Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TAFSIR TARBAWI

Tentang

Tarbiyah

Disusun Oleh:

1. FADILA TIARA KARINA(1814080065)

2. TITISMA WARDANI (2014080037)

3. RAHMADHANI ISTIQA YANTI (2014080031)

Dosen Pembimbing

Dr. Radhiatul Hasnah M

TADRIS IPA KOSENTRASI FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL

PADANG

2021
BAB I

PEMBAHASAN

A. Tarbiyyah pada Surat Al-Fatihah Ayat 2


Kata tarbiyah ditafsirkan dalam al-Qur’an pada surah al-Fatihah ayat
dua yang berbunyi:

َ‫ب ْال ٰعلَمٰ يْن‬ ٰ ‫اَ ْل َح ْمدُ ٰ ه‬


ٰ ‫ّلِل َر‬

Artinya :
‘’ Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam ‘’

Al-Tarbiyah barasal dari suku kata robb yang memiliki pengertian dasar
yaitu tumbuh, berkembang, dan memelihara, merawat mengatur dan menjaga
kelestarian dan eksistensinya."1Tarbiyah merupakan pendidikan menyeluruh
terhadap manusia yang meliputi; jasmani, akal, akhlak, sosial, emosional,
estetika dan lain sebagainya, tarbiyah juga berlangsung
secara kontinu. (Rosyidin, 2009:20).

Tafsir kata tabiyah dalam surat a fatihah ayat 2 yaitu pada ‫ب‬
ِّ ‫َر‬
ْ rabb memiliki beberapa arti; berarti tuan yang ditaati, yang
َ‫ال َعالَميْن‬,
membereskan, raja, seorang penguasa yang wajib mengishlahkan, Rabb
adalah Tuan, pengurus yang menguasai orang yang diurusnya dan yang
mengatur semua kebutuhannya. kata ِّ‫ رب‬- ِّ‫ يرب‬- ِّ‫ رب‬yang semakna dengan -‫ن ِّم‬
‫ ن ِّم‬-‫( ين ِّم‬tumbuh), lafadz ini merupakan sifat Musabbahah, mashdarnya
semakna dengan lafadz ‫التربية‬, yang berarti: menyampaikan sesuatu sampai
sempurna sesuatu tersebut. Rabb tidak bisa digunakan untuk menyebut
manusia atau makhluk, kecuali jika didafatkan dengan kata lain seperti; rabb
al-bait (pemilik rumah) (Ibnu Katsir, 1986:1:26).

Sedangkan Ar-Raghib (Zakaria, 2008: 110)


mendefinisikan rabb Menjadikan sesuatu setahap demi setahap, sampai batas
yang sempurna.

1
Ibnu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Quthubi, (Kairo: Dar al-Sya’bi, tt), hlm.
120.

1
Dengan demikian dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, nilai
tarbawi yang terkandung dalam ayat ini, yaitu:

a) Allah SWT. Dialah maha guru, yang pertamakali mengajarkan


ilmu pada manusia pertama, yaitu Adam as., maka segala ungkapan
puji dan syukur hanya untuk Allah yang maha suci, atas segala
sifat-sifat-Nya yang agung.
b) Seorang pelajar, murid ataupun peserta didik harus berterimakasih
kepada guru atas budi baiknya mendidik kita. Mendidik disini
dalam artian tarbiyah, bukan sekedar mendidik tapi juga
membimbing, mengawasi, menjaga dan mengajarkan.
c) Proses tarbiyah bukan hanya sekedar mengajarkan saja, tapi juga
membimbing, menuntun dan mendidik sampai peserta didik
memahami dan mempraktekan ilmunya.

Fakta tarbiyah dalam surat al-Fatihah ayat 2 tersebut yaitu bisa kita lihat
pada yang bolos di sekolah atau anak yang suka becanda dalam belajar. Nah
tadi arti kata taribyah itu adalah mendidik. Maksud mendidik disini bukan
sekedar mendidik tapi juga membimbing, mengawasi, menjaga dan
mengajarkan. Di sekolah itu guru tidak hanya melakukan kegiatan
memberikan materi pelajaran saja, tapi guru itu juga membimbing dan
mengawasi anak tentang sikap dan perlaku juga agar tidak terjadi juga di
kehidupan masyarakat. Misalnya setiap pembelajaran di dalam kelas peserta
didik maupun di luar kelas anak, pendidik juga melakukan pengawasan dan
mendidik terhadap peserta didik agar tidak berperilaku yang buruk.
B. Tarbiyah pada Surat Al- Isra’ Ayat 24

Al-Tarbiyah barasal dari suku kata robb yang memiliki pengertian dasar
yaitu tumbuh, berkembang, dan memelihara, merawat mengatur dan menjaga
kelestarian dan eksistensinya."2 Adapun tarbiyah berasal dari kata Robba-

2
Ibnu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Quthubi, (Kairo: Dar al-Sya’bi, tt), hlm.
120.

2
yarubbu, berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun dan memelihara,
serta mengasihi.3 Sebagaimana bunyi ayat dalam surat al-Isra' ayat 24.

َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َرب َّٰينٰ ْي‬


‫ص ٰغي ًْرا‬ ْ ‫ب‬ َّ َ‫ٰض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ٰل مٰ ن‬
ٰ ‫الر ْح َم ٰة َوقُ ْل َّر‬ ْ ‫َو‬
ْ ‫اخف‬
Artinya:
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah "wahai Tuhanku, kasihilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. 4
Bagi Zakiyah Daradjat, kata rabba lebih layak untuk Tuhan karena
rabba diartikan dengan mendidik, mengasuh, memelihara dan mencipta.5
Adapun beberapa tokoh menafsirkan surah Al – isra’ ayat 24 sebagai berikut :
a) Penjelasan Al Imam Ismail Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir)
َّ َ‫ض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ٰل ٰمن‬
Pada kata ‫الرحْ َم ٰة‬ ْ ‫ َو‬maksudnyaberendah
ْ ‫اخ ٰف‬
dirilah kepada keduanya ketika mereka telah berusia lanjut.Pada kata
waqul rabbu waqul rabbiirhamhumaa yang maksudnya yaitu
mendo’akan kedua orang tua kepada Allah pada saat tua dan telah
meninggal dunia.
b) Penjelasan Wahbah Az-Zuhaili (Tafsir Al Munir)
a. َّ َ‫ٰض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ٰل مٰ ن‬
Bersikap tawadhu/rendah hati (‫الر ْح َم ٰة َ و‬ ْ ‫) ا ْخف‬
yaitu Bersikaplah lemah lembut kepada kedua orang tua
(tawadhu’ dan merasa rendah dihadapan keduanya) dan baik
pemeliharaannya dan juga bersunggh-sungguh.
b. Mendoakan orang tuanya baik masih hidup maupun sudah
meninggal dunia (waqul rabbiirhamhumaa kamaa rabbayaanii
shaghiiran). Yaitu memohon kepada Allah SWT untuk kedua
orang tua baik masih hidup maupun setalah wafatnya untuk
merka mendapatkan kasih sayang dari Allah.6

3
Abdul al-Rahman al-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:
Diponegoro, 1992), hl. 31.
4
Al-Qur’an, 17 (al-Isra’): 24.
5
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), hlm. 25-26.
6
(M.Quraish Shihab, 2002: 446).

3
Konsep tarbiyyah pada surat al – isra’ ayat 24 yaitu merendahkan diri
dan mendo’akan serta memohonkan ampun kepada orang tua baik yang
masih hidup atau yang sudah meninggal. Anak mempunyai kewajiban untuk
bertawadhu’ kepada orang tua melalui tindakan serta mendo’akan atas
limpahan rahmat Allah pada saat keduanya masih hidup maupun telah
meninggal dunia. Berdo’a untuk mereka bukan hanya ketika sudah
meninggal, akan tetapi orang tua yang masih hidup dido’akan. Adapun
waktunya lebih utama ketika selesai shalat fardhu.7
Adapun fakta tarbiyyah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari di dalam surat al-Isra’ ayat 24 yaitu tarbiyah yang artinya memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun dan memelihara, serta mengasihi. Nah dalam
kehiduapan sehari-hari tarbiyah dalam surat al-Isra’ ayat 24 yaitu mendoakan
orang tua setiap selesai shalat. Anak nakal seperti anak yang suka
membentak orang tuanya. Misalnya orang tua menyuruh anaknya untuk
membeli bahan makanan ke warung, tapi anak tidak mau sehingga ia
membentak orang tuanya dengan kata ah. Hal ini terjadi karena ada
kekurangan mendidik anak-anak. Dengan begitu anak yang telah di ajar maka
ia akan menjadi anak yang baik. Oleh sebab itu, sebenarnya anak itu harus
mendo’akan orang tuanya dalam setiap saat terutama pada saat shalat. Dan
mendoakan orang tua tersebut merupakan kasih sayang kepada orang tua
sebagaiman arti dari tarbiyah yaitu mengasihi.
C. Tarbiyah pada Surat Al-Syu’ara ayat 16

َ‫ب ْال َعالَميْن‬ َ ‫فَأْت َيا ف ْر‬


ُ ‫ع ْونَ فَقُ ْوآل إنَّا َر‬
ِّ ‫س ْو ُل َر‬
Artinya :

“Maka datanglah kamu berdua kepada Fir’aun dan katakanlah


olehmu: “Sesungguhnya Kami adalah Rasul Tuhan semesta alam””

Pada ayat ini juga terdapat lafadz َ‫ب ْالعَالَمٰ ين‬


ٰ ‫ َر‬seperti pada surat Al-
Fatihah ayat dua yang telah dijelaskan didepan. Wahbah menafsiri ayat ini
dengan makna pergilah kepada Firaun dan ucapkanlah kepadanya dengan
lembut dan perlahan bahwa kami adalah utusan Tuhan semesta alam, yang

7
Umar Hasyim, Anak Sholeh, hlm. 73

4
mana Allah mengutus kami kepadamu dan kaumu, merdekakanlah bani israil
untuk menyembah Tuhan mereka di bumi Allah yang luas dan kembal
bersama kami ke baitul muqadas8.Al-Hijazi menjelaskan bahwa ayat diatas
menjelaskan tentang jawaban Musa kepada Fir’aun, katanya: “Bagaimana
mungkin engkau (Fir’aun) merasa mendidikku dirumahmu padahal engkau
telah menyiksa Bani Israil dengan siksa yang pedih?”. Hal ini menunjukan
bahwa Musa tidak berarti dididik oleh Fir’aun sekalipun Fir’aun
mengakuinya. Dengan kata lain, bahwa hakikatnya Fir’aun mendidik dan
membesarkan Musa itu dalam Fisiknya saja tidak mendidik mental dan hati
nuraninya. Dari penjelasan para mufassir di atas dapat disimpulkan bahwa
tarbiyah Fir’aun kepada Musa itu terjadi dalam pengurusan dan
perkembangan fisiknya saja, tidak mendidik mental dan hati nuraninya,
karena Fir’aun membesarkan Musa tidak dengan imannya. Dari ayat ini dapat
diambil juga suatu konsep bahwa proses tarbiyat terjadi dan berlaku pada
masa kanak-kanak dan juga terjadi pada masa dewasa. Dapat disimpulkan
bahwa makna pada surat di atas adalah proses pengembangan jasad, ruh dan
akal fikirannya. Dilakukan dengan cara yang lemah lembut, penuh dengan
kasih sayang. Proses pendidikan berlangsung sejak kanak-kanak hingga
beranjak dewasa atau baligh. Selain itu Peserta didik boleh saja menegur
gurunya ketika melakukan kesalahan, tentunya dengan cara ma’ruf, serta guru
harus menguatkan murid ketika menghadapi musibah dan memberikan solusi.
Fakta dalam kehidupan sehari-hari pada ayat di atas adalah ada murid
yang mencemooh kawan-kawannya. Maka tindakan seorang guru harus
mengajarkan anak tersebut dengan lembut/tidak kasar. Misalnya memanggil
anak tersebut dan mengajarjarkan anak tersebut seperti sedikit
menceramahkan anak tersebut agar anak tersebut merubah perilakunya.
Contoh lainnya yaitu menguatkan murid yang terkena musibah seperti
terjadinya gempa yang mengakibatkan anak tersebut kehilangan keluarganya.

8
Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir Munir. Op.cit. hal 143

5
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan yang diharapkan melalui kata Tarbiyah bukan sekedar transfer
ilmu saja, melainkan meliputi pembibingan, pengasuhan dan pengawasan
sampai peserta didik mampu mengamalkan ilmu yang diajarkan. Ayat al-
Qur’an yang berhubungan dengan tarbiyah adalah Al-Fatihah Ayat 2, Surat
Al-Isro’ Ayat 24, dan Surat Al-Syu’ara Ayat 16
Seorang pendidik haruslah terjun langsung atau berinteraksi kepada
peserta didik, dan juga pengetahuan yang diberikan pendidik harus sampai
hati peserta didik, agar mudah diamalkan, bukan hanya sekedar pengetahuan
saja.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Pembaca sebaiknya tidak hanya fokus pada makalah ini saja. Penulis
sadar makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
masukan dari pembaca untuk kesempurnaan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(M.Quraish Shihab, 2002: 446).


Ahmad Syihabudin. 1997. Chasiyatus Syahab. Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah.
al-Nahlawi Abdul al-Rahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan
Islam. Bandung: Diponegoro.
Al-Qur’an, 17 (al-Isra’): 24.
Al-Thobari Ibnu Harir. 2005. Jami’ Al-Bayan. Beirut: Dar el-Fikr.
Al-Zuhaili Wahbah. 2003. Tafsir Munir. Damaskus: Dar Al-Fikr.
Darajat Zakiyah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.
Ibnu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Quthubi. Kairo: Dar al-
Sya’bi, tt.
Nata Abuddin. 2014. Tafsir ayat – ayat pendidikan. Jakarta: Rajawali pers.
Umar Hasyim. Anak Sholeh.

Anda mungkin juga menyukai