Anda di halaman 1dari 68

halamanjudul

LAPORAN

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) MAHASISWA SEMESTER V


PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS JURUSAN ANALIS
KESEHATAN DI RSUD KOTA MATARAM

Oleh :

NI NENGAH WIDYA TRISNA W


: P07134019057
NI WAYAN GINANTI :
P07134019058
NISWATUN ZAHRAEN :
P07134019059
NIZAR WAHYUDI : P07134019060
SRI REZKI PURNAMASARI : P07134019067
SANI HOLQIANA : P07134019065
JUWINUL SAOFIA : P07134019016
BAIQ DEWI SRIANI : P07134019004
NI NYOMAN DEVIANI SRI D : P07134019023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
lembarpengesahan
2021

PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL) MAHASISWA SEMESTER V PRODI DIII


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DI RSUD KOTA MATARAM

1
Oleh :

NI NENGAH WIDYA TRISNA W : P07134019057


NI WAYAN GINANTI : P07134019058
NISWATUN ZAHRAEN : P07134019059
NIZAR WAHYUDI : P07134019060
SRI REZKI PURNAMASARI : P07134019067
SANI HOLQIANA : P07134019065
JUWINUL SAOFIA : P07134019016
BAIQ DEWI SRIANI : P07134019004
NI NYOMAN DEVIANI SRI D : P07134019023

PembimbingLahan DosenPembimbing

Dr. Sri Kartika Sari SpPK Ari Khusuma,S.Si.,M.Biomed

NIP. 197403142002122003 NIP. 199107252018011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Analis Kesehatan

Zainal Fikri, SKM.,M.Sc.

NIP. 197512311994021001

KATA PENGANTAR

2
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan Belajar Lapangan (PBL) di RSUD KOTA
MATARAM Dalam melakukan penyusunan laporan ini kami sepenuhnya
sangat sadar sepenuhnya bahwa laporan ini tidak terlepas dari bimbingan,
semangat, serta dukungan dari banyak pihak, baik bersifat moril ataupun
materil untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Mataram Kemenkes RI
2. Bapak Zainal Fikri, SKM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Mataram.
3. Ibu Erlin Yustin Tantotos., SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma IV (Empat) Analis Kesehatan Mataram.
4. Dr. Sri Kartika Sari SpPK selaku penanggung jawab Laboratorium
5. Bapak Eko Hariwiyanto,Amd.AK selaku kepala ruangan / coordinator
laboratorium
6. Bapak/Ibu Lalu Ryan Omy.Amd.AK , Fitriaturrahmah ,Amd.AK , Rina
Tri Sulistiani,Amd.AK , I Made Wahyu Waisnawa,Amd.AK ,dsb selaku
divisi laboratorium
7. Kakak Ni Putu Ayu Asri TP, Nahdi Abdul Latif , H.M Teguh Perdana ,
Fitria Turrahmah , Kadek Wiwin dsb selaku staff Laboratorium Rsud
kota mataram yang telah membantu, memberikan petunjuk dan saran
serta menerima kami dengan sangat baik selama kegiatan praktik
berlangsung.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa .
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini .
DAFTAR ISI

3
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................................2

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................3

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................4

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................................................5

A. LATAR BELAKANG .........................................................................................................5


B. TUJUAN .........................................................................................................................5
C. MAMFAAT.....................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................6

A.SEJARAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM ...........................................6

B.PROFIL RUMAH SAKIT UMUM ..........................................................................................6

C.LAYANAN DI RSUD KOTA MATARAM ...............................................................................6

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN .....................................................................................................7

A.PENGAMBILAN SAMPLING DARAH ..................................................................................7

B.PEMERIKSAAN HEMATOLOGI ...........................................................................................7

C.PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK ............................................................................................7

D.PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI ....................................................................................7

E.PEMERIKSAAN URINALISA ................................................................................................7

F.PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI ..........................................................................................7

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................................................8

A.KESIMPULAN ....................................................................................................................8

B.SARAN ..............................................................................................................................8

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Praktik Belajar Lapangan atau yang biasa di sebut dengan PBL
adalah salah satu bentuk emplementasi secara sistematis dan sinkron
antara program pendidikan di bangku kuliah dengan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan kerja secara
langsung di dunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian tertentu.
Disamping dunia Kerja, Praktik Belajar Lapangan ( PBL ) Dapat
memberikan keuntungan pada pelaksanaan itu sendiri, karena
keahlian yang tidak diajarkan di bangku kuliah bisa didapat didunia
kerja, sehingga dengan adanya Praktik Belajar Lapangan ( PBL )
dapat meningkatkan mutu dan relevensi Pendidikan yang dapat
diarahkan untuk mengembangkan suatu system yang mantap antara
dunia pendidikan dan dunia Kerja.
Kesehatan adalah sejahteranya seseorang dari segi badan atau
fisik, mental, dan sosial sehingga ia dapat hidup dengan sejahtera
baik di lingkungan sosial maupun secara ekonomis. Dari pengertian
kesehatan secara umum tersebut yang dinamakan orang sehat,
bukan hanya dari fisiknya saja tetapi juga harus dari mentalnya. Orang
yang pemikirannya masih belum terbuka, mengira bahwa kesehatan
terkait dengan sakit atau tidaknya badan, padahal hal itu adalah salah
kaprah.
Untuk meningkatkan kesehatan ada banyak upaya yang harus
dilakukan bukan hanya dari diri sendiri, namun dibutuhkan beberapa
upaya penunjang pelayanan kesehatan diantaranya Rumah sakit,
balai pengobatan, Puskesmas, Posyandu, Laboratoriun, dan Apotik
guna meningkatkat kesehatan masyarakat.
Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang
melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan
yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi

5
kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan kesehatan masyarakat. Laboratorium kesehatan
merupakan sarana penunjang upaya pelayanan kesahatan,
khususnya bagi kepentingan preventif dan curative, bahkan promotif
dan rehabilitative.
Analis Kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana
kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran,
penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia
atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor
yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat.
Dalam pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi
tidak terbatas didalam kelas saja. Pembelajaran yang dilakukan dalam
pendidikan ini lebih ditekankan pada pengajaran diluar kelas bahkan
diluar institusi pendidikan, seperti lingkungan kerja.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan bekal
pengalaman kepada mahasiswa adalah mengikut sertakan
mahasiswa dalam Praktek Belajar Lapangan (PBL), hal ini dipilih
karena praktek belajar lapangan dianggap sebagai cara terbaik untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama
mengikuti pendidikan.
Selain itu pelaksanaan praktek Belajar lapangan (PBL)
merupakan sarana pengenalan Lapangan Kerja bagi mahasiswa
karena mahasiswa dapat belajar, melihat, mengetahui, menerima, dan
menyerap teknologi kesehatan yang ada dimasyarakat, sehingga hal
tersebut menjadi orientasi bagi mahasiswa sebelum langsung
menempati dunia kerja.

6
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Praktek Belajar Lapangan ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada Mahasiswa Analis Kesehatan Mataram untuk
mempraktekkan serta mencoba secara langsung berbagai jenis
pemeriksaan yang ada dan sekaligus mengkur sampai mana
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pada masa
pendidikan disertai sikap profesional sesuai dengan profesi analis
kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai setelah
melaksanakan praktek belajar lapangan ini adalah mahasiswa
mampu :
a. Menambah wawasan dan Pandangan mahasiswa terhadap
jenis-jenis pekerjaan pada tempat dimana melaksanakan
Praktek Belajar Lapangan (PBL), serta IPTEK laboratorium
kesehatan.
b. Memberikan suatu motivasi dalam diri mahasiswa agar
menunjukan dirinya mampu melakukan pekerjaan sesuai
dengan bidangnya
c. Melatih keterampilan yang dimiliki mahasiswa sehingga dapat
bekerja dengan baik.
d. Melahirkan sikap bertanggung jawab, disiplin, sikap mental,
etika yang baik serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar.

3. Tujuan Pembuatan Laporan


a. Melengkapi tugas laporan praktek kerja lapangan.
b. Meningkatkan pengenalan mahasiswa pada aspek organisasi
dalam laboratorium, seperti struktur organisasi dan
manajemen laboratorium.

7
c. Memperoleh masukan yang bermanfaat dengan baik untuk
memperbaiki dan mengembangkan kesesuaian pendidikan
seiring tuntutan jaman.

C. MANFAAT
Adapun manfaat diadakan kegiatan Praktek Belajar Lapangan
(PBL) ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan adanya Praktek Belajar Lapangan ini mahasiswa dapat
menambah wawasan dan pengetahuan baik secara teori
maupun praktek serta mengetahui Pelayanan Kesehatan yang
dilakukan di Laboratorium Kesehatan.
2. Mahasiswa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan
petugas Laboratorium Klinik maupun petugas lain yang ada di
RSUD Kota Mataram.
3. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami sistem
Manajemen Laboratorium dan Pemantapan Mutu Laboratorium
Klinik RSUD Kota Mataram.

D. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN PBL


1. Tempat
Tempat PBL dilaksanaan di Instalasi Laboratorium Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Mataram.
2. Waktu
Praktek belajar Lapangan Dimulai pada Tanggal 1 oktober –
31 oktober 2021 dilaksanakan setiap hari kerja yaitu Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan minggu

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SEJARAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan rumah sakit
yang berdiri di atas tanah dengan luas lahan 20.473 m2 milik
pemerintah Kota Mataram, yang mulai beroperasional sejak Maret
2010 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor : 163/II/2010
tentang Izin Penyelenggaraan Operasional Pelayanan. Didukung
dengan SDM yang berjumlah 843 orang,
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram adalah salah satu
Rumah Sakit milik pemerintah Kota Mataram yang resmi berdiri pada
tanggal 31 Agustus 2009 dan mulai beroperasi tanggal 3 maret 2010
sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan yang terletak di Kota
Mataram.
RSUD Kota Mataram mengemban tugas untuk melayani kebutuhan
masyarakat tentang kesehatan. Terimakasih kepada seluruh
Masyarakat yang telah mempercayakan pelayanan kesehatan kepada
RSUD Kota Mataram dan sebagai upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatannya maka RSUD Kota Mataram akan terus
berusaha melakukan pengembangan dalam berbagai pelayanannya.
Kritik dan saran selalu kami harapkan demi perbaikan pelayanan.

B. PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM


1. Visi dan Misi
a. Visi
Rumah sakit pilihan masyarakat dalam bidang
pelayanan kesehatan, Pendidikan dan penelitian yang
berstandar internasional.

9
b. Misi
1) Memberikan Pelayanan Kesehatan yang komprehensif,
berkualitas dan professional.
2) Melaksanakan pendidikan dan penelitian kesehatan
yang berkelanjutan dan berkualitas.
3) Meningkatkan kompetensi SDM yang berdaya saing
4) Meningkatkan kesejahteraan karyawan / karyawati
5) Meningkatkan sarana prasarana sesuai standart RS
pendidikan dan kemajuan IPTEKDOK
2. Motto
a. Senyum
b. Mutu
c. Inovatif
d. Lengkap
e. Efisien

C. Layanan di RSUD Kota Mataram


1. IGD
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kota Mataram
dilengkapi dengan tenaga medis yang handal serta peralatan
medis berstandar nasional yang siap selama 24 jam untuk
menangani kasus gawat darurat. Selain itu, IGD RSUD Kota
Mataram juga menyediakan ambulans emergency dan non-
emergency yang responsif berikut dengan tim yang mencakup
dokter, perawat dan paramedik guna memudahkan transportasi
pasien.
Fasilitas-fasilitas penunjang IGD RSUD Kota Mataram yang
beroperasi 24 jam meliputi :
 Radiologi
 CT-Scan
 Laboratorium
 Farmasi

10
 MRI
2. ICU
ICU adalah ruang rawat di rumah sakit dengan staf dan
perlengkapan khusus ditunjukan untuk mengelola pasien dengan
penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa akibat
kegagalan disfungsi satu organ atau lebih akibat penyakit, bencan
atau komplikasi yang masih ada harapan hidup.
3. PICU
PICU adalah suatu unit perawatan yang merawat klien anak
(29 hari – 14 tahun) dengan keadaan gawat atau berat yang
sewaktu-waktu dapat meninggal, dan mempunyai harapan untuk
sembuh apabila dirawat secara intensif. Tujuannya adalah untuk
memberikan pelayanan perawatan yang optimal untuk bayi
dimana keadaannya sewaktu-waktu dapat meninggal.
4. NICU
NICU adalah unit perawatan intensif untuk bayi baru lahir
yang memerlukan perawatan khusus misalnya berat badan
rendah, fungsi pernafasan kurang sempurna, prematur,
mengalami kesulitan dalam persalinan, menunjukkan tanda tanda
mengkuatirkan dalam beberapa hari pertama kehidupan.
Berikut ini kelengkapan NICU pada RSUD Kota Mataram:
 5 box bayi
 7 inkubator
 3 infant warmer
 5 observasi
5. RUANG OPERASI
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut,
yang membutuhkan keadaan suci hama (steril).
6. RAWAT JALAN
PELAYANAN RAWAT JALAN
 Poliklinik Bedah

11
 Poliklinik Bedah Tulang
 Poliklinik Kandungan & Kebidanan
 Poliklinik Penyakit Dalam
 Poliklinik Anak
 Poliklinik Bedah Anak
 Poliklinik Saraf
 Poliklinik Kulit & Kelamin
 Poliklinik Mata
 Poliklinik THT
 Poliklinik Gigi Umum dan Spesialis (orthodentis,
periodentia & Penyakit Mulut)
 Poliklinik Rehabilitasi Medik & Fisioterapi
 Poliklinik Gizi
 Poliklinik Jantung
 Poliklinik Urologi
PELAYANAN POLI SPESIALIS SORE
 Poliklinik Bedah
 Poliklinik Penyakit Dalam
 Poliklinik Anak
 Poliklinik Saraf
 Poliklinik Bedah Anak
 Poliklinik Jantung
7. RAWAT INAP
8. RUANG BERSALIN DAN NIFAS
Ruang Bersalin merupakan wadah pelayanan masyarakat yang
berperan sebagai tempat kegiatan dan tindakan dibidang
kesehatan khususnya kebidanan. Kami memberikan pelayanan
kebidanan, kesehatan reproduksi, Keluarga Berencana serta
kegiatan kesehatan lainnya secara profesional, percaya diri dan
dapat dipertanggung jawabkan

12
BAB III

HASIL KEGIATAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

A. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


1. REGISTRASI
a. Alur registrasi

Sampel datang

1. Cek nama dan no RM (rekam medik)


yang ada di sampel dan blanko
pemeriksaan.
2. apabila nama dan RM tidak sesuai
dengan yang ada di blanko, maka
sampel bisa ditolak.

Lakukan proses pembilingan


pada komputer

b. Langkah pembilingan

1. klik daftar registrasi pasien


2. masukkan RM kemudian tekan cari

1. cek nama dan RM sesuai tanggal pemeriksaan


2. tekan transaksi pelayanan. maka akan muncul di
layar pilih ruang, lalu pilih laboratorium patologi
klinik

13
1. klik input tindakan pada monitor
2. klik jenis pelaksana tekan dokter pemeriksa.
3. klik petugas pemeriksa ( masukkan nama dr. sri kartika
sari sp, pk)
4. klik nama pelayanan atau periksaannya.
5. pilih status cito apabila sampel datang dari ugd dengan
status bpjs maka pilih ya di status cito apabila sampel dari
ruangan jangan tekan status cito.
6. cek semua pemeriksaannya lalu klik tambahkan tindakan.

Cek kembali proses billing yang di lakukan apabila sudah


lengkap dan sesuai dengan permintaan pada blanko
permintaan kemudian klik simpan pada monitor.

Tindakan selanjutnya yaitu mengirim ke lis.

1. tekan pemeriksaan yang sudah di billing kemidian


tekan kirim ke lis
2. pilih dokter pengirimnya
3. tekan simpan maka secara otomatis telah dikirim ke lis.
tulis biaya pemeriksaan pada blanko pemeriksaan.

c. Proses pencetakan barcode

klik his order pada layar


monitor lalu tekan list

1. Klik nama pasien lalu di print barcode


pasien
2. tempel barcode pada sampel sesuai
pemeriksaannya

14
Lakukan registrasi pada buku besar registrasi sesuai
ruangannya apabila sampel dari ugd maka di tulis pada buku
coklat namun apabila sampel datang dari ruangan di tulis pada
buku berwarna orange.

sampel siap di periksa

2. DIVISI SAMPLING
a. Definisi
Flebotomi (Phleebotomy: Bahasa inggris) berasaldari kata
Yunani phleb dan omia. Phleb berarti pembuluh darah vena
dan tomia berarti mengiris atau memotong (cutting). Flebotomis
adalah seeorang tenaga medis yang telah mendapatkan latihan
untuk mengeluarkan dan menampung specimen darah, baik itu
darah vena, kapiler, maupunarteri. Plebotomi dapat diartikan
juga sebagai proses pengambilan darah dengan teknik yang
benar sehingga kompenen analitiknya bisa dipertahankan.
b. Tujuan
Untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan memenuhi
syarat untuk dilakukan pemeriksaan tertentu.
c. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan untuk pengambilan darah
yaitu:
1) Spuit
Berfungsi untuk pengambilan darah atau pemberian
injeksi intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai
skala yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah darah
yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml,
5ml bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanya
digunakan untuk pemberian cairan sonde atau syring
pump.
2) Tourniquet
Berfungsi untuk pengebat atau pembendung
pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan
penusukan.

15
3) Swab alcohol 70%
Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk
menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu
pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.
4) Needle
Berfungsi untuk pengambilan secara vakum.
5) Blood container
Tabung tempat penampungan darah yang bersifat
vakum udara.
6) Plester
Berfungsi untuk akhir penutupan luka bekas
plebotomi,sehingga membantu proses penyembuhan
luka,dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau
trauma akibat penusukan.

d. Cara Pengambilan Darah


1) Perhatikan setiap tindakan pencegahan pada pasien.
2) Perkenalkan diri anda kepada pasien
3) Identifikasi pasien menggunakan nama,nomer RM, dan
tanggal lahir pasien.
4) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
5) Pilih jarum yang sesuai
6) Melakukan pembendungan
7) Tentukan lengan mana yang akan kita ambil darahnya
8) Meminta pasien untuk mengepalkan tangannya
9) Telusuri pembuluh darah pasien
10) Sterilkan area yang akan kita tusuk
11) Dilakukan penusukan

a) Pengambilan Darah Vena dengan Syringe


Pengambilan darah vena secara manual dengan alat
suntik (syring ) merupakan cara yang masih lazim dilakukan
di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat
pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa
piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung
silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang
sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai
dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan
25G.Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan

16
pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak
dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
Prosedur kerja
1. Lakukan penjelasan kepada penderita (tentang apa
yang dilakukan terhadap penderita, kerjasama
penderita, sensasi yang dirasakan penderita, dsb
(Mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kerjasama.
Mencegah hiperventilasi akibat ansietas, yang
menimbulkan perubahan sementara pada gas darah)
2. Cari vena yang akan ditusuk (superfisisal, cukup besar,
lurus, tidak ada peradangan, tidak diiinfus).
(Meningkatkan kemudahan insersi jarum.
Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi
paralel dengan vena. Sehingga saat vena dipungsi,
risiko menusuk vena sampai tembus keluar berkurang.
Vena yang diinfus harus dihindari karena meningkatkan
risiko bercampurnya cairan infuse dengan sampel
darah yang akan diambil yang dapat mengakibatkan
hasil test tidak valid)
3. Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan
bantuan tangan kiri operator atau diganjal dengan
telapak menghadap ke atas sambil mengepal
(Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat
dilihat)
4. Lakukan desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan
kapas steril yang telah dibasahi alcohol 70% dan
biarkan sampai kering. )Mengurangi risiko bakteri yang
berada di kulit memasuki tempat pungsi).
5. Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-kira
4-5 jari dari tempat penusukan agar vena tampak lebih
jelas (bila tourniquet berupaikatan simpul terbuka dan
arahnya keatas) (Meningkatkan dilatasi vena.
Tourniquet harus menghambataliran vena, bukan aliran
arteri. Aliran arteri yang terhenti mencegah pengisian
vena.)
6. Pembendungan tidak boleh terlalu lama maksimal 2
menit, terbaik 1 menit. (Mencegah hemokonsentrasi
dan hematoma
7) Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah darah
yang akan diambil, cek jarum dan karetnya.
(Memastikan spuit cukup untuk jumlah darah yang
diambil)

17
7. Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan
jarumnya dan dorong penghisap sampai ke ujung
depan. (Mencegah terlepasnya jarum dari spuit,
Mengeluarkan udara dalam spuit)
8. Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan ibu
jari tangan kiri. (Meningkatkan dilatasi vena, Mencegah
bergesernya vena.)
9. Tusukkan jarum dengan sisi menghadap ke atas
membentuk sudut 15-30° sampai ujung jarum masuk
kedalam vena dan terlihat darah dari pangkal jarum.
(Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi
paralel dengan vena. Sehingga saat vena dipungsi,
risiko menusuk vena sampai tembus ke luar berkurang)
10. Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan membentuk
sudut.(Menghindari pergeseran jarum)
11. Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapatkan
volume darah yang didinginkan.(Memastikan jumlah
darah yang diambil sesuai dengan yang diinginkan)
12. Kepalan tangan dibuka, lepaskan bendungan.
(mengurangi aliran balik darah. Mencegah
hemokonsentrasi dan hematoma, Memperlancar aliran
darah kembali)
13. Letakkan kapas alcohol 70% diatas jarum, cabut jarum
dengan menekan kapas menggunakan tangan kanan
pada bekas tusukan selama beberapa menit untuk
mencegah perdarahan, plester, tekan dengan telunjuk
dan ibu jari penderita selama± 5 menit.(Mencegah
perdarahan.)
14. Lepaskan jarum, alirkan darah dalam wadah melalui
dindingnya supaya tidak terjadi hemolisa.(Mencegah
terjadinya hemolis).
15. Tuangkan darah ke dalam botol penampungan yang
volumenya sesuai (sesuai dengan jenis pemeriksaan
yang diminta) Mengamankan specimen untuk diantar
ke laboratorium terkait)
16. Jika menggunakan antikoagulan, kocok botol beberapa
menit agar antikoagulan tercampur dengan darah dan
tidak terjadi pembekuan.(Mencegah terjadinya
pembekuan darah.)

b) Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum

18
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan
AS BD (Becton Dickinson) di bawah nama dagang
Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang
hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung
dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke
dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume
tertentu telah tercapai. Jarum yang digunakan terdiri dari
dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir.
Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena
dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung.
Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga
dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada
sebuah holder danmemudahkan pada saat mendorong
tabung menancap pada jarum posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini
adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam
beberapa tabung. Cukup sekali penusukan,dapat digunakan
untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan
jenis tesyang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan
kuman, cara ini juga lebih baguskarena darah pasien
langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang
berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi
selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan
cara manual dapat dihindari.Kekurangannya sulitnya
pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika
vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien
gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan
jarum bersayap (winged needle).Jarum bersayap atau
sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama
dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas.
Perbedaannya adalah,antara jarum anterior dan posterior
terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum
anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior
dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah
akan kelihatan masuk pada selang ( flash)

Prosedur :

1. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas


alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, tabung
vakum.

19
2. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
3. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan
ramah; usahakan pasiensenyaman mungkin.
4. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di
lembar permintaan.
5. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau
konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu,
tidak puasa dsb.
6. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang
banyak melakukan aktifitas.
7. Minta pasien mengepalkan tangan.
8. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di
atas lipat siku.
9. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic.
Lakukan perabaan (palpasi)untuk memastikan posisi
vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastisdan
memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan
pengurutan dariarah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
10. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan
kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang
sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
11. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum
menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder
dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap
pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke
dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.
Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung
pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,
begitu seterusnya.
12. Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
13. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera
lepaskan/tarik jarum. Tekankapas beberapa sat lalu
plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.

20
c) Menampung Darah Dalam Tabung

Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam


praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut

1. Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat


additive, darah akan menjadi beku dan serum
dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan
bank darah (crossmatching test )
2. Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi
EDTA. Umumnyadigunakan untuk pemeriksaan darah
lengkap dan bank darah (crossmatch)
3. Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi
(mis. PPT, APTT)

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah


adalah

a. Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke


dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu
mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding
tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan,
apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan
hemolisis. Memasukkan darah kedalam tabung vakum
dengan cara menusukkan jarum pada tutup
tabung,biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri
ketika volume telah terpenuhi.
b. Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan
dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau
membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut.
Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
c. Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung
vakum adalah : pertama – botol biakan (culture) darah
atau tabung tutup kuning-hitam kedua – tes koagulasi
(tabung tutup biru), ketiga – tabung non additive (tutup
merah),keempat – tabung tutup merah atau kuning
dengan gel separator atau clotactivator, tabung tutup
ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau
(heparin),tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat).

21
3. DIVISI HEMATOLOGI
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Tujuan
Untuk mengetahui kadar dari masing-masing
parameter pemeriksaan darah lengkap.

2) Metode
Flow Cytometry

3) Alat & Bahan


a) Rak tabung
b) Alat autoanalyzer Cell Mindray BC-5380 / SYSMEX XN
1000
c) Sampel darah dengan antikoagulan K3EDTA

4) Prosedur Kerja
Tahap pra analitik
a) penerimaan specimen dan blanko.
b) checklist pemeriksaan pada blankot dan catat pada
buku registrasi.
c) penyusunan specimen (tabung) pada rak sampel.

Tahap analitik
a) Parameter
WBC (White Blood Cell) Neutrofil, Lymfosit,
Monosit, Eosinofil, Basofil, RBC (Red Blood Cell),
Hemoglobin sel rata-rata (MCH), Konsentrasi
Hemoglobin sel rata-rata (MCHC), Red Distribution
Weight (RDW).

b) Cara Mengoperasikan Alat :

22
 Menekan tombol ON/OFF pada bagian belakang
alat.
 Menekan tombol power pada monitor.
 Alat siap digunakan.

c) Washing alat
 Sebelum melakukan QC alat, dilakukan
pencucian terlebih dahulu
 Klik service
 Maintenence
 Prob cleanser soak
 Masukkan cairan washing ke dalam alat
 Tunggu 10 menit hingga alat selesai mencuci
d) Menjalankan Control
 .Buka QC
 Klik run pada monitor
- Tabung merah = High (File no.23)
- Tabung biru = low
- Tabung hijau = normal
 Klik start
 Klik run pada monitor
 Untuk control low, diganti File no.24

e) Cara Menjalankan Sampel Pasien


Alat Mindray BC-5380
 Meletakkan rak tabung berisi sampel pada alat.
 Menekan tombol “RUN” pada alat
 Menunggu hasil pemeriksaan keluar pada layar
monitor.

Tahap pasca analitik

23
a) Pengeditan identitas pasien sesuai blanko.
b) Print hasil pemeriksaan laboratorium.
c) Menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium
kepada Dokter Spesialis Patologi Klinik (DSPK)
untuk diverifikasi.
d) Pengeluaran hasil pemeriksaan.

5) Nilai normal

Parameter Range
WBC 3,7 – 10,1
RBC 4,06 – 4,69
PLT 1 53 – 366
NEU 1,63 − 6,69
LYM 1,09 − 2,99
MONO 240 – 790
EOS 30 – 440
BASO 0,00 – 0,80
HGB 12,9 – 14,2
MPV 6,90 – 10,6
HCT 37,7 – 53,7
MCV 81,1 – 86,0
MCH 27,0 −31,2
MCHC 31,8 – 35,4
RDW 11,5 – 14,5

24
b. Pemeriksaan laju endap darah
1) Tujuan
Untuk menentukan kecepatan eritrosit (dalam darah yang
diberi antikoagulan jatuh secara vertical)

2) Metode
Westergreen

3) Alat & Bahan


a) Pipet Westergreen
b) Sampel darah dengan antikoagulan K3EDTA

25
4) Prosedur kerja
Tahap pra analitik
a) Penerimaan Spesimen dan blanko
b) Checklist permintaan pada blanko dan catat pada buku
registrasi.
c) Sampel pemeriksaan LED diambil setelah permintaan
darah lengkap

Tahap analitik
a) Disediakan alat dan bahan yang diperlukan.
b) Isaplah dalam semprit (spuit inject) 0,4 ml larutan
Natrium sitrat 3.8%.
c) Lakukan puncti vena dengan semprit itu dan isaplah 1.6
ml darah sehingga mendapat 2 ml campuran.
d) Masukkan campuran itu kedalam tabung.
e) Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergreen sampai
garis tanda 0 mm
f) Kemudian tabung di simpan tegak lurus pada rak
tabung Westergreen dengan posisi angka tabung
menghadap kita dan diberi label.
g) Di simpan selama 1 (satu) jam dan dibaca tinggi lapisan
plasmanya.

Tahap pasca analitik


Hasil ditulis dalam buku hasil pemeriksaan Laju Endap
Darah. Kemudian diverifikasi dan ditandatangani oleh
Dokter Spesialis Patologi Klinik (DSPK). Hasil tersebut
dikirim ke bagian registrasi untuk dibagikan kepada pasien.

26
c. Pemeriksaan faal hemostasis
1) Tujuan
Untuk mendeteksi adanya hemostasis dan
bermanfaat untuk persiapan sebelum melakukan operasi.

2) Prinsip Kerja
Darah dengan antikoagulan sodium sitrat,
disentrifugasi dengan kecepatan dan waktu tertentu lalu
sampel di running menggunakan alat SYSMEX CA-600
series.

3) Alat
SYSMEX CA-600 series

4) Bahan
Darah vena dengan antikoagulan sodium sitrat (tabung
vakum dengan tutup berwarna biru)

5) Prosedur Kerja
Tahap pra analitik
a) Penerimaan sampel dan blanko dari bagian resgistrasi
b) Specimen disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit

27
c) Sampel (tabung ) diurutkan pada rak sampel sesuai
urutan blanko dengan barcode menghadap ke depan.

Tahap analitik
a) Persiapan Awal
 Memeriksa kesediaan aquades , mengisi kembali
bila kurang
 Memeriksa keadaan botol limbah kosong bila perlu
 Memeriksa ketersedian cuvette , menambahan bila
perlu perlu, menggunakan cuvette khusus untuk
CA-600 series yaitu tabung kecil.
 Menyiapkan reagen secukupnya
 Memeriksa ketersediaan kertas premier
 Memeriksa saluran selang dan power connection
 Memeriksa label power menempel pada stop
kontak dengan benar
 Menyalakan alat
 Memasukkan cleaner CA-clean kedalam reagen
bolder di alat
 Menekan tombol ON pada istrumen dan menunggu
bebrapa saat hingga istrumen READY .

b) Memasukkan atau menambah reagen ke dalam alat


 Reagen inovin untuk pemeriksaan PTT
 Reagen CaCl2 dan actin untuk pemeriksaan APTT

c) Menjalankan QC
 Pipet reagen control sebanyak 200 µl
 Buka penutup alat
 Letakkan tabung yang berisi control di rak
 Klik ID entry

28
 Tulis “QC 01”
 Kemudian pilih pemeriksaan yang akan di control
yaitu PT, APTT
 Enter
 Klik Start kemudian Klik first tube
 Hasil control akan keluar dalam 15 menit
d) Menjalankan Sampel
 Meletakkan tabung sampel pada alat dengan
barcode menghadap ke bagian depan.
 Klik parameter pemeriksaan atau jenis test
 Kliik start kemudian klik continue

Tahap pasca analitik


a) Menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium
kepada Dokter Spesialis Patologi Klinik (DSPK)
untuk diverifikasi.
b) Mencatat hasil pemeriksaan pada buku registrasi.
c) Pengeluaran hasil pemeriksaan.

4. DIVISI IMUNOLOGI
a. Tahap Pra Analitik
1) Sampel diterima dan dicocokan nama dan no Rm

29
2) Melakukan pembilingan sampel
3) Print barcode
4) Barcode ditempel sesuai dengan sampel pemeriksaan
5) Sampel serologi dicentrifuge selama 5 menit kecepatan 5000
rpm
6) Dilakukan pemeriksaan sesuai dengan yang ada dijoblist
pasien

b. Tahap Analitik
1. Alat Vidas
Alat Vidas ini adalah salah satu alat yang digunakan pada
pemeriksaan Imunologi. Prinsip alat ini merupakan modifikasi
dari prinsip ELISA hanya pembacaannya bedasarkan
Flouresensi. Parameter yang sering diperiksa dialat ini yaitu
FT4,TSH,Troponin.

Pemeriksaan FT4
Pemeriksaan free T4 (FT4) merupakan pemeriksaan
menggunakan sampel darah yang diambil dari pembuluh
darah vena di lengan untuk mengukur konsentrasi thyroxine
(T4) dalam bentuk bebas (tidak terikat dengan protein) dalam
darah.
Thyroxine (T4) adalah salah satu dari dua hormon utama

30
yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Hormon tiroid utama
lainnya disebut triiodothyronine (T3). T4 dan T3 secara
bersama-sama mempunyai fungsi untuk mengatur
metabolisme tubuh. Hampir sebagian besar T4 ditemukan
dalam bentuk terikat dengan protein di dalam darah. Sisanya
dalam jumlah kecil tidak terikat dengan protein yang disebut
sebagai free T4, dan merupakan bentuk aktif biologis dari
hormon.
Manfaat Pemeriksaan :
Membantu evaluasi fungsi kelenjar tiroid; membantu
diagnosis gangguan tiroid; sebagai uji saring hipotiroidisme
pada bayi baru lahir; memantau efektivitas pengobatan
gangguan tiroid.

Pemeriksaan TSH
Sebuah tes darah hormon tirotropin (TSH) digunakan untuk
memeriksa apakah ada masalah pada kelenjar tiroid. TSH
dihasilkan ketika hipotalamus melepaskan zat yang disebut
tiroliberin atau thyrotropin releasing hormone (TRH).
Tiroliberin kemudian akan memicu kelenjar pituitari untuk
melepaskan TSH.

2. Alat Architect
Architect merupakan alat yang digunakan untuk pemeriksaan
HbsAg

31
3. Pemeriksaan VDRL/RPR
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi
non-treponema (reagin). Menyaring atau mendiagnosis
infeksi bakteri Treponema pallidum yang menyebabkan
penyakit sifilis. Pemeriksaan VDRL/RPR membutuhkan
sampel berupa darah yang diambil dari pembuluh darah
vena di lengan.

4. Pemeriksaan TPHA
TPHA yang merupakan singkatan dari “Treponema Pallidum
Hemagglutination Assay”, yaitu salah satu bentuk
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter guna mengetahui
adanya infeksi Treponema Pallidum yang merupakan
penyebab seorang pasien terjangkit penyakit sifilis (Great
pox/ lues venereum/ morbus gallicus).
TPHA merupakan test yang dilakukan untuk mengetahui
keberadaan antibodi terhadap treponema. Test akan
menunjukkan hasil positif apabila ternyata dalam tubuh kita
terdeteksi adanya bakteri tersebut.

5. Pemeriksaan Anti HAV Total


Hepatitis A merupakan peradangan hati yang disebabkan
oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Pemeriksaan Anti-HAV
mendeteksi munculnya antibodi terhadap HAV dalam tubuh.

32
Pemeriksaan Anti-HAV dianjurkan pada seseorang yang
memiliki gejala infeksi hepatitis akut seperti jaundice
(penyakit kuning), atau ketika seseorang mungkin telah
terkena HAV. Pemeriksaan Anti-HAV membutuhkan sampel
berupa darah yang diambil dari pembuluh darah vena di
lengan.

6. Pemeriksaan Anti HCV Total


Pemeriksaan Anti-HCV merupakan pemeriksaan darah untuk
mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus Hepatitis C
(HCV). Bila hasil Anti-HCV positif (reaktif), hal tersebut tidak
menunjukkan terbentuknya imunitas tubuh melainkan
sebaliknya.

7. Pemeriksaan Widal Slide


Prinsip reaksi
Ag (dalam reagen) + Ab (dalam serum) Ag –Ab
(aglutinasi)
Alat
a. Objek glass
b. Mikropipet
c. Yellowtip
d. Pengaduk

Bahan

a. Reagen Antigen salmonella typhi O


b. Reagen Antigen salmonella typhi H
c. Reagen Antigen salmonella paratyphi A
d. Reagen Antigen salmonella paratyphi B

Prosedur kerja

a. Pra-analitik
1. Penerimaan sampel dan joblistnya

33
2. Menyiapkan alat, reagen dan bahan yang akan
digunakan dalam pemeriksaan
3. Mengkondisikan semua reagen pada suhu ruang yaitu
20-25oC sebelum digunakan
4. Menulis di buku laporan khusus pemeriksaan widal
slide
5. Menulis nomor rekan medis di atas objek glass
6. Menulis nomor urut kerja pemeriksaan pada joblist
b. Analitik
1. Memipet 20 µL serum pada masing-masing objek glass
2. Menambahkan 40 µL antigen salmonella typhi O,
Reagen Antigen salmonella typhi H, Reagen Antigen
salmonella paratyphi A, Reagen Antigen salmonella
paratyphi B pada masing-masing objek glass yang telah
ditetesi dengan serum
3. Mengaduk campuran antigen dan serum dengan
batang pengaduk
4. Menggoyang-goyangkan objek glass
5. Membaca hasil pemeriksaan dengan melihat ada
tidaknya aglutinasi
6. Jika haslnya positif (+) maka pemeriksaan di lanjutkan
dengan titer antigen berikutnya (pengenceran)
c. Post-analitik
1. Mencatat hasil pemeriksaan pada joblist dan buku
laporan khusus pemeriksaan widal slide
2. Mencetak hasil pemeriksaan
3. Menyerahkan hasil print-out kepada dokter untuk
segera di verifikasi

INTERPRETASI HASIL

34
Pembacaan hasil dilakukan kurang dari 2 menit, karena
apabila pembacaan dilakukan lebih dari waktu tersebut maka
dapat menyeabkan hasil positif palsu.

 Positif (+) : tamoak adanya aglutinasi


 Negatif (-) : tidak tampak adana aglutinasi

Volume serum Antigen (Ag) Titer Antibodi


20 40 1/80
10 40 1/80
5 40 1/80
2,5 40 1/80

8. Pemeriksaan HBsAg
a. Bahan
Serum atau plasma.

b. Tujuan
Membantu menegakkan diagnosis dan memberi
informasi tentang perjalanan penyakit Hepatitis B.
c. Prinsip
serum/plasma yang diteteskan pada bantalan sample
bereaksi dengan partikel yang telah dilapis dengan anti
HBs (antibody). Campuran ini selanjutnya akan bergerak
sepanjang strip membrane untuk berikatan dengan
antibody spesifik pada daerah tes (T), sehingga akan
menghasilkan garis warna.
d. Prosedur
1) Stik ditulis nomor sampel
2) Pipet sampel sebanyak 100µl menggunakan
mikropipet dan teteskan dalam sumuran pada alat tes

35
3) Tambahkan 3 tetes buffer HBsAg
4) Tunggu hasilnya selama 15 menit
5) Catat hasilnya pada blangko sampel
6) Interpretasi hasil : hasil negatif jika hanya muncul strip
merah pada control dan pada blangko ditulis NR (Non
Reaktif), jika hasil positif muncul 2 strip merah pada
stik dan pada blangko ditulis R (Reaktif)

9. Pemeriksaan IgG/IgM Salmonella


a. Tujuan
Untuk mengetahui adanya bakteri Salmonella typhi
penyebab demam typoid/tipes
b. Prinsip
Determinasi IgM antibodi Salmonella typhi di dalam
spesimen serum/plasma. Antigen bakteri Salmonella sp
akan bereaksi dengan antibodi dalam serum à
Aglutinasi.
c. Bahan
Serum/Plasma
d. Prosedur
Tambahkan buffer typoid IgG/IgM ( 3 tetes ) pada kaset
kemusian tambahkan serum sebanyak 10 µl

10. Pemeriksaan NS1 Dengue & IgG/IgM dengue


a. Tujuan
NS1 Dengue : Pemeriksaan yang dilakukan jika demam
1-2 hari
Anti dengue : Pemeriksaan yang dilakukan jika demam
sudah lebih dari 3 hari
b. Prosedur
NS1 Dengue : pipet serum 100µl

36
IgG/iGM Dengue: pipet serum 2 µl serum dan 2 tetes
buffer

11. pemeriksaan HIV dengan rappid test


a. Tujuan
Untuk mendeteksi keberadaan virus HIV atau antibodi
HIV dalam serum.
b. Metode
Imunokromatografi.
c. Prinsip
Sampel serum yang diteteskan pada ruang membran
bereaksi dengan pertikel yang dilapisi protein A yang
terdapat bantalan specimen. Selanjutnya akan begerak
secara kromatografi dan bereaksi denagn antigen HIV
rekombinan yang terdapat pada garis test.

d. Cara Kerja
1) Pra Analitik
a) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b) Specimen/bahan : serum
2) Analtik
a) Test I (Intec)
- Pada lubang sumur uji teteskan serum sebanyak 1
tetes.
- Tambahkan 1 drop buffer intec.
- Lihat hasilnya. Bila positif maka dilanjutkan pada
test II dan test III.
- Interpretasi hasil :
 Reaktif HIV 1 : tampak garis pada C dan T1.
 Reaktif HIV 2 : tampak garis pada C dan T2.
 Non reaktif : tampak garis pada C saja.
 Invalid : tidak ada garis sama sekali.

37
b) Test II (Oncoprobe)
- Meneteskan 1 teteskan serum pada lubang sumur
uji.
- Tambahkan 1 teteskan buffer oncoprobe.
- Lihat hasilnya sebelum 30 menit.
- Interpretasi hasil :
 Reaktif HIV 1 : tampak garis pada C dan T1.
 Reaktif HIV 2 : tampak garis pada C dan T2.
 Non reaktif : tampak garis pada C saja.
 Invalid : tidak ada garis sama sekali.
c) Test III (Vikia)
- Meneteskan 3 teteskan serum pada sumur uji.
- Inkubasi selama 30 menit. Baca hasil.
- Interpretasi hasil :
 Reaktif : tampak garis pada zona C dan garis
merah pada zona T.
 Non reaktif : tampak garis pada zona C saja.
 Invalid : tidak tampak garis.

5. DIVISI KIMIA KLINIK


Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam
laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal,
lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula
dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis anemi.

Macam macam pemeriksaan kimia klinik


a. fungsi jantung
pemeriksaan creatine kinase (CK)
pemeriksaan isoenzim creatine kinase yaitu CKMB.
pemesriksaan SGOT (serum glutamic oxaloacetate
transaminase)
b. Fungsi hati

38
Pemeriksaan kadar protein total
Pemeriksaan albumin
Pemeriksaan bilirubin total & bilirubin direk
Pemeriksaan serum glutamic pyruvate transaminase
(SGPT/ALT),
Pemeriksaan gamma glutamyl transferase (γ-GT)
Pemeriksaan alkaline phosphatase (ALP)
Pemeriksaan cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total
c. Uji fungsi ginjal
Pemeriksaan ureum
Pemeriksaan kreatinin
d. Profil lipid
pemeriksaan kadar kolesterol total
pemeriksaan trigliserida
pemeriksaan HDL dan LDL kolesterol
e. Pemeriksaan kadar gula darah
pemeriksaan gula darah sewaktu/acak
pemeriksaan gula darah puasa
pemeriksaan gula darah 2 jam post pradial
pemeriksaan HbA1C
f. Pemeriksaan elektrolit
 Px Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak,
yang fungsinya menahan air di dalam tubuh.
 Px Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak.
Delapan puluh – sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh
urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan ginjal
didapatkan perubahan kadar K.
 Px Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam cairan
ekstraseluler. Unsur tersebut mempunyai fungsi
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan
mengatur keseimbangan asam-basa.
g. Pemeriksaan Gas Darah (BGA)

39
Untuk mengetahui :
 Keadaan O2 dan metabolism sel
 Efisiensi pertukaran O2 dan CO2
 Kemampuan HB dalam mengangkut O2 dan CO2
 Tingkat tekanan O2 dalam darah arteri

Alat alat untuk pemeriksaan kimia klinik


1. BIOLIS 241

Cara kerja :
a. Tekan order
b. Masukan ID sampel
c. Centang pemeriksaan yang ingin diperiksakan
d. Letakan sampel pada nomor tray yang sudah ditetapkan
e. Tekan order lalu start.
2. MINDRAY BS-380

40
3. Pemeriksaan elektrolit

4. Gem premier 3000

Cara kerja :
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk kesetiap
sampel secara bergiliran dimana gas sampel akan
dibandingkan dengan gas standar melalui pemencaran system
infra red dimana akan menghasilkan perbedaan panjang
gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal
analog.

5. Alat Monitoring
a. monitor pemeriksaan kimiaklinik dengan alat biolis 241

41
b. monitor hasil pemeriksaan

6. DIVISI URINALISA
a. Pengertian
Urinalisis merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium
yang memeriksa senyawa-senyawa yang terkandung di dalam
urin. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan makroskopis,
pemeriksaan mikroskopis, dan pemeriksaan kimia. Manfaat
pemeriksaan urinalisis antara lain:
 Diagnostik infeksi saluran kemih
 Pemeriksaan batu ginjal
 Pemeriksaan ginjal
 Skrining kesehatan
 Evaluasi berbagai penyakit ginjal
 Memantau perkembangan penyakit ginjal

42
b. Pemeriksaan makroskopis
Pemeriksaan makroskopis ini dilakukan dengan mengamati
keadaan yang ada pada sampel urin meliputi:
1) Warna
Urin normal memiliki warna khusus yang menunjukkan
adanya penyakit atau infeksi.
 Urin normal berwarna kuning karena pigmen urokrom dan
urobilin.
 Urin encer hampir tidak berwarna
 Urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang
Beberapa keadaan warna urin dan penyebabnya adalah :
 Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin,
porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak
macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak),
senna.
 Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab
nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium),
obat lain termasuk fenotiazin.
 Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat,
bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel,
fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
 Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama
Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat
vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
 Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat :
diuretik, nitrofuran.
 Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin,
pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran,
beberapa obat sulfa.
 Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik :
melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen,

43
methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara,
kompleks besi, fenol.
2) Berat jenis Pengukuran berat jenis urin menggunakan alat
yang disebut urinometer. Urinometer adalah hidrometer
untuk penentuan bobot jenis dari urine dan ditera khusus
untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala
1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan
pada temperatur 60ºF atau 15,5ºC. Prosedur pemeriksaan:
40 mL urin dimasukkan ke dalam gelas ukur, lepas pelan-
pelan urinometer ke dalam gelas ukur.

3) pH urin
pH urin adalah asam. pH urin diukur menggunakan ph
universal yang dicelupkan ke dalam urin. Perubahan warna
paha ph universal disamakan pada skala pH yang ada pada
bungkus pH universal. Urin yang akan diperiksa harus
memiliki pH asam karena jika pH urin sudah basa maka bisa
dikatakan bahwa urin tersebut sudah rusak karena aktivitas
mikroorganisme yang ada di dalam urin yang mengubah
ureum menjadi amoniak sehingga pH menjadi basa.
Perubahan pH menjadi basa tersebut membutuhkan waktu
tidak 1 menit 2 menit jadi bisa dikatakan jika ph urin tersebut
sudah berubah menjadi basa maka senyawa-senyawa yang
ada dalam urin tersebut juga sudah berubah baik bentuk
maupun struktur kimia (rusak, teroksidasi, kadar turun, dll)
sehingga tidak baik digunakan untuk digunakan sebagai
sampel untuk pemeriksaan.

4) Kejernihan urin
Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau
pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam
urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan

44
selular berlebihan atau protein dalam urin. Volume urin
Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/ hari.
Jumlah ini tergantung pada masukan air, suhu luar, makanan
dan keadaan mental/ fisik individu, produk akhir nitrogen dan
kopi, teh serta alkohol mempunyai efek diuretic.
5) Buih
Pada urin normal yang baru saja dikeluarkan tidak akan
langsung menimbulkan buih namun jika dikocok akan
menimbulkan buih putih. Pada urin yang baru saja
dikeluarkan langsung membentuk buih putih maka urin
tersebut mengandung protein. Pada urin yang berbuih
kuning maka urin tersebut mengandung bilirubin
6) Bau Urin normal beraroma seperti zat-zat yang sudah
dimakan.

c. Pemeriksaan mikroskopis
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu
pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan
dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin
di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui unsur-
unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder,
silindroid, benang lendir; unsur anorganik (kristal, garam
amorf); elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp.,
spermatozoa).
1) Eritrosit Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit
dalam urin. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan
adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran
kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
2) Leukosit Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urin
adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan
adanya peradangan, infeksi atau tumor.
3) Epitel Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding
bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir

45
selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari kandung
kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.
4) Silinder (cast) Ini adalah mikoprotein yang dinamakan protein
Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat
beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder
granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan
silinder lilin (wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada
iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder
yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang
lebih berat pada tubulus ginjal.
5) Kristal Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang
dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat,
cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak
dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau
garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya
makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin
(tergantung banyak-sedikitnya minum). Yang perlu
diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi
terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika
konsentrasi garam-garam tersebut melampaui
keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam
saluran urine, mengeras dan terbentuk batu.

7. DIVISI MIKROBIOLOGI
Dalam Laboratorium Mikrobiologi terdapat alat Gen Expert,
digunakan untuk pemeriksaan :
1. TCM (Test Cepat Molekuler)
2. MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) – Mico Tuber
Lainnya
3. SENSITIFITAS/ RESISTEN RIFAMPISIN
Pemeriksaan yang dilakukan di divisi mikrobiologi adalah :
a. Pemeriksaan BTA
1. GenExpert

46
- Dengan perbandingan 1:2 (sputum : buffer)
- Dipipet 1 ml dan dimasukkan katrik
- Dihomogenkan dan di inkubasi 5’
2. Dengan Mikroskop
- Dibuat sediaan dengan pewarnaan Ziehl Nelsen
- Menghitung jumlah bta dalam 100 lp.
3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan BTA
a) MenggunakanAlatGenExpert
1) Deteksidiagnosa TB :
- MTB (Mikroorganisme TB) Low
- MTB (Mikroorganisme TB) Medium
- MTB (Mikroorganisme TB) High
2) Rifampisin
- Rif Resistance Not Detected
- Rif Resistance Detected
b) DenganMikroskop :
1) +1 yaitu 10-99/100 LP atau 1/1 LP
2) +2 yaitu 1-10/1 LP dengan min 50 LP
3) +3 yaitu>10/1LP
4. Contoh Hasil Perhitungan Jumlah BTA

7 8 8 10 13 22 11 11 13 13

13 6 10 9 5 6 3 11 4 6
4 3 3 2 6 5 5 4 3 5
5 3 9 6 6 10 8 4 5 1
2 3 12 7 13 8 5 5 3 5
4 6 3 4 6 6 5 9 5 3
6 5 4 7 5 10 0 3 8 6
6 4 3 6 4 1 0 5 7 0
3 2 0 1 3 1 0 2 1 2
2 3 0 0 0 0 0 0 0 0

47
a. Dalam 100 LP didapatkan jumlah BTA 506 . Dan
dimasukkan dalam perhitungan :
- 506/100 lp = 5,06
- 347/50lp = 6,94
Masuk dalam kategori +2 yaitu 1-10/1lp
b. Dengan Cara Sederhana
- Jumlah BTA 1 (+1)
- Jumlah BTA 1-10 (+2)
- Jumlah BTA >10 (+3)
- Dalam perhitungan di table tersebut didapat kan angka
1 berjumlah 5, 1-10 berjumlah 76, >10 berjumlah 7.
- Yang paling banyak adalah 1-10, dan dapat
disimpulkan +2.

B. PATOLOGI ANATOMI
Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan
diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan makroskopis,
mikroskopis, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel.
Pemeriksaan pada laboratorium patologi anatomi yaitu Cytohistologi.
Cyto berarti cairan dan Histo berarti jaringan. Pemeriksaan
cytohistologi berfungsi utk mendiagnosis pasti penyebab penyakit
tertentu. Dan memeriksa adanya keganasan pada jaringan dan sel.
Secara garis besar ada 2 macam pemeriksaan dasar yang
dilakukan yaitu pemeriksaan Histopatologi dan Sitopatologi.
Pemeriksaan Histopatologi adalah pemeriksaan dari jaringan tubuh
manusia, dimana jaringan dilakukan pemeriksaan dan pemotongan
makroskopis, diproses sampai siap menjadi slide atau preparat yang
kemudian dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan
diagnosis. Pemeriksaan Sitopatologi adalah pemeriksaan cairan tubuh
manusia yang kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan
pemberian pigmen kemudian dilakukan pembacaan dengan
mikroskop. Perbedaan utama antara pemeriksaan Histopatologi dan

48
Sitopatologi adalah dimana pemeriksaan Histopatologi akan tampak
struktur jaringan, sedangkan pada pemeriksaan Sitopatologi hanya
tampak gambaran sel-selnya tanpa terlihat struktur jaringannya.
Jenis sampel pada patologi anatomi :

Cyto (cairan) : Histo (jaringan) :

- Pleura - Nasofaring
- Darah - Coli
- Acites - Colon
- Urine - Mamae
- Pap smear - Kulit
- Sputum - Organ lainnya.

Alat – alat yang digunakan pada laboratorium Patologi Anatomi:


1. MIKROTOM Berfungsi sebagai mesin untuk mengiris spseimen
jeringan dan organ menjadi bagian yang sangat tipis utk
pemeriksaan mikroskop.

2. WATERBATH untuk
memanaskan air dengan suhu 50-60C, utk memudahkn mengambil
jaringan yg telah diiris.
3. HOTPLATE untuk memanaskan slide dan sampel dgn suhu 40-
60C selama 30 menit agar sampel melekat pada slide.

49
4.THERMO (TISSU PROCESSOR) Berfungsi sbagai alat proses
hidrasi.

5. LEICA ARCADIA H (ALAT EMBEDING) Berfungsi sebagai


tempat pencetakkan parafin menjadi blok.

6. STOPWATCH untuk mengatur waktu.


7. SLIDE untuk meletakkan sampel.

Bahan yang digunakan:

 sampel jaringan dan cairan

 Pewarnaan jaringan ( HEMATOKSILIN GIEMSA )

a b c d e

j i f
h g

l m n
k 50
Ket :

a-c (xylol)

d-f (alkohol)

g (meyer)

h (eosin)

i-k (alkohol)

l-m (xylol)

 Parafin & kaset

 Entelan (lem)

 Tissue

 Pewarnaan cairan ( PAPANICOLOU)

Ket :

Alkohol absulute,cat hematoksilin, cat EA, cat Orange G, Xylol

Alur Kerja :

51
1. Sampel diterima :

 Periksa sampel, sesuaikan dengan identitas di job list

 Diurutkan sesuai dengan ukuran (sampel jaringan) dan pada


sampel cairan diurutkan seperti biasa sesuai No LAB.

2. Dirapikan joblist dan regist, lakukan sistem bilink :

 Masukkan RM pasien & no tlp pasien ( tulis dibuku )

 Tanggal

 Transaksi pelayanan

 Tambahkan tindakan

3. Setelah itu diregist pada buku regist

4. Siapkan sampel yang telah diurutkan, ditulis no RM & tahun pd sampel


(pot sampel)

5. Dilakukan pemeriksaan makroskopis ( warna, bentuk, ukuran pxlxt,


konsentrasi, volume cairan )

Cara Kerja :

a. Pembuatan sediaan jaringan :


1. Setelah dilakukan pemeriksaan makroskopis, jaringan difiksasi
selama 24 jam
2. Setelah itu cuci dengan air mengalir ,dan sampel jaringan dipotong
dengan sesuai ukurannya
3. Ditaruh atau diletakkan jaringan pada kaset yang sudah disiapkan
direndam alkohol 96%
4. Dimasukkan ke dalam alat THERMO ( ISSU PROCESSOR )
Alat ini memiliki 12 camber : (selama 12 jam)
1 – 7 ( alkohol 96% )
8 – 10 ( xylol )

52
11 – 12 ( parafin )
5. Setelah alat processor bunyi, angkat kaset dan keluarkan
6. Lanjut dimasukkan kedalam alat EMBEDING yaitu pencetakkan
parafin menjadi blok
7. Setelah dicetak letakkan kaset diatas es batu
8. Setelah kaset terbentuk dan dingin, lakukan pemotongan dengan
mikrotom menjadi lapisan tipis (6.5 mikro)
9. Lapisan tersebut diletakkan pada waterbath (46C), dan diambil
menggunakan slide, pilih lapisan yang bagus dan rapi.
10. Setela itu letakkan slide dan sampel pada hot plate (20 menit)
11. Setelah itu dinginkan atau diamkan selama 5 menit, baru
lanjutkan pada step pengecatan.
12. Pengecatan jaringan :
1- 3 xylol ( 5 menit )
4 – 7 alkohol ( 96% 5 menit )
8. bilas dengan air mengalir
9. meyer ( 5 menit )
10. bilas dengan air mengalir
11. Eosin ( 2 menit )
12 – 14 alkohol ( 5 menit )
15 – 17 xylol ( 5 menit )
19. Ditiriskan
20. Ditutup dengan cover & tambahkan entelan (lem)
21. Beri label yang sesuai
b. Pembuatan sediaan cairan :
1. Sampel difiksasi 24 jam dengan alkohol 70% ( 1 : 1 )
2. Dicentrifuge 3000 rpm selama 15 menit sampai terlihat
endapan
3. Supernatan dibuang
4. Buat hapusan minimal 3 slide, lalu dikeringkan
5. Lakukan pengecatan cairan :
a. Alkohol 96% ( 5 menit )

53
b. Cuci air mengalir ( 5 menit )
c. Meyer ( 5 menit )
d. Cuci air mengalir ( 5 menit )
e. Bilas alkohol 96 %
f. Orange G ( 5 menit )
g. Cuci air mengalir
h. Alkohol 96% 2x celup
i. EA ( 5 menit )
j. Alkohol 96 % 2x celup
k. Xylol 2-3x celup
l. Dikeringkan atau ditiriskan
m. Ditutup dengan cover & tambahkan entelan (lem)
n. Beri label yang sesuai
setelah sediaan jaringan dan cairan jadi, berikan sampel tersebut
kepada dokter untuk dibaca.
Hasil dari dokter tersebut akan disampaikan kepada pasien dengan
menhubungi nomer tlp pasien yang sudah di catat.

C. DIVISI BDRS (BANK DARAH RUMAH SAKIT)


1. Definisi
Bank Darah Rumah Sakit merupakan suatu unit pelayanan di
rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah
untuk tranfusi yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang
cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit

2. Fungsi Bank Darah Rumah Sakit


Fungsi BDRS adalah sebagai pelaksana dan penanggung jawab
pemenuhan kebutuhan darah untuk transfusi di rumah sakit
sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.

3. Tugas BDRS

54
1. Merencanakan kebutuhan darah di RS bersangkutan.
2. Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi syarat  uji
saring (non reaktif) dan telah dikonfirmasi golongan  darah.
3. Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
4. Memantau persediaan darah harian/mingguan.
5. Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO  dan  Rhesus
pada darah donor dan darah resipien
6. Melakukan  uji silang serasi antara darah donor dan darah
resipien.
7. Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan
darah ABO/Rhesus ke UTD secara berjenjang.
8. Menyerahkan darah yang cocok untuk pasien pada dokter
yang meminta atau petugas rumah sakit yang  diberi
kewenangan.
9. Melacak penyebab terjadinya reaksi tranfusi
10. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas BDRS
dalam pendidikan dan pelatihan di bidang tranfusi darah.
11. Turut aktif dalam sub komite tranfusi darah.
12.  Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia RS dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
transfusi darah di rumah sakit.
13. Melaksanakan penelitian praktis untuk peningkatan  mutu
pelayanan transfusi darah.
14. Melakukan pencatatan, dan pelaporan.

4. Organisasi Bank Darah Rumah Sakit


BDRS merupakan suatu unit pelayanan yang berada di
bawah wakil direktur pelayanan medik/ bagian pelayanan /bagian
dari laboratorium RS, yang dikepalai oleh seorang dokter dan
memiliki petugas pelaksana.
Rumah sakit tipe A dan B, bank darah berupa instalasi
tersendiri, rumah sakit tipe C dan D dapat merupakan bagian dari
instalasi Laboratorium (Patologi Klinik).
Dalam pelaksanaan teknis, unit berkoordinasi dengan UTD
setempat dan jejaring pelayanan darah setempat.

5. Ketenagaan

55
a. BDRS dipimpin oleh seorang dokter yang telah  dilatih dalam
bidang transfusi darah (minimal 80 jam).
b. Sebagai pelaksana teknis laboratorium/ tenaga teknis medik 
adalah Paramedis Teknologi Transfusi  Darah (PTTD) atau
analis yang sudah dilatih di bidang transfusi darah sesuai
standar (minimal 120 jam) yang tersertifikasi melalui
pusdiknakes/ pusdiklat Depkes.
c. Tenaga administrasi dan tenaga pekarya untuk mendukung
kegiatan yang dilaksanakan oleh BDRS.

6. Monitoring dan Evaluasi


Sistem monitoring dan evaluasi kinerja Bank Darah Rumah
Sakit dilakukan melalui supervisi, laporan rutin BDRS dan
Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal.
Pembinaan secara berjenjang dilaksanakan oleh tim  yang
terdiri dari :
 Tim Pusat (Depkes dan UTDP PMI)
 Tim Provinsi, Kab/Kota
Dinas Kesehatan Prop,Kab/Kota
Unit Transfusi Darah Cabang
Balai Laboratorium
7. Pencatatan dan Pelaporan
BDRS melakukan pencatatan dan pelaporan yang
mencakup seluruh kegiatan dalam penyelenggaraan pelayanan
darah di rumah sakit.
 Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap tahap kegiatan di BDRS
setiap hari, sesuai dengan standar yang dibuat sedemikian
rupa sehingga dapat dilakukan pelacakan.
 Pelaporan
Terdiri dari laporan harian, bulanan dan triwulanan. Yang
dilaporkan : persediaan darah & permintaan darah ( jumlah
permintaan, jumlah darah yang diberikan, jenis darah,

56
pengembalian darah dan alasannya serta darah kadaluarsa)
dan reaksi transfusi.

8. Standar Prosedur Operasional (SPO)


Dalam melaksanakan tugas, BDRS wajib membuat dan 
melaksanakan tugasnya sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO)  yang meliputi:

a. SPO perencanaan kebutuhan darah


b. SPO permintaan darah ke UTD
c. SPO penyimpanan darah/komponen darah
d. SPO monitoring suhu alat penyimpanan darah
e. SPO validasi reagen
f. SPO kalibrasi alat
g. SPO perawatan alat
h. SPO cara pemakaian alat
i. SPO persiapan sampel pemeriksaan
j. SPO Pemeriksaan golongan darah ABO /Rhesus
k. SPO uji silang serasi
l. SPO penerimaan sampel darah dan format permintaan darah
m. SPO darah titipan yang telah dilakukan uji silang serasi
n. SPO pengeluaran darah
o. SPO pengembalian darah
p. SPO pelacakan reaksi transfusi
q. SPO pencatatan
r. SPO pelaporan

57
s. SPO rujukan
t. SPO permintaan darah cito
u. SPO penanganan limbah infeksius
v. SPO kewaspadaan universal

9. Peralatan yang Dibutuhkan

a. Blood Bank Refrigerator


b. Electric tube sealer
c. Alat Crossmatch Gel Test (satu set: ID-Centrifuge, ID-
Incubator, ID-Dispenser )
d. Plasma separator
e. Serological Centrifuge
f. Medical / Laboratory Refrigerator
g. Mikropipet ukuran 25 ul, 25ul dan 50 ul
h. Hand Sealer
i. Cool box
j. Tabung reaksi uk. 12 x 75
k. Rak Tabung
l. Labu semprot, Gunting Stainless, Pipet Pasteur, artery clamp
m. Tempat limbah medis dan non medis

10. Bahan dan Reagensia yang Dibutuhkan

a. Antisera : A , B, D
b. Test Sel : A, B, O
c. Bovin Albumin
d. ID-Liss Coomb Cards
e. ID-Dilluent
f. Saline 0,9 %

11. Alat dan Bahan Pendukung

a. ATK
b. Komputer + Printer
c. Meja Kursi, Filing Cabinet, Filing Holder, dll
d. Cek List dan lembar kerja : Golongan darah, Crossmatching,
e. Blangko pemantau suhu
f. Surat permintaan darah
g. Bukti penyerahan darah
h. Label darah
i. Buku Laporan Harian, Bulanan, dll

58
12. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan di BDRS
Kriteria Pembentukan Bank Darah Rumah Sakit :

a. Ada kebutuhan darah.


b. Ada UTD setempat dengan jarak > 5 km dari Rumah Sakit.
c. Jika belum ada UTD di Daerah / Kabupaten tersebut, maka
dapat dibentuk UTD Rumah Sakit.
d. Pendirian Bank Darah Rumah Sakit atas kesepakatan tim
yang terdiri dari personal Rumah Sakit, UTD PMI setempat
dan Dinas Kesehatan setempat setelah diadakan
pengkajian terlebih dahulu dan dapat memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan.
e. Tersedia ruangan dengan : - Luas minimal 4 x 5 m2 - Air
bersih yang cukup dengan sistim pembuangan limbah yang
baik. - Listrik yang berkekuatan minimal 6500 Watt dan
diesel / pembangkit listrik dalam keadaan darurat. -
Telepon.
f. UTD PMI menyediakan : - Darah yang cukup untuk
kebutuhan Rumah Sakit. - Alat-alat Laboratorium (SK
Permenkes 478 pasal 15 ayat 12 tahun 1990). - Reagensia
- Formulir-formulir

13. Pemeriksaan yang terdapat di BDRS


a. Crossmatch ( Uji Silang Serasi) Metode Gel Test (Grifols)
Crossmatch merupakan tehnik pencocokkan darah dari
pendonor untuk pasien.
Prinsip: antibodi yang terdapat dalam serum/plasma, bila
direaksikan denganantigen pada sel darah merah, dan
diinkubasi pada suhu 30 oC selama 15 menitdan dengan
penambahan anti monoglobulin akan terjdi reaksi aglutinasi.
Alat dan Bahan :
Mikropipet
Gunting
Rak tabung 
Sentrifuge
Incubator
Tabung reaksi
Saline 
Gel test
Prosedur :
1) Membuat suspensi sel pasien dan donor:

59
a) Memasukan 0,5 ml Dil/saline kedalam tabung
b) Ambil 5 µl PRC atau WB, massukan kedalam tabung.
c) Campur dan homogenkan suspensi.

2) Ambil liss/Coombs Card


a) Mayor: 50 µl Suspensi Sel  Donor + 25 µl serum
pasien
b) Minor : 50 µl suspensi sel pasien + 25 µl serum donor
c) Autokontrol: 50 µl suspensi sel pasien + 25 µl serum
pasien.
d) Homogenkan dengan menggunakan jari.
e) Memasukan kedalam inkubator 37 oC selama 15
menit.
f) Memasukan kedalam sentrifuge, selama 10 menit
g) Baca reaksi aglutinasi yang terdapat dalam sampel.

3) Pemeriksaan DCT (direct coombs test)


a) Membuat suspensi sel pasien
b) Ambil liss/coombs card, tandai dengan identitas
pasien
c) Masukan 50 µlsuspensi sel pasien
d) Masukan kedalam sentrifuge 
e) Baca reaksi yang terjadi.
f) Interpretasi hasil :

 Keterangan Pemeriksaan Crossmatch


1. Crossmatch Mayor, Minor, Dan Ac = Negatif
• Darah pasien cocok dengan darah donor
• Darah dapat diberikan kepada pasien
2. Crossmatch Mayor = Positif, Minor = Negatif, AC = Negatif
• Periksa kembali golongan darah Os dan donor

60
• Kemudian periksa DCT pada donor bila hasil positif maka
darah donor tersebut harus disingkirkan karena akan
selalu positif pada crossmatch mayor.
• Apabila golongan darah sudah sama dan DCT donor
negatif maka kemungkinan ada antibodi irreguler pada
darah OS.
• Ganti darah donor lakukan crossmacth lagi sampai
didapat hasil crossmatch negatif.
• Apabila tidak ditemukan hasil cossmatch yang
compatible meskipun darah donor telah diganti maka
harus dilakukan screening dan identifikasi antibodi pada
serum  OS, dalam hal ini sampel darah dikirim ke UTD
pembina terdekat.
3. . Crossmatch Mayor = Negatif, Minor = Positif, AC = Negatif
• Terdapat antibodi irreguler pada serum atau plasma
donor
• Solusinya berikan PRC atau ganti dengan darah donor
lain, bila yang diperlukan adalah plasma, trombosit, WB
kemudian lakukan crossmatch lagi.
4. Crossmacth Mayor= Negatif, Minor = Positif, AC = Positif
• Dilakukan combs test pada OS
• Apabila DCT = Positif, hasil positif pada crossmacth
minor dan AC berasal dari autoantibodi.
• Apabila derajat positif pada minor sama atau lebih kecil
dibandingan derajat positif pada AC atau DCT, berikan
PRC. 
• Apabila derajat positif pada minor lebih besar
dibandingkan derajat positif pada AC atau DCT, darah
tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan
crossmatch lagi sampai ditemukan positif pada minor
sama atau lebih kecil dibandin AC atau DCT.
5. Crossmacth Mayor, Minor, dan AC = Positif.
• Periksa ulang golongan darah OS maupun Donor baik
dengan cell grouphing maupun back typing, pastikan
tidak ada kesalahan golongan darah.
• Positif pada minor kemungkinan berasal dari autoantibodi
pada OS.
• Sedangakan positif pada mayor dapat disebabkan oleh
irreguler antibodi pada serum OS.
• Jika memungkinkan lanjutkan pemeriksaan dengan
screening dan identifikasi antibodi.

61
b. Cek Golongan Darah
Golongan darah ditentukan berdasarkan AOB dan tipe Rh
(Rhesus). Golongan darah seseorang didasarkan pada penanda
atau antigen pada permukaan sel darah merah.
Terdapat dua antigen yaitu antigen A dan B. Antigen
permukaan penting lainnya disebut dengan Rh atau Rhesus.
Golongan darah mendeteksi ada atau tidaknya antigen-antigen ini
dan menentukan golongan darah dengan sistem ABO dan
menentukan tipe Rh yaitu positif (+) atau negatif (-).
 golongan darah berdasarkan antigen A dan B:
 Pemilik antigen A masuk ke dalam golongan darah A
 Pemilik antigen B masuk ke dalam golongan darah B
 Pemilik antigen A dan B masuk ke dalam golongan darah AB
 Seseorang yang tidak memiliki antigen A atau B masuk ke
dalam golongan darah O
Selain terdapat antigen, tubuh juga menghasilkan antibodi
yang reaktif terhadap antigen A atau B. antibodi yang dimiliki
berdasarkan golongan darahnya:
• Golongan darah A: memiliki antibodi anti-B
• Golongan darah B: memiliki antibodi anti-A
• Golongan darah AB: tidak memiliki antibodi
• Golongan darah O: memiliki antibodi anti-A dan anti-B

Ketika golongan darah A yang memiliki antibodi anti-B


bertemu dengan golongan darah B, maka antibodi tersebut akan
melawan antigen B. Pemilik golongan darah AB tidak memiliki
antibodi sehingga dianggap dapat menerima transfusi dari
golongan darah lain, sedangkan golongan darah O adalah
kebalikannya, tidak dapat menerima transfusi dari golongan darah
selain golongan darah O.Namun transfusi untuk golongan darah
yang berbeda, meskipun dianggap aman untuk golongan darah
tertentu, hanya dilakukan pada kondisi sangat terdesak saja.

 Tujuan Cek Golongan Darah :


Cek golongan darah adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
memeriksa golongan darah ABO dan tipe Rh atau Rhesus
seseorang. Cek golongan darah umumnya dilakukan pada
seseorang yang memiliki kondisi seperti berikut ini :

62
Seseorang yang membutuhkan transfusi darah, dapat
disebabkan oleh karena anemia berat, pasca operasi,
pendarahan hebat, efek kemoterapi, dan kondisi lainnya.

• Seseorang yang ingin mendonorkan darah.


• Seseorang yang ingin mendonorkan organ, jaringan, dan
sumsum tulang.
• Wanita hamil untuk menurunkan risiko ketidakcocokan Rh
dengan janin.

Ketidak cocokan Rh antara ibu dan janin dapat terjadi pada


perkawinan pasangan yang memiliki darah dengan Rh yang
berbeda. Apabila ibu dengan darah Rhesus-, menikah dengan ayah
yang memiliki Rhesus+, maka akan ada kemungkinan bahwa ibu
akan hamil dengan janin yang memiliki Rhesus+, mengikuti sang
ayah. Darah ibu yang memiliki Rhesus- memiliki antibodi terhadap
Rhesus+. Selama kehamilan, darah ibu dan janin akan bercampur
menjadi satu dan antibodi ibu ini dapat menyerang dan
mengakibatkan kerusakan pada janin.
Mengetahui golongan darah sangat penting agar ketika
seseorang membutuhkan transfusi darah dengan cepat, maka tidak
perlu lagi dilakukan cek golongan darah.
 Cara pengecekkan golongan darah dengan teknik A,B,O
Dengan menggunakan teknik ABO, hasil tes akan
menggelompokkan golongan darah menjadi 4, yaitu A, B, AB,
dan O.
 Pada golongan darah A, sel darah merah memiliki zat
antigen A. Antigen akan memproduksi antibodi untuk
melawan sel darah merah.
 Pada golongan darah B, sel darah merah memiliki zat
antigen B. Antigen A akan memproduksi antibodi A untuk
melawan sel darah merah.
 Pada golongan darah AB, sel darah merah memiliki zat
antigen A dan B. Sementara itu, pad plasma darah tidak
terdapat antibodi A dan B.
 Pada golongan darah O, sel darah merah tidak memiliki zat
antigen A dan B. Antibodi A dan B diproduksi di plasma
darah.
 Saat darah ditesteskan pada bidang yang telah diberi zat
anti, maka penentuan golongan darahnya adalah:
 Jika darah menggumpal di bidang dengan zat anti A, maka
golongan darahnya A

63
 Jika darah menggumpal di bidang dengan zat anti B, maka
golongan darahnya B
 Jika darah menggumpal di kedua bidang, maka golongan
darahnya AB
 Jika darah tidak menggumpal di kedua bidang, maka
golongan darahnya O

 Cara Mengetahui Golongan Darah dengan Sistem Rhesus ( Rh )


Bersamaan dengan tes golongan darah menggunakan ABO,
dokter juga akan mengidentifikasi rhesus (Rh) darah dari
seseorang. Caranya dengan mencampurkan antigen D dan
sampel darah. Setelah itu, akan diketahu tipe rhesus yang
dimiliki.
 Rhesus positif (Rh+), jika terdapat antigen Rh di dalam sel
darah merah. Orang yang memiliki rhesus positif dapat
menerima transfusi darah dari orang dengan Rh+ dan Rh-
 Rhesus negatif (Rh-), jika tidak terdapat zat antigen Rh di
dalam sel darah merah. Orang yang memiliki rhesus negatif
hanya bisa menerima transfusi darah dari orang yang
memiliki Rh- juga.
14. Alat di BDRS
d. blood bank refrigerator
Kulkas Blood Bank Refrigerator merupakan tempat yang
digunakan untuk menyimpan darah, yang biasa digunakan oleh
Palang Merah Indonesia dan Rumah Sakit. Sebelum darah
disalurkan ke pasien, darah disimpan di Bank Refrigrator. Untuk
menjaga suhu darah sehingga darah akan tetap aman saat
diberikan kepada pasien tanpa ada perubahan atau kerusakan.
Kerusakan darah atau kesalahan dalam Transfusi darah dapat
berakibat fatal pada pasien bahkan dapat beresiko kematian.
Suhu dalam kulkas juga diatur, suhu yang tepat untuk
menyimpan darah berada pada suhu antara 2°C s.d 6°C. Suhu
tersebut harus tetap konstan untuk menjaga darah dari
kerusakan. Suhu yang tidak sesuai dapat menyebabkan darah
menggumpal atau rusak dan tidak bisa diberikan pada pasien.

64
e. centrifuge
Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan
organel berdasarkan massa jenisnya melalui proses
pengendapan. Dalam prosesnya, sentrifus menggunakan
prinsip rotasi atau perputaran tabung yang berisi larutan agar
dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya. Larutan akan
terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan
dan pellet atau organel yang mengendap.
Peralatan sentrifus terdiri dari sebuah rotor atau tempat
untuk meletakan larutan yang akan dipisahkan. Rotor ini
nantinya akan berputar dengan cepat yang akan
mengakibatkan larutan akan terpisah menjadi dua fase.
Semakin cepat perputaran yang dilakukan, semakin banyak
pula organel sel yang dapat diendapkan begitu juga sebaliknya.
Fungsi : untuk memutar ID Liss coombs cards saat
pemeriksaan crossmatching

f. incubator
Fungsi  : untuk incubasi ID Lisscoombs card saat
crossmatching dengan media kering

g. dispenser
Fungsi untuk memindahkan diluent ke dalam tabung saat
pemeriksaan crossmatching

h. tube sealer electric


Adalah alat yang digunakan untuk menyegel tabung kantong
darah yang mengandung darah tanpa menyebabkan hemolisis
dan kebocoran darah. Blood Bag Tube Sealer yang disediakan
oleh Meditech adalah peralatan kompak untuk menyegel
tabung pilot kantong darah dengan sistem penyegelan
frekuensi radio. Sealer yang dilengkapi dengan cadangan

65
baterai membutuhkan waktu kurang dari 1 detik untuk ditutup
per tabung tergantung pada variasi tabung. Selanjutnya, tabung
yang disegel dapat dengan mudah dipisahkan dengan merobek
bagian penyegelan oleh kedua sisi. Segel sealer tabung darah
Meditech lebar setelah disegel.
Fungsi : untuk membuat segmen pada selang kantong darah
secara aseptis

i. mikromatic automatic plasma separator


Fungsi : untuk memisahkan plasma dari sel darah merah
setelah proses pemutaran / pengendapan

j. Rotator
Adalah suatu alat untuk menghomogenkan suatu sampel
dengan kecepatan 1200 rpm. Prinsip alat yaitu untuk melihat
adanya gumpalan darah.

66
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada Praktek Kerja Lapangan yang kami lakukan di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram tepatnya di Instalasi laboratorium, kami
memperoleh banyak sekali pendidikan/latihan, pengalaman dan
pembelajaran tambahan yang di dukung oleh prinsip dasar
pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium.
Saat melakukan PKL disana kami sangat banyak mendapatkan
tambahan ilmu terkait cara kerja alat dan tahapan dalam
memperlakukan sampel. dalam hal ini pada pra analitik, analitik, dan
pasca analitik. Kami diajarkan kedisiplinan, komunikasi, dan harus
memiliki jiwa profesionalisme yang tinggi.

B. SARAN
1. Pihak Penyelenggara PKL
Dalam hal ini adalah pihak akademik kedepannya
meningkatkan praktikum sehingga mahasiswa dapat mengikuti
kegiatan ini memperoleh ilmu yang lebih optimal lagi dan
waktunya diberikan agar lebih diperpanjang.

67
2. Pihak Institusi
Agar lebih menjelaskan cara kerja alat secara rinci sebelum
melakukan pengerjaan terhadap sampel sehingga saat
memproses hasil tidak terjadi kesalahan dan memberikan hasil
menjadi akurat.

68

Anda mungkin juga menyukai