Problematika Bahasa Indonesia Kekinian S 19c00e47
Problematika Bahasa Indonesia Kekinian S 19c00e47
2, Juli--Desember 2016:63--84
Akmaluddin
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
Jalan Pendidikan Nomor 35 Mataram
akmalwiya@gmail.com
Abstract
Indonesian language has special functions among the Indonesian nation and national life that
are Bahasa Indonesia as a national and nation language. On the basis of that functions,
Indonesia language is used in official documents in some countries. The language forms shall be
used in making official documents are the standardized Indonesia language. As a national
language, Indonesian language is used by any levels of community in Indonesia. However, the
both functions are not well applied, therefore it creates some Indonesia language problems.
Some problems meant are the mistakes in using Indonesian language, either spoken or written.
The problems discussed in this research are (1) some of nowadays Indonesian language
problems and their solutions, (2) Factors causing the use of Indonesian language in a variety of
life usages. The data are collected through observation and documentation. The data are then
analyzed by using inductive data analysis. The results of the analysis show that (1) Indonesia
language nowadays has some problems in some linguistics features. (2) The mistakes in using
Indonesian language are caused by some factors.
Key words: Indonesia Indonesian language problems, language mistakes, written forms
Abstrak
Bahasa Indonesia memiliki fungsi yang istimewa di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia yang ditandai dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa
nasional. Atas dasar fungsi tersebut, bahasa Indonesia digunakan dalam penyusunan naskah-
naskah kedinasan di berbagai lembaga negara. Ragam bahasa Indonesia yang seharusnya
digunakan dalam penyusunan naskah dinas adalah bahasa Indonesia standar. Sebagai bahasa
nasional bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Namun,
kedua fungsi ini belum sepenuhnya terlaksana sehingga menimbulkan problematika bagi bahasa
Indonesia. Problematika yang terjadi pada bahasa Indonesia ditandai dengan adanya kesalahan
berbahasa khususnya bahasa tulisan. Permasalahan yang dibahas dalam artikel ini adalah (1)
berbagai problematika bahasa Indonesia kekinian dan solusinya, (2) faktor penyebab kesalahan
berbahasa Indonesia pada berbagai bidang kehidupan. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik
analisis data induktif (inductive data analysis). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) bahasa
Indonesia khususnya ragam tulisan setakat ini mengalami berbagai problematika pada beberapa
tataran linguistik, (2) kesalahan berbahasa Indonesia ragam tulisan disebabkan oleh berbagai
faktor.
63
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
64
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
65
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
66
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
kesadaran penutur bahasa itu sendiri. penggunaan tanda baca (KBBI, 2008).
Kesalahan berbahasa dalam berbagai Berdasarkan makna kamus di atas, dapat
bidang dan dalam berbagai situasi ditarik simpulan bahwa ejaan bahasa
sepatutnya tidak dibiarkan berlarut-larut. Indonesia yang disempurnakan adalah
Artinya, kesalahan berbahasa tersebut seperangkat kaidah yang mengatur
perlu diperbaiki. Problematika bahasa penggunaan bahasa Indonesia yang baku
Indonesia dalam tataran sintaksis dapat dalam bahasa tulis maupun bahasa lisan.
berupa frasa, klausa, dan kalimat. Bahasa Indonesia memiliki sejarah
Semantik adalah suatu istilah pembakuan ejaan selama dua kali
yang digunakan untuk bidang linguistik sehingga ditetapkannya penggunaan
yang mempelajari hubungan antara Ejaan Bahasa Indonesia Yang
tanda-tanda linguistik dengan hal-hal Disempurnakan (Chaer, 2007).
yang ditandainya (Chaer, 2002). Problematika bahasa Indonesia dalam
Kesalahan berbahasa dalam bidang tataran penerapan EYD pada ragam
semantik ditandai oleh beberapa hal tulisan terdiri atas beberapa hal yaitu:
sebagaimana yang disebutkan (Tarigan pemakaian huruf, penulisan kata,
dan Sulistyaningsih, 1998). Indikator- pemakaian tanda baca, dan penulisan
indikator tersebut yaitu: tidak dapat unsur serapan (Haimun, 2014).
menjelaskan makna yang dimaksud 2.2 Analisis Kesalahan Berbahasa
pembicara atau penulis, tidak dapat Analisis dapat didefinisikan
menggunakan kata-kata dalam kalimat sebagai penyelidikan terhadap suatu
sesuai dengan makna dan fungsinya, peristiwa yang dapat berupa karangan
tidak dapat menyebutkan sinonim dan atau perbuatan untuk mengetahui
antonim kata yang memang pasangannya keadaan yang sebenarnya (KBBI, 2008).
(Tarigan dan Sulistyaningsih, 1998). Definisi di atas mengandung makna
Selain dalam beberapa aspek bahwa dalam proses melakukan analisis
kebahasaan di atas, problematika terdapat aktivitas penyelidikan dengan
berbahasa juga berpotensi terjadi dalam maksud mengetahui keadaan
hal penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia sebenarnya. Aktivitas penyelidikan ini
Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tentunya dilengkapi dengan tahapan-
adalah kaidah cara menggambarkan tahapan kerja yang prosedural yaitu:
bunyi dalam bentuk tulisan (huruf) serta pertama, mengklasifikasikan kesalahan
67
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
68
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
69
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
4. Pembahasan
4.1 Problematika Bahasa Indonesia
dalam Berbagai Tataran
4.1.1 Problematika Bahasa fonem, (b) penghilangan fonem, dan (c)
Indonesia dalam Tataran penambahan fonem (Setyawati, 2010).
Fonologi Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan
Sebagaimana telah dijelaskan adanya kesalahan fonologi dalam ragam
pada bagian sebelumnya, bahwa tulisan yang ditulis dalam bentuk
problematika bahasa Indonesia dalam spanduk pengumuman jual beli tanah di
tataran fonologi meliputi: (a) perubahan sebuah lokasi.
70
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
71
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
dan imbuhan yang dimaksud adalah per- Indonesia ragam tulisan pada tataran
kan. Kata bank dalam KBBI berarti fonologi, kata-kata tersebut dapat
lembaga keuangan yang usaha pokoknya diperbaiki menjadi bentuk berikut:
memberikan pinjaman (kredit) dan jasa masjid, moral, nasihat, khotbah, teknik,
dalam pembayaran dan peredaran uang. subjektif, produktivitas, zaman, kualitas,
Sedangkan kata perbankkan berarti hal utang, silakan, Jumat, doa, dan sah.
atau segala sesuatu mengenai bank. 4.1.2 Problematika Bahasa
Sementara itu, kata ban dalam KBBI Indonesia dalam Tataran
berarti lingkar dari karet yang dipasang Morfologi
melingkar pada roda (sepeda, mobil, Kesalahan berbahasa ragam
dsb) sedangkan kata perbankan berarti tulisan dalam tataran morfologi yang
hal atau segala sesuatu mengenai ban. penulis temukan adalah kesalahan dalam
Tentunya maksud yang ingin penempatan afiks yang tidak tepat pada
disampaikan oleh pengelola pendidikan gabungan kata. Sebagaimana dijelaskan
dalam jadwal di atas adalah perbankkan oleh Setyawati (2010:) kesalahan
berarti hal atau segala sesuatu mengenai berbahasa pada tataran morfologi
bank. Dengan demikian, kesalahan meliputi: (a) penghilangan afiks, (b)
ragam bahasa tulisan pada jadwal di atas bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak
dapat diperbaiki menjadi JADWAL diluluhkan, (c) penggantian morf, (d)
KULIAH PERBANKKAN SYARIAH. pemakaian afiks yang tidak tepat, (e)
Beberapa contoh lain kesalahan penempatan afiks yang tidak tepat pada
dalam tataran fonologi yang dicontohkan gabungan kata, (f) pengulangan kata
Setyawati dan sering dijumpai dalam majemuk yang tidak tepat. Gambar 3 di
penggunaan bahasa Indonesia ragam bawah ini merupakan salah satu bentuk
lisan misalnya: mesjid, moril, nasehat, kesalahan berbahasa ragam tulisan pada
khutbah, tehnik, subyektif, produktifitas, tataran morfologi karena pemakaian
jaman, kwalitas, hutang, silahkan, afiks yang tidak tepat, (e) penempatan
Jum’at, do’a, syah dan lain-lain. Untuk afiks yang tidak tepat pada gabungan
menghindari kesalahan berbahasa kata.
72
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
73
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
74
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
75
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
dilihat penulisan preposisi di yang tidak predikat pada kalimat tersebut harus
tepat. ditambahkan afiks di di depan kata jual.
Kesalahan lain yang termasuk Singkatnya, agar kalimat pada papan
dalam tataran sintaksis yang terdapat informasi pada gambar 5 tersebut
pada gambar 5 di atas adalah tidak menjadi kalimat efektif, harus diubah
adanya fungsi subjek dan predikat dalam menjadi di sini dijual aspal pertamina.
kalimat yang tertulis pada papan Selain berkaitan dengan
informasi di atas. Sejalan dengan teori ketidaklengkapan unsur kalimat,
bahwa kalimat yang efektif itu kesalahan dalam tataran sintaksis lainnya
seharusnya paling sedikit terdiri atas berkaitan dengan susunan kata yang
subjek dan predikat kecuali kalimat tidak tepat. Gambar di bawah ini
perintah atau ujaran yang merupakan menunjukkan adanya kesalahan
jawaban pertanyaan. Biasanya kalimat berbahasa ragam tulisan dalam tataran
yang subjeknya tidak jelas kalimat sintaksis karena ketidaktepatan susunan
tersebut adalah kalimat yang rancu. kata sebagai komposisi kalimat yang
Untuk memunculkan fungsi subjek dan dibuat.
76
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
77
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
78
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
79
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
80
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
bentuk mall. Sejalan dengan teori yang bhakti, elit, filem, gubenur, hirarki,
dikemukakan pakar di atas bahwa ihlas, Jum’at, khutbah, lokalisir, madia,
seharusnya, kosakata yang diserap non aktif, oase, paskasarjana/pasca
dengan cara adopsi kosakata tersebut sarjana, Qur’an, Ramadhan/Romadlon,
tidak perlu mengalami perubahan apa varitas, waqaf, juridis, jaman. Untuk
pun. Dengan demikian, bentuk Mataram memperbaiki bentuk-bentuk serapan
Mall pada gambar 8a di atas tidak sesuai tersebut harus diganti dengan bentuk
dengan kaidah penulisan unsur serapan. sebagai berikut: aktivitas, analisis, bus,
Perbaikan kesalahan penulisan unsur cenderamata, darmabakti, elite, film,
serapan pada gambar 8a dapat dilakukan gubernur, hierarki, ikhlas, Jumat,
dengan mengubah bentuk menjadi Mal khotbah, lokalisasi, madya, nonaktif,
Mataram. oasis, pascasarjana,, Quran, Ramadan,
Berbeda halnya dengan gambar varietas, wakaf, yuridis, zaman.
8a, pada gambar 8b terdapat papan nama 4.2 Faktor-Faktor Penyebab
usaha fotokopi yang bertuliskan Kesalahan Berbahasa Ragam
fotocopy. Bentuk fotokopi merupakan Tulisan
unsur serapan bahasa asing yang diserap Berdasarkan penjelasan di atas,
dengan cara adaptasi dari kata pada penelitian ini dapat diidentifikasi
photocopy. Dengan demikian, bentuk beberapa faktor penyebab kesalahan
serapan yang tertulis pada papan nama berbahasa khususnya ragam tulisan pada
usaha tersebut tidak sesuai dengan berbagai tataran linguistik. Hal ini
kaidah penulisan unsur serapan. Untuk sebagaimana disebutkan pula oleh
memperbaiki bentuk serapan tersebut, Akmaluddin (2014) dalam penelitian
harus diganti dengan bentuk yang telah sebelumnya. Faktor-faktor yang
diadaptasikan dengan kaidah bahasa dimaksud sebagai berikut.
Indonesia yaitu fotokopi. Beberapa 1) Minimnya Pengetahuan Mayarakat
bentuk penulisan unsur serapan yang tentang tata bahasa Indonesia yang
tidak sesuai dengan kaidah bahasa Sesuai dengan EYD
Indonesia namun sering kita jumpai Kesalahan berbahasa ragam
sebagaimana disebutkan Sabariyanto terjadi karena kurangnya pengetahuan
(2001) adalah: aktifitas, analisa, masyarakat tentang kaidah bahasa
bis/bas/bes, cendera mata, dharma Indonesia yang baik dan benar.
81
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
Terutama dalam hal penulisan atau 2) Asumsi yang Keliru terhadap Bahasa
penggunaan unsur-unsur serapan. Data Indonesia
yang didapatkan peneliti dalam artikel Selain karena minimnya teori
ini adalah sebagian kecil dari gambaran ketatabahasaan, faktor penyebab
penggunaa bahasa Indonesia ragam kesalahan berbahasa Indonesia ragam
tulisan oleh pengguna bahasa Indonesia. tulisan adalah asumsi yang keliru
Jika mengacu pada hasil penelitian terhadap bahasa Indonesia. Asumsi yang
Akmaluddin (2014) akan ditemukan keliru ini menyebabkan sikap bahasa
simpulan bahwa kesalahan bahasa yang negatif pada pengguna bahasa
tulisan yang ditemukan pada dokumen Indonesia. Sikap negatif ini ditandai
dinas tersebut sebanyak 185 yang terdiri dengan lebih memilih menggunakan
atas kesalahan dalam bidang EYD kosakata dan struktur bahasa asing
sebanyak 145, kesalahan dalam bidang daripada bahasa Indonesia. Beberapa
morfologi sebanyak 7, kesalahan dalam contoh di atas seperti: zakia mebel,
bidang sintaksis sebanyak 14, dan fotocopy, Mataram Mall adalah
kesalahan dalam bidang semantik penggunaan struktur bahasa asing. Data
sebanyak 19. Kesalahan berbahasa ini pun adalah sebagian kecil dari
dalam bidang EYD terdiri atas penggunaan bahasa Indonesia karena
penggunaan huruf kapital sebanyak 26 tidak semua data bisa terdokumentasi
kesalahan, penggunaan tanda titik peneliti.
sebanyak 34 kesalahan, penggunaan
tanda titik koma sebanyak 12 kesalahan, 5 Penutup
penggunaan cetak miring sebanyak 10 Problematika bahasa Indonesia
kesalahan, dan penulisan kata sebanyak yang ditandai dengan kesalahan
82 kesalahan. Selain adanya kesalahan berbahasa khususnya ragam tulisan
berbahasa tulisan dalam dokumen dinas terjadi pada berbagai tataran linguistik
tersebut, juga terdapat kesilapan yang sebagaimana simpulan berikut.
terdiri atas 4 kata. Semua kesalahan ini 1) Kesalahan berbahasa ragam tulisan
hanya di lingkup Sekda Pemkot pada tataran fonologi, misalnya
Mataram belum lagi kesalahan penggunaan bentuk tampa dan
berbahasa ragam tulisan di lembaga lain. perbankan.
82
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
83
Mabasan, Vol. 10, No. 2, Juli--Desember 2016:63--84
84