0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan3 halaman
Lesi pada rongga mulut dapat terjadi karena menyikat gigi terlalu keras atau kebiasaan menggigit bibir. Lesi ini dapat berupa apthosa atau skomatitis yang umumnya terlihat pada 15,2% populasi. Faktor risikonya antara lain stres, hipersensitivitas makanan, dan defisiensi zat besi, asam folat, atau vitamin B12. Secara klinis, lesinya berupa ulkus berbentuk bulat yang sakit dan sering kambu
Lesi pada rongga mulut dapat terjadi karena menyikat gigi terlalu keras atau kebiasaan menggigit bibir. Lesi ini dapat berupa apthosa atau skomatitis yang umumnya terlihat pada 15,2% populasi. Faktor risikonya antara lain stres, hipersensitivitas makanan, dan defisiensi zat besi, asam folat, atau vitamin B12. Secara klinis, lesinya berupa ulkus berbentuk bulat yang sakit dan sering kambu
Lesi pada rongga mulut dapat terjadi karena menyikat gigi terlalu keras atau kebiasaan menggigit bibir. Lesi ini dapat berupa apthosa atau skomatitis yang umumnya terlihat pada 15,2% populasi. Faktor risikonya antara lain stres, hipersensitivitas makanan, dan defisiensi zat besi, asam folat, atau vitamin B12. Secara klinis, lesinya berupa ulkus berbentuk bulat yang sakit dan sering kambu
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Lesi Pada Rongga Mulut
1. DEFINISI : Lesi adalah perubahan struktur jaringan hidup diluar keadaan normal, atau merupakan suatu keadaan rusaknya jaringan mukosa mulut 2. Penyebab : Lesi dapat terjadi dikarenakan menyikat gigi terlalu keras, kebiasaan menggigit-gigit pipi atau bibir 3. Etilogi dan Patogenesisi : Dieropa barat dan amerika utara,apthosa(rekuren)skomatitis(RAS) merupakan gangguan mukosa yang paling sering terlihat,mengenai 15,2%populasi Desisensi hematitik disertai bekurangnya kadar besi,asam folfat,atau vitamin B12 ditemukan pada sebagian kecil pasien KAS.Faktor predisposisi lainya termasuk stres psikologis hipersensitif terhadap makanan,berhenti merokok dan cedera penetrosi. 4. Secara Klinis : Secara klinis RAS dikelompokkan menjadi 3 kelompok minor,mayor dan berpetiform. RAS dikelompokkan menjadi 3 kelompok minor,mayor,dan bertiform.ketika subtipe tersebut memberikan tanda klinis yang sama yakni,ulser yang sakit berbentuk bulat atau oval dan teratur dengan batas erimatus yang kambuh. Kebanyakan pasien dengan RAS mengalami bentuk minor (MiRAS) yang mempunyai karakteristik alser tunggal atau beberapa umumnya berdiamete 5mm atau kurang. 5. Diagnosis :diagnosis RAS ditentukan dengan cara yang relatif mudah karena kontrakterisasi tampilan klinis dari ulser dan gejala kekambuhanya. 6. Tata Laksana : Ada beberapa penawaran yang dianjurkan untuk tata laksana simtomatik RAS.teapi selain untuk mereduksi rasa sakit dan membantu kesembuhan lesi,akan membantu diskufator presidopsisi diselentikifikasi. Semua pasien dengan RAS dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung bahan pengawet benzote,kripik kentang,coklat karena pada beberapa penderita mempengaruhi pengawetan ulser.adanya hubungan dengan penyakit gastronensiktional,menstruasi,dan stres harus diselidiki.defisiensi mematogikal gastrotinsternal,kehilangan darah menstruasi yang parah,atau diet vegetarian.Investigasi darah yang di anjurkan meliputi hitung darah lengkap (abc) dan kadar vitamin B12.folat dan feritin.selain itu adanya penyakit celiak dapat di deteksi di dalam darah yang di anjurkan meliputi hitung darah lengkap mencari antibodi antiglotin (AGA) dan antibodi imoglobin jaringan A.