Dosen Pengampu :
Ibu Aida Novitasari S.Kep.Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
Elda Fanizah Puspitasari
P27820721052
Regular B
TINGKAT 1 SEMESTER 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa, makalah yang saya selesaikan
adalah benar adanya. . Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah dengan judul “Teknik
Dalam Komunikasi Terapeutik Beserta Tahapan-Tahapanya” memenuhi syarat serta ketentuan
yang ditetapkan oleh ibu dosen.
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Karunia dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul
“Teknik Dalam Komunikasi Terapeutik Beserta Tahap-Tahapanya” dengan tepat waktu yang
ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dalam
Keperawatan.
Terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Aida Novitasari S.Kep.Ns.,M.Kep. selaku dosen
pengampu mata kuliah Komunikasi Dalam Keperawatan, serta semua pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu,
penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini agar bisa lebih
sempurna. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan bisa berguna
bagi penulis yang lain.
ii
DAFTAR ISI
Contents
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Terapeutik?
2. Apa saja tujuan Komunikasi Terapeutik?
3. Apa saja teknik-teknik Komunikasi Terapeutik itu?
4. Apa saja tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik itu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Komunikasi Terapeutik
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan Komunikasi Terapeutik
3. Untuk mengetahui bagaimana teknik-teknik Komunikasi
Terapeutik
4. Untuk mengetahui bagaimana tahapan-tahapan Komunikasi
Terapeutik
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang
membaca karya tulis ini supaya mengetahui dan lebih memahami
tentang bagaimana teknik komunikasi terpeutik dengan klien
beserta tahap-tahapanya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Akademik
Dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan
untuk mengembangkan ilmu tentang teknik komunikasi
terapeutik dengan klien beserta tahap-tahapanya
b. Bagi Masyarakat
Supaya masyarakat dapat mengetahui gambaran umum
tentang bagaimana teknik komunikasi terapeutik dengan
klien besera tahap-tahapanya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
4
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain, tanpa menunjukkan keraguan atau tidak
setuju. Sebagai perawat tidak harus menerima semua perilaku klien.
Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Sikap perawat yang
menunjukkan penerimaan dapat diidentifikasi seperti perilaku
berikut.
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan
pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan
komunikasi verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat, menghindarkan
mengekspresikan keraguan, atau menghindari untuk
mengubah pikiran klien.
e. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”
atau “saya mengerti apa yang bapak-ibu inginkan”.
5
komunikasi berlanjut. Contoh dari teknik mengulang seperti ”Ooh… jadi
saudara tadi malam tidak bisa tidur karena.….”
5. Mengklarifikasi (clarification)
Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud
ungkapan klien. Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak
jelas, atau tidak mendengar apa yang dibicarakan klien. Perawat perlu
mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi dengan klien. Contoh dari
teknik klarifikasi seperti “Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud
dengan kegagalan hidup? ” atau “Bisakah Ibu menjelaskan kembali
tetang…?”
6. Memfokuskan (focusing)
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih sehingga dapat
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, dimengerti,
dan berfokus pada realitas. Perawat tidak seharusnya memutus
pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali
jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Contoh teknik fokus
seperti berikut:
Klien : ”Petugas kesehatan yang ada dirumah sakit ini kurang perhatian
Kepada pasiennya”.
Perawat : ”Apakah saudara sudah minum obat?”.
7. Merefleksikan (reflecting/feedback)
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan
diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh
syarat nonverbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering
membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah
memfokuskan atau mengklarifikasi pesan. Contoh dari teknik ini seperti
6
“Ibu tampak sedih.” Atau “ Apakah Ibu merasa tidak senang apabila Ibu
….”
9. Diam (silence)
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisasi pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan
keterampilan dan ketetapan waktu. Diam memungkinkan klien untuk
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisasi pikirannya, dan
memproses informasi. Bagi perawat, diam berarti memberikan kesempatan
klien untuk berpikir dan berpendapat/berbicara.
7
bagi klien yang berakibat klien melakukan segala upaya untuk
mendapatkan pujian. Contoh teknik ini seperti “Saya perhatikan Ibu sudah
lebih segar dan sehat.” atau “Selamat, ya bu. Semoga Ibu dapat segera
sembuh.”
15. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan serta menerima
ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Contoh:
“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”
8
16. Humor
Humor yang dimaksud adalah humor yang efektif. Humor ini
bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi.
Perawat harus hati-hati dalam menggunakan teknik ini karena
ketidaktepatan penggunaan waktu dapat menyinggung perasaan klien yang
berakibat pada ketidakpercayaan klien kepada perawat.
1.Fase Pra-interaksi
Fase ini merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat
sebelum berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini,
perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri, serta
menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Perawat juga
mendapatkan data tentang klien dan jika memungkinkan merencanakan
pertemuan pertama dengan klien. Perawat dapat bertanya kepada dirinya
untuk mengukur kesiapan berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien.
Fase ini dimulai sebelum kontak pertama perawat dengan klien. Hal-hal
yang dilakukan pada fase ini yaitu evaluasi diri, penetapan tahapan
hubungan dan rencana interaksi.
9
Contoh pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai
berikut :
a. Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti?
b. Bagaimana respons saya selanjutnya?
c. Adakah pengalaman interaksi yang tidak
menyenangkan?
d. Bagaimana tingkat kecemasan saya?
2. Fase orientasi/introduksi
Fase ini adalah fase awal interaksi antara perawat dan klien yang
bertujuan untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase
selanjutnya. Pada fase ini, perawat dapat :
a. Memulai hubungan dan membina hubungan saling
percaya. Kegiatan ini mengindikasi kesiapan
perawat untuk membantu klien;
b. Memperjelas keluhan, masalah, atau kebutuhan
klien dengan mengajukan pertanyaan tentang
perasaan klien; serta,
c. Merencanakan kontrak atau kesepakatan yang
meliputi lokasi, kapan, dan lama pertemuan;
bahan/materi yang akan diperbincangkan; dan
mengakhir hubungan sementara.
10
c. Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi
kontrak tujuan interaksi, kontrak waktu, dan kontrak
tempat.
Contoh: “Tujuan saya datang ke sini adalah
membantu Ibu menemukan masalah yang membuat
Ibu selalu merasa tidak nyaman selama ini”,
“Menurut Ibu, berapa lama waktu yang akan kita
butuhkan untuk tujuan ini? Bagaimana kalua 5
menit?”, “Untuk tempat di dalam ruang ini saja atau
di taman belakang?”
3. Fase Kerja
Fase ini adalah fase terpenting karena menyangkut kualitas hubungan
perawatklien dalam asuhan keperawatan. Selama berlangsungnya fase kerja
ini, perawat tidak hanya mencapai tujuan yang telah diinginkan bersama,
tetapi yang lebih bermakna adalah bertujuan untuk memandirikan klien.
Pada fase ini, perawat menggunakan teknik-teknik komunikasi dalam
berkomunikasi dengan klien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
(sesuai kontrak).
Fase ini merupakan inti hubungan perawat-klien yang terkait erat dengan
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai.
Tugas utama Perawat dalam tahap kerja adalah :
1. Mengeksplorasi stressor yang sesuai / relevan
2. Mendorong perkembangan insight klien dan
penggunaan mekanisme koping konstruktif
3. Menangani tingkah laku yang dipertahankan
oleh klien / resistance
11
4. Fase Terminasi
Pada fase ini, perawat memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan keberhasilan dirinya dalam mencapai tujuan terapi dan
ungkapan perasaannya. Selanjutnya perawat merencanakan tindak lanjut
pertemuan dan membuat kontrak pertemuan selanjutnya bersama klien.
Ada tiga kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase
terminasi ini, yaitu melakukan evaluasi subjektif dan objektif;
merencanakan tindak lanjut interaksi; dan membuat kontrak dengan klien
untuk melakukan pertemuan selanjutnya.
Tugas utama perawat dalam tahapan terminasi adalah :
a. Menyediakan realitas perpisahan
b. Melihat kembali kemajuan dari terapi dan
pencapaian tujuan.
c. Saling mengeksplorasi perasaan adanya penolakan,
kehilangan, sedih dan marah serta tingkah laku yang
berkaitan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Teknik-teknik dalam komunikasi terapeutik yaitu mendengarkan
dengan penuh perhatian (listening), menunjukkan penerimaan
(accepting), menanyakan pertanyaan yang berkaitan, mengulang
(restating/repeating), klarifikasi (clarification), memfokuskan (focusing),
merefleksikan (reflecting/feedback), memberi informasi (informing),
diam (silence), identifikasi tema (theme identification), memberikan
penghargaan (reward), menawarkan diri, memberi kesempatan kepada
klien untuk memulai pembicaraan, menganjurkan untuk meneruskan
pembicaraan, refleksi dan humor.
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik
memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena
komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai,
waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi
yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan
bagi perawat.
3.2 Saran
13
Pembaca diharapkan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai
teknik-teknik serta tahapan-tahapan dalam komunikasi
terapeutik.memahami dan dapat menjelaskan mengenai teknik-teknik serta
tahapan-tahapan dalam komunikasi terapeutik dengan baik dan benar.
Komunikasi Terapeutik sebaiknya dilakukan di tempat serta situasi
dan kondisi yang mendukung. Selain itu juga menggunakan teknik-teknik
serta tahap-tahap yang sesuai agar klien pun bisa merasa nyaman dan
komunikasi dapat berjalan dengan lancer dan tujuan kesembuhan klien
dapat tercapai.
14
DAFTAR PUSTAKA
15