DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TABANAN
TABANAN
2019
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya lah makalah yang berjudul “Kedudukan dan Fungsi
bahasa Indonesia, Ejaan Yang Disempurnakan, dan Bahasa Indonesia yang Baik
dan Benar” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia.
1. Ibu Ni Made Cahyani Yuli Sapytri, S.Pd. M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa kelompok 1 kelas 1D jurusan Ekonomi
Pembangunan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
1.1 SIMPULAN
1.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Setiap bangsa atau suku pasti memiliki bahasa yang berbeda-beda, hal
ini bias menjadikan bahasa sebagai identitas dan keunikan tersendiri
bagi suatu bangsa atau suku.
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal
tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa
Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.
A. Pemakaian Huruf.
h. Huruf Tebal.
2. Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel,
daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
3. Tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu
digunakan huruf miring.
4. Menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan
lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam cetakan
kamus.
B. Penulisan Kata.
1) Kata Dasar, kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan. Misalnya: Buku itu sangat tebal.
2) Kata Turunan.
a) Ditulis serangkai dengan kata
dasarnya: dikelola, permainan
b) Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata
ditulis terpisah jika hanya mendapat awalan atau
akhiran: bertanggung jawab, garis bawahi
c) Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika
mendapat awalan dan akhiran
sekaligus: pertanggungjawaban
d) Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi: adipati, narapidana
e) Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata
yang huruf awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia
f) Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan
diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata
dasar: maha esa, maha pengasih
6) Kata depan. di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya,
kecuali daripada, kepada, kesampingkan, keluar, kemari, terke
muka.
7) Partikel
a) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya: betulkah, bacalah
b) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya: apa pun, satu kali pun
c) Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya
untuk adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpu
n, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, s
ungguhpun, walaupun
8) Singkatan dan akronim
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau
pangkat diikuti dengan tanda titik: A.S.
Kramawijaya, M.B.A.
2. Singkatan nama resmi shshshs pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda
titik: DPR, SMA
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik: dst., hlm.
4. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda
titik pada setiap huruf: a.n., s.d.
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik: cm, Cu
6. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital: ABRI, PASI
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
dengan huruf awal huruf kapital: Akabri, Iwapi
8. Akronim yang bukan namahshsjxnajanxua diri yang
berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil: pemilu, tilang.
9) Angka dan lambang bilangan. Angka dipakai untuk
menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya
ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.
1. Fungsi
a. menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii)
satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,
b. melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat,
c. menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,
2. Penulisan
a. Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf.
Misalnya: dua belas (12), setengah (1/2).
b. Lambang bilangan tingkat. Misalnya: abad XX; abad
ke – 20.
c. Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an.
d. Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama sampai
tiga kali.
e. Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang
tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas
orang tewas dalam kecelakaan.
f. Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi
bilangan utuh yang besar. Misalnya: Perusahaan itu
baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
g. Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus
dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti
akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai
dua puluh orang pegawai.
h. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar Rp. 999,75 ( sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh lima per seratus
rupiah).
5. Tanda Hubung.
6. Tanda pisah
7. Tanda tanya
8. Tanda seru
PENUTUP
3.1 Simpulan.
3.2 Saran