Anda di halaman 1dari 1

Tanaman Talas

Penyakit awar daun (leaf blight)

penyakit hawar daun talas ditemukan pada tahun 1900 di jawa yang disebabkan oleh Phytophthora
colocasiae. Penyakit ini pertama kali dikenal di indonesia dan merupakan penyakit penting pada
tanaman talas karena apabila terjadi ledakan jumlahnya maka dapat menyebabkan kehilangan hasil
25-50%. Bila menyerang ubinya dapat merugikan sampai 50% sementara pada daunnya
menyebabkan kehilangan hasil hingga 95% (Nelson et al., 2011). Selain itu, siklus dari penyakit yang
disebabkan oleh patogen Phytophthora colocasiae dipengaruhi oleh kondisi lingkungan antara lain
curah hujan,kelembapan dan suhu serta dipengaruhi oleh genotip dari tanaman inang. Untuk suhu
pertumbuhan Phytophthora colocasiae yakni sekitar 15-25 oC dan pertumbuhan optimum pada suhu
27-30oC dan kelembaban relatif sekitar 90-100 %.

Gejala

Gejala utama penyakit ini berupa hawar pada daun talas bagian atas berupa bercak bercak coklat
kehitaman yang awalnya kecil kemudian akan membesar; dan bila daun dibalik maka permukaan
bawahnya akan terlihat tetesan berair. Apabila bercak bercak tersebut menyatu maka daun akan
busuk dan mati. Kemudian, apabila bercak yang berwarna gelap dan berair diamati secara seksama
maka terdapat benjolan benjolan kebasahan yang merupakan kumpulan massa sporangium dari
patogen penyebabnya yang keluar dari stomata daun terbentuk di ujung-ujung sporangiofor.

Penyebab penyakit

Penyakit hawar daun ini disebabkan oleh jamur Phytophthora colocasiae, memiliki miselium hialin,
tak bersepta (coenocyte) yang berkembang dalam inang secara inter atau intraseluler.

Ciri morfologis jamur Phytophthora colocasiae yakni memiliki sporangium berbentuk avoid (lonjong),
papila tipe semi-papillate, memiliki pedisel pendek, panjang antara 18 µm – 30 µm dan hifa tidak
membengkak (Drenth dan Barbara, 2001).

Kemudian, penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor cuaca sehingga membantu dalam
perkembangan dan pertumbuhan jamur tersebut. Menurut Sastrahidayat (2013) menyatakan
bahwa tejadinya epidemi penyakit disebabkan adanya interaksi iang, patogen dan cuaca
setempat.

Pengendalian

- Pencegahan masuknya patogen ke areal baru dengan meningkatkan peranan karantina agar
supaya tidak membawa bahan tanaman sakit.
- Sanitasi dengan cara memeriksa kebun secara reguler dan membuang tanaman sakit dengan
cara membakar agar tidak menyebar ke tanaman lainnya.
- Melebarkan jarak tanam (46-75 cm) dapat mengurangi penularan oleh percikan air hujan
dari tanam sakit ke tanaman sehat serta menurunkan kelembaban kanopi.
- Menggunakan varietas resisten.

Anda mungkin juga menyukai