Anda di halaman 1dari 109

PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI SISTEM PELAYANAN PUBLIK


BERBASIS E-GOVERNMENT DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA KUPANG
TAHUN 2021

OLEH :

Joti Suprianto Purba


1703040040

PRODI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
MOTTO
“ Imagination Is More
Important Than Knowladge”
(Imajinasi Lebih Penting daripada pengetahuan)

Albert Einstein
PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa cinta saya persembahkan karya tulis ini Kepada :

1. Kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih sayangnya

didalam kehidupan ini. Sehingga dalam proses penyusunan tugas akhir

semuanya berjalan baik.

2. Almamater Universitas Nusa Cendana Kupang, sebagai tempat menuntut

ilmu

3. Orang tua Litno Purba dan Rohani Tamba yang telah memberikan

dukungan dalam doa, kasih sayang, motivasi yang luar biasa serta terus

mencari rezeki demi biaya kuliah saya.

4. Semua dosen Ilmu Politik yang telah mengajar dan mendidik saya selama

perkuliahan

5. Dan untuk semua yang telah berkontribusi baik pikiran mampun tenaga

serta motivasi dalam proses penyusunan tugas akhir ini.

i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan Kasih-Nya yang begitu besar senantiasa memberikan hikmat dan

pengetahuan kepada penulis sehingga penulis mampu menyusun dan

menyelesaikan hasil penelitian dengan judul “Implementasi Sistem Pelayanan

Publik Berbasis E-Government ditengah Pandemi COVID-19 di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang “

Hasil Penelitian ini disusun untuk memenuhi syarat menuju ujian skripsi

pada jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Nusa Cendana .

Penulis Menyadari bahwa hasil Ini dapat Terselesaikan berkat bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan

terimakasih banyak Kepada :

1. Prof.Ir.Frederik L. Benu, M.Si.,Ph,D selaku Rektor Universitas Nusa

Cendana Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada saya

untuk menuntut ilmu di Universitas Nusa Cendana khususnya di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

2. Dr.Drs.Melkisedek N.B.C. Neolaka, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana.

ii
3. Esrah D.N.A Benu, S.Sos.,M.A selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik

Universitas Nusa Cendana Kupang dan Dosen Pembimbing Akademik

dari awal hingga akhir perkuliahan.

4. Alfridus S. D. Dari, S.Fil.,MA sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan saran dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Rouland A Benyamin, S.Sos.,M.Si yang dengan segala kesabaran dan

ketulusan meluangkan waktu dan tenaga dan pikiran, guna memberikan

bimbingan dan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan

karya ini.

6. Bapak Markus Tae, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji I, Syahrin

Badrin Kamahi,S.Sos.,M.Sos sebagai dosen penguji II, Yohanes F.

Keon, S.FIL.,MPA sebagai dosen penguji III yang telah memberikan

kritik, saran, masukan serta perbaikan yang sangat bermanfaat bagi

penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

7. Dosen-dosen jurusan ilmu politik yang telah memberikan bekal ilmu

kepada penulis.

8. Bapak Imanuel P. Temaluru,S.STP, M.,Si selaku Kepala Bidang 3

(tiga) Pengelolahan Informasi Administrasi Kependudukan Kota

Kupang yang telah berbagi waktu dan informasi-informasi penting bagi

penulis dalam penyususnan hasil Skripsi Ini

iii
9. Masyarakat Kota Kupang yang telah meluangkan waktu dan

memberikaan informasi- informasi penting dalam penyempurnaan hasil

Skripsi ini.

10. Kedua orang tua tercinta Bapak Bapak Litno Purba dan Ibu Rohani

Tamba yang selalu dan senantiasa mendukung dan mendoakan

keberhasilan penulis.

11. Adik tercinta Yunita Nevania Purba yang selalu mendukung dan

merindukan saya.

12. Sahabat ku, Meyhuel Toleu, Yason S. Tefi, Rivaldo Juniki Manit,

Kaudius Liunima, Lisa Black Pink, Merciana Toy, Maria Alunat yang

selalu mendukung dan menemani penulis dalam proses penyusunan

skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan Satuan Ilmu Politik Era Reformasi

(SNIPER’17) yang selalu setia mendukung dan menemani dalam suka

maupun duka selama berada di bangku perkuliahan.

14. Untuk semua pihak yang membantu dan mendukung saya dalam

penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan permohonan maaf kepada semua pihak,

karena penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca,

sekian dan terima kasih…

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
MOTTO
LEMBAR PENGESAHAN
PERSEMBAHAN -------------------------------------------------------------- i
KATA PENGATAR ----------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------ v
DAFTAR GAMBAR------------------------------------------------------------ vii
DAFTAR LAMPIRAN --------------------------------------------------------- viii
ABSTRAK ------------------------------------------------------------------------ ix
ABSTRACT----------------------------------------------------------------------- x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang------------------------------------------------------------ 1
1.2. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------- 7
1.3. Tujuan Penelitian---------------------------------------------------------- 7
1.4. Manfaat Penelitian-------------------------------------------------------- 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Empiris ----------------------------------------------------------- 10
2.2 Landasan Teori ---------------------------------------------------------- 14
2.3 Alur Pikir Dan Kerangka Berfikir --------------------------------- 36
2.4 Definisi Konseptual ------------------------------------------------- 38
2.5 Definisi Operasional -------------------------------------------------- 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Jenis dan Pendekatan penelitian ------------------------------------ 41
3.2. Fokus Penelitian ------------------------------------------------------ 41

v
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian --------------------------------------- 44
3.4. Data dan Sumber Data-------------------------------------------------- 44
3.5.Teknik penentuan informan dan informan penelitian ------------- 45
3.6.Teknik Pengumpulan Data----------------------------------------------- 45
3.7.Teknik Anslisis Data------------------------------------------------------ 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Objek Penelitian -------------------------------------------- 52
4.2. Hasil Penelitian ----------------------------------------------------------- 57
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ---------------------------------------------------------------- 79
5.2. Saran ----------------------------------------------------------------------- 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sebaran Informan ------------------------------------------------------ 48

vii
viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ------------------------------------------------ 36

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Kupang ----------------------------------------------------------------------------- 55

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01. Dokumentasi Wawancara di Kantor Dinas Kependudukan

Dan Pencatatan Sipil Kota Kupang ------------------------------------- ---------- 88

Lampiran 02. Dokumentasi Saat sedang mengambil data penelitian ---------- 92

Lampiran 03 : Dokumentasi Kondisi Pelayanan di Dinas kependudukan

dan Pencatatan sipil Kota Kupang ------------------------------------ ----------- 93

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Statistik jumlah kunjungan website ------------------------------- 75

Gambar 4.2. Statistik jumlah kunjungan website ------------------------------ 76

xi
ABSTRAK
Penelitian bertujuan mend eskripsikan penerpan sistem pelayanan berbasis e-
government di tengah pandemi covid-19 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Kupang.dalam penelitian ini penulis mengunakan elemen-elemen
suskses penerpan e-government. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
sebagai bagian dari tempat pelayanan administratif masyarakat yang berpotensi
menciptakan antrian fisik atau kerumunan diantara masyarakat harus benar-benar
serius melakukan transformasi pelaynan dari yang konvensional menjadi online.
Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif bertipe dekriptif,
pengumpulan data berdasarkan observasi, wawancara mendalam dan studi
dokumentasi. Hasil Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa penerpan e-
government masih terkendala dari aspek capacity dan value. Sistem yang
dikembangkan hanya mengindikasikan sekedar pemenuhan kebijakan tanpa
disertai peningkatan kualitas sehinga pelaksanaan sistem pelyanan berbasis e-
government belum berhasil sepenuhnya diterapakan.

Kata Kunci : Pelayanan Publik, e-government, Elemen Suport, Elemen Capacity,


Elemen Value, Willingness, local culture

xii
ABSTRAK
The study aims to describe the implementation of an e-government-based
service system in the midst of the covid-19 pandemic at the Kupang City
Population and Civil Registration Service. In this study the authors used elements
of successful e-government implementation. The Department of Population and
Civil Registration as part of a community administrative service area that has the
potential to create physical queues or crowds among the community must be
really serious about transforming services from conventional to online.
The research uses descriptive qualitative research methods, data collection
is based on observation, in-depth interviews and documentation studies. The
results of research in the field show that implementation of e-government is still
constrained from the aspect of capacity and value. The system developed only
indicates that the fulfillment of policies is not accompanied by quality
improvement so that the implementation of an e-government-based service system
has not been fully implemented.

Keywords : Public service, e-Government, Elemen Suport, Elemen Capacity,


Elemen Value, Willingness, local culture

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Virus Corona adalah adalah virus yang menyerang sistem

pernapasan yang bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem

pernapasan, infeksi paru-paru yang berat hingga dapat menyebabkan

kematian. Virus ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China pada

akhir Desember 2019. Virus jenis ini di dikenal dengan sebutan Pandemi

COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Dalam kurun waktu beberapa

bulan setelah di temukannya virus ini telah menciptakan masalah yang

sangat signifikan di hampir seluruh negara. Upaya untuk mengurangi

resiko penularan Pandemi COVID-19 yang sangat mudah tertular

dari satu orang ke orang lain melahirkan kebijakan-kebijakan baru

seperti kebijakan Lockdown (karantina Wilayah) dan social distancing

(pembatasan Sosial) di berlakukan bagi negara-negara yang terkena

dampak Pandemi COVID-19. Kebijakan-kebijakan tersebutlah yang

menyebabkan masayarakat dalam memenuhi kebutuhannnya harus

bertransformasi dari cara – cara yang konvensional beralih ke metode

online.

Di Indonesia kebijakan yang diberlakukan guna mengurangi

dampak Pandemi COVID 19 merujuk pada PP No.21 Tahun 2020

1
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka

percepatan penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) yang

diberlakukan pada tanggal 31 Maret 2020. Kementerian Kesehatan

juga merilis aturan turunan untuk pelaksanaan Peraturan Pemerintah

(PP) No.21 Tahun 2020 yang tertuang pada Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.9 Tahun 2020 tentang pedoman

Pembatasan Sosial Berkala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan

penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Adapun maksud

dari PSBB menurut PP No.21 Tahun 2020 adalah pembatasan aktivitas-

aktivitas tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga telah

terinfeksi Pandemi COVID-19.

Hampir seluruh daerah di Indonesia menerapkan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menyebabkan liburanya sekolah

dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan

kegiatan di tempat umum dengan tujuan mencegah kerumunan orang

yang dapat menyebabkan terjadinya penyebaran COVID-19. Implikasi

dari Pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) berdampak luas pada

perubaham aktifitas kehidupan masyarakat yang salah satunya adalah

munculnya sistem Work From Home (WFH). Sistem WFH lahir dari

hasil kebijakan yang tercantum dalam suarat Edaran Menteri

Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.19 Tahun

2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam


2
upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di Lingkungan Instansi

Pemerintah. Surat edaran ini mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN)

untuk menjalankan tugas dan tangggung jawabnya dalam melayani

publik dilakukan secara daring. Kemudian setelah adanya pemberlakuan

New Normal di Indonesia maka berubah menjadi Work From Home

(WFH) secara bergantian antar pegawai di instansi pemerintahan. Hal

ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik, dimana

sebisa mungkin pelayanan secara konvensional yakni bertatap muka

secara langsung dibatasi jumlahnya dan selebihnya pelayanan publik

harus dilaksanakan menggunakan metode daring (online) atau yang

dikenal dengan istilah e- government.

Dalam Penerapan sistem e-government di sebuah negara terdapat

tiga elemen sukses yang harus dimiliki Menurut Kajiann dari Harvad

JFK School of Government yaitu: 1.Elemen Suport, terkait dengan

political will atau kemauan pemerintah dalam menerapkan sistem e-

government, 2.Elemen Capacity, terkait dengan ketertersediaan berbagai

sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia hingga pada

sumber daya finansial, 3.Elemen Value, terkait dengan ketersediaan

jenis aplikasi yang diprioritaskan pemerintah dalam mengembangkan

sistem e-government. Kemudian terdapat dua elemen sukses

pengembangan penerapan e-government lain menurut Moon (2008 :

168) dalam buku Sistem Informasi Manajemen Karya Eko Nugroho


3
yaitu: 1.Elemen Willingness terkait dengan sejauh mana kemauan

masyarakat dalam menggunakan fasilitas pelayanan yang disediakan

oleh pemerintah, 2.Elemen Local Cultur terkait dengan kemampuan

budaya lokal dalam memasyarakatkan transaksi elektoronik.

Penerapan sistem layanan publik berbasis e-government ini

bukanlah hal yang baru di Indonesia. Sejak Tahun 2001 sistem e-

government telah diperkenalkan dalam Instruksi Presiden No. 6

Tahun 2001 tentang Telekomunikasi, Media dan Informatika yang

menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi

informatika untuk mendukung good governance dan mempercepat

proses demokrasi. Kemudian dalam upaya mengembangkan

implementasi e-governemnt di Indonesia muncul Instruksi Presiden No.3

Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-

Governtment, hingga Peraturan Presiden (Perpres) terbaru Nomor 95

Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

dalam rangka mendukung tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,

transparan, dan akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas dan

terpercaya.

Namun Melihat survey pemerintahan elektronik yang di rilis

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni E- Government Development

Indeks atau EDGI pada tahun 2020, menunjukan bahwa tingkat

penerapan digitalisasi dalam sektor publik (e-government) di Indonesia


4
berada di peringkat ke-88 dari 193 Negara. Harus diakui bahwa

peringkat tersebut sangat adil adanya, sebab penerpan e-government di

indonesia masih lebih dominan pada penyediaan website dalam bentuk

pelayanan satu arah dalam artian hanya dalam kadar penyediaan

informasi. Hal ini tentu sangat berdampak terhadap seluruh instasi

pelayanan publik di Indonesia yang sedang melaksankan transformasi

pelayanan dari sistem yang konvensional menjadi sistem online, karena

bila di telisik lebih dalam soal bagaimana penerapan sistem pelayanan

publik secara elektronik di seluruh organisasi pemerintahan dengan

hanya memanfaatkan sistem pelayanan daring berupa satu arah tidak

akan bisa menyukseskan transformasi sistem pelayanan yang dimaksud

tersebut. Kemudian ketika transformasi pelayanan tersebut gagal

dilaksanakan maka masalahnya adalah bagaimana cara

mempermudah fungsi kebijakan dan pelayanan publik ditengah pandemi

COVID-19 saat ini.

Salah satu contoh layanan publik yang terkena dampak Pandemi

COVID-19 adalah Layanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil di

Wilayah Kota Kupang. Sebelum masa pandemi, layanan publik masih

dilakukan penuh secara manual dimana adanya pertemuan langsung antar

penerima layanan dan pemberi layanan. Namun dengan adanya Pandemi

COVID-19 yang kemudian di ikuti dengan penerapan kebijakan

pemerintah mengenai beberapa batasan yang dirangkum dalam protokol


5
kesehatan menyebababkan kualitas layanan tersebut tidak mampu

mengakomodir semua kebutuhan administrasi masyarakat. Dengan

kondisi demikian masyarakat yang mengalami gangguan dalam

mendapatkan hak pelayanan publik dalam pelayanan kependudukan dan

pencatatan sipil juga memerlukan inovasi pemerintah dalam

pemanfaatan sistem pelayanan publik yang lebih baik dengan merubah

old publik administration menuju ke new publik service yaitu dengan

menerapkan pelayanan berbasis e-government

Semangat penerapan e-government Di Wilayah Kota Kupang

telah dilakukan sejak Tahun 2017 dengan dibentuknya Tim Sistem

Inovasi Daerah (SIDa) melalui keputusan Walikota Kupang nomor 49a

Tahun 2017, yang salah satu bidang inovasi yang akan di identivikasi

adalah sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) atau (E-

Government). Kemudian dalam pelaksanaannya di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Kupang telah menyediakan Website yang

dapat di akses pada link https :// dukcapil.kupangkota.go.id.

Namun apabila kita mengakses link website Dinas kependudukan

dan pencatatan sipil kota kupang tidak terdapat beberapa informasi dasar

mengenai profil dari organisasi tersebut baik itu sejarah, struktur, hingga

pada visi dan misi organisasinya, sementara website tersebut telah di

buat sejak tahun 2018. Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah Kota

Kupang serta Kepala Dinas terkait, kurang serius dalam mengupayakan


6
penerapan sistem e-government. Penerapan e-government bukanlah

hanya sebatas penyediaan Website secara formalitas, melainkan

diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pelayanan yang dapat

menghasilkan interaksi 2 arah antara pemberi layanan maupun penerima

layanan secara online dengan memanfaatkan keberadaan teknologi dan

informasi.

Kemudian selain penyediaan Website, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang telah meluncurkan aplikasi yang diberi

nama Aplikasi Simpel. Aplikasi ini adalah jenis pelayanan berbasis

aplikasi kependudukan secara elektronik yang dibuat bagi seluruh

masyarakat dengan banyak manfaat yaitu memudahkan masyarakat

dalam pelayanan tanpa antrian fisik, karena pengisian formulir

permohonan dan data pendukung dilakukan secara daring dan cepat.

Namun permasalahannya adalah saat ini aplikasi tersebut tidak dapat

diakses lagi, sementara urgensi dari kehadiran aplikasi ini sangat besar

bagi masyarakat di masa Pandemi COVID-19. Sejak di luncurkannya

aplikasi simple tersebut pelayanan dilakukan 1 x 24 jam selama satu

minggu. Kemudian setelah itu aplikasi tersebut mulai eror dan sangat

susah untuk di akses hingga Saat ini. Artinya bahwa Pelayanan berbasis

e-government yang berjalan saat ini hanya bertumpu pada website yang

tersedia dengan jenis pelayanan interaksi satu arah atau hanya sebatas

penyediaan informasi saja, padahal keberhasilan dalam penerapan e-


7
government, tidak saja hanya sekedar menampilkan informasi

pemerintah melalui layanan website melainkan terjadinya transformasi

pelayanan dengan pemanfaatan teknologi informasi yang dapat

mempererat relasi antar institusi pemerintah dengan seluruh stake holder,

baik itu relasi antar pemerintah dengan masyarakat (G2C), relasi antara

pemerintah dengan kalangan pebisnis (G2B) hingga relasi antara sesama

institusi pemerintahan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis tertarik

meneliti bagaimana kondisi faktual penerapan pelayanan publik berbasis

e-government di Dinas Kepedudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang

dengan judul “Implementasi Sistem Pelayanan Publik Berbasis E-

Government ditengah Pandemi COVID-19 di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Kupang “

8
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana Implementasi Sistem Pelayanan Publik Berbasis E-

Government di Tengah Pandemi COVID-19 Di Dinas Kependudukan Dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang ?

2. Apa faktor penghambat Implementasi Sistem Pelayanan Publik Berbasis

E-Government di Tengah Pandemi COVID-19 di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Kupang?

3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka maksud dari tujuan penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Sistem Pelayanan Publik

Berbasis E-Government di Tengah Pandemi COVID-19 di Dinas

Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Kupang.

2. Untuk mengetahui apa faktor penghambat Implementasi pelayanan Publik

Berbasis e-government di Tengah Pandemi COVID-19 di Dinas

Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Kupang.

9
4. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penilitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai penerapan dan pengembangan sistem

pelayanan publik berbasis e-government di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang, serta juga diharapkan sebagai saran

pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari dibangku

perkuliahan

2. Manfaat Praktis

a. Penilitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih Ilmu

Pengetahuan dan bahan referensi bagi mahasiswa ilmu politik dalam

melakukan penelitian sejenis yaitu tentang implementasi Pelayanan

Publik berbasis e-government.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagai seluruh

masyarakat tentang bagaimana upaya pemerintah Kota Kupang dalam

menerapkan pelayanan publik berbasis e-government di dinas

kependudukan dan pencatatan sipil kota kupang di tengah pandemi

COVID -19

10
c. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangsih

pemikiran kepada Pemerintah Kota Kupang terkait pentingnya

pengembangan penerapan Sistem Pelayanan Publik Berbasis e-

government di Tengah Pandemi COVID-19 di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan sipil Kota Kupang.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Empiris
Berbagai penelitian yang memahami mengenai implementasi sistem

pelayanan Publik berbasis e-government telah banyak dilakukan oleh Peneliti-

peneliti sebelumnya. Untuk menjelaskan dan memahami implementasi pelayanan

publik berbasis e-government di tengah pandemi COVID-19 di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang perlu adanya kajian terdahulu

sebagai landasan terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi pada penelitian

ini. Kajian terdahulu di awali dengan meninjau kembali beberapa penelitian

terdahulu dengan melakukan beberapa penelusuran terhadap beberapa karya-

karya ilmiah baik yang berbentuk buku maupun jurnal yang mempunyai relevansi

dan bisa dijadikan bahan rujukan pada penelitian ini. Dan diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Peneilitian yang berjudul tentang “ Kesiapan Implementasi E-Government

Menuju Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kota Kupang” yang

disusun oleh Yohanes Payong (2019). Penelitian Ini lebih melihat kepada

pemetaan kondisi kesiapan implementasi e-government pada pemerintah

kota kupang yang berdasar pada Keputusan Walikota Kupang no 49a

Tahun 2017 tentang Pembentukan Tim sistem Inovasi Daerah (SIDa)

Yang salah satu bidang yang di implementasikan adalah sistem

pemerintahan berbasisi elektronik (SPBE) atau E-Government. Metode

12
penelitian yang digunakan adalah metodologi penelitian Kuantitatif. Hasil

dari penelitian ini menunjukan banyak aplikasi yang bersifat ofline. Masih

terdapat 52,94% yang digunakan secara ofline , sementara 47,05%

digunakan secara online. Berdasarkan hasil survey terdapat 15 OPD atau

sebanyak 50% yang menyatkakan tidak sepenuhnya memanfaatkan sistem

secara online. Sedangkan, terkait dengan tingkat pembaharuan (update)

data dan informasi pada situs website 26% menyatakan tidak

diperbaharuhi dan (30%) menyatakan sering diperbaharuhi. Terkait

dengan kemudahan masyarakat dalam mengakses data dan informasi,

terdapat 11 OPD atau sebanyak 36,6% yang menyatakan sulit untuk

mengakses informasi, Dimensi pelatihan dan kapasitas Sumber Daya

Manusia dengan nilai kesiapan 1,79% dan 1,87 % dengan tingkat kesiapan

kurang siap. Pada penelitian ini meneliti sejauhmana kesiapan

implementasi e-government di kota kupang sedangkan penelitian yang

akan dilakukan sekarang adalah meneliti bagaimana implementasi e-

government di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang.

Perasamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah sama sama meneliti mengenai kajian e-government serta pada

lokasi atau tempat penelitian yang sama

2. Penelitian yang yang berjudul tentang “ Analisis Kelayakan Implementasi

E-Government Dalam Pelayanan Publik Di Bidang Keagrariaan Di

Kabupaten Pinrang” yang disusun oleh Julasti Surdin (2016). Penelitian ini
13
mengkaji kesiapan Organisasi Kantor Pertahanan di Kabupaten Pinrang

terhadap penerapan e-government yang merupakan pemanfaatkan

Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk membangun sistem

manajemen data dan pengamanan data di bidang pertanahan. Metode

penelitian yang digunakan adalah metodologi penelitian Kualitatif.

Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kelayakan dan

kesiapan implementasi e-government di pada Kantor Pertanahan

kabupaten Pinrang belum optimal, hal ini disebabkan belum adanya

dukungan peraturan pemerintah daerah tentang penerapan e-government

secara rinci walaupun kesiapan sumber manusia sudah mendukung serta

kesiapan infrastruktur telah memadai. Penelitian terdahulu melakuakan

pemetaan kelayakan atau kesiapan sistem e-government  untuk

dimplementasikan di Bidang Keagrariaan di Kabupaten Pinrang

sementara penelitian yang akan dilakukan sekarang meneliti bagaimana

implementasi e-government di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Kupang. Perasamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah menggunakan meode penelitian yang sama yaitu

metode penelitian Deskriptif Kualitatif.

3. Peneilitian yang berjudul tentang “Penerapan E-Government Dalam

Pelayanan Publik Dikabupaten Sidoarjo ” yang disusun oleh Sabino

Mariano (2018). Pada penelitian ini mendeskrpsikan penerapan e-

government dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dengan


14
menggunakan pendekatan elemen sukses penerapan e-government yaitu

elemen Capacity, elemen support dan elemen value di kabupaten siduarjo.

Metode penelitian yang digunakan adalah Metodologi penelitian Kualitat.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan e-government

dikabupaten siduarjo belum optimal baik di tinjau dari segi Support,

Kapasitas maupun kemanfaatannya (value). Penelitian ini hanya

mengunakan Tiga pendekatan elemen sukses penerapan e-government

yaitu elemen Capacity, elemen support dan elemen Value sedangkan

penelitian yang akan dilakukan sekarang menambahkan dua aspek lagi

yaitu aspek willingness dan local cultur. Perasamaan antara penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meneliti Kajian penelitian

yang sama yaitu mengenai implementasi atau penerapan e-government

dalam pelayanan publik.

15
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Implementasi
Secara umum implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

pelaksanaan atau penerapan. Implementasi yang bermakna pelaksanaan atau

penerapan berarti suatu kegiatan yang dilakukan sudah berlandaskan acuan atau

perencanaan yang sudah di tetapkan dalam mencapai tujuan kegiatan Tersebut.

Perencanaan dalam hal ini bisa jadi dalam bentuk inovasi ataupun kebijakan.

Dengan demikian Implementasi merupakan suatu penempatan kebijakan atau

inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap .

Dunn ( 2003) dalam (Hernita, 2020) mengatakan bahwa pelaksannaan atau

implementasi dari suatu kebijakan atau program merupakan rangkaian pilihan

yang kurang lebih berhubungan (termasuk keputusan untuk bertindak ) yang

dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah yang diformulasikan dalam bidang-

bidang baik kesehatan , kesejahteraan, sosial, ekonomi, administrasi, dan lain -

lain. Pendapat senada dikemukakan oleh Harsono ( 2002 : 67) mengatakan

implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi

tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi. Atau Pengembangan

kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program..

Syukur mengemukakan ada tiga unsur penting dalam proses implementasi

yaitu (1) adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan (2) target group atau

kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan akan menerima

16
manfaat dari program, perubahan atau peningkatan (3) unsure pelaksana atau

(Implementor) baik organisasi atau perorangan untuk bertanggung jawab dalam

memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

(Sumardi, 2005 : 79 )

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, Penulis menyimpulkan bahwa

implementasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau

perorangan yang melaksanakan atau menerapkan program-program yang telah

dirancang sedemikian rupa dalam urutan waktu tertentu dengan penuh tanggung

jawab untuk mencapai tujuan dari rencana tersebut.

2.2.2. Konsep Pelayanan Publik

Pada hakikatnya pelayanan adalah serangkaian kegiatan yang didalamnya

terdapat sebuah proses pelayanan yang berlangsung secara rutin dan

berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan di dalam masyarakat. Munir

(2006) dalam Sapri et.,al (2020:12) mendefenisikan tentang pelayan sebagai

kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan landasan

faktor materi melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha

memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Kemudian Sinambella

mendefenisikan Pelayanan publik sebagai pemenuhan keinginan dan kebutuhan

masyarakat oleh penyelenggara pemerintah yang merupakan serangkaian aktivitas

yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

17
Mahmudi (2010) dalam Kamaruddin et.,al (2019:23) juga mendefenisikan

pelayanan publik yaitu segala kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai penyelenggara pelayanan

publik Aparatur pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada

masyarakat demi terwujudnya kesejahteraan di masyarakat.Untuk menguji suatu

pelayanan Publik maka dinilai dari kualitas pelayanannya. Dalam menilai serta

mengevaluasi kualitas pelayanan Publik dapat ditinjau dari tingkat kepuasaan

yang mendapatkan pelayanan dalam hal ini masyarakat. terdapat beberapa wujud

Pelayanan yang didambakan masyarakat menurut Arif Faizal dan Sujudi (dalam

Yuningsih, 2004:120) Pertama Adanya kemudahan mendapatkan pelayanan,

Kedua memperoleh pelayanan secara wajar, ketiga mendapatkan perlakuan yang

sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, keempat pelayanan

yang jujur dan terus terang, kelima peyanan yang bermutu.

Konsep pelayanan publik di Indonesia Pada dasarnya telah diatur oleh

Kontitusi dan Undang –undang tentang kewajiban negara dalam memenuhi hak

dan kebutuhan dasar warga negaranya untuk dapat hidup secara layak dan

bermartabat. Pelayanan dalam memenuhi hak dan kebutuhan dasar tersebut

merupakan sebuah bentuk pelayanan publik. hal itu dapat dilihat dari ketentuan

pemaknaan sebuah pelayanan publik yang diatur dalam Undang-undang No.25

Tahun 2009 khususnya pada pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa pelayanan

publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan


18
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap

warga negara dan penduduk atas barang,jasa dan /atau pelayanan administratif

yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Merujuk pada UU No.25

Tahun 2009 tersebut. terdapat hak dan kebutuhan dasar warga negara yang harus

dipenuhi yakni kebutuhan atas barang,administrative dan jasa. Beberapa contoh

pelayanan publik dari tiga hal tersebut seperti pelayanan pendidikan, kesehatan,

pertahanan negara, jaminan sosial dan juga berbagai kebutuhan administrasi

masyarakat yang merupakan beberapa contoh pelayanan publik yang menjadi

tanggung jawab utama negara untuk memenuhinya. Dalam proses

penyelenggaraaan pelayanan publik Negara dapat mengikutsertakan Instusi,

lembaga independen, korporasi (pihak ketiga) sebagai penyelengara beberapa

pelayanan publik, namun negara atau pemerintah tetap bertanggungjawab atas

pelayanan tersebut dengan memastikan jaminan regulasi,keamanan, kepastian

hukum, dan lingkungan yang kondusif di dalam proses pelayanan tersebut.

Penjelasan konseptual pelayanan publik diatas sejalan dengan keputusan mentri

pendayagunaan aparatur negara no 63 tahun 1993 yang disempurnakan kemudian

melalui keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun

2003 yang mengartikan pelayanan publik sebagai “segala bentuk jasa pelayanan,

baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya

menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di

Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik

19
Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.”

Dalam penyelanggaraan pelayanan publik hendaknya pemerintah

memperhatikan asas-asas pelayanan publik menurut Mahmudi (2010) dalam

Kamaruddin et.,al (2019:24) menyebutkan setidaknya beberapa hal mengenai

asas-asas pelayanan publik yaitu sebagai berikut :

1) Tranparansi, Yaitu pemberian pelayanan publik harus bersifat terbuka,

mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan

disaediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2) Akuntabilitas, yaitu pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3) Kondisional, pemberian pelayanan publik harus sesuai dengan kondisi

dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang

pada prinsip efesiensi dan efektifitas.

4) Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,kebutuhan dan harapan

masyarakat.

5) Tidak diskriminatif (Kesamaan hak) yaitu pemberian pelayanan publik

tidak boleh bersifat diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras,

agama, golongan, gender status sosial, dan ekonomi.

6) keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemberi dan penerima pelayanan

publik harus harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.


20
Selain Memerhatikan Asas-asas pelayanan publik, terdapat prinsip-prinsip

pelayanan publik yang harus dijadikan acuan didalam penyelenggaraan pelayanan

publik yaitu kesederhanaan prosedur,kejelasan,kepastian waktu,akurasi produk

pelayanan publik,kelangkapan sarana dan prasarana, keamanan, tanggungjawab,

kemudahan, akses, kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta kenyamanan

(Mahmudi,2010). Sementara itu Prinsip-Prinsip pelayanan publik juga

ditekankan pada Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 yang terdiri dari

Kesederhnaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggungjawab,

kelengkapan sarana dan prasarana, kemudan akses, kedisiplinan, kesopanan,

keramahan dan kenyamanan. Beberapa Prinsip-prinsip yang telah ditetapkan

dalam pelayanan tersebut hendaknya selalu menjadi acuan bagi penyedia

pelayanan publik. Dengan demikian, proses pemberian palayanan tersebut

memiliki ukuran yang jelas,akuntabel dan akurat.

Untuk dapat mewujudkan beberapa asas dan prinsip pelayanan publik

ditas, maka pemerintah harus mampu meningkatkan kualitas pelayanannya yaitu

dengan menerapkan sistem pelayanan publik berbasis e-government. Melalui

penerapan e-government dipastikan pemerintah akan lebih mudah menerapkan

prinsip –prinsip pelayanan publik dan pemerintah akan melaksanakan tugasnya

secara evektif,efesien dan transparan yang tentunya akan bermuara pada kepuasan

masyarakat (Andri Irawan 2017)

21
2.2.3. Konsep Elektonik Government

Menurut Wikipedia elektronik atau E-government berasal dari bahasa

Inggris biasa disebut electronics government, juga disebut e-gov, digital

government,online government atau dalam konteks tertentu Transformational

government yang artinya adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah

untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya,urusan bisnis, serta

hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan.Salah satu lembaga Dunia

Mendefenisikan pengertian e-government yaitu (World Bank) dalam (Andri

Irawan,2017: 25) yang mengemukakan bahwa e-government mengacu pada

penggunaan teknologi informasi oleh instansi pemerintah yang memiliki

kemampuan untuk mengubah hubungan dengan warga negara, bisnis dan unit lain

dari pemerintah. Teknologi yang digunakan ini dapat melayani sebuah keragaman

yang berbeda yaitu pemberian pelayanan pada warga negara yang lebih baik,

meningkatkan interaksi dengan dunia bisnis dan industri, pemberdayaan

masyarakat melalui akses terhadap informasi atau manajemen pemerintah yang

lebih efisien. Hasil yang didapat yaitu korupsi yang berkurang, transparansi yang

meningkat, kenyamanan yang lebih besar, peningkatan penerimaan negara

dan/atau pengurangan biaya. Kemudian Pemerintah Federal Amerika Serikat

dalam (indrajit,2004:3) mendefenisikan e-government secara padat dan jelas yaitu

: “e-government refers to delivery of government information and service online

trought the internet or other digital means “ yang artinya bahwa e-government

mengacu pada penyampaian informasi dan layanan Pemerintah secara online


22
melalui internet dan sarana digital lainnya.Sedangkan Pemerintah Indonesia

Mendefenisikan e-government cukup jelas yang tertuang dalam Instruksi

Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan e-Government yang menjelaskan e-Government merupakan upaya

untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis

(menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik

secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-Government dilakukan

penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan

mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Kesimpulan yang dapat ditari

dari beberapa pengertian mengenai e-government diatas, bahwa pada prinsipnya

e-government merupakan suatu mekanisme pemanfaatan sarana teknologi

informasi berupa internet sebagai alat interaksi modern antara pemerintah dengan

masyarakat dan kalangan lain di berbagai stake holder yang berkepentingan

sehingga dapat memperbaiki mutu pelayanan secara efektif,efesien dan transparan

yang sejalan dengan prinsip-prinsip-prinsip pelayan pubik.

2.2.3.1 Jenis Pelayanan Publik Pada E-Government

Terdapat tiga kelas utama jenis-jenis layanan atau tingkatan layanan pada e-
government dalam (Indrajit , 2004 : 30) yaitu :

1. Publish / Publikasi Jenis pelayanan ini merupakan jenis pelayanan dengan

komunikasi satu arah. Seperti dikatakan Richardus E. Indrajit bahwa : Di

dalam kelas publish ini yang terjadi adalah komunikasi satu arah, dimana
23
pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang

dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh

masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet.

2. Interact / Interaksi Jenis pelayanan pada tingkat interaksi memungkinkan

terjadinya komunikasi dua arah antara pemerintah dengan pihak lain. Ada

dua cara yang dapat digunakan untuk melakukan pelayanan interaksi ini,

yaitu : Yang petama adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan

fasilitas searching bagi mereka yang ingin mencari data atau informasi

secara spesifik. Yang kedua adalah pemerintah menyediakan kanal dimana

masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang

berkepentingan, baik secara langsung (seperti chatting, teleconference,

web-TV, dan lain sebagainya) maupun tidak langsung (melalui e-mail,

frequentaskqueation, newsletter, mailinglist, dan lain sebagainya).

3. Transact / Transaksi Jenis pelayanan ini selain memungkin terjadinya

komuniskasi dua arah antara pemerintah dengan pihak lain, dapat juga

dilakukan transaksi. Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah

seperti pada kelas interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang

berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak lainnya (tidak

gratis, masyarakat harus membayar kasa pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah atau mitra kerjanya).

24
2.2.3.2.Manfaat E-Government

Secara jelas dua negara besar yang terdepan dalam mengimplementasikan

konsep e-government, yaitu Amerika dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair

dalam Indrajit (2004 : 8), telah secara jelas dan terperinci menggambarkan

manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep e-government bagi suatu

negara, antara lain:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya

(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja

efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance

3. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate

Governance;

4. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi

yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan

aktivitas sehari-hari;

5. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber

pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang

berkepentingan; dan

25
6. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat

dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan

berbagai perubahan global dan trend yang ada; serta

7. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara

merata dan demokratis.

Dengan kata lain, negara-negara maju memandang bahwa implementasi

egovernment yang tepat akan secara signifikan memperbaiki kualitas kehidupan

masyarakat di suatu Negara secara khusus, dan masyarakat dunia secara umum.

Oleh karena itu, implementasinya di suatu negara selain tidak dapat ditunda-tunda,

harus pula dilaksanakan secara serius, dibawah suatu kepemimpinan dan kerangka

pengembangan yang holistik, yang pada akhirnya akan memberikan/

mendatangkan keunggulan kompetitif secara lokal ataupun nasional.

2.2.3.3.Tahapan Dalam membangun E-government

Tekhnologi e-government pertamakali diperkenalkan di Indonesia melalui

Inpres No. 6 Tahun 2001 Tanggal 24 April 2001 Tentang Telematika (Telematika,

Media dan Informatika) dan Inpres RI No. 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan E-Government, sejak saat itu pemerintah

memberi ruang gerak baru bagi organisasi publik untuk berinteraksi secara online

kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan oleh aparat pemerintah dalam

mendukung percepatan birokrasi yang berpedoman pada tekhnologi informasi.


26
Pembangunan e-government di Indonesia ditekankan pada instruksi presiden no 3

tahun 2003 dalam Ambar et.,al (2019:27) yang terbagi kedalam 4 Tingkatan

pengembangan yaitu:

1.Tingkat pertama adalah persiapan yang mencakup :

a) Proses Pembuatan situs informasi di setiap lembaga;

b) Proses pembuatan sumber daya manusia

c) Penyiapan sarana akses yang mudah misalnya menyediakan sarana

Multiporpose Community center

d) Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk publik

2.Tingkat Kedua adalah pematangan yang meliputi :

a) Pembuatan situs informasi publik interaktif;

b) Pembuatan antar m uka yang keterhubungan dengan lembaga lain

3.Tingkat Ketiga adalah pemantapan yang meliputi :

a) Pembuatan situs Transaksi pelayanan publik

b) Pembuatan introperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain

4.Tingkat Keempat adalah pemanfaatan yang meliputi :

a) Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat G2C,G2B,G2G

yang terintegrasi

27
2.2.3.4.Tipe Relasi E-Governmen

Pemanfaatan Teknologi informasi yang dilakukan dalam E-government

adalah suatu upaya untuk lebih meningkatkan hubungan antar pemerintah dengan

masyarakat atau pihak-pihak lain. Menurut (Vani Wirawan,2020:5 dan

Indrajit,2006:41) Setidaknya terdapat 4 Tipe relasi yang ingin dicapai dalam

penerepan E-government yaitu:

1) Governmet to Citizens (G-To-C) merupakan aplikasi yang paling

umum yaitu dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai

portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki

hubungan interaksi dengan masyarakat .Salah satu contohnya

“Kepolisian membangun dan menawarkan jasa pelayanan perpanjangan

Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau Surat Tanda Nomor

Kendaraan(STNK) melalui internet dengan maksud untuk mendekatkan

aparat administrasi kepolisian dengan komunitas para pengemudi,

sehingga tidak harus bersusah payah datang ke komdak dan antre untuk

memperoleh pelayanan”

2) Government to business ( G-to-B ) merupakan bentuk penyediaan

pelayanan informasi bagi kalangan bisnis. Kalangan bisnis semacam

perusahaan swsta yang membutuhkan data dan informasi pemerintah

juga berkaitan dengan hak dan kewajiban dari kalangan bisnis tersebut

sebagai entiy yang berorientasi profit. Salah satu contohnya “ Para

perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan aplikasi


28
berbasis web untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar ke

pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet.”

3) Government to Government (G-to-G) merupakan aplikasi yang

diperlukan dalam berinteraksi antara satu pemerintahan dengan

pemerintahan lainnya (Government to Government) untuk

memperlancar kerjasama, baik antar negara atau kerjasama antar entiti-

entiti perdagangan,proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial

dan budaya dan lain sebagainya. Salah satu contohnya “Hubungan

administrasi antara kantor –kantor pemerintah setempat dengan

sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsult jendral untuk membantu

penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh warga

negara asing yang sedang berada ditanah air”

4) Government to Employs (G-to-E) merupakan tipe aplikasi yang

diperuntukkan secara internal bagi para staaf instansi pemerintahan.

Salah satu contohnya “ Aaplikasi terpadu untuk mengelola berbagai

tunjangan kesejahteraan yang merupakan hak dari pegawai

pemerintahan Sehingga yang bersangkutan tidak kehilangan hak –hak

individualnya;

29
2.2.3.5. Elemen Sukses Pengembangan E-Government

Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of Government,

untuk menerapkan konsep digitalisasi pada sektor publik, ada tiga elemen sukses

yang harus dimiliki dan diperhatikan (Indrajit, 2006 : 15). Masing-masing elemen

sukses tersebut adalah:

1) Support Elemen.

Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh pemerintah

adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat publik dan politk untuk

benar-benar menerapkan konsep e-government, bukan hanya sekedar mengikuti

trend atau justru menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsipprinsip e-

government. Tanpa adanya unsur “political will” ini, mustahil jmberbagai inisiatif

pembangunan dan pengembangan e-government dapat berjalan dengan mulus.

Karena budaya birokrasi cenderung bekerja berdasarkan model manajemen “top

down”, maka jelas dukungan implementasi program e-government yang efektif

harus dimulai dari para pimpinan pemerintahan yang berada pada level tertinggi

(Presiden dan para pem bantunya – Menteri), sebelum merambat ke level-level

dibawahnya (Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, dan seterusnya). Yang dimaksud

dengan dukungan disini juga bukanlah hanya pada omongan semata, namun lebih

jauh lagi dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk hal-hal sebagai berikut:

30
a. Disepakatinya kerangka e-government sebagai salah satu kunci sukses

negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga harus

diberikan prioritas tinggi.

b. Disosialisasikannya konsep e-goverrnment secara merata, kontinyu,

konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara

khusus dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye

yang simpatik.

2) Capacity Elemen.

Elemen kedua ini merupakan unsur kemampuan atau keberdayaan dari

pemerintah setempat dalam mewujudkan “impian” e-government terkait menjadi

kenyataan. Ada tiga hal minimum yang paling tidak harus dimiliki

olehpemerintah sehubungan dengan elemen ini, yaitu:

a. Ketersediaan sumber daya finansial yang cukup untuk melaksanakan

berbagai inisiatif e-government.

b. Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena

merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan e-government.

c. Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan

keahlian yang dibutuhkan agar penerapan e-government dapat sesuai

dengan asas manfaat yang diharapkan.

31
3) Value Elemen

Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang dilihat dari sisi

pemerintah selaku pemberi jasa (supply side). Berbagai inisiatif e-government

tidak akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang merasa diuntungkan dengan

adanya implementasi konsep tersebut; dan dalam hal ini, menentukan besar

tidaknya manfaat yang diperoleh dengan adanya e-government bukanlah kalangan

pemerintah sendiri, melainkan mereka yang berkepentingan (demand side). Untuk

itulah maka pemerintah harus benar-benar teliti dalam memilih prioritas jenis

aplikasi e-government apa saja yang harus didahulukan pembangunannya agar

benar-benar memberikan (manfaat) yang secara signifikan dirasakan oleh

masyarakatnya. Salah dalam mengerti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat justru

akan mendatangkan bumerang bagi pemerintah yang akan semakin mempersulit

Meneruskan usaha mengembangkan konsep e-government.

Selain ketiga elemen tersebut di atas, ada elemen sukses pengembangan e-

government lain dalam buku Sistem Informasi Manajemen karya Eko Nugroho

yang dikemukakan oleh Moon (2008:168) yaitu Willingness dan LocalCulture.

1. Willingness.

Willingnes diartikan sebagai kemauan/komitmen untuk melakukan sesuatu

hal. Kemauan di sini diartikan sebagai sejauh mana kemauan masyarakat di dalam

menggunakan fasilitas pelayanan yang disediakan pemerintah daerah di dalam

penerapan e-government.

32
2. LocalCulture

LocalCulture atau budaya lokal yang mempengaruhi penerapan e-

government terkait dengan kemampuan dalam memasyarakatkan transaksi

elektonik. Begitu juga kesiapan masyarakat pengguna, dimana hubungan dengan

kemampuan masyarakat di dalam menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang

terdapat di dalam penerapan e-government tersebut. Peran masyarakat sangat

memiliki pengaruh dalam pencapaian kesuksesan penerapan e- government.

2.2.4 Pandemi COVID-19


Dilansir dari website Prudential, Pandemi sendiri merupakan sebuah

epidemi yang telah menyebar ke berbagai benua dan negara, umumnya

menyerang banyak orang. Sementara epidemi itu sendiri adalah sebuah istilah

yang telah digunakan untuk mengetahui peningkatan jumlah kasus penyakit

secara tiba-tiba pada suatu populasi area tertentu. Who atau World Organization

Health mengatakan bahwa untuk terjadinya pandemi ada beberapa syarat, yakni :

a Timbulnya penyakit tersebut adalah hal baru dalam suatu populasi ;

b Subjek penyebab penyakit menginfeksi manusia dan manusia tersebut

sakit serius;

c Subjek penyakit menyebar dengan gampang dan berkelanjutan pada

manusia

33
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus jenis

baru. Penyakit ini dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan biasa

hingga pada tingat infeksi serius yang dapat menyebabkan kematian. Pertama kali

ditemukan di Kota Wuhan pada tanggal 1 desember 2019 sehingga disebut

dengan nama COVID-19. Virus yang menyebabkan COVID-19 terutama

ditransmisikan melalui droplet (percikan air liur) yang dihasilkan saat orang yang

sedang terinfeksi kemudian batuk, bersin, atau menghembuskan nafas di dekat

orang lain. Dalam waktu beberapa bulan sejak ditemukannya virus ini telah

menyebar ke hampir seluruh negara di Dunia. Dengan demikian COVID-19

dikategorikan sebagai sebuah Pandemi.

2.2.5. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan bagian unsur

pelaksana Pemerintah pusat dalam wujud organisasi di daerah yang meliputi

Kabupaten dan Kota yang memiliki kewengan sebagai penyelenggara

administrasi kependudukan yakni kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil dengan tujuan mempermudah masyarakat dalam membuat identitas berupa

KTP, KK, Akta lahir yang mana identitas itu bertujuan untuk mengetahui data-

data penduduk di tempat tersebut. Kemudian identitas itu memudahkan

masyarakat dalam berurusan di instansi-instansi yang memerlukan cek data

administratif. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas

melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang administrasi kependudukan

34
berdasarkan asas  otonomi dan tugas pembantuan. Untuk melaksanakan tugas

tersebut, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil  menyelenggarakan fungsi :

a Penyusunan program dan anggaran;

b Pengelolaan keuangan;

c Pengelolaan perlengkapan, urusan tata usaha, rumah tangga dan barang

milik negara;

d Pengelolaan urusan ASN;

e Penyusunan perencanaan di bidang pendaftaran penduduk, pencatatan

sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan, kerja sama

administrasi kependudukan, pemanfaatan data dan dokumen

kependudukan serta inovasi pelayanan administrasi kependudukan;

f Perumusan kebijakan teknis di bidang pendaftaran penduduk, pencatatan

sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan, kerja sama,

pemanfaatan data dan dokumen kependudukan serta inovasi pelayanan

administrasi kependudukan;

g Pelaksanaan pelayanan pendaftaran penduduk;

h Pelaksanaan pelayanan pencatatan sipil;

i Pelaksanaan pengelolaan informasi administrasi kependudukan;

j Pelaksanaan kerja sama administrasi kependudukan;

k Pelaksanaan pemanfaatan data dan dokumen kependudukan;

l Pelaksanaan inovasi pelayanan administrasi kependudukan;

m Pembinaan, koordinasi, pengendalian bidang administrasi kependudukan;


35
n Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Dinas Kependudukan dan Pencatatan

sipil; dan

o Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya

Terdapat peraturan terkait kependudukan dan pencatatan sipil di Indonesia

pada Pasal 26 Ayat 3 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengatur bahwa : “Hal-

hal mengenai Warga Negara dan  Penduduk  diatur  dengan  Undang-Undang ”,

Amanat ini merupakan pengakuan Negara yang sangat hakiki untuk ikut serta

menjabarkan tujuan Negara, yaitu antara lain untuk mencapai masyarakat

Indonesia yang adil dan makmur melalui pengaturan warga negara dan penduduk

secara benar. Ketentuan ini juga mengamanatkan perlunya pengaturan tentang

kepastian dan perlindungan hukum bagi warga negara dan penduduk untuk

memperoleh hak publik dan hak sipil di bidang Administrasi Kependudukan.

(Sistem Informasi Pelayanan Publik, 2021)

36
2.3. Alur Dan Kerangka Berfikir

2.3.1. Alur Pikir

COVID-19 atau Corona Virus Disease Tahun 2019 merupakan penyakit

menular yang dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu

biasa hingga serius yang dapat menyebabkan kematian. Penyebaran Virus Corona

yang berkembang di seluruh Indonesia termasuk di wilayah Provinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT) menyebabkan banyak perubahan pada sistem layanan-

layanan publik. salah satu layanan publik yang sangat penting yang terdampak

adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang. Banyak

kebutuhan administratif masyarakat tergangu akibat adanya regulasi- regulasi baru

mengenai tata cara pelaksanaan pelayanan publik. Salah satu bagian dari regulasi

tersebut adalah transformasi sistem pelayanan publik berbasis konvensional ke

pelayanan pelayanan publik berbasis online (daring). Sistem pelayanan publik

berbasis online adalah sistem yang sering disebut elektronik government.

Pentingnya pengembangan penerapan sitem pelayanan berbasis e-government di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang merupakan upaya untuk

mengatasi permasalahan mengenai terhamabatnya layanan publik di tengah

pandemi COVID-19,

Penerapan e-government di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Kupang dapat di tinjau dari beberapa elemen sukses penerapan e-government

yaitu (1) elemen support atau yang sering disebut politicall will . (2) Elemen

Capacity berkaitan dengan ketersediaan sumber daya. (3) Elemen Value adalah
37
terkait dengan bagaimana prioritas aplikasi yang dikembangkan pemerintah yang

beanar- benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.(4) Willingness terkait dengan

kemauan masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi. (5) Local Cultur

atau budaya lokal terkait dengan kesiapan dari masyarakat pengguna dalam

menggunakan fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam penerapan e-government

tersebut. Dengan demikian, penelitian ini akan mengetahui bagaimana

Penerapan e-government serta faktor pendukung dan penghambat penerapan e-

government di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang .

38
2.3.2 Kerangka berfikir

Bagan 2.1
Model Kerangka Berfikir

Pandemi COVID-19

Implementasi Pelayanan Publik


Berbasis E-Government

Penyedia Layanan Penerima Layanan

Elemen Elemen Elemen Local


Support Capacity value Willingness Culture
s
.

Faktor
Penghambat Implementasi
E-Government

(Sumber: Peneliti,2021)
(Teori : Elemen suskses penerapan e-government.,
J.F.K .School dalam indrjit 2004)

39
2.4 Definisi Konseptual

Berdasarkan beberapa teori teresebut diatas, maka defenisi konsep yang

relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Implementasi adalah kegiatan yang melaksankan program yang dilakukan

oleh seseorang atau sekelompok orang dengan penuh tanggung jawab atas

dasar perencanaan yang sudah dirancang sedemikian rupa untuk mencapi

tujuan dari perencanaan tersebut

b) Pelayanan Publik adalah pelayanan umum yang berhubungan langsung

dengan pemenuhan kebutuhan administrasi masyarakat seperti

Pepelayanan kependudukan dan pencatatan sipil yang dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan oleh Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang sebagai bagian dari Organisasi Perangkat

Daerah di Kota Kupang.

c) E-Government adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang agar dapat

memperbaiki mutu pelayanan secara efektif,efesien dan transparan hingga

produktif yang sejalan dengan prinsip-prinsip pelayan pubik.

d) Pandemi COVID-19 adalah suatu penyebaran virus berbahaya yang dapat

menyebabkan kematian pada penderitanya. Penyebara Virus dalam hal ini

adalah penyebaran virus Corona yang sedang terjadi di Wilayah Kota

Kupang.

40
2.5 Defenisi Operasional

Devenisi Operasional adalah defenisi yang rumusannya menggunakan

kata-kata yang operasional, sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi

kriteria yang dapat diobservasi . Adapun Defenisi Operasional dalam penelitian

ini adalah :

1) Support Elemen

a Adanya Political will atau kemauan pemerintah di dalam menyepakati

kerangka e-government sebagai salah satu kunci sukses Daerah dalam

mencapai visi dan misi Daerahnya, sehingga harus diberikan prioritas

tinggi.

b Disosialisasikannya konsep e-goverrnment secara merata, kontinyu,

konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara

khusus dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye

yang simpatik.

2) Capacity Elemen.

a Ketersediaan sumber daya finansial yang cukup untuk melaksanakan

berbagai inisiatif e-government.

b Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena

merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan e-government.

Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan

41
keahlian yang dibutuhkan agar penerapan e-government dapat sesuai

dengan asas manfaat yang diharapkan

3)Value Elemen, Penyediaan jenis aplikasi e-government yang harus

diprioritaskan pembangunannya agar benar-benar memberikan value

(manfaat) yang secara signifikan dirasakan oleh masyarakat

4 )Willingness

Diartikan sebagai kemauan/komitmen untuk melakukan sesuatu

hal. Kemauan di sini diartikan sebagai sejauh mana kemauan masyarakat

di dalam menggunakan fasilitas pelayanan yang disediakan pemerintah

daerah di dalam penerapan e-government.

5) Local Culture

Local Culture atau budaya lokal yang mempengaruhi penerapan

e-government terkait dengan kemampuan dalam memasyarakatkan

transaksi elektonik. Begitu juga kesiapan masyarakat pengguna,

dimana hubungan dengan kemampuan masyarakat di dalam

menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang terdapat di dalam

penerapan e-government tersebut. Peran masyarakat sangat memiliki

pengaruh dalam pencapaian kesuksesan penerapan e- government.

42
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Menurut sugiyono (2009;21) Mendefenisikan penelitian

deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang luas. Menurut Denzin dan lincon yang di kutip dari Meolong

(2009, h,5) menyebutkan penelitian kualittif adalah penelitian yang menggunakan

latar alamiah yang bermaksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian

kualitatif deskriptif bertujuan untuk memperoleh makna yang mendalam tentang

suatu fenomena dengan jalan mengumpulkan fakta–fakta dan keterangan

mengenai implementasi pelayanan publik berbasis e-government ditengah

pandemi COVID-19 di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan penentuan ruang lingkup penelitian. Dalam

mempertajam penelitian, peneliti kualitatif memenetapkan fokus penelitian.

Fokus itu adalah Domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi

sosial. Menurut Sugiyono (2018 : 351) dalam penelitian kuantitatif ada yang

disebut batasan masalah. Sementara Masalah dalam penelitian kualitatif disebut

fokus. Nah Yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah :


43
Menganalisis bagaimana implementasi sistem pelayanan publik berbasis e-

government di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Kupang. Untuk

meninjau Fokus penelitian tersebut maka ditetapkan sudut tinjauan yang disebut

sub fokus penelitian. Ada pun yang menjadi sub fukus penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1). Support Elemen

a Adanya Political will atau kemauan pemerintah di dalam menyepakati

kerangka e-government sebagai salah satu kunci sukses Daerah dalam

mencapai visi dan misi Daerahnya, sehingga harus diberikan prioritas

tinggi.

b Disosialisasikannya konsep e-goverrnment secara merata, kontinyu,

konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara

khusus dan masyarakat secara umum melalui berbagai cara kampanye

yang simpatik.

2) Capacity Elemen.

a Ketersediaan sumber daya finansial yang cukup untuk melaksanakan

berbagai inisiatif e-government.

b Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena

merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan e-government.

Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan

44
keahlian yang dibutuhkan agar penerapan e-government dapat sesuai

dengan asas manfaat yang diharapkan

3) Value Elemen, Penyediaan jenis aplikasi e-government yang harus

diprioritaskan pembangunannya agar benar-benar memberikan value

(manfaat) yang secara signifikan dirasakan oleh masyarakat

4 )Willingness

Diartikan sebagai kemauan/komitmen untuk melakukan sesuatu hal.

Kemauan di sini diartikan sebagai sejauh mana kemauan masyarakat di

dalam menggunakan fasilitas pelayanan yang disediakan pemerintah

daerah di dalam penerapan e-government.

5) Local Culture

Local Culture atau budaya lokal yang mempengaruhi penerapan

e-government terkait dengan kemampuan dalam memasyarakatkan

transaksi elektonik. Begitu juga kesiapan masyarakat pengguna,

dimana hubungan dengan kemampuan masyarakat di dalam

menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang terdapat di dalam

penerapan e-government tersebut. Peran masyarakat sangat memiliki

pengaruh dalam pencapaian kesuksesan penerapan e- government.

45
3.3 Tempat dan waktu penelitian

Tempat Penelitian ini akan diadakan Di Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang. Adapun waktu penelitian direncanakan akan

dilaksanakan dalam kurun waktu selama 1 bulan penelitian.

3.4 Jenis Data dan Sumber Data


Data merupakan elemen awal yang menjadi dasar pertimbangan pemutusan

suatu kebijakan. Secara sederhana data adalah kumpulan dari fakta-fakta yang

dapat memberikan gambaran luas suatu keadaan. Data dikumpulkan melalui cara-

cara tertentu kemudian diolah sehingga menghasilkan suatu informasi yang jelas

dan mudah dipahami ( Putra, 2020). Bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder.

a) Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dan dikumpilkan langsung dari

objek yang diteliti oleh orang atau organisasi. Misalnya data yang

diperoleh dari hasil wawancara langsung.

b) Data sekunder

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memeberikan

data kepada pengumpul data melainkan memperoleh dari hasil penelitian

orang lain atau dokumen – dokumen.

46
3.5 Teknik penentuan informan dan Informan Penelitian

Penentuan informan pada penelitian ini adalah menggunakan dua teknik

penentuan informan penelitian yaitu teknik purposive sampling dan snowball

sampling. Teknik porposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data

yang di dasarkan dengan pertimbangan-pertimbangn tertentu. Pertimbangan

tertentu ini, misalnya orang yang dianggap paling tahu tentang apa masalah yang

sedang dikaji dalam penelitian tersebut. Teknik Porposive sampling yang

digunakan pada penelitian ini di tujukan dalam penentuan informan dari lembaga

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang. Adapun Kriteria

Informan yang sudah di tetapkan adalah Kepala Bidang 3 (tiga ) Pengelolahan

Informasi Adminitrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil selaku kepala di

bidang Sistem teknologi informasi dan komunikasi adminitrasi masyarakat Kota

Kupang.

Kemudian teknik snowball sampling, menurut Sugiyono (2018:368) teknik

snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada

awalnya sedikit, lama lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena jumlah dari

sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang memuaskan,

maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Teknik

snowball sampling yang digunakan pada penelitian ini ditujukan terhadap

informan dari kalangan masyarakat penerima layanan e-government. Ada pun

jumlah Informan yang sudah ditetapkan dalam penelitian ini adalah berjumlah 10

orang masyarakat. Data yang akan dicari pada masyarakat sebagai informan
47
penelitian ini adalah sebagai perbandingan data dari lembaga Dinas

kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang terhadap realita data yang

diperoleh dari masyarakat. Apabila data yang dicari telah sesuai dengan

kebutuhan penelitian maka pengengabilan data akan berhenti begitu juga

sebaliknya apabila data yang dibutuhkan belum memuaskan maka jumlah

masyarakat sebagai informan penelitian akan terus bertambah.

Gabungan dari kedua teknik penentuan informan yang dilakukan pada penelitian

ini setidaknya terdapat beberapa informan yang telah ditetapkan sebagai sumber

data penelitian yang di gambarkan di dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1. Informan Penelitian

No Informan Jumlah

1 Kepala Bidang Pengelolahan Informasi 1


Administrasi Kependudukan
2 10
Masyarakat penerima Layanan E-government
Tota
11
l

48
3.6 Teknik pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data untuk mendukung

penelitian adalah dan penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Obeservasi

Obeservasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lapangan

Peneliti mengumpulkan data dengan melihat, mengamati, mencatat

perilaku dan ucapan-ucapan dari informasi yang relevan

b) Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, teknik wawancara merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi langsung atau

tanya jawab antara peneliti dan nara sumber atau informan. Adapun teknik

Wawancara yang digunakan dalam dalam mewawancarai pihak yang

terkait menggunakan teknnik wawancara semi terstruktur. Tujuan dari

wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih

terbuka, dimana pihak yang di ajak wawancara diminta pendapat dan ide-

idenya. (Sugiyono, 2018)

c) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui membaca dan mempelajari

sumber-sumber tertulis, seperti catatan- catatan, peraturan daerah

49
mengenai pengembangan e-government, dokumen program

pengembangan e-government.

3.7 Teknik Analisa Data


Dalam penelitian ini penulis menggunakan Teknik analisa data yang

digunakan penulis yaitu menggunakan model trianggulasi Data miles dan

Heberman (1992) dalam Sugiyono (2018 : 404 )Yang mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis deskriptif kualitatif mencakup: Data reduction data

Display dan conclusion drawing / Ferivication. Ada pun penjelasan mengenai hal

ini adalah sebagai berikut :

a) Data Reduction (Reduksi Data )

Mereduksi data berarti merangkum memilih hal- hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b) Data Display (Penyajian data)

Setelah data di reduksi maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Miles dan Huberman membatasi suatu penyajian

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka

meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu

50
cara utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai

jenis matrix, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang paduh

dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat

apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan

yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut

saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin

berguna.

c) Conclusing Drawing / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif meurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpilan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti embali kelapangan pengumpulan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang dan

gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual

atau interaktif, hipotesis atau teori.


51
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang

Dinas Kependudukan Dan pencatatan sipil kota kupang adalah salah satu

unsur pelaksana Pemerintah Kota Kupang yang dibentuk pada masa otonomi

daerah dimana pada awalnya berdasarkan peraturan Daerah Kota Kupang Nomor

16 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

dan Lembaga Teknis Daerah Kota Kupang dan Keputusan Walikota Kupang

Nomor 12 Tahun 2001 bersatatus dinas pendaftaran penduduk kota kupang.

Menurut Keputusan Dalam Negri Nomor 54 Tahun 1999 tentang pedoman

penyelenggaran pendaftaran penduduk maka yang dimaksud dengan pendaftaran

adalah kegiatan pencatatan data penduduk beserta perubahan yang meliputi

pendaftaran dan pencatatan kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian dan

mutasi penduduk, penerbitan nomor induk penduduk, kartu keluarga dan kartu

tanda penduduk serta dengan pengelolaan data penduduk

Kemudian pada perkembangannya diubah statusnya berdasarkan keputusan

Walikota Kota Kupang Nomor 30 tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang, sehingga

52
Dinas Pendaftaran Penduduk Kota Kupang diubah nama menjadi Dinas

Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Kupang

4.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Kupang

a) Visi

Visi Dinas Kependudukan dan Pencatatn Sipil Kota Kupang adalah

“Terwujudnya Penyelenggaraan Administrasi kependudukan yang

Berbudaya di Kota Kupang “

Adapun pemaknaan yang terkandung dalam visi tersebut diatas adalah:

1. Adanya sistem pendaftaran dan pencatatan penduduk yang tertib

2. Adanya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat

3. Terciptanya sistem administrasi kependudukan yang sistematis, yang

berguna untuk membantu pemerintah dalam menyusun perencanaan

pembangunan yang berwawasan kependudukan.

b) Misi

Untuk mewujudnyatakan visinya maka misi dari Dinas Kependudukan

dan Pencatatn Sipil Kota Kupang adalah:

1. Peningkatan mutu pelayanan terbaik yang berorientasi pada kepuasan

masyarakat

2. Peningkatan kualitas aparat Dinas Kependudukan dan Pencatatn Sipil

Kota Kupang

3. Menciptakan suasana pelayanan umum yang ramah cepat dan tepat


53
4. Meningkatkan Upaya Penyuluhan Tentang Pentingnya KK, KTPN dan

Akta – Akta Pencatatan sipil

c) Tujuan san Sasaran

Dalam Upaya Mewujudkan Visi dan Misi seperti yang telah

disebutkan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai Dinas Kependudukan

dan Pencatatn Sipil Kota Kupang adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap status

kependudukan yang perlu dimiliki sebagai bukti diri/identitas.

2. Memberikan pekayanan yang lebih baik kepada masyarakat

3. Meningkatkan kemampuan aparat agar dapat bekerja secara

profesional

4. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan data kependudukan

melalui mekanisme yang benar

5. Mengupayakan penyediaan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan

6. Menghimpun data dan informasi kependudukan yang tepat

Untuk Mencapai tujuan Tersebut, maka sasaran yang ingin dicapai

adalah:

1. Terwujudnya pelayanan hak-hak sipil akan KK, KTPN/KTP-el dan

Akta-akta Catatan Sipil bagi warga kota Kota Kupanga :

2. Meningkatnya kinerja aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Kupang

54
3. Terwujudnya kemampuan aparatur dalam melaksanakan pelayanan

kepada masyarakat

4. Terwujudnya Standar Operasional Pelayanan (SOP) dan meningkatnya

Pemahaman masyarakat akan prosedur tetap pelayanan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

5. Terwujudnya fasilitas yang memadai dalam menunjang pelayanan

kepada masyarakat

6. Terhimpunnya data Base kependudukan yang dapat dijadikan bahan

referensi dalam perencanaan pembangunan

4.1.3 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi dalam sebuah instansi memiliki peran yang sangat penting

karena secara sistematis para pegawai akan dapat mengetahui wewenang,

tanggung-jawab dan setiap pembagian tugas yang dibuat di dalam instansi.

Dengan demikian diharapkan terciptanya kerjasama yang baik diantara para

pegawai dalam menjalankan tugasnya masing-masing dan tujuan darinstansi pun

dapat tercapai lebih mudah. Berikut Struktur Organisasi Dinas Kepemdudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Kupang .

55
BAGAN 4.1
Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Kupang

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

KASUBAG KASUBAG
PERENCANAAN KSUBAG UMUM
EVALUASI & KEUANGAN &
LAPORAN KEPEGAWAIAN

KABID KABID KABID PENGELOLAAN KABID PEMANFAATAN


PELAYANAN PELAYANAN INFORMASI DATA DAN INOVASI
PENDAFTARAN PENCATATAN ADMINISTRASI PELAYANAN
PENDUDUK SIPIL KEPENDUDUKAN

KEPALA SEKSI
KABID SEKSI
SISTEM KEPALA SEKSI
IDENTITAS KEPALA SEKSI
INFORMASI KERJA SAMA
PENDUDUK KELAHIRAN
ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PINDAH DATANG PERKAWINAN PENGELOLAHAN PEMANFAATAN
DAN DAN PENYAJIAN DATA DAN
PENDUDUK PERCERAIAN DATA DOKUMEN
KEPENDUDUKAN KEPENDUDUKAN
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PENDATAAN PERUBAHAN KEPALA SELEKSI KEPALA SEKSI
PENDUDUK STATUS TATA KELOLA INOVASI
SDM, TEKNOLOGI PELAYANAN
INFORMASI DAN
KOMUNIKASI

KELOMPOK JABATAN UNIT PELAKSANA


FUNGSIONAL TEKNIS

56
Sumber;Dispendukcapil Kota Kupang  2021
4.2. Analisis Hasil Penelitian

4.2.1 Penyedia Layanan

Pelayanan publik dapat didefenisikan sebagai pemberian layanan keperluan

masyarakat yang memiliki kepentingan pada organisasi itu sesuai pokok dan tata

cara yang telah ditetapkan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Kupang adalah salah satu organisasi perangkat daerah yang bertugas melayani

masyarakat dalam menyiapkan segala kebutuhan yang berhubungan dengan

administrasi kependudukan. Untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih

efesien, efektif dan transparan maka dibutuhkan pemanfaatan teknologi dan

informasi di dalam sebuah sistem pelayanan. Pemanfaatan Teknologi Informasi

dan Komunikasi sudah diatur di dalam Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003

tentang Kebijakan dan Strategis Nasional pengembangan e-Governmen, sehingga

Instruksi tersebut menjadi pedoman bagi semua instansi pemerintahan di Seluruh

Indoensia termasuk di Dinas kependudukan dan pencatatan sipil kota kupang.

Menurut Harvard JFK school dalam (Mariano 2018) mengemukakan ada tiga

elemen sukses penerapan e-government yang harus dimiliki dan diperhatikan

dengan sungguh-sungguh yaitu : Suport, Capacity, value. Perpaduan antar ketiga

elemen diatas akan membentuk sebuah nexus atau pusat syaraf jaringan e-

government yang merupakan kunci sukses utama penjamin keberhasilan. Untuk

itu dalam menganalisis implementasi e-Government di Dinas Kependudukan dan

57
Pencatatan Sipil di Kota Kupang peneliti menggunakan pendekatan ketiga

elemen suskses penerapan e-government tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Suport Elemen adalah elemen penting dalam menentukan keberhasilan

penerapan e-government. Yang dimaksud dengan suport dalam hal ini adalah

sebuah dukungan dari pemerintah berupa :

a) Political Will

Political will adalah suatu kemauan pemerintah untuk menyepakati

kerangka e-government sebagai salah satu kunci sukses Daerah dalam

mencapai visi dan misinya. Tanpa unsur political will berbagai inisiatif

pembangunan dan pengembangan e-government mustahil berjalan dengan

mulus sehingga harus diberikan prioritas tinggi . Wujud dari Political will

yang di maksud berupa peraturan pemerintah yang dirancang dan

disepakati menjadi dasar hukum dalam pelaksanan dan penerapan sistem

e-government.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai political will pemerintah kota

kupang dalam mewujudkan sistem pelayanan berbasis e-Government

menunjukkan bahwa terdapat kemauan pemerintah kota kupang dalam

semangat menyepakati kerangka e-Government sebagai bagian dari

sistem menjalankan pemerintahan, dengan dibentuknya Tim Sistem

Inovasi Daerah (SIDa) melalui keputusan Walikota Kupang nomor 49a

Tahun 2017, yang salah satu bidang inovasi yang akan di identivikasi

adalah Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Oleh karena itu


58
seluruh Organisasi Perangkat Daerah di Kota Kupang menjadikan

peraturan tersebut menjadi dasar hukum dalam melaksanakan penerapan

sistem pelayanan publik berbasis e-Government.

Dinas Kependudukan dan Pencatan Sipil Kota Kupang adalah salah

satu Organisasi Perangkat Daerah yang diharapkan mampu menerapkan

sistem pelayanan berbasis e-Government agar dapat menciptakan

aksestabilitas pelayanan publik yang lebih prima, baik dalam hal

jarak,waktu,hingga biaya pelayanan.

Menurut salah satu informan penelitian mengenai komitmen penerpan

e-Government di Dinas Kependudukan Sipil Kota kupang yaitu Bapak

Imanuel P. Temaluru,S.STP, M.,Si selaku Kepala Bidang 3 (tiga)

Pengelolahan informasi Administrasi Kependudukan Kota kupang. tanggal

19 juli 2021

“Kalau Kota Kupang Komitmennya tinggi dalam penerpan e-


government-nya, sehingga Saat Keputusan Walikota Kupang
mengenai inovasi sistem pemerintahan berbasis elektronik Tahun
2017 di keluarkan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil Kota
Kupang mengambil langkah serius dengan membangun situs
website resmi Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Kupang Pada tahun 2018”

Dari hasil wawancara diatas, peneliti membenarkan informasi yang

diperoleh dari narasumber dengan kembali melakukan data pembanding

melalui tinjauan dokumentasi pada media massa dan media sosial mengenai

beberapa inisiatif yang sudah mereka realisasikan menunjukkan Inisiatif

59
pengembangan penerapan e-government yang dilaksanakan cukup banyak

seperti pengadaan website pada tahun 2018, peluncuran 3 aplikasi ditahun

2019 yaitu Aplikasi Pahe Adminduk,Sigap-El, E-Lahir Mati dan pada tahun

2020 kembali meluncurkan 1 aplikasi yang diberi nama aplikasi Simple.

Menurut pendapat peneliti dari hasil penyesuaian antara Teori dan

semua realita diatas menunjukkan bahwa Dinas kendudukan dan pencatatan

sipil Kota Kupang sudah berhasil mencapai Aspek political will, dalam artian

bahwa kemauan pemerintah dalam mendukung pelayanan berbasis e-

government sudah nyata dengan membuat dan mengesahkan dasar hukum

mengenai penerapan sistem pemerintahan berbasis e-government, yang

kemudian langsung direlisasikan dengan berbagai inisiatif seperti pengadaan

website dan peluncuran berbagai aplikasi-aplikasi.

b) Sosialisasi

Sosialisasi dalam hal ini adalah sebuah tahap mensosialisasikan

konsep e-govrenment secara merata, kontinyu, konsisten, dan menyeluruh

kepada seluruh kalangan birokrat secara khusus dan masyarakat secara

umum melalui berbagai cara kampanye yang simpatik. Sosialisasi Konsep

e-government ini penting diadakan agar pola pikir masyarakat secara

perlahan mengalami transformasi terhadap sistem yang terdapat dalam

konsep tersebut.

60
Adapun Informasi mengenai sosialisasi yang sudah dijalankan di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang menurut Bapak Imanuel

P. Temaluru,S.STP, M.,Si selaku Kepala Bidang 3 (tiga) Pengelolahan

informasi Administrasi Kependudukan Kota kupang. tanggal 19 juli 2021

“Sejak dilaksanakannya pelayanan berbasis e-government berupa

website di Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil kota kupang.

Sosialisasi website langsung diadakan melalui media-media

elektronik serta juga menempelkan poster-poster di kantor instansi

mengenai informasi website yang dimiliki yang dapat dibaca oleh

masyarakat yang berkunjung setiap hari”

Hasil wawancara diatas sejalan dengan hasil observasi peneliti tentang

sosialisasi mengenai fasilitas e-Government berupa website yang memang

sudah diadakan melalui media- media massa. Namun meskipun demikian

menurut pendapat peneliti hal yang dilakukan tersebut masih belum efektif

dan belum memenuhi unsur-unsur sosialisasi yang diharapkan.

Sosialisasi konsep e-Government beserta fasilitas-fasilitas yang dapat

dimanfaatakan masyarakat dalam mengakses kebutuhan administratifnya

hanya dilakukan lewat media massa. Penyebaran informasi hanya

dilakukan sebanyak satu kali dari setiap aplikasi-aplikasi yang sudah

diluncurkan. Kemudian tidak pernah diperbaharui informasinya sama sekali

dari tahun ke tahun, baik itu informasi tentang website maupun aplikasi-

61
aplikasi yang sudah diluncurkan. Hal itu menunjukkan bahwa tidak

terpenuhinya unsur-unsur sosialisasi yang diharapkan dari ketidak

konsistenan Dinas kependudukan dan pencatatan Sipil Kota Kupang dalam

mensosialisasikan konsep e-Government kepada masyarakat secara

berkelanjutan dan menyeluruh.

Menurut salah satu masyarakat mengenai informasi pelyanan publik

berbasis webiste maupun aplikasi-aplikasi yang dijalankan Dinas

Kependudukan Dan Pencatatan Spil Kota Kupang yaitu Ibu Muji Nubatonis

yang mengatakan bahwa

“ Informasi mengenai website setau saya memang sudah ada


namun saya jarang mengakses karena kurang paham juga apa
isinya,apa manfaatnya untuk membantu saya, justru jadi makin
rumit sepertinya dan kalau mengenai aplikasi-aplikasi yang kaka
katakan seperti aplikasi simple tadi memang sama sekali saya tidak
mengetahui informasinya apalagi isinya dan manfaatnya.“

Sejak dilaksanakannya penerapan pelayanan publik berbasis e-government

berupa website maupun aplikasi belum pernah memang diadakan

sosialisasi yang secara langsung mempertemukan pemerintah dengan

masyarakat. sehingga wajar bila banyak masyarakat yang belum

mengetahui keberadaan, fungsi serta value yang ada didalam website dan

Aplikasi-aplikasi pelayanan publik lainnya. Oleh karena itu peneliti

menyimpulkan bahwa Sosialisasi yang dilaksankan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang belum maksimal dan

terkesan hanya bersifat formalitas.


62
2. Elemen Capacity.

Capacity artinya menganalisis mengenai bagaimana kesiapan dan

ketersediaan berbagai sumber daya yang dimiliki dalam implementasi e-

government di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang.

a) Sumber Daya manusia

Ketersediaan sumber daya manusia atau pegawai di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang yang mengerti TI

adalah salah satu unsur yang bertanggung jawab dalam pengelolahan e-

government. Ketersediaan sumber daya manusia menjadi bagian penting

dalam mendukung keberhasilan penerpan sistem e-government karena

merekalah yang akan memastikan sistem yang dirancang tersebut berjalan

dengan baik.

Menurut informasi dari narasumber Bapak Imanuel P.

Temaluru,S.STP, M.,Si selaku Kepala Bidang 3 (tiga) Pengelolahan

informasi Administrasi Kependudukan Kota kupang. tanggal 19 juli 2021

mengenai ketersediaan sumber daya manusia di Dinas Kependudukan dan

pencatatan sipil Kota Kupang.

“Mengenai ketersediaan sumber daya manusia yang kita miliki


saat ini sudah cukup memadai yaitu sebanyak 30 orang pegawai
yang mengerti atau yang bisa mengggunakan dasar dari sistem
TI. Sementara Admin TI yang memiliki background kompetensi di
bidang IT yang bertugas merancang sistem e-government seperti
Website disini ada sebanyak 3 orang pegawi.”

63
Berdasarkan hasil Wawancara diatas, peneliti sependapat dengan

narasumber mengenai ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki

oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang yang sudah

cukup memadai. Hemat peneliti dalam pembuatan sebuah aplikasi cukup

hanya membutuhkan 2 orang ahli TI, karena ada beberapa pengkodeaan

yang rumit dan harus di ingat oleh 2 orang ahli TI, sehingga ketika salah

satu pegawai mengalami masalah atau harus keluar dari pekerjaan maka

masih ada seorang ahli TI yang mengingat kode-kode yang dirancang

sebelumnya. Nah ketika di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Kupang memiliki 3 (tiga ) ahli TI dalam menciptakan sebuah aplikasi

maka itu sudah sangat cukup memadai dan ditambah dengan 30 pegawai

yang membantu menjalankan aplikasi yang dirancang tersebut, sehingga

tugas dari ke-tiga Ahli IT ketika aplikaisi tersebut sudah diciptakan hanya

memperbaiki permasalahan-permasalahan yang ada dalam proses

pengoperasian aplikasi termasuk menambah fitur-fitur baru dan melakukan

update aplikasi. Oleh karena itu ketersediaan sumber daya manusia yang

dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang

menurut pendapat peneliti sudah sangat cukup memadai, hanya yang

menjadi permasalahan adalah apakah ketersediaan sumber daya manusia

yang ada tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak, karena

ketersediaan sumber daya manusia harus di dukung juga oleh sumber daya

finansial dan sumber daya infrastruktur yang memadai.


64
b) Sumber daya finansial atau keuangan

Aspek ketersediaan sumberdaya finansial merupakan unsur

terpenting dalam penerpan e-government karena hal ini menyangkut

keberhasilan pelaksananaan kebijakan penerapan e-government tersebut.

Terdapat setidaknya 2 hal penting yang membutuhkan pendanaan yang

begitu besar dalam implementasi e-government yaitu pengembangan

jaringan dan dan juga pengembangan aplikasi – aplikasi.

Adapun sumber dana implementasi e-government di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang di Peroleh dari APBD

kota Kupang yang kemudian Di salurkan melalui Dinas Kominfo. Jadi

setiap anggaran yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem e-

government terlebih dahulu dikaji oleh Dinas Kominfo sebelum disetujui

masuk dalam anggaran.

Berdasarkan hasil penelitian ketersediaan sumber daya finansial

menjadi hambatan paling besar dalam mengembangkan

pengimplementasian sistem e-government Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang. Hal ini diakui langsung oleh Bapak

Imanuel P. Temaluru,S.STP, M.,Si selaku Kepala Bidang 3 (tiga)

Pengelolahan informasi Administrasi Kependudukan Kota kupang dalam

wawancara pada tanggal 19 juli 2021

65
“Jumlah anggaran yang ada tidak bisa dibocorkan ke publik.
untuk saat ini, secara nyata angaran yang disediakan hanya cukup
pada kebutuhan aplikasi dasar Siak, jadi aplikasi siak itu adalah
aplikasi khusus internal Disependuk yang ada diseluruh indonesia
untuk mengintegrasikan data-data kependudukan secara nasional
dan juga anggaran untuk website yang kita miliki saat ini,
sementara aplikasi yang menghasilkan interaksi secara online
antar masyarakat seperti aplikasi simple dan beberapa apliaksi
lain yang dulu kita pernah luncurkan masih bermasalah dengan
anggaran terhadap pembiayaan-pembiayaan pada aplikasi, ini
juga sedang dilakukan pengkajian ulang untuk pembiayaan baru
semoga secepatnya dapat diselesaikan agar aplikasi Simple dapat
dijalankan lagi di era pandemi ini”

Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa salah satu kegagalan

paling besar yang menjadi masalah dalam penerapan sistem pelayanan

publik berbasis e-government di Dinas Kependudukan dan pencatatan

Sipil di Kota Kupang adalah Ketersediaan sumber daya finansial yang

kurang memadai. Dari inisiatif yang mereka lakukan dengan meluncurkan

salah satu aplikasi yang bernama simple adalah suatu terobosan yang baik

ditengah pandemi covid-19. Namun karena kurangnya perencaanan atau

pengkajian biaya yang matang, apllikasi tersebut kemudian harus berhenti

beroperasi. Hemat peneliti setelah melakukan beberapa observasi dan

tinjauan dokumentasi di internet, kendala-kendala pembiayaan yang

dibutuhkan setelah aplikasi Simple di Dinas kependudukan dan pencatatan

sipil kota kupang dirilis adalah seperti biaya pemeliharaan aplikasi, agar

terhindar dari bug atau yang dikenal dengan aplikasi eror, karena aplikasi

yang diluncurkan tersebut masih sering eror, Biaya hosting server,


66
terkait dengan pengembangan server yang dimiliki karena servernya

belum terintegrasi. Biaya update aplikasi, terkait updete fitur-fitur baru

dan perbaikan kerusakan aplikasi. Nah setidaknya begitulah sedikit

penjabaran terkait pembiayaan-pembiayaan kebutuhan aplikasi yang

diciptakan oleh Dinas kependudukan dan pencatatan Sipil kota kupang,

namun sesuai dari pernyataan narasumber bahwa harus dilakukan kembali

pengkajian ulang anggaran sehingga inisiatif pengembangan yang mereka

lakukan dalam penerapan e-government masih terbengkalai.

c) Sumber Daya Infrastruktur

Ketersediaan infrastruktur teknologi informasi sangat penting dimiliki

karena merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan e-government.

Ketersediaan Infrastruktur pada dasarnya berkaitan dengan ketersediaan

perangkat keras (Hard Ware) dan Perangkat Lunak (Soft Ware).

Ada pun ketersediaan infrastruktur e-Government yang dimiliki oleh Dinas

kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Kupang menurut Bapak Imanuel P.

Temaluru,S.STP, M.,Si selaku Kepala Bidang 3 (tiga) Pengelolahan informasi

Administrasi Kependudukan Kota kupang pada tanggal 19 juli 2021

“ketersediaan sarana teknologi dalam kebijakan implementasi e-


government di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota
Kupang sudah cukup memadai dan layak untuk dipergunakan karena
teknologi yang digunakan telah melalui beberapa kajian dan telah
memenuhi standar sarana dan pra-sarana e-government yang
dilakukan Dinas Kominfo baik itu dari segi hardware dan softwere.
Begitu juga mengenai infrastruktur yang kita miliki sudah cukup
memadai dan jaringan yang tersedia pun sudah menggunakan
67
wireless dengan kapasitas bandwith internet sebesar 20 Mbps pada
setiap aplikasi pelayanan yang digunakan termasuk Pada situs
website yang dimiliki.

Berdasarkan hasil wawancara diatas Peneliti melakukan pembandingan

melalui observasi dan studi dokumentasi yang membenarkan informasi

mengenai ketersediaan infrastruktur hardwere yang cukup memadai yang

dapat digunakan oleh seluruh Pegawai yang berjumlah 80 pegawai.

Kemudian mengenai informasi mengenai informasi ketersediaan softwere,

peneliti menemukan beberapa fasilitas berupa softwere yang sudah dimiliki

yaitu Aplikasi SIMPLE, PAHE ADMINDUK,SIGAP-El, E-Lahir Mati dan

situs Website. Fasilitas–fasilitas tersebut adalah sistem yang dirancang

dalam mendukung pelayanan publik berbasis daring atau online yang

memiliki fungsi yang berbeda-beda.

Namun yang menjadi permasalahannya adalah dari sekian banyak softwere

yang sudah diluncurkan oleh instansi tersebut hanya situs website saja yang

beroperasi hingga saat ini, Aplikasi-aplikasi yang diluncurkan hanya bertahan

dalam jangka waktu kurang dari satu bulan, sehingga satu-satunya fasilitas

yang dimanfaatkan oleh Dinas kependudukan kota kupang dalam penerapan

sistem e-Government hanya sebuah situs webiste yang fungsinya sebagai

pemberi informasi saja yang sifatnya interaksi satu arah, sedangkan aplikasi –

aplikasi yang dirancang menciptakan interaksi pelayanan dua arah secara

online antara pemberi layanan dengan penyedia layanan tidak dioperasikan.

68
Salah satu contoh aplikasi yang yang sudah tersedia namun berhenti

beroperasi adalah Aplikasi Simple. Aplikasi Simple ini adalah aplikasi yang

dapat meberikan manfaat kepada masyarakat dalam mengurus kebutuhan

adminitrasinya tanpa harus mengunjungi kantor pelayanan terkait, karena

masyarakat hanya memerlukan pengajukan permohonan adminitrasi

menggunakan aplikasi simple secara online.

Dengan adanya aplikasi simple maka pelayanan publik yang tercipta di

Dinas kependudukan dan pencatatan Sipil Kota Kupang akan dapat menjamin

efektivitas dan efesiensi pelayanan, sedangkan sebuah situs webiste hanya

dapat dimanfaatkan untuk mencari tahu informasi-informasi kelengkapan

yang dibutuhkan masyarakat dalam mengurus kebutuhan admintrasinya,

sementara informasi-informasi kelengkapan dalam pengurusan kebutuhan

admintratif masyarakat lebih sering diperoleh dari kantor pelayanan di

kelurahan.

Berdasarkan beberapa hal diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

ketersediaan infrastruktur yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang masih belum memadai. Bila dilihat dari segi

ketersediaan perangkat keras (hardwere) memang sudah tersedia dengan

kecepatan jaringan yang cukup baik namun dari segi kesiapan softwere yang

dimanfaatkan saat ini hanya sebuah website yang berfungsi menyediakan

informasi-informasi seputar kebutuhan administratif masyarakat, sementara

fasilitas yang dibutuhkan dalam sistem e-Government adalah fasilitas yang


69
setidaknya mampu menciptakan pelayan publik dua arah secara daring antara

pemberi pelayanan dan penerima layanan tidak tercipa karena situs website

yang disediakan tidak memiliki Kualitas fitur tersebut.

3. Value

Elemen Value adalah manfaat yang diperoleh dari setiap inisiatif yang

sudah dilakukan dalam pengembangan implementasi e-governnment baik itu bagi

pemerintah maupun bagi masyarakat. Adapun manfaat yang diperoleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang dalam penerapan e-

government menurut Bapak Imanuel P. Temaluru,S.STP, M.,Si selaku Kepala

Bidang 3 (tiga) Pengelolahan informasi Administrasi Kependudukan Kota kupang

dalam wawancara pada tanggal 19 juli 2021.

“lebih mempermudah fungsi pelayanan publik terutama dalam

pemberian informasi terhadap masayarakat. Melalui Pemanfaatan

penerapan e-government berupa situs website yang dijalankan sangat

membantu kami untuk tidak harus lagi menyebarkan informasi-

informasi penting kepada masyarakat melalui brosur-brosur ataupun

selebaran, tetapi sudah langsung masukkan kedalam website yang setiap

saat dapat diakses oleh masyarakat.”

Meskipun manfaat yang dirasakan instansi tersebut demikian, namun yang

paling menentukan besar tidaknya manafaat yang diperoleh dalam penerpan e-

government bukanlah pemerintah melainkan masyarakat. Sebab merekalah yang

berkepentingan atau yang mendapatkan pelayanan tersebut.


70
Berdasarkan tinjauan terhadap situs website yang dimiliki Instansi tersebut

menunjukkan bahwa manfaat dari inisiatif pengembangan e-government tidak

begitu besar dirasakan masyarakat sebab pelayanan yang dijalankan menggunakan

website hanya sebatas penyediaan informasi, tidak ada interaksi dua arah yang

tercipta secara online antara pemberi pelayanan dan penerima pelayanan seperti

yang ada di dalam konsep e-government. Di masa panedemi saat ini sistem

pelayanan masih menggunankan pelayaan manual, kehadiaran website tidak

membawa perubahan pelayanan secara signifikan. Pada situs website tersebut

yang tertera hanyalah kolom interaksi pengaduan kendala masyarakat yang

bahkan belum sepenuhnya berfungsi dengan baik, karena kolom pengaduan

masyarakat tersebut hanya bisa di isi mengunakan Komputer atau laptop,

sementara mayoritas masyarakat masih banyak yang menggunakan Android atau

handphone untuk mengakses informasi di website tersebut. Jadi dalam

penyampain keluhan masyarakat masih harus menggunakan cara manual yaitu

datang ke kantor pelayanan jika ingin memberikan komplain dan masukan

terhadap pelayanan yang diterimanya.

Sedangkan hasil wawancara terhadap masyarakat menunjukan bahwa

sebagian besar mereka percaya dan menyatakan penerpan e-Government dalam

pelayanan publik sangat memudahkan masyarakat. Meskipun pelayanan hanya

berupa penyediaan informasi di website, itu sudah sangat membantu buat

masyarakat. Namun yang menjadi sorotan dari peneliti adalah pendapat berbeda

71
dari Bapak Leksi Ninef (Umur 34 Warga Kelapa Lima ) yang menjadi salah satu

responden, tanggal 19 juli 2021 .

“manfaat e-government akan sangat memudahkan masyarakat bila


pemerintah benar-benar fokus menyempurnakan sistem
pelayanannya, karena bagaimana pelayanan publik bisa lebih
bermanfaat lebih bagi masyarakat bila sejak Tahun 2017 sampai
Tahun 2021 tidak ada peningkatan literacy pengelolaan e-
government, sementara di masa Pandemi saat ini masyarakat
menunggu dan menanti ada program pelayanan e-government
yang benar-benar berkelanjutan bukan hanya sebatas pencitraan
dengan meluncurkan aplikasi namun dalam beberapa minggu
kemudian berhenti.”

Begitu juga Mahasiswa yang menjadi bagian dari narasumber berpendapat

tentang manfaat dari inisiatif implementasi e-Government Dinas Kependudukan

Dan Pencatatan Sipil kota kupang bahwa manfaat mengenai penyediaan website

yang diperoleh masih kurang dan berkesan biasa saja. Hal ini Peneliti peroleh dari

Mahasiswa Ilmu Politik Rivan Manit. Tanggal 22 Juli 2021

“Penerapan E-government di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan


Sipil merupakan langkah baik untuk memoderenisasikan pelayanan
publik namun butuh yang namanya keseriusan agar setiap inisiatif
pengembangan e-government yang dijalankan benar- benar
bermanfaat bagi masyarakat. Berdasarkan pengalaman dulu waktu
saya ingin mengerjakan tugas kuliah mengenai Dispendukcapil,
saya membutuhkan informasi profil yang lengkap mengenai instansi
tersebut, kemudian saya mengakses website namun tidak
menemukan informasi yang lengkap mengenai sejarah terbentuk,
Visi -Misi dan juga struktur Organisasinya sehingga menurut saya
bahwa pelayanan berupa website yang hanya menyediakan
informasi pun masih kurang lengkap mendandakan manfaat tersebut
tidak saya peroleh sebagai mahasiswa”

72
Menurut pendapat peneliti dari berbagai sudut pandang diatas bahwa manfaat

dari pelaksanaan berbagai inisiatif penerapan e-governemnt sudah dirasakan oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang, akan tetapi tidak

sepenuhnya manfaat itu dirasakan oleh masyarakat sebagai pengguna.

4.1.2 Penerima Layanan

Penyedia layanan publik adalah Pemerintah sedangkan penerima layanan publik

adalah masyarakat sehingga tujuan dilaksankannya pelayanan publik adalah

semata-mata untuk mempermudah masyarakat sebagai penerima layanan dalam

mengurus Administrasi kepndudukannya. Persoalan mengenai pelayanan publik

terkait ketidakpastian waktu layanan dan ketidaksesuaian data kependudukan

maka inovasi pelayanan berbasis e-government diterapkan. Nah untuk

mendukung upaya penerapan e-government setidaknya terdapat dua elemen lagi

menjadi pendukung keberhasilan impelementasi sistem e-government di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang. Elemen tersebut dilihat dari

sisi masayarakat yaitu:

1. Willingness (Kemauan )

Kemauan masyarakat menjadi salah satu aspek penting dalam mendukung

keberhasilan implementasi e-government karena pada dasarnya masyarakatlah

yang menjadi tujuan utama dibenahinya kualitas pelayanan tersebut. Berbagai

inisiatif pengembangan sistem pelayanan berbasis e-government yang

dilakukan pemerintah akan sia-sia bila tidak ada kemauan masyarakat untuk

menggunakan atau mengakses fasilitas tersebut


73
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa masyarakat

menunjukkan bahwa keinginan mereka dalam mengakses fasilitas e-

government berupa website yang disediakan sangat rendah. Hampir semua

responden mengatakan mengetahui keberadaan serta fungsi dari website

tersebut namun mereka kurang tertarik mengakses fasilitas tersebut karena

alasan yang hampir sama yaitu merasa informasi yang ada dalam website

tersebut kurang penting. Salah satu kutipan dari alasan yang disampaikan

oleh responden yaitu bapak Mario Natonius warga Kecamatan Sikumana (usia

34 Tahun ). tanggal 19 juli 2021

“Informasi mengenai keberadaan Website tentu sudah saya ketahui


sejak lama. Namun saya kurang tertarik mengakses website tersebut
karena tidak tau apa-apa saja yang ada di dalam, orang bilang hanya
informasi-informasi seputar pelayanan saja, sementara informasi
pelayanan lebih sering saya peroleh dari kantor lurah”

Nah dari informasi diatas menunjukan bahwa pengaruh sosialisasi yang

dilakukan setidaknya membuat masyarakat mengetahui keberadaan website

tersebut namun karena sosialisasi yang dilkukan tidak dikemas untuk tmenarik

simpatik masyarakat, keinginan mengakses website tersebut rendah.

Pernyataan diatas, sejalan dengan hasil penelitian terhadap media Massa,

dengan mengunjungi situs website resmi Dinas Kependudukan dan pencatatan

sipil kota kupang terdapat informasi-informasi penting yang diperoleh

mengenai berapa jumlah masyarakat yang mengakses website tersebut di

dalam jumlah per hari, minggu dan bulan dan jumlah keseluruhan.

74
Nah dari website tersebut ditemukan tingkat kemauan masyarakat dalam

mengakses atau menggunakan fasilitas e-government yang disediakan cukup

rendah. Untuk lebih detail perhatikan gambar dibawah :

Gambar 4.1. Statistik jumlah kunjungan website Disdukcapil Kota Kupang

Dari gambar diatas sekilas terlihat bahwa jumlah statistik kunjungan pada

website tersebut cukup tinggi , namun bagaimana bila kita lihat perbandingan

antara jumlah kunjungan Website Disdukcapil Kota kupang dengan Website

Disdukcapil Kota Bima melalui gambar statistik kunjungan website dibawah :

75
Gambar 4.2 Statistik jumlah kunjungan website Disdukcapil Kota Bima

Dari Kedua gambar diatas, menunjukkan bahwa kunjungan di Website

Disdukcapil Kota Kupang secara mutlak kalah jauh dibawah Kunjungan

website Disdukcapil Kota Bima. Ada pun aspek perbandingannya seperti

Tahun diluncurkannya website berada pada tahun yang sama yaitu tahun

2018. Dari segi perbandingan jumlah penduduk jumlah penduduk di kota

kupang jauh diatas jumlah penduduk di Kota Bima. Menurut data Badan

Pusat Statistik Kota Kupang Jumlah penduduk di Kota Kupang mencapai

442.758 jiwa dan jumlah penduduk di Kota Bima menurut Badan Pusat

Statistik Kota Bima sebanyak 155,140 jiwa.

76
Kesimpulan mengenai Willingness atau kemauan masyarakat dalam

mengakses Fasilitas e-government yang disediakan masih sangat rendah. Hal

ini terjadi karena Sosialisasi yang dilaksanakan tidak efektif dan layanan yang

disediakan pada fasilitas tersebut tidak menarik simpatik masyarakat.

2. Local Culture ( budaya lokal)

Aspek budaya lokal adalah aspek terakhir yang menjadi salah satu aspek

penentu keberhasilan penerapan e-government di Dinas Kependudukan

dan Pencatan Sipil. Budaya lokal menjadi penting karena hal ini berkaitan

dengan bagaimana kebiasaan masyarakat dalam memperoleh kebutuhan

administratifnya serta pola pikir masyarakat yang mempengaharuhi

perspektif mereka tentang pelayanan berbasis elektronik.

Menurut pandangan peneliti pengaruh Pandemi Covid-19 mempunyai

dampak positif yang sangat besar dalam mempengaharuhi budaya

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan administrasinya. Pandemi Covid-

19 menjadi momentum transformasi pelayanan konvensional ke online

yang harus dimanfaatkan Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil kota

kupang dalam mengubah kebiasaan serta pola pikir masyarakat mengenai

manfaat penggunanan pelayanan berbasis teknologi.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan menunjukkan bahwa

kebiasaan masyarakat kota kupang dalam memperoleh kebutuhan

adminastrasinya masih menggunakan cara-cara lama yang bersifat manual


77
atau konvensional. Kebiasaan ini bukan murni disebabkan oleh

ketidakmauan masyarakat dalam beradpatasi mengunakan fasilitas

pelayanan berbasis e-government melainkan karena sistem yang

mendukung diadaknnya pelayanan publik secara daring belum tersedia.

Belum ada fasilitas-fasilitas e-government yang bisa dimanfaatkan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan adminstrasinya secara daring

karena semua pelayan yang berhubungan dengan pengurusan administrasi

masih menggunakan cara manual sehingga kebiasaan ini susah

dihilangkan.

Sementara itu bila dilihat dari Sudut pandang Pola pikir masyarakat

mengenai upaya penerapaan pelayanan berbasis e-government di

Disependukcapil kota kupang menunjukkan beberapa tanggapan

responden yang berbeda. Ada yang menganggap bahwa pelayanan

berbasis teknologi mempermudah mereka dalam memperoleh pelayanan

karena merasa lebih pelayanan menjadi lebih dekat dan mudah untuk

diakses dan ada juga yang menganggap hal itu hanya menghambat mereka

dalam memperoleh pelayanan karena merasa penggunaan sistem

elektronik lebih rumit dibanding sistem manual.

Secara Umum Peneliti menyimpulkan bahwa budaya lokal masyarakat

Kota Kupang terhadap kebiasaan memperoleh pelayanan masih lebih

senang menggunakan cara-cara yang konvensional atau cara manual

begitu juga terkait pola pikir mereka terhadap pentingnya perkembangan


78
pelayanan berbasis teknologi masih rendah. kebanyakan masyarakat dari

hasil wawancara kurang tertarik mengakses fasilitas e-Govrnment yang

ada. Pernyataan ini di dukung oleh tingkat keinginan masyarakat dalam

mengakses website Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang sangat

rendah.

79
4.3 Faktor Penghambat Penerapan e-government di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Kupang.

1. Faktor Penghambat

Faktor Penghambat atau Kendala yang dialami oleh Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang dalam menyukseskan penerpan e-government

adalah sebagai berikut :

a. Anggaran

Alokasi dana atau aggaran dalam pelaksanaan implementasi e-

government yang kurang memadai menjadi salah satu kendala bagi Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang dalam meningkatkan

kualitas sistem pelayanan berbasis teknologi yang di bangun. Hal ini

terjadi karena pengkajian yang kurang matang yang dilakukan dalam

dalam mengalokasikan Sumber daya fianansial di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil, akibatnya hampir seluruh Fasilitas yang mendukung

penerpana e-Government tidak dapat dioperasikan.

b. Sosialisasi

Kurangnya Sosialisasi yang dilakukan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Kupang kepada kalangan masyarakat secara

menyeluruh mengakibatkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui

adanya fasilitas-fasilitas yang dapat dimanfaatkan lewat perkembangan

teknologi di dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang.

80
c. Pola pikir Masyarakat

Pola fikir masyarakat sangat menentukan berhasil dan tidaknya sebuah

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, dan unsur inilah yang menjadi

faktor penghambat dalam pengembangan e-government di Pemerintah

Daerah Kabupaten Merauke. Mindset masyarakat yang masih

menganggap bahwa sistem elektronik ini berbelit-belit mengakibatkan

mereka lebih nyaman menggunakan sistem manual. Sehingga sosialisasi

perlu dilakukan lebih intensif oleh pemerintah kepada masyarakat.

d. Value

Dalam aspek value atau pemanfaatan dari beberapa hasil penerapan yang

telah dilaksanakan masih menjadi kendala tentang bagaimana pelayanan

berbasis e-government di Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil di

terapkan. Sebuah pelayanan berbasis teknologi yang yang memanfaatkan

sebuah website sebagai satu-satunya infrastruktur yang beroperasi masih

belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Fungsi paling penting dari sebuah

website adalah memberikan informasi-informasi penting terkait

kebutuhan administrasi masyarakat juga menyediakan layanan interaksi

mengenai kendala masyarakat. Namun kurang nya informasi yang

disediakan dan sulitnya berinteraksi lewat layanan yang disediakan

menandakan bahwa website tersebut kurang siap untuk dimanfaatkan dan

digunakan masyarakat, sementara di lain sisi website tersebut sudah

beroperasi selama 3 tahun.


81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Implementasi sistem pelayanan publik Berbasis e-government di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang belum berjalan dengan baik.

Suport pemerintah dengan menyediakan dasar hukum e-government sadalah hal

yang baik namun sosialisasi yang dilakukan belum konsisten dan tidak efektif.

Dari segi elemen capacity, sumber daya manusia yang dimiliki saat ini sudah

cukup memadai namun sumber daya finansial yang dimiliki masih kurang

memadai sehingga sangat berpengaruh besar terhadap pengembangan kualitas

Infrastruktur yang dimiliki, sehingga Infrastruktur tidak bisa dimanfaatkan dengan

baik. Begitu juga dari aspek Value, Penyediaan website sebagai satu-satunya

fasilitas yang disediakan sudah dirasakan manfaatnya oleh pemerintah karena

mempermudah mereka memberikan informasi. Namun karena infromasi yang

disediakna kurang lengkap, masyarakat merasa bahwa fasilitas yang disediakan

masih kurang bermanfaat. Keinginan masyarakat dalam mengakses informasi

yang masih sangat rendah serta budaya lokal masyarakat yang lebih senang

terhadap pelayanan berbasis manual.

Faktor Kendala Penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan

Pencatatn sipil cukup kompleks. Sumber daya infrastruktur yang belum memadai

yang disebabkan oleh Kurangnya anggaran. Kurangnya Sosialisasi pelayanan

berbasis e-government yang dilakukan kepada masyarakat menyebabkan

82
rendahnya kesadaran masyarakat memanfaatkan fasilitas e-government yang

disediakan. Serta ketidakmampuan dalam memanfaatkan fungsi website sebagai

satu-satunya fasilitas e-Government yang saat ini beroperasi di Dinas

Kependudukan dan pencatatan sipil Kota Kupang.

83
5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah disimpulkan maka saran yang dapat penulis

sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Website yang di ciptakan sebagai alat yang dihasilkan dari penerapan

sistem e-government jangan hanya sebatas formalitas belaka. Karena bila

kemampuan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang

masih hanya sebatas penyediaan website, setidaknya produk tersebut dapat

dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Lengkapi Informasi-informasi yang

kurang serta perbaiki fitur-fitur yang disediakan agar website tersebut

tidak hanya bermanfaat bagi pemerintah namun juga bermanfaat bagi

masyarakat.

2. Bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kupang diharapkan

memberikan perhatian khusus terkait Rencana anggaran yang memadai

karena percuma segala inisiatif pengembangan infrastruktur dilakukan bila

tidak didukung oleh sumber finansial yang memadai.

3. Manfaatkan momentum pandemi covid-19 ini sebagai momentum

memperkenalkan sistem pelayanan berbasis teknologi kepada masyarakat

karena bagaimana pun dampak pandemi Covid-19 terhadap budaya atau

kebiasaan masyarakat sangat berpengaruh khusunya terkait pemanfaatan

teknologi.

84
DAFTAR PUSTAKA
Buku

Sulistiyani Teguh Ambar, Suharyanto dan Nursam. 2019. Pelayanan

Kependudukan Berbasisis e-Government di Desa Triharjo, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Direktoral Jendral Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPPMD) Kementrian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Republik Indonesia.

Sapri, Ahmad dan Hardianti. 2020. PelayananPublik ( Implementasi dan

aktualisasi). Edisi pertama. Cetakan pertama. Media Pasuruan Jawa Timur:

Penerbit Qiara

Kamrudin,Jamaluddin,Mustanir. 2019. Startegi dalam Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik. (Dimensi,Konsep,Idikator dan Implementasinya)

Cetakan Pertama . Penerbit Qiara media

Sumaryadi, I N. (2005). Efektifitas impl ementasi Kebijakan Otonomi Daerah.

Jakarta : Citra Utama

Harsono , H (2002). Implementasi kebijakan dan Politik . Bandung : PT mutiara

Sumber Widaya

Indrajit, Ricardus Eko. 2004. E-Government (Strategi Pembangunan Dan

Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.

Yogyakarta : Penerbit Andi

Maleong, J Luxy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT Remaja Rosda

Sugiyono . 2018. Metode Penelitian Manajemen. Bandung : Alfabeta


85
I Nyoman Sumaryadi.2005. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah

.. Jakarta : Citra Utama

Mahmudi 2010. Manajemen Kinerja Sector Publik. Edisi kedua, Yogyakarta :

UPP STIM YKPN

Nugroho Eko. 2008. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta : Andi

Habermas, J. 2010. Ruang Publik, sebuah kajian tentang kategori masyarakat

borjuis . (terj). Bantul : Kreasi Wacana

Haryadi.2011.Evaluasi Implementasi Program Pemberdayaan


masyarakat.Yogyakarta: PPSK
Bungin Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: akencana prenedeta media
group
Pasalong, Harbani.2010. Teori admisitrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Jurnal
Yuningsih, Tri (2004). “Dasar-dasar Pelayanan instansi Pemerintah Menuju
Pelayanan Prima”. “Dialogue” JIAKP.Vol.1,No.1.(januari)
Andri Irawan (2018). “Sistem Pelayanan Publik Berbasis E-government Pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Merakue”.Jurnal Unmus,Volume 7 No 01
Tahun 2018,20-37
Vani Wirawan (2020). “Penerapan E-Government dalam Menyongsong Era
Revolusi Industri 4.0 Kontenporer di Indonesia”. Jurnal Penegakan
Hukum Dan Keadilan, Vol. 1 No. 1, Maret 2020

Undang-undang
Instruksi Peresiden Nomor 3 Tahun 2003. Tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-government.

86
Instruksi Presiden No 6 Tahun 2001.Tentang Telekomunikasi Media,dan

Informatika

Keptusan Mentri Pendaya gunaan Aparatur Negara (MENPAN) No 63 Tahun


2003 tentang pedoman Umum penyelenggaraan Pelayanan Publik
Undang-undang Republik Indonesia No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 26 Ayat 3 Tentang Warga Negara Dan
pendudukan
Internet/Online
KEMENKES. Pengertian dan Gejala COVID 19.
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html
Prudential. Informasi Seputar Pandemi COVID-19.
https://www.prudential.co.id/id/search-result/?keyword=Covid&catas=

1&path=Ly5jb250ZW50L3BydS1oZWFkZXItYW5kLW5hdmlnYXRpb24

vYWRtaW4tcHJ1LWhlYWRlci1hbmQtbmF2aWdhdGlvbi0wMDAwMC54

bWw%3D

Home website Metro. Pengertian Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil.

https://info.metrokota.go.id/dinas-kependudukan-dan-catatan-sipil/

SIPP KEMENPAN RB. Peraturan Kependudukan

https://sipp.menpan.go.id/hubungi-kami

(Diakses pada tanggal 10 mei 2021)

87
LAMPIRAN

Lampiran 01. Dokumentasi Wawancara Kepala Bidang Pengelolahan Informasi


Administrasi Kependudukan Kota kupang

Keterangan : Saat sedang mewawancarai Bapak Imanuel P. Temaluru,S.STP,

M.,Si selaku Kepala Bidang Pengelolahan informasi Administrasi Kependudukan

Kota kupang

88
Keterangan : Saat sedang mewawancarai Bapak Mario Natonius warga
Kecamatan Sikumana.

Keterangan: Saat sedang mewawancarai Saudara Marianus warga Kecamatan


Sikumana.

89
Keterangan: Saat sedang mewawancarai Ibu Muji Nubatonis warga Baumata

Keterangan: Saat sedang mewawancarai Bapak Kaludius liunima warga kelurahan


maulafa

90
Keterangan: Saat setelah seselesai mewawancarai Bapak leksi ninef warga
kecamatan kelapa lima.

Keterangan: Saat sedang mewawancarai Bapak Arianto Apung warga kecamatan


kelapa lima.
91
Keterangan: Saat setelah seselesai mewawancarai Saudara Apolinaris warga
kelurahan Pasir Panjang

Lampiran 02. Saat sedang mengambil data penelitian di Kantor Dinas


Kependudukan dan Pencatatan sipil Kota Kupang

92
Lampiran 03 : Kondisi Pelayanan di Dinas kependudukan dan Pencatatan sipil
Kota Kupang pada Tanggal 19 Juli 2021

93
94

Anda mungkin juga menyukai