Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2020 merupakan tahun ketika Indonesia memasuki fase

Coronavirus Disease atau lebih dikenal dengan Covid-19. Covid-19

merupakan sumber penyakit yang berasal dari coronavirus, yang disebabkan

karena virus nCoV-2019 (WHO, 2020a). Coronavirus (CoV) termasuk

kelurga besar virus yang menyebarkan penyakit flu biasa hingga penyakit

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute

Recpiratory Syndrome (SARS-CoV) (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Penularan virus ini antara hewan dan manusia (zoonosis) seperti kucing

luwak dan unta (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Namun, saat ini yang

terjadi penularan lebih banyak dari orang ke orang yang telah terinfeksi

(WHO, 2020b).

Data dari World Health Organiztion (WHO) per Februari 2021, Covid-19

telah mengakibatkan lebih dari 113 juta kasus, lebih dari 2 juta kematian

secara global, serta mempengaruhi lebih dari 200 negara (WHO, 2021).

Perincian 5 besar negara di Asia Tenggara dengan Filipina 626.893 kasus

12.837 kematian, Malaysia 324.871 kasus 1.213 kematian, Myanmar 142.147

kasus 3.202 kematian, Thailand 27.085 kasus 87 kematian, serta Vietnam

2.557 kasus 35 kematian, data tersebut tak terkecuali Indonesia (Koesno,

2021).

1
Di Indonesia, update terakhir Satgas Covid-19, per Februari 2021 telah

tercatat 1.425.004 kasus positif, 1.249.947 sembuh, dan 31.292 kematian

(Satuan Tugas Penanganan Covid-19, 2021). Perbandingan dibeberapa

provinsi dengan kasus tertinggi yaitu DKI Jakarta 361.535 kasus 6.038

kematian, Jawa Barat 231.692 kasus 2.720 kematian, Jawa Tengah 163.150

kasus 10.229 kematian, serta Jawa Timur 134.852 kasus 9.495 kematian

(Satuan Tugas Covid-19 Provinsi, 2021). Data tersebut juga masih akan terus

meningkat karena masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan. Hal ini

yang mengakibatkan munculnya beragam respon masyarakat, sehingga

berkembang stigma di masyarakat (Sulistiadi et al., 2020).

Stigma dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang biasanya bernilai

negatif terhadap suatu kondisi (Abudi et al., 2020). Stigma sosial dalam

konteks kesehatan merupakan hubungan negatif yang memungkinkan untuk

memberi label (stereotip), diperlakukan berbeda, didiskriminasi dan atau

kehilangan status karena suatu penyakit (WHO, UNICEF, 2020a). Adanya

stigma sosial dan diskriminasi di masyarakat mengakibatkan seseorang akan

lebih memilih tidak dipantau dan diperiksa untuk menghindari diskriminasi,

penolakan karena ketakutan dari pemberian stigma (WHO, UNICEF, 2020b;

Dai, 2020). Hal tersebut mengakibatkan perlakukan negatif masyarakat

terhadap mereka yang berkaitan dengan Covid-19 (Abudi et al., 2020).

Menurut penelitian Wahyu dkk di Indonesia, bahwa kasus masyarakat

tentang penolakan jenazah Covid-19 menimbulkan peningkatan stigma di

masyarakat, karena Covid-19 bagi mereka merupakan penyakit yang


berbahaya dan yang berisiko menular harus dijauhkan dari lingkungan

masyarakat (Sulistiadi et al., 2020). Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah mencatat

ada 3 kasus penolakan jenazah. Kasus pertama pada 3 maret 2020 di

Kabupaten Banyumas, kasus penolakan kedua terjadi di Kabupaten Semarang

9 April 2020, yang pada akhirnya jenazah perawat dimakamkan di kompleks

Pemakaman Rs dr.Kariadi, dan kasus ketiga terjadi di Kabupaten Purwokerto

(detiknews, 2021).

Penelitian Eti dan Handayani tahun 2020, bahwa kasus yang dapat

dicurigai dari kasus yang terkena Covid-19 sebanyak 83% dan didukung oleh

lingkungan yang tidak nyaman sebanyak 60%, selain itu kasus Covid-19 juga

dapat ditularkan melalui orang ke orang dimasyarakat (Rimawati &

Handayani, 2021). Survei April 2020 kepada 2050 perawat se-Indonesia,

menyatakan 135 perawat pernah diminta untuk pindah dari tempat mereka

tinggal, 160 mengakui orang disekitar mereka menghindar, 66 diancaman

diusir dan 71 mengakui masyarakat sekitar ikut menghindari keluarga mereka

(dr. Reisa, 2020).

Penelitian Dar dan Imran melaporkan bahwa penderita Covid-19 juga

mengalami stigma terkait Covid-19 (Dar et al., 2020). Penderita Covid-19

diejek oleh komunitas mereka, para orang tua di lingkungan sekitar tidak

mengizinkan anaknya bermain dengan anak mereka meskipun hasil tes

mereka negatif, diboikot secara sosial, dan dipecat dari pekerjaan serta

diminta untuk mengosongkan rumah mereka. Mereka bahkan menuduh

bertanggung jawab menyebarkan penyakit di daerah itu, (Imran et al., 2020).


Pada penelitian Sawsan dkk di Yordania 52% takut Covid-19 dan 62%

memiliki stigma terhadap orang yang terinfeksi dan kontak selama pandemi

(Abuhammad et al., 2020). Di Colombia, Amerika Selatan dalam penelitian

Carlos dkk, ketakutan tinggi terhahap Covid-19 sebesar 34,1% (Cassiani-

Miranda et al., 2020). Penelitian Steven dkk, orang yang menstigmatisasi

petugas kesehatan juga cenderung menghindari orang lain, menghindari toko

obat, supermarket, dan tidak meninggalkan rumah mereka (Taylor et al.,

2020). Penelitian sarah dkk, di Amerika Serikat, kekhawatiran terkait Covid-

19 sebanyak 50,2% (Weinberger-Litman et al., 2020).

Stigma tidak hanya merugikan penderita Covid-19 dan petugas

kesehatan, tetapi juga merugikan kita semua. Walaupun Covid-19 dapat

disembuhkan dan dicegah penyebarannya melalui isolasi mandiri dan

menerapkan protokol kesehatan. Namun dengan adanya stigmatisasi dapat

menjadi hambatan dalam penanggulangan Covid-19, maka penulis tertarik

untuk meneliti tentang “Stigma Masyarakat Terhadap Covid-19: A Literature

Review” yang bertujuan untuk mengurangi stigma terkait Covid-19 yang ada

di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan

masalah sebagai berikut “Bagaimana Stigma Masyarakat Terhadap Covid-

19”.
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui stigma

masyarakat terhadap Covid-19.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi persamaan dan ketidaksamaan artikel-artikel

tentang stigma masyarakat terhadap Covid-19 yang terjadi pada

penderita Covid-19 dan petugas kesehatan.

b. Memberikan pandangan terhadap artikel-artikel tentang stigma

masyarakat terhadap Covid-19 yang terjadi pada penderita Covid-19

dan petugas kesehatan.

c. Membandingkan kelemahan dan keunggulan dari artikel-artikel

tentang stigma masyarakat terhadap Covid-19 yang terjadi pada

penderita Covid-19 dan petugas kesehatan.

d. Meringkas hasil temuan penelitian dari setiap artikel yang didapatkan

tentang stigma masyarakat Covid-19 yang terjadi pada penderita

Covid-19 dan petugas kesehatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memperkuat teori stigma

masyarakat terhadap Covid-19.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi dan Instansi Kesehatan

Sebagai informasi bagi perawat betapa pentingnya informasi kepada

masyarakat agar tidak menimbulkan stigma negatif terhadap Covid-19.

b. Institusi Pendidikan

Penelitian ini bisa digunakan sebagai masukan untuk Instituti

pendidikan sehingga hasil dari penelitian ini bisa dimajukan atau

menjadi acuan untuk penelitian kedepannya terutama tentang stigma

Covid-19.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan

tentang stigma masyarakat terhadap Covid-19.

d. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang

Covid-19 sehingga tidak menimbulkan stigma negatif di masyarakat.

E. Sistematika Penulisan

Secara umum sistematika penulisan literature review mencakup 5 Bab

yaitu Bab I Pendahuluan dan Bab II Metodologi. Berikut sistematika

penulisan hasil laporan Tugas Akhir dimulai dari :

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat pemulisan, sistematika penulisan, dan

penelitian terkait.
BAB II Metodologi menjabarkan tentang jenis dan design penelitian,

serta strategi pencarian artikel seperti; keyword yang digunakan

dalam pencarian, kriteria inklusi dan eksklusi dan website

pencarian jurnal atau artikel yang digunakan.

BAB III Hasil berisi tentang analisa jurnal yang dimuat dalam tabel

analisa jurnal. Analisa ini dapat menggunakan analisa PICO

ataupun analisa yang lainnya;

BAB IV Pembahasan berisi tentang persamaan dan ketidaksamaan

pandangan, keunggulan dan keterbatasan antar artikel yang satu

dengan yang lain;

BAB V Penutup, berisi tentang simpulan dan saran yang dapat peneliti

berikan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan

F. Penelitian Terkait

1. Penelitian Wahyu dkk “Handling of Public Stigma on COVID-19 in

Indonesian Society” dengan metode pendekatan kualitatif dari 8

responden dengan hasil kasus masyarakat tentang penolakan jenazah

Covid-19 menimbulkan peningkatan stigma di masyarakat, karena Covid-

19 bagi mereka merupakan penyakit yang berbahaya dan yang berisiko

menular harus dijauhkan dari lingkungan masyarakat (Sulistiadi et al.,

2020).

2. Penelitian Eti dan Handayani “The Difference Of Social Stigma At The

Beginning Of The Covid-19 Pandemic Based On Demographic

Characteristics In Indonesia” dengan metode cross-sectional dari 224


responden dengan hasil 85% setuju untuk menerima jika ada tersangka

Covid-19 dalam kehidupan penghuninya, 83% setuju untuk mencurigai

orang dari luar penduduknya akan membawa Covid-19 dan 60% merasa

tidak nyaman jika di lingkungannya ada kasus Covid-19, serta 90%

mengisolasi diri jika salah satu lingkungan mereka positif Covid-19

(Rimawati & Handayani, 2021).

3. Penelitian Sawsan dkk, “Fear Of COVID-19 And Stigmatization Towards

Infected People Among Jordanian People” dengan metode deskriptif

cross-sectional dari 1655 responden dengan hasil 52% takut Covid-19

dan 62% memiliki stigma terhadap orang yang terinfeksi dan kontak

selama pandemi (Abuhammad et al., 2020).

4. Penelitian Carlos dkk, “Stigmatisation Associated With COVID-19 In The

General Colombian Population” dengan metode studi observasional dari

1.687 responden dengan hasil analitik dan cross-sectional dengan hasil

ketakutan tinggi terhahap Covid-19 sebesar 34,1% (Cassiani-Miranda et

al., 2020).

5. Penelitian Steven dkk, “Fear And Avoidance Of Healthcare Workers: An

Important, Under-Recognized Form Of Stigmatization During The COVID-19

Pandemic” dengan metode kualitatif cross-sectional dari 3551 responden

dengan hasil orang yang menstigmatisasi petugas kesehatan juga

cenderung menghindari orang lain, menghindari toko obat, supermarket,

dan tidak meninggalkan rumah mereka (Taylor et al., 2020).


BAB II

METODOLOGI

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Literature review adalah pemeriksaan sitematis yang secara kritis

menganalisa, mengevaluasi, dan mensistesis temuan penelitian, teori, dan

praktik oleh sarjana dan peneliti terkait dengan area fokus (Efron & Ravid,

2019). Literature Review ini bertujuan untuk membuat sintesis dan analisa

terhadap penelitian sebelumnya terkait topik tertentu (Ulhaq & Rahmayanti,

2019).

Jenis dan rancangan penelitian yang dipakai lebih kearah kualitatif,

desain literature review dengan rancangan non partisipan. Data yang dipakai

merupakan data sekunder yang didapat bukan berasal dari penelitian

langsung, melainkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Sumber data sekunder diperoleh berupa jurnal atau artikel yang

relevan dengan subjek atau database yang akan diteliti (Leite et al., 2019).

Pada literature review, penulis harus menunjukkan pemahaman kritis, akurat,

komprehensif tentang keadaan pengetahuan saat ini, membandingkan teori

yang berbeda dan studi penelitian, menyajikan kesenjangan literatur saat ini,

dan mengungkapkan apa yang perlu dilakukan untuk memajukan apa yang

telah diketahui (Efron & Ravid, 2019).

9
B. Fokus Studi

Penelitian ini berfokus pada Stigma Masyarakat terhadap Covid-19 yang

terjadi pada penderita Covid-19 dan petugas kesehatan.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini telah dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Juni

sampai bulan September 2021.

D. Strategi Pencarian Artikel

Pada penelitian dengan konsep literature review, penulis tidak

membutuhkan subjek penelitian melainkan jurnal atau artikel untuk dijadikan

bahan dalam penyusunan karya ilmiah. Pada penelitian ini, penulis

menggunakan jurnal sebanyak 10.

1. Keyword Pencarian

Dalam pencarian jurnal atau artikel yang digunakan untuk penulisan

kajian literatur ini menggunakan strategi pencarian yang sesuai dengan

PICOT (Problem, Intervention, Comparation, Outcome, dan Time).

Menurut Nursalam & Hons (2020), strategi pencarian jurnal atau artikel

menggunakan metode PICOT yaitu :

a. Problem/Population adalah masalah atau populasi yang akan dianalisis

sesuai dengan tema yang telah dipilih dalam penyusunan kajian

literatur.

b. Intervention adalah menjelaskan suatu tindakan atau penatalaksanaan

terhadap suatu kasus sesorangan atau kelompok masyarakat serta

memaparkan tentang tindakan atau penatalaksanaan studi sesuai


dengan tema yang telah dipilih oleh peneliti dalam penyusuna kajian

literatur.

c. Control/Comparation adalah suatu penatalaksanaan atau tindakan lain

yang digunakan sebagai pembanding, apabila tidak ada pembanding

dapat menggunakan kelompok kontrol dalam studi yang sudah dipilih.

d. Outcome adalah luaran atau hasil yang diperoleh pada studi

sebelumnya atau penelitian sebelumnya yang sesuai dengan tema yang

telah dipilih oleh peneliti dalam penyusunan kajian literatur.

e. Time adalah batasan waktu yang harus dipilih oleh peneliti untuk

menentukan artikel dapat tidaknya digunakan dalam penyusunan kajian

literatur.

Tabel 2.1 Strategi Pencarian Stigma Masyarakat terhadap Covid-19

P (Population/Problem/Patient) Covid-19/ Covid-19


Pandemic/ Coronavirus
Disease 19
I (Intervention/theraphy/Diagnostick Tidak ada
test/Prognostic factor)
C (Comparation/Control) - Sufferers
-Healthcare Workers
O (Outcome) Society Stigma
T (Time) 2020-2021

Keyword pencarian sangat penting terutama untuk mengakses teks

yang sulit, sehingga kemampuan untuk mengumpulkan informasi yang

memadai dari literature review harus diperhatikan (Leite et al., 2019).


Pencarian literature review menggunakan 3 grub kata kunci berdasarkan

Medical Subject Heading (MeSH) dan dikombinasikan dengan Boolean

operator yang tepat (AND, OR, dan NOT) (Nursalam & Hons, 2020).

Strategi pencarian ditetapkan sebagai berikut :

Pencarian keyword pada


“Covid-19” OR “Covid-19
database: Science
Pandemic” OR
Direct, Pubmed,
“Coronavirus Disease 19”
Research Gate, dan
Google Scholar
AND

“Society stigma”

AND
“Sufferers”

AND

“Healthcare Workers”

Gambar 2.1 Keyword Pencarian

Penulis harus menguasai teknik dan kosa kata yang relevan dengan

subjek atau database yang akan diteliti yang membantu dalam

mengidentifikasi keyword sehingga dapat mempermudah dalam pencarian

jurnal atau artikel (Leite et al., 2019).


2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dengan subjek yang dapat

mewakili sampel penelitian, sedangkan kriteria eksklusi merupakan

kriteria dengan subjek yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak

dapat dijadikan subjek penelitian (Hidayat, 2017). Jurnal atau artikel yang

sesuai dimasukkan dengan menggunakan kriteria insklusi dan eksklusi

sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kriteria Insklusi dan Eksklusi

Kriteria Kriteria Insklusi Kritria Eksklusi


Population Masyarakat yang terkena Bukan manusia yang
dampak Pandemi Covid-19 terkena dampak
pandemi Covid-19
Intervention Tidak ada intervensi Ada intervensi
Comparation Penderita Covid-19 dan Bukan penderita Covid-
petugas kesehatan 19 dan petugas
kesehatan
Outcome Stigma masyarakat terkait Tidak menjelaskan
Covid-19 yang terjadi pada tentang stigma
penderita Covid-19 dan masyarakat terkait
petugas kesehatan Covid-19 yang terjadi
pada penderita Covid-
19 dan petugas
kesehatan
Study Design Cross-sectional, Qualitative -
Publication 2020 sampai dengan 2021 Sebelum 2020
Years
Language Bahasa Indonesia dan Selain bahasa Indonesia
Inggris dan Inggris
3. Database/Search Engine

Pemilihan sumber infromasi yang paling sesuai dengan kebutuhan

adalah penting, database yang relevan merupakan kunci (Leite et al.,

2019) untuk memastikan cakupan dan batasan yang sesuai dengan

kebutuhan serta mengetahui apakah dapat menggunakan Boolean operator

atau tidak (Bloomsburg University of Pennylvania Library, 2020).

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang didapat berupa

jurnal atau artikel relevan dengan database melalui Science Direct,

Pubmed, Research Gate, dan Google Scholar yang memiliki kualitas

database dari Hight, Medium, sampai Easy.

4. Sistematika Analisa Jurnal

Pencarian data dilakukan melalui database Science Direct, Pubmed,

Research Gate, dan Google Scholar, dibatasi dengan jurnal atau artikel

yang dapat diunduh dan tahun publikasi selama 2020-2021 serta publikasi

yang digandakan akan dihapus. Pencarian informasi analisa jurnal

menggunakan metode PICOT (P = Population, I = Intervention, C =

Comparation/Pembanding, O = Outcome/Hasil, T = Time) dan JBI Critical

Apraisal. Peneliti menilai dan menyaring jurnal atau artikel yang

didapatkan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan,

selanjutnya menilai yang dilihat melalui abstrak jurnal atau artikel

tersebut. Kemudian peneliti mendapatkan jurnal atau artikel yang

memenuhi syarat untuk melakukan literature review sebanyak 10.

Penilaian kualitas dan seleksi studi dapat dilihat sebagai berikut :


Penelitian diidentifikasi melalui database Science Direct, Research
Gate, ProQuest, dan Google Scholar dengan teks lengkap

Eksklusi :

Population : Bukan masyarakat yang


Jurnal publikasi
terkena dampak pandemi Covid-19
ganda dihapus
Intervenstion : ada Intervensi

Comparator : Bukan penderita Covid-19


dan petugas kesehatan

Outcome : tidak menjelaskan tentang


Identifikasi dan
stigma masyarakat terkait Covid-19
menyaring jurnal
Tahun : sebelum 2020 berdasarkan judul

Bahasa : Selain bahasa Indonesia dan


Inggris

Identifikasi dan menyaring jurnal


Jurnal yang masuk berdasarkan abstrak
dalam sintesis

Gambar 2.3 Penilaian Kualitas dan Seleksi Studi

Saat sumber diakses dan diguankan perhatikan dengan cermat bahwa

cakupan, integritas, kedudukan sumber dapat dipastikasn sehingga dapat

dipilih dan digunakan maka harus dianalisa menggunakan JBI Critical

Apraisal secara kritis dan objektif untuk memastikan keabsahan dan

keakuratan serta batasan, kekurangan, kelemahan, dan kekuatan jurnal atau

artikel (Bloomsburg University of Pennsylvania Library, 2015). Jurnal atau

artikel yang dipilih dan digunakan harus terbaru (Leite et al., 2019).
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif

untuk mendeskripsikan kejadian penting yang terjadi pada saat ini,

kejadian yang disajikan secara apa adanya tanpa memanipulasi dan

peneliti tidak mencoba menganalisa bagaimana kejadian tersebut dapat

terjadi (Nursalam, 2017). Membuat sintesis artikel hasil penelitian harus

diawali dengan menganalisa jurnal atau artikel relevan dengan topik yang

akan direview, dengan mengkaji jurnal atau artikel tersebut dengan cara

mengidentifikasi dan mengklasifikasi berdasarkan elemen-elemen yang

akan direview dari beberapa jurnal atau artikel dengan topik yang saling

berkaitan antara satu dengan topik lainnya (Ulhaq & Rahmayanti, 2019).

E. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, penulis telah melengkapi formulir keaslian penulisan

yang diharapkan dapat dipertanggungjawabkan atau ditanggunggugat apabila

terjadi permasalahan. Selain itu, untuk menghindari plagiarisme, penulis

menggunakan sistem pustaka menggunakan Mendeley dan melakukan

pengecekan plagarisme menggunakan Dupli Checker / Turnitin.


BAB III

HASIL

Penulis melakukan literature review dari 10 artikel yang diperoleh dari

database Science Direct, Pubmed, Research Gate, dan Google Scholar. Pencarian

artikel menurut keyword diperoleh hasil Science Direct 278, Pubmed 37, Research

Gate 81, dan Google Scholar 119 artikel. Menurut kriteria ekskusi artikel yang

tidak menjelaskan stigma masyarakat terkait Covid-19 yang terjadi pada penderita

Covid-19 dan petugas kesehatan serta tidak berbahasa Indonesia dan Inggris

sebanyak 438 artikel. Pencarian artikel yang sesaui dengan kriteria inskusi stigma

masyarakat terkait Covid-19 yang terjadi pada penderita Covid-19 dan petugas

kesehatan serta berbahasa Indonesia dan Inggris dari database tersebut diperoleh

hasil 77 artikel dengan teks lengkap, publikasi yang digandakan sebanyak 16

artikel dihapus dari hasil, sehingga menjadi 61 artikel. Penulis menilai dan

menyaring judul artikel yang telah diperoleh sehingga menjadi 26 artikel dan

dilihat dari abstraknya menjadi 10 artikel.

Penulis mendapatkan 10 artikel dari database Science Direct, Pubmed,

Research Gate, dan Google Scholar dengan teks lengkap yang memenuhi syarat

untuk literature review sesuai kriteria insklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

Hasil pencarian artikel yang didapat sebagai berikut :

17
Tabel 3.1 Seleksi Pencarian Artikel Berdasarkan Keyword

Database
Kategori Science Research Google Total
Pubmed
Direct Gate Scholar
Keyword
1. Covid-19 OR Covid-19 4 6 1 26 37
Pandemic OR
Coronavirus Disease 19
AND society stigma AND
healthcare workers AND
sufferers
2. Covid-19 OR Covid-19 14 14 16 23 67
Pandemic OR
Coronavirus Disease 19
AND society stigma AND
sufferers
3. Covid-19 OR Covid-19 260 17 64 70 411
Pandemic OR
Coronavirus Disease 19
AND society stigma AND
healthcare workers
Hasil 278 37 81 119 515

Tabel 3.2 Seleksi Pencarian Kriteria Eksklusi

Database
Kategori Eksklusi Science Research Google
Pubmed
Direct Gate Scholar
1. Tidak menjelaskan stigma 260 6 54 111
masyarakat terkait Covid-19
yang terjadi pada penderita
Covid-19 dan petugas
kesehatan
2. Tidak berbahasa Indonesia dan 6 - 4 -
Inggris
Hasil 438
Tabel 3.3 Seleksi Pencarian Kriteria Insklusi

Database
Kategori Insklusi Science Research Google
Pubmed
Direct Gate Scholar
Stigma masyarakat terkait 13 31 25 8
Covid-19 yang terjadi pada
penderita Covid-19 dan petugas
kesehatan serta berbahasa
Indonesia dan Inggris
Hasil 77

Penelitian diidentifikasi melalui database Science Direct, Research


Gate, ProQuest, dan Google Scholar dengan teks lengkap (n : 77)

Jurnal publikasi ganda dihapus (n Identifikasi dan menyaring jurnal


= 61) berdasarkan judul (n = 26)

Jurnal yang masuk dalam sintesis Identifikasi dan menyaring jurnal


(n = 10) berdasarkan abstrak (n = 14)

Gambar 3.1 Hasil Penilaian Kualitas dan Seleksi Studi

A. Karakteristik Studi

Sepuluh artikel yang diperoleh yang memenuhi kriteria insklusi

berdasarkan topik literature review yang dianalisa sebagian besar cross-

sectional (8 artikel) dan qualitative (2 artikel). Jumlah rata-rata responden

bervariasi tiap artikel, secara keseluruhan membahas tentang stigma terhadap

Covid-19 yang terjadi pada penderita Covid-19 dan petugas kesehatan. 10

artikel diperoleh dari 4 database yaitu Science Direct (2 artikel), Pubmed (3


artikel), Research Gate (3 artikel), dan Google Scholar (2 artikel) pada bulan

Juni-Juli 2021.

Studi yang sesuai dengan topik literature review dilakukan di Indonesia

dengan 2 studi (Rimawati & Handayani, 2021, Novita & Elon, 2021), 1 studi

di Arab Saudi (Pasay-an et al., 2021), 1 studi di Kanada (Taylor et al., 2020), 1

studi di New Yock (Dye et al., 2020), 1 studi di Colombia (Cassiani-Miranda

et al., 2020), 2 studi di India (Dar et al., 2020, Yadav et al., 2020),1 studi di

China (Jiang et al., 2020), 1 studi di Nepal (Bhatt et al., 2020). Untuk

meminimalkan potensi bias publikasi dilakukan dengan critical appraisal

checklist dari The Joanna Briggs Institute, 2016.

Penyajian hasil pencarian literatur dalam penulisan literature review dari

database Science Direct, Pubmed, Research Gate, dan Google Scholar

sebagai berikut :

Tabel 3.4 Hasil Pencarian Literature Review


Type of study/ Article
Resource Original Research
Year Database N Revie
language Cross
w Qualitative
sectional
Indonesia >2020 Science Direct 13 3 7 2
English Pubmed 31 7 21 5
Research Gate 25 5 17 1
Google Scholar 8 2 5
Hasil 8 2
B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini stigma masyarakat terhadap

Covid-19 berdasarkan rata-rata usia, kategori sampel, jumlah sampel dan

Tingkat Pendidikan.

1. Rata-rata Usia
Tabel 3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-rata Usia
Rata-Rata Usia N
18 1
29 1
32 1
35 1
36 1
39 4
54 1
Total 10

2. Kategori Sampel
Tabel 3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Sampel
Kategori Sampel N
Penderita Covid-19 2
Petugas Kesehatan 2
Masyarakat Umum 6
Total 10

3. Jumlah Sampel
Tabel 3.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Sampel
Jumlah Sampel N
<100 3
100-500 3
500-1000 0
1000-5000 2
>5000 2
Total 10
4. Tingkat Pendidikan
Tabel 3.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
N Buta Huruf SMP / SMA / Perguruan Tinggi
Kurang Kurang (Sarjana dan Pascasarjana)
1 11(100%)
2 2.912 (82%)
3 2411 (32.6%) 5000 (67.4%)
4 211 (12.8) 1.476 (87.2%)
5 12 (13.2%) 15(16.5) 28 (30.8%) 36 (39.6%)
6 668 (13.3%) 2.528 1.843 (36.6%)
(50.2%)
7 424 (100%)
8 17 (19.3.5) 25 (17 %) 39 (44.2%)
9 136 (60.7%) 88 (39.3%)
10 300 (100%)

Responden dalam penelitian ini adalah mereka yang terkena dampak

pandemi Covid-19 terutama mereka yang berkaitan dengan Covid-19 yaitu

penderita Covid-19, petugas kesehatan dan masyarakat umum di masing-

masing negara dari artikel yang diperoleh, dalam studi telah disebutkan

variabel yang berkontribusi dengan stigma masyarakat terhadap Covid-19

yang terjadi pada penderita dan petugas kesehatan. Data dari tabel diatas

responden sebagian besar berasal dari masyarakat umum 17.729, penderita

Covid-19 91 dan petugas kesehatan 2.006 dengan rata-rata responden

sebanyak 1.982. Responden berusia remaja dan dewasa yaitu 18, 29, 32, 33,

35, 39 dan 54. Tingkat pendidikan responden sebagian besar perguruan tinggi

diikuti SMA, SMP dan buta huruf. Karakteristik gender pada responden lebih

banyak laki-laki daripada perempuan.


Tabel 3.9 Hasil Penelitian

Penulis
Desain Studi, Sampel,
Dan Judul Hasil Penelitian Database
Variabel, Instrumen, Analisis
Tahun
(Pasay- A Qualitative Desain studi : Qualitative Sementara perawat berbeda berdasarkan Science
an et Study On Sampel : 11 perawat garis depan demografi mereka, mereka mencirikan Direct
al., Nurses’ Variabel pengalaman serupa terhadap stigma
2021) Experiences Independent : perawat garis depan Covid-19 sosial. Mereka memetakan empat tema
With Social Dependent : stigma sosial dalam konteks dan tiga subtema berdasarkan
Stigma In The Covid-9 wawancara satu lawan satu. Ini termasuk
Context Of Instrument : Wawancara online (1) “Melabel Perawat sebagai 'Perawat
Covid-19 Analisis : Analisis tematik yaitu metode COVID'” dengan subtema “Frustrasi”,
analisis data kualitatif untuk (2) “Takut akan Ketidaktahuan”, dengan
mengidentifikasi, menganalisis, dan subtema “Ketidakpastian”, (3)
menginterpretasikan pola dan tema Kebutuhan Perawat akan Dukungan ,”
tersembunyi interior data kualitatif. dan (4) “Cinta Profesi” dengan subtema
“Nilai Perawat”.
(Taylor Fear And Desain studi : cross sectional Lebih dari seperempat responden Science
et al., Avoidance Of Sampel : 3551 orang dewasa non-petugas percaya bahwa petugas kesehatan harus Direct
2020) Healthcare kesehatan (1716 dari AS dan 1835 dari memiliki pembatasan yang ketat
Workers: An Kanada) terhadap kebebasan mereka, seperti
Important, Variabel diisolasi dari komunitas dan keluarga
Under- Independent : Pandemi Covid-19 mereka. Lebih dari sepertiga responden
Recognized Dependent : stigmatisasi (ketakutan dan menghindari petugas kesehatan karena
Form Of penghindaran) petugas kesehatan takut terinfeksi. Variabel demografis

23
Stigmatization Instrument : kuesioner online terkait memiliki korelasi kecil atau sepele
During The stigmatisasi petugas kesehatan dan sosio- dengan stigmatisasi petugas kesehatan.
Covid-19 demografi Orang yang menstigmatisasi petugas
Pandemic Analisis : unifactorial, item-total rs kesehatan juga cenderung menghindari
dikoreksi berkisar antara 0,48-0,78 dan orang lain, menghindari toko obat dan
keandalan (konsistensi internal) sangat baik, supermarket, dan hindari meninggalkan
McDonald's ω=0,93. McDonald's ω untuk rumah mereka
pengganti Cronbach's α. Nilai ω
diinterpretasikan dengan cara sama seperti
α, artinya nilai dalam kisaran 0,70–0,80
menunjukkan keandalan yang dapat
diterima, 0,80–0,90 baik, dan nilai >0,90
sangat baik. Korelasi (Pearson's r dan
variabel dikotomis, biserial rs) antara
stigmatisasi petugas kesehatan dan variabel
demografis dan lainnya. Korelasi substantif
sepele secara statistik signifikan (misalnya,
r=.05,p<.001) untuk memfasilitasi

24
(Dye et Risk Of Covid- Desain studi : cross sectional Secara signifikan petugas kesehatan Pubmed
al., 19-Related Sampel : 7411 (40% direkrut melalui mengalami lebih banyak intimidasi
2020) Bullying, mTURK, dan 60% dari Facebook) dari 173 terkait Covid-19 setelah mengendalikan
Harassment negara berusia 18 tahun/lebih efek perancu dari variabel terkait
And Stigma Variabel pekerjaan, pribadi, geografis, dan sosial
Among Independent : petugas kesehatan yang budaya (aOR: 1.5; 95% CI 1.2 hingga
Healthcare merawat pasien Covid-19 2.0). Petugas kesehatan lebih percaya
Workers: An Dependent : Risiko penindasan, pelecehan, bahwa orang bergosip tentang orang lain
Analytical dan stigma terkait Covid-19 dengan Covid-19 (OR: 2.2; 95% CI 1.9
Crosssectional Instrument : Kuesioner online tindakan, hingga 2.6) dan bahwa orang dengan
Global Study persepsi, dan pengalaman khusus Covid-19 Covid-19 kehilangan rasa hormat di
dan sosio-demografi komunitas (OR: 2.3; 95% CI 2.0 hingga
Analisis: Analisis Pearson χ2 serta nilai p 2.7), keduanya meningkatkan risiko
untuk menghitung dan menampilkan bullying (OR: 2,7; 95% CI 2,3 menjadi
signifikansi. Regresi logistik rumus odds 3,2, dan OR: 3,5; 95% CI 2,9 menjadi
ratio(OR) untuk pelecehan atau intimidasi 4,2, masing-masing). Pengalaman
terkait Covid-19 berdasarkan status petugas langsung petugas kesehatan secara
layanan kesehatan, estimasi poin OR dan CI signifikan lebih mungkin mengalami
95%. Variabel yang tidak menunjukkan stigma dan intimidasi terkait Covid-19
linieritas dengan variabel prediktor dan hasil dalam konteks persimpangan rasisme,
dikeluarkan dari analisis multivariat. kekerasan dan keterlibatan polisi dalam
Statistik goodness-of-fit Hosmer dan pengaturan komunitas
Lemeshow menilai sejauh mana data sesuai
model akhir (p<0,10) dan mengatasi

25
collinearity, variabel dengan nilai variance
Inflation Factor <0,05. Pendekatan
bersyarat bertahap kedepan untuk menilai
dan memasukkan variabel multivariat untuk
mencapai model penjelasan pelit. Tingkat
signifikansi ditetapkan 5%. Data hilang
dikeluarkan dari analisis bivariat dan
multivariat. Analisis deskriptif kode
kualitatif menunjukkan besarnya respons
untuk mengidentifikasi tema, dan kutipan
petugas layanan kesehatan.
(Cassia Stigmatisation Desain studi : Cross Sectional Prevalensi ketakutan di antara peserta Pubmed
ni- Associated Sampel : 1687, dari 993 populasi umum studi adalah 52%. Selain itu, prevalensi
Mirand With COVID- Kolombia dan 644 tenaga kesehatan berusia stigma terhadap orang yang terinfeksi
a et al., 19 In The 18-76 tahun dan kontak mereka adalah 64%. Pra
2020) General Variabel dicatat stigma terhadap orang yang
Colombian Independent : Covid-19 terinfeksi dengan Covid-19 dan kontak
Population Dependent : Stigmatisasi mereka adalah pendapatan, ruang tamu
Instrument : kuesioner Stigma-Diskriminasi dan aplikasi yang diunduh untuk
dan Ketakutan Covid-19 dan sosio- melacak kasus Covid-19. Apalagi
demografi prediktor ketakutan adalah ruang tamu
Analisis: Deskripsi variabel dengan pendapatan dan aplikasi yang diunduh
frekuensi dan persentase dilakukan untuk untuk melacak kasus Covid-19 (P
data kualitatif, dan mean dengan standar ≤ .001).
deviasi untuk data kuantitatif. Pengukuran

26
Kecenderungan sentral, dispersi dan posisi
dihitung sesuai dengan penyebaran
ketakutan Covid-19 skor skala. Selanjutnya
tanggapan atas kuesioner Stigma-
Diskriminasi terkait Covid-19 dan atingkat
ketakutan yang tinggi terhadap Covid-19
dibandingkan
(Dar et Stigma In Desain studi : cross sectional 98% orang yang selamat disediakan Pubmed
al., Coronavirus Sampel : 91 penyintas Covid-19 usia >18 disetidaknya satu tanggapan yang
2020) Disease-19 tahun mendukung stigma dan total skor rata-
Survivors In Variabel rata stigma adalah 28,5 ± 7,1 [R = 6–39].
Kashmir, Independent : Covid-19 Rata-rata sub-skor stigma tertinggi untuk
India: A Cross- Dependent : stigma pada penyintas Covid- stigma yang diberlakukan (7,6 ± 1,8) [R
Sectional 19 = 2-9] dan stigma eksternal (15.0 ± 4.1)
Exploratory Instrument : kuesioner terkait stigma Covid- [R = 1-20]. Stigma yang diberlakukan
Study 19 dan sosio-demografi secara signifikan lebih tinggi pada pria
Analisis : Analisis univariabel skor domain dibandingkan dengan wanita. Stigma
dan skor total sebagai variabel dependen, yang diberlakukan dan stigma yang
koefisien korelasi digunakan selama diinternalisasi keduanya dikaitkan
berhari-hari sejak keluar, uji t-test sampel dengan pendidikan. Stigma yang
independen untuk variabel dikotomis, dan diberlakukan, stigma eksternal, masalah
analisis ANOVA untuk kategori variabel pengungkapan, dan total stigma secara
dengan >2 kategori. Brown-Forsythe F signifikan dikaitkan dengan pekerjaan.
untuk melaporkan nilai-p. Variabel yang Menjadi pengangguran dan sejak itu

27
ditemukan berhubungan dengan skor total debit diidentifikasi sebagai prediktor
pada p<0,20 dalam analisis univariabel independen dari total stigma
untuk membangun model regresi linier
multivariabel skor total sebagai variabel
terikat. Nilai p dua sisi dilaporkan dan
p<0,05 dianggap signifikan secara statistik.
(Jiang Covid-19- Desain studi : cross sectional 122 (2,4%) melaporkan diri mereka Research
et al., Related Stigma Sampel : 5039 di 31 provinsi di China sendiri dan 254 (5,0%) bahwa komunitas Gate
2020) and Its' Variabel tempat mereka tinggal memiliki sikap
Influencing Independent : Covid-19 stigmatisasi terhadap pasien Covid-19.
Factors: A Dependent : stigma terkait Covid-19 dan selain itu, 114 (2,5%) dan 475 (10,3%)
Rapid faktor pengaruhnya terhadap masyarakat di bahwa mereka sendiri dan komunitas
Nationwide Wuhan China tempat mereka tinggal, memegang
Study in China Instrument : kuesioner online terkait Covid- stigma terhadap orang-orang dari
19 dan sosio-demografis, wawancara online Wuhan, dimana daerah paling parah
pra-tes kuesioner terkena dampak di China. Orang berusia
Analisis : Analisis deskriptif termasuk >40 tahun, di daerah epidemi parah (aor
sarana untuk variabel kontinue dan = 2.15, 95% ci [1.12-4.13]), dan merasa
persentase untuk data kategorikal. Uji chi- sulit menemukan dan memahami
square dilakukan untuk membandingkan informasi tentang covid-19 (aor = 1,91,
stigma terkait Covid-19 antar kelompok. 95% ci [1.08-3.27]; aor = 1.88, 95% ci
Analisis regresi logistik biner digunakan [1.08-3.29]) lebih menstigmatisasi
untuk menguji hubungan variabel pasien Covid-19. Laki-laki berusia 41-50
independen dengan stigma terkait Covid-19. tahun, dan kesulitan memahami
Semua perbandingan dilakukan dengan dua informasi (aor = 2,08, 95% ci [1,17-

28
sisi. Ambang signifikansi adalah p-value 3,69]) lebih menstigmatisasi orang dari
<0,05. Wuhan

(Yadav A Study On Desain studi : cross sectional 70% peserta merasakan semacam Research
et al., Stigma and Sampel : 424 profesional kesehatan dari stigma, 50% dari peserta penelitian Gate
2020) Apprehensions petugas medis, fakultas, konsultan, melihat beberapa bentuk stigma di
Related To penghuni senior dan junior, magang dan daerah mereka, 46% mengamati
Covid-19 perawat yang bekerja di New Delhi perubahan perilaku tetangga mereka.
Among Variabel Sekitar 20% peserta mengalami stigma,
Healthcare Independent : prefesional kesehatan di garis seperti perilaku kasar atau pelecehan
Professionals depan Covid-19 New Delhi dari tetangga/tuan tanah. Sebuah
In Delhi Dependent : stigma dan kekhawatiran hubungan yang signifikan secara statistik
terkait Covid-19 diamati antara status perkawinan (p =
Instrument : kuesioner online stigma terkait 0,038), penunjukan (p = 0,021) dan
Covid-19 dan sosio-demografi tempat tinggal (p = 0,013) peserta
Analisis : Variabel kontinue dinyatakan penelitian dan persepsi stigma diantara
sebagai median. Uji Chi square untuk mereka. Tingkat kesadaran tentang HCQ
menguji hubungan statistik persepsi stigma tinggi (94,3%), tetapi >60% tidak
dengan karakteristik sosiodemografi peserta mengkonsumsinya karena kekhawatiran
penelitian. Nilai P <0,05 dianggap signif tentang sisi efek
ikan secara statistik.
(Bhatt Perceptions Desain studi : Qualitative Covid-19 telah menimbulkan stigma dan Research
et al., And Sampel : 88 masyarakat di distrik diskriminasi sosial yang tinggi, terutama Gate
2020) Experiences Of Kathmandu, Kanchanpur, Bajura dan Jhapa, terhadap tenaga kesehatan, anggota
The Public Nepal (48 diskusi kelompok berfokus dan keluarganya, orang yang berasal dari

29
Regarding The 40 individu di garis depan) luar negeri, dan orang yang tinggal di
Covid-19 Variabel karantina. Responden merefleksikan
Pandemic In Independent : pandemi Covid-19 pengalaman mereka tentang diskriminasi
Nepal: A Dependent : Persepsi dan pengalaman sosial dan stigma di komunitas mereka.
Qualitative publik di Nepal Petugas kesehatan diusir dari rumah
Study Using Instrument : Wawancara terkait Covid-19 mereka. Selain itu, mereka tidak diberi
Phenomenologi dan pengalaman hidup selama pandemi makan dan penginapan yang layak di
cal Analysis Analisis : Analisis fenomenologi Colaizzi hotel. Positif Covid-19 tidak dihargai di
untuk menganalisis transkrip mencakup masyarakat. Orang dari luar negeri
pengenalan, mengidentifikasi pernyataan dijauhi oleh masyarakat dan mereka
penting, merumuskan makna, yang pulang dari karantina setelah
mengelompokkan tema, mengembangkan terkonfirmasi negatif, tidak diizinkan
deskripsi lengkap, menghasilkan struktur masuk ke rumah mereka. Masyarakat
fundamental dan mencari verifikasi struktur menentang keputusan pemerintah untuk
fundamental. Dua peneliti terlibat dalam membuat pusat karantina di desanya.
meninjau data secara independen dan Orang yang berjalan kaki dilarang
merumuskan tema setelah meringkas dan melewati depan rumah.
mengekstraksi isi yang bermakna.
(Rimaw The Difference Desain studi : cross sectional 85% setuju menerima jika ada tersangka Google
ati & Of Social Sampel : 224 terdiri 84% perempuan, usia Covid-19 dalam kehidupan Scholar
Handay Stigma At The rata-rata 26 tahun, 61% lulusan SMA penghuninya, 83% setuju untuk
ani, Beginning Of Variabel mencurigai orang dari luar penduduknya
2021) The Covid-19 Independent : awal pandemi Covid-19 akan membawa Covid-19 dan 60%
Pandemic berdasarkan karakteristik demografi merasa tidak nyaman jika di
Based On Dependent : Perbedaan Stigma Sosial lingkungannya ada kasus Covid-19, serta

30
Demographic Instrument : kuesioner stigma Covid-19 90% mengisolasi diri jika salah satu
Characteristics Analisis : analisis deskriptif untuk lingkungan mereka positif Covid-19
In Indonesia menghitung frekuensi dan persentase. Uji-T
test untuk mengukur perbedaan signifikansi
berdasarkan masing-masing variabel
(Novita Stigma Desain studi : cross sectional Analisis univariate menunjukkan Stigma Google
& Elon, Masyarakat Instrumental kategori rendah 33%, tinggi Scholar
2021) terhadap Sampel : 300 masyarakat Kota Bandung 67%, Stigma Simbolis rendah 44,7%,
Penderita Variabel tinggi 55,3%, Stigma Kesopanan rendah
Covid-19 Independent : Stigma Covid-19 80,3%, tinggi 19,7% dan Penerimaan
Dependent : Penerimaan masyarakat masyarakat baik 75% dan buruk 25%.
Instrument : kuesioner online terkait stigma Analisis chi-square menunjukkan
Covid-19 hubungan signifikan stigma
Analisis : Analisis univariate menunjukkan instrumental, simbolis dan kesopanan
Stigma Instrumental kategori rendah dan terhadap penerimaan masyarakat.
tinggi stigma simbolis, stigma kesopanan Semakin tinggi stigma instrumental dan
rendah dan penerimaan masyarakat baik dan stigma simbolis di masyarakat maka
buruk. Analisis chi-square menunjukkan semakin buruk penerimaan masyarakat
hubungan yang signifikan stigma terhadap Covid-19
instrumental, simbolis dan kesopanan
terhadap penerimaan masyarakat

31
BAB IV

PEMBAHASAN

Penelitian literature review ini dengan tingkat pendidikan responden

sebagian besar perguruan tinggi diikuti sekolah menengah dengan rata-rata

berusia remaja dan dewasa. Sampel responden pada artikel sebagian besar berasal

dari masyarakat umum, petugas kesehatan karena sebagai garis terdepan dalam

penanganan pandemi Covid-19 dan juga penderita Covid-19.

Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah pada responden

mempengarui tingkat stigma yang ada di masyarakat dibandingkan dengan

pendidikan yang tinggi (Novita & Elon, 2021; Dar et al., 2020; Jiang et al., 2020).

Oktavianinoor dan Zandifar, menyatakan hubungan yang signifikan pengetahuan

terhadap stigma dan penghindaran pada mereka yang memiliki pendidikan yang

lebih tinggi (Oktaviannoor et al., 2020; Zandifar et al., 2020). Tingkat pendidikan

yang lebih tinggi memiliki pengatahuan yang lebih dibandingkan dengan yang

pendidikan rendah (Samir et al., 2020).

Usia juga berpengaruh terhadap stigma, orang yang berusia diatas 40 lebih

cenderung menstigmatisasi karena sulit menemukan dan memahami informasi

tentang Covid-19 (Jiang et al., 2020). Ciftci dan Samir, menyatakan bertambahnya

usia secara signifikan meningkatkan stigmatisasi dan pengetahuan yang lebih

rendah terhadap mereka yang berusia lebih tua (Çiftci et al., 2020; Samir et al.,

2020). Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap responden laki-laki dan

perempuan. Stigma yang diberlakukan secara signifikan lebih tinggi pada pria

dibandingkan dengan perempuan (Dar et al., 2020). Hal ini sesuai dengan

32
penelitian Zandifar menyatakan perempuan lebih tinggi melakukan pengindaran

terhadap Covid-19 (Zandifar et al., 2020). Penelitian yang lain juga menyatakan

stigma yang lebih tinggi dilakukan oleh responden laki-laki daripada perempuan

(Novita & Elon, 2021; Jiang et al., 2020). Stigma terkait Covid-19 biasanya

terjadi pada penderita dan petugas kesehatan mengingat kontak mereka dengan

virus ini.

A. Stigma Masyarakat yang Terjadi pada Penderita Covid-19

Berdasarkan artikel yang diteliti stigma masyarakat terhadap Covid-19.

Masyarakat merasa tidak nyaman berdekatan dengan penderita Covid-19 dan

menolak menerima keberadaanya karena dianggap sebagai penyebar virus

dilingkungan masyarakat. Hal ini sesuai penelitian Rimawati yang

menyatakan bahwa 60% setuju bahwa mereka merasa tidak nyaman jika di

lingkungannya ada kasus Covid-19 dan didukung dengan penelitian Novita

bahwa masyarakat memandang penderita Covid-19 tidak layak tinggal

berdekatan karena menderita penyakit yang menjijikkan (Novita & Elon,

2021; Rimawati & Handayani, 2021).

Penelitian ini diperkuat dengan penelitian Amir dan Imran menyatakan

mayoritas menilai bahwa “Kebanyakan orang tidak nyaman berada di dekat

seseorang dengan Covid-19” dan prevalensi di antara orang yang selamat dari

pandemi Covid-19 di Kabupaten Kampala dieksplorasi, terisolasi, kurangnya

dukungan dan pemahaman oleh keluarga atau teman serta diminta untuk

mengosongkan rumah oleh tuan tanah mereka dan diboikot secara sosial

(Amir, 2021; Imran et al., 2020; Zolnikov & Furio, 2020).


Menstigmaisasi dan didiskriminaasi terjadi pada penderita Covid-19,

sehingga juga berpengaruh pada keluarga mereka. Rumah diberi label sebagai

“RUMAH CORONA”. Para orang tua di lingkungan sekitar tidak

mengizinkan anaknya bermain dengan anak mereka, berperilaku tidak

senonoh dan dipecat dari pekerjaannya. Mereka bahkan menuduh bertanggung

jawab menyebarkan penyakit di daerah itu (Imran et al., 2020). Alatrany

menyatakan tingkat stigma yang tinggi, distereotipkan, didiskriminasi, dan

diperlakukan secara berbeda karena hubungan mereka dibandingkan orang

lain yang tidak memiliki Covid-19 disekitarnya (Alatrany, 2020). Stigma yang

sama juga terjadi pada mereka yang kembali dari luar negeri, mereka dijauhi

masyarakat karena ditakutkan membawa virus (Bhatt et al., 2020).

B. Stigma Masyarakat yang Terjadi pada Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan di seluruh dunia sebagai garis terdepan dalam

penanganan pandemi Covid-19, mereka menghadapi pengalaman stigma

sosial yang mengarah ke tindakan diberi label, didiskriminasi, yang semakin

ditekankan di antara Profesi Kesehatan, mengingat kontak mereka dengan

virus ini. Secara signifikan lebih mungkin petugas kesehatan mengalami 70%

stigma dengan hampir 20% dalam bentuk perilaku kasar pelecehan, dan

intimidasi (Dye et al., 2020; Yadav et al., 2020). Perawat dicap sebagai

“PERAWAT COVID-19”, ketika orang lain melihat mereka sebagai pembawa

virus yang berpontensi menyebarkan di masyarakat dan dianggap

membahayakan keselamatan orang lain (Pasay-an et al., 2021).


Persentase tinggi dari orang Kanada dan Amerika menyatakan sikap kasar

tentang petugas kesehatan tidak boleh keluar di tempat umum, harus memiliki

batasan kebebasan mereka, harus diisolasi dari komunitas dan harus

dipisahkan dari keluarga mereka serta diusir dari rumah mereka. (Taylor et al.,

2020). Diperkuat dengan penelitian Ciftci, Ramaci dan Teksin menyatakan

stigmatisasi yang tinggi terhadap petugas kesehatan karena hubungan

pekerjaan yang berkaitan langsung dengan Covid-19 (Çiftci et al., 2020;

Ramaci et al., 2020; Teksin et al., 2020).

C. Pandangan

Mereka yang tinggal di daerah yang sangat terpengaruh oleh pandemi

Covid-19 berisiko lebih tinggi untuk tidak berinteraksi sosial dengan orang

yang dicurigai Covid-19. Sehingga, mereka mungkin menjaga jarak sosial dan

memiliki interaksi sosial yang sedikit dengan orang yang dicurigai Covid-19

dan oleh karena itu mungkin memiliki tingkat stigma yang lebih tinggi (Jiang

et al., 2020; Rimawati & Handayani, 2021). Samir menyatakan orang

pedesaan lebih mungkin menstigmatisasi karena pengetahuan yang lebih

rendah dibandingkan dengan yang diperkotaan (Samir et al., 2020).

Stigma masyarakat terhadao Covid-19 terjadi karena masyarakat merasa

ketakutan dan khawatir. Mereka takut dan khawatir tertular Covid-19 sehingga

melakukan stigma yang bersifat negatif, bahkan di Yordania 52% dan AS

34,1% ketakutan terhadap Covid-19 serta 50,2% kekhawatiran terkait Covid-

19 (Cassiani-Miranda et al., 2020; Weinberger-Litman et al., 2020;

Abuhammad et al., 2020).


Mereka yang meninggal karena Covid-19 jenazahnya tidak diterima di

masyarakat dan digosipkan dilingkungannya. Dye menyatakan masyarakat

yang percaya bahwa mereka sendiri telah terinfeksi Covid-19 dan meninggal

karena Covid-19 secara signifikan lebih mungkin untuk digosipkan dengan

buruk atau bahwa mereka kehilangan status di komunitasnya (Dye et al.,

2020). Hal ini sesuai penelitian Sulistiadi, menyatakan penolakan jenazah

Covid-19 menimbulkan peningkatan stigma di masyarakat (Sulistiadi et al.,

2020).

Kurangnya kesadaran, pengetahuan, dan pemahamam masyarakat terkait

Covid-19 berdampak buruk terhadap mereka yang berkaitan dengan Covid-19.

Masyarakat akan menstigmatisasi, mensteriotip dan mendiskriminasi terhadap

penderita Covid-19, petugas kesehatan dan keluarga mereka serta orang asing

atau orang dari luar daerah mereka karena dianggap sebagai pembawa virus

yang bisa menularkan di lingkungan masyarakat. Penyebaran informasi dan

keyakinan salah tentang Covid-19 yang dipicu oleh rumor yang beredar di

berita dan menyebar melalui media sosial (Bursztyn et al., 2020, Pennycook et

al., 2020). Karena Covid-19 merupakan penyakit baru dan fakta seputar cara

penularan dan pengobatannya memerlukan pengetahuan khusus serta sulit

untuk membedakan kebenaran dari informasi yang salah (Islam et al., 2021,

WHO, UNICEF, 2020a). Maka perlu penyuluhan terkait Covid-19 pada

masyarakat, promosi kesehatan, dan penyaringan berita hoax merupakan

beberapa intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi stigma di

masyarakat yang bersifat negatif.


D. Kelemahan dan Keunggulan

Penelitian ini memiliki keunggulan yaitu artikel yang dipakai dalam

penyusunan Literature Review dari artikel terbaru dengan tahun publikasi

2020-2021. Kedua semua artikel juga dilengkapi dengan lisensi seperti DOI

atau ISSN. Terakhir, terkait bahasa yang digunakan dalam studi ini lebih

banyak menggunakan bahasa Inggris 9 artikel dan 1 artikel bahasa Indonesia.

Namun, dari keunggulan yang ada penelitian ini juga memiliki keterbatasan.

Keterbatasan yang terkait dengan ulasan ini adalah pertama, peneliti tidak

mendapatkan jurnal pada database berkualitas baik seperti Scopus karena

tidak mempunyai akses masuk. Kedua, terkait dengan kurangnya kekakuan

metodologis diantara studi yang dimasukkan, banyak yang menggunakan

desain cross sectional dan mendapatkan 2 studi yang menggunakan

qualitative. Terakhir, karena penelitian dilakukan dimasa pandemi dan

banyaknya penguncian diberbagai wilayah, jadi artikel yang didapat peneliti

sebagian besar menggunakan metode online untuk mendapat responden

maupun dalam melakukan penelitian.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan kajian Literatur Review yang dilakukan pada 10 artikel

didapatkan persamaan dan ketidaksamaan, pandangan, kelemahan dan

kekurangan tentang stigma terkait Covid-19.

1. Karakteristik responden yang dipakai sebagian besar masyarakat umum

berusia remaja dan dewasa dengan tingkat pendidikan berasal dari

perguruan tinggi diikuti sekolah menengah;

2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan, gender dan usia mempengaruhi

stigma terkiat Covid-19;

3. Stigma masyarakat yang terjadi pada penderita Covid-19 dan petugas

kesehatan terjadi karena mereka dianggap membawa virus dan dapat

menyerbakan penyakit di daerah itu. Hal ini yang menyebabkan

masyarakat menstigmatisasi, menstetiotip, dan mendiskriminasi penderita

Covid-19 dan petugas kesehatan;

4. Mereka yang tinggal di daerah dengan kasus penyebaran yang tinggi lebih

memungkinkan untuk menjaga jarak dengan yang dicurigai Covid-19 dan

memungkinkan untuk memiliki stigma yang lebih tinggi. Masyarakat takut

dan khawatir tertular Covid-19, penyebaran informasi dan keyakinan yang

salah serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah merupakan

pemicu stigma yang ada di masyarakat.

38
B. Saran

Dari hasil Literaturr Review merekomendasikan perlunya intervensi

perilaku kognitif atau program pendidikan kesehatan kepada masyarakat

tentang Covid-19 mengenai tanda gejala, pencegahan, perkembangan

penyakit, penularan, dan pemeriksaan dini jika ada gejala untuk mengurangi

stigma yang terjadi. Membuat lingkungan yang aman dan menerapkan

langkah-langkah untuk melindungi petugas layanan kesehatan, penderita,

keluarga dan komunitas mereka sebagai pencegahan dalam meminimal

stigma, diskriminasi, dan perilaku kasar. Petugas kesehatan sebagai garis

terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19 diharapkan tetap menjaga

protokol kesehatan dengan menggunakan APD lengkap sehingga pandangan

masyarakat tentang pembawa virus bisa dihilangkan. Hal ini dapat dilihat dari

data kasus petugas kesehatan yang terpapar Covid-19 lebih tinggi, sehingga

stigma yang terjadi juga tinggi. Penderita Covid-19 tetap menjaga kesehatan,

meningakatkan imun tubuh, minum suplement dan vitamin serta diwajibkan

isolasi mandiri baik secara kolektif maupun individu untuk mengurangi stigma

sosial dan pemberian label.

C. Conflict of Interest

Literature Review ini ditulis secara mandiri oleh peneliti, sehingga tidak

terdapat konflik kepentingan dalam penulisannya.

Anda mungkin juga menyukai