Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA KONTINGENSI

DESA/KELURAHAN YANG BERADAPTASI COVID-19

1. PENGANTAR
Dalam situasi darurat bencana, sering terjadi kesimpangsiuran data dan informasi korban
maupun kerusakan dan kerugian, sehingga mempersulit pengambilan kebijakan
penanganan darurat. Pelaksanaan tanggap darurat juga sering kurang saling mendukung,
distribusi bantuan dan pelayanan kurang cepat, kurang merata, sulit terpantau dengan baik,
sehingga kemajuan hasil kegiatan tanggap darurat bencana kurang bisa terukur secara
obyektif. Situasi-situasi tersebut disebabkan antara lain karena kurangnya koordinasi antar
instansi terkait dalam kegiatan tanggap darurat bencana, untuk itu diperlukan suatu
organisasi atau lembaga yang menjadi pusat komando sekaligus sebagai tim penanganan
darurat bencana di tingkat desa.
Rencana penanganan darurat bencana (rencana kontingensi) tingkat Desa/Kelurahan
diharapkan mengakomodasi partisipatif dari tingkat paling bawah dengan melibatkan
semua komponen masyarakat termasuk unsur perempuan, anak, dan disabilitas dengan
tujuan untuk memenuhi hak dan kebutuhan serta martabat perempuan, anak, dan disabilitas
dalam situasi darurat tetap terlindungi.
Rencana kontingensi merupakan perencanaan penyusunan melalui proses perencanaan
penanganan pada saat situasi darurat bencana tertentu, pada kondisi tidak menentu,
disepakati dengan skenario dan tujuan, tindakan dan manajerial penanganan ditetapkan,
dan sistem tanggap darurat serta pengerahan potensi disepakati bersama guna mencegah,
atau menanggulangi secara baik dalam situasi darurat dan ditetapkan secara formal (SNI
8751:2019)
Coronavirus Disease-19 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini
tidak dikenal sebelumnya dan diketahui mulainya wabah ini di Wuhan, Tiongkok sebagai
pandemi dunia pada bulan desember 2019. COVID - 19 ini sekarang menjadi sebuah
pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia (World Health Organisation).
Untuk itu perlu langkah-langkah penanggulangan terpadu termasuk keterlibatan komponen
masyarakat. Pandemi COVID - 19 secara global mengancam keberlangsungan berbagai
aspek kehidupan, tidak terbatas kepada aspek kesehatan tetapi juga sosial - budaya,
ekonomi, dan keamanan serta sendi-sendi kehidupan lainnya.
Penanganan pada situasi darurat lebih tertuju pada pencarian korban dan seringkali setiap
kejadian bencana, dampak pada kelompok anak, kelompok perempuan dan kelompok
disabilitas belum mendapat pendapat respon yang optimal. untuk itu perlu perencanaan
yang lebih memperhatikan terhadap kelompok anak, kelompok perempuan, dan kelompok
disabilitas.
Dengan semakin meningkatnya kejadian bencana di saat situasi pandemi COVID-19 dan
belum diketahui kapan pandemi ini akan berakhir, maka dibutuhkan perencanaan
penanganan darurat saat situasi pandemi COVID-19. Panduan rencana kontingensi yang
beradaptasi dengan COVID-19 diperlukan untuk membantu para pihak khususnya yang
ada di tingkat Desa/Kelurahan dalam menyusun rencana darurat bencana saat situasi
pandemi.

2. PENGERTIAN

a. Kontingensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar-benar
terjadi. Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk merencanakan sesuatu
peristiwa yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan peristiwa itu tidak
akan terjadi. Oleh karena ada unsur ketidakpastian, maka diperlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi akibat yang mungkin terjadi (BNPB, Panduan
Perencanaan Kontingensi, 2011).
b. Perencanaan kontingensi merupakan proses manajemen yang menganalisis risiko
bencana dan menetapkan pengaturan di muka untuk memungkinkan yang cepat, tepat
dan efektif. (UNISDR, 2017)
c. Fasilitator perencanaan kontingensi merupakan pelaksana tugas dan fungsi
berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan memaparkan materi/topik,
mengarahkan diskusi dan tanya jawab, memberikan tugas kelompok, serta
pendampingan pada proses penyusunan rencana kontinjensi sampai dengan
tersusunnya dokumen.
d. Narasumber rencana kontingensi merupakan orang yang memiliki pengetahuan dan
kompetensi di bidangnya untuk menyampaikan materi, arahan dan masukan
khususnya dalam penentuan kejadian bencana, penilaian risiko dan pengembangan
skenario serta dampak bencana. Narasumber berasal dari pemerintah maupun non
pemerintah, perguruan tinggi, lembaga usaha, media massa, maupun non pemerintah
lainnya, sesuai jenis bencana dan skenario yang dikembangkan.
e. Anak adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali ditentukan lain
oleh hukum suatu negara. Semua anak memiliki semua hak yang disebutkan di dalam
Konvensi ini. (Pasal 1, Undang Undang Konvensi Hak Anak Unicef )
f. Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014)
g. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak (Undang - Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas)

Jenis - jenis Penyandang Disabilitas menurut UU nomor 8 tahun 2016 tentang


Penyandang Disabilitas adalah :
g.1 Penyandang Disabilitas Fisik adalah terganggunya fungsi gerak, antara lain
amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, cerebral palsy (CP), akibat stroke,
akibat kusta, dan orang kecil.
g.2 Penyandang Disabilitas intelektual adalah terganggunya fungsi pikir karena tingkat
kecerdasan dibawah rata - rata; antara lain lambat belajar, disabilitas grahita dan
down syndrome
g.3 Penyandang Disabilitas Mental adalah terganggunya fungsi pikir, emosi, dan
perilaku; antara lain psikososial diantaranya skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas,
dan gangguan kepribadian ;dan disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada
kemampuan interaksi sosial di antaranya autis dan hiperaktif.
g.4 Penyandang Disabilitas Sensorik adalah terganggunya salah satu fungsi dari panca
indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau disabilitas wicara
g.5 Penyandang Disabilitas Ganda atau Multi adalah Penyandang disabilitas yang
mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas rungu- wicara
dan disabilitas netra-tuli.
3. TUJUAN
3.1 Memberikan panduan tentang proses penyusunan rencana kontingensi dengan adaptasi
protokol kesehatan COVID-19 terhadap kelompok anak, kelompok perempuan dan
kelompok disabilitas
3.2 Panduan mengenai proses penyusunan rencana kontingensi dengan adaptasi protokol
kesehatan COVID - 19 harus pengarusutamaan terhadap kelompok anak, kelompok
perempuan serta kelompok disabilitas guna mendukung dan memobilisasi peran aktif
dalam situasi darurat bencana
3.3 Mendukung proses Kegiatan Belajar Mengajar berupa layanan akses bagi anak,
perempuan dan kelompok difabel dalam situasi darurat guna mempermudah fungsi -
fungsi koordinasi antar pelaku bidang operasi dalam situasi pandemi COVID - 19.

4. SASARAN
Sasaran panduan ini ditujukan bagi fasilitator desa, pemerintah desa/Kabupaten, dan para
pihak yang akan memfasilitasi penyusunan rencana kontingensi Desa/Kelurahan.

5. RUANG LINGKUP
5.1 Panduan rencana kontingensi ini merupakan panduan untuk membantu pemerintah
desa/kelurahan atau masyarakat dalam menyusun rencana kontingensi dengan protokol
kesehatan COVID-19.
5.2 Panduan rencana kontingensi ini ikut peran serta mengarusutamakan terhadap
kelompok anak, kelompok perempuan, dan difabel supaya bisa terakomodir perspektif
anak, gender dan disabilitas dalam situasi darurat bencana dalam adaptasi protokol
kesehatan COVID - 19
5.3 Panduan ini mencakup pengertian, tujuan, dan tahapan proses penyusunan dokumen
rencana kontingensi yang beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19.
Pelaksana atau pelaku pada dokumen rencana kontingensi ini adalah organisasi
penanganan darurat bencana tingkat Desa/Kelurahan. Dan dokumen yang dihasilkan
dilegalkan oleh Kepala Desa/Lurah.
6. HASIL
a. Pemerintah desa/kelurahan dapat menyusun rencana kontingensi yang beradaptasi
protokol kesehatan COVID-19 secara mandiri dengan fokus anak, perempuan dan
disabilitas.
b. Desa/kelurahan memiliki dokumen rencana kontingensi yang beradaptasi protokol
kesehatan COVID-19 dengan fokus anak, perempuan dan disabilitas.

7. METODE
Penyusunan perencanaan kontingensi menggunakan metode lokakarya partisipatif dengan
dipandu oleh fasilitator yang telah memahami perencanaan kontingensi.

8. PESERTA
a. Keterwakilan anak dan remaja
b. Keterwakilan disabilitas
c. Keterwakilan perempuan
d. Perangkat Desa/Kelurahan
e. Tokoh Masyarakat/Agama
f. Pemuda/Karang Taruna
g. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
h. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
i. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
j. Organisasi lain (misal kelompok tani, ternak, nelayan)

9. PRINSIP
Prinsip penyusunan rencana kontingensi

PRINSIP PENJELASAN
1. Dasarnya jelas Setelah ada kajian risiko bencana, setelah ada
peringatan bahaya. Peringatan bahaya
COVID-19 dapat disampaikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, BPBD
Kabupaten/Kota, BPBD Provinsi, BNPB
2. Hanya untuk satu jenis ancaman Rencana kontingensi disusun untuk satu jenis
ancaman yang beradaptasi dengan COVID-19
3. Disusun secara partisipatif Melibatkan semua pihak baik pemerintah,
masyarakat, organisasi dan lembaga-lembaga
yang ada di Desa/Kelurahan termasuk
perwakilan anak, perempuan, dan disabilitas
mendapatkan kesempatan dan hak memberikan
ide, dan keputusan dilakukan dengan proses
terbuka
4. Berdasarkan kesepakatan Skenario, tujuan dan prosedur ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama
5. Harus bisa dioperasionalkan Semua prosedur dalam rencana kontingensi
harus rasional/logis, jelas, mudah
dikomunikasikan bisa dijalankan, mudah
dipahami dan bisa dijadikan dasar rencana
operasi.
6. Tidak menimbulkan keresahan Penyusunan rencana kontingensi harus
menggunakan kehati-hatian ekstra agar tidak
diartikan sebagai usaha menakut-nakuti dan
menghindari stigma yang dapat memicu
keresahan
7. Mengutamakan sumberdaya lokal Kebutuhan-kebutuhan sumberdaya dalam
rencana kontingensi sebisa mungkin dipenuhi
dengan mengerahkan sumber daya setempat. Ini
agar rencana kontingensi tidak dijadikan alasan
untuk pembelian baru atau pembangunan
infrastruktur baru.
8. Dipatuhi oleh semua pihak Setiap kesepakatan dalam rencana kontingensi
bersifat mengikat
9. Selalu dimutakhirkan Rencana kontingensi harus selalu diperbaiki
secara berkala. Perbaikan ini terkait perubahan
data penduduk dan perkembangan ancaman
termasuk perkiraan dampak dan dapat di update
setiap tahun.
10. Tujuan kemanusiaan Penyusunan rencana kontingensi ditujukan
semata-mata untuk kepentingan kemanusiaan.
Sekaligus rencana kontingensi harus
mengutamakan kelompok rentan termasuk anak
perempuan dan disabilitas serta menghormati
adat istiadat setempat / kearifan lokal.

10. TAHAPAN PROSES PENYUSUNAN RENCANA KONTINGENSI


DESA/KELURAHAN YANG BERADAPTASI COVID - 19
Untuk mempermudah pemahaman tahapan dalam penyusunan rencana kontingensi yang
beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19, berikut langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh fasilitator:

1. Tahap Persiapan

Langkah 1. Pemetaan para pihak


Pemetaan para pihak merupakan pemetaan sumberdaya termasuk perempuan dan
perwakilan anak dan disabilitas yang berkompeten atau memiliki sumberdaya untuk
terlibat dan berkontribusi dalam penyusunan rencana kontingensi yang beradaptasi
dengan protokol kesehatan COVID-19.

Dengan tujuan untuk memastikan kepentingan semua pihak bisa berkontribusi dan
terakomodir dalam penanganan darurat bencana dengan protokol kesehatan COVID-19,
termasuk juga mendorong vaksinasi

Tahapan Proses:

● Fasilitator melakukan fasilitasi Focus Group Discussion (FGD) untuk melakukan


pemetaan semua unsur Desa/Kelurahan dan para pihak berkompeten atau memiliki
sumberdaya yang dapat terlibat dalam penyusunan rencana kontingensi.
● Fasilitator melakukan fasilitasi secara partisipatif yang akan menghasilkan data
individu dan kelompok yang terlibat dalam penyusunan kontingensi yang beradaptasi
dengan protokol kesehatan COVID-19.

Guna memudahkan dalam melakukan pemetaan para pihak dapat menggunakan lembar
kerja dibawah :

Desa :
Kabupaten :
Provinsi :
Waktu :

No Kelompok/individu Perwakilan Pendidikan dan Keterampilan

Langkah 2. Koordinasi para pihak


Koordinasi para pihak merupakan langkah untuk memastikan pihak-pihak yang telah
terpetakan memahami maksud dan tujuan penyusunan rencana kontingensi yang
beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19.

Tujuannya para pihak menyepakati untuk terlibat, berkontribusi dan tim kerja yang akan
menyusun rencana kontingensi beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19.
Tahapan Proses:

● Hubungi para pihak yang sudah terpetakan


● Jelaskan maksud tujuan penyusunan rencana kontingensi
● Berikan undangan pertemuan koordinasi.
● Dalam melakukan koordinasi, sepakati waktu pelaksanaan lokakarya. Pastikan semua
pihak berkomitmen hadir dan terlibat penuh dalam lokakarya.
● Pada pertemuan koordinasi, jelaskan perlunya pembentukan tim kerja yang
bertanggung jawab untuk mencatat kesepakatan-kesepakatan dalam lokakarya,
mengumpulkan data dan menyusun dokumen rencana kontingensi. Tetapkan siapa saja
yang tepat untuk menjadi tim kerja.

Harus dipertimbangkan dalam diskusi tim kerja untuk memberikan ruang yang luas
(sangat dimungkinkan untuk memisahkan pertemuan antara perempuan dan laki-laki,
antara anak-anak dan orang dewasa, dan antara difabel dan non-difabel; bila kadang
terjadi kecanggungan dari salah satu pihak untuk menjawab atau ketidakleluasaan dalam
memberikan pendapat.) bagi perempuan dan anak, karena dalam kultur kita dominasi
laki-laki dalam pengambilan keputusan sangat kuat.

Langkah 3. Pengumpulan dan verifikasi data


Pengumpulan dan verifikasi data merupakan tahapan untuk pengumpulan data - data
sekunder yang tersedia di desa sebagai bahan untuk menyusun rencana kontingensi
yang beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19.
Dengan tujuannya untuk mendapatkan data dan informasi awal sesuai dengan kondisi
desa yang valid dan terbaru sesuai dengan kondisi Desa/Kelurahan.
Tahapan Proses:

● Tim kerja yang telah terbentuk melakukan pencarian dan pengumpulan data-data dasar
dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penyusunan rencana kontingensi yang
beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19.
● Tim kerja melakukan verifikasi data dan informasi yang diperoleh
● Tim kerja memastikan data tersebut terbaru.
Data-data dan informasi yang menunjang, antara lain;
a. Gambaran umum wilayah (Kondisi geografis, Desa/Kelurahan)
b. Peraturan dan kebijakan terkait kebencanaan, mulai dari tingkat Kabupaten/Kota
sampai pada tingkatan Desa/Kelurahan
c. Standar pemenuhan kebutuhan dasar untuk penanganan khususnya pada
perempuan, anak, dan disabilitas
d. Prosedur tetap dari instansi seperti Dinas Kesehatan Setempat atau kalau di
tingkat Nasional pada Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi,
(misal; penanganan pasien rujukan, pendirian tempat isolasi mandiri, dll)
e. Ketersediaan sumberdaya (sumberdaya yang ada di Desa/Kelurahan untuk
penanggulangan bencana biologis pada kasus COVID19)
f. Sarana-prasarana,misalnya jumlah Shelter, gedung tempat evakuasi akhir,
sekolah, tempat keagamaan, Puskesmas, Puskesmas Pembantu. dll
g. Data kependudukan (menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, dsb) termasuk data
jumlah kelompok anak, kelompok perempuan, serta disabilitas.
h. Data sosial-ekonomi
i. Data kejadian COVID-19 perlu batasan sarana prasarana yang dimaksudkan,
misalnya jumlah sekolah, tempat keagamaan, Puskesmas dll pada tingkat
Desa/kelurahan sampai Kabupaten/Kota)
j. Data Pengurus Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Desa/Kelurahan dan komunitas

2. Tahap Pelaksanaan Penyusunan Rencana Kontingensi


Langkah 1. Kajian Risiko Bencana
Kajian risiko merupakan tahapan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakter
ancaman, kerentanan, dan risiko yang dapat ditimbulkan oleh suatu bencana, termasuk
risiko terhadap anak, perempuan dan disabilitas.

Dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun


2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana disebutkan bahwa
pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi
dampak negatif yang mungkin timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan
kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa
terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.

Apabila di Desa/Kelurahan telah memiliki kajian risiko bencana, maka pada proses ini
tinggal melakukan pembahasan hasil kajian.

Tujuan adalah mengidentifikasi ancaman, kerentanan, dan risiko bencana khususnya


terhadap anak, perempuan dan disabilitas serta kapasitas desa/kelurahan untuk
penanganan bencana.
Tahapan Proses:

● Pelaksanaan kajian risiko bencana dapat diawali dengan menghadirkan


narasumber/ahli untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang
ancaman termasuk bahaya COVID-19.
● Mengundang narasumber/ahli yang berasal dari instansi pemerintah, perguruan tinggi,
lembaga usaha, media massa maupun organisasi non pemerintah lain sesuai jenis
bencana dan skenario yang akan dikembangkan. Narasumber lain adalah pihak yang
dapat menyampaikan kebijakan di daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.
● Dalam pelaksanaan kajian risiko bencana, Dinas Kesehatan atau Rumah
Sakit/Puskesmas dapat memberikan penjelasan tentang karakter bahaya COVID-19.
● Selain dari penjelasan narasumber/ahli, kajian risiko bencana dapat mengambil dari
referensi atau sumber pustaka lain.

Guna memudahkan dalam melakukan kajian risiko bencana, dapat menggunakan contoh
lembar kerja dibawah :

Desa/Kec : ………….
Kabupaten : ………….
Provinsi : ………….
Jenis Ancaman : ………….
Aset Berisiko Perkiraan Bentuk Risiko Pada Kerentanan Kapasitas Tersedia Tingkat
Aset Penyebab Aset (untuk mengurangi Risiko
Berisiko risiko) (T/S/R)
Bentuk Risiko Jumlah Nominal

Manusia
Finansial
Fisik /
Infrastruktur
Alam /
Lingkungan
Sosial/Politik
Tinggi (T) : Ketika kapasitas yang dimiliki tidak mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, kebutuhan
sumberdaya dari luar desa lebih besar daripada sumberdaya desa.
Sedang (S) : Ketika kapasitas yang dimiliki mampu belum sepenuhnya mampu menghadapi/menyelesaikan
kerentanan, sehingga masih membutuhkan bantuan dari luar desa.
Rendah (R) : Ketika kapasitas yang dimiliki desa sepenuhnya mampu menghadapi kerentanan dan tidak
membutuhkan dukungan dari luar desa.
Langkah 2. Pengembangan Skenario
Pengembangan skenario dan asumsi dampak merupakan perkiraan tentang kejadian
ancaman bencana yang terjadi pada suatu Desa/Kelurahan. Dalam pengembangan
skenario dapat menggunakan perkiraan situasi terburuk.

Tujuan dari pengembangan skenario adalah untuk memperoleh perkiraan gambaran


akan kejadian bencana yang akan terjadi saat situasi pandemi COVID-19.

Tahapan Proses:

● Setelah kajian risiko bencana tersusun, lanjutkan pembahasan tentang pengembangan


skenario dari kejadian atau karakter ancaman. Skenario kejadian setidaknya memuat
tentang: waktu kejadian, lama kejadian, cakupan wilayah, bahaya ikutan.

Guna memudahkan dalam melakukan pengembangan skenario, dapat menggunakan


contoh lembar kerja dibawah :

Kabupaten/Kota :...................................
Kecamatan :...................................
Desa/Kelurahan :...................................
Waktu :....................................
Karakter Keterangan
Waktu kejadian
Lama kejadian
Luas daerah terdampak
Potensi bencana ikutan

Langkah 3. Asumsi Dampak


Asumsi dampak merupakan perkiraan risiko yang dapat terjadi jika skenario kejadian
itu benar-benar terjadi. Perkiraan risiko ini tentunya memperhatikan situasi pandemi
COVID-19 yang masih terjadi.

Tujuan untuk mendapatkan gambaran dampak yang akan terjadi sehingga bisa
dilakukan prediksi penanganannya.

Prosesnya setelah pengembangan skenario disepakati maka menentukan asumsi dampak


yang mencakup dampak pada kependudukan termasuk dampak pada kelompok rentan,
perempuan, anak, dan disabilitas, ekonomi, sosial, infrastruktur, lingkungan.
Guna memudahkan dalam melakukan asumsi dampak, dapat menggunakan contoh
lembar kerja dibawah :

Desa :
Kabupaten :
Provinsi :
Waktu :
Tabel Prakiraan Dampak Pada Penduduk

Jumlah Jumlah Bayi 0-1 Anak Remaja Dewasa Lansia


KK Jiwa TH 2-10 TH 11-19 TH 20-60 TH >60
Dusun Ibu hamil
L P L P L P L P L P L P L P

Kelompok Disabilitas
Dusun Bayi 0-1 TH Anak 2-10 TH Remaja 11-19 TH Dewasa 20-60 TH Lansia > 60 TH

L P L P L P L P L P

Tabel Prakiraan Dampak Pada Anak Menurut Jenjang Pendidikan

PAUD TK SD SMP SMA


Dusun
L P L P L P L P L P
Tabel Prakiraan Dampak Pada Aset

Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset


Aset
Bentuk Risiko Jumlah

Manusia

Ekonomi

Sosial

Lingkungan

Langkah 4. Menetapkan Tujuan dan Strategi Penanganan Darurat Bencana


Yang dimaksud dengan menetapkan Tujuan penanganan darurat adalah memastikan
penyelamatan jiwa sedangkan strategi penanganan darurat bencana adalah cara untuk
mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Tujuan dan strategi memperhatikan situasi
pandemi COVID-19 yang masih terjadi.

Tahapan Proses:

● Berikan penjelasan kepada peserta bahwa dalam penanganan bencana tujuan utama
adalah untuk memberikan penyelamatan jiwa.
● Kemudian jelaskan bahwa untuk mencapai tujuan itu maka harus memiliki kebijakan
yang harus dilakukan dan dipatuhi oleh seluruh pelaku / pemangku yang terlibat dalam
penanganan bencana.
● Lakukan pengambilan kebijakan yang didasari pada peraturan perundangan yang
berlaku dan sesuai kearifan lokal.
● Selanjutnya untuk melaksanakan kebijakan membutuhkan cara/strategi guna mencapai
kebijakan tersebut.

Guna memudahkan dalam menetapkan tujuan, dan strategi, dapat menggunakan contoh
lembar kerja dibawah :

Desa :
Kabupaten :
Provinsi :
Waktu :
Tujuan Strategi

Langkah 5. Menetapkan Struktur Komando Penanganan Darurat Bencana


Struktur komando penanganan darurat bencana merupakan pelaku penanganan darurat
di Desa/Kelurahan. Struktur ini akan menggambarkan secara jelas hirarki, rantai
komando dan rantai koordinasi antar sektor, pengambilan keputusan dan alur
pertanggungjawaban. Pastikan pelaksana penegakan protokol kesehatan COVID-19
masuk dalam organisasi penanganan darurat. Tujuan penetapan struktur komando
penanganan darurat bencana dimaksudkan agar penanggulangannya lebih efektif,
efisien dan terkoordinir.

Tahapan Proses:

● Susun dan sepakati Struktur komando penanganan darurat bencana.


● Tentukan komando yang akan menjalankan penanganan dan bagaimana rentang
kendalinya.
● Sepakati garis koordinasi dan komunikasi untuk menjalankan instruksi dan alur
komunikasi. Instruksi tersebut dimaksudkan untuk menggerakkan seluruh sistem yang
ada.

Guna memudahkan dalam menyusun struktur komando penanganan darurat bencana


dapat menggunakan contoh lembar kerja di bawah :

Desa :
Kabupaten :
Provinsi :
Waktu :

Penanggung jawab/Komandan:.......................
Koordinator Umum/Wakil Komandan:............

Bidang Operasi Koordinator Anggota


Langkah 6. Menentukan Perencanaan Bidang Operasi/Sektor
Perencanaan sektoral dimaksud disini adalah perencanaan sektor atau bidang yang perlu
ditangani, siapa menangani, bagaimana dan kapan menanganinya serta kebutuhan
sumber dayanya. Jenis dan jumlah sektor untuk ditangani selaras dengan pernyataan
kebijakan. Rencana satu sektor biasanya selalu terhubung dengan sektor lainnya. Maka
hal terpenting harus diperhatikan dalam penyusunan rencana sektor adalah keterkaitan
dan sinergi antara sektor satu dengan lainnya. Pastikan setiap bidang operasi dan pelaku
penanganan darurat bencana melakukan protokol kesehatan. COVID-19

Tujuannya agar setiap pelaku memahami tindakan yang harus dilakukan dan
memastikan tidak ada penumpukan tugas pada satu bidang/seksi.

Tahapan Proses:

● Tentukan tindakan yang akan dilakukan oleh struktur organisasi penanggulangan


bencana.
● Jabarkan setiap tindakan yang dilakukan bidang/seksi dengan langkah-langkah yang
runtut dan mudah dipahami serta operasional bisa dijalankan.
● Rencanakan tiap sektor yang sekurang-kurangnya memuat 5 penjelasan dibawah ini:
1. Situasi. Menjelaskan dalam situasi seperti apa sektor bersangkutan mulai bekerja
2. Sasaran. Menjelaskan rincian dan ukuran-ukuran keberhasilan pelaksanaan tugas
sektor
3. Kegiatan dan Pelaku. Menjelaskan bentuk kegiatan dan pelakunya (dalam bentuk
tabel)
4. Proyeksi Kebutuhan Sumberdaya. Menjelaskan kebutuhan-kebutuhan sumberdaya
oleh sektor agar dapat melaksanakan tugasnya
5. Analisis Kesenjangan Sumberdaya. Menjelaskan perbedaan atau selisih sumberdaya
antara yang dibutuhkan dengan yang tersedia. Penjelasan ini menjadi alat untuk
mengukur kemampuan serta sebagai acuan dalam pengembangan rencana
kontingensi.

Guna memudahkan dalam menyusun perencanaan bidang operasi dapat menggunakan


contoh lembar kerja dibawah :
Bidang operasi :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :

Situasi

Sasaran

Kegiatan

Guna memudahkan dalam menyusun analisis kebutuhan dan kesenjangan pada setiap
bidang operasi dapat menggunakan contoh lembar kerja dibawah :

Jenis ancaman :
Bidang operasi :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :

Strategi untuk
No JenisKebutuhan Jumlah Satuan Tersedia Kekurangan
memenuhinya
3. Tahap Finalisasi
Untuk memperoleh kesepakatan para pihak yang terlibat dalam penanganan darurat
bencana dengan situasi pandemi COVID-19, hasil rencana kontingensi harus
didesiminasikan. Tujuan finalisasi untuk menyempurnakan rencana kontingensi.

4. Tahap Tindak Lanjut


- Aktivasi rencana kontingensi menjadi rencana operasi ketika terjadi bencana.
- Pemutakhiran rencana kontingensi berdasarkan situasi dan data-data terbaru.

11. FORMAT DOKUMEN RENCANA KONTINGENSI


Halaman Judul
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Definisi
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Yang melandasi perlunya atau pentingnya disusun rencana kontingensi. Alasan kenapa
perlu disusun rencana kontingensi yang beradaptasi dengan protokol kesehatan. Dan
memasukkan kondisi pandemi Covid - 19 dan situasi baik global, nasional maupun
daerah, terutama pada latar belakang kejadian pandemi di tingkat desa

Contoh:

Latar Belakang Bahaya Erupsi Gunung Merapi

Dalam perkembangan situasi Gunungapi Merapi, tepatnya pada tanggal 21 Mei 2018,
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG)
Yogyakarta berdasarkan kajian pengamatan visual, seismik, kimia dan deformasi,
kemudian mengeluarkan Laporan peningkatan aktivitas Merapi pada tanggal 21 Mei
2018 dari AKTIF NORMAL ke WASPADA. Status Waspada Merapi kali ini adalah
disertai bentuk ancaman erupsi freatik.
Latar Belakang Situasi Pandemi COVID-19

Pandemi Coronavirus Disease (COVID - 19) secara global mengancam


keberlangsungan berbagai aspek kehidupan, kesemuanya tidak terbatas kepada
aspek - aspek kesehatan saja, namun aspek sosial, budaya, ekonomi, dan
keamanan. Pandemi COVID - 19 telah melanda di 213 negara termasuk Indonesia
sampai banyak korban yang begitu masif dengan tercatat angka 74.458.287 kasus
COVID 19 di dunia. Dari angka tersebut sebanyak 1.653.506 orang meninggal dunia,
dan 52.236.820 orang dinyatakan sembuh. (Worldometers 2020).

1.2 Gambaran umum wilayah

Memasukkan gambaran wilayah termasuk gambaran masa pandemic Covid-19 baik


penanggulangan maupun potensi ancaman covid-19 di Desa/Kelurahan.

Contoh:

Gambaran umum wilayah


Kalurahan Purwobinangun yang berada sekitar 3 Km arah barat Kapanewon Pakem
dan 8 Km arah utara ibukota Sleman memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau
dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi jalan
raya. Wilayah Kalurahan Purwobinangun secara geografis berada di koordinat
07O40’42.7”LS - 07O43’00.9”LS dan 110O27’59.9”BT - 110O28’51.4”BT. Dilihat dari
topografi, ketinggian wilayah Purwobinangun berada pada 450 m sd 900 M
ketinggian dari permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata 2225 mm/tahun,
serta suhu rata- rata per tahun adalah 24 – 28 ° C. Kalurahan Purwobinangun dilalui
Kali Boyong di sisi timur.
Penanggulangan potensi ancaman COVID - 19
Pemerintah Indonesia telah menetapkan Coronavirus Disease 2019 (COVID - 19)
sebagai bencana non - alam berupa wabah/ pandemi. Kasus konfirmasi pertama
pertama COVID - 19 di Indonesia diumumkan pertama kali pada awal Maret 2020
dan hanya dalam waktu satu bulan seluruh provinsi telah melaporkan kejadian
kasus COVID 19. Kasus ini pun menyebar di wilayah Kalurahan Purwobinangun
ditemukan kasus
konfirmasi pertama kali di awal bulan Mei seorang warga dusun Bunder dan di
minggu yang sama 1 orang kasus Probable dari warga Dusun Kardangan. Pada
bulan Juli 2 orang terkonfirmasi 1 orang warga Potro dan 1 orang warga Sembung,
pada awal bulan Agustus 1 orang terkonfirmasi dari dusun Watuadeg, Akhir bulan
September dan awal Oktober 5 orang terkonfirmasi dari Dusun Jamblangan 1 orang
dari 5 kasus tersebut meninggal ,di bulan Oktober ini pula kasus makin bertambah
kasus 1 orang di dusun Tawangrejo dan 5 orang di dusun Kemiri. Sehingga sampai
saat ini sudah 15 kasus konfirmasi dan 1 kasus Probable, meningkatnya kasus
pandemi COVID 19 sampai saat ini kita semua secara serentak wajib patuh
melaksanakan protokol kesehatan “CITA MAS JAJAR” “ Cuci tangan , pakai masker
dan jaga jarak”.

2.3 Kelembagaan dan peraturan kebencanaan

Memasukkan peraturan dan kelembagaan terkait dengan Covid-19 pada Nasional sampai
daerah.

Contoh :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perubahan Atas UU 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 06 tahun 2014 Tentang Desa;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 2020 Tentang
Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 Di Lingkungan
Pemerintah Daerah;
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/382/2020
Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di Tempat Dan Fasilitas
Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
2019 (Covid-19);
9. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 129/HUK/2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota;
10. Permensos Nomor 128 Tahun 2011 Tentang Kampung Siaga Bencana
(Berita Negara RI Tahun 2011 Nomor 693);
11. Peraturan Gubernur DIY 49 Tahun 2011 Tentang SOP Penanggulangan
Bencana;
12. Keputusan Bupati Sleman Nomor 30.1 Th 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19;
13. Instruksi Bupati Sleman Nomor 443 0021 tentang Kewaspadaan dan
Penanganan COVID-19;
14. Surat Keputusan Kepala Desa tentang Gugus Tugas Penanganan COVID 19
Kalurahan Purwobinangun

BAB II: JENIS BAHAYA, SKENARIO KEJADIAN DAN ASUMSI DAMPAK


2.1. Karakteristik Bahaya

Memasukkan karakter ancaman, termasuk bahaya ikutan dan situasi pandemi COVID-19.

Contoh :

Jenis ancaman : Erupsi Gunungapi


Desa/Kelurahan : Purwobinangun
Kecamatan : Pakem
Kabupaten/Kota : Sleman
Provinsi : DIY

Karakter Keterangan

Waktu kejadian Peringatan Bahaya diterima pukul 14. 30

Lama kejadian 2 Jam

Luas daerah terdampak Radius 5 dari Puncak G. Merapi

Potensi bencana ikutan Dalam erupsi G. Merapi kali ini terjadi secara
bersamaan dengan disertai bahaya penyebaran virus
COVID - 19 dengan kasus positif 8 orang diantaranya
merupakan anggota keluarga. Berdasarkan hal tersebut
maka proses evakuasi sampai dengan tempat
pengungsian Kalurahan Purwobinangun harus
melaksanakan protokol kesehatan COVID-19 dengan
menjaga jarak, memakai masker, dan menjaga
kebersihan diri.

2.2. Pengembangan skenario kejadian

Memasukkan perkiraan kejadian yang dapat terjadi dengan situasi masih pandemi
covid-19. Skenario dibuat berdasarkan data ilmiah dan potensi bencana. Masukan dari
pakar atau narasumber dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan skenario.
Pengembangan skenario ini meliputi asumsi lokasi, waktu kejadian, lama kejadian,
intensitas, luas terdampak, bahaya ikutan. Termasuk mempertimngkan dampak
COVID-19 yang dapat terjadi pada anak, kelompok perempuan, dan disabilitas.

Contoh :

Ancaman G. Merapi yang ada di Kalurahan Purwobinangun, terjadinya guguran


kubah Lava 1997 yang disertai luncuran awan panas guguran yang mengarah ke
sektor barat daya, masuk hulu Kali Boyong dan dengan jarak 7-8 km. Semua akses
jalan menuju ke atas di tutup, evakuasi dilakukan oleh tim evakuasi. Waktu kejadian
tersebut pada pukul 19.00 WIB ( malam hari), sehingga (Padukuhan Turgo,
Padukuhan Ngepring, Padukuhan Kemiri) dan yang masuk KRB II ( Padukuhan
Ngelosari, Padukuhan Tawangrejo) melakukan evakuasi secara mandiri .

Suara gemuruh dari gunung merapi dan getaran gempa vulkanik dirasakan warga.
Kaca Jendela terasa bergetar dan suara dentuman makin terdengar. Status G.
Merapi naik menjadi AWAS dan rekomendasi dari BPPTKG wilayah KRB III
dikosongkan. Saat Cuaca hujan, terjadi letusan besar. Listrik mati, hujan pasar dan
petir. Kondisi jalan penuh dengan lumpur dan banyak pohon tumbang, HT/alat
komunikasi terbatas, armada evakuasi kurang. Situasi COVID-19 yang ada di
Kalurahan Purwobinangun merupakan zona Merah dengan kasus positif 8 orang
diantaranya merupakan anggota keluarga. Berdasarkan hal tersebut maka proses
evakuasi sampai dengan tempat pengungsian Kalurahan Purwobinangun harus
melaksanakan protokol kesehatan COVID - 19 dan sudah disiapkan tempat ruang
isolasi mandiri bagi anak dan lansia yang sudah disediakan dan tetap
melaksanakan protokol kesehatan COVID-19 dengan menjaga jarak, memakai
masker, dan menjaga kebersihan diri.
2.3. Asumsi dampak risiko

Dari skenario yang terdampak ada pada penduduk, infrastruktur, ekonomi, sosial,
lingkungan. Termasuk perkiraan dampak pada manusia adalah memperhatikan apakah
wilayah tersebut terdapat tempat wisata, pabrik/perusahaan atau tamu /warga pendatang.

Contoh ;

Jenis ancaman : Erupsi Gunungapi


Desa/Kelurahan : Purwobinangun
Kecamatan : Pakem
Kabupaten/Kota : Sleman
Provinsi : DIY

Aset Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset

Bentuk Risiko Jumlah

Manusia - Meninggal - 68 jiwa


- Cacat fisik - 42 jiwa
- Luka-luka/Luka Bakar - 32jiwa
- Sakit - 10 jiwa
- Kehilangan kemampuan/keterampilan - 55 jiwa
- Mengungsi - 550 jiwa
- Tidak bisa bekerja - 156 jiwa
- Tidak bisa sekolah - 55 jiwa
- Positif virus COVID - 19 - 10 Jiwa

Sosial - Terganggunya kegiatan kemasyarakatan -1 padukuhan


- Pendapat menurun/tidak maksimal - 103 jiwa
- Tidak bebas beraktifitas diluar - 15 jiwa
- Perbedaan pemahaman mengenai - 20 jiwa
Pandemi COVID - 19
- Tingkat sensitif warga meningkat - 1 padukuhan
- Keterbatasan silaturahmi sesama kerabat - 30 KK
yang minim

Ekonomi/ - Kehilangan pekerjaan - 50 KK


Finansial - Akses kehilangan modal kerja - 25 jiwa
- Pemutusan hubungan kerja - 10 jiwa
- Sulitnya mencari pekerjaan - 1 padukuhan

Fisik/ - Rumah rusak - Terletak di wilayah


Infrastruktur - Infrastruktur rusak yang berisiko tinggi
yaitu 2 RT (RT 03 -
RT 04)
- Dekat sumber
ancawan Awan
Panas G. Merapi
dan dekat sungai
Boyong di wilayah 2
RT (RT 03 RT 04

Alam/ - Kerusakan jaringan pipa air bersih di kali meliputi 3 Desa yaitu
Lingkungan Boyong Girikerto,
- Kerusakan saluran air Purwobinangun,
- Tercemarnya air bersih dari abu vulkanik Hargobinangun, dan
- 6 dusun terdampak kekurangan air bersih 6 Padukuhan(dusun)
terdiri dari
Padukuhan Turgo,
Padukuhan Kaliurang
Barat, Padukuhan
Ngandong,
Padukuhan Tritis
Kulon, Padukuhan
Ngepring, padukuhan
Kemiri

BAB III TUJUAN, DAN STRATEGI PENANGANAN DARURAT

Contoh ;
Jenis ancaman : Erupsi Gunungapi
Desa/Kelurahan : Purwobinangun
Kecamatan : Pakem
Kabupaten/Kota : Sleman
Provinsi : DIY

Tujuan Strategi

1. Pengerahan seluruh sumberdaya 1. Menetapkan situasi darurat bencana


untuk penanganan tanggap darurat dengan SK kepala desa
bencana 2. Menetapkan masa tanggap darurat
bencana selama 30 hari

2. Korban meninggal dunia 0 jiwa 1. Pemantapan koordinasi dalam


penyusunan rencana kontijensi
2. Peningkatan kapasitas melalui destana
3. Latihan kesiapsiagaan PB secara berkala
4. Koordinasi dengan FPRB Desa. Unit
pelaksana Desa bersama BPBD Kab.
Sleman

3. Pencegahan dan Penanganan 1. Membuat bilik/kamar/penyekatan untuk


Covid -19 di Barak Utama setiap kepala keluarga 1 ruang
Pengungsian 2. Pemisahan kelompok rentan misal lansia,
balita, dan difabel.
3. Pembentukan dan dukungan kerja
Satgas COVID - 19 Desa
4. Pembentukan Tim Kesehatan COVID -
19 desa didukung oleh puskesmas
setempat
5. Ada RS rujukan untuk warga yang positif
COVID - 19
6. Melaksanakan protokol kesehatan
berupa cek suhu tubuh, cuci tangan
dengan sabun, jaga jarak (penyekatan
bilik pengungsi)
7. Pembatasan relawan dari luar wilayah
8. Cek swab antigen bagi relawan PB dan
satgas desa COVID - 19
9. Disiapkan tempat/ruang isolasi mandiri
oleh tim kesehatan didukung oleh kepala
desa setempat

4. Korban hilang 0 jiwa 1. Membentuk tim penyisir tingkat dusun


yang didukung oleh Basarnas
2. Koordinasi dengan linmas desa bersama
PMI
3. Persiapan peralatan pendukung masing
– masing sumberdaya.

5. Korban luka-luka 10 jiwa 1. Kesiapan SOP tim kesehatan desa


tertangani hingga ke yang sudah disepakati
Puskesmas/rumah sakit 2. Koordinasi dengan pihak RS rujukan
3. Kesiapan armada ambulance bersama
personel medis/tim medis
4. Dukungan dari Tim TRC BPBD Kab.
Sleman

6. Kebutuhan dasar pengungsi yang 1. Kesigapan tim Dapur Umum dan Logistik
didalam/diluar desa bisa selalu koordinasi dan melakukan evaluasi
tercukupi/terpenuhi 2. Identifikasi kelompok rentan yang
prioritas untuk pemenuhan dasar
pengungsi/penyintas
3. Pelibatan semua relawan desa/Forum
PRB Desa Purwobinangun, dengan
dukungan semua perangkat desa
4. SOP penanganan kedaruratan yang
sudah disepakati bersama

7. Dihasilkannya data kerusakan 1. Ada kajian awal mengenai data


dan kerugian untuk digunakan kerusakan dan kerugian
pada tahap paska bencana 2. Diseminasi hasil dari tim paska
bencana desa untuk ditindak lanjuti oleh
perangkat daerah/ BPBD Kab. Sleman

BAB IV ORGANISASI DAN RENCANA BIDANG


4.1 Rencana organisasi penanggulangan bencana covid-19

Menetapkan komandan yang ada di Desa/Kelurahan sampai seksi/bidang yang terlibat


dalam penanggulangan bencana dengan masih situasi pandemi COVID-19.

Contoh :

Jenis ancaman : Erupsi Gunungapi


Desa/Kelurahan : Purwobinangun
Kecamatan : Pakem
Kabupaten/Kota : Sleman
Provinsi : DIY
Penanggungjawab/Komandan. : Bapak Heri Suasana (Kepala Kalurahan Purwobinangun)
Koordinator Umum/Wakil komandan: ; Bapak Nurhadi Kasipem/Jogo Boyo

Bidang Operasi Koordinator Anggota


1. Sekretariat dan pendataan Meru 1. Andrian
2. Yulianto
3. Wawan
2. Peringatan Dini Dwi Hartanto 1. Suyadi
2. Tuwuh
3. Joko
4. Musdiyantoro
3. Evakuasi Indra Baskoro Adi 1. Widodo
2. Kasiman
3. Prapto Hartono
4. SAR (Pencarian dan Gimin Giri Nurcahyo 1. Hartono
Pertolongan) 2. Kasiran
3. Tohari
5 Layanan Kesehatan dan Felisiana 1. Tukirah
Pencegahan Penanganan 2. Jumirah
COVID - 19 3. Sariyem
6. Barak Pengungsian Eko Tri 1. Mesiyam
2. Jatmiko
3. Sujari
7. Dapur Umum Dwi Samto 1. Adi Nurcahyo
2. Yoga utama
3. Sulyanto
10. Perlindingan Perempuan dan Mulyanto 1. Sartini
Anak 2. Sawitri
3. Darminah

4.2 Rancangan situasi, sasaran, pelaksanaan, dan kegiatan seksi/bidang operasi

Memasukkan situasi dan sasaran pada penanganan darurat bencana dengan situasi
masih pandemi COVID-19.

Contoh : Bidang Operasi Layanan Kesehatan dan Pencegahan Penanganan COVID - 19

Jenis ancaman : Erupsi Gunungapi


Bidang operasi : Layanan Kesehatan dan Pencegahan Penanganan COVID -
19
Desa/Kelurahan : Purwobinangun
Kecamatan : Pakem
Kabupaten/Kota : Sleman
Provinsi : DIY

Situasi 1. Panik
2. Warga masih abai melakukan protokol kesehatan
3. tidak melakukan protokol kesehatan dengan baik
4. banyak penyintas lansia dan anak
5. keterbatasan masker
6. tempat fasilitas untuk mencuci tangan tidak mencukupi daya
dukung barak utama

Sasaran 1. Tertanganinya fasilitas cuci tangan untuk mendukung protokol


kesehatan
2. tertangani dengan segera para penyintas lansia dan anak
3. kebutuhan masker tercukupi
4. tercukupi fasilitas untuk mencuci tangan di lokasi barak
pengungsi
5. penegakan aturan untuk warga melakukan protokol
kesehatan

Kegiatan 1. koordinasi dan evaluasi bersama tim kesehatan dan unit


pelaksana Desa
2. melakukan cek kesehatan secara rutin di barak pengungsi
3. selalu menerapkan protokol kesehatan bagi warga penyintas
4. pelayanan kesehatan prioritas bagi kelompok rentan,
khususnya Lansia dan Anak

4.3 Proyeksi Kebutuhan

Memasukkan kebutuhan operasi pada setiap seksi/bidang operasi dalam situasi


COVID-19 termasuk ketersediaan sumberdaya dan analisis kesenjangan serta strategi
pemenuhannya.

Contoh : Proyeksi Kebutuhan bidang operasi Layanan Kesehatan Pencegahan dan


Penanganan COVID - 19

Jenis ancaman : Erupsi Gunungapi


Bidang operasi : Layanan Kesehatan Pencegahan dan Penanganan COVID - 19
Desa/Kelurahan : Purwobinangun
Kecamatan : Pakem
Kabupaten/Kota : Sleman
Provinsi : DIY

Strategi untuk
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan
memenuhinya
RS Panti Nugroho
Personil tenaga
Puskesmas Pakem
1 medis/perawat tim kesehatan
kesehatan 10 Orang 5 5 desa

2 dinas kesehatan
Masker 20 Box 10 10 dan BPBD
3 Tempat cuci
tangan beserta Dinas kesehatan
Sabun cuci tangan 6 Unit 3 3 pemerintah desa
4 Bidan 3 orang 3 0 -
5 perban/mitela 100 Gulung 100 0 -
6 puskesmas pakem
tim kesehatan
Obat - obatan 50 paket 20 30 desa

BAB V RENCANA TINDAK LANJUT

Berisi kesepakatan untuk menindaklanjuti dokumen rencana kontingensi yang telah


tersusun, misalnya untuk diujicobakan dalam bentuk gladi ruang, gladi lapang atau yang
lain termasuk menentukan update data.
Lampiran-A: Struktur Organisasi

Contoh : Organisasi Penanganan Darurat Bencana Erupsi G. Merapi Dalam Situasi


Pandemi COVID – 19
Lampiran-B: Peta-peta
Contoh Peta Rencana Evakuasi, Titik Kumpul, dan Barak Pengungsian
Lampiran-C: SOP-SOP
Contoh Standar Operasional Prosedur Pengaduan Dan Pendampingan Anak dan Perempuan
Posisi pos PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK

❖ Pos Perlindungan Perempuan dan Anak berada paling bawah di masing-masing kalurahan
KRB III masuk dalam Penanganan Darurat Bencana Kalurahan.
❖ Pos Perlindungan Perempuan dan Anak berada dalam koordinasi dan dampingan Pos
Perlindungan Perempuan dan Anak kabupaten yang berada di Pos Lapangan (disetiap
Kapanewon).

Pencatatan

Pengaduan berasal dari organisasi masyarakat, parpol, perorangan atau penerusan oleh
komponen penanganan darurat dalam bentuk aduan langsung, surat, fax atau saluran media
sosial yang sudah ditentukan ==> Dicatat dalam buku laporan dan layanan Pengaduan yang
alamatnya jelas segera dijawab secara tertulis dalam waktu 24jam.
1) Penelaahan Identifikasi permasalahan, kejelasan informasi, kadar pengawasan serta
langkah-langkah penanganan.
2) Penyaluran (secara substansi pengaduan bukan kewenangan Pos Pelayanan dan
pengaduan).
● Berindikasi atas kekurangan ataupun pemenuhan kebutuhan dasar pengungsian –
Bidang operasi terkait pemenuhan kebutuhan dasar.
● Berindikasi atas tindak gangguan keamanan dalam pengungsian (pelecehan,
pencurian, gaduh) - Bidang Keamanan dan ketertiban.
● Berindikasi atas gangguan layanan Kesehatan (fisik dan psikis ) - bidang Kesehatan.
● Berindikasi atas gangguan layanan pendidikan - Bidang Pendidikan

Penyelesaian Hasil Penanganan

Koordinator Lapangan Pelayanan dan pengaduan masyarakat secara periodik melakukan


Monev terhadap hasil penanganan pengaduan masyarakat. Penyelesaian hasil penanganan
pengaduan masyarakat berupa: tindakan administratif, layanan kebutuhan pengungsi dan
tindakan perbuatan pidana, tindakan pidana dan atau perbaikan manajemen.

Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan secara langsung ---> pemutakhiran data, rakor, monitoring Pemantauan secara
tidak langsung --> Komunikasi elektronik. Evaluasi untuk mengetahui hambatan dan
keberhasilan dalam penanganan layanan dan pengaduan dalam penanganan darurat.

Pelaporan

Tim Pelayanan dan pengaduan --> menyampaikan laporan penanganan dalam bentuk uraian
tertulis yang diberikan kepada koordinator Pos Lapangan.

Contoh Protokol Kesehatan COVID-19


Jika anda merasa TIDAK SEHAT

Dengan Kriteria Demam 38⁰ Celcius dan Batuk/Pilek.


● Istirahatlah yang cukup di rumah dan bila perlu minum obat
● Bila keluhan berlanjut atau disertai dengan kesulitan bernafas (sesak atau nafas
cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes)

Pada saat berobat ke Fasyankes, Anda harus lakukan tindakan berikut:


● Gunakan Masker
● Apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/bersin yang benar
● Usahakan tidak menggunakan transportasi massal

Jika anda merasa sehat namun:


● Anda memiliki riwayat perjalanan 14 hari sebelumnya mengunjungi wilayah
terjangkit Covid – 19 ATAU
● Merasa pernah kontak dengan penderita Covid – 19

Hubungi Hotline Center Corona:

★ 0274 – 555585
★ 0811 2762 800
1. Tenaga kesehatan (nakes) di fasyankes akan melakukan screening suspect Covid – 19

Jika memenuhi kriteria suspect Covid – Jika tidak memenuhi kriteria suspect
19, Anda akan dirujuk ke Rumah Sakit Covid – 19, Anda akan dirawat inap atau
rujukan yang siap untuk penanganan rawat jalan tergantung diagnosa dan
Covid – 19 keputusan dokter

2. Selanjutnya anda akan diantar ke RS Rujukan menggunakan ambulan didampingi oleh


nakes yang menggunakan alat pelindung diri (APD)
3. Di RS rujukan akan dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
dan dirawat di ruang isolasi
4. Spesimen dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta. Hasil
pemeriksaan pertama akan keluar dalam 24 jam setelah spesimen diterima.

Jika hasilnya POSITIF, Jika hasilnya NEGATIF, Anda akan


● Anda akan dinyatakan sebagai dirawat sesuai dengan penyebab penyakit
Penderita Covid – 19
● Sampel akan diambil setiap hari

● Anda akan dikeluarkan dari ruang


isolasi jika, pemeriksaan sampel
dua kali berturut-turut hasilnya
negatif

Contoh: Alur Proses Isolasi Mandiri COVID-19


REFERENSI
Undang Undang Konvensi Hak Anak mengenai pengertian/definisi Anak

Undang Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 tentang Pengertian/definisi Remaja

Buku Panduan Isolasi Mandiri. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
Standar Nasional Indonesia Nomor 8751:2019 Tentang Perencanaan Kontingensi. 2019
Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Pembentukan Pos Komando (POSKO)
Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Dalam Rangka Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Di Tingkat Desa/Kelurahan. 2021
Dokumen Rencana Kontingensi Erupsi Gunungapi Merapi Adaptasi Terhadap Protokol
Kesehatan Covid-19 Di 7 Desa Kawasan Rawan Bencana G. Merapi. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman. 2020
Panduan Penyiapan Fasilitas Shelter Untuk Karantina dan Isolasi Terkait COVID-19 Berbasis
Komunitas. Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2020
Protokol Penyiapan Fasilitas Shelter Untuk Karantina dan Isolasi Kolektif Di Fasilitas Umum
Berbasis Masyarakat Di Masa Pandemi COVID-19. Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19.

Lampiran 1. Indikator Ruang Karantina dan Tempat Isolasi

NO PARAMETER KARANTINA ISOLASI

1 APD Masker, mantel pelindung, Masker, mantel pelindung,


sarung tangan (handscoon), sarung tangan (handscoon),
pelindung muka, sepatu boot pelindung muka, sepatu boot

2 Tempat tidur Terpisah/bersama berjarak @ 9 Terpisah @ 9 m3


m3

3 Sirkulasi udara Baik, langsung ke luar Baik, langsung ke luar


4 Cuci tangan Terpisah / bersama, sabun, tisu Terpisah, sabun, tisu kering,
kering, tempat sampah, air tempat sampah tertutup, air
mengalir mengalir

5 MCK Terpisah / bersama. Desinfektan Terpisah / bersama.


sebelum dan sesudah dipakai. Desinfektan sebelum dan
Perlengkapan mandi terpisah. sesudah dipakai.
Akses mudah, jumlah memadai Perlengkapan mandi
terpisah, akses mudah

6 Cuci pakaian Terpisah/bersama, direndam Terpisah, direndam sabun


sabun

7 Lokasi Rumah terpisah / bersama, bukan Rumah terpisah, bukan


pemukiman padat pemukiman padat

8 Konsumsi Terpisah / bersama, oleh keluarga Terpisah, oleh keluarga /


/ warga warga

9 Alat makan & Terpisah, oleh keluarga / warga Terpisah, oleh keluarga /
masak warga

10 Drainase Sistem tertutup, resapan Sistem tertutup, resapan

11 Sampah Tempat tertutup, dibuang terpisah Tempat tertutup, dibuang


terpisah

12 Ruang terbuka Tersedia, berjarak > 2 meter Tersedia, berjarak > 2 meter

13 Hiburan Terpisah / bersama jaga jarak, Terpisah, Memadai, dapat


Memadai, dapat diakses mandiri diakses mandiri

14 Transportasi Tersedia mobil, sopir dan 1 Tersedia mobil, sopir dan 3


pembantu pembantu
15 Keamanan 24/7, mandiri, koordinasi dengan 24/7 koordinasi dengan
gugus tugas setempat gugus tugas setempat

16 Aksesibilitas Di ruang, tidur, MCK, dapur, Di ruang, tidur, MCK, dapur,


halaman, dan ruang lain secara halaman, dan ruang lain
terbatas, dengan memfasilitasi secara terbatas, dengan
disabilitas fisik dan sensorik memfasilitasi disabilitas fisik
mandiri dan sensorik.

17 Komunikasi Bebas melakukan komunikasi Bebas melakukan


tidak langsung. Dapat komunikasi tidak langsung.
melakukan komunikasi langsung. Hindari komunikasi
Tidak melakukan kontak. Jaga langsung
jarak

18 Penerangan Memadai, dapat diakses mandiri Memadai, dapat diakses


mandiri

Anda mungkin juga menyukai