Anda di halaman 1dari 79

REVIEW

MASTERPLAN DAN BISNISPLAN


PEMBANGUNAN SENTRA KELAUTAN DAN
PERIKANAN TERPADU (SKPT) KABUPATEN BIAK
NUMFOR

DIREKTORAT JENDERAL PDSPKP


KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2017
RINGKASAN EKSEKUTIF

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Kelautan dan Perikanan c.q
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Direktorat Perencanaan Ruang Laut
berkepentingan untuk mengembangkan potensi kelautan dan perikanan melalui kegiatan
Penyusunan Masterplan dan Bisnisplan SKPT di Pulau Biak, Kabupaten Biak Numfor. Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan
berbasis wilayah dengan pendekatan sistem manajemen kawasan yang berprinsip pada
integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. SKPT didefinisikan sebagai pusat bisnis
kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan. Tujuan
SKPT adalah membangun dan mengintregasikan proses bisnis kelautan dan perikanan melalui
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan/atau
kawasan perbatasan secara berkelanjutan.

Sumberdaya kelautan dan perikanan Kabupaten Biak Numfor memiliki potensi yang
cukup besar yang meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil
perikanan dan pariwisata. Potensi tersebut ditandai dengan banyaknya pulau-pulau kecil,
indahnya panorama alam, letaknya yang strategis dan cukup memadainya infrastruktur yang
ada. Berdasarkan hal tersebut, sangat tepat jika Kabupaten Biak Numfor dikembangkan
menjadi kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).

Potensi lestari (MSY) perikanan tangkap di WPP 717 sebesar 603.688 ton/tahun
dengan tingkat pemanfaatan saat ini mencapai 336.618 ton/tahun (55,76%) (Tahun 2015). Jenis
armada penangkapan ikan (kapal/perahu) yang digunakan nelayan terdiri atas perahu tanpa
motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Jenis alat tangkap yang digunakan terdiri atas
pancing, jaring insang (gillnet) dan alat tangkap lainnya.

Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh masyarakat terdiri atas budidaya laut dan
budidaya air tawar (kolam). Untuk budidaya laut terdiri atas budidaya rumput laut, budidaya
karamba jaring tancap dan karamba jaring apung. Untuk budidaya air tawar terdiri atas
budidaya ikan di kolam. Jenis komoditi budidaya laut adalah rumput laut, ikan kerapu, ikan
baronang, kepiting, teripang dan kekerangan. Jenis komoditi budidaya air tawar adalah ikan
mas dan ikan nila.

Jenis pengolahan ikan pada umumnya masih tradisional dan berskala rumahtangga.
Jenis pengolahan antara lain terdiri atas pengolahan ikan asap (asar), ikan asin dan abon
ikan. Bahan baku untuk pembuatan ikan asap dan abon ikan adalah ikan cakalang/tuna,
sedangkan bahan baku untuk pembuatan ikan asin adalah ikan julung-julung dan batu-batu.

Kabupaten Biak Numfor memiliki potensi ekosistem pesisir yang terdiri atas terumbu
karang (9.711,88 Ha), padang lamun (2.048,66 Ha) dan hutan mangrove (7.236,23 Ha).
Kabupaten ini juga memiliki potensi pariwisata dengan obyek dan daya tarik wisata terdiri
atas wisata bahari, wisata sejarah, wisata budaya.

Komoditi unggulan perikanan tangkap terdiri atas ikan tuna, ikan cakalang, ikan
kembung, ikan kerapu, ikan kakap, udang, dan lobster. Rumput laut, ikan kerapu, ikan
baronang, kepiting, teripang dan kekerangan merupakan komiditi unggulan perikanan
budidaya. Wilayah pemasaran hasil perikanan umumnya masih terbatas di wilayah nusantara,

Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor i
yakni ke Makassar, Denpasar, Surabaya dan Jakarta. Perlu upaya untuk pengembangan pasar
ekspor langsung via udara ke negara tujuan, yakni ke Australia, Hongkong, Cina, Singapura,
Taiwan dan Jepang dengan mewujudkan penerapan Sistem Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan. Selain itu perlu membangun kerjasama dengan mitra eksportir
tuna segar (loin tuna), tuna/ikan beku, dan ikan hidup (kerapu).Pengembangan perikanan
budidaya dilakukan di Distrik Biak Barat, Biak Utara, Numfor Barat, Numfor Timur, Orkeri,
Poiru, Swandiwe dan Distrik Yendidori. Potensi pengembangan terdiri atas budidaya
kerang/teripang (616,563 Ha), budidaya ikan dalam karamba jaring apung (919,390 Ha),
budidaya rumput laut (678,431 Ha) dan budidaya tiram mutiara (167,024 Ha).

Pengembangan pengolahan hasil perikanan diarahkan di pusat-pusat SSWP, yaitu


Distrik Biak Kota, Yendidori, Andei, Pasi, dan Orkeri yang memiliki sentra komoditas
perikanan. Selain itu, pengembangan kawasan pelelangan ikan terdapat di Bosnik, Distrik Biak
Timur; dan pelabuhan ekspor-impor untuk komoditas perikanan melayani skala kabupaten dan
regional (KAPET BIAK).

Pengembangan pariwisata bahari diarahkan ke: (1) Wilayah Pengembangan Utara


(Distrik Biak Utara, Warsa); (2) Wilayah Pengembangan Timur (Distrik Biak Kota, Biak Timur);
(3) Wilayah Pengembangan Selatan (Distrik Yendidori); (4) Wilayah Pengembangan Numfor
(Numfor Timur, Numfor Barat); dan (5) Wilayah Pengembangan Padaido.

Kawasan PPI Fandoi di Distrik Biak Kota sangat cocok untuk dijadikan sebagai pusat
dari kegiatan SKPT dan menjadi lokasi pembangunan Gudang Beku Terintegrasi (ICS). Hal ini
diperkuat oleh realitas bahwa Kawasan PPI Fandoi memiliki akses jalan, dukungan listrik
yang cukup serta dukungan air bersih melalui PDAM, memiliki Berita Acara Pelepasan Hak
Atas Tanah serta adanya dukungan dan komitmen dari Pemerintah Daerah melalui Surat
Penetapan Lokasi Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi oleh Bupati Biak Numfor nomor
523.4/54.a tanggal 21 Juni 2016.

Berdasarkan aspek ekonomi, aktivitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat


menguntungkan dan layak untuk diusahakan/dikembangkan karena berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan: (1) analisis usaha nilai R/C lebih besar dari 1, dan (2) analisis kelayakan usaha
nilai NPVnya positif, nilai IRRnya lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (lebih dari 18 %)
dan nilai B/Cnya lebih besar dari 1.

Indikasi program untuk pembangunan SKPT di Kabupaten Biak Numfor terdiri atas:

1) Klaster produksi perikanan tangkap: Pengadaan Kapal 5 GT dan 10 GT dan Alat


Tangkap sebanyak 25 unit, Revitalisasi Pusat Pendaratan Ikan (PPI), Penyediaan
Dermaga Apung, Pengadaan Kapal 10 GT dan 20 GT dan Alat Tangkap 25 unit,
Revitalisasi Dermaga (Yang dibangun KPDT)
2) Klaster Budidaya: Revitalisasi BBI, Pengadaan benih, pakan dan obat-obatan untuk
budidaya KJA, Pembangunan Penampungan Ikan Hidup, Pengembangan budidaya
rumput laut
3) Klaster Penyediaan Industri Pengolahan; Pembangunan ICS 200 ton, Penyediaan Ice
Flake, pengadaan sarana rantai dingin (cool box, kendaraan berpendingin),
pembangunan miniplant tuna loin, penyediaan Ice Flake
4) Klaster Penyediaan Infrastruktur dasar; Instalasi Listrik, sarana Air Bersih, jalan, jaringan
telekomunikasi
5) Klaster Peningkatan Kualitas SDM Perikanan meliputi; Pelatihan, penyuluhan, dan
pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan
6) Klaster Pendampingan Keberlanjutan Usaha meliputi; Fasilitasi akses permodalan usaha

Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor ii
bidang kelautan dan perikanan dengan lembaga pembiayaan Bank dan Non Bank,
fasilitasi penguatan kelembagaan usaha, fasilitasi perluasan akses pasar
7) Klaster Peningkatan Investasi sektor Kelautan dan Perikanan; Mempromosikan potensi
dan peluang investasi Kabupaten Biak, menyiapkan kebijakan kemudahan investasi
sektor KP khusus Kabupaten Biak
8) Klaster Penguatan sarana pendukung bisnis perikanan; Pembangunan dan
pengembangan sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil
perikanan, dan keamanan hayati ikan, Pembangunan sarana dan prasarana
pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.
9) Penelitian dan pengembangan: pembangunan Technopark, Pembangunan Biak Fisheries
Industrial Esteate, Review Regulasi dan Penyusunan Kebijakan yang mempermudah
investasi, Promosi potensi dan peluang investasi Kabupaten Biak, Penyusunan rencana
Ekspor Gateway dari Biak ke negara potensial untuk produk perikanan.

Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor iii
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................................1-1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1-1
1.2 Kebijakan dan Strategi ...............................................................................................1-2
1.3 Tujuan Penyusunan Masterplan dan Bisnisplan SKPT ...............................................1-3
1.4 Dasar Hukum...............................................................................................................1-3

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH ..................................................................................2-1


2.1 Gambaran Umum Kabupaten Biak Numfor ...............................................................2-1
2.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah ............................................................................2-1
2.1.2 Kondisi Fisik Wilayah ..................................................................................................2-2
2.1.2.1 Topografi .....................................................................................................................2-2
2.1.2.2 Iklim .............................................................................................................................2-2
2.1.2.3 Hidrologi ......................................................................................................................2-3
2.1.2.4 Hidro-Oseanografi ......................................................................................................2-3
2.1.2.5 Jenis Tanah dan Batuan ..............................................................................................2-5
2.1.2.6 Flora dan Fauna ...........................................................................................................2-5
2.1.3 Infrastruktur Dasar ......................................................................................................2-6
2.1.3.1 Jaringan Listrik ............................................................................................................2-6
2.1.3.2 Jaringan Air Bersih ......................................................................................................2-6
2.1.3.3 Jaringan Telekomunikasi ............................................................................................2-6
2.1.3.4 Sarana Transportasi ....................................................................................................2-6
2.1.4 Kependudukan ............................................................................................................2-8
2.1.4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin .................................................................2-8
2.1.4.2 Kebudayaan ................................................................................................................2-9
2.1.5 Sarana dan Prasarana ...............................................................................................2-12
2.1.5.1 Sarana Prasarana Penunjang Ekonomi ....................................................................2-12
2.1.5.2 Sarana Prasarana Penunjang Kesejahteraan Masyarakat .......................................2-14
2.1.6 Ekonomi Wilayah ......................................................................................................2-14
2.1.6.1 Pertumbuhan Ekonomi .............................................................................................2-14
2.1.6.2 Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan ..............................................................2-15
2.1.6.3 Analisis Produktifitas Kegiatan Ekonomi .................................................................2-16
2.2 Gambaran Umum Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu ........................2-16
2.2.1 Visualisasi Foto Udara (Hasil Foto Drone) Lokasi.....................................................2-17
2.2.2 Kondisi Sarana dan Prasarana ..................................................................................2-19

BAB 3 MASTERPLAN SKPT...................................................................................................3-1


3.1 Potensi SKPT Biak.......................................................................................................3-1
3.1.1 Perikanan Tangkap .....................................................................................................3-1
3.1.1.1 Potensi Sumberdaya Perikanan .................................................................................3-1
3.1.1.2 Armada Penangkapan Ikan.........................................................................................3-2
3.1.1.3 Alat Penangkapan Ikan ...............................................................................................3-4
3.1.1.4 Rumah Tangga Nelayan .............................................................................................3-6
3.1.1.5 Produksi Perikanan tangkap .......................................................................................3-6
3.1.1.6 Kawasan Perikanan Tangkap......................................................................................3-8

iv
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
3.1.2 Perikanan Budidaya ....................................................................................................3-9
3.1.2.1 Wilayah Teluk Urfu......................................................................................................3-9
3.1.2.2 Wilayah Pulau Auki ...................................................................................................3-10
3.1.2.3 Kawasan Perikanan Budidaya ..................................................................................3-11
3.1.3 Pengolahan Hasil Perikanan .....................................................................................3-12
3.1.4 Alur Transportasi.......................................................................................................3-13
3.1.4.1 Pelabuhan Laut Biak .................................................................................................3-13
3.1.4.2 Sistem Jaringan Transportasi Laut ...........................................................................3-14
3.1.5 Potensi Pasar Komoditi Kelautan dan Perikanan.....................................................3-15
3.1.6 Sarana dan Prasarana Kawasan SKPT ......................................................................3-15
3.2 Isu dan Permasalahan ...............................................................................................3-17
3.2.1 Perikanan Tangkap ...................................................................................................3-17
3.2.2 Perikanan Budidaya ..................................................................................................3-18
3.2.3 Pengolahan ...............................................................................................................3-18
3.2.4 Pemasaran ................................................................................................................3-19
3.2.5 Sarana dan Prasarana ...............................................................................................3-19
3.3 Konsep Makro Masterplan SKPT ..............................................................................3-19
3.3.1 Proyeksi Peningkatan Produksi ................................................................................3-20
3.3.2 Pemasaran ................................................................................................................3-20
3.3.3 Komoditi Unggulan ...................................................................................................3-21
3.4 Konsep Mikro Masterplan SKPT ...............................................................................3-22
3.4.1 Sekretariat SKPT Biak ...............................................................................................3-23
3.4.2 Persiapan pembangunan SKPT Biak Numfor ..........................................................3-23
3.4.3 Pengadaan Sarana dan Prasarana ............................................................................3-23
3.4.4 Penyusunan Buku Profil Peluang Investasi Biak Numfor .........................................3-25
3.4.5 Pendampingan SKPT Biak Numfor ..........................................................................3-25
3.4.6 Pembentukan Lembaga Pengelola Bantuan Sarana dan Prasarana .......................3-25
3.4.7 Pembinaan Lembaga Pengelola Penerima Bantuan Sarana dan Prasarana ...........3-25

BAB 4 BISNIS PLAN ...............................................................................................................4-1


4.1 Perikanan Tangkap .....................................................................................................4-1
4.1.1 Aspek Pasar .................................................................................................................4-1
4.1.2 Aspek Potensi Sumberdaya Perikanan ......................................................................4-1
4.1.3 Aspek Sarana dan Prasarana ......................................................................................4-2
4.1.4 Aspek Teknis ...............................................................................................................4-2
4.1.5 Aspek Sosial ................................................................................................................4-3
4.1.6 Analisis Finansial .........................................................................................................4-3
4.1.6.1 Analisis Usaha .............................................................................................................4-3
4.1.6.2 Analisis Kelayakan Usaha ...........................................................................................4-5
4.2 Perikanan Budidaya ....................................................................................................4-6
4.2.1 Aspek Pasar .................................................................................................................4-6
4.2.2 Aspek Potensi Sumberdaya Perikanan Budidaya ......................................................4-7
4.2.3 Aspek Sarana dan Prasarana ......................................................................................4-7
4.2.4 Aspek Teknis ...............................................................................................................4-7
4.2.5 Aspek Sosial ................................................................................................................4-8
4.2.6 Aspek Finansial ...........................................................................................................4-8
4.2.6.1 Analisis Usaha .............................................................................................................4-8
4.2.6.2 Analisis Kelayakan Usaha ...........................................................................................4-9
4.3 Pengolahan Hasil Perikanan .....................................................................................4-10
4.3.1 Aspek Pasar ...............................................................................................................4-10
4.3.2 Aspek Potensi Sumberdaya ......................................................................................4-10

v
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
4.3.3 Sarana dan Prasarana ...............................................................................................4-11
4.3.4 Aspek Teknis .............................................................................................................4-11
4.3.5 Aspek Sosial ..............................................................................................................4-11
4.3.6 Aspek Finansial .........................................................................................................4-11
4.3.6.1 Analisis Usaha ...........................................................................................................4-12
4.3.6.2 Analisis Kelayakan Usaha .........................................................................................4-13
4.4 Tatacara Perizinan ....................................................................................................4-13

BAB 5 Roadmap SKPT Biak ...................................................................................................5-1

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .........................................................................6-1


6.1 Kesimpulan..................................................................................................................6-1
6.2 Rekomendasi ..............................................................................................................6-1

vi
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aksesibilitas Jalur Laut ................................................................................................ 2-6
Tabel 2.2 Aksesibilitas Jalur Udara ............................................................................................ 2-7
Tabel 2.3.Jumlah Penduduk Kabupaten Biak Numfor Menurut Distrik, Jenis Kelamin,Sex
Ratio dan Kepadatan Penduduk, Tahun 2015 ........................................................... 2-8
Tabel2.4. Komposisi Penduduk Kabupaten Biak Numfor Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin, Tahun 2015 ................................................................................................ 2-9
Tabel2.5. Perkembangan PDRB Kabupaten Biak Numfor ........................................................ 2-14
Tabel2.6. Perkembangan Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Biak Numfor ......................... 2-15
Tabel2.7. Perkembangan Nilai LQ Kabupaten Biak Numfor ..................................................... 2-16
Tabel2.8. Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Fandoi, Kelurahan Fandoi, Distrik Biak
Kota, Kabupaten Biak Numfor ................................................................................ 2-19
Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor ......... 3-3
Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor............... 3-5
Tabel 3.3.Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Nelayan di Kabupaten Biak Numfor .............. 3-6
Tabel 3.4 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Biak Numfor, Tahun 2015............................. 3-7
Tabel 3.5. Wilayah Pengembangan Kawasan Perikanan Tangkap Kabupaten Biak Numfor ....... 3-8
Tabel 3.6. Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan di Kabupaten Biak Numfor .............. 3-12
Tabel 3.7. Dermaga Yang Terdapat di Kabupaten Biak Numfor ................................................3-13
Tabel 3.8. Jenis Pelayaran dan Trayek ...................................................................................... 3-14
Tabel 3.9 Potensi dan Pasar Komoditi Kelautan dan Perikanan.................................................3-15
Tabel 3.10 Sarana dan Prasarana Kawasan SKPT ..................................................................... 3-16
Tabel 4.1. Pemasaran Antar Pulau Komoditi Hasil Perikanan Kabupaten Biak Numfor selama
Tahun 2015 ............................................................................................................... 4-1
Tabel 4.2. Modal Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor ....................... 4-3
Tabel 4.3. Analisis Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor ................................... 4-5
Tabel 4.4. Nilai Kriteria Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor ............. 4-5
Tabel 4.5. Modal Investasi Usaha Budidaya Perikanan di Kabupaten Biak Numfor .................... 4-9
Tabel 4.6. Analisis Usaha Budidaya Perikanan di Kabupaten Biak Numfor ................................. 4-9
Tabel 4.7. Nilai Kriteria Investasi Usaha Budidaya Perikanan di Kabupaten Biak Numfor ......... 4-10
Tabel 4.8. Modal Investasi Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Biak Numfor ...... 4-12
Tabel 4.9. Analisis Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Biak Numfor .................. 4-12
Tabel 4.10. Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Biak
Numfor ................................................................................................................... 4-13
Tabel 5.1. Road Map Pembangunan SKPT Kabupaten Biak Numfor Tahun 2016-2019 .............. 5-1

vii
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Biak Numfor ............................................................. 2-1


Gambar 2.2.Peta Topografi Kabupaten Biak Numfor ................................................................. 2-2
Gambar2.3. Peta Bathimetri Perairan Kabupaten Biak Numfor................................................... 2-4
Gambar2.4. Peta Jenis Tanah Kabupaten Biak Numfor .............................................................. 2-5
Gambar 2.5 Sketsa Wilayah Adat Kabupaten Biak ................................................................... 2-10
Gambar 2.6 Struktur Organisasi Kewilayahan Adat Biak .......................................................... 2-11
Gambar2.7. Beberapa Sarana dan Prasarana di Pulau Biak ...................................................... 2-13
Gambar2.8. Hasil Foto Udara Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Kelurahan
Fandoi, Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor .............................................. 2-18
Gambar2.9. Ilustrasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Fandoi, Kabupaten Biak
Numfor................................................................................................................. 2-18
Gambar 3.1 Lokasi Wilayah Pengelolaan Perikanan 717 ............................................................. 3-1
Gambar 3.2 Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPNRI) 717 ............... 3-2
Gambar 3.3 Armada Penangkapan Ikan ..................................................................................... 3-2
Gambar3.4. Jenis Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor .................................. 3-3
Gambar 3.5 Alat Penangkapan Ikan .............................................................................................. 3-4
Gambar3.6. Jenis Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor ........................................ 3-5
Gambar 3.7. Contoh Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Fandoi ....................................... 3-7
Gambar 3.8 Produksi Tuna 2012-2015 dan estimasi tangkapan sampai dengan 2019................. 3-8
Gambar 3.9 Keramba Jaring Tancap, Kolam Budidaya Air Laut dan Keramba Jaring Apung di
Desa Urfu ............................................................................................................. 3-10
Gambar 3.10. Salah Satu Lokasi Budidaya Keramba Jaring Apung di Pulau Auki ...................... 3-11
Gambar 3.11. Contoh Produk Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Biak Numfor ...... 3-12
Gambar3.12. Beberapa Sarana dan Prasarana di Pulau Biak ...................................................... 3-17

viii
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
BAB 1 . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam mewujudkan Visi dan Misi KKP
yaitu Kedaulatan, Keberlanjutan, dan Kesejahteraan adalah melakukan implementasi program
pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) berbasis pulau-pulau kecil dan/atau
kawasan perbatasan secara terintegrasi dan menyeluruh. Dengan penekanan pada pembangunan
sarana dan prasarana penunjang serta sistem pengelolaan sumber daya perikanan, yang tidak hanya
bertumpu padA penguatan sektor hilir (pengolahan), tetapi juga pada sektor hulu (penyediaan bahan
baku perikanan). Program SKPT ini mengarah pada optimalisasi usaha penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, usaha tambak garam, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan,
sehingga pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan akan mendapatkan keuntungan
ekonomi (margin ekonomi) yang tinggi. Pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pelaku
utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan khususnya di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan
perbatasan yang merupakan bagian dari SKPT yang dicanangkan oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan.

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) merupakan konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip
integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. SKPT didefiniskan sebagai pusat bisnis kelautan dan
perikanan terpadu mulai dari hulu hingga hilir berbasis kawasan. Berdasarkan Kepmen KP No 17 Tahun
2016 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau
Kecil dan Kawasan Perbatasan Tahun 2016 maka terdapat 15 lokasi SKPT salah satunya adalah
Kabupaten Biak Numfor.

Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 2 (dua) pulau besar, yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor serta lebih
dari 42 pulau kecil. Luas keseluruhan Kabupaten Biak Numfor adalah 5,11% dari luas wilayah provinsi
Papua yaitu 3.130 km2 luas daratan dan 18.442 km2 luas lautan. Biak Numfor terpilih menjadi saah satu
lokasi SKPT dikarenakan daerah ini memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup
besar (603.688ton/tahun) dan belum dimanfaatkan secara optimal (336.618 ton/tahun), memiliki
komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi (tuna, tongkol, cakalang, kerapu), sumberdaya manusia
kelautan dan perikanan yang cukup dan ketersediaan pendukung investasi yang memadai seperti
pelabuhan, Bandar udara dan infrastruktur dasar (jalan, air, listrik). Pembangunan industri di
Kabupaten Biak diharapkan dapat menarik dan meningkatkan investasi sektor kelautan dan perikanan
sekaligus meningkatkan nilai tambah dan ekspor perikanan.

Sesuai dengan Permen KP No.48/PERMEN-KP/2015 bahwa tujuan SKPT adalah membangun dan
mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan atau kawasan perbatasan
secara berkelanjutan. Sementara outcomes yang diharapkan dengan adanya SKPT ini adalah (a)
meningkatnya produktivitas usaha perikanan tangkap dan budidaya di lokasi sentrabisnis, (b)
meningkatnya volume usaha perikanan tangkap dan budidaya di lokasi sentra bisnis, (c) meningkatnya
serapan pasar lokal dan regional terhadap hasil usaha perikanan dan (d) meningkatnya ekspor hasil
perikanan ke mancanegara.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembangunan SKPT Biak Numfor diarahkan untuk dapat
membangun dan mengitegrasikan proses bisnis khususnya untuk produk perikanan bernilai ekonomis
BAB 1-1
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
tinggi dengan mempertimbangkan potensi perikanan dan kelautan yang tersedia. Bisnis proses yang
akan dikembangkan adalah industri pengolahan ikan dan usaha budidaya ikan kerapu dan kakap putih.
Aktivitas industri pengolahan ikan difokuskan pada komoditas tuna, tongkol dan cakalang dengan
target produk adalah tuna grade A dalam bentuk segar dan beku. Untuk mendukung pengembangan
bisnis pengolahan TTC maka dibutuhkan sarana prasarana pendukung seperti pembangunan cold
storage terintegrasi, ice flake machine dan cool box. Untuk mendukung pemenuhan bahan baku
industri, maka perlu diperkuat sarana dan prasarana penangkapan seperti kapal, alat tangkap dan es
untuk melaut. Khusus untuk ketersediaan es maka akan dilakukan revitalisasi pabrik es.

Untuk pengembangan usaha budidaya dipilih komoditas ikan kerapu dan kakap putih. Hal ini
disebabkan terdapat 108 keramba jaring apung yang tidak lagi dimanfaatkan oleh pembudidaya
karena keterbatasan modal dan tidak adanya akses pasar. Untuk memotivasi kembali pembudidaya
kerapu maka sarana pendukung yang akan disediakan adalah bantuan bibit dan pakan. Untuk
mendukung aktivitas pemasaran akan dibangun kolam penampungan ikan hidup, sedangkan untuk
ketersediaan benih ikan yang berkualitas maka perlu dilakukan revitalisasi Balai Benih Ikan (BBI)

Kedepan SKPT Biak Numfor akan ditargetkan menjadi kawasan industrial esteate dan export gateway.
Diharapkan melalui target tersebut dapat menjadikan Biak Numfor sebagai tujuan investasi untuk
sektor kelautan dan perikanan. Disamping itu Biak Numfor menjadi pintu ekspor khususnya untuk
wilayah Timur Indonesia. Target tujuan ekspor dintaranya Palau, Jepang, Korea, Hongkong dan
negara-negara lainnya.

1.2 Kebijakan dan Strategi

Kebijakan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan terpadu di Kabupaten Biak Numfor diarahkan
untuk :

1) Membangun dan mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat
2) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan
3) Mewujudkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan hasil perikanan.
4) Meningkatkan produktivitas usaha perikanan tangkap dan budidaya di lokasi sentrabisnis.
5) Meningkatnya serapan pasar lokal dan regional terhadap hasil usaha perikanan

Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) di Kabupaten Pulau Morotai ini
dilaksanakan dengan menerapkan strategi sebagai berikut :

1) Pembangunan dan pengembangan sarana dan sarana kelautan dan perikanan secara terintegrasi
untuk menopang usaha ekonomi nelayan dan pembudidaya yang bersifat tradisional dan
konvensional dapat berkembang menjadi bisnis kelautan dan perikanan yang berskala ekonomi
dan berorientasi pasar;
2) Penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi nelayan lebih baik sehingga
produktivitas produk dan hasil pengolahan perikanan meningkat. Selain itu, mendorong bisnis
perikanan menggunakan sistem dan model bisnis yang lebih moderen melalui korporatisasi
sehingga manfaat diperoleh dalam jumlah yang lebih besar;
3) Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai produksi dan
bisnis kelautan dan perikanan nelayan dan pembudidaya, mulai hulu hingga hilir melalui kemitraan
dengan pelaku utama dan stakeholder terkait; dan
4) Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi pelaksanaan bisnis kelautan
dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan/atau kawasan perbatasan. Pendampingan dilakukan
dengan menempatkan tenaga pendamping/fasilitator yang bertugas memberikan pembinaan bagi
nelayan dan pembudidaya serta kelembagaannya sehingga nelayan dan pembudidaya memiliki

BAB 1-2
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
kapasitas yang baik dalam hal manajemen dan teknis terkait bisnis kelautan dan perikanan yang
dikembangkan, serta kelembagaan usaha menjadi efektif.

1.3 Tujuan Penyusunan Masterplan dan Bisnisplan SKPT

Tujuan penyusunan masterplan dan bisnisplan SKPT Kabupaten Biak Numfor adalah sebagai
berikut:

a) Menyusun masterplan kawasan prioritas pemanfaatan ruang di kawasan terpilih SKPT Kabupaten
Biak Numfor, meliputi :

(i) Rencana pengembangan sarana dan prasarana kawasan SKPT Kabupaten Biak Numfor.
(ii) Menyusun indikasi program pembangunan sarana dan prasarana kawasan SKPT.

b) Menyusun bisnisplan pembangunan sarana dan prasarana kawasan terpilih SKPT dan kegiatan
ekonomi antara lain :

(i) Lokasi dan pelaku kegiatan ekonomi serta pembangunan sarana dan prasarana kawasan SKPT.
(ii) Rekomendasi tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif.
(iii) Rekomendasi tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi.
(iv) Menyusun indikasi program pembangunan sarana dan prasarana kawasan SKPT Mandiri.
(v) Menyusun kajian kelayakan pengembangan kawasan pada lokasi SKPT terpilih dari aspek
finansial, teknis, aspek sosial - budaya,dan lingkungan.

1.4 Dasar Hukum

1) Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan
Nasional
2) Peraturan Presiden No.3 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Industri
Perikanan Nasional
3) Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Pulau-
Pulau Kecil yang Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat.
4) Kep Men KP No.51/Kepmen-KP/2016 tentang Penetapan lokasi dan pembangunan sentra kelautan
dan perikanan terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan
5) Kep Men KP N0.73/KEPMEN-KP/2016 tentang Pengelola sentra kelautan dan perikanan terpadu di
Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan
6) Kepmen KP No. 85/KEPMEN-KP/2016 tentang Penetapan lokasi pembangunan sentra perikanan
nasional
7) Permen KP No. 56/Permen-Kp/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor Per.30/Men/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia.
8) Permen KP No 25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan
Perikanan 2015 – 2019
9) Permen KP No.48/PERMEN-KP/2015 tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan
Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan
10) Permen KP No 8 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Permen KP No 40 tahun 2016 tentang
Penugasan Pelaksanaan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau
kecil dan Kawasan Perbatasan

BAB 1-3
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Biak Numfor


2.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah

Kabupaten Biak Numfor yang beribukota di Biak, merupakan pulau yang terletak di sebelah Utara
daratan Papua pada titik koordinat 0o55’ – 1o27’ Lintang Selatan dan 134o47’ – 136o Bujur Timur,
dengan luas wilayah 2.269,84 km2. Kabupaten ini memiliki dua pulau besar, yaitu Pulau Biak dan Pulau
Numfor serta sekitar 42 pulau-pulau kecil. Sebelah Utara kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Supiori dan Samudera Pasifik, di sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Yapen,
sementara sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Pasifik dan sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Manokwari.

Kabupaten Biak Numfor terdiri atas 19 distrik, yaitu Numfor Barat, Numfor Timur, Orkeri, Poiru,
Bruyadori, Padaido, Aimando, Oridek, Biak Timur, Biak Kota, Samofa, Yendidori, Biak Utara,
Yawosi, Andey, Bondifuar, Warsa, Biak Barat, dan Swandiwe. Dari 19 distrik tersebut, Distrik Yendidori
memiliki wilayah paling luas yaitu sekitar 242,84 km2, sedangkan Distrik Padaido merupakan distrik
dengan wilayah paling kecil, yaitu sekitar 20,65 km2. Peta letak geografis dan batas wilayah Kabupaten
Biak Numfor selengkapnya disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Biak Numfor

BAB 2-1
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
2.1.2 Kondisi Fisik Wilayah
2.1.2.1 Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Biak Numfor sangat bervariasi, yakni mulai dari daerah pantai yang
terdiri atas dataran rendah dengan lereng yang landai sampai dengan daerah pedalaman yang
memiliki kemiringan terjal (Gambar 2.2). Berdasarkan ketinggiannya, Kabupaten Biak Numfor berada
pada ketinggian 0 sampai dengan 920 m di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian daerah pantai
adalah antara 0 – 5 m dpl, seperti Pulau Biak, Pulau Supiori dan Pulau Numfor. Sedangkan ketinggian
pada daerah pedalaman seperti Pulau Biak adalah antara 10 – 600 m dpl, Pulau Supiori antara 10 –
920 m dpl dan pedalaman Pulau Numfor 10 – 210 m dpl.

Pulau Biak secara morfologi terbagi menjadi 4 (empat) daerah, yaitu dataran, daerah berombak,
daerah bergelombang dan perbukitan. Daerah dataran dengan tingkat kemiringan 0 – 2 % dengan luas
kira-kira 5 % dari total luas Pulau Biak, terletak terutama di daerah pantai dan sebagian merupakan
hutan laut, yaitu sekitar Pulau Biak, Bosnik dan Mariuw. Dataran yang agak luas dan lebarnya hanya 40
– 60 m terdapat di sepanjang pantai Utara Pulau Biak.

Pulau Supiori memiliki ketinggian antara 0 – 450 m dpl dengan puncak yang tertinggi 920 m dpl,
sedangkan Pulau Numfor terdapat bukit-bukit dengan ketinggian tertinggi 205 m dpl dengan kondisi
yang relatif agak datar.

Gambar 2.2.Peta Topografi Kabupaten Biak Numfor

2.1.2.2 Iklim

Kabupaten Biak Numfor memiliki iklim tropis dengan suhu udara rata-rata di Kabupaten Biak Numfor
pada tahun 2010 berkisar antara 26,8ºC – 27,9ºC dengan rata-rata penyinaran matahari sebesar 155
BAB 2-2
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
persen dan kelembaban udara rata-rata sebesar 84,8 persen. Kondisi demikian menunjukkan bahwa
Kabupaten Biak Numfor tergolong beriklim basah dengan curah hujan rata-rata per tahun 228 hari.
Namun, intensitas hujan berlangsung sepanjang tahun dan tidak menampakkan perbedaan musim
yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau.

2.1.2.3 Hidrologi

Hidrologi Kabupaten Biak Numfor tersusun oleh material batu gamping dengan vegetasi yang
menutupi berupa hutan dan semak belukar, memiliki pola aliran air permukaan krelis dan sub dendritik
serta alirannya ada yang interminfent dan permanen mengalir sepanjang tahun dengan aliran sungai
yang pada umumnya pendek.

Berdasarkan kondisi geomorfologi dan struktur geologi disusunlah penggolongan bersistem tata air
tanah yang terdapat di dalam kerak bumi.

Wilayah Kabupaten Biak Numfor memiliki beberapa Wilayah Air Tanah (WAT) dengan sejumlah
Kawasan Air Tanah (KAT) sebagai berikut: (1) WAT Dataran Pantai, (2) WAT Batu Gamping, (3) WAT
Batuan Gunung Api.

Berdasarkan kawasan, WAT di Kabupaten Biak Numfor dapat dibedakan menjadi beberapa KAT, yaitu:

1) KAT Batu Gamping Koral. KAT ini menyebar di bagian Timur dan bagian Selatan Pulau Biak.
Bentang alamnya umumnya agak datar, hanya di beberapa tempat memiliki topografi kasar,
seperti yang terdapat pada jalur sesar. Daerah batu gamping koral ini berongga dan bercelah serta
merupakan pelapukan batuan sangat tipis. Air tanah ini tersebar tidak merata dan potensinya
sangat bergantung pada ada tidaknya saluran pelarutan dan gua bawah tanah. Air tanah ini
terbentuk dari air hujan yang turun mengalir menerus melalui celah-celah saluran pelarutan dan
merembes ke arah yang lebih rendah dan masuk melalui gua-gua di bawah tanah dan muncul di
permukaan pada lereng bukit.
2) KAT Batu Gamping Napalan dan Pasiran. KAT ini memiliki penyebaran di bagian Barat dan
bagian Utara Pulau Biak. Morfologi jenis ini adalah berbukit- bukit terjal dengan sungai-sungainya
yang berkembang memiliki pola aliran trealis – rectangular, berordo paling besar 4. Tata air
tanahnya memiliki infiltrasi yang cepat dan besar terutama pada jalur-jalur kekar dengan
kedudukan muka air tanahnya bervariasi kedalamannya.
3) KAT Batu Gamping Berlapis dan Batu Gamping Haklur. KAT ini memiliki penyebaran di sekitar
Pulau Supiori. Bentuk morfologinya berbukit-bukit terjal dengan relief kasar, pola aliran sungai
mendaun – menyiku (dendrito – rectangular) dengan ciri struktur sesar/kekar mendomininasi.
Sufiltrasi di kawasan ini buruk dengan kedudukan muka air tanahnya dalam, jauh di bawah
elevansi induk sungai, di lembah-lembah.

2.1.2.4 Hidro-Oseanografi

Sebagai wilayah yang terdiri atas pulau-pulau kecil, wilayah Kabupaten Biak Numfor memiliki pantai
yang cukup panjang. Daerah pantai pulau-pulau di Kabupaten Biak Numfor pada umumnya terdiri atas
karang. Karang ini adalah suatu kelompok satwa yang hidup dan yang mati membentuk kerangka
dasar suatu terumbu karang, memberikan perlindungan dan makanan bagi berbagai organisme yang
banyak dan hidup di terumbu karang tersebut.

Kecepatan arus laut pada periode bulanan dan harian dengan arah Timur ke Barat yaitu sebesar 2,7
sampai 4,0 m/detik. Keadaan gelombang pada periode November – Desember paling tinggi 1 m
dengan tinggi gelombang rata- rata 1 m.
BAB 2-3
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Pada bagian Utara Pulau Biak yang berhadapan dengan Lautan Pasifik, sangat memungkinkan
besarnya variasi gelombang. Sedangkan pada bagian Selatan yang merupakan Selat Yapen, diduga
daerah ini memiliki pematang laut dalam yang berasal dari keadaan geologinya, hal ini sangat
memungkinkan adanya arus deras di bagian bawah laut. Pada bagian Barat Pulau Biak, yang
merupakan bagian Teluk Sorendidori, dimana hal ini sangat berhubungan dengan Teluk Sorendiweri
yang terjadi karena sesar yang telah terangkat. Hal ini akan menimbulkan terjadinya arus putar searah
jarum jam, pada periode November – Maret.

Secara umum wilayah perairan Kabupaten Biak Numfor merupakan wilayah dengan kedalaman laut
relatif dalam dengan kedalaman antara 316 – 817 meter (dalam batas wilayah 4 mil dari garis
pantai) (Gambar 2 . 3). Pada Distrik Aimando kedalaman laut berkisar antara 0 – 484 meter. Distrik
Biak Barat mempunyai kedalaman berkisar antara 0-662 meter. Distrik Biak Kota kedalaman laut
berkisar antara 0-449 meter. Distrik Biak Timur kedalaman laut berkisara antara 0-405 meter. Distrik
Biak Utara memiliki kedalaman antara 0-381 meter. Selanjutnya untuk Distrik Bondifuar kedalaman
laut berkisar antara 0-817 meter. Untuk Distrik Oridek kisaran kedalaman laut yaitu 0-547 meter.
Kemudian untuk Distrik Padaido kedalaman berkisar antara 0-400 meter. Distrik Swandiwe kedalaman
laut berkisar antara 0-465 meter. Distrik Warsa mempunyai kedalaman berkisar antara 0-316 meter.
Untuk Distrik Yendidori kedalaman laut berkisar antara 0-633 meter. Selanjutnya Distrik Bruyadori
kedalaman laut berkisar antara 0-491 meter. Untuk Distrik Numfor Barat kedalaman perairan
yaitu 0-602 meter. Pada Distrik Numfor Timur berkisar antara 0-736 meter. Selanjutnya Distrik Orkeri
kedalaman laut berkisar antara 0-375 meter. Untuk Distrik Poiru kedalaman laut berkisar antara 0-496
meter.

Gambar2.3. Peta Bathimetri Perairan Kabupaten Biak Numfor

BAB 2-4
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
2.1.2.5 Jenis Tanah dan Batuan

Pulau-pulau yang berada di wilayah Kabupaten Biak Numfor merupakan pulau yang tersusun dari batu
karang metaforfik (Filid, Kuartit, Ehrit) sebagai bagian dari Lempengan Pasifik yang terdesak tanggul-
tanggul Baltik. Sebagian besar jenis tanah di daerah ini adalah renzina dan mediterani, serta
sebagian kecil regosol terutama di daerah pantai (Gambar 2.4). Hampir sebagian besar di daerah ini
terbentuk dari bahan induk batuan kapur. Penyebaran jenis tanah ini adalah sebagai berikut:

1) Jenis tanah regosol/alluvial dan litosol menyebar khususnya di daerah pantai. Tanah tersebut
memiliki tingkat kesuburan yang kurang baik, karena didominasi oleh tekstur paris dengan solum
tanah yang relatif dangkal.
2) Jenis tanah litosol dan mediteran coklat merah dan merah kuning terutama menyebar di daerah
perbukitan. Tanah ini memiliki kesuburan rendah karena memiliki solum dangkal dan kandungan
unsur hara yang rendah. Tanah mediteran terdapat hanya di bagian cekung dan agak datar.
3) Jenis renzina, sebagian kecil mediteran merah kuning dan regosol memiliki penyebaran di daerah
dataran tinggi. Tanah renzina memiliki tingkat kesuburan yang baik dan kaya akan kandungan
organik.

Gambar2.4. Peta Jenis Tanah Kabupaten Biak Numfor

2.1.2.6 Flora dan Fauna

Flora yang tumbuh di Kabupaten Biak Numfor terdiri atas berbagai tumbuhan tropis. Terdapat
bermacam-macam pepohonan dan berbagai jenis tumbuhan bakau. Fauna yang terdapat di
Kabupaten Biak Numfor hampir serupa dengan fauna yang ada di Benua Australia, antara lain
kelompok unggas seperti merpati, kakatua, nuri dan kelompok binatang melata seperti ular, kura-
kura, dan soa-soa.

BAB 2-5
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
2.1.3 Infrastruktur Dasar
2.1.3.1 Jaringan Listrik

Ketersediaan listrik di Kabupaten Biak Numfor saat ini mencapai 21 MW dengan daya mesin terpasang
14 MW dan beban puncak 12 MW yang berasal dari PLTMG. Dengan semikian dapat disimpulkan
bahwa dukungan listrk di Biak sudah cukup mampu untuk menyokong kebutuhan di lokasi SKPT
nantinya dengan asumsi kebutuhan 1 MW. Bahkan tahun 2017 dan 2018 mendatang PT. PLN
(Peersero) cabang Biak sudah berencana untuk menambah mesin PLTMG hingga 56 MW.

2.1.3.2 Jaringan Air Bersih

Air bersih merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat dibutuhkan, terutama bila digunakan
sebagai pendukung di bidang perikanan. Ketersediaan air bersih di Biak Numfor terdiri dari air sumur
dan air PDAM yang dikelola oleh PT. War Besrendi.

2.1.3.3 Jaringan Telekomunikasi

Ketersediaan jaringan komunikasi cukup baik. Saat ini PT. Telkomsel telah hadir di Kabupaten Biak
Numfor, walaupun dengan jangkauan yang terbatas di Ibukota Biak dan beberapa distrik di sekitarnya
sudah melayani jaringan 2G hingga 4G. Penambahan BTS di distrik-distrik seperti di bagian barat dan
utara serta kepulauan Padaido saat ini sedang dipertimbangkan mengingat komunikasi sudah menjadi
kebutuhan primer.

2.1.3.4 Sarana Transportasi

Sarana transportasi memegang peran yang cukup penting untuk kelancaran arus orang maupun
barang, sehingga diharapkan dapat menunjang pengembangan usaha perikanan di Biak Numfor
terutama untuk kelancaran input produksi dan pemasaran produk. Transportasi laut memegang
peranan penting dan merupakan urat nadi dalam pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Biak
Numfor sebagai wilayah kepulauan dan mengingat masih banyaknya pulau-pulau terpencil dan
daerah-daerah terpencil yang tidak dapat dijangkau oleh transportasi darat.

Pelayaran dalam negeri dilaksanakan oleh Perusahaan Pelayaran Nasional dengan kapal-kapal
bendera Nasional maupun Asing. Kapal-kapal yang menyinggahi Pelabuhan Biak untuk angkutan
barang kebutuhan barang pokok, bahan strategis/pembangunan berasal dari Tanjung Priok, Surabaya
dan Ujung Pandang. Sedang distribusi daerah-daerah dilaksanakan oleh kapal perusahaan pelayaran
domisili di Pelabuhan Biak. Angkutan penumpang dari dan ke Pelabuhan Biak dilaksanakan oleh
Perusahaan Pelayaran PT. Pelni dengan menggunakan kapal penumpang cepat KM Nggapulu,
sedangkan angkutan penumpang antar kabupaten dan kecamatan/desa dilaksanakan oleh PT. ASDP
dan Armada Angkutan Laut Perintis.

Tabel 2.1 Aksesibilitas Jalur Laut

No Rute Alat Transportasi Keterangan


1 Biak-Jayapura (PP) Kapal Pelni KM Gunung Dempo
2 Biak-Sorong (PP) Kapal Pelni KM Gunung Dempo
3 Biak-Jayapura (PP) Kapal Pelni KM Lambelu
4 Biak-Nabire (PP) Kapal Pelni KM Lambelu
5 Biak-Serui Kapal Pelni KM Nggapulu
6 Biak-Serui PT.ASDP KMP.Masirei/KM.
BAB 2-6
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
No Rute Alat Transportasi Keterangan
Kasuari Pasifik IV
7 Jayapura-Biak Kapal Pelni KM Nggapulu
KMP.Masirei/KM.
8 Manokwari-Biak PT.ASDP
Kasuari Pasifik IV
9 Biak-Pulau Numfor PT.ASDP KMP.Masirei
Biak-Pulau Numfor-Manokwari- Kapal Perintis Papua I,
Kemhub
Wasior Papua V
KM.SINABUNG
Makassar-Bau-bau-Banggai-Bitung- Tol Laut. Kep Dirjen
10 Ternate-Babang(Bacan)-Sorong- Kapal Pelni Hubla No.
Manokwari-Biak AL.108/4/16/DJPL-
2016 Tgl 28 sept 2016
Tanjung Priok(Jakarta)-Tanjung
Perak(Surabaya)-Makassar-Bau-
11 Kapal Pelni KM.CIREMAI
bau-Sorong-Manokwari-Biak-
Jayapura-Biak

Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional
Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI), Pelabuhan Biak pada dasarnya telah layak
dijadikan sebagai pelabuhan hubung (Hub Port) dengan pertimbangan yaitu: letak geografis Pulau Biak
yang strategis di Pasifik yang menghubungkan Pantai Barat Amerika dan Asia Timur, memiliki
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif secara global dalam percaturan ekonomi nasional
maupun internasional dan berada dalam dan berkaitan dengan beberapa kawasan kerjasama
ekonomi, yang memungkinkan adanya perdagangan komoditas perkebunan dan hasil pertambangan
wilayah Papua baik antar pulau maupun ke pasar internasional.

Pelabuhan Biak merupakan salah satu dari 141 pelabuhan yang ada di Indonesia dengan klasifikasi
sebagai pelabuhan kelas 3 yang terbuka untuk segala aktifitas ekonomi di bagian utara Provinsi
Papua. Dalam lingkup lokal (antar Provinsi Papua), Pelabuhan Biak mempunyai hinterland seperti
Kabupaten Serui, Nabire, Supiori, Biak Numfor , Waropen, Manokwari dan Biak Numfor.

Di Kabupaten Biak Numfor direncanakan dibangun pelabuhan perikanan, yang merupakan tempat
yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
perikanan bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pelabuhan perikanan direncanakan
sebagai Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) di Desa Wadibu/Anggopi Distrik Oridek.
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), merupakan pelabuhan perikanan kelas A, yang skala
layanannya sekurang-kurangnya mencakup kegiatan usaha perikanan di wilayah laut teritorial, Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan wilayah perairan internasional

Prasarana dan Sarana Trasportasi Udara

Akses penerbangan terbuka dan berjalan setiap hari melalui Bandar Frans Kaisiepo yang memiliki
panjang runway 3.157 M yang melayani penerbangan domestic (jayapura, Makassar dan Jakarta)
dengan maskapai Garuda dan Sriwjaya. Untuk penerbangan singkat seperti Biak-nabire dan Biak-
Timika sudah beroperasi meskapai Garuda Explore yang mampu melayani penumpang hingga 70
orang sekali penerbangan. Sementara penerbangan perintis dilayani oleh Maskapai Susi Air.

Tabel 2.2 Aksesibilitas Jalur Udara


BAB 2-7
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Jumlah
No Rute Alat Transportasi Keterangan
Penerbangan
Nabire-Biak, Nabire-Timika
1 Garuda Indonesia ATR 72-600 Senin-Kamis, sabtu
dan Nabire-Jayapura
2 Nabire-Biak Express Air Dornier 328 3xseminggu
3 Jakarta-Makasar-Biak Garuda Indonesia B738 Setiap Hari
4 Jakarta-Makasar-Biak Sriwjaya Air B737 6xSeminggu
5 Surabaya-Biak Sriwjaya Air B737 6xSeminggu
6 Semarang-Biak Garuda Indonesia B738 2xsehari
7 Yogyakarta-Biak Garuda Indonesia B738 2xsehari

2.1.4 Kependudukan
2.1.4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kabupaten Biak Numfor pada tahun 2014 sebanyak 135.831 jiwa yang terdiri atas
69.908 jiwa laki-laki dan 65.923 jiwa perempuan. Dengan komposisi tersebut, maka rasio jenis
kelaminnya (sex ratio) sebesar 106, artinya dalam 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 106
penduduk laki-laki. Sedangkan kepadatan penduduknya adalah 52 jiwa/km2. Jumlah penduduk
selengkapnya disajikan pada Tabel 2.-3.

Tabel 2.3.Jumlah Penduduk Kabupaten Biak Numfor Menurut Distrik, Jenis Kelamin,Sex Ratio dan
Kepadatan Penduduk, Tahun 2015

No. Kecamatan Luas (Km )


2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Sex Ratio Kepadatan
2
Laki-Laki Perempuan Jumlah (Jiwa/Km )
1. Numfor Barat 90,83 1.393 1.311 2.704 106 30
2. Orkeri 62,42 1.006 909 1.915 111 31
3. Numfor Timur 49,54 723 647 1.370 112 28
4. Poiru 79,93 1.040 924 1.964 113 25
5. Bruyadori 101,73 1.038 986 2.024 105 20
6. Padaido 30,72 999 881 1.880 113 61
7. Aimando Padaido 50,86 1.192 1.144 2.336 104 46
8. Oridek 181,66 2.533 2.523 5.056 100 28
9. Biak Timur 125,51 3.643 3.539 7.182 103 57
10. Biak Kota 42,94 22.732 21.892 44.624 104 1.039
11. Samofa 230,54 15.337 14.273 29.610 107 128
12. Yendidori 275,13 4.309 4.105 8.414 105 31
13. Biak Utara 277,77 3.660 3.358 7.018 109 25
14. Andey 270,17 1.334 1.178 2.512 113 9
15. Warsa 68,37 2.504 2.286 4.790 110 70
16. Yawosi 39,63 1.031 1.073 2.104 96 53
17. Bondifuar 129,14 128 99 227 129 2
18. Biak Barat 252,34 3.055 2.763 5.818 111 23
19. Swandiwe 242,76 2.251 2.032 4.283 111 18
Jumlah 2.601,99 69.908 65.923 135.831 106 52

Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor (2015)

A. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur


BAB 2-8
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Jumlah penduduk Kabupaten Biak Numfor pada tahun 2015 sebagian besar berada pada
kelompok usia produktif (15 – 64 tahun) yaitu sebanyak 83.377 jiwa dan sisanya berada pada usia
tidak produktif (0 – 14 dan di atas 65 tahun) yaitu sebanyak 51.540 jiwa. Dengan komposisi tersebut,
maka rasio beban tanggungannya sebesar 62 artinya setiap 100 penduduk usia produktif harus
menanggung 62 jiwa penduduk usia tidak produktif. Komposisi penduduk Kabupaten Biak Numfor
menurut kelompok umur selengkapnya disajikan pada Tabel 2-4.

Tabel2.4. Komposisi Penduduk Kabupaten Biak Numfor Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin,
Tahun 2015

No. Kelompok Umur (Tahun) Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)

1. 00 – 04 8.005 7.763 15.768


2. 05 – 09 8.006 7.440 15.446
3. 10 – 14 8.337 7.591 15.928
4. 15 – 19 7.749 6.794 14.543
5. 20 – 24 6.553 5.909 12.462
6. 25 – 29 5.381 5.253 10.634
7. 30 – 34 4.823 5.271 10.094
8. 35 – 39 4.444 4.523 8.967
9. 40 – 44 4.018 4.129 8.147
10. 45 – 49 3.812 3.593 7.405
11. 50 – 54 3.282 2.842 6.124
12. 55 – 59 2.349 2.091 4.440
13. 60 – 64 1.408 1.195 2.603
14. 65 – 69 922 818 1.740
15. 70 – 74 444 347 791
16. 75+ 375 364 739
Jumlah 69.908 65.923 135.831

Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor (2015)

2.1.4.2 Kebudayaan

Dalam ranah kultural, gugusan Kepulauan Padaido termasuk dalam Struktur Wilayah Adat Bar Padaido
Anobo yang membawahi dua sub kewilayahan yakni : Sup Mnuk Aimando dan Sup Mnuk Arwek.
Kedua Kampung yang menjadi subjek kajian (baik Kp Yendakam di Pulau Owi dan Kp Auki di Pulau
Auki) termasuk dalam struktur wilayah adat Sup Mnuk Arwek. Bagaimana pembagian kewilayahan
adat di sekitar Kepulauan Padaido dalam ranah kultural tersebut bisa digambarkan dalam sketsa
kewilayahan adat berikut ini.

BAB 2-9
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Gambar 2.5 Sketsa Wilayah Adat Kabupaten Biak

Pembagian kewilayahan adat tersebut merupakan pembagian berdasarkan ketetapan Dewan Adat
Biyak -- disebut dalam istilah lokal ‘kain kain karkara’ yang bermakna sebagai ‘tempat berkumpul
untuk membicarakan berbagai urusan dan rencana bersama. Dewan Adat Biyak (DAB) sendiri
terbentuk setelah penetapan Otonomi Khusus (OTSUS) pada tahun 2001 – 2002. Pembentukannya
dilatarbelakangi oleh kepedulian untuk membangkitkan kembali nilai-nilai kearifan lokal serta wibawa
lembaga adat yang dimasa Orde Baru dihapuskan melalui penerapan sistem pemerintahan terpusat
pada sekitar tahun 1969.

Seiring perkembangan waktu maka beberapa hal yang terkait aspek-aspek pengaturan adat lainnya
(salah satunya terkait ‘sasisen’ bahas dibagian lain) juga bersinergi dengan ajaran – ajaran gereja
protestan yang menjadi agama mayoritas penduduk. Hingga kemudian kita akan mengenal istilah
‘Tiga Tungku’ dalam filosofi pengaturan kehidupan keseharian penduduk di sekitar lokasi kajian. Istilah
Tiga Tungku ini merupakan bentuk sinergi dan kordinasi antara tiga ranah : adat, agama, dan
pemerintahan kampung dalam pengaturan kehidupan. Dalam tuturan selanjutnya, informan
menjelaskan bahwa dua lokasi kajian yakni Kampung Yendakam, di Pulau Owi dan Kampung Auki, di
Pulau Auki dalam perspektif adat merupakan bagian dari pengaturan wilayah adat dalam struktur
organisasi Dewan Adat Biyak (Kain Kain Karkara). Hal tersebut tergambarkan dalam Bagan Struktur
Organisasi kewilayahan Adat sebagai berikut :

BAB 2-10
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Gambar 2.6 Struktur Organisasi Kewilayahan Adat Biak

Dalam penjelasan lebih lanjut disebutkan bahwa pengaturan kewilayahan adat tersebut (baik daratan
dan perairan/laut) secara faktual menjadi kewenangan para pemimpin di tingkat “Mnu” atau kampung
- pemimpinnya disebut sebagai ‘Mananwir Mnu’ – hingga ke level dibawahnya yakni di tingkat
keret/marga – pemimpinnya disebut “Mananwir Keret’ sebagai pemilik ulayat di dalam struktur
kewilayahan Mnu/Kampung. Dalam arti tersebut maka ‘Mnu/Kampung’ secara kewilayahan terdiri dari
wilayah-wilayah ulayat yang dimiliki oleh (beberapa) keret/marga. Sementara itu, struktur wilayah dan
pemimpin di atas level kampung (dari Sup Mnuk – Bar – Hingga level kabupaten) hanyalah bersifat
kordinatif semata.

Upaya pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Biak Numfor tidak dapat
dipisahkan dari berbagai kelembagaan sosial-ekonomi yang terdapat di daerah tersebut. Salah satu
kelembagaan sosial-ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Biak Numfor adalah peranan tokoh
adat dan tokoh agama dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam pengelolaan sumberdaya
kelautan dan perikanan. Masyarakat Biak Numfor mengenal pendekatan ‘tiga tungku’, yaitu terdiri
atas tokoh adat, tokoh agama dan pemerintah. Ketiga pihak tersebut memiliki peran yang penting
dalam setiap pengambilan keputusan, baik di tingkat lokal (desa) maupun kabupaten. Pemerintah
Kabupaten Biak Numfor sendiri juga menyadari diperlukannya keserasian pendekatan ‘tiga tungku’
yang dimiliki masyarakat tersebut, hal ini terlihat dari setiap kebijakan dan program pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan yang melibatkan tokoh adat dan tokoh agama setempat.

Sejalan dengan masih pentingnya peranan tokoh agama dan tokoh adat di Kabupaten Biak Numfor,

BAB 2-11
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
terdapat beberapa kearifan lokal yang dimiliki masyarakat berkaitan dengan sistem kekerabatan
maupun upaya memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Beberapa kearifan lokal diantaranya juga
berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan antara lain berupa Sasisen.
Sasisen merupakan kesepakatan adat yang bertujuan mengatur pemanfaatan sumberdaya alam yang
dimiliki masyarakat pada tujuan dan waktu-waktu tertentu. Kesepakatan ini dapat berlaku baik untuk
sumberdaya yang ada di darat maupun laut.

Kelembagaan sosial-ekonomi lainnya antara lain merupakan hasil intervensi program yang
dilaksanakan oleh berbagai pihak. Salah satu diantaranya adalah intervensi program yang
dilaksanakan oleh Yayasan Runsram bekerjasama dengan Coremap. Saat ini di tujuh kampung yang
mendapatkan intervensi program telah terdapat beberapa kelembagaan, seperti Kelompok
Masyarakat (Pokmas) Konservasi, Pokmas Perempuan, dan Pokmas Produksi.Selain itu telah disusun
draft Rencana Pengelolaan Terumbu Karang secara bersama-sama, dan masyarakat juga mulai
mengembangkan kegiatan konservasi dengan Sasisen dan Daerah Perlindungan Laut.

2.1.5 Sarana dan Prasarana


2.1.5.1 Sarana Prasarana Penunjang Ekonomi

Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan ekonomi kelautan yang terdapat di wilayah
Kabupaten Biak Numfor antara lain meliputi Pelabuhan Perikanan, Pasar Ikan, Cold Storage,
Penampungan Ikan, Balai Benik Ikan Pantai dan Pabrik Es (Gambar 2.7). Jumlah sarana ekonomi yang
berupa pasar di Kabupaten Biak Numfor masih terbatas jumlahnya. Pasar terbesar di wilayah ini
menyediakan berbagai macam kebutuhan dan buka setiap hari. Pasar tersebut adalah pasar inpres
yang terletak di pusat kota Biak dan merupakan sarana ekonomi untuk memasarkan hasil bumi, serta
barang-barang kebutuhan sehari-hari maupun sekunder.

Sedangkan pasar lainnya berada di Bosnik, Biak Timur, yang berjarak sekitar 11 km dari pusat Kota
Biak. Kegiatan dipasar ini hanya tiga kali per minggu, yaitu pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Pada
hari tersebut, para nelayan terutama dari Kepulauan Padaido akan memasarkan hasil tangkapan
mereka. Jika hasil tangkapan sampai siang tidak terjual, maka sisa hasil tersebut akan dibawa ke pasar
kota.

Fasilitas penunjang kegiatan ekonomi berupa bank terdapat di pusat Kota Biak. Bank yang cukup
besar adalah Bank Mandiri, BNI dan Bank Papua. Masyarakat telah memanfaatkan bank ini untuk
menabung ataupun untuk meminjam uang. Fasilitas ini juga telah dimanfaatkan oleh masyarakat
nelayan. Beberapa nelayan Kepulauan Padaido yang diwawancara menginformasikan bahwa mereka
selalu menabung sebagian hasil penjualan tangkapan ikan di Bank.

Sementara BPR (Bank Perkreditan Rakyat) dapat ditemukan di kota- kota kecamatan/distrik.
Masyarakat biasa hingga pedagang di pasar saat ini telah mulai menabung maupun meminjam uang di
BPR yang ada di lokasi masing- masing. Besar peminjaman di BPR biasanya relatif kecil, dan
pengembaliannya dapat diangsur setiap hari. Selain itu, terdapat KUD yang tersebar di sejumlah
kampung di Kabupaten Biak Numfor yang jumlahnya sekitar 139 buah, namun cukup banyak KUD
yang tidak berfungsi (LIPI, 2008).

Untuk sarana prasarana penunjang perekonomian masyarakat pesisir seperti Tempat Pendaratan Ikan
di Kabupaten Biak Numfor, tergolong minim. Tidak mengherankan apabila produksi perikanannya pun
masih tergolong rendah dibandingkan dengan potensi lestarinya. Keberadaan Pangkalan Pendaratan
Ikan di Kota Biak juga masih belum beroperasi.

BAB 2-12
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
a. Pelabuhan Perikanan b. Pasar Ikan

c.Cold Storage d. Penampungan Ikan

e. Balai Benih Ikan Pantai f. Pabrik Es

Gambar2.7. Beberapa Sarana dan Prasarana di Pulau Biak

BAB 2-13
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
2.1.5.2 Sarana Prasarana Penunjang Kesejahteraan Masyarakat

Sarana pendidikan di Kabupaten Biak Numfor masih terbatas. Sarana sekolah yang tersebar merata
disetiap kampung hanya tingkat pendidikan sekolah dasar,sedangkan sarana pendidikan tingkat SLTA
masih terpusat di Kota Kabupaten maupun Distrik, tetapi di Distrik Biak Timur hanya tersedia satu
SMK.

Sarana kesehatan di Kabupaten Biak Numfor pun masih terbatas. Di wilayah ini hanya terdapat 3
rumah sakit, terdiri dari satu rumah sakit umum daerah (RSUD) dan 2 rumah sakit tentara.

2.1.6 Ekonomi Wilayah


2.1.6.1 Pertumbuhan Ekonomi

Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat digambarkan dengan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB adalah keseluruhan produk yang dihasilkan di suatu wilayah pada waktu tertentu.
Perekonomian Kabupaten Biak Numfor pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor
mencapai 11,79% (atas dasar harga berlaku) dan 6,36% (atas dasar harga konstan), sedangkan pada
tahun 2014 pertumbuhan ekonomi mencapai 12,30% (atas dasar harga berlaku) dan 5,12% (atas dasar
harga konstan).

Kondisi perekonomian untuk sub sektor perikanan mengalami peningkatan. Pada tahun 2013,
pertumbuhan ekonomi subsektor perikanan Kabupaten Biak Numfor mencapai 3,68% (atas dasar
harga berlaku) dan 3,99% (atas dasar harga konstan), sedangkan pada tahun 2014 pertumbuhan
ekonomi sub sektor perikanan mencapai 10,66% (atas dasar harga berlaku) dan 3,82% (atas dasar
harga konstan). Perkembangan PDRB Kabupaten Biak Numfor selengkapnya disajikan pada Tabel
2.5.

Tabel2.5. Perkembangan PDRB Kabupaten Biak Numfor

No. Sektor Harga Berlaku (Rp Juta) Harga Konstan (Rp Juta)
2012 2013 2014 2012 2013 2014
Pertanian 798.767,12 837.803,09 922.748,99 722.932,93 750.944,36 779.979,00
1.
- Perikanan 651.570,35 675.565,08 747.582,96 584.889,66 608.221,92 631.463,20
2. Pertambangan 30.826,42 32.092,87
3. & Penggalian
Industri 124.323,42 134.370,10 146.790,02
28.153,35 25.863,58 26.655,17 25.826,19
4. Listrik, Gas 9.515,13 9.586,52 11.029,41
Pengolahan 115.216,15 115.889,40 121.972,00
5. Bangunan 330.976,17 380.814,11 425.936,73 297.830,55 338.112,06 343.339,89
danAirBers 9.291,43 9.859,13 10.390,71
6. Perdagangan, 486.252,49 588.303,67 660.565,25
ih
7. Pengangkutan 407.980,17 464.764,49 527.335,53
Hotel dan 464.257,87 493.477,82 514.260,27
& Komunikasi
8. Keuangan, 256.708,73 295.464,33 322.044,80
Restoran 369.876,11 399.516,12 418.029,54
Sewa & Jasa
9. Jasa-Jasa 604.103,92 664.057,44 776.407,93 563.975,28 589.798,65 653.046,23
Jumlah
Perusahaan 231.616,94 2.979.045,31
3.046.780,50 3.405.990,17 3.824.951,53 2.800.860,84 254.792,60 3.131.696,45
264.852,62
Pertumbuhan - 11,79 12,30 - 6,36 5,12
(%)
Sumber: PDRB Kabupaten Biak Numfor Menurut Lapangan Usaha 2014 (Diolah)

BAB 2-14
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Biak Numfor menurut sektor pada tahun 2014
didominasi oleh sektor jasa-jasa sebesar 16,92%; sektor listrik, gas dan air bersih sebesar
15,05%; serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,46%. Perekonomian wilayah
Kabupaten Biak Numfor berupa PDRB menurut sektor/lapangan usaha selengkapnya disajikan
pada Tabel 2.6.

Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Biak Numfor atas dasar harga berlaku
menunjukkan peningkatan, yaitu dari Rp 23.013.327 pada tahun 2012 menjadi Rp 28.159.635
pada tahun 2014.

2.1.6.2 Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan

Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB Kabupaten Biak Numfor
masih sangat dominan dari sektor pertanian. Pada tahun 2012 – 2014 kontribusi sektor
pertanian masing-masing sebesar 26,22%; 24,60%; 24,12% (atas dasar harga berlaku) dan
25,81%; 25,21%; 24,91% (atas dasar harga konstan). Sedangkan sektor lainnya yang dipandang
cukup dominan adalah sektor jasa-jasa masing-masing sebesar 19,83%; 19,50%; 20,30% (atas
dasar harga berlaku) dan 20,14%; 19,80%; 20,85% (atas dasar harga konstan) serta sektor
perdagangan, hotel dan restoran masing-masing sebesar 15,96%; 17,27%; 17,27% (atas dasar
harga berlaku) dan 16,58%; 16,56%; 16,42% (atas dasar harga konstan).

Sementara itu, kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Biak Numfor cukup
besar. Hal ini dapat dimengerti mengingat sub sektor perikanan menjadi sektor andalan
perekonomian Kabupaten Biak Numfor. Pada tahun 2012 – 2014 kontribusi sub sektor
perikanan masing-masing sebesar 21,39%; 19,83%; 19,54% (atas dasar harga berlaku) dan
20,88%; 20,42%; 20,16% (atas dasar harga konstan). Kontribusi PDRB Kabupaten Biak Numfor
atas dasar harga berlaku dan harga konstan menurut sektor/lapangan usaha selengkapnya
disajikan pada Tabel 2.6.

Dalam beberapa tahun ke depan, kegiatan ekonomi Kabupaten Biak Numfor masih akan
didominasi oleh bidang pertanian, meskipun kontribusinya semakin menurun. Indikasi tersebut
terlihat dari kontribusi yang besar dalam PDRB (lebih dari 20%) karena kabupaten ini
merupakan daerah pertanian. Sektor lain yang bisa dijadikan andalan dalam perekonomian
Kabupaten Biak Numfor adalah sektor jasa-jasa; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran
karena kontribusinya menempati urutan kedua dan ketiga dalam PDRB.

Tabel2.6. Perkembangan Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Biak Numfor

Harga Berlaku (%) Harga Konstan (%)


No. Sektor/Lapangan Usaha
2012 2013 2014 2012 2013 2014
Pertanian 26,22 24,60 24,12 25,81 25,21 24,91
1.
- Perikanan 21,39 19,83 19,54 20,88 20,42 20,16
2. Pertambangan & Penggalian 0,92 0,91 0,84 0,92 0,89 0,82
3. Industri Pengolahan 4,08 3,95 3,84 4,11 3,89 3,89
4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,31 0,28 0,29 0,33 0,33 0,33
5. Bangunan 10,86 11,18 11,14 10,63 11,35 10,96
Perdagangan, Hotel dan
6. 15,96 17,27 17,27 16,58 16,56 16,42
Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi 13,39 13,65 13,79 13,21 13,41 13,35
Keuangan, Sewa & Jasa
8. 8,43 8,67 8,42 8,27 8,55 8,46
Perusahaan
BAB 2-15
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Harga Berlaku (%) Harga Konstan (%)
No. Sektor/Lapangan Usaha
2012 2013 2014 2012 2013 2014
9. Jasa-Jasa 19,83 19,50 20,30 20,14 19,80 20,85
Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber:PDRB Kabupaten Biak Numfor Menurut Lapangan Usaha 2014 (Diolah)

2.1.6.3 Analisis Produktifitas Kegiatan Ekonomi

Analisis produktifitas kegiatan ekonomi menggunakan metode perhitungan Location Quotient


(LQ). LQ adalah suatu indeks untuk mengukur tingkat relatif suatu sektor atau subsektor
ekonomi suatu wilayah tertentu. Pengertian relatif disini diartikan sebagai tingkat
perbandingan suatu wilayah dengan wilayah yang lebih luas, dimana wilayah yang diamati
merupakan bagian dari wilayah yang lebih luas tersebut.

Tabel2.7. Perkembangan Nilai LQ Kabupaten Biak Numfor

No. Sektor/Lapangan Usaha Nilai LQ


2012 2013 2014
1. Pertanian 2,0916673 1,8891589 1,7092775
- Perikanan 4,1446279 3,8565449 3,4211769
2. Pertambangan & Penggalian 0,0223642 0,0239985 0,0290612
3. Industri Pengolahan 1,8561929 1,8250825 1,5720516
4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,5587818 3,2414517 2,9598842
5. Bangunan 0,8679898 0,8198462 0,6678355
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,9870442 1,9439729 1,7209403
7. Pengangkutan & Komunikasi 1,7034728 1,6071877 1,4450369
8. Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 3,0751299 2,9475274 2,6070850
9. Jasa-Jasa 1,5594204 1,4926904 1,3535669

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Biak Numfordan Provinsi Papua (2015)

Berdasarkan perhitungan LQ diperoleh bahwa sektor-sektor yang merupakan sektor basis


(unggulan) bagi perekonomian Kabupaten Biak Numfor adalah: (1) sektor pertanian, (2) sektor
industri pengolahan, (3) listrik, gas dan air bersih, (4) sektor perdagangan, hotel dan restoran,
(5) pengangkutan dan komunikasi, (6) keuangan, sewa dan jasa perusahaan, (7) sektor jasa-jasa.
Hasil perhitungan LQ selengkapnya disajikan pada Tabel 2.7. Berdasarkan hasil perhitungan LQ
tersebut terlihat bahwa terdapat 7 (tujuh) sektor yang merupakan sektor basis (unggulan).
Khusus untuk subsektor perikanan merupakan subsektor basis (unggulan) dalam perekonomian
Kabupaten Biak Numfor. Sektor basis berperan penting dalam pembangunan daerah karena
sektor tersebut dapat memberikan kontribusi utama bagi perekonomian daerah.

2.2 Gambaran Umum Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu

Lokasi sentra kelautan dan perikanan terpadu di Kabupaten Biak Numfor direncanakan akan
dibangun di PPI Fandoi, Kelurahan Fandoi, Distrik Biak Kota. Kelurahan Fandoi terletak di
Distrik Biak Kota dengan titik koordinat kondisi sebagai berikut:

Titik I : S0I°11'10,4"danE 13~04'56,4" Titik II : S 01°11'10,1"danE 136°04'55,5"

Titik III : S 01°11'10,6" dan E 136°04'55,4" Titik IV : S 01°11'10,9" dan E 13~04'56,6"

BAB 2-16
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Lokasi PPI Fandoi cukup strategis karena memiliki akses jalan, dukungan listrik yang cukup
serta dukungan air bersih melalui PDAM, serta memiliki Berita Acara Pelepasan Hak Atas
Tanah. Lokasi PPI Fandoi ditetapkan sebagai sentra kelautan dan perikanan terpadu di
Kabupaten Biak Numfor dan menjadi lokasi awal Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi
(Integrated Cold Storage) untuk Kabupaten Biak Numfor menggantikan lokasi lama yang
berlokasi di Lahan Bekas I Eks Hotel Marauw, di Desa Marauw Distrik Oridek yang berjarak
sekitar 15 km dari Kota Biak.

Hasil identifikasi lapangan yang dilakukan menunjukkan permasalahan yang masih dihadapi di
l o k a s i l a m a d i Desa Marauw adalah: (1) lokasi jauh dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Fandoi yang saat ini beroperasi dan merupakan sumber bahan baku, sementara rencana
pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera yang dekat dengan lokasi Marauw hingga saat
ini belum ada kejelasan; (2) kondisi lahan agak jauh dari jalan akses jalan raya dan akses jaringan
listrik; dan (3) di lokasi belum tersedia jaringan air bersih sehingga memerlukan pemasangan
instalasi jaringan PDAM yang membutuhkan anggaran sekitar 3 milyar rupiah.

Berdasarkan hasil identifikasi lapang tersebut maka diperlukan penetapan lokasi baru untuk
lokasi awal Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi (Integrated Cold Storage) yang
dinyatakan melalui Surat Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor
B.28.6/PDSPKP.3/PL.20NI/2016 tanggal 17 Juni 2016 tentang Perubahan Lokasi
Pembangunan Integrated Cold Storage di Kabupaten Biak Numfor serta Surat Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan nomor : 523/897/2016 tentang Permohonan Penetapan Lokasi Baru
Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi tanggal 17 Juni 2016.

Menindaklanjuti kedu a surat tersebut, maka Bupati Biak Numfor menetapkan telah
menetapkan Lokasi yang baru untuk Pembangunan ICS melalui Surat Penetapan Lokasi
Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi nomor 523.4/54.a tanggal21 Juni 2016 sebagai
berikut: (1) Lokasi Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi yang baru b erada di dalam
Komplek PPI Fandoi, Kelurahan Fandoi Distrik Biak Kota; (2) Lokasi yang baru memiliki akses
jalan, dukungan listrik yang cukup serta dukungan air bersih melalui PDAM, belurn memiliki
sertifikat, memiliki Berita Acara Pelepasan Hak Atas Tanah; dan (3) Dilakukan Addendum Lokasi
terhadap Kontrak Perencanaan Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi yang masih dalam
tahap pelaksanaan.

2.2.1 Visualisasi Foto Udara (Hasil Foto Drone) Lokasi

Area yang akan dijadikan sebagai pusat/sentra kegiatan kelautan dan perikanan terpadu di
Kabupaten Biak Numfor yaitu di Kelurahan Fandoi yang termasuk dalam wilayah Distrik Biak
Kota. Lokasi tersebut merupakan Komplek Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Fandoi di
Kelurahan Fandoi yang termasuk dalam wilayah Distrik Biak Kota. Hasil foto udara dengan
menggunakan Google Earth disajikan pada Gambar 2.8.

BAB 2-17
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Gambar2.8. Hasil Foto Udara Lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Kelurahan
Fandoi, Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor

Gambar2.9. Ilustrasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Fandoi, Kabupaten Biak Numfor

BAB 2-18
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
2.2.2 Kondisi Sarana dan Prasarana

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Fandoi merupakan pelabuhan kecil di Distrik Biak Kota yang
dikelola oleh Dinas KP Kab. Biak Numfor. Keseluruhan luas kawasan PPI Fandoi adalah 7,5Ha,
luas lahan yang disiapkan untuk menunjang kegiatan SKPT Biak Numfor adalah seluas 630m2.
Fasilitas pendukung yang terdapat di PPI Fandoi adalah sebagai berikut:

Tabel2.8. Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Fandoi, Kelurahan Fandoi, Distrik Biak Kota,
Kabupaten Biak Numfor

NO FASILITAS YANG TERSEDIA BANYAKNYA KONDISI


1. Dermaga dengan luas 75m* 1 buah Baik
2. Pabrik Es kapasitas 2 ton 1 buah Rusak/Tidak Operasional
3. Cold Storage kapasitas 16 ton 1 buah Rusak/Tidak Operasional
4. Pasar ** 1 buah Baik
5. Bangsal Pengolahan 1 buah Tidak Operasional
6. Tempat Pelelangan Ikan 1 buah Rusak/Operasional
7. SPBN 1 buah Baik/Operasional Uji Coba
8. Kantor Pengelola 2 buah Baik
9. Kantor Pengawasan 1 buah Baik
10. Gudang 1 buah Baik
11. Kantor Karantina 1 buah Baik
12. Ruangan Pertemuan 1 buah Baik
13. Pos Jaga 1 buah Baik
14 Tempat Workshop 1 buah Baik
15. PDAM unit Tersedia
16. PLN gardu Tersedia
17. Telekomunikasi Tersedia

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Biak Numfor 2015

Keterangan :

* : Status kepemilikan dermaga dimiliki oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal dan Transmigrasi

** : Status kepemilikan pasar dimiliki oleh Disperindag, pasar direncanakan operasional


pada bulan Juni 2017. Pedagang ikan yang berjualan di akses jalan PPI Fandoi akan
direlokasi ke pasar ikan sedangkan pedagang sayur akan direlokasi ke 2 (dua) pasar
Inpres yang telah disiapkan.

BAB 2-19
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
BAB 3 MASTERPLAN SKPT

3.1 Potensi SKPT Biak


3.1.1 Perikanan Tangkap
3.1.1.1 Potensi Sumberdaya Perikanan

Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 717 merupakan daerah penangkapan ikan (DPI) bagi nelayan
di Kabupaten Biak Numfor. WPP 717 yang meliputi Samudera Pasifik dimana didalamnya adalah
Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu tujuan utama daerah penangkapan ikan dan
udang di Indonesia. Udang dan ikan demersal telah lama menjadi sasaran utama kegiatan
penangkapan ikan di WPP 717 oleh armada perikanan yang beroperasi

Gambar 3.1 Lokasi Wilayah Pengelolaan Perikanan 717

Wilayah Pengelolaan Perikanan 717. Berdasarkan analisis terhadap semua parameter, diperoleh
penilaian kondisi ekosistem WPP 717 pada masing-masing indikator yaitu habitat 275.00 (baik sekali),
sumberdaya ikan 266.67 (baik sekali), teknis penangkapan ikan 233.33 (baik), sosial ekonomi 171.42
(sedang) dan kelembagaan 166.67 (sedang). Hasil analisis komposit agregat semua indikator
menunjukkan nilai 222.62, dimana kondisi ekosistemnya adalah ‘BAIK’ atau warna flag hijau muda.
Kemudian analisis lebih detail, dapat dilihat pada masing-masing WPP berdasarkan indikatornya

Potensi yang dimiliki Kabupaten Biak Numfor dalam bidang kelautan dan perikanan yang masuk
dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 717 relatif cukup besar. Potensi lestari (MSY) di
WPPNRI 717 sebesar 603.688 ton/tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanannya
diperkirakan sudah sebesar 336.618 ton/tahun (55,76% dari potensi lestari). Dengan kondisi yang
demikian berarti potensi sumber daya ikan tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal,
sehingga masih memiliki peluang pengembangan ke depan yang cukup potensial, yakni diperkirakan
sebesar 267.070 (44,24% dari potensi lestari).

BAB 3-1
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Gambar 3.2 Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPNRI) 717

3.1.1.2 Armada Penangkapan Ikan

Kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan laut Kabupaten Biak Numfor sebagian besar masih
bersifat tradisional dan terbatas pada wilayah perairan pantai dengan minim sarana bantu
penangkapan. Armada penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Biak Numfor
terdiri atas perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) (Gambar
3.3). Jumlah armada penangkapan ikan selama tahun 2007 – 2012 terus mengalami peningkatan
dimana pada tahun 2007 tercatat sebanyak 3.537 unit dan tahun 2012 tercatat sebanyak 6.277 unit,
sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan dimana pada tahun 2013 tercatat sebanyak 6.262
unit, tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 6.649 unit dan tahun 2015 mengalami penurunan
menjadi 6.283 unit. Data perkembangan jumlah armada penangkapan ikan selengkapnya disajikan
pada tabel 3.1 berikut.

Grafik

6.000
5.000
4.000 Perahu tanpa motor
3.000
Perahu motor tempel
2.000
1.000 Kapal motor
-
2007 2008 2009 2010 2012 2013 2014 2015

Sumber : BPS Biak Numfor, 2016

Gambar 3.3 Armada Penangkapan Ikan

BAB 3-2
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor

Jenis Armada (Unit)


No. Kecamatan
Perahu Tanpa Motor Perahu Motor Tempel Kapal Motor Jumlah
1. Biak Kota 1.030 408 35 1.473
2. Biak Timur 1.015 272 - 1.287
3. Biak Barat 300 96 - 396
4. Biak Utara 167 49 - 216
5. Padaido 570 229 8 807
6. Yendidori 331 105 1 437
7. Warsa 95 40 - 135
8. Numfor Barat 329 119 - 448
9. Numfor Timur 316 118 - 434
10. Swandiwe 6 11 - 17
11. Bondifuar 9 14 - 23
12. Orkery 164 14 - 178
13. Bruyadori 47 6 - 53
14. Poiru 78 15 - 93
15. Aimando 132 45 - 177
16. Oridek 73 16 - 89
17. Yawosi 16 4 - 20
2015 4.678 1.561 44 6.283
2014 5.104 1.513 32 6.649
2013 4.803 1.429 30 6.262
2012 4.823 1.429 25 6.277
2010 4.845 1.257 36 6.138
2009 3.480 1.097 50 4.627
2008 3.076 454 26 3.556
2007 3.076 448 13 3.537

Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor (2010–2015)

a. Perahu Tanpa Motor b. Perahu Motor Tempel

Gambar3.4. Jenis Armada Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor

Sementara apabila dilihat berdasarkan kecamatan, jumlah armada perikanan tangkap terbesar
terdapat di Kecamatan Biak Kota dengan jumlah perahu tanpa motor sebanyak 1.030 unit, perahu
motor tempel sebanyak 408 unit dan 35 unit untuk perahu kapal motor, Kecamatan Biak timur
dengan jumlah perahu tanpa motor sebanyak 1.015 unit dan perahu motor tempel sebanyak 272 unit,
serta Kecamatan Padaido dengan jumlah perahu tanpa motor sebanyak 570 unit, perahu motor
BAB 3-3
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
tempel sebanyak 229 unit dan 8 unit untuk perahu kapal motor. Ketiga kecamatan dimaksud
merupakan sentra perikanan di Kabupaten Biak Numfor.

1200
1000
800
600 Perahu tanpa motor
400 Perahu motor tempel
200 Kapal motor
0

3.1.1.3 Alat Penangkapan Ikan

Alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Biak Numfor didominasi oleh alat tangkap
jaring insang dan pancing. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi laut diharapkan para
nelayan nantinya menambah ukuran dan kekuatan mesin kapal serta modernisasi alat tangkap dan
ikannya, sehingga daya jelajah kapal penangkapan ikan akan lebih jauh dan mengarah ke perairan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Jaring insang
10.000
Pancing

5.000 Alat penangkapan lainnya

-
2007 2008 2009 2010 2012 2013
2014
2015

Sumber : BPS Biak Numfor, 2016

Gambar 3.5 Alat Penangkapan Ikan

Jumlah alat penangkapan ikan di Kabupaten Biak Numfor selama tahun 2007 – 2012 terus
mengalami peningkatan dimana pada tahun 2007 tercatat sebanyak 7.779 unit dan tahun 2012
tercatat sebanyak 15.807 unit, sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan dimana tercatat
sebanyak 9.448 unit, pada tahun 2014 mengalami penurunan dimana tercatat sebanyak 4.093
unit dan tahun 2015 mengalami peningkatan dimana tercatat sebanyak 9.562 unit. Data
perkembangan jumlah alat penangkapan ikan selengkapnya disajikan pada Tabel 3.2.

BAB 3-4
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor

Jenis Alat Penangkapan Ikan (Unit)


No. Kecamatan Alat Penangkap
Jaring Insang Pancing Jumlah
lainnya
1. Biak Kota 135 985 91 1.211
2. Biak Timur 460 859 611 1.930
3. Biak Barat 255 172 365 792
4. Biak Utara 70 186 104 360
5. Padaido 654 554 181 1.389
6. Yendidori 368 370 56 794
7. Warsa 101 130 81 312
8. Numfor Barat 320 170 71 561
9. Numfor Timur 140 216 95 451
10. Swandiwe 10 35 4 49
11. Bondifuar 9 22 2 33
12. Orkery 155 183 84 422
13. Bruyadori 126 168 12 306
14. Poiru 86 182 7 275
15. Aimando 75 282 51 408
16. Oridek 78 59 74 211
17. Yawosi 21 32 7 60
2015 3.063 4.605 1.894 9.562
2014 2.634 1.429 30 4.093
2013 7.989 1.429 30 9.448
2012 8.435 5.507 1.865 15.807
2010 3.018 5.362 1.949 10.329
2009 2.400 4.400 1.747 8.547
2008 1.800 2.235 3.744 7.779
2007 1.800 2.235 3.744 7.779

Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor (2010–2015)

a. Pancing b. Jaring

Gambar3.6. Jenis Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor

BAB 3-5
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
3.1.1.4 Rumah Tangga Nelayan

Rumah tangga nelayan di Kabupaten Biak Numfor selama tahun 2007 – 2013 terus mengalami
peningkatan dimana pada tahun 2007 tercatat sebanyak 4.337 RTP dan tahun 2012 tercatat
sebanyak 5.508 RTP, serta tahun 2013 dan 2014 tercatat sebanyak 7.240 RTP serta tahun 2015
tercatat sebanyak 4.614 RTP. Data perkembangan jumlah alat penangkapan ikan selengkapnya
disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3.Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Nelayan di Kabupaten Biak Numfor

Tahun (RTP)
No Kecamatan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Numfor 332 332 - 341 345 353 387 387 356
2. Barat
Orkeri - - - - - - 56 56 49
3. Numfor 315 315 - 325 330 338 381 381 341
4. Timur
Poiru - - - 182 176 176 176 176 182
5. Bruyadori - - - 250 248 248 251 251 254
6. Padaido 579 580 - 590 598 608 632 632 619
7. Aimando - - - 154 165 177 625 625 198
8. Padaido
Oridek 1041 1048 - 1064 1069 1099 2020 2020 133
9. Biak Timur - - - 97 102 126 124 124 114
10. Biak Kota 1074 1080 - 1145 1152 1173 1320 1320 1178
11. Samofa 3 12 - - - 35 - - -
12. Yendidori 336 336 - 343 353 359 374 374 364
13. Biak Utara 172 182 - 188 186 185 201 201 188
14. Andey - - - 26 23 29 26 26 -
15. Warsa 182 174 - 180 180 180 197 197 198
16. Yawosi - - - 14 12 17 18 18 24
17. Bondifuar - - - 13 22 33 29 29 36
18. Biak Barat 302 310 - 320 326 326 381 381 332
19. Swandiwe - - - 27 30 46 42 42 48
Jumlah 4337 4369 - 5279 5344 5508 7240 7240 4614
Pertumbuha - 0,74 - 20,83 1,23 3,07 31,45 0 -36,27
n (%)
Sumber: Diolah dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor (2010–2015)

3.1.1.5 Produksi Perikanan tangkap

Secara eksisting jumlah produksi perikanan tangkap sampai tahun 2015, sebanyak 38.569 ton/tahun
yang berasal dari hasil tangkapan alat tangkap jaring insang dan pancing. Jenis ikan yang ditangkap
didominasi pelagis kecil dan pelagis besar. Total produksi pelagis kecil sebesar Rp 11.214 ton, tuna
8.012ton, cakalang 5.315 ton dan tongkol 4.666 ton. Selengkapnya jumlah produksi perikanan
tangkap disajikan pada Tabel 3.4.

BAB 3-6
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Tabel 3.4 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Biak Numfor, Tahun 2015

No Kelompok Jenis Ikan Produksi (Ton)


1 Pelagis Kecil 11.214
2 Tuna 8.021
3 Cakalang 5.315
4 Tongkol 4.666
5 Pelagis besar lainnya (selain tuna, cakalang, tongkol) 4.370
6 Demersal 3.486
7 Ikan Karang 1.316
8 Udang Penaid 121
9 Lobster 60
Total 38.569
Sumber : DJPT (2016)

Gambar 3.7. Contoh Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan di Fandoi

Perkembangan hasil tangkapan ikan untuk komoditas tuna cakalang diprediksi sampai dengan 2019
terus mengalami peningkatan. Total produksi tuna pada tahun 2012 mencapai 7.315 ton meningkat
menjadi 9.053 ton pada tahun 2015. Semetara produksi penangkapan tuna diperkirakan akan terus
meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 10,12 %. Pada tahun 2019 ditargetkan tingkat
produksi tuna bis amencapai 15.434 ton.

BAB 3-7
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
18.000
16.000 15.434
14.000 13.872
12.000 12.468
11.206
10.000 10.072
9.053 Jumlah (Ton)
8.000 7.998
7.315 Pertumbuhan (%)
6.000
4.000
2.000
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumber : BPS Biak Numfor, 2016

Gambar 3.8 Produksi Tuna 2012-2015 dan estimasi tangkapan sampai dengan 2019

3.1.1.6 Kawasan Perikanan Tangkap

Sebagai wilayah kepulauan dengan perairan laut yang cukup luas, Kabupaten Biak Numfor memiliki
potensi perikanan tangkap yang sangat besar. Potensi tersebut telah menjadi sumber penghidupan
masyarakat di sepanjang kawasan pesisir Pulau Biak dan pulau Numfor, termasuk kepulauan
Padaido. Namun dengan terbatasnya sarana penangkapan ikan dan alat tangkap yang dimiliki
masyarakat, maka jangkauan melaut mereka hanya sebatas pinggiran pesisir yang tidak jauh dari
pantai.

Berdasarkan Renstra Pesisir Kabupaten Biak Numfor, wilayah pengembangan perikanan tangkap
disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Wilayah Pengembangan Kawasan Perikanan Tangkap Kabupaten Biak Numfor

Wilayah
Distrik Potensi Jenis Ikan
Pengembangan
Utara Biak Utara Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
Warsa Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
Timur Biak Kota Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
Biak Timur Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
Lobster,
Ikan Hias Air Laut
Selatan Yendidori Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
Biak Barat Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
Numfor Numfor Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
Timur Lobster,
Ikan Hias Air Laut
Numfor
Barat Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
Lobster,
Ikan Hias Air Laut
Padaido Ikan Tuna,Cakalang, serta Ikan Pelagis Lainnya, Ikan jenis demersal,
BAB 3-8
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Wilayah
Distrik Potensi Jenis Ikan
Pengembangan
Lobster,
Ikan Hias Air Laut

Sumber : Penyusunan Renstra Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2014

Seluruh kawasan pesisir Biak Numfor di luar kawasan konservasi (KKPD dan TWP Padaido)
sebenarnya merupakan kawasan penangkapan ikan. Kawasan tersebut memanjang dari Distrik Biak
Timur hingga Distrik Biak Utara, dan seluruh pesisir di pulau Numfor, termasuk kepulauan Padaido.
Fishing ground mereka umumnya kebanyakan tidak jauh dari pantai, atau maksimal 2 mil laut.
Namun untuk mereka yang hanya menggunakan perahu tanpa motor paling jauh sampai rumpon
atau sekitar 500 m - 1000 m dari pantai. Jenis ikan yang ditangkap mayoritas adalah ikan karang atau
ikan demersal. Selain itu ada juga aktivitas penangkapan ikan pelagis besar dan pelagis kecil, tetapi
jumlahnya sedikit dan datanya tidak tercatat dengan baik, terlebih nelayan banyak menjual hasil
tangkapannya di tengah laut langsung.

Banyaknya aktivitas penangkapan ikan karang tidak lepas dengan sarana dan alat tangkap yang
digunakan. Nelayan Kabupaten Biak Numfor dalam usaha penangkapan hanya menggunakan alat
tangkap jaring insang, pancing dan alat tangkap lainnya, seperti panah dan tombak. Aktivitas
penangkapan nelayan juga masih di sekitar perairan pantai dan dangkal, seperti di area terumbu
karang dan tubir-tubir pantai, hal ini karena nelayan hanya menggunakan sarana perahu tak
bermotor dan motor tempel.

Hasil tangkapan nelayan umumnya dijual di pasar sekitar tempat mereka tinggal (pasar lokal), kecuali
untuk jenis ikan karang hias yang wilayah pasarnya sudah mencapai ekspor. Kecilnya skala pasar ini
disebabkan jumlah permintaan pasar yang tidak banyak dan motivasi masyarakat dalam menangkap
ikan hanya sampai pada untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik untuk dikonsumsi sendiri dan
dijual di pasar tradisional lokal.

3.1.2 Perikanan Budidaya

Perairan pesisir Kabupaten Biak Numfor berpotensi untuk pengembangan perikanan budidaya
khususnya untuk budidaya keramba jaring apung dengan jenis komoditas unggulan yaitu ikan
kerapu dari jenis kerapu sunu dan kerapu bebek. Kegiatan budidaya ikan dalam karamba sudah mulai
dikembangkan oleh masyarakat di Desa Urfu dan Desa Samber di Distrik Yendidori, Pulau Auki, dan
Pulau Wundi di Distrik Padaido. Sebagian besar perairan pesisir pulau-pulau kecil di kawasan Pulau
Auki dan Pulau Wundi berpotensi dimanfaatkan untuk budidaya laut. Metode budidaya yang
digunakan adalah metode karamba jaring tancap (KJT) dan metode karamba jaring apung (KJA).

Jenis-jenis ikan yang telah dibudidayakan oleh masyarakat dengan metode KJT dan KJA adalah ikan
kerapu sunu, kerapu tikus, kerapu macan, ikan bobara, dan ikan napoleon tersebar di Teluk Urfu,
Pulau Auki dan Pulau Wundi.

3.1.2.1 Wilayah Teluk Urfu

Teluk Urfu cukup sesuai bagi pengembangan budidaya ikan laut, karena kawasan perairannya yang
terlindung dari arus kuat dan gelombang laut yang besar. Kegiatan budidaya ikan di Teluk Urfu sudah
mulai dikembangkan untuk budidaya ikan bobara, ikan nila dan ikan napoleon yang saat ini berada
pada 5 (lima) kolam di tepian pantai, serta pada 6 (enam) unit karamba jaring tancap (KJT). Selain itu

BAB 3-9
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
terdapat 2 (dua) unit karamba jaring apung (KJA) yang terdiri atas 6 (enam) kotak per unit KJA
dengan ukuran 3m x 3m per kotak untuk budidaya ikan kerapu macan, kerapu tikus dan kerapu
lumpur. Kedalaman perairan lokasi budidaya rata-rata sedalam 12 m, dengan kedalaman jaring 3 m.
Ikan yang dibudidayakan dalam KJA memiliki kepadatan penebaran sebanyak 500 ekor per kotak,
dengan masa pemeliharaan selama setahun, dan berat timbangan pada saat panen sebesar 800 gram
per ekor. Kelangsungan hidupnya sebesar 50 %, maka dalam setiap panen akan menghasilkan
produksi sekitar 2,4 ton/tahun (Gambar 3-9).

Gambar 3.9 Keramba Jaring Tancap, Kolam Budidaya Air Laut dan Keramba Jaring Apung di Desa
Urfu

3.1.2.2 Wilayah Pulau Auki

Kegitan budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA, sudah mulai diperkenalkan kepada masyarakat
pembudidaya oleh Pemerintah Kabupaten Biak Numfor Numfor, dalam hal ini Dinas Kelautan
dan Perikanan (DKP) Kabupaten Biak Numfor dengan memberikan bantuan KJA kepada kelompok-
kelompok pembudidaya di Pulau Auki.

Sayangnya penerapan metode KJA belum dianggap sukses, hal ini dikarenakan masyarakat
pembudidaya belum memahami metode budidaya ikan dengan sistem KJA, sehingga perlakuan
terhadap ikan yang dibudidayakan sama dengan metode KJT. Selain itu, aktivitas masyarakat yang
lebih dominan sebagai nelayan membuat budidaya KJA tidak terkelola (terawat) dengan baik,
disamping sistem kerja kelompok yang belum berjalan dengan baik. Kegiatan budidaya KJA di
perairan Pulau Auki telah dikembangkan pada 4 (empat) lokasi budidaya KJA, dimana pada lokasi
pertama terdapat 66 kotak KJA yang terdiri atas 40 kotak KJA berbentuk kotak dengan ukuran 3 m x
3 m yang terbuat dari bahan fiberglass dan 26 kotak yang terbuat dari kayu; pada lokasi kedua
terdapat 16 kotak KJA yang terbuat dari fiberglass; pada lokasi ketiga terdapat 12 KJA berbentuk
bundar; dan pada lokasi keempat terdapat 4 kotak KJA yang terbuat dari kayu. Secara
keseluruhan kondisi eksisting budidaya KJA ikan kerapu di perairan Pulau Auki berisi 98 kotak. Bila
setiap kotak berisi ikan dengan padat penebaran sekitar 500 ekor dan masa pemeliharaan selama
setahun, maka dengan kelangsungan hidup ikan sebesar 50% dan berat timbangan setiap ekor
kurang lebih 800 gram pada saat panen, akan dihasilkan produksi ikan kerapu sekitar 19,6 ton/tahun.
Saat ini kondisi eksisting budidaya laut dengan sistem KJA sebanyak 108 unit menghasilkan produksi
total sekitar 22 ton/tahun

BAB 3-10
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Gambar 3.10. Salah Satu Lokasi Budidaya Keramba Jaring Apung di Pulau Auki

3.1.2.3 Kawasan Perikanan Budidaya

Kawasan pesisir Kabupaten Biak Numfor sebenarnya memiliki potensi untuk pengembangan
budidaya perikanan. Namun potensi ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena kendala
dengan budaya masyarakat setempat yang lebih mudah menangkap ikan di laut dari pada harus
memelihara ikan. Kendala lain adalah masalah benih yang belum tersedia secara jumlah maupun
kualitasnya. Disamping itu masalah permodalan, pakan ikan dan pemasaran yang belum memadai.

Beberapa jenis ikan dan rumput laut yang sudah dicoba dan dibudidayakan masyarakat kawasan
pesisir Biak Numfor yaitu ikan semadar, kerapu, teripang dan rumput laut jenis Eucheuma cottoni.
Mereka membudidayakan ikan dengan metode KJA atau membuat kolam-kolam kecil di tepian
pantai. Untuk rumput laut mereka menggunakan sistem long line dasar.

Lokasi budidaya ikan dengan karamba jaring apung (KJA) berada di sekitar Kepulauan Padaido dan
daerah Urfu. Sayangnya aktivitas budidaya sistem KJA ini masih belum dilakukan secara serius.
Tidak ada upaya intensif dan cenderung hanya digunakan untuk aktivitas penampungan ikan dari
hasil tangkapan alam sebelum akhirnya dijual kembali ke pasar. Sedangkan budidaya rumput laut
dengan jenis Eucheuma cottonii berada di sekitar Kepulauan Padaido (Distrik Padaido Distrik
Aimando) dan Pulau Numfor (Distrik Bruyadori).

Pengembangan kawasan budidaya perikanan di Kabupaten Biak Numfor secara lebih rinci disajikan
pada Tabel 3.6.

BAB 3-11
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Tabel 3.6. Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan di Kabupaten Biak Numfor

Wilayah
Distrik Potensi Budidaya
Pengembangan
Utara Biak Utara
Warsa
Timur Biak Kota
Biak Timur Budidaya ikan Kerapau dan Ikan Baronang
(Samandar),
Budidaya Kepiting Bakau, Kerang- kerangan
Selatan Yendidori
Biak Barat
Numfor Numfor Timur Budidaya Rumput Laut, Budidaya Tripang,
Budidaya ikan Kerapau dan Ikan Baronang
(Samandar),
Budidaya Kepiting Bakau, Kerang- kerangan
Numfor Barat Budidaya Rumput Laut, Budidaya Tripang,
Budidaya ikan Kerapau dan Ikan Baronang
(Samandar),
Budidaya Kepiting Bakau, Kerang- kerangan
Padaido Budidaya Rumput Laut,
Budidaya Tripang,
Budidaya ikan Kerapau dan Ikan Baronang
(Samandar), Kerang- kerangan

Sumber : Penyusunan Renstra Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2014

3.1.3 Pengolahan Hasil Perikanan

Hasil perikanan merupakan makanan bergizi tinggi namun mudah busuk, sehingga diperlukan upaya-
upaya untuk memperlambat terjadinya kerusakan mutu. Pengolahan merupakan salah satu cara
memperlambat terjadinya penurunan mutu hasil perikanan.

a. Ikan Asap (Asar) b. Abon Ikan

Gambar 3.11. Contoh Produk Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Biak Numfor

BAB 3-12
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Usaha pengolahan hasil perikanan yang sudah berkembang di Kabupaten Biak Numfor adalah
pengolahan ikan asap (asar), ikan asin dan abon ikan. Usaha tersebut masih dilakukan dengan sistem
pengolahan yang tradisional. Bahan baku yang biasa digunakan untuk pembuatan ikan asap dan
abon ikan adalah ikan cakalang/tuna, sedangkan bahan baku yang banyak digunakan untuk
pembuatan ikan asin adalah ikan julung-julung dan batu-batu.

3.1.4 Alur Transportasi

Transportasi laut memegang peranan penting dan merupakan urat nadi dalam pengembangan
ekonomi wilayah Kabupaten Biak Numfor sebagai wilayah kepulauan dan mengingat masih
banyaknya pulau-pulau terpencil dan daerah-daerah terpencil yang tidak dapat dijangkau oleh
transportasi darat.

Fasilitas pelabuhan sebagai terminal point diperlukan untuk menunjang transportasi laut, dimana
transportasi laut mempunyai peranan yang amat penting untuk mendukung hal-hal antara lain:

 Hubungan perdagangan dan ekonomi antar pulau dan antar wilayah.


 Hubungan informasi dan komunikasi antar pulau dan antar wilayah.
 Hubungan budaya antar wilayah.
 Hubungan pertahanan keamanan antar wilayah.
 Pangkalan eksplorasi sumber hayati dan pertambangan.

3.1.4.1 Pelabuhan Laut Biak

Berdasarkan penetapan Hirarki dan Fungsi Pelabuhan Nasional tahun 2007 ditetapkan sebagai
pelabuhan dengan klasifikasi Pelabuhan Nasional (PN). Pelabuhan nasional merupakan pelabuhan
utama tersier yang berperan sebagai:

 pengumpan angkutan peti kemas nasional.


 tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional.
 berada dekat jalur pelayaran nasional + 50 mil.
 jarak dengan pelabuhan nasional lainnya sebesar 50 – 100 mil.

Dengan keberadaan dermaga yang terdapat di Kabupaten Biak Numfor disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Dermaga Yang Terdapat di Kabupaten Biak Numfor

No. Jenis Dermaga Pengelola


1. Umum PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV
2. Khusus - TNI Angkatan Laut
- Pertamina
- PT. Biak Mina Jaya
- PT. Wapoga Mutiara Industri

Sumber : Penyusunan Renstra Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Biak Numfor, 2014

Untuk lalu lintas pelayaran laut, pelayanannya meliputi :

1) Pelayaran Dalam Negeri

BAB 3-13
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Pelayaran dalam negeri dilaksanakan oleh Perusahaan Pelayaran Nasional dengan kapal-kapal
bendera Nasional maupun Asing. Kapal-kapal yang menyinggahi Pelabuhan Biak untuk angkutan
barang kebutuhan barang pokok, bahan strategis/pembangunan berasal dari Tanjung Priok,
Surabaya dan Ujung Pandang. Sedang distribusi daerah-daerah dilaksanakan oleh kapal perusahaan
pelayaran domisili di Pelabuhan Biak.

Angkutan penumpang dari dan ke Pelabuhan Biak dilaksanakan oleh Perusahaan Pelayaran PT.
Pelni dengan menggunakan kapal penumpang cepat KM Nggapulu, sedangkan angkutan
penumpang antar kabupaten dan kecamatan/desa dilaksanakan oleh PT. ASDP dan Armada
Angkutan Laut Perintis.

2) Pelayaran Luar Negeri

Pelayanan luar negeri dilaksanakan oleh Perusahaan Pelayaran Asing dalam rangka mengangkut
barang ekspor dan impor.

Tabel 3.8. Jenis Pelayaran dan Trayek

No Jenis Pelayaran Trayek


.1. Pelayaran a. Pangkalan Biak
Perintis Kode trayek R-29 : Biak-Seribi-Manokwari-Saukorem- Manokwari-Saribi-
Biak-Nabire-Waren-Serui-Kaupuri- TebaBiak Numfor-Betaf-Jayapura-Betaf-
Biak Numfor- Teba-Kaefuri-Serui-Waren-Nabire-Biak.
Kode trayek R-30 : Biak-Korido-Jenggerbun-Miosbipondi- Saribin-
Manokwari-Oransbari-Windesi-Wasior-P.Ronn- Wasior-Windesi-Oransbari-
Manokwari-Saribi-
Miosbipondi-Jenggerbun-Korido-Biak-Pom-Wooi-Ansus- Wooi-Pom-Biak.
b. Pangkalan Jayapura
Kode Trayek R-27 : Jayapura-Biak Numfor-Serui-Biak- Wasior-Manokwari-
Saukorem-Sausapor-Sorong PP.
Kode trayek R-28 : Jayapura-Biak Numfor-Serui-Biak- Nabire-Manokwari-
Sorong-Bintuni-Fak-fak-Kaimana-Tual- Pumako-Agats-Bade-Merauke PP.
2. Pelayaran Pelayaran penyeberangan dilaksanakan oleh PT. ASDP
Penyeberangan dengan mempergunakan 2 (dua) unit kapal dengan kapasitas 300 tempat
duduk. Trayek yang dilayani adalahBiak-Serui-Nabire setiap dua hari sekali.
Penyediaan kapal penyeberangan ini sangat membantu bagi masyarakat
pengguna jasa angkutan laut.
3. Pelayaran Kapal pelayaran rakyat sangat berkembang dengan
Rakyat banyaknya kapal-kapal milik perorangan yang bergerakdi bidang pelayaran
rakyat. Jumlah kapal pelayaran rakyat milik perorangan domisili Biak = 203
unit yang beroperasi ke pelabuhan-pelabuhan sekitar Kabupaten Biak
Numfor dan Kabupaten Yapen Waropen.

3.1.4.2 Sistem Jaringan Transportasi Laut

Transportasi laut mempunyai peranan untuk mendukung hubungan perdagangan, ekonomi,


informasi, komunikasi, budaya dan pertahanan keamanan antar pulau dan wilayah, serta sebagai
pangkalan eksploitasi sumberdaya hayati. Sistem jaringan transportasi laut merencanakan tatanan
pelabuhan dan alur pelayaran.

BAB 3-14
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
3.1.5 Potensi Pasar Komoditi Kelautan dan Perikanan

Perkembangan pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Biak Numfor terdiri atas pemasaran lokal
dan pemasarana antar pulau. Komoditi perikanan yang dipasarkan antar pulau adalah lobster hidup
dan beku, kappa merah, akap putih, teripang, tuna/cakalang, kerapu hidup dan baronang segar.
Rincian pemasaran antar pulau komoditi hasil perikanan Kabupaten Biak adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9 Potensi dan Pasar Komoditi Kelautan dan Perikanan

No Komoditi Tujuan
1 Lobster hidup, Lobster beku Denpasar, Jakarta
2 Gurita, Julung-julung, Tuna dan Cakalang Beku Surabaya
3 Ikan Hias, Kakap Merah, Kakap Putih, Teripang Makassar, Jakarta
4 Bubara, Kerapu hidup Makassar, Surabaya
5 Tuna Loin dan Cakalang segar Makassar
6 Kepiting Bakau Denpasar
7 Baronang segar Jakarta, Surabaya
8 Baby Tuna Jakarta, Surabaya, Denpasar

Harga rata-rata komoditas unggulan perikanan di Kabupaten Biak Numfor

 Rumput laut kering : Rp. 7.000/kg


 Rumput laut basah : Rp. 2.500/kg
 Tuna (Ekor kuning) : Rp. 25.000/kg
 Keapu hidup : Rp. 100.000-200.000/kg
 Cakalang : Rp. 30.000/kg
 Tenggiri : Rp. 35.000/kg
 Lobster : Rp. 150.000-200.000/kg

3.1.6 Sarana dan Prasarana Kawasan SKPT

Calon lokasi SKPT Biak berada di Biak Kota, tepatnya di lokasi Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Fandoi.
PPI ini memiliki luas lahan 300 meterx25 meter dimana didalamnya terdapat sarana prasarana
pendukung seperti dermaga, pabrik es, cold storage yang dalam kondisi rusak dan tidak dapat
berfungsi. Berikut adalah sarana dan prasarana industri perikanan yang berada di PPI Fandoi.

Untuk pelaksanaan SKPT Biak maka perlu dilakukan revitalisasi sarana dan prasarana pendukung
seperti cold storage, pabrik es dan bangsal pengolahan. SKPT Biak sedianya akan ditargetkan
menjadi kawasan untuk ekspor gateway bagi produk-produk perikanan, dimana pemasaran bisa
langsung menuju Palau, Filipina, Jepang, Hongkong dan Negara lainnya. Untuk menuju hal tersebut
maka perlu dilengkapi sarana prasarana pendukung seperti ketersediaan cold storage sebagai sarana
penampungan ikan beku, kendaraan berpendingin dan transportasi udara dan laut. Selain ikan –ikan
hasil tangkapan, Biak juga memiliki komoditas kerapu yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Dengan
mengembangkan budidaya kerapu diharapkan ekspor ikan kerapu hidup dapat dilakukan. Pasar
hongkong terbuka lebar untuk jenis ikan ini.

Sarana dan prasarana yang tersedia disampaikan pada tabel 3.10 berikut.

BAB 3-15
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Tabel 3.10 Sarana dan Prasarana Kawasan SKPT

No Fasilitas Pendukung Volume Kondisi


1 Dermaga 75 m Pembangunan 2016 oleh KPDT, sampai
saat ini belum diresmikan
2 Pabrik Es kapasitas 2 ton 1 unit Pembangunan 2007, rusak dan tidak
berfungsi
3 Cold Storage kapasitas 16 ton 1 unit Pembangunan 2007, rusak dan tidak
berfungsi
4 Balai Pertemuan Nelayan 1 unit Baik
5 Pasar 1 unit Revitalisasi Tahun 2016 oleh Kemendag
6 Bangsal Pengolahan 1 unit Pembangunan 2007, tidak berfungsi
7 Tempat Pelelangan Ikan 1 unit Berfungsi, rusak ringan
8 SPBN 1 unit Dikelola swasta, baru tahap ujicoba
9 Kantor Pengawasan 1 unit Baik, dibangun tahun 2016
10 Kantor Karantina 1 unit Baik
11 Gudang 1 unit Baik
12 Kantor Pengelola PPI 1 unit Baik, digunakan sebagai kantor Dinas
Perikanan dan Kelautan Kab Biak Numfor

a. Pelabuhan Perikanan b. Pasar Ikan

c. Cold Storage d. Penampungan Ikan

BAB 3-16
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
e. Balai Benih Ikan Pantai f. Pabrik Es

Gambar3.12. Beberapa Sarana dan Prasarana di Pulau Biak

3.2 Isu dan Permasalahan

Sebagai wilayah kepulauan yang berada dalam lingkup Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 717,
Kabupaten Biak Numfor memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat prospektif untuk
dimanfaatkan dan dikembangkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan juga bagi
peningkatan ekonomi daerah dan kawasan secara berkelanjutan. Dalam upaya pemanfaatan dan
pengembangannya untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan di atas, maka perlu suatu
perencanaan yang terpadu dan implementatif. Untuk itulah rencana induk (masterplan)
pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) menjadi urgen untuk diwujudkan.
Namun demikian agar masterplan yang disusun dapat diimplementasikan secara tepat guna dan
tepat sasaran, maka dalam penyusunannya harus memperhatikan secara serius isu dan
permasalahan aktual baik dalam aspek biofisik lingkungan dan sumberdaya maupun dalam aspek
sosial-budaya dan ekonomi. Beberapa isu dan permasalahan yang dijadikan dasar pijak dalam
penyusunan Masterplan SKPT di Kabupaten Biak Numfor adalah sebagai berikut:

3.2.1 Perikanan Tangkap

 Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan di WPP 717 belum dimanfaatkan secara optimal.
Potensi sumberdaya hayati merupakan kekuatan yang sangat penting untuk pengembangan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Biak Numfor. WPP 717 ini memiliki potensi
sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Potensi lestari (MSY) sumberdaya ikan
sebesar 603.688 ton/tahun, sedangkan tingkat pemanfaatannya baru mencapai sebesar 336.618
ton/tahun (55,76% dari potensi lestari).
 Jumlah armada penangkapan ikan yang dimiliki dan beroperasi sebanyak 6.649 unit, dimana
sebagian besar (76,76%) berupa perahu tanpa motor. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan
kelautan selama ini pada umumnya hanya dilakukan dengan armada yang sederhana, terutama
perahu tanpa motor dan perahu motor tempel.
 Jumlah alat tangkap sebanyak 9.448 unit, didominasi oleh jaring insang dan pancing.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan selama ini pada umumnya hanya dilakukan
dengan cara-cara tradisional (terutama alat tangkap pancing dan jaring).Jumlah RTP sebanyak
5.222, tetapi umumnya bukan sebagai nelayan penuh.
 Nelayan Kabupaten Biak Numfor pada umumnya bukan sebagai nelayan penuh karena mereka
memiliki mata pencaharian utama dalam bidang pertanian (misalnya berkebun).
 Mahal dan sulitnya memperoleh bahan bakar minyak. Masyarakat di Kabupaten Biak Numfor
BAB 3-17
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
(terutama yang mendiami pulau-pulau kecil) merasakan mahalnya dan sulitnya memperoleh
bahan bakar minyak. Hal ini dikarenakan belum adanya suplai bahan bakar yang secara rutin
menyuplainya ke pulau-pulau kecil.

3.2.2 Perikanan Budidaya

 Potensi lahan perairan untuk kegiatan budidaya laut cukup besar, sementara pemanfaatannya
masih belum optimal. Dengan kawasan pulau-pulau kecil yang terlindung dan berarus relatif
lemah, Kabupaten Biak Numfor memiliki lahan perairan yang potensial bagi pengembangan
perikanan budidaya.
 Kurangnya sarana prasarana fisik budidaya rumput laut. Wilayah Kabupaten Biak Numfor
memiliki peluang untuk pengembangan kegiatan budidaya rumput laut dan juga budidaya ikan air
tawar yang saat ini sudah cukup berkembang.
 Selain itu usaha budidaya perikanan lainnya (seperti budidaya kerapu, lobster, kepiting) yang
cukup potensial masih belum berkembang. Realitas ini dapat menjadi peluang untuk
pengembangan investasi budidaya perikanan. Untuk lebih meningkatkan usaha yang sudah ada
dan mengembangkan potensi yang belum tergarap, maka diperlukan pembangunan sarana dan
prasarana yang memadai untuk dapat mendukung peningkatan dan pengembangan kegiatan
budidaya perikanan tersebut.
 Rendahnya kemampuan teknis masyarakat mengenai usaha budidaya ikan.
 Sumberdaya manusia yang ada relatif rendah dilihat dari segi penguasaan teknologi budidaya
perikanan. Tingkat penguasaan teknologi tentang pemanfaatan sumberdaya ikan (budidaya
perikanan) masih rendah, sehingga dalam melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan
biasanya hanya mengandalkan pengalaman saja.
 Penyakit ice-ice. Penyakit ini timbul sebagai akibat dari perubahan lingkungan yang disebabkan
turunnya kualitas air karena pencemaran. Pencemaran timbul karena aktifitas masyarakat dalam
pembuangan limbah rumah tangga, limbah kapal/perahu dan limbah dari daratan.
 Kurangnya manajemen usaha. Sumberdaya manusia yang ada relatif rendah dilihat dari segi
penguasaan manajemen, karena pengelolaan finansial (keuangan) pada umumnya tidak
dilakukan. Mereka hanya melakukan kegiatan usaha tanpa melakukan pencatatan dari setiap
kegiatan/transaksi yang dilakukan, sehingga tidak diketahui berapa besarnya pengeluaran,
penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan.
 Lemahnya dukungan lembaga permodalan. Para pelaku usaha (nelayan, pembudidaya ikan,
pengolah hasil perikanan) pada umumnya memiliki modal yang relatif rendah (skala usahanya
masih bersifat rumah tangga). Salah satu pendukung pengembangan kegiatan ekonomi adalah
lembaga permodalan, yang membantu dalam mengorganisasikan penyediaan input produksi,
pemasaran dan sampai kepada pembiayaan permodalan. Permasalahan utama yang sering
dihadapi adalah ketersediaan dana. Ini dicerminkan antara lain berupa keterbatasan kredit
dengan persyaratan yang relatif mudah untuk usaha agribisnis perikanan baik di bidang
penangkapan, budidaya, pengolahan hasil perikanan, penyediaan sarana dan prasarana maupun
industri pembenihan dan pakan serta perdagangannya. Selain itu, minimnya lembaga keuangan
di Kabupaten Biak Numfor juga menjadi penyebab terhambatnya usaha perikanan di daerah ini.
Kelangkaan dana ini telah mengakibatkan kelangkaan alat dan faktor produksi pada sektor
kelautan dan perikanan, sehingga pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan belum
optimal.

3.2.3 Pengolahan

 Produk olahan hasil perikanan belum berkembang, pengolahan rumput laut hanya dilakukan
sampai tahap pengeringan rumput laut. Kegiatan pengolahan rumput laut di Kabupaten Biak
Numfor hanya dilakukan sampai tahap pengeringan rumput laut, hal tersebut disebabkan
BAB 3-18
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
masih minimnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk mengolah rumput laut
menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah (misalnya dodol dan manisan rumput laut).
 Belum tersedianya pabrik pengolahan rumput laut. Berkembangnya usaha budidaya perikanan
akan terintegrasi dan saling melengkapi dengan industri pengolahan hasil perikanan. Melalui
pengembangan usaha budidaya perikanan diharapkan industri pengolahan hasil perikanan akan
lebih berkembang, sehingga akan lebih meningkatkan nilai tambah produk perikanan. Untuk
mendukung hal tersebut, maka diperlukan adanya sarana dan prasarana pengolahan hasil
perikanan yang memadai (penyediaan pabrik pengolahan rumput laut).
 Pengolahan rumput laut masih bersifat industri rumah tangga. Produk yang dihasilkan pada
umumnya memiliki kualitas yang masih rendah dan penampakan fisiknya kurang menarik. Hal ini
dikarenakan sistem pengolahannya yang masih bersifat industri rumah tangga. Sistem
pengolahan yang masih bersifat industri rumah tangga juga menyebabkan jumlah produksi masih
rendah dan tidak adanya kontinuitas.
 Belum berfungsinya pabrik es. Kegiatan usaha kelautan dan perikanan (terutama penangkapan
ikan) membutuhkan ketersediaan es yang memadai dengan harga yang murah untuk menjaga
mutu ikan hasil tangkapan nelayan. Selama ini, para nelayan untuk memenuhi kebutuhan es pada
umumnya berupa es dalam kantong plastik. Untuk mendukung hal tersebut, maka diperlukan
adanya sarana dan prasarana berupa pengoperasian pabrik es.

3.2.4 Pemasaran

 Kurangnya fasilitas pemasaran dalam negeri. Berkembangnya usaha penangkapan, budidaya


perikanan dan pengolahan hasil perikanan perlu didukung penyediaan fasilitas pemasaran. Untuk
mendukung hal tersebut, maka diperlukan adanya fasilitas pemasaran dalam negeri yang
memadai karena ketersediaan fasilitas pemasaran di Kabupaten Biak Numfor masih kurang.
 Kurangnya akses ke pasar di luar negeri.
 Kurangnya kapasitas sumberdaya manusia dalam bidang pengolahan produk hasil perikanan.
Sumberdaya manusia yang ada relatif rendah dilihat dari segi penguasaan teknologi. Tingkat
penguasaan teknologi tentang pemanfaatan sumberdaya ikan masih rendah, sehingga dalam
melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan biasanya hanya mengandalkan pengalaman
saja.

3.2.5 Sarana dan Prasarana

 Belum tersedianya dermaga yang memadai di pulau-pulau kecil. Kondisi sarana dan prasarana
dasar juga masih sangat kurang. Untuk dapat mempercepat jalannya pembangunan SKPT di
Kabupaten Biak Numfor, maka diperlukan pembangunan sarana dan prasarana dasar (terutama
transportasi yaitu berupa pembangunan dermaga di pulau-pulau kecil).
 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana air bersih di pulau-pulau kecil.
 Kondisi ini menuntut pengembangan sarana dan prasarana air bersih di pulau-pulau kecil.

3.3 Konsep Makro Masterplan SKPT

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki potensi untuk dikembangkan. Oleh karena itu, dalam
upaya pengembangannya perlu mendapatkan perhatian yang serius. Namun demikian, sebelum
menyusun strategi pengembangan kawasan disajikan terlebih dahulu mengenai kondisi aktual dan
kondisi yang diharapkan dari kegiatan tersebut. Selanjutnya berdasarkan kondisi aktual dan kondisi
yang diharapkan dapat dimuat rumusan strategi/program yang dapat dilakukan agar dapat mencapai
kondisi ideal yang diharapkan.

BAB 3-19
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
3.3.1 Proyeksi Peningkatan Produksi

Potensi perikanan tangkap Kabupaten Biak mencapai 603.688 Ton untuk itu diperlukan saluran
pemasaran dan penampungan serta sarana prasarana pendukung yang mencukupi.

3.3.2 Pemasaran

BAB 3-20
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
3.3.3 Komoditi Unggulan

Peningkatan hasil dari sektor perikanan dan kelautan juga berdampak baik pada peningkatan
pendapatan masyarakat Kabupaten Biak Numfor, mengingat penduduk Kabupaten ini dominan
bermata pencaharian sebagai nelayan. Pola pengembangan potensi perikanan disesuaikan dengan
sentra- sentra pengembangan yang tersebar di beberapa distrik, antara lain :

1. Pengembangan potensi penangkapan ikan tuna dan cakalang di Laut Pasifik dan di sekitar
perairan Biak.
2. Pengembangan potensi komoditi rumput laut tersebar di distrik Padaido dan Numfor Barat.
3. Pengembangan potensi komoditi kerang-kerangan tersebar di Pulau Numfor Padaido.
4. Pengembangan potensi komoditi kerang-kerangan tersebar di distrik Numfor Barat dan Numfor
Timur.

Adapun potensi komoditi hasil laut yang bernilai ekonomis tinggi (unggulan) yang terdapat di
Kabupaten Biak Numfor, diantaranya sebagai berikut:

1) Berbagai jenis ikan Pelagis:

 Tuna mata besar (Thunnus obesus), tuna ekor kuning (Thunnus albacores), cakalang
(Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Auxis tazard), tenggiri bulat (Scomberomorus lineatus),
tenggiri papan (Scombeerimorus guttatus).
 Jenis pelagis lainnya: kembung, layang, selar, lemuru, tembang dan lain- lain.

2) Berbagai jenis ikan Demersal:

 Berbagai jenis kakap, kerapu, napoleon, kakatua, kurisi merah, baronang, kuwe, hiu, pari, dan
lain sebagainya.

3) Berbagai jenis udang Barong (Lobster) :

 Lobster mutiara (Panulirus ornathus)


 Lobster hijau peka (Panulirus poliphagus)
 Lobster hijau bambu (Panulirus versicolor)
 Lobster merah batik (Panulirus honamo)
 Udang batu (Panulirus penicilatus).

4) Berbagai jenis kerang-kerangan, kepiting, ikan hias air laut;


5) Berbagai jenis rumput laut, terdiri atas :

 Euchema cottoni, Euchema edula, Euchema spinosum.


 Gracillaria confervoides, Gracillaria lichenoides.
 Gelidium rigida.
 Hypnea charoides.

Komoditi tersebut di atas merupakan unggulan selain didasarkan pada potensinya yang besar dan
kesesuaian ekosistem pesisir sebagai habitat hidupnya, juga didasarkan pada pengusahaan yang
dilakukan oleh masyarakat setempat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi (harganya mahal).

BAB 3-21
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
3.4 Konsep Mikro Masterplan SKPT

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) merupakan konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip
integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. SKPT didefiniskan sebagai pusat bisnis kelautan dan
perikanan terpadu mulai dari hulu hingga hilir berbasis kawasan. Berdasarkan Kepmen KP No 17
Tahun 2016 tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di
Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan Tahun 2016 maka terdapat 15 lokasi SKPT salah satunya
adalah Kabupaten Biak Numfor.

Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 2 (dua) pulau besar, yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor serta
lebih dari 42 pulau kecil. Luas keseluruhan Kabupaten Biak Numfor adalah 5,11% dari luas wilayah
provinsi Papua yaitu 3.130 km2 luas daratan dan 18.442 km2 luas lautan. Biak Numfor terpilih menjadi
saah satu lokasi SKPT dikarenakan daerah ini memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
yang cukup besar (603.688ton/tahun) dan belum dimanfaatkan secara optimal (336.618 ton/tahun),
memiliki komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi (tuna, tongkol, cakalang, kerapu),
sumberdaya manusia kelautan dan perikanan yang cukup dan ketersediaan pendukung investasi
yang memadai seperti pelabuhan, Bandar udara dan infrastruktur dasar (jalan, air, listrik).
Pembangunan industri di Kabupaten Biak diharapkan dapat menarik dan meningkatkan investasi
sektor kelautan dan perikanan sekaligus meningkatkan nilai tambah dan ekspor perikanan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembangunan SKPT Biak Numfor diarahkan untuk dapat
membangun dan mengitegrasikan proses bisnis khususnya untuk produk perikanan bernilai
ekonomis tinggi dengan mempertimbangkan potensi perikanan dan kelautan yang tersedia. Bisnis
proses yang akan dikembangkan adalah industri pengolahan ikan dan usaha budidaya ikan kerapu
dan kakap putih. Aktivitas industri pengolahan ikan difokuskan pada komoditas tuna, tongkol dan
cakalang dengan target produk adalah tuna grade A dalam bentuk segar dan beku. Untuk
mendukung pengembangan bisnis pengolahan TTC maka dibutuhkan sarana prasarana pendukung
seperti pembangunan cold storage terintegrasi, ice flake machine dan cool box. Untuk mendukung
pemenuhan bahan baku industri, maka perlu diperkuat sarana dan prasarana penangkapan seperti
kapal, alat tangkap dan es untuk melaut. Khusus untuk ketersediaan es maka akan dilakukan
revitalisasi pabrik es.

Untuk pengembangan usaha budidaya dipilih komoditas ikan kerapu dan kakap putih. Hal ini
disebabkan terdapat 108 keramba jaring apung yang tidak lagi dimanfaatkan oleh pembudidaya
karena keterbatasan modal dan tidak adanya akses pasar. Untuk memotivasi kembali pembudidaya
kerapu maka sarana pendukung yang akan disediakan adalah bantuan bibit dan pakan. Untuk
mendukung aktivitas pemasaran akan dibangun kolam penampungan ikan hidup, sedangkan untuk
ketersediaan benih ikan yang berkualitas maka perlu dilakukan revitalisasi Balai Benih Ikan (BBI)

Kedepan SKPT Biak Numfor akan ditargetkan menjadi kawasan industrial esteate dan export
gateway. Diharapkan melalui target tersebut dapat menjadikan Biak Numfor sebagai tujuan investasi
untuk sektor kelautan dan perikanan. Disamping itu Biak Numfor menjadi pintu ekspor khususnya
untuk wilayah Timur Indonesia. Target tujuan ekspor dintaranya Palau, Jepang, Korea, Hongkong dan
negara-negara lainnya.

Tahapan pelaksanaan dalam rangka mencapai target indikator sebagaimana telah ditetapkan dicapai
melalui tahapan–tahapan berikut :

BAB 3-22
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
3.4.1 Sekretariat SKPT Biak

Dalam rangka mendukung proses pembangunan SKPT Biak, maka diperlukan kesekretariatan SKPT
yang akan ditempatkan di Biak Kota. Kesekretariatan SKPT bertugas untuk menyusun dokumen
administrasi dan operasional pelaksanaan pembangunan SKPT serta untuk membantu melengkapi
data-data yang diperlukan untuk KKP. Komponen yang diperlukan oleh kesekretariatan tersebut,
meliputi : 2 orang tenaga administrasi, 1 orang pramubakti, 2 orang satpam/pengemudi, operasional
teknis (listri, air, telepon, dll), ATK, komputer supply, peralatan pengolah data (laptop, komputer,
printer, proyektor, telepon/fax), fasilitas kantor (lemari, meja, kursi, dan sofa), serta sewa kantor.
Untuk mendukung kegiatan kesekretariatan, Direktorat Usaha dan Investasi juga akan melakukan
detasering pegawai ke Biak Numfor sejumlah 2 orang/bulan selama 9 bulan, dengan sistem rolling
setiap bulannya.

3.4.2 Persiapan pembangunan SKPT Biak Numfor

Kegiatan persiapan SKPT Biak Numfor diantaranya adalah fasilitasi rapat, penyiapan data dukung
dan analisa proses bisnis, Riview Master Plan, Penyusunan DED dan feasibility studies, dan
penyusunan pedoman teknis pembangunan SKPT Biak. Dalam penyusunan pedoman teknis akan
melibatkan perwakilan unit eselon I terkait mengingat pengadaan sarana dan prasarana terintegrasi
dari hulu ke hilir. Untuk melakukan kegiatan tersebut akan dibentuk Tim Penyusun Pedoman Teknis
Pengelola Bantuan SKPT Biak, yang terdiri atas : Pengarah, Penanggung Jawab, Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, dan 15 orang anggota. Untuk mendukung operasional kegiatan tim tersebut, akan
dilakukan rapat sebanyak 5 kali.

3.4.3 Pengadaan Sarana dan Prasarana

1) Pengadaan Kapal dan Alat Tangkap

Pengadaan kapal berukuran 3GT, 5 GT dan 10 GT untuk mendukung kegiatan pengadaan maka
dialokasikan anggaran untuk honorarium panitia pengadaan barang dan honorarium panitia
penerima hasil pekerjaan. Biaya pertama operasional melaut disediakan sebanyak 33 paket dengan
tujuan sebagai modal awal dalam aktivitas usaha penangkapan.

2) Pembangunan Integrated Cold Storage

ICS yang akan dibangun berkapasitas 200 ton. Untuk mendukung pembangunan ICS dialokasikan
biaya perencanaan, pengawasan, honorarium panitia pengadaan barang dan jasa, honorarium panitia
penerima hasil pekerjaan. Biaya operasional ICS hanya disedikan untuk jangka waktu 3 bulan.

3) Revitalisasi Pabrik Es

Pabrik Es yang akan direvitalisasi berkapasitas 10 ton. Untuk mendukung revitalisasi pabrik es
dialokasikan biaya perencanaan, pengawasan, honorarium panitia pengadaan barang dan jasa,
honorarium panitia penerima hasil pekerjaan.

4) Pengadaan Ice Flake

Pengadaan ice flake machine berkapasitas 1,5 ton sebanyak 4 paket. Ice flake yang dihasilkan nantinya
akan digunakan untuk menjamin terlaksanakannya sistem rantai dingin, mulai dari bongkar di kapal,
distri busi, pasar, hingga ke tangan konsumen/industri pengolahan/pembekuan ikan.

BAB 3-23
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
5) Pengadaan benih dan pakan ikan kerapu dan kakap putih

Pengadaan benih dan pakan untuk usaha budidaya ditujukan untuk komoditas kerapu dan kakap
putih. Benih akan ditebar di 54 keramba jarring apung yang tersebar di perairan Biak Numfor. Untuk
mendukung pengadaan benih dan pakan dialokasikan honorarium untuk panitia pengadaan barang
dan jasa dan honorarium panitia penerima hasil pekerjaan.

6) Pembangunan Tempat Penampungan dan Penanganan Ikan Hidup dan Pengadaan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup

Pembangunan tempat penampungan dan penanganan ikan hidup bertujuan untuk proses
penyortiran dan pengepakan ikan sebelum ikan dipasarkan. Untuk mendukung hal tersebut, akan
dilakukan juga pengadaan kapal pengangkut ikan hidup dengan kapasitas 20 GT. Kapal tersebut akan
digunakan untuk mengumpulkan ikan kerapu/kakap putih hidup ke tempat penampungan ikan
sebelum dipasarkan ke Pulau Jawa maupun untuk diekspor.

7) Revitalisasi BBI

Dalam rangka mendukung usaha budidaya, maka peran BBI sangat dibutuhkan. Saat ini BBI di
Kabupaten Biak Numfor sudah tidak operasional dengan baik karena beberapa fasilitas utama dan
penunjang (ruang penetasan, bak indukm bak pendederan, pompa) mengalami kerusakan. Untuk
mendukung revitalisasi BBI dialokasikan biaya perencanaan, pengawasan, honorarium panitia
pengadaan barang dan jasa, honorarium panitia penerima hasil pekerjaan.

8) Revitalisasi Bangsal Pengolahan

Revitalisasi bangsal pengolahan bertujuan sebagai rumah inkubator. Inkubator akan berperan
sebagai lembaga pendamping untuk umkm pengolahan hasil perikanan. Bangsal pengolahan akan
digunakan sebagai workshop untuk para umkm mengembangkan bisnis pengolahan hasil perikanan.

9) Revitalisasi PPI Fandoi

Lokasi yang akan dijadikan pusat SKPT Biak yaitu PPI Fandoi, yang dipilih karena memiliki fasilitas
yang relatif lengkap, antara lain : dermaga, pabrik es, cold storage, pasar ikan, dan memiliki akses
transportasi yang cukup baik. Akan tetapi fasilitas tersebut perlu direvitalisasi sehingga dapat
dioperasionalisasikan secara optimal, dan bahkan ditingkatkan kapasitas karena dengan berjalannya
sistem bisnis SKPT maka produksi pasti akan meningkat. Beberapa revitalisasi yang akan dilakukan,
antara lain : instalasi air bersih, instalasi listrik, jalan, kamar mandi, ataupun dermaga.

10) Pengadaan Speed Boat Operasional SKPT

Pengadaan speed boat dilakukan untuk mendukung kegiatan operasional SKPT Biak Numfor,
terutama untuk monitoring pelaksanaan rangkaian kegiatan SKPT, khususnya pengembangan
kegiatan budidaya KJA di Pulau Padaido dan pulau-pulau potensial lainnya.

11) Pengadaan Chest Freezer dan Cool Box

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mendukung implementasi sistem rantai dingin dari lokasi sentra
penangkapan (yaitu : Samber, Urfu, Padua, dan Binyeri) hingga ke lokasi pemasaran atau calon
lokasi integrated cold storage di Biak Kota. Chest freezer digunakan untuk membuat es dan
menyimpan ikan sementara, sedangkan cool box sebagai wadah untuk melindungi ikan pada saat
BAB 3-24
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
didistribusikan serta untuk menjaga temperatur ikan dalam suhu yang serendah mungkin. Kapasitas
chest freezer yang akan diadakan yaitu 386 liter/unit, dengan total chest freezer yang akan
diperbantukan sejumlah 50 unit. Ukuran cool box yang akan diperbantukan kepada kelompok nelayan
ini yaitu 100 liter/unit dengan jumlah total mencapai 333 unit.

12) Pengadaan Peralatan Pengasapan Ikan

Usaha pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Biak Numfor tergolong sangat tertinggal dibanding
dengan kabupaten-kabupaten sentra produksi perikanan tangkap yang lain. Jadi usaha perikanan
yang sangat berkembang yaitu penangkapan dan pemasaran ikan. Ikan yang dipasarkan dalam
kondisi segar dan jika dirasa tidak laku maka pedagang akan menurunkan harga, kemudian jika sudah
mulai busuk maka akan dibuang begitu saja. Hal ini terjadi karena belum adanya cold storage di
wilayah ini dan usaha pengolahan untuk meningkatkan nilai dan memperpanjang usia produk juga
belum banyak berkembang. Oleh karena itu, pengadaan peralatan pengasapan ikan diharapkan
dapat menjadi stimulan yang dapat meningkatkan minat masyarakat perikanan di Biak Numfor untuk
mengembangkan usaha pengolahan hasil perikanan, mulai dari produk yang sederhana hingga
produk yang modern.

3.4.4 Penyusunan Buku Profil Peluang Investasi Biak Numfor

Penyusunan buku profil peluang usaha dan investasi Biak Numfor disusun dalam rangka
menyediakan media promosi untuk menarik minat investasi bagi calon investor. Buku profil akan
berisi mengenai gambaran umum, potensi dan peluang investasi, serta iklim dan kebijakan investasi
Kabupaten Biak Numfor

3.4.5 Pendampingan SKPT Biak Numfor

Untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan SKPT Biak Numfor sekaligus keberlanjutan usaha
maka perlu disiapkan tenaga pendamping SKPT. Untuk mendukung aktivitas dari tenaga
pendamping maka disediakan honorarium, sewa kendaraan, sewa kantor, sewa kendaraan roda
empat dan sewa boat. Untuk kelancaran kegiatan maka manajerial SKPT didukung oleh peralatan
kantor seperti laptop dan komputer. Sementara untuk mendukung UPT SKPT Biak maka disiapkan
honorarium untuk tenaga administrasi, pramubakti dan supir serta dialokasikan anggaran untuk
biaya operasional UPT (listrik, air, telepon, kebersihan).

3.4.6 Pembentukan Lembaga Pengelola Bantuan Sarana dan Prasarana

Lembaga pengelola yang akan dibentuk minimal berbadan usaha koperasi. Sesuai dengan unit usaha
yang akan dikembangkan maka akan dibentuk 5 lembaga koperasi yaitu 1 unit koperasi
penangkapan, 3 unit koperasi pengolahan, 1 unit koperasi usaha budidaya. Sebelum ditetapkan
sebagai lembaga pengelola maka perlu dilakukan identifikasi dan seleksi calon pengelola. Dalam
kegiatan ini juga akan dilakukan satu kali pertemuan dengan melibatkan 30 orang peserta, yang
terdiri dari perwakilan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah, dan pemasar ikan. Narasumber yang
akan diundang yaitu pakar kelembagaan, legalitas badan usaha, dan pakar manajemen usaha kecil.

3.4.7 Pembinaan Lembaga Pengelola Penerima Bantuan Sarana dan Prasarana

Kegiatan pembinaan lembaga pengelola bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengelola baik
dari sisi teknis, manajemen usaha, kewirausahaan, maupun kemudahan memperoleh akses
pembiayaan. Kegiatan pembinaan dilakukan dalam bentuk pertemuan maupun diskusi dengan
pengelola koperasi dan anggota koperasi yang melibatkan perwakilan dari kelompok nelayan,
BAB 3-25
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
pembudidaya ikan, pengolah, dan pemasar ikan. Narasumber yang akan diundang yaitu pakar
penangkapan, budidaya laut, pengolahan, pemasaran, dan pakar manajemen usaha kecil.

BAB 3-26
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
BAB 4 BISNIS PLAN

4.1 Perikanan Tangkap


4.1.1 Aspek Pasar

Pasar sangat berperan dalam menyalurkan dan memasarkan hasil perikanan dari pihak produsen
ke konsumen. Kegiatan pemasaran produk sangat diperlukan guna meningkatkan
kegunaannya (kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan). Hasil tangkapan nelayan sebagian
besar dipasarkan ke pasar Bosnik, Fandoi dan sekitarnya dalam bentuk segar dan beku,
sedangkan sebagian lagi dipasarkan ke luar daerah. Adanya permintaan pasar (lokal dan luar
daerah), potensial demand yang tinggi dari penduduk Biak Numfor dan sekitarnya,
pertambahan penduduk dan pendapatan akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan,
yang berarti lebih banyak produk perikanan ysng akan terjual (dibeli). Hal tersebut merupakan
peluang bagi usaha penangkapan untuk dapat meningkatkan produksinya. Hal tersebut
merupakan potensi pasar yang besar di masa mendatang karena hal tersebut akan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan produk perikanan, sehingga akan mendorong
meningkatnya produksi perikanan. Disamping itu, pemerintah juga giat menggalakkan budaya
makan ikan, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi ikan.

Perkembangan pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Biak Numfor terdiri atas pemasaran
lokal, pemasaran antar pulau. Komoditi perikanan yang dipasarkan antar pulau adalah Lobster
Hidup, Lobster Beku, Ikan Hias Laut, Kakap Merah, Kakap Putih, Teripang, Tuna/Cakalang, Sirip
Hiu, Kerapu Hidup, dan Baronang Segar. Rincian pemasaran antar pulau komoditi hasil
perikanan Kabupaten Biak selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

Peningkatan produksi usaha penangkapan akan terintegrasi dan saling melengkapi dengan
industri pengolahan hasil perikanan. Melalui pengembangan usaha penangkapan diharapkan
industri pengolahan hasil perikanan akan lebih berkembang, sehingga akan lebih meningkatkan
nilai tambah produk perikanan hasil tangkapan nelayan.

Tabel 4.1. Pemasaran Antar Pulau Komoditi Hasil Perikanan Kabupaten Biak Numfor selama
Tahun 2015

No. Komoditi Tujuan


1. Lobster Hidup, Lobster Beku. Denpasar, Jakarta.
2. Gurita, Julung-Julung, Tuna, Cakalang Beku. Surabaya.
3. Ikan Hias, Kakap Merah, Kakap Putih, Teripang. Makassar, Jakarta
4. Bubara, Kerapu Hidup. Makassar, Surabaya
5. Tuna Loin, Cakalang Segar. Makassar.
6. Kepiting Bakau Denpasar.
7. Baronang Segar Jakarta, Surabaya.
8. Tuna Jakarta, Surabaya, Denpasar.

Sumber : Laporan Satuan Kerja Karantina Ikan Biak Tahun 2015

4.1.2 Aspek Potensi Sumberdaya Perikanan

Potensi sumberdaya perikanan di Biak Numfor cukup besar, utamanya di perairan Zona Ekonomi
BAB 4-1
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Eksklusif Indonesia (ZEEI). Potensi lestari (MSY) sebesar 66.270 ton/tahun, sedangkan produksi
ikan rata-rata 30.352 ton/tahun. Besarnya potensi tersebut membuka peluang bagi
pengembangan usaha perikanan tangkap di perairan Biak Numfor, khususnya perairan ZEEI,
sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh nelayan Biak Numfor serta
tidak diambil oleh nelayan dari daerah lain maupun oleh nelayan asing.

Ekspor ikan tuna Indonesia selama 25 tahun terakhir ini memiliki pertumbuhan rata-rata yang
positif dengan laju pertumbuhan rata rata volume sebesar 6.03persen dan 11.79 persen untuk laju
pertumbuhan nilainya. Pasar ikan tuna terbesar di dunia saat ini adalah Jepang, Amerika Serikat
dan Uni Eropa. Ekspor ikan tuna ke Jepang sebesar 27 persen, dan ke Amerika Serikat 17 persen
sedangkan ke Uni Eropa juga cukup besar volume dan nilainya yaitu sebesar 12 persen
(FAO,2006).

Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen ikan tuna
setelah Thailand. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun
teknologi penggunaan alat tangkap. Mengingat bahwa perairan Indonesia masih luas maka
peluang untuk meningkatkan produksi masih besar dan itu berarti juga peluang untuk
meningkatkan ekspor sebagai penambah devisa negara juga besar

Peningkatan hasil dari sektor perikanan dan kelautan juga berdampak baik pada
peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaten Biak Numfor, mengingat penduduk Kabupaten
ini dominan bermata pencaharian sebagai nelayan. Pola pengembangan potensi perikanan
disesuaikan dengan sentra- sentra pengembangan yang tersebar di beberapa distrik,
Pengembangan potensi penangkapan ikan tuna dan cakalang di Laut Pasifik dan di sekitar
perairan Biak yang merupakan area utama penangkapan Ikan Tuna dan cakalang.

4.1.3 Aspek Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi memegang peranan yang cukup penting untuk kelancaran arus orang
maupun barang, sehingga diharapkan dapat menunjang pengembangan usaha budidaya
perikanan di Biak Numfor terutama untuk kelancaran input produksi dan pemasaran produk.
Selama ini masyarakat setempat masih mengandalkan transportasi lokal masyarakat yang
berupa perahu motor tempel dan transportasi antar pulau (kapal cepat dan kapal ferry) untuk
membeli input produksi, pemasaran produk maupun membeli barang- barang kebutuhan sehari-
hari.

Selain itu, untuk menunjang usaha penangkapan nelayan Biak Numfor juga terdapat sarana
lainnya seperti dermaga, pelabuhan, bandar udara (dalam tahap pembangunan) dan jalan juga di
perlukan adanya cold storage yang terintegrasi dan dapat menampung hasil tangkapan nelayan
sehingga dapat di salurkan ke luar biak di dalam negeri maupun luar negeri. Mengingat potensi
sumberdaya perikanan di Biak yang masih tinggi.

4.1.4 Aspek Teknis

Perahu merupakan bagian yang sangat penting dalam melakukan usaha penangkapan. Perahu
yang digunakan nelayan di lokasi kegiatan terdiri atas perahu tanpa motor (sampan),
ketinting dan perahu johnson. Nelayan di lokasi kegiatan pada umumnya menggunakan alat
tangkap berupa pancing.

Daerah penangkapan nelayan perahu tanpa motor (sampan) dan perahu ketinting yaitu di
sekitar perairan tempat tinggal nelayan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, sedangkan untuk
BAB 4-2
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
perahu johnson daerah penangkapannya lebih jauh dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Lama
pengoperasian setiap tripnya yaitu 1 hari, sebulannya rata-rata 20 - 25 trip. Dalam satu tahun
dapat beroperasi selama 9 bulan. Pada Musim Timur (Juli – Agustus) biasanya para nelayan tidak
melaut karena ombak dan gelombang yang tinggi, sehingga para nelayan tidak berani untuk
melaut. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam operasi penangkapan untuk perahu sampan
yaitu 1 orang, perahu ketinting dan johnson yaitu sebanyak 1 – 2 orang.

4.1.5 Aspek Sosial

Hampir semua penduduk di lokasi kegiatan bermatapencaharian sebagai nelayan. Tingkat


pendapatan rata-rata nelayan berbeda-beda tergantung dari jenis armada yang diusahakannya.
Pendapatan rata-rata nelayan di Kabupaten Biak Numfor sebesar: Rp 2.560.000,00/tahun
(perahu sampan), Rp 7.710.000/tahun (perahu ketinting), Rp 30.570.000,00/tahun (perahu
Johnson).

Selain itu, pembangunan SKPT di Fandoi akan memberikan dampak positf bagi masyarakat Biak,
dimana pembangunan yang terintegrasi dan dapat dengan mudah di akses oleh para nelayan,
sehingga dapat mempersingkat jalur dari rantai dingin ikan.

4.1.6 Analisis Finansial

Usaha/aktivitas ekonomi penduduk di lokasi secara umum menguntungkan, tetapi untuk


membuktikannya secara ilmiah perlu dilakukan analisis finansial usaha perikanan tersebut.
Analisis finansial yang digunakan adalah analisis usaha dan analisis kelayakan pengembangan
usaha.

4.1.6.1 Analisis Usaha

Dalam pengembangan suatu usaha, harus diketahui dana yang diperlukan. Pada kegiatan ini,
modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu usaha berbeda-beda tergantung dari jenis usaha
usaha yang akan dilakukan. Kegiatan usaha yang ada di pulau ini adalah dalam bidang perikanan
tangkap. Modal investasi usaha penangkapan terdiri atas biaya pembelian kapal, mesin, alat
tangkap dan perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi usaha penangkapan di
lokasi kegiatan disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Modal Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor

Jenis Investasi (Rp)


No. Jenis Usaha
Perahu Mesin Alat Tangkap Lain-Lain Jumlah
1. Sampan 1.000.000 0 600.000 100.000 1.700.000
2. Ketinting 3.000.000 3750.000 900.000 0 7.650..000
3. Johnson 10.000.000 17.000.000 1.200.000 0 28200.000

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa modal investasi terbesar adalah untuk usaha penangkapan
dengan perahu johnson. Pendapatan yang diperoleh perahu johnson juga lebih besar
dibandingkan dengan perahu ketinting. Pendapatan yang lebih besar pada perahu johnson
dipengaruhi oleh hasil tangkapan yang diperoleh.

BAB 4-3
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
BAB 4-4
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Tabel 4.3. Analisis Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor

Keterangan
No. Jenis Usaha Investasi Penerimaan Biaya Total Keuntungan Pendapatan
R/C
(Rp) (Rp)/Tahun (Rp)/Tahun (Rp)/Tahun ABK (Rp)/Thn
1. Sampan 1.700.000 12.600.000 10.040.000 2.560.000 0 1,25
2. Ketinting 7.650.000 37.800.000 30.090.000 7.710.000 5.250.000 1,26
3. Johnson 28.200.000 126.000.000 95.430.000 30.570.000 18.450.000 1,32

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Dengan melihat tingkat keuntungan yang diperoleh, menunjukkan bahwa usaha penangkapan di
lokasi kegiatan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan namun perlu dikembangkan
menjadi lebih baik.

4.1.6.2 Analisis Kelayakan Usaha

Analisis yang akan dibahas meliputi perkiraan cashflow dan analisis kriteria investasi.

a. Perkiraan Cashflow

Dalam menganalisis aspek finansial dilakukan perhitungan cashflow dari usaha yang
direncanakan, dengan beberapa asumsi:

1) Umur proyek selama 3 tahun (sampan), 5 tahun (ketinting) dan 10 tahun (Johnson),
disesuaikan dengan jenis peralatan yang paling lama umur teknisnya.
2) Nilai hasil tangkapan selama umur proyek diperkirakan tetap.
3) Nilai sisa investasi sebesar 10 % sesuai dengan umur teknisnya.
4) Discount rate tetap yaitu sebesar 18 %.
5) Sistem pengupahan/bagi hasil selama umur proyek diperkirakan tetap.

b. Analisis Kriteria Investasi

Untuk menganalisis kelayakan atau kemungkinan pengembangan usaha penangkapan dari


aspek finansial digunakan kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio
(Net B/C) dan Internal Rate Return (IRR).

NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung
berdasarkan nilai saat ini. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dari
penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat
negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan.

Tabel 4.4. Nilai Kriteria Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Biak Numfor

Kriteria Investasi
No. Jenis Usaha
NPV (Rp) Net B/C IRR (%) Keterangan
1. Sampan 4.874.869 3,87 1,5958 Layak
2. Ketinting 20.948.448 3,74 1,1462 Layak
3. Johnson 120.849.999 5,29 1,1698 Layak

BAB 4-5
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan perhitungan kriteria investasi (Tabel 4.4) menunjukkan bahwa usaha penangkapan
di lokasi kegiatan memungkinkan/layak untuk dikembangkan.

4.2 Perikanan Budidaya


4.2.1 Aspek Pasar

Pasar sangat berperan dalam menyalurkan dan memasarkan hasil perikanan dari pihak produsen
ke konsumen. Kegiatan pemasaran produk sangat diperlukan guna meningkatkan kegunaannya
(kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan).

Pemasaran hasil budidaya perikanan di Biak Numfor memiliki prospek yang cerah, karena
tingginya permintaan pasar (lokal dan ekspor) dan potensial demand yang tinggi dari penduduk
Biak Numfor. Hasil budidaya kerapu biasanya dipasarkan dalam bentuk hidup dan diangkut
dengan menggunakan perahu/kapal laut yang dilengkapi dengan palka sistem air beresirkulasi,
sedangkan hasil budidaya rumput laut dipasarkan dalam bentuk rumput laut kering. Rumput
laut kering dapat dijual dengan harga Rp 7.000 – Rp 10.000,00/kg dan rumput laut basah dapat
dijual dengan harga Rp 2.500,00/kg. Kerapu hidup dijual dengan harga Rp 100.000,00/kg – Rp
200.000,00/kg.

Peningkatan produksi usaha budidaya perikanan (rumput laut) akan terintegrasi dan saling
melengkapi dengan industri pengolahan hasil perikanan (dodol dan manisan rumput laut) yang
potensial untuk dikembangkan jika kegiatan budidaya rumput laut berkembang. Melalui
pengembangan usaha budidaya perikanan diharapkan akan meningkatkan nilai tambah produk
hasil perikanan.

Dengan perkembangan produksi secara intensif yang ditunjang dengan sistem tataniaga yang
menguntungkan semua pihak, ekspor rumput laut Indonesia dapat merupakan salah satu
andalan untuk menambah devisa hasil perikanan dan Biak Numfor dapat menjadi salah satu
sentra produksi rumput laut di Indonesia dan dapat ikut berperan dalam perdagangan rumput
laut dunia.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa prospek rumput laut di masa mendatang sangat
cerah untuk dikembangkan termasuk di Biak Numfor, terutama untuk pasar dalam negeri.
Dengan bertambahnya tingkat kehidupan negara berkembang telah membuat kebutuhan akan
pangan dan produksi aplikasi yang semakin berkualitas tinggi. Dengan demikian peluang pasar
akan semakin besar baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Sementara itu, dalam perdagangan kerapu dunia, Indonesia mempunyai peranan yang sangat
besar yaitu sebagai negara produsen terbesar. Sedangkan negara pengekspor terbesar adalah
USA dan negara pengimpor terbesar adalah Thailand.

Ekspor ikan kerapu ke luar negeri sangat diperlukan dalam bentuk hidup atau segar. Dengan
semakin berkembangnya usaha restoran sea food dan hotel, maka permintaan terhadap
ikan karang termasuk ikan kerapu semakin besar.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa prospek ikan kerapu di masa mendatang sangat
cerah untuk dikembangkan termasuk di Biak Numfor, terutama untuk pasar dalam negeri.
Dengan semakin berkembangnya usaha restoran sea food dan hotel serta berkembangnya
tingkat kehidupan masyarakat, maka permintaan terhadap ikan karang termasuk ikan kerapu
BAB 4-6
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
semakin besar. Dengan demikian peluang pasar akan semakin besar baik di dalam negeri
maupun luar negeri.

4.2.2 Aspek Potensi Sumberdaya Perikanan Budidaya

Perairan laut Indonesia, tidak terkecuali wilayah Biak Numfor kaya akan berbagai jenis
sumberdaya hayati. Salah satu komoditi hasil perikanan yang mempunyai nilai ekonomis
penting adalah ikan kerapu. Untuk mengantisipasi menurunnya hasil tangkapan, maka perlu
dilakukan terobosan usaha yang berupa usaha budidaya perikanan, misalnya ikan kerapu.
Wilayah Biak Numfor memiliki potensi perairan laut yang sangat besar untuk usaha budidaya
perikanan. Dengan potensi yang begitu besar dan masih rendahnya tingkat pemanfaatan untuk
usaha budidaya perikanan, sehingga memiliki peluang untuk pengembangan usaha budidaya
perikanan terutama budidaya rumput laut dan ikan kerapu.

4.2.3 Aspek Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi memegang peranan yang cukup penting untuk kelancaran arus orang
maupun barang, sehingga diharapkan dapat menunjang pengembangan usaha budidaya
perikanan di Biak Numfor terutama untuk kelancaran input produksi dan pemasaran produk.
Selama ini masyarakat setempat masih mengandalkan transportasi lokal masyarakat yang
berupa perahu motor tempel dan transportasi antar pulau (kapal cepat dan kapal ferry) untuk
membeli input produksi, pemasaran produk maupun membeli barang- barang kebutuhan sehari-
hari. Selain itu, untuk menunjang usaha penangkapan nelayan Biak Numfor juga terdapat sarana
lainnya seperti dermaga, pelabuhan, bandar udara dan jalan.

4.2.4 Aspek Teknis

Sistem budidaya rumput laut yang bisa dikembangkan adalah sistem longline (tambang/tali PE).
Sistem ini meliputi komponen tali utama (biang), tali ris tempat pengikatan rumput laut, tali
pengikat rumput laut, pelampung besar (drum atau bola), pelampung kecil (botol plastik atau
bola-bola) dan tali jangkar untuk menahan sistem pada posisi yang tetap. Tali utama
berdiameter 12 mm dan dikonstruksi berbentuk segi empat, sedangkan tali ris berdiameter
6 mm diikat pada tali utama secara sejajar. Pelampung besar untuk tali utama, sedangkan
pelampung kecil untuk tali ris. Setiap unit sistem biasanya mengandung 25 tali ris (bentangan).
Panjang tali ris berkisar antara 100 – 200 meter, dengan jarak antar tali ris berkisar antara 0,5 –
1,0 m. Rumput laut diikatkan pada tali ris, menggunakan tali berdiameter 2 mm, dengan jarak
tanam 25 - 30 cm. Jumlah pelampung besar biasanya 4 – 8 buah per unit, sedangkan pelampung
kecil dipasang pada tali ris dengan jarak 2 meter atau setiap 10 m panjang tali ris dibutuhkan
5 pelampung yang terbuat dari botol plastik (bola- bola). Jangkar dipasang pada setiap sudut.

Rumput laut yang dipelihara umumnya berjenis Euchema cotonii. Bibit yang ditanam berumur 1
bulan dan berharga rata-rata Rp 1.000,00/kg. Rumput laut dipelihara selama 40 - 60 hari (rata-
rata 45 hari), dijual dengan harga Rp8.000,00 - Rp10.000,00/kg (rumput laut kering). Selama
masa pemeliharaan tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan pengontrolan dan pencegahan
penyakit.

Pemanenan dilakukan setelah rumput laut berumur 40 – 45 hari untuk menghasilkan rumput
laut bagi kebutuhan bahan baku industri, atau berumur 50– 60 hari untuk bahan baku pangan
(manisan dan dodol rumput laut) atau berumur 25 – 30 hari untuk dijadikan bibit. Dalam satu
hari dapat dilakukan pemanenan sebanyak 2 ton rumput laut. Biomassa rumput laut pada saat
panen biasanya bertambah menjadi 4 – 6 kali dari biomassa awal, sehingga dalam satu
BAB 4-7
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
titik/ikatan biasanya dapat dipanen rata-rata 500 gram – 1.000 gram rumput laut, atau dalam
200 m panjang tali ris dapat dipanen sebanyak 2 kuintal rumput laut.

Sistem budidaya (ikan kerapu) yang bisa dikembangkan oleh masyarakat adalah jaring apung.
Konstruksi wadah jaring apung terdiri dari rangka kayu, pelampung drum plastik, jaring PE
berukuran 3 m x 3 m x 3 m dengan mata jaring berukuran 1 – 2 inchi, pemberat berupa
jangkar beton dan jalan inspeksi terbuat dari papan. Rumah jaga berfungsi juga sebagai kantor,
akomodasi ruang genset, gudang dan treatment ikan. Rumah tersebut terbuat dari kayu dan
papan.

Kegiatan/manajemen budidaya kerapu yang dilakukan meliputi persiapan wadah, penebaran


benih, pemberian pakan, pengelolaan air dan pembersihan jaring, pemberantasan hama dan
penyakit, sortasi dan grading serta pemasaran. Benih kerapu diperoleh dari hasil tangkapan
nelayan setempat dan/atau dari hatchery. Ukuran panen disesuaikan dengan permintaan pasar.
Lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran panen (0,9 kg/ekor) adalah 9 bulan dari benih
berukuran 3 cm. Pemanenan dilakukan secara selektif dan parsial (tidak total). Hanya ikan yang
telah mencapai ukuran panen yang dipanen, sedangkan yang lainnya terus dipelihara. Ikan hasil
seleksi ditampung dalam jaring khusus dan diberok (tidak diberi makan) selama 1 hari sebelum
diangkut secara hidup.

4.2.5 Aspek Sosial

Potensi perairan Indonesia yang cukup besar untuk pengembangan budidaya perikanan harus
dimanfaatkan dalam upaya memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan,
meningkatkan devisa dan menjaga kelestarian sumberdaya hayati. Suatu hal yang perlu
dipahami bahwa budidaya perikanan tidak akan merusak lingkungan atau sumberdaya itu
sendiri. Lain halnya jika dilakukan penangkapan dari alam. Dengan demikian, melalui usaha
budidaya perikanan, pelestarian sumberdaya hayati khususnya sumberdaya ikan ikut pula
terjaga.

Usaha budidaya rumput laut tidak membutuhkan tenaga kerja tetap dalam menjalankan
usahanya. Keterlibatan tenaga kerja hanya diperlukan pada saat menjelang penanaman bibit dan
saat panen. Pengikatan rumput laut pada tali ris dilakukan oleh tenaga lepas dan tenaga kerja
yang diperlukan untuk pemanenan. Penghasilan pemilik sebesar Rp 42.955.800,00/tahun.

Usaha budidaya kerapu umumnya memerlukan tenaga kerja tetap yang memiliki keahlian atau
pengalaman dalam budidaya kerapu, karena usaha ini membutuhkan orang-orang/pegawai
dengan pengusaan teknologi budidaya kerapu yang dalam usaha budidaya perikanan. Jumlah
tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 1 orang dan diupah dengan sistem gaji (Rp
9.000.000,00/tahun). Selain gaji, para pegawai ini juga memperoleh insentif yaitu berupa
Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus. Penghasilan pemilik sebesar Rp 54.240.000,00/tahun.

4.2.6 Aspek Finansial

Aspek ini merupakan kajian terakhir setelah kelima aspek di atas. Dalam kajian aspek ini akan
dibahas mengenai analisis usaha/keuntungan, dan analisis kelayakan pengembangan usaha
budidaya perikanan di Biak Numfor.

4.2.6.1 Analisis Usaha

Dalam pengembangan suatu usaha, harus diketahui dana yang diperlukan. Pada kegiatan ini,
BAB 4-8
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu usaha budidaya perikanan berbeda-beda
tergantung dari jenis budidaya perikanan yang akan diusahakan. Modal investasi usaha
budidaya perikanan terdiri dari biaya pembelian kapal, mesin, jaring, tambang/tali dan
perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi usaha budidaya perikanan di Biak
Numfor disajikan pada Tabel 4.5.

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa modal investasi yang terbesar adalah untuk usaha
perikanan budidaya kerapu. Pendapatan pemilik yang diperoleh usaha budidaya kerapu juga
lebih besar dibandingkan usaha budidaya perikanan lainnya. Pendapatan yang lebih besar pada
usaha budidaya kerapu dipengaruhi oleh hasil panen yang diperoleh.

Tabel 4.5. Modal Investasi Usaha Budidaya Perikanan di Kabupaten Biak Numfor

Usaha Perikanan Budidaya (Rp)


No. Jenis Investasi Keramba Jaring Apung
(Ikan Kerapu) Rumput Laut
1. Perahu 3.000.000 1.500.000
2. Mesin 3.000.000 -
3. Pelampung Besar - 240.000
4. Pelampung Kecil - 3.750.000
5. Tali Bingkai - 360.000
6. Tali Angkur - 1.440.000
7. Tali Anak - 600.000
8. Tali Titik - 4.500.000
9. Keramba 25.000.000 -
10. Rumah Jaga 1.000.000 -
Jumlah 32.000.000 12.390.000

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Dengan melihat tingkat keuntungan yang diperoleh (Tabel 4.6), menunjukkan bahwa usaha
budidaya perikanan di lokasi kegiatan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Tabel 4.6. Analisis Usaha Budidaya Perikanan di Kabupaten Biak Numfor

Usaha Budidaya Perikanan


No. Uraian Keramba Jaring Apung
(Ikan Kerapu) Rumput Laut
1. Investasi (Rp) 32.000.000 12.390.000
2. Penerimaan (Rp)/tahun 100.000.000 84.000.000
3. Total Biaya (Rp)/tahun 45.760.000 41.044.200
4. Pendapatan Pemilik (Rp)/tahun 32.000.000 12.390.000
5. Pendpt TK/org (Rp)/tahun 100.000.000 84.000.000
6. R/C 2,19 2,05

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

4.2.6.2 Analisis Kelayakan Usaha

Analisis yang akan dibahas meliputi perkiraan cash flow, analisis kriteria investasi.

BAB 4-9
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
a. Perkiraan Cash Flow

Dalam menganalisis aspek finansial dilakukan perhitungan cash flow dari usaha yang
direncanakan, dengan beberapa asumsi:

1) Umur proyek selama 5 tahun, disesuaikan dengan jenis peralatan yang paling lama umur
teknisnya.
2) Nilai hasil panen pada tahun ke – 1 sampai tahun ke – 5 diperkirakan tetap.
3) Nilai sisa investasi sebesar 10% sesuai dengan umur teknisnya.
4) Discount rate tetap yaitu sebesar 18%.
5) Sistem pengupahan dari tahun ke – 1 sampai tahun ke – 5 diperkirakan tetap.

b. Analisis Kriteria Investasi

Untuk menganalisis kelayakan atau kemungkinan pengembangan usaha budidaya perikanan


dari aspek finansial digunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost
Ratio (Net B/C) dan Internal Rate Return (IRR).

NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung
berdasarkan nilai saat ini. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dari
penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total sekarang yang dari penerimaan yang bersifat
negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan.

Tabel 4.7. Nilai Kriteria Investasi Usaha Budidaya Perikanan di Kabupaten Biak Numfor

Kriteria Investasi
No. Usaha Budidaya
NPV Net B/C IRR Keterangan
1. Kerapu 157.029.011 5,91 1,8663 Layak
2. Rumput Laut 129.300.774 11,44 3,6721 Layak

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan perhitungan kriteria investasi (Tabel 4.7) menunjukkan bahwa usaha budidaya
perikanan di lokasi kegiatan memungkinkan/layak untuk dikembangkan.

4.3 Pengolahan Hasil Perikanan


4.3.1 Aspek Pasar

Daerah pemasaran untuk usaha kecil pada umumnya hanya di wilayah Kabupaten Biak Numfor.
Usaha industri kecil memiliki peluang pasar yang cerah karena adanya permintaan pasar yang
cukup tinggi baik dari pasar lokal maupun luar daerah, pertumbuhan penduduk serta adanya
pembinaan dan bantuan dari pemerintah terutama terhadap pengembangan usaha pengolahan
hasil perikanan.

4.3.2 Aspek Potensi Sumberdaya

Peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya akan terintegrasi dan saling melengkapi
dengan industri pengolahan hasil perikanan. Adanya usaha penangkapan dan usaha budidaya
perikanan oleh masyarakat setempat dapat berfungsi sebagai penyedia bahan baku industri
pengolahan hasil perikanan, sehingga industri pengolahan hasil perikanan akan lebih
BAB 4-10
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
berkembang lagi.

Lokasi yang digunakan untuk pengembangan kegiatan pengolahan hasil perikanan harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

1) Lahan yang digunakan merupakan lahan yang tidak produktif bagi kepentingan kegiatan
budidaya (pertanian, perikanan dan lain-lain).
2) Jauh dari permukiman penduduk agar pencemaran yang terjadi dapat diminimalisir.
3) Memiliki ketersediaan bahan baku yang cukup.
4) Ketersediaan sarana dan prasarana dasar maupun pendukung.
5) Mempunyai aksesibilitas yang baik, terutama terhadap pasar tujuan.
6) Ketersediaan tenaga kerja mencukupi, khususnya dari sektor rumah tangga.
7) Terdapat suatu kelembagaan yang mendukung kegiatan produksinya.

4.3.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana transportasi cukup memadai untuk kelancaran arus orang maupun barang,
sehingga diharapkan dapat menunjang pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan di Biak
Numfor terutama untuk kelancaran input produksi dan pemasaran produk. Selain itu, di
wilayah Biak Numfor telah terbentuk kelompok usaha agroindustri perikanan yang dapat
dijadikan sebagai media untuk saling tukar informasi antar pengusaha.

4.3.4 Aspek Teknis

Bahan baku untuk pembuatan abon ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan setempat. Ikan
yang digunakan untuk pembuatan abon ikan adalah ikan tuna ekor kuning. Proses pembuatan
abon ikan adalah sebagai berikut: (1) ikan dicuci sampai bersih kemudian dipotong-potong, (2)
ikan dikukus selama 15 – 20 menit, kemudian didinginkan, (3) ikan dibersihkan dan disuwir-suwir
kemudian dipres, (4) ikan digoreng selama 5 – 10 jam, kemudian didinginkan dan dikemas dalam
toples/kantong plastik.

Bahan baku untuk pembuatan ikan asap diperoleh dari hasil tangkapan nelayan setempat. Ikan
yang digunakan untuk pembuatan ikan asap adalah ikan tuna ekor kuning, kambing-kambing.
Proses pembuatan ikan asap adalah sebagai berikut: (1) ikan dikeluarkan isi perutnya, (2) ikan
dibelah dan dicuci sampai bersih dan ditiriskan, (3) setelah kering dimasukkan ke dalam
keranjang, (4) ikan diasap selama sekitar 1 jam.

4.3.5 Aspek Sosial

Usaha industri kecil yang dilakukan oleh masyarakat Biak Numfor masih bersifat tradisional
dengan skala rumahtangga. Usaha tersebut umumnya dilakukan oleh ibu-ibu dalam upaya
membantu perekonomian keluarga. Dalam menjalankan usahanya, umumnya menggunakan
tenaga kerja keluarga. Pendapatan yang diperoleh oleh industri abon ikan (Rp
16.758.000,00/tahun) dan ikan asap (Rp 30.104.000,00/tahun).

4.3.6 Aspek Finansial

Aspek ini merupakan kajian terakhir setelah kelima aspek di atas. Dalam kajian aspek ini akan
dibahas mengenai analisis usaha/keuntungan, dan analisis kelayakan pengembangan usaha
pengolahan hasil perikanan di Biak Numfor.

BAB 4-11
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
4.3.6.1 Analisis Usaha

Dalam pengembangan suatu usaha, harus diketahui dana yang diperlukan. Pada kegiatan ini,
modal investasi yang dibutuhkan untuk suatu usaha pengolahan hasil perikanan berbeda-beda
tergantung dari jenis pengolahan hasil perikanan yang akan diusahakan. Modal investasi usaha
pengolahan hasil perikanan terdiri dari biaya pembelian dandang, wajan, kompor dan
perlengkapan lainnya. Rincian besarnya modal investasi usaha pengolahan hasil perikanan di
Biak Numfor disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Modal Investasi Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Biak Numfor

Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (Rp)


No. Jenis Investasi
Abon Ikan Ikan Asap
1. Dandang 350.000 -
2. Wajan 250.000 -
3. Kompor 525.000 -
4. Slampe 500.000 -
5. Alat Pres 1.500.000 -
6. Alat Kemasan 1.500.000 -
7. Mixer 550.000 -
8. Parut Mesin 3.000.000 -
9. Pisau 54.000 600.000
10. Sodet 18.000 -
11. Tungku 200.000
12. Loyang 90.000
13. Ember 50.000
14. Parang 400.000
15. Kapak 300.000
16. Keranjang 140.000
Jumlah 8.247.000 1.780.000

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Dengan melihat tingkat keuntungan yang diperoleh (Tabel 4.9), menunjukkan bahwa usaha
pengolahan hasil perikanan di lokasi kegiatan menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Tabel 4.9. Analisis Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Biak Numfor

Usaha Budidaya Perikanan


No. Uraian
Abon Ikan Ikan Asap
1. Investasi (Rp) 8.247.000 1.780.000
2. Penerimaan (Rp)/Tahun 52.800.000 171.600.000
3. Total Biaya (Rp)/Tahun 36.042.000 141.496.000
4. Pendapatan Pemilik (Rp)/Tahun 16.758.000 30.104.000
5. Pendpt TK/org (Rp)/Tahun - -
6. R/C 1,46 1,21

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

BAB 4-12
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
4.3.6.2 Analisis Kelayakan Usaha

Analisis yang akan dibahas meliputi perkiraan cash flow, analisis kriteria investasi.

a. Perkiraan Cash Flow

Dalam menganalisis aspek finansial dilakukan perhitungan cash flow dari usaha yang
direncanakan, dengan beberapa asumsi:

1) Umur proyek selama 5 tahun (abon ikan) dan 10 tahun (ikan asap), disesuaikan dengan
jenis peralatan yang paling lama umur teknisnya.
2) Nilai hasil panen pada tahun ke – 1 sampai tahun ke – 10 diperkirakan tetap.
3) Nilai sisa investasi sebesar 10% sesuai dengan umur teknisnya.
4) Discount rate tetap yaitu sebesar 18%.
5) Sistem pengupahan dari tahun ke – 1 sampai tahun ke – 10 diperkirakan tetap.

b. Analisis Kriteria Investasi

Untuk menganalisis kelayakan atau kemungkinan pengembangan usaha budidaya perikanan


dari aspek finansial digunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost
Ratio (Net B/C) dan Internal Rate Return (IRR).

NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung
berdasarkan nilai saat ini. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dari
penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total sekarang yang dari penerimaan yang bersifat
negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan.

Tabel 4.10. Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Hasil Perikanan di Kabupaten Biak Numfor

Usaha Kriteria Investasi


No.
Budidaya NPV Net B/C IRR Keterangan
1. Abon Ikan 29474151 4,57 2,2549 Layak
2. Ikan Asap 134074027 76,32 17,0449 Layak

Sumber: Data Primer Diolah (2016)

Berdasarkan perhitungan kriteria investasi (Tabel 4.10) menunjukkan bahwa usaha budidaya
perikanan di lokasi kegiatan memungkinkan/layak untuk dikembangkan.

4.4 Tatacara Perizinan

Tanah di wilayah Kabupaten Biak Numfor merupakan tanah ulayat/tanah adat. Oleh karenanya
bagi investor yang ingin berinvestasi proses perizinan yang harus dijalani adalah
mendaftarkan ke Pemeritah Daerah dengan menyertakan dokumen yang diperlukan (akta
pendirian, KTP dan surat-surat lain yang dipersyaratkan). Selanjutnya dengan fasilitasi
Pemerintah Daerah, seorang investor kemudian menemui tokoh adat yang mengetahui betul
status tanah yang akan dijadikan tempat usaha oleh investor, sehingga tidak akan ada
perselisihan/sengketa lahan yang mungkin terjadi di kemudian hari.

BAB 4-13
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
BAB 5 ROADMAP SKPT BIAK
Tabel 5.1. Road Map Pembangunan SKPT Kabupaten Biak Numfor Tahun 2016-2019

No Uraian 2017 2018 2019 2020


1 Penetapan Lokus 1. Konsultansi 1. Konsultansi penyusunan
SKPT penyusunan rencana rencana zonasi Industrial
zonasi, Estate (Distrik Angopi)
2. penyusunan rencana 2. penyusunan rencana
induk (masterplan), induk (masterplan),
3. penyusunan rencana 3. penyusunan rencana
bisnis (bussiness plan) bisnis (bussiness plan)
PPI Fandoi dan BBIP
Bosnik
2 Pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang bisnis kelautan dan perikanan
a. Perikanan Tangkap Investasi Pemerintah : Investasi Pemerintah Investasi Swasta : Investasi Swasta :
a. Pengadaan Kapal 3 a. Pengadaan Kapal 10 GT Pengadaan kapal dan alat Pengadaan kapal dan alat tangkap
GT, 5 GT dan 10 GT dan 20 GT dan Alat tangkap
dan Alat Tangkap Tangkap 25 unit
sebanyak 36 unit b. Revitalisasi Dermaga (Yang
b. Revitalisasi Pusat dibangun KPDT)
Pendaratan Ikan (PPI)
c. Penyediaan Dermaga
Apung

b. Perikanan Budidaya Investasi pemerintah : Investasi pemerintah : Investasi swasta: Budidaya Investasi swasta:
a. Revitalisasi BBI a. Pengembangan budidaya KJA, Rumput Laut, Mutiara Budidaya KJA, Rumput Laut,
b. Pengadaan benih, rumput laut Mutiara
pakan dan obat-
obatan untuk
budidaya KJA

BAB 5-1
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
No Uraian 2017 2018 2019 2020
c. Pembangunan
Penampungan Ikan
Hidup
c. Industri Pengolahan Investasi Pemerintah : Investasi Pemerintah : Investasi swasta : Investasi Swasta :
a. Pembangunan ICS a. Pembangunan miniplant a. Pembangunan ICS 500 ton Pembangunan industri
200 ton tuna loin b. Pembangunan Pabrik Es pembekuan, pengalengan, dsb
b. Penyediaan Ice Flake b. Penyediaan Ice Flake c. Pembangunan industri
c. Pengadaan sarana pengolahan ikan dan
rantai dingin (cool rumput laut
box, kendaraan
berpendingin)

3 Penyediaan Infrastruktur dasar


a. Instalasi Listrik Berkoordinasi dengan Melibatkan swasta untuk Pengembangan dan Pengembangan dan pemeliharaan
PLN ketersediaan listrik pemeliharaan
Instalasi Listrik

b. Sarana Air Bersih Berkoordinasi dengan Air tersedia Pengembangan dan Pengembangan dan pemeliharaan
PDAM pemeliharaan

Instalasi air bersih

c. Jalan Berkoordinasi dengan Jalan tersedia Pengembangan dan Pengembangan dan pemeliharaan
KemenPUPERA pemeliharaan

d. Jaringan Berkoordinasi dengan Jarigan Komunikasi tersedia Pengembangan dan Pengembangan dan pemeliharaan

BAB 5-2
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
No Uraian 2017 2018 2019 2020
telekomunikasi Kominfo pemeliharaan

4 Peningkatan Kualitas Pelatihan, penyuluhan, a. Pelatihan, penyuluhan, Pelatihan, penyuluhan, dan Pelatihan, penyuluhan, dan
SDM Perikanan dan pemberdayaan dan pemberdayaan pemberdayaan masyarakat pemberdayaan masyarakat
masyarakat kelautan dan masyarakat kelautan dan kelautan dan perikanan kelautan dan perikanan
perikanan
perikanan
b. Pembangunan technopark
dengan mengembangkan
institusi/ lembaga
pendidikan kelautan dan
perikanan
5 Pendampingan a. Fasilitasi akses a. Fasilitasi akses a. Fasilitasi akses permodalan a. Fasilitasi akses permodalan
Keberlanjutan Usaha permodalan usaha permodalan usaha bidang usaha bidang kelautan dan usaha bidang kelautan dan
bidang kelautan dan kelautan dan perikanan perikanan dengan lembaga perikanan dengan lembaga
perikanan dengan dengan lembaga pembiayaan Bank dan Non pembiayaan Bank dan Non
lembaga pembiayaan pembiayaan Bank dan Non Bank Bank
Bank dan Non Bank Bank b. Fasilitasi penguatan b. Fasilitasi penguatan
b. Fasilitasi penguatan b. Fasilitasi penguatan kelembagaan usaha kelembagaan usaha
kelembagaan usaha kelembagaan usaha c. Fasilitasi perluasan akses c. Fasilitasi perluasan akses pasar
c. Fasilitasi perluasan c. Fasilitasi perluasan akses pasar
akses pasar pasar
6 Peningkatan Investasi a. Mempromosikan a. Mempromosikan potensi Adanya investasi swasta Adanya investasi swasta
sektor KP potensi dan peluang dan peluang investasi
investasi Kabupaten Kabupaten Biak
Biak b. Tersedianya kebijakan
b. Menyiapkan kemudahan investasi
kebijakan kemudahan sektor KP khusus
investasi sektor KP Kabupaten Biak
khusus Kabupaten
BAB 5-3
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
No Uraian 2017 2018 2019 2020
Biak
7 Penguatan sarana a. Pembangunan dan a. Pembangunan dan a. Pembangunan dan a. Pembangunan dan
pendukung bisnis pengembangan sistem pengembangan sistem pengembangan sistem pengembangan sistem
perikanan perkarantinaan ikan, perkarantinaan ikan, perkarantinaan ikan, perkarantinaan ikan,
pengendalian mutu, pengendalian mutu, pengendalian mutu, pengendalian mutu, keamanan
keamanan hasil keamanan hasil perikanan, keamanan hasil perikanan, hasil perikanan, dan keamanan
perikanan, dan dan keamanan hayati ikan dan keamanan hayati ikan hayati ikan
keamanan hayati ikan b. Pembangunan sarana dan b. Pembangunan sarana dan b. Pembangunan sarana dan
b. Pembangunan sarana prasarana pengawasan prasarana pengawasan prasarana pengawasan
dan prasarana pengelolaan sumber daya pengelolaan sumber daya pengelolaan sumber daya
pengawasan kelautan dan perikanan. kelautan dan perikanan kelautan dan perikanan
pengelolaan sumber
daya kelautan dan
perikanan.
8 Pembangunan Biak a. Berkoordinasi dengan a. Penyediaan area bisnis a. Launching Terbangunnya Biak Fisheries
Fisheries Industrial Pemprov dan Pemkab bagi swasta Mempromosikan kawasan Industrial Estate
Esteate Biak b. Penyediaan infrastruktur ke swasta
b. Promosi investasi dan dasar (listrik, air, jalan b. Relokasi sebagian industry
Marine and Fisheries raya, pelabuhan, perikanan dari Surabaya -
Business and perkantoran) Jatim, Bitung – Sulut, DKI
Invesment Forum Jakarta, Makassar – Sulsel
ke SKPT Biak
c. Mengembangkan
konektivitas antar SKPT
dan wilayah industri
perikanan seluruh
Indonesia

10 Ekspor Gateway dari a. Koordinasi regulasi a. Menyediakan pelabuhan a. Membuka pintu ekspor Keberlanjutan ekspor ke negara

BAB 5-4
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
No Uraian 2017 2018 2019 2020
Biak ke negara dengan Kementerian ekspor langsung ke LN (Jepang, tujuan
potensial untuk terkait b. Menyediakan area China, Korsel, Taiwan,
produk perikanan b. Membangun dan bongkar muat dan Hongkong, Singapura dan
mengembangkan pergudangan Filipina)
instansi terkait proses c. Menjamin keamanan b. Memberikan regulasi
ekspor kawasan kemudahan ekspor
d. Promosi investasi dan
Marine and Fisheries
Business and Invesment
Forum

BAB 5-5
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

1) Sumberdaya kelautan dan perikanan Kabupaten Biak Numfor memiliki potensi yang cukup
besar. Potensi tersebut ditandai dengan banyaknya pulau-pulau kecil, indahnya panorama
alam, letaknya yang strategis dan cukup memadainya infrastruktur yang ada. Berdasarkan
hal tersebut, sangat tepat jika Kabupaten Biak Numfor dikembangkan menjadi kawasan
Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).
2) Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Fandoi di Distrik Biak Kota sangat cocok untuk
dijadikan sebagai pusat dari kegiatan SKPT. Hal ini diperkuat oleh realitas sarana dan
prasarana yang cukup lengkap, topografi pantai yang landai, kondisi perairannya relatif
tenang dan terlindung, kualitas perairannya masih bagus, sumberdaya ikan dan biota lainnya
cukup tersedia serta dukungan dari Pemerintah Daerah.
3) Dari aspek ekonomi, aktivitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat menguntungkan dan
layak untuk diusahakan/dikembangkan karena berdasarkan hasil analisis yang dilakukan: (1)
analisis usaha nilai R/C lebih besar dari 1, dan (2) analisis kelayakan usaha nilai NPVnya
positif, nilai IRRnya lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (lebih dari 18 %) dan nilai
B/Cnya lebih besar dari 1.

6.2 Rekomendasi

1) Untuk kepentingan peningkatan perekonomian masyarakat, model pengelolaan SKPT di


Kabupaten Biak Numfor dapat dioptimalkan dengan cara memaksimumkan jumlah unit
usaha, tetapi dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan perairan, ekosistem serta
sumberdaya pesisir dan laut yang ada di kawasan tersebut.
2) Kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif untuk dikembangkan di Kabupaten Biak
Numfor adalah perikanan tangkap (sampan, ketinting, Johnson, kapal motor), perikanan
budidaya (karamba jaring apung, rumput laut), penerapan sistem rantai dingin mulai dari
kapal sampai penanganan di PPI, pengolahan hasil perikanan (abon ikan, ikan asap) dan
pariwisata bahari (penyewaan peralatan snorkeling dan diving, penyewaan cottage).
3) Komoditi unggulan perikanan tangkap yaitu tuna, cakalang, kembung, kerapu, kakap,
udang, lobster. Komoditi unggulan perikanan budidaya yaitu rumput laut, kerapu, baronang,
kepiting, teripang dan kerang-kerangan. Tujuan pasar domestik yaitu ke Makassar, Bali,
Surabaya dan Jakarta. Tujuan pasar ekspor adalah Australia, Hongkong, Cina, Singapura,
Taiwan Hawai, Palau dan Jepang.
4) Untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, maka investasi yang diperlukan adalah: (1)
Perikanan tangkap berupa pengadaan armada kapal motor, pengadaan kapal pengangkut,
pembangunan menara air, pembangunan menara pemantau, pembangunan perbengkelan
dan peralatan, pembangunan jalan aspal dalam kawasan, pembangunan trotoar dan castein,
pembangunan SPDN, pembangunan jaringan air bersih, pembangunan instalasi listrik,
pengadaan alat tangkap gillnet, pengadaan alat tangkap pancing, pelatihan teknis
penangkapan, pelatihan mata pencaharian alternatif di pulau-pulau kecil, pengoperasian
SPDN, pengoperasian dermaga dan pendampingan; (2) Perikanan budidaya berupa
pengadaan karamba jaring apung, pengadaan sarana dan prasarana budidaya rumput laut,
pengembangan kebun bibit rumput laut, pengadaan mesin ketinting, pembangunan
laboratorium kering, pengadaan alat-alat laboratorium, pelatihan budidaya perikanan,
pendampingan; (3) Pengolahan dan pengolahan hasil perikanan berupa pengembangan
Pusat Pemasaran Hasil Perikanan (PDSPKP), pengadaan sistem rantai dingin, pembangunan
BAB 6-1
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
instalasi listrik 30 KVA, pembangunan sarana air bersih, pengadaan sarana pengering rumput
laut (alat penjemuran dan alat pengepres hidrolik, keranjang dan timbangan), pengadaan
cool box (300 liter), pengadaan chest freezer, pengadaan ice crusher, kendaraan pengangkut
es, penyediaan cold storage di kawasan pusat SKPT dan kawasan pendukung sentra
pengumpul dan pemasaran hasil perikanan, pengadaan sarana pemasaran bergerak bak
terbuka, pengadaan sarana pemasaran bergerak roda tiga bak terbuka, pengembangan
sumberdaya manusia Kelautan dan Perikanan, pembuatan gudang penyimpanan rumput
laut di Pulau Samber Pasi, penyediaan kapal cold storage, pengoperasian pabrik es dan
pengoperasian cold storage ; (4) Pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan berupa
pembangunan kantor pengawasan SDKP, pengadaan speed boat pengawas, pengadaan
speed boat untuk pokwasmas, pengadaan sarana telekomunikasi pokwasmas, penataan
operasional penyidikan tindak pidana perikanan, penataan operasional penanganan barang
bukti dan awak kapal, penataan forum koordinasi penanganan tindak pidana perikanan,
sosialisasi perundang-undangan, penyuluhan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem dan
lingkungan, sosialisasi penyelamatan terumbu karang, lamun dan mangrove; (5)
Infrastruktur berupa pengadaan dermaga apung dan titik labuh di pesisir pulau-pulau kecil,
pengadaan desalinasi air laut, dan pengadaan sarana penunjang ekonomi produktif; (6)
Pariwisata bahari berupa promosi dan pelatihan pengembangan wisata bahari, masterplan
dan DED minawisata pulau-pulau kecil, pengadaan speed boat pariwisata, pengadaan
pondok wisata, pengadaan peralatan selam, pembangunan KJA minawisata, pembangunan
tambatan perahu; (7) Ekosistem dan lingkungan berupa identifikasi dan penilaian potensi
calon KKP3K, rehabilitasi mangrove, transplantasi terumbu karang, fasilitasi penyadaran
masyarakat terhadap perusakan lingkungan, pembinaan pengelolaan pesisir dan pulau-
pulau kecil, pencadangan dan kelembagaan kawasan konservasi; (8) Penelitian dan
pengembangan berupa pembangunan Technopark.
5) Agar semua kepentingan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut
kawasan SKPT ini dapat terakomodir, maka kebijakan penting yang harus dilakukan oleh
para pemangku kepentingan adalah menentukan proporsi berimbang berdasarkan peran
dan fungsinya yang pelaksanaannya tertuang dalam bentuk program kegiatan.

BAB 6-2
Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Biak Numfor. 2012. Revisi RTRW
Kabupaten Biak Numfor 2011 – 2031. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Biak Numfor. 2013. Penyusunan


Masterplan Minapolitan Kabupaten Biak Numfor. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Biak Numfor. 2015. Perencanaan


Pengembangan Minapolitan Berbasis Budidaya Perikanan Kabupaten Biak Numfor.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Biak Numfor. 2014. RPJMD Kabupaten
Biak Numfor Tahun 2014 – 2019. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Biak Numfor. Biak.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Biak Numfor. 2015. Standar Biaya
Umum. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor. 2015. Biak Numfor dalam Angka 2015. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor. 2015. PDRB Kabupaten Biak Numfor 2010 –
2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. 2015. Provinsi Papua dalam Angka 2015. Badan Pusat
Statistik Provinsi Papua. Jayapura.

Balai Budidaya Ikan Pantai Kabupaten Biak Numfor. 2016. Profil BBIP Biak.Balai Budidaya Ikan
Pantai Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. 2012. Laporan Akhir Penilaian Potensi
Calon Kawasan Konservasi Perairan (CKKP) di Pulau Numfor Kabupaten Biak Numfor.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. 2014. Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor Tahun 2014 – 2019. Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Biak Numfor.Biak.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. 2014. Penyusunan Renstra WP3K.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. 2014. Rencana Pengelolaan KKPD
Kabupaten Biak Numfor. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
DAFTAR PUSTAKA - 1
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. 2016. Laporan Tahunan 2015. Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. 2015. Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Teknis dan DED Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS) Biak Numfor. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. 2015. Laporan Akhir Pekerjaan
Konstruksi Perencanaan Teknis dan DED Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Biak
Numfor. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Biak Numfor. 2015. Majalah Promosi Pariwisata
Biak. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Biak Numfor. Biak.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Laporan Akhir RZWP3K Kabupaten Biak Numfor.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Keragaan Perikanan Tangkap 2015.


Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Review Masterplan dan Bisnisplan Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
Kabupaten Biak Numfor
DAFTAR PUSTAKA - 2

Anda mungkin juga menyukai