Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA, EJAAN YANG


DISEMPURNAKAN, DAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN
BENAR”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. Ni Made Dewi Andayani (0419010103)

2. Dimas Pratama (1919010110)

3. I Gusti Komang Indradana (1919010116)

4. Ni Luh Made Maura Agustina (1919010122)

5. I Gusti Ayu Komang Diah Rahmadewi (1919010130)

6. Dony Wira Permana (1919010136)

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TABANAN

TABANAN

2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya lah makalah yang berjudul “Kedudukan dan Fungsi
bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan, dan Bahasa Indonesia yang Baik
dan Benar” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari banyak pihak yang


telah membantu. Oleh karena itu tidak lupa diucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ni Made Cahyani Yuli Sapytri, S.Pd. M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa kelompok 1 kelas 1D jurusan Ekonomi
Pembangunan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka sekiranya dapat


dimaklumi apabila nantinya didalam makalah ini banyak terdapat kekurangan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan apabila banyak kesalahan dalam


penulisan ini penulis mohon maaf.

Om Santih, Santih, Santih Om.

Kediri, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

1.4 MANFAAT

BAB II PEMBAHASAN

2.1 KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA


2.2 FUNGSI BAHASA INDONESIA
2.3 EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
2.4 BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

BAB III PENUTUP

1.1 SIMPULAN
1.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terdiri dari berbagai pulau, suku, budaya dan ras yang berbeda-beda.
Setiap daerah di Indonesia memiliki bahasa daerah masing-masing. Adanya Bahasa
Indonesia sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial masyarakat yang dimana Bahasa
Indonesia menjadi bahasa pemersatu bangsa. Bahasa memiliki peran penting dalam
kehidupan, karena digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung dan secara tidak
langsung. Pada saat ini banyak masyarakat yang tidak mengetahui bagaimana bahasa
yang baik dan benar serta fungsi bahasa. Maka dari itu pada zaman era globalisasi ini
masyarakat dituntut secara aktif untuk memahami informasi dari kehidupan sosial secara
baik dan benar. Selain itu bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi dan
berita baik secara tertulis maupun langsung yang dapat disampaikan secara baik dan
benar sehingga masyarakat dapat mengetahui fungsi dan kedudukan bahasa sehingga
diharapkan agar masyarakat menggunakan bahasa dalam menyampaikan sesuatu secara
baik dan benar sesuai dengan aturan penggunaan tata bahasa Indonesia.
“Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri”
― Pramoedya Ananta Toer
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana kedudukan Bahasa Indonesia?
1.2.2 Apakah fungsi Bahasa Indonesia?
1.2.3 Apa yang dimaksud Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan?
1.2.4 Bagaimana Bahasa Indonesia yang baik dan benar?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui kedudukan Bahasa Indonesia.
1.3.2 Untuk mengetahui fungsi Bahasa Indonesia.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
1.3.4 Untuk mengetahui Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu dapat mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia didalam masyarakat sosial selain itu dapat mengetahui ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan dan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga nantinya dapat
diterapkan dalam kehidupan dimasyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Kedudukan Bahasa Indonesia.


Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan,
bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa
Indonesia itu mempunyai fungsi masingmasing seperti berikut.
1. Dalam kedudukan sebagai bahasa persatuan,
Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku,
agama, rasa dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari
Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan)
sudah dicanangkan dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928.
2. Dalam kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
a. Lambang kebanggaan nasional;
b. Lambang identitas nasional;
c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar
belakang sosial budaya dan bahasanya; dan
d. Alat perhubungan anatarbudaya dan antardaerah.
3. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi
a. Bahasa resmi kenegaraan;
b. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan;
c. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah; dan
d. Bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
4. Bahasa Baku
Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan
dalam pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi
sebagai berikut:
a. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,
b. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
c. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
d. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
2.2 Fungsi Bahasa Indonesia.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Terdapat tiga fungsi
utama bahasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1. Sebagai Alat Komunikasi
Bahasa merupakan kata-kata yang memiliki makna. Setiap kata
memiliki makna dan hubungan abstrak dengan suatu konsep atau objek
yang diwakilinya. Melalui bahasa, setiap individu dapat melakukan
komunikasi dua arah yang dapat dimengerti oleh masing-masing
individu.

2. Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

Bahasa berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa karena


penggunaannya sebagai alat untuk berkomunikasi. Setiap warga suatu
bangsa dapat menyampaikan pemikirannya dengan menggunakan
bahasa yang bisa dimengerti. Komunikasi masyarakat dengan
menggunakan bahasa yang sama dan dapat dimengerti satu sama lain
akan mempersatukan bangsa menjadi lebih kuat.

3. Sebagai Identitas Suatu Suku atau Bangsa

Setiap bangsa atau suku pasti memiliki bahasa yang berbeda-beda, hal
ini bias menjadikan bahasa sebagai identitas dan keunikan tersendiri
bagi suatu bangsa atau suku.

2.3 Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.

Badudu (1928: 31) menyatakan “Ejaan adalah pelambangan fonem


dengan huruf. Dalam sistem ejaan suatu bahasa ditetapkan bagaimana
fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang-lambang fonem
itu dinamakan huruf. Susunan sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut
abjad”. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami
perubahan sistem ejaan, yaitu:

1. Ejaan Van Ophuysen

Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal
tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa
Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.

2. Ejaan Soewandi/ Ejaan Republik

Ejaan Republik berlaku sejak 17 Maret 1947 menggantikan ejaan


pertama yang dimiliki bahasa Indonesia saat itu. Ejaan ini
merupakan upaya pemerintah untuk mengganti ejaan Van
Ophuysen yang disusun oleh orang Belanda dan merupakan ejaan
resmi pertama yang disusun oleh orang Indonesia. Soewandi
merupakan seorang menteri yang menjabat sebgai menteri
Pendidikan dan kebudayaan.

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang.


Ejaan ini merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di
Indonesia. Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan
diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan
Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972
tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan”. Dengan diberlakukannya EYD, ketertiban dan
keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan
dapat terwujud dengan baik.

A. Pemakaian Huruf.

a. Huruf abjad. Ada 26 yang masing-masing memiliki jenis huruf


besar dan kecil.
b. Huruf vokal. Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat
digunakan pada huruf e jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
c. Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v,
w, x, y, dan z.
1. Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata.
2. Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.
3. Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan
keperluan ilmu.
d. Huruf diftong. Ada 3: ai, au, dan oi.
e. Gabungan huruf konsonan. Ada 4: kh, ng, ny, dan sy.
f. Huruf capital.
1) Huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya: Dia mengantuk.
2) Huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Adik bertanya, Kapan kita pulang?”
3) Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya: Yang Mahakuasa, Alkitab, Quran, Weda.
4) Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Sultan
Hasanudin, Nabi Ibrahim.
(Tidak dipakai jika tidak diikuti nama oran seperti: Dia baru
saja diangkat menjadi sultan)
5) Huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang,
instansi, atau tempat yang digunakan sebagai pengganti nama
orang. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Gubernur
Bali, Perdana Menteri Nehru.
(Tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang, instansi, atau
tempat seperti : Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?)
huruf pertama nama jabatan atau instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya.
6) Huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Dewi
Sartika, Halim Perdana Kusuma.
(tidak dipakai pada de, van, der, von, da, bin, atau binti)
huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran
(tidak dipakai untuk nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran seperti: mesin diesel, 10 volt)
7) Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
(tidak dipakai untuk nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan seperti:
keinggris-inggrisan)
8) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan unsur-
unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijrah, bulan
Agustus, hari Jumat, hari Galungan, Proklamasi
Kemerdekaan.
(tidak dipakai untuk peristiwa sejarah yang tidak digunakan
sebagai nama seperti: Sukarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsanya.)
9) Huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi dan unsur-
unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya: Asia Tenggara, Danau Toba, Selat Bali, Gunung
Agung.
(tidak dipakai untuk unsur geografi yang tidak diikuti oleh
nama diri geografi dan nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis seperti; berlayar ke teluk,
menyebrangi selat, gula jawa, pisang ambon)
nama diri atau nama diri geografi jika kata yang
mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya
10) Huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya: Republik Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
(tidak dipakai untuk kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi)
11) Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia.
12) Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan
makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Bacalah
majalah Bahasa dan Sastra.
13) Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr. , S.E.
, S.H.
14) Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang digunakan
dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Adik bertanya,
Itu apa Bu?”
(tidak dipakai jika tidak digunakan dalam pengacuan atau
penyapaan)
15) Huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya: Sudahkah Anda tahu?
16) Huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan
misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti
oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
g. Huruf Miring.
1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam tulisan. Misalnya: Majalah Bahasa dan Kesusastraan.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,
atau kelompok kata. Misalnya: Dia bukan menipu, tetapi
ditipu.
3. Menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana. (Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau
kata yang akan dicetak miring digarisbawahi).

h. Huruf Tebal.
2. Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel,
daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
3. Tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu
digunakan huruf miring.
4. Menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan
lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam cetakan
kamus.

B. Penulisan Kata.
1) Kata Dasar, kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan. Misalnya: Buku itu sangat tebal.
2) Kata Turunan.
a) Ditulis serangkai dengan kata
dasarnya: dikelola, permainan
b) Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata
ditulis terpisah jika hanya mendapat awalan atau
akhiran: bertanggung jawab, garis bawahi
c) Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika
mendapat awalan dan akhiran
sekaligus: pertanggungjawaban
d) Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi: adipati, narapidana
e) Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata
yang huruf awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia
f) Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan
diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata
dasar: maha esa, maha pengasih

3) Bentuk Ulang. Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-


anak, sayur-mayur
4) Gabungan Kata.
a) Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing hitam
b) Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan untuk
mencegah kesalahan pengertian: alat pandang-
dengar, anak-istri saya
c) Ditulis serangkai untuk 47
pengecualian: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alham
dulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,
bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada
, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, huluba
lang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilomete
r, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahrag
a, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radi
oaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana,
sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, suka
rela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.
5) Suku Kata – Pemenggalan kata.
1. Kata dasar
a. Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong
tidak pernah diceraikan): ma-in.
b. Sebelum huruf konsonan yang diapit dua vokal di tengah
kata: ba-pak.
c. Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata:
man-di.
d. Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga
konsonan yang berurutan di tengah kata: ul-tra.
2. Kata berimbuhan: Sesudah awalan atau sebelum akhiran:
me-rasa-kan.
3. Gabungan kata: Di antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi.

6) Kata depan. di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya,
kecuali daripada, kepada, kesampingkan, keluar, kemari, terke
muka.
7) Partikel
a) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya: betulkah, bacalah
b) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya: apa pun, satu kali pun
c) Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya
untuk adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpu
n, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, s
ungguhpun, walaupun
8) Singkatan dan akronim
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau
pangkat diikuti dengan tanda titik: A.S.
Kramawijaya, M.B.A.
2. Singkatan nama resmi shshshs pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda
titik: DPR, SMA
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik: dst., hlm.
4. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda
titik pada setiap huruf: a.n., s.d.
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik: cm, Cu
6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital: ABRI, PASI
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
dengan huruf awal huruf kapital: Akabri, Iwapi
8. Akronim yang bukan namahshsjxnajanxua diri yang
berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil: pemilu, tilang.
9) Angka dan lambang bilangan. Angka dipakai untuk
menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya
ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.
1. Fungsi
a. menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii)
satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,
b. melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat,
c. menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,
2. Penulisan
a. Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf.
Misalnya: dua belas (12), setengah (1/2).
b. Lambang bilangan tingkat. Misalnya: abad XX; abad
ke – 20.
c. Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an.
d. Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama sampai
tiga kali.
e. Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang
tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas
orang tewas dalam kecelakaan.
f. Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi
bilangan utuh yang besar. Misalnya: Perusahaan itu
baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
g. Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus
dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti
akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai
dua puluh orang pegawai.
h. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar Rp. 999,75 ( sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh lima per seratus
rupiah).

10) Kata Ganti.


a. Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya: kusapa, kauberi
b. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya: bukuku, miliknya.
11) Kata Sandang
si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: sang
Kancil, si pengirim.
C. Pemakaian Tanda Baca.
1. Tanda Titik.
a. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ibuku tinggal di Bali.
b. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar (tidak dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu
deretan). Misalnya: 1. Patokan Umum
c. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20
(pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka. Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltervreden: Balai Poestaka.
e. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
seperti Desa itu berpenduduk 24.200 orang. (tidak dipakai jika
tidak menunjukkan jumlah seperti Ia lahir pada tahun 1956 di
Bandung.)
f. Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara
kunjungan Adam Malik
g. Tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya: Yth. Sdr. Moh Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
2. Tanda Koma.
a. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya: Saya ingin dating, tetapi hari hujan.
c. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan,
saya tidak akan datang. (tidak dipakai jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya seperti: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.)
d. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena
itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya: …Oleh
karena itu, kata harus berhati-hati.
e. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu?
f. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Misalnya: Kata Ibu, “Saya gembira sekali”. (tidak dipakai
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru)
g. Dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1,
Bogor.
h. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Rakyat.
i. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Karang-
Mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967)
j. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya: Ny. Khadijah, M.A.
k. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m
l. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
m. Dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
untuk menghindari salah baca. Misalnya: Atas bantuan Agus, Karyadi
mengucapkan terima kasih.

3. Tanda Titik Koma.


a. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara
b. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.

4. Tanda Titik Dua.


a. Dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian
itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan)
b. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
c. Dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan
d. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.

5. Tanda Hubung.

1. Dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah


oleh penggantian baris (Suku kata yang berupa satu vokal tidak
ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris)
2. Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat
satu huruf saja pada pangkal baris)
3. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang
4. Dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal
5. Dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata
atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata
6. Dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka
dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau
kata, dan (v) nama jabatan rangkap
7. Dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing

6. Tanda pisah

1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang


memberi penjelasan di luar bangun kalimat
2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke'
atau 'sampai dengan'
4. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda
hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya

7. Tanda tanya

1. Dipakai pada akhir kalimat tanya


2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya

8. Tanda seru

1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan


atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat
9. Tanda elipsis

1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus


2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan
3. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan
teks dan satu untuk menandai akhir kalimat

10. Tanda petik

1. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan


naskah atau bahan tertulis lain
2. Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat
3. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri
petikan langsung.
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat
6. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda
petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris

11. Tanda petik tunggal

1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain


2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing

12. Tanda kurung

1. Mengapit keterangan atau penjelasan


2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan
3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan
4. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan

13. Tanda kurung siku

1. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau


tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli
2. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung

14. Tanda garis miring

1. Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan


penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
2. Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap

15. Tanda penyingkat

2. Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

D. Penulisan Unsur Serapan.


1). Perubahan: Huruf kapital (I F)

a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama


seperti de, van, der, von, atau da.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata bin dan
binti (pada beberapa nama tertentu).
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti
keterangan, catatan, dan misalnya

2). Tambahan: Huruf tebal (I H)


2.4 Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Bahasa Indonesia yang Baik.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku.
Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti diwarung kopi,
di pasar, di tempat arisan dan di lapangan sepak bola hendaknya
digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak
terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi, seperti dalam
kuliah, dalam seminar, dalam siding DPR, dan dalam pidato
kenegaraan hendaknya digunakan bahasa Indonesia yang resmi,
yang selalu memperrhatikan norma bahasa.
 Bahasa Indonesia yang Benar.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan kaidar atau aturan bahasa Indonesia
yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan,
kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah
penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika ejaan
digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata diperhatikan
dengan saksama, dan penataan penalaran ditaati dengan konsisten,
pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika
kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaat, pemakaian bahasa tersebut
dianggap tidak baik.
 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa
Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan
yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
berlaku. Pemakaian lafal daerah, seperti lafal Jawa, Sunda, Bali,
dan Batak dalam berbahasa Indonesia pada situasi resmi sebaiknya
dikurangi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai kedudukan dan


fungsi yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Dimana kedudukannya sebagai
lambang kebanggan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai
masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan
alat penghubung antarbudaya antar daerah. Ejaan yang Disempurnakan diartikan
sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Tata bahasa dalam BahasaIndonesia
yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian
dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. tata
bahasa yang disempurnakan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar yaitu bahasa
Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku dan sesuai dengan ejaan
yang disempurnakan.

3.2 Saran

Sudah selayaknya kita sebagai warga negara Indonesia dapat menggunkan


bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD khususnya dalam
bahasa tulis. Dengan adanya penjabaran tentang fungsi dan penggunaan EYD
diharapkan para pembaca dapat memahami dan menerapkannya. Semoga dengan
adanya penjabaran tentang EYD ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Wikibuku 2019 https://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/EYD

Pringadi AS 2017 https://catatanpringadi.com/sejarah-ejaan-bahasa-indonesia/

Subaker, I Wayan. 2008. Materi Pokok Bahasa Indonesia.

Sukartha, I Nengah. dkk. 2010. Akademik Untuk Perguruan Tinggi. Udayana


University Press.

Anda mungkin juga menyukai