Anda di halaman 1dari 4

KOMPETENSI PEMBELAJARAN

PENGERTIAN DAN PERBEDAAN MICRO TEACHING, REAL


TEACHING, PEER TEACHING

Disusun Oleh:
Siti Farah Fadilah
1516619035
Dosen Pengampu:
Dra. Eti Herawati, M.Si.

PENDIDIKAN VOKASIONAL TATA RIAS


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
PENGERTIAN

Real Teaching
Menurut KBBI Real Teaching merupakan mengajar nyata atau pengajaran riil.
Secara pelaksanaannya, mahasiswa melaksanakan tuga-tugas kependidikan, tenaga pendidik
dalam hal  ini guru yang meliputi kegiatan praktek mengajar atau kegiatan kependidikan
lainnya. Ini dilaksanakan dalam rangka memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa
agar  bisa mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum mengajar secara nyata ke dunia
kependidikan sepenuhnya.  Serta dapat memperluas wawasan, pelatihan dan pengembangan
kompetensi yang diperlukan  dalam bidangnya, peningkatan keterampilan, kemandirian,
tanggug jawab, dan kemampuan  memecahkan masalah. Real Teaching dilaksanakan oleh
mahasiswa yang diliputi oleh praktik  pembelajaran di kelas dan praktik persekolahan.
Praktik pembelajaran di kelas adalah latihan  melaksanakan kegiatan pembelajaran oleh
mahasiswa di dalam kelas, yang dimulai dari  penyusunan persiapan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi pembelajaran.  Untuk itu, mahasiswa dituntut
mampu menyusun persiapan pembelajaran, penguasaan materi  yang diberikan, teknik
penyajian, memiliki sikap dan gaya mengajar yang memadai, mengelola  kelas dengan baik
dan melakukan kegiatan evaluasi. 

Real Teaching memiliki tujuan melatih mahasiswa agar mempunyai pengalaman


tentang bagaimana proses pembelajaran, memberikan pengalaman kepada mahasiswa
dalam bidang  pembelajaran dan administrasi sekolah. Mahasiswa bisa mempelajari dan
memahami seluk  beluk lembaga pendidikan yang berkaitan` dengan proses
pembelajaran maupun kegiatan  administrasi dan pengelolaan sekolah.  Target yang
Ingin dicapai  yaitu terbentuknya pribadi calon guru yang memiliki kompetensi
pedagogi, kepribadian, profesional, dan sosial.

Micro Teaching
Microteching pertama kali dikembangkan pada tahun 1963 oleh A.W. Dwight Allen
dari Stanford University. Mc. Kinght (1971) menjelaskan bahwa microteaching sebagai
pengajaran dalam skala kecil (mikro) yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan
baru dan memperbaiki keterampilan yang lama. Sedangkan Mac Laughin & Moulton
mendefinisikan microteaching sebagai metode latihan penampilan yang dirancang secara
jelas dengan jalan mengisolasi bagianbagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru
(calon guru) dapat menguasai setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang
disederhanakan.
Berdasarkan Permenristek Dikti Nomor 55 Tahun 2017, Pasal 1 (7) dinyatakan bawa
microteaching (pembelajaran mikro) adalah pembelajaran keterampilan dasar mengajar
dengan menggunakan latar, peserta didik, kompetensi, Microeching dan Tujuan Pengertian
materi, dan sesi terbatas. Microteching tidak sama dengan pembelajaran biasa. Karakteristik
microteaching adalah pelaksanaan pengajaran dalam skala kecil (mikro). Skala kecil yang
dimaksud adalah dari segi ukuran kelas (jumlah peserta didik), durasi waktu, ruang lingkup
materi pelajaran, dan kerampilan mengajar yang digunakan.

Pelaksanaan :
A. Tahap Orientasi
(1) Menyampaikan tujuan pembelajaran berupa deskripsi spesifik untuk memberikan arah
yang ingin dicapai.
(2) Menjelaskan pentinya keterampilan yang dibelajarkan untuk menimbulkan motivasi
belajar
(3) Menyampaikan secara umum cara mempelajari keterampilan dasar mengajar yang
dibelajarkan

B. Tahap Modelling
(1) Mengamati video
(2) Diskusi
(3) Membuat kesimpulan.
Melalui kegiatan modeling diharapkan mahasiswa mendapatkan informasi menganai
pengertian, tujuan, prinsip dan komponen keterapilan yang dibelajarkan, dan bagaimana
komponen keterampilan K Pola Pelaksanaan Microeching 8 dasar mengajar diterapkan.

C. Tahap Praktik
(1) Perencanaan
(2) Implementasi
(3) Observasi
(4) Refleksi

D. Tahap Penilaian

Peer Teaching
Menurut Siberrnen (2001) beliau mengatakan bahwa, pembelajaran peer teaching merupakan
cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar teman sebaya. Hal tersebut
dikuatkan dengan adanya pendapat dari Harsanto (2007) bahwa dipandang dari tingkat
partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar secara berkelompok dengan tutor sebaya
mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi. Proses penyebutan siswa disini juga
bisa diartikan sebagai penyebutan mahasiswa. Sehingga ketika terjadi pembelajaran antara
mahasiswa satu dengan yang lainnya secara berkelompok dengan adanya tutor sebaya
mampu meningkatkan keaktifan mahasiswa lebih tinggi.

Ada beberapa komponen penting didalam pembelajaran peer teaching yaitu pemberian


bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar proses pembelajaran praktik
mengajar bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Hal itu selaras dengan apa yang disampaikan
oleh Hamalik (1990), beliau berpendapat bahwa metode pembelajaran tutor sebaya ( peer
teaching ) adalah metode pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, arahan,
dan motivasi agar siswa (mahasiswa) belajar efektif dan efisien.

Metode yang digunakan untuk melakukan pengajaran yang baik dan efektif yang diantaranya
terbagi menjadi:
1. Strategi pembelajaran secara langsung, Dalam hal ini para guru merupakan pemeran utama
dalam penyampaian materi  kepada para peserta didik yang dengannya para guru harus aktif
memberikan materi secara langsung. Untuk strategi pembelajaran seperti ini bersifat deduktif
2. Strategi pembelajaran tidak langsung. Dalam strategi ini lebih dipusatkan pada para peserta
didikyakni guru hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas mengelola lingkungan
kondusif saat pembelajaran berlangsung.
3.Strategi pembelajaran interaktif. Strategi ini menekankan komunikasi yang terjalin antara
peserta didik dengan peserta didik yang lainnya maupun peserta didik dengan guru melalui
kegiatan diskusi dan sharing untuk memecahkan sebuah permasalahan, kelebihan dari strategi
ini adalah mengajak peserta didik untuk lebih aktif dan peka terhadap setiap permasalahan
yang dibahas dalam pembelajaran tersebut\
4.Strategi pembelajaran empirik, ini merupakan sebuah strategi pembelajaran yang lebih
menekankan aktivitas yang dilakukan oleh para peserta didik selama masa pembelajaran.
5. Strategi pembelajaran mandiri yang dengannya bertujuan untuk meningkatkan potensi
masing-masing peserta didik serta mengakomodir inisiatif yang mereka miliki untuk
mengembangkan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai