Anda di halaman 1dari 55

GADAR SISTEM

PERNAPASAN
MARDIANA MUSTAFA
POKOK BAHASAN

TRAUMA THORAKS
OPEN
PNEUMOTHORAKS
&
TENSION

STATUS ASMATIKUS
FLAIL CHEST
TAMPONADE JANTUNG

SUMBATAN JALAN
NAFAS
TRAUMA THORAKS
Klasifikasi

• Terjadi laserasi langsung


Trauma • Terutama akibat tusukan benda
tajam atau peluru
Tajam • 10-30%  Torakotomi

• Tidak terjadi laserasi


Trauma • Akibat KLL, terjatuh, olahraga,
crush atau blast injuries
Tumpul • Sekitar < 10%  Torakotomi
Mekanisme Trauma
Akselerasi

Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi). Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis
senjata dan jarak tembak

Deselerasi
Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ
visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding thoraks/rongga tubuh lain atau
oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.

Torsio dan Rotasi

Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai
titik tumpu atau poros-nya.

Blast Injury

Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.


AKIBAT TRAUMA THORAKS

Fraktur iga
Flail chest
Hemothoraks
Pneumothoraks
Kontusio paru
Tamponade jantung
Trauma esophagus
Ruptur diafragma
Prinsip Penatalaksanaan Umum
◦ Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma
secara umum (primary survey - secondary survey)
◦ Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan
terapi secara konsekutif (berturutan)
◦ Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien
stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable
bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan
memindahkan pasien dari ruang emergency.
◦ Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi
terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan
melakukan tindakan penyelamatan nyawa.
Lanjut….
◦Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik
dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur
penanganan trauma.
◦Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh
Tim yang telah memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance
Trauma Life Support).
◦Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey
(airway, breathing, circulation) merupakan bidang keahlian
spesialistik Ilmu Bedah Toraks Kardiovaskular, sebaiknya
setiap RS yang memiliki trauma unit/center memiliki
konsultan bedah toraks kardiovaskular.
Primary Survey
Airway:
Assessment :
◦ perhatikan patensi airway
◦ dengar suara napas
◦ perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
Management :
◦ inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw
thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
◦ re-posisi kepala, pasang collar-neck
◦ lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)
Breathing
Assesment
◦Periksa frekwensi napas
◦Perhatikan gerakan respirasi
◦Palpasi toraks
◦Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
◦Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
◦Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest
Circulasi
Assesment
◦Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
◦Periksa tekanan darah
◦Pemeriksaan pulse oxymetri
◦Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
◦Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
◦Torakotomi emergency bila diperlukan
◦Operasi Eksplorasi vaskular emergency
FRAKTUR IGA

 Fraktur iga pertama jarang terjadi tetapi dapat


mengakibatkan kematian karena berkaitan dengan
laserasi arteri atau vena subklavia
 Kebanyakan terjadi fraktur iga ke lima-sembilan
 Fraktur iga yang lebih rendah sering berhubungan
dengan cedera limpa dan hepar
 Pada pemeriksaan akan terdengar bunyi krekels dan
palpasi teraba krepitus subkutan
 Jika sadar pasien akan mengeluh nyeri yang sangat hebat
 untuk mengurangi nyeri pasien akan bernapas
dangkal dan mengurangi pergerakan  penurunan
ventilasi, kolaps alveoli, hipoksemia  gagal nafas
Robekan
Fraktur parenkim
Kostovertebral paru

Flail chest

fraktur
kostokondral

Fraktir
kostosternal
FRAKTUR IGA
Penatalaksanaan
 Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif
(analgetika)
 Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
 Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit
pneumotoraks, hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain,
adalah:
1. Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
2. Bronchial toilet
3. Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
4. Cek Foto Ro berkala
FRAKTUR KLAVIKULA

◦ Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau
disertai trauma pada sendi bahu ).
◦ Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah)
◦ Deformitas, nyeri pada lokasi taruma.
◦ Foto Rontgen tampak fraktur klavikula

Penatalaksanaan
◦ Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian
analgetika.
◦ Operatif : fiksasi internal
◦ Komplikasi : timbulnya malunion fracture dapat mengakibatkan penekanan
pleksus brakhialis dan pembuluh darah subklavia.
FRAKTUR STERNUM
◦Insidens fraktur sternum pada trauma toraks cukup jarang,
umumnya terjadi pada pengendara sepeda motor yang
mengalami kecelakaan.
◦Biasanya diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma
yang cukup besar
◦Lokasi fraktur biasanya pada bagian tengah atas sternum
◦Sering disertai fraktur Iga.
◦Adanya fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan
yang serius, seperti: kontusio/laserasi jantung, perlukaan
bronkhus atau aorta.
◦Tanda dan gejala: nyeri terutama di area sternum, krepitasi
Lanjut…
Pemeriksaan
◦Seringkali pada pemeriksaan Ro toraks lateral ditemukan garis
fraktur, atau gambaran sternum yang tumpang tindih.
◦Pemeriksaan EKG : 61% kasus memperlihatkan adanya
perubahan EKG (tanda trauma jantung).

Penatalaksanaan
◦Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan
pemberian analgetika dan observasi tanda2 adanya laserasi atau
kontusio jantung
◦Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented dilakukan
tindakan operatif untuk stabilisasi dengan menggunakan sternal
wire, sekaligus eksplorasi adanya perlukaan pada organ atau
struktur di mediastinum.
FLAIL CHEST

 Terjadi ketika dua atau lebih iga yang berdekatan fraktur


pada satu tempat atau lebih mengakibatkan segmen iga
mengambang bebas  mengakibatkan gangguan
pernafasan  gawat nafas
 Inspirasi  flail segmen akan bergerak dengan cara
paradoksal  jumlah udara yang dihirup berkurang
 Ekspirasi  tekanan intra thoraks melebihi tekanan
atmosfir  flail segmen terdorong keluar
 Aksi paradoksal ini menyebabkan akan menahan sekresi
jalan nafas, meningkatkan tahanan paru, menurunkan
komplains dan mengurangi ventilasi dalam alveolar
 Asidosis respiratorik sering terjadi karena penurunan
oksigen arteri dan peningkatan CO2
FLAIL CHEST
 Pernapasan paradoksal, Respirasi Pendelluft
 napas cepat, nyeri, disertai pneumotoraks,
hematotoraks, kontusio paru.
 Sering dgn distress pernapasan.
 Terjadi faktur multipel segmental yang menyebabkan
terdapat bagian yang telepas/ mobile
 Diagnosis penting secara klinis
FLAIL CHEST
Penatalaksanaan
◦sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-
tanda kegagalan pernapasan atau karena ancaman gagal napas
yang biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD berkala dan
takipneu
◦pain control
◦stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator, fiksasi
internal melalui operasi)
◦bronchial toilet
◦fisioterapi agresif
◦tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet
PNEUMOTHORAKS
Pengertian
Pneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum
pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa
mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :
1. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan
memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax.
Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat
inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin
lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan
terjadinya tension pneumothorax.
2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum
pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea, maka
udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang
seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar
masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. Saat
ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui
lubang tersebut.
Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.
Jenis Pneumothoraks
Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada cavum pleura
menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan
mengganggu pada proses respirasi.
Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :
1. Pneumotorak spontan karena primer (ruptur bleb), sekunder (infeksi, keganasan),
neonatal
2. Pneumotorak yang didapat karena iatrogenik, barotrauma, trauma
Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis :
1. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau pre-shock
2. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau pre-schock
Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya dengan hubungan luar menjadi :
1. Open pneumotorak
2. Closed pneumotorak
Patofisiologi
◦ Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis Apabila pecah, maka
akan ada fistel  cavum pleura. Pada pneumotorak spontan, paru-paru kolaps, udara inspirasi ini bocor masuk
ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi,
sehingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan
sempurna.
◦ Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau shock dikenal dengan simple
pneumotorak. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan lingkungan
luar dikenal dengan closed pneumotorak.

◦ Pada saat ekspirasi  udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal  udara terjebak pada paru dan
cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup  penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang
sehat, dan obstruksi jalan napas timbulah gejala pre-shock atau shock  tension pneumotorak.

◦ Open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura dengan lingkungan luar trauma penetrasi.
Perlukaan dapat inkomplit (sebatas pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan visceralis).
◦ Open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan masuk ke dalam cavum pleura paru tidak
dapat mengembang  hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat.

◦ Open pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum pleura mendesak mediastinal
ke sisi paru yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan paru karena luka yang bersifat
katup tertutup penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. 
timbulah gejala preshock atau shock  tension pneumotorak.
Lanjutan...
◦ Pneumotoraks Simpel adalah pneumotoraks yang tidak disertai
peningkatan tekanan intra toraks yang progresif. Ciri :
1. Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
2. Tidak ada mediastinal shift
3. Pemeriksaan Fisis : bunyi napas menurun, hyperresonance (perkusi),
pengembangan dada menurun

Penatalaksanaan : Water Sealed Drainage (WSD)


Pneumotoraks Tension
Pneumotoraks tension adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks
yang semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan
mekanisme ventil
(udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar). Ciri :
1. Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru,
mediastinal
shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea , venous return
menurun → hipotensi & respiratory distress berat.

2. Tanda dan gejala klinis : sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi,
JVP meningkat, asimetris statis & dinamis.

3. Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu foto Rontgen.

Penatalaksanaan :
1. Dekompresi segera : large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)
2. Water Sealed Drainage (WSD)
Open Pneumothorax
◦ Open pneumothorax terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada
sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah.
Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai
sucking-wound. Terjadi kolaps total paru.

◦ Penatalaksanaan :

1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)


Memasang kasa sisi tiga
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks
lain

Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)


PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS

Tindakan dekompressi yaitu membuat hubungan rongga pleura


dengan udara luar, ada beberapa cara :
1. Menusukkan jarum melalui diding dada sampai masuk ke
rongga pleura, sehingga tekanan udara positif akan keluar
melalui jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil,
yaitu dengan :
a. Jarum infus set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk
ke rongga pleura.
b. Abbocath : jarum Abbocath no. 14 ditusukkan ke rongga
pleura dan setelah mandrin dicabut, dihubungkan dengan
infus set.
3. WSD : pipa khusus yang steril dimasukkan ke rongga pleura.
HEMOTHORAKS

 Terjadi kerena robeknya pembuluh interkosta


atau laserasi paru-paru
 Seringkali ditemukan dengan
pneumothoraks (hemopneumothoraks)
 Kegawatan tergantung pada kecepatan
perdarahan thoraks
 Hemothoraks massif dapat menyebabkan
syok hipovolemik
HEMATO-TORAKS

Terjadi pada trauma tumpul maupun trauma tajam


Perlu dekompresi, drainase dan resusitasi cairan, pembeahan segera
mungkin diperlukan bila terjadi hipovolemia, (bunyi suara nafas hilang,
pada perkusi dullness, gambaran X ray paru kolaps)

Pembedahan harus segera dilakukan pada perdarahan dari


drain >1000 ml(initial) dan terus bertambah > 100 ml jam .
Dengan torakotomi akan ditemukan sumber perdarahan dan
memperbaiki pengembangan paru
HEMOTHORAKS
Indikasi Operasi
 Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD):
 Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan WSD
< 4 jam setelah kejadian trauma.
 Perdarahan 3-5 cc/kgBB/jam dalam 3 jam berturut-turut
 Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam dalam 2 jam berturut-turut
 Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1 jam
 Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi,
bila produksi WSD:
1. ≥ 200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut
2. ≥ 300 cc/jam dalam 2 jam berturut-turut
3. ≥ 500 cc dalam ≤ 1 jam
HEMOTHORAKS

PENATALAKSANAAN MEDIS :
 Tujuan pengobatan adalah mengevakuasi darah
di dalam ruang pleura  pemasangan chest
tube/WSD
 Thorakotomi dilakukan jika terdapat lebih dari
1500 cc darah pada aspirasi melalui
thorakosentesis, terdapat 500 cc darah drainase
selama 1 jam, atau 200 cc per jam selama 5 – 6
jam
KONTUSIO PARU

 Merupakan kerusakan jaringan paru pada


hemoragi dan edema setempat
 Terjadi pada trauma tumpul
 Akibat trauma thoraks  akumulasi cairan
dalam ruang interstisial dan intra alveolar
(darah, edema) memasuki paru dan menumpuk
dalam bronkhiolus dan alveolus  gangguan
pertukaran gas
 Manifestasi klinis tergantung : ringan, sedang
dan berat, bervariasi seperti takhipnea,
takhikardi, perdarahan, hipoksemia, asidosis
respiratorik
KONTUSIO PARU

 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK : Rontgen


dada dapat meninjukan infiltrasi
 PENATALAKSANAAN MEDIS
 Ringan : menjaga jalan nafas, mengatasi nyeri,
pemberian oksigen, AB
 Sedang dan berat : pemasangan ventilator, membatasi
cairan, pemberian diuretik, AB
 KOMPLIKASI : infeksi, gagal nafas
TAMPONADE JANTUNG
 Merupakan kompresi pada jantung sebagai
akibat terdapatnya cairan di dalam sakus
perikardial
 Penumpukan cairan  peningkatan tekanan
intraperikardial  mengganggu pengisian
ventrikular  gangguan sirkulasi : penurunan
curah jantung dan insufisiensi arus balik vena
ke jantung
 Manifestasi klinik : tergantung pada kecepatan
penumpukan cairan. Tanda-tanda yang penting
adalah TD menurun, distensi vena leher, bunyi
jantung terdengar menjauh (dikenal dengan
‘Trias Beck’’)
TAMPONADE JANTUNG

Hemopericardium, krn
perikard kaku maka
terjadi gangguan
gerakan jantung.

TRIAS BECK
1. Terjadi bendungan
vena (lihat v jugularis),
2. bunyi jantung menjauh,
Perlu perikardiosentesis 3. tekanan darah turun,
dan volume
TAMPONADE JANTUNG

PENATALAKSANAAN MEDIS
 Perikardiosintesis (aspirasi jarum terhadap
cairan perikardium)
 Torakotomi pada cedera jantung tembus
RUPTUR TRAKHEA BRONKUS

Ruptur trakea, bronkhus sering didaerah Carina


(percabangan), bila ruptur total berakibat fatal

Hanya 1/3 yang segera terdiagnosis pada 24 jam


pertama , bahkan ada yang terdiagnosis dalam 1
bulan paska trauma
.
ASUHAN KEPERAWATAN

Primary Survey

•A airway dengan kontrol servikal


•B breathing, menjaga pernafasan dan
ventilasi
•C circulation dengan kontrol perdarahan
•D Disability : status neurologis
•E exposure/enviromental control :
membuka pakaian pasien dan mencegah
hipotermia
PENGKAJIAN

Waktu terjadi cedera


Mekanisme cedera
Keluhan pasien : Dyspnea, Dysphagia
Tanda-Tanda Vital
Apakah menggunakan alkohol atau obat-obatan
Tindakan yang sudah dilakukan pada pra hospital
PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI :
 Amati dinding dada  keadekuatan nafas, kedalaman, RR
 Pergerakan dada simetris atau tidak
 Tanda trauma leher (ekhimosis, swelling, hematom, airway
obstruksi  swelling daerah leher atau wajah dapat menjadi
indikasi injuri mediastinum, esophagus, dan trakheobronkhial)
 Lihat vena jugularis  peningkatan JVP merupakan indikasi
adanya tension pneumothorak atau tamponade jantung
 Periksa tanda-tanda syok
 Penurunan TD dapat menunjukan adanya syok hipovolemik
atau masalah lain tension pneumothoraks atau tampnade
jantung
 Lihat abdomen bagian atas kemungkinan adanya trauma tumpul
atau tembus
PEMERIKSAAN FISIK

AUSKULTASI :
 Suara nafas  penurunan suara nafas indikasi
adanya pneumothorak atau hemothorak
 Auskultasi dada  bowel sound  ruptur diafragma
 Heart sound  bunyi jantung menjauh dan
kecil indikasi tamponade jantung
 Neck bruit  indikasi vaskular injury
PERKUSI :
 Dullness indikasi adanya hemothorak
 Hiperesonan indikasi adanya pneumothorak
PEMERIKSAAN FISIK

PALPASI :
 Posisi trakhea
 Palpasi terhadap nyeri tekan
 Daerah leher, dada, dan clavikula terhadap adanya :
tenderness, swelling, hematoma, emphisema sub kutis
 Amati adanya krepitasi
Secondary Survey

 Jangan dimulai jika survey primer belum lengkap,


resusitasi belum dimulai dan pasien belum dinilai
kembali
 Anamnesa AMPLE (alergi, medikasi, past illness,
last meal, event/environtment)
 Mekansime cedera/perlukaan
 Head to toe (trauma ditempat lain)
 Reevaluasi
 Neurologic score
PEMERIKSAN DIAGNOSTIK

Radiologi
Thorak foto
Esophagoscopy
Brokhoscopy dan laringoscopy
CT Scan
Lab
Lain-lain : EKG, CVP, Ekhokardiography
DIAGNOSA KEPERAWATAN & OUTCOME
Pola nafas tidak efektif b.d nyeri, kolaps paru,
kerusakan muskuloskeletal, ketidakstabilan
segmen dinding dada

OUTCOME
Pola nafas efektif, kriteria evaluasi :
RR, kedalaman, pola pernafasan normal
Pengembangan dada simetris
Tidak tampak stridor, dispnea, sianosis
Suara nafas bersih & sama antara paru kanan dan kiri
Hasil AGD dalam batas normal
Trakhea mid line
DIAGNOSA KEPERAWATAN & OUTCOME

Gangguan pertukaran gas b.d tidak efektif pola


nafas, tertahannya sekret, akumulasi darah di
dalam ruang thoraks, penurunan inspirasi, kontusio
paru, syok

OUTCOME
Pertukaran gas adekuat, kriteria evaluasi :
Hasil AGD dalam batas normal
Warna kulit normal, hangat dan kering
Tingkat kesadaran meningkat
RR, kedalaman, dan pola nafas reguler
DIAGNOSA KEPERAWATAN & OUTCOME
Defisit volume cairan b.d hemoragi, kerusakan
pembuluh darah besar

OUTCOME
Volume sirkulasi efektif, kriteria evaluasi :
TTV normal dan stabil
Urine output 1 cc/kgBB/jam
Nadi perifer teraba kuat
Tingkat kesadaran meningkat
Warna kulit normal, hangat, kering
Hb, HCT normal
CVP normal
Perdarahan terkontrol
DIAGNOSA KEPERAWATAN & OUTCOME
Penurunan cardiac output b.d hipovolemik syok, kompresi
jantung dan pembuluh darah besar, penurunan pengisian
jantung dan ejeksi jantung

OUTCOME
Fungsi sirkulasi adekuat, kriteria avaluasi :
Nadi perifer teraba kuat
Frekuensi nadi 60 – 100 x/menit
Suara jantung normal
EKG normal
Tidak ada distensi vena jugularis
Trakhea mid line
Kulit normal, hangat dan kering
Tingkat kesadaran meningkat
CVP normal
DIAGNOSA KEPERAWATAN & OUTCOME
Nyeri b.d trauma dinding dada, iritasi pleura,
prosedur invasif

OUTCOME
Nyeri terkontrol, kriteria avaluasi :
Tingkat nyeri berkurang
Tidak ditemukan tanda-tanda fisiologi nyeri seperti :
takhikardi, takhipnea, pallor, diaphoresis, peningkatan
TD
Tidak ada tanda non verbal nyeri
Pasien kooperatif terhadap perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Kontrol servikal dan jalan nafas jika ditemukan


masalah
Perbaiki posisi : sewifowler
Bebaskan jalan nafas/pertahankan jalan nafas
Tutup defek dengan bahan yang ada atau
dengan kasa + veseline yang diplester pada
ketiga sisinya pada open pneumothorak
Stabilisasi impaled object jika terdapat benda
asing yang menancap
INTERVENSI KEPERAWATAN

Pasang pulse oksimetri atau monitor EKG


Observasi TTV dan respon pasien
Mempertahankan keseimbangan cairan
Ajarkan teknik manajemen nyeri non farmakologis :
relaksasi
Berikan dukungan psikologis
INTERVENSI KEPERAWATAN
Monitor chest tube drainase :
 Perhatikan dan catat warna, konsistensi dan jumlah
cairan
 Perawatan chest tube :
1. Ubah posisi pasien setiap 2 jam untuk mencegah obstruksi, dan
meningkatkan pengeluaran udara dan cairan/darah
2. Bila terdapat bekuan regangkan selang dan perbaiki posisi
selang untuk meningkatkan gravitasi
3. Pijat untuk melepaskan secara perlahan bekuan ke arah botol
drainase
4. Bila drainase tetap tidak efektif maka segera laporkan untuk
perbaikan pemasangan chest tube
INTERVENSI KEPERAWATAN

Kolaborasi :
 pemberian terapi oksigen
 pemberian cairan infus dan resusitasi cairan pada
kasus hemothoraks massif dengan syok hipovolemik
 Needle thorakosintesis pada tension pneumothorak
 persiapkan untuk pemasangan chest tube
 persiapan pemasangan needle perikardiosintesis pada
kasus tamponade jantung
 AGD, koreksi, analgetika, AB dan ventilator
Dokumentasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Jacobs, B. (1995). Provider Manual Trauma Nursing Core Course.


New Zealands

Hudak & Gallo (1997). Keperawatan Kritis Edisi I. Jakarta : EGC

Newberry, L. (2003), Emergency Nursing. Mosby St louis

Smeltzer & Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 , Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat & Wim de Jong (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai