Panduan Renkon Adaptasi Covid-19 Desa - Kelurahan
Panduan Renkon Adaptasi Covid-19 Desa - Kelurahan
1. PENGANTAR
Dalam situasi darurat bencana, sering terjadi kesimpangsiuran data dan informasi korban
maupun kerusakan dan kerugian, sehingga mempersulit pengambilan kebijakan
penanganan darurat. Pelaksanaan tanggap darurat juga sering kurang saling mendukung,
distribusi bantuan dan pelayanan kurang cepat, kurang merata, sulit terpantau dengan baik,
sehingga kemajuan hasil kegiatan tanggap darurat bencana kurang bisa terukur secara
obyektif. Situasi-situasi tersebut disebabkan antara lain karena kurangnya koordinasi antar
instansi terkait dalam kegiatan tanggap darurat bencana, untuk itu diperlukan suatu
organisasi atau lembaga yang menjadi pusat komando sekaligus sebagai tim penanganan
darurat bencana di tingkat desa.
Rencana penanganan darurat bencana (rencana kontingensi) tingkat Desa/Kelurahan
diharapkan mengakomodasi partisipatif dari tingkat paling bawah dengan melibatkan
semua komponen masyarakat termasuk unsur perempuan, anak, dan disabilitas dengan
tujuan untuk memenuhi hak dan kebutuhan serta martabat perempuan, anak, dan disabilitas
dalam situasi darurat tetap terlindungi.
Rencana kontingensi merupakan perencanaan penyusunan melalui proses perencanaan
penanganan pada saat situasi darurat bencana tertentu, pada kondisi tidak menentu,
disepakati dengan skenario dan tujuan, tindakan dan manajerial penanganan ditetapkan,
dan sistem tanggap darurat serta pengerahan potensi disepakati bersama guna mencegah,
atau menanggulangi secara baik dalam situasi darurat dan ditetapkan secara formal (SNI
8751:2019)
Coronavirus Disease-19 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini
tidak dikenal sebelumnya dan diketahui mulainya wabah ini di Wuhan, Tiongkok sebagai
pandemi dunia pada bulan desember 2019. COVID - 19 ini sekarang menjadi sebuah
pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia (World Health Organisation).
Untuk itu perlu langkah-langkah penanggulangan terpadu termasuk keterlibatan komponen
masyarakat. Pandemi COVID - 19 secara global mengancam keberlangsungan berbagai
aspek kehidupan, tidak terbatas kepada aspek kesehatan tetapi juga sosial - budaya,
ekonomi, dan keamanan serta sendi-sendi kehidupan lainnya.
Penanganan pada situasi darurat lebih tertuju pada pencarian korban dan seringkali setiap
kejadian bencana, dampak pada kelompok anak, kelompok perempuan dan kelompok
disabilitas belum mendapat pendapat respon yang optimal. untuk itu perlu perencanaan
yang lebih memperhatikan terhadap kelompok anak, kelompok perempuan, dan kelompok
disabilitas.
Dengan semakin meningkatnya kejadian bencana di saat situasi pandemi COVID-19 dan
belum diketahui kapan pandemi ini akan berakhir, maka dibutuhkan perencanaan
penanganan darurat saat situasi pandemi COVID-19. Panduan rencana kontingensi yang
beradaptasi dengan COVID-19 diperlukan untuk membantu para pihak khususnya yang
ada di tingkat Desa/Kelurahan dalam menyusun rencana darurat bencana saat situasi
pandemi.
2. PENGERTIAN
a. Kontingensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar-benar
terjadi. Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk merencanakan sesuatu
peristiwa yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan peristiwa itu tidak
akan terjadi. Oleh karena ada unsur ketidakpastian, maka diperlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi akibat yang mungkin terjadi (BNPB, Panduan
Perencanaan Kontingensi, 2011).
b. Perencanaan kontingensi merupakan proses manajemen yang menganalisis risiko
bencana dan menetapkan pengaturan di muka untuk memungkinkan yang cepat, tepat
dan efektif. (UNISDR, 2017)
c. Fasilitator perencanaan kontingensi merupakan pelaksana tugas dan fungsi
berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan memaparkan materi/topik,
mengarahkan diskusi dan tanya jawab, memberikan tugas kelompok, serta
pendampingan pada proses penyusunan rencana kontinjensi sampai dengan
tersusunnya dokumen.
d. Narasumber rencana kontingensi merupakan orang yang memiliki pengetahuan dan
kompetensi di bidangnya untuk menyampaikan materi, arahan dan masukan
khususnya dalam penentuan kejadian bencana, penilaian risiko dan pengembangan
skenario serta dampak bencana. Narasumber berasal dari pemerintah maupun non
pemerintah, perguruan tinggi, lembaga usaha, media massa, maupun non pemerintah
lainnya, sesuai jenis bencana dan skenario yang dikembangkan.
e. Anak adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali ditentukan lain
oleh hukum suatu negara. Semua anak memiliki semua hak yang disebutkan di dalam
Konvensi ini. (Pasal 1, Undang Undang Konvensi Hak Anak Unicef )
f. Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014)
g. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan
kesamaan hak (Undang - Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas)
4. SASARAN
Sasaran panduan ini ditujukan bagi fasilitator desa, pemerintah desa/Kabupaten, dan para
pihak yang akan memfasilitasi penyusunan rencana kontingensi Desa/Kelurahan.
5. RUANG LINGKUP
5.1 Panduan rencana kontingensi ini merupakan panduan untuk membantu pemerintah
desa/kelurahan atau masyarakat dalam menyusun rencana kontingensi dengan protokol
kesehatan COVID-19.
5.2 Panduan rencana kontingensi ini ikut peran serta mengarusutamakan terhadap
kelompok anak, kelompok perempuan, dan difabel supaya bisa terakomodir perspektif
anak, gender dan disabilitas dalam situasi darurat bencana dalam adaptasi protokol
kesehatan COVID - 19
5.3 Panduan ini mencakup pengertian, tujuan, dan tahapan proses penyusunan dokumen
rencana kontingensi yang beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19.
Pelaksana atau pelaku pada dokumen rencana kontingensi ini adalah organisasi
penanganan darurat bencana tingkat Desa/Kelurahan. Dan dokumen yang dihasilkan
dilegalkan oleh Kepala Desa/Lurah.
6. HASIL
a. Pemerintah desa/kelurahan dapat menyusun rencana kontingensi yang beradaptasi
protokol kesehatan COVID-19 secara mandiri dengan fokus anak, perempuan dan
disabilitas.
b. Desa/kelurahan memiliki dokumen rencana kontingensi yang beradaptasi protokol
kesehatan COVID-19 dengan fokus anak, perempuan dan disabilitas.
7. METODE
Penyusunan perencanaan kontingensi menggunakan metode lokakarya partisipatif dengan
dipandu oleh fasilitator yang telah memahami perencanaan kontingensi.
8. PESERTA
a. Keterwakilan anak dan remaja
b. Keterwakilan disabilitas
c. Keterwakilan perempuan
d. Perangkat Desa/Kelurahan
e. Tokoh Masyarakat/Agama
f. Pemuda/Karang Taruna
g. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
h. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
i. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
j. Organisasi lain (misal kelompok tani, ternak, nelayan)
9. PRINSIP
Prinsip penyusunan rencana kontingensi
PRINSIP PENJELASAN
1. Dasarnya jelas Setelah ada kajian risiko bencana, setelah ada
peringatan bahaya. Peringatan bahaya
COVID-19 dapat disampaikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, BPBD
Kabupaten/Kota, BPBD Provinsi, BNPB
2. Hanya untuk satu jenis ancaman Rencana kontingensi disusun untuk satu jenis
ancaman yang beradaptasi dengan COVID-19
3. Disusun secara partisipatif Melibatkan semua pihak baik pemerintah,
masyarakat, organisasi dan lembaga-lembaga
yang ada di Desa/Kelurahan termasuk
perwakilan anak, perempuan, dan disabilitas
mendapatkan kesempatan dan hak memberikan
ide, dan keputusan dilakukan dengan proses
terbuka
4. Berdasarkan kesepakatan Skenario, tujuan dan prosedur ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama
5. Harus bisa dioperasionalkan Semua prosedur dalam rencana kontingensi
harus rasional/logis, jelas, mudah
dikomunikasikan bisa dijalankan, mudah
dipahami dan bisa dijadikan dasar rencana
operasi.
6. Tidak menimbulkan keresahan Penyusunan rencana kontingensi harus
menggunakan kehati-hatian ekstra agar tidak
diartikan sebagai usaha menakut-nakuti dan
menghindari stigma yang dapat memicu
keresahan
7. Mengutamakan sumberdaya lokal Kebutuhan-kebutuhan sumberdaya dalam
rencana kontingensi sebisa mungkin dipenuhi
dengan mengerahkan sumber daya setempat. Ini
agar rencana kontingensi tidak dijadikan alasan
untuk pembelian baru atau pembangunan
infrastruktur baru.
8. Dipatuhi oleh semua pihak Setiap kesepakatan dalam rencana kontingensi
bersifat mengikat
9. Selalu dimutakhirkan Rencana kontingensi harus selalu diperbaiki
secara berkala. Perbaikan ini terkait perubahan
data penduduk dan perkembangan ancaman
termasuk perkiraan dampak dan dapat di update
setiap tahun.
10. Tujuan kemanusiaan Penyusunan rencana kontingensi ditujukan
semata-mata untuk kepentingan kemanusiaan.
Sekaligus rencana kontingensi harus
mengutamakan kelompok rentan termasuk anak
perempuan dan disabilitas serta menghormati
adat istiadat setempat / kearifan lokal.
1. Tahap Persiapan
Dengan tujuan untuk memastikan kepentingan semua pihak bisa berkontribusi dan
terakomodir dalam penanganan darurat bencana dengan protokol kesehatan COVID-19,
termasuk juga mendorong vaksinasi
Tahapan Proses:
Guna memudahkan dalam melakukan pemetaan para pihak dapat menggunakan lembar
kerja dibawah :
Desa :
Kabupaten :
Provinsi :
Waktu :
Tujuannya para pihak menyepakati untuk terlibat, berkontribusi dan tim kerja yang akan
menyusun rencana kontingensi beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19.
Tahapan Proses:
Harus dipertimbangkan dalam diskusi tim kerja untuk memberikan ruang yang luas
(sangat dimungkinkan untuk memisahkan pertemuan antara perempuan dan laki-laki,
antara anak-anak dan orang dewasa, dan antara difabel dan non-difabel; bila kadang
terjadi kecanggungan dari salah satu pihak untuk menjawab atau ketidakleluasaan dalam
memberikan pendapat.) bagi perempuan dan anak, karena dalam kultur kita dominasi
laki-laki dalam pengambilan keputusan sangat kuat.
● Tim kerja yang telah terbentuk melakukan pencarian dan pengumpulan data-data dasar
dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penyusunan rencana kontingensi yang
beradaptasi dengan protokol kesehatan COVID-19.
● Tim kerja melakukan verifikasi data dan informasi yang diperoleh
● Tim kerja memastikan data tersebut terbaru.
Data-data dan informasi yang menunjang, antara lain;
a. Gambaran umum wilayah (Kondisi geografis, Desa/Kelurahan)
b. Peraturan dan kebijakan terkait kebencanaan, mulai dari tingkat Kabupaten/Kota
sampai pada tingkatan Desa/Kelurahan
c. Standar pemenuhan kebutuhan dasar untuk penanganan khususnya pada
perempuan, anak, dan disabilitas
d. Prosedur tetap dari instansi seperti Dinas Kesehatan Setempat atau kalau di
tingkat Nasional pada Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi,
(misal; penanganan pasien rujukan, pendirian tempat isolasi mandiri, dll)
e. Ketersediaan sumberdaya (sumberdaya yang ada di Desa/Kelurahan untuk
penanggulangan bencana biologis pada kasus COVID19)
f. Sarana-prasarana,misalnya jumlah Shelter, gedung tempat evakuasi akhir,
sekolah, tempat keagamaan, Puskesmas, Puskesmas Pembantu. dll
g. Data kependudukan (menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, dsb) termasuk data
jumlah kelompok anak, kelompok perempuan, serta disabilitas.
h. Data sosial-ekonomi
i. Data kejadian COVID-19 perlu batasan sarana prasarana yang dimaksudkan,
misalnya jumlah sekolah, tempat keagamaan, Puskesmas dll pada tingkat
Desa/kelurahan sampai Kabupaten/Kota)
j. Data Pengurus Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Desa/Kelurahan dan komunitas
Apabila di Desa/Kelurahan telah memiliki kajian risiko bencana, maka pada proses ini
tinggal melakukan pembahasan hasil kajian.
Guna memudahkan dalam melakukan kajian risiko bencana, dapat menggunakan contoh
lembar kerja dibawah :
Desa/Kec : ………….
Kabupaten : ………….
Provinsi : ………….
Jenis Ancaman : ………….
Aset Berisiko Perkiraan Bentuk Risiko Pada Kerentanan Kapasitas Tersedia Tingkat
Aset Penyebab Aset (untuk mengurangi Risiko
Berisiko risiko) (T/S/R)
Bentuk Risiko Jumlah Nominal
Manusia
Finansial
Fisik /
Infrastruktur
Alam /
Lingkungan
Sosial/Politik
Tinggi (T) : Ketika kapasitas yang dimiliki tidak mampu menghadapi/menyelesaikan kerentanan, kebutuhan
sumberdaya dari luar desa lebih besar daripada sumberdaya desa.
Sedang (S) : Ketika kapasitas yang dimiliki mampu belum sepenuhnya mampu menghadapi/menyelesaikan
kerentanan, sehingga masih membutuhkan bantuan dari luar desa.
Rendah (R) : Ketika kapasitas yang dimiliki desa sepenuhnya mampu menghadapi kerentanan dan tidak
membutuhkan dukungan dari luar desa.
Langkah 2. Pengembangan Skenario
Pengembangan skenario dan asumsi dampak merupakan perkiraan tentang kejadian
ancaman bencana yang terjadi pada suatu Desa/Kelurahan. Dalam pengembangan
skenario dapat menggunakan perkiraan situasi terburuk.
Tahapan Proses:
Kabupaten/Kota :...................................
Kecamatan :...................................
Desa/Kelurahan :...................................
Waktu :....................................
Karakter Keterangan
Waktu kejadian
Lama kejadian
Luas daerah terdampak
Potensi bencana ikutan
Tujuan untuk mendapatkan gambaran dampak yang akan terjadi sehingga bisa
dilakukan prediksi penanganannya.
Desa :
Kabupaten :
Provinsi :
Waktu :
Tabel Prakiraan Dampak Pada Penduduk
Kelompok Disabilitas
Dusun Bayi 0-1 TH Anak 2-10 TH Remaja 11-19 TH Dewasa 20-60 TH Lansia > 60 TH
L P L P L P L P L P
Manusia
Ekonomi
Sosial
Lingkungan
Tahapan Proses:
● Berikan penjelasan kepada peserta bahwa dalam penanganan bencana tujuan utama
adalah untuk memberikan penyelamatan jiwa.
● Kemudian jelaskan bahwa untuk mencapai tujuan itu maka harus memiliki kebijakan
yang harus dilakukan dan dipatuhi oleh seluruh pelaku / pemangku yang terlibat dalam
penanganan bencana.
● Lakukan pengambilan kebijakan yang didasari pada peraturan perundangan yang
berlaku dan sesuai kearifan lokal.
● Selanjutnya untuk melaksanakan kebijakan membutuhkan cara/strategi guna mencapai
kebijakan tersebut.
Guna memudahkan dalam menetapkan tujuan, dan strategi, dapat menggunakan contoh
lembar kerja dibawah :
Desa :
Kabupaten :
Provinsi :
Waktu :
Tujuan Strategi
Tahapan Proses:
Desa :
Kabupaten :
Provinsi :
Waktu :
Penanggung jawab/Komandan:.......................
Koordinator Umum/Wakil Komandan:............
Tujuannya agar setiap pelaku memahami tindakan yang harus dilakukan dan
memastikan tidak ada penumpukan tugas pada satu bidang/seksi.
Tahapan Proses:
Situasi
Sasaran
Kegiatan
Guna memudahkan dalam menyusun analisis kebutuhan dan kesenjangan pada setiap
bidang operasi dapat menggunakan contoh lembar kerja dibawah :
Jenis ancaman :
Bidang operasi :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Strategi untuk
No JenisKebutuhan Jumlah Satuan Tersedia Kekurangan
memenuhinya
3. Tahap Finalisasi
Untuk memperoleh kesepakatan para pihak yang terlibat dalam penanganan darurat
bencana dengan situasi pandemi COVID-19, hasil rencana kontingensi harus
didesiminasikan. Tujuan finalisasi untuk menyempurnakan rencana kontingensi.
Yang melandasi perlunya atau pentingnya disusun rencana kontingensi. Alasan kenapa
perlu disusun rencana kontingensi yang beradaptasi dengan protokol kesehatan. Dan
memasukkan kondisi pandemi Covid - 19 dan situasi baik global, nasional maupun
daerah, terutama pada latar belakang kejadian pandemi di tingkat desa
Contoh:
Dalam perkembangan situasi Gunungapi Merapi, tepatnya pada tanggal 21 Mei 2018,
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG)
Yogyakarta berdasarkan kajian pengamatan visual, seismik, kimia dan deformasi,
kemudian mengeluarkan Laporan peningkatan aktivitas Merapi pada tanggal 21 Mei
2018 dari AKTIF NORMAL ke WASPADA. Status Waspada Merapi kali ini adalah
disertai bentuk ancaman erupsi freatik.
Latar Belakang Situasi Pandemi COVID-19
Contoh:
Memasukkan peraturan dan kelembagaan terkait dengan Covid-19 pada Nasional sampai
daerah.
Contoh :
Memasukkan karakter ancaman, termasuk bahaya ikutan dan situasi pandemi COVID-19.
Contoh :
Karakter Keterangan
Potensi bencana ikutan Dalam erupsi G. Merapi kali ini terjadi secara
bersamaan dengan disertai bahaya penyebaran virus
COVID - 19 dengan kasus positif 8 orang diantaranya
merupakan anggota keluarga. Berdasarkan hal tersebut
maka proses evakuasi sampai dengan tempat
pengungsian Kalurahan Purwobinangun harus
melaksanakan protokol kesehatan COVID-19 dengan
menjaga jarak, memakai masker, dan menjaga
kebersihan diri.
Memasukkan perkiraan kejadian yang dapat terjadi dengan situasi masih pandemi
covid-19. Skenario dibuat berdasarkan data ilmiah dan potensi bencana. Masukan dari
pakar atau narasumber dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan skenario.
Pengembangan skenario ini meliputi asumsi lokasi, waktu kejadian, lama kejadian,
intensitas, luas terdampak, bahaya ikutan. Termasuk mempertimngkan dampak
COVID-19 yang dapat terjadi pada anak, kelompok perempuan, dan disabilitas.
Contoh :
Suara gemuruh dari gunung merapi dan getaran gempa vulkanik dirasakan warga.
Kaca Jendela terasa bergetar dan suara dentuman makin terdengar. Status G.
Merapi naik menjadi AWAS dan rekomendasi dari BPPTKG wilayah KRB III
dikosongkan. Saat Cuaca hujan, terjadi letusan besar. Listrik mati, hujan pasar dan
petir. Kondisi jalan penuh dengan lumpur dan banyak pohon tumbang, HT/alat
komunikasi terbatas, armada evakuasi kurang. Situasi COVID-19 yang ada di
Kalurahan Purwobinangun merupakan zona Merah dengan kasus positif 8 orang
diantaranya merupakan anggota keluarga. Berdasarkan hal tersebut maka proses
evakuasi sampai dengan tempat pengungsian Kalurahan Purwobinangun harus
melaksanakan protokol kesehatan COVID - 19 dan sudah disiapkan tempat ruang
isolasi mandiri bagi anak dan lansia yang sudah disediakan dan tetap
melaksanakan protokol kesehatan COVID-19 dengan menjaga jarak, memakai
masker, dan menjaga kebersihan diri.
2.3. Asumsi dampak risiko
Dari skenario yang terdampak ada pada penduduk, infrastruktur, ekonomi, sosial,
lingkungan. Termasuk perkiraan dampak pada manusia adalah memperhatikan apakah
wilayah tersebut terdapat tempat wisata, pabrik/perusahaan atau tamu /warga pendatang.
Contoh ;
Alam/ - Kerusakan jaringan pipa air bersih di kali meliputi 3 Desa yaitu
Lingkungan Boyong Girikerto,
- Kerusakan saluran air Purwobinangun,
- Tercemarnya air bersih dari abu vulkanik Hargobinangun, dan
- 6 dusun terdampak kekurangan air bersih 6 Padukuhan(dusun)
terdiri dari
Padukuhan Turgo,
Padukuhan Kaliurang
Barat, Padukuhan
Ngandong,
Padukuhan Tritis
Kulon, Padukuhan
Ngepring, padukuhan
Kemiri
Contoh ;
Jenis ancaman : Erupsi Gunungapi
Desa/Kelurahan : Purwobinangun
Kecamatan : Pakem
Kabupaten/Kota : Sleman
Provinsi : DIY
Tujuan Strategi
6. Kebutuhan dasar pengungsi yang 1. Kesigapan tim Dapur Umum dan Logistik
didalam/diluar desa bisa selalu koordinasi dan melakukan evaluasi
tercukupi/terpenuhi 2. Identifikasi kelompok rentan yang
prioritas untuk pemenuhan dasar
pengungsi/penyintas
3. Pelibatan semua relawan desa/Forum
PRB Desa Purwobinangun, dengan
dukungan semua perangkat desa
4. SOP penanganan kedaruratan yang
sudah disepakati bersama
Contoh :
Memasukkan situasi dan sasaran pada penanganan darurat bencana dengan situasi
masih pandemi COVID-19.
Situasi 1. Panik
2. Warga masih abai melakukan protokol kesehatan
3. tidak melakukan protokol kesehatan dengan baik
4. banyak penyintas lansia dan anak
5. keterbatasan masker
6. tempat fasilitas untuk mencuci tangan tidak mencukupi daya
dukung barak utama
Strategi untuk
No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan
memenuhinya
RS Panti Nugroho
Personil tenaga
Puskesmas Pakem
1 medis/perawat tim kesehatan
kesehatan 10 Orang 5 5 desa
2 dinas kesehatan
Masker 20 Box 10 10 dan BPBD
3 Tempat cuci
tangan beserta Dinas kesehatan
Sabun cuci tangan 6 Unit 3 3 pemerintah desa
4 Bidan 3 orang 3 0 -
5 perban/mitela 100 Gulung 100 0 -
6 puskesmas pakem
tim kesehatan
Obat - obatan 50 paket 20 30 desa
❖ Pos Perlindungan Perempuan dan Anak berada paling bawah di masing-masing kalurahan
KRB III masuk dalam Penanganan Darurat Bencana Kalurahan.
❖ Pos Perlindungan Perempuan dan Anak berada dalam koordinasi dan dampingan Pos
Perlindungan Perempuan dan Anak kabupaten yang berada di Pos Lapangan (disetiap
Kapanewon).
Pencatatan
Pengaduan berasal dari organisasi masyarakat, parpol, perorangan atau penerusan oleh
komponen penanganan darurat dalam bentuk aduan langsung, surat, fax atau saluran media
sosial yang sudah ditentukan ==> Dicatat dalam buku laporan dan layanan Pengaduan yang
alamatnya jelas segera dijawab secara tertulis dalam waktu 24jam.
1) Penelaahan Identifikasi permasalahan, kejelasan informasi, kadar pengawasan serta
langkah-langkah penanganan.
2) Penyaluran (secara substansi pengaduan bukan kewenangan Pos Pelayanan dan
pengaduan).
● Berindikasi atas kekurangan ataupun pemenuhan kebutuhan dasar pengungsian –
Bidang operasi terkait pemenuhan kebutuhan dasar.
● Berindikasi atas tindak gangguan keamanan dalam pengungsian (pelecehan,
pencurian, gaduh) - Bidang Keamanan dan ketertiban.
● Berindikasi atas gangguan layanan Kesehatan (fisik dan psikis ) - bidang Kesehatan.
● Berindikasi atas gangguan layanan pendidikan - Bidang Pendidikan
Pemantauan secara langsung ---> pemutakhiran data, rakor, monitoring Pemantauan secara
tidak langsung --> Komunikasi elektronik. Evaluasi untuk mengetahui hambatan dan
keberhasilan dalam penanganan layanan dan pengaduan dalam penanganan darurat.
Pelaporan
Tim Pelayanan dan pengaduan --> menyampaikan laporan penanganan dalam bentuk uraian
tertulis yang diberikan kepada koordinator Pos Lapangan.
★ 0274 – 555585
★ 0811 2762 800
1. Tenaga kesehatan (nakes) di fasyankes akan melakukan screening suspect Covid – 19
Jika memenuhi kriteria suspect Covid – Jika tidak memenuhi kriteria suspect
19, Anda akan dirujuk ke Rumah Sakit Covid – 19, Anda akan dirawat inap atau
rujukan yang siap untuk penanganan rawat jalan tergantung diagnosa dan
Covid – 19 keputusan dokter
Buku Panduan Isolasi Mandiri. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
Standar Nasional Indonesia Nomor 8751:2019 Tentang Perencanaan Kontingensi. 2019
Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Pembentukan Pos Komando (POSKO)
Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Dalam Rangka Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Di Tingkat Desa/Kelurahan. 2021
Dokumen Rencana Kontingensi Erupsi Gunungapi Merapi Adaptasi Terhadap Protokol
Kesehatan Covid-19 Di 7 Desa Kawasan Rawan Bencana G. Merapi. Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman. 2020
Panduan Penyiapan Fasilitas Shelter Untuk Karantina dan Isolasi Terkait COVID-19 Berbasis
Komunitas. Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2020
Protokol Penyiapan Fasilitas Shelter Untuk Karantina dan Isolasi Kolektif Di Fasilitas Umum
Berbasis Masyarakat Di Masa Pandemi COVID-19. Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19.
9 Alat makan & Terpisah, oleh keluarga / warga Terpisah, oleh keluarga /
masak warga
12 Ruang terbuka Tersedia, berjarak > 2 meter Tersedia, berjarak > 2 meter