Anda di halaman 1dari 2

4 .

Resiko dan rawan gempa bumi

Telah dilakukan pengukuran mikrotremor di Kotamadya Denpasar dan sekitarnya pada bulan Mei
sampai Juni dan Oktober sampai November 2014 oleh Pusat Survey Geologi (PSG) Bandung.. Penelitian
ini dilakukan pada 249 titik pengukuran mikrotremor single station. Pemetaan ini dilakukan untuk
memetakan daerah rawan resiko di daerah penelitian berdasarkan hasil pengolahan data mikrotremor
menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectrum Ratio) dengan bantuan software geopshy.

Hasil pengolahan data mikrotremor Kotamadya Denpasar dan sekitarnya diperoleh nilai frekuensi
dominan berkisar antara (0,96 – 14,59) Hz, nilai amplifikasi 1,15 – 12,08, nilai indeks kerentanan seismik
0,27 – 39,81, nilai percepatan getaran tanah permukaan (34,93 – 147,59) gal dan nilai ground shear
strain 1,5 x – 2,1x .

Berdasarkan pengolahan data mikrotremor daerah Kotamadya Denpasar dan sekitarnya menunjukan
bagian selatan daerah penelitian memiliki potensi kerusakan lebih tinggi dibandingkan dengan bagian
utara saat terjadi gempa bumi.

5 .Prediksi gempa bumi

Perubahan medan gravitasi frekuensi rendah yang timbul sebelum terjadinya gempabumi kuat dapat
dideteksi dengan alat Atropatena. Prinsip kerja Atropatena mirip dengan Torsion Balance pada
Eksperimen Cavendish. Detektor Atropatena mencatat secara simultan dan kontinu variasi medan
gravitasi dalam tiga komponen, yaitu satu komponen vertikal (Z) dan dua komponen horizontal (X dan
Y). Pada bulan AgustuS 2009, stasiun Atropatena-ID telah dipasang di Yogyakarta. Stasiun Atropatena
bekerja dalam bentuk jaringan, di bawah koordinasi GNFE (Global Network for the Forecasting of
Earthquakes) yang berpusat di Istanbul, Turki. Pada saat ini di seluruh dunia terdapat 5 stasiun
Atropatena, yaitu di Azerbaijan, Pakistan, Turki, Indonesia, dan Ukraina. Sampai dengan saat ini, jaringan
stasiun Atropatena telah berhasil memprediksi lebih dari 50% gempabumi kuat di seluruh dunia,
termasuk gempabumi Jepang (8,9 SR) yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011.

Perubahan medan gravitasi frekuensi rendah yang timbul sebelum terjadinya gempabumi kuat
dapat dideteksi dengan alat Atropatena. Prinsip kerja Atropatena mirip dengan Torsion Balance
pada Eksperimen Cavendish. Detektor Atropatena mencatat secara simultan dan kontinu variasi
medan gravitasi dalam tiga komponen, yaitu satu komponen vertikal (Z) dan dua komponen
horizontal (X dan Y). Pada bulan AgustuS 2009, stasiun Atropatena-ID telah dipasang di
Yogyakarta. Stasiun Atropatena bekerja dalam bentuk jaringan, di bawah koordinasi GNFE
(Global Network for the Forecasting of Earthquakes) yang berpusat di Istanbul, Turki. Pada saat
ini di seluruh dunia terdapat 5 stasiun Atropatena, yaitu di Azerbaijan, Pakistan, Turki,
Indonesia, dan Ukraina. Sampai dengan saat ini, jaringan stasiun Atropatena telah berhasil
memprediksi lebih dari 50% gempabumi kuat di seluruh dunia, termasuk gempabumi Jepang (8,9
SR) yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011.

Perubahan medan gravitasi frekuensi rendah yang timbul sebelum terjadinya gempabumi kuat
dapat dideteksi dengan alat Atropatena. Prinsip kerja Atropatena mirip dengan Torsion Balance
pada Eksperimen Cavendish. Detektor Atropatena mencatat secara simultan dan kontinu variasi
medan gravitasi dalam tiga komponen, yaitu satu komponen vertikal (Z) dan dua komponen
horizontal (X dan Y). Pada bulan AgustuS 2009, stasiun Atropatena-ID telah dipasang di
Yogyakarta. Stasiun Atropatena bekerja dalam bentuk jaringan, di bawah koordinasi GNFE
(Global Network for the Forecasting of Earthquakes) yang berpusat di Istanbul, Turki. Pada saat
ini di seluruh dunia terdapat 5 stasiun Atropatena, yaitu di Azerbaijan, Pakistan, Turki,
Indonesia, dan Ukraina. Sampai dengan saat ini, jaringan stasiun Atropatena telah berhasil
memprediksi lebih dari 50% gempabumi kuat di seluruh dunia, termasuk gempabumi Jepang (8,9
SR) yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011.

Anda mungkin juga menyukai