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
Pembengkakan minimal, diameter 1 cm
2. Derajat I
Bekas gigitan 2 taring
Bengkak dengan diameter 1 – 5 cm
Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam
3. Derajat II
Sama dengan derajat I
Petechie, Echimosis
4. Derajat III
Sama dengan derajat i & II
Syok dan distres nafas / petechie, echimosis seluruh tubuh
4. Derajat III
- Sangat cepat memburuk
DERAJAT GIGITAN ULAR (SCHWATZ)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anamnesis
• Pada korban gigitan ular perlu ditanyakan kapan gigitan terjadi, jenis ular teurtama warna
dan bentuk dapat sangat membantu mengenalinya dan bahkan bila ular tersebut dapat
ditangkap. Selain itu, pertolongan pertama yang sudah dilakukan.
Pemeriksaan Fisik
• Terdapat tanda Gigitan ular(fang marks), nyeri lokal, perdarahan lokal, memar, melepuh,
infeksi lokal, dan nekrosis jaringan.
• Nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala menjadi pusing
Pemeriksaan Penunjang
Trombosis
Vena
bagian
dalam
Luka Syok
Infeksi DD Septik
Trauma
vaskules
ekstremitas
PENATALAKSANAAN
1. Pertolongan pertama
Tenangkan korban
Imobilisasi ekstremitas yang terkena gigitan dengan bidai atau ikat
dengan kain dan balut yang ketat
Jangan melakukan intervensi apapun pada luka, termasuk menginsisi,
kompres dengan es, ataupun pemberian obat apapun
Tidak direkomendasikan untuk mengikat arteri (pembuluh darah di
proksimal lesi)
Selalu utamakan keselamatan diri. Jangan mencoba membunuh ular yang
menggigit. Bila sudah mati, bawa ular ke RS untuk identifikasi 3
PERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Bagian yang digigit untuk mencari bekas gigitan (fang marks), walaupun terkadang
bekas tersebut tidak tampak, bengkak ataupun nekrosis.
Palpasi arteri di distal lesi (untuk mengetahui ada tidaknya kompartemen sindrom).
Cari tanda-tanda perdarahan (gusi berdarah, perdarahan konjungtiva, perdarahan di
tempat gigitan).
Cari tanda-tanda neurotoksisitas seperti ptosis, oftalmoplegi, paralisis bulbar, hingga
paralisis dari otot-otot pernapasan.
Khusus untuk ular laut terdapat tanda rigiditas pada otot.
Pemeriksaan urin untuk mioglobinuri.
PERAWATAN DI RUMAH SAKIT
7. WHO. Guidelines for The Clinical Management of Snake Bite in The South East Asia Region; 2008.