Anda di halaman 1dari 23

BEST PRACTICES

SMP NEGERI 1 LAMBANDIA


Judul: Pengembangan Program Keunggulan Lokal untuk
Membangun Kultur Budaya Pendidikan Karakter di SMP Negeri 1
Lambandia”.

OLEH

KAMARUDDIN, S.Pd.,M.Si
NIP. 19671221 1989 1 002

DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA


KAB. KOLAKA TIMUR
SULAWESI TENGGARA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami telah menyelenggarakan Kegiatan Pengembangan Sekolah Model dan Pola
Pengimbasan Program Penjaminan Mutu Pendidikan di sekolah model SMP
Negeri 1 Lambandia Kabupaten Kolaka Timur

Dalam rangka mengimplementasikan Sistim Penjaminan Mutu Internal


(SPMI) di sekolah, maka guru sebagai pendidik dituntut untuk memantapkan
pemahaman dan aksi nyata dalam pengelolaan proses pembelajaran khususnya
pada peseta didik di sekolah. The Best Practice SMPI ini berjudul
“Pengembangan Program Keunggulan Lokal untuk Membangun Kultur Budaya
Pendidikan Karakter di SMP Negeri 1 Lambandia”. Karya ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Pada akhirnya kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga
Kab. Koltim yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat
menerapkan SPMI di SMPN 1 Lambandia yang kami pimpin, sehingga materi
pendidikan karakter di sekolah ini dapat kami jadikan sebagai sebuah karya Best
Practices SPMI yang bermanfaat bagi para pembacanya.

Penanggo Jaya, Oktober 2019


Penulis,

Kamaruddin, S.Pd., M.Si.


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1
A. Latar Belakang …............................................................ 1
B. Gambaran Singkat SMPN 1 Lambandia............................... 3
C. Rumusan masalah ……….. ............................................... 5
D. Tujuan ……………............................................................ 5
E. Manfaat ……………........................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................ 6
A. Budaya Sekolah …............................................................ 6
B. Situasi Saat ini ………………………............................... 9
C. Nilai-nilai utama ……….. ............................................... 11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN....................................... 14
BAB. IV PENUTUP ........................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………...... 19
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………… 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) adalah kegiatan sistemik
dan terpadu oleh satuan pendidikan atau sekolah, penyelenggara program
pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan masyarakat untuk
memperbaiki mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan diperlukan: (1) mutu
pendidikan bervariasi antar sekolah/ madrasah, antardaerah; (2) setiap siswa
berhak memperoleh layanan pendidikan bermutu; (3) perbaikan mutu
sekolah/madrasah berkelanjutan sebagai kebutuhan; dan (4) mutu pendidikan
yang rendah akan menyebabkan daya saing SDM rendah.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan
upaya untuk menggerakkan seluruh elemen yang terdiri atas organisasi, kebijakan,
dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan dalam rangka meningkatkan
mutu Pendidikan Dasar dan Menengah secara sistematis, terencana, dan
berkelanjutan. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
bertujuan untuk menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan
menengah secara sistemik, holistic, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan
berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri.
Penjaminan Mutu pendidikan dapat dilihat sebagai sebuah siklus yang
dimulai dari pemetaan mutu, penyusunan rencana peningkatan mutu, pelaksanaan
rencana, dan monitoring atau evaluasi pelaksanaan rencana yang bertujuan untuk
memastikan bahwa seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai
dengan standar mutu dan aturan yang ditetapkan. Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan dilakukan berbasis pada data dan pemetaan yang valid, akurat, dan
empiris. Data yang dikumpulkan oleh sekolah dapat diperoleh dari hasil Evaluasi
Diri Sekolah (EDS), akreditasi sekolah, Ujian Kompetensi Guru, Ujian Nasional,
dan profil sekolah. Evaluasi Diri Sekolah merupakan instrumen implementasi
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap satuan
pendidikan sebagai salah satu program akseleratif dalam meningkatkan kualitas
pengelolaan dan layanan pendidikan (Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2010). Sistem Penjaminan Mutu terdiri dari empat komponen,
yakni penggunaan standar, pemetaan mutu, analisis data mutu, dan perbaikan
berkelanjutan. Tahapan-tahapan di atas dilaksanakan secara kolaboratif antara
satuan pendidikan dengan pihak-pihak lain yang terkait sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan) yaitu penyelenggara satuan atau
program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi,dan
pemerintah pusat (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Mahaesa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Iman dan
takwa sangat penting keberadaannya dalam diri seseorang sebagai alat pengendali
dan penimbang yang hakiki untuk membedakan yang benar dan yang salah. Tanpa
iman manusia akan terperosok kejurang kenistaan sehingga dapat merugikan
dirinya dan lingkungannya.
Dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang
sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah satu
masalah tersebut adalah menurunnya tata krama kehidupan sosial dan etika moral
dalam praktek kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah ekses negatif
yang sangat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut antara lain semakin maraknya
penyimpangan berbagai norma kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang
terwujud dalam bentuk kurang hormat kepada orang tua, guru dan pegawai
sekolah serta masyarakat di sekitarnya, kurang disiplin terhadap waktu dan tidak
mengindahkan peraturan, kurang memelihara keindahan dan kebersihan
lingkungan, penggunaan obat terlarang, perkelahian antar pelajar. Hal
inimenggambarkan kurangnya penanaman nilai-nilai pendidikan karakter serta
keimanan dan ketakwaan terhadap peserta didik di sekolah.
Untuk meningkatkan pendidikan karakter dan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan siswa terhadap Tuhan Yang Mahaesa, penulis mengembangkan
program keunggulan lokal kultur budaya pendidikan karakter di SMP Negeri 1
Lambandia sehingga keimanan dan ketakwaan di sekolah dapat membudaya demi
keutuhan pribadi anak bangsa, serta melahirkan siswa yang teguh imannya dan
unggul dalam penguasaan teknologi.

B. Gambaran Singkat SMPN 1 Lambandia

PROFIL SEKOLAH

Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Lambandia

NPSN : 40401527

Status : Negeri

Kurikulum : K13

1. Kepala Sekolah

Jenjang
Nama NIP
Pendidikan
H.
19671221 198901 1 002 S2
KAMARUDDIN,S.Pd.,M.Si

2. Pendidik

Jenjang Pendidikan
Jumlah Total
SMA D2 D3 D4/S1 S2 S3
Pendidik
- - - 21 1 - 22

3. Tenaga Kependidikan

Jenjang Pendidikan
Jumlah Tenaga Total
SMA D2 D3 D4/S1 S2 S3
Kependidikan
2 - - 4 - - 7
4. Peserta Didik

Kelas
Jumlah Peserta Total
Didik VII VIII IX
76 77 77 230

5. Rombongan Belajar dan Ruang Belajar

Kelas Total
VII VIII IX

Jumlah Rombongan
3 3 3 9
Belajar
6. Presentasi Kelulusan

Tahun Pelajaran
2016/2017 2017/2018 2018/2019
100% 100% 100%

7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

No Mata Pelajaran KKM


1 Bahasa Indonesia 75
2 Bahasa Inggris 75
3 Matematika 70
4 IPA 70
5 IPS 75
6 PPKn 75
7 Pendidikan Agama dan 75
Budi Pekerti
8 Seni Budaya 75
9 PJOK 75
10 Muatan Lokal 75
8. Kegiatan Ekstra Kurikuler

No Nama Kegiatan Pembina Kegiatan


1 OSIS Darwis S.Pd.I./Nuriyani, S.Pd.
Rosmani, S.Pd./Rusni S.Pd./Kasman,
2 PRAMUKA
S.Pd.
3 PMR La ila, S.Pd
C. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar balakang diatas dapat dirumusksn masalah Bagaimana
peran program keunggulan budaya sekolah dapat meningkatkan Karater Religius,
Nasionalis, Kemandirian, Gotong Royong dan Integris warga di SMP Negeri 1
Lambandia

D. Tujuan
Bedasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan best Practice adalah
Untuk mengetahui peran program keunggulan budaya sekolah dalam
meningkatkan Karater Religius, Nasionalis, Kemandirian, Gotong Royong dan
Integris warga di SMP Negeri 1 Lambandia

E. Manfaat
Agar semua warga sekolah memiliki jiwa karakter Religius, Nasionalis,
Mandiri, Gotong royong dan Integritas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. BUDAYA SEKOLAH

Sekolah adalah institusi social. Institusi adalah organisasi yang dibangun


masyarakat untuk mempertahankan dan meningkatkan taraf hidupnya. Untuk
maksud tersebut sekolah harus memiliki budaya sekolah yang kondusif, yang
dapat memberi ruang dan kesempatan bagi setiap warga sekolah untuk
mengoptimalkan potensi dirinya masing-masing.

Budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi
pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Jika definisi
ini diterapkan di di sekolah, sekolah dapat saja memiliki sejumlah kultur dengan
satu kultur dominan dan kultur lain sebagai subordinasi.( Kennedy, 1991 )
Pendapat lain tentang budaya sekolah juga dikemukakan oleh Schein, bahwa
budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan atau
pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi masalah-
masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid, dan akhirnya diajarkan ke
warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam memandang, memikirkan, dan
merasakan masalah-masalah tersebut. ( Schein , 2010 ). Pandangan lain tentang
budaya sekolah dikemukakan oleh Zamroni ( 2011 ) bahwa budaya sekolah adalah
merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan
kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang
diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai
problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi
internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota
dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat bagaimana
seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi
berbagai situasi dan lingkungan yang ada ( Zamroni, 2011: 297 ).

Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk
bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh
warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan
kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini
bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik dapat
menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga sekolah untuk belajar, yaitu
belajar bagaimana belajar dan belajar bersama. Akan tumbuh suatu iklim bahwa
belajar adalah menyenangkan dan merupakan kebutuhan, bukan lagi
keterpaksaan. Belajar yang muncul dari dorongn diri sendiri, intrinsic motivation,
bukan karena tekanan dari luar dalam segala bentuknya. Akan tumbuh suatu
semangat di kalangan warga sekoalah untuk senantiasa belajar tentang sesuatu
yang memiliki nilai-nilai kebaikan.

Budaya sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala
sekolah, guru, siswa, karyawan maupun pengguna sekolah lainnya. Situasi
tersebut akan terwujud manakala kualifikasi budaya tersebut bersifat sehat, solid,
kuat, positif, dan professional. Dengan demikian suasana kekeluargaan,
kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan untuk bekerja keras
dan belajar mengajar dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik akan secara
efektif menghasilkan kinerja yang terbaik pada setiap individu, kelompok kerja/
unit dan sekolah sebagai satu institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan
tersebut. Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di
sekolah dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau
aktif, positif dan profesional.

Budaya sekolah sehat memberikan peluang sekolah dan warga sekolah


berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik, penuh vitalitas, memiliki
semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang. Oleh karena itu, budaya
sekolah ini perlu dikembangkan. Menurut Zamroni budaya sekolah ( kultur
sekolah ) sangat mempengaruhi prestasi dan perilaku peserta didik dari sekolah
tersebut. Budaya sekolah merupakan jiwa dan kekuatan sekolah yang
memungkinkan sekolah dapat tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi
dengan berbagai lingkungan yang ada.
Selanjutnya, dalam analisis tentang budaya sekolah dikemukakan bahwa
untuk mewujudkan budaya sekolah yang akrab-dinamis, dan positif-aktif perlu
ada rekayasa social. Dalam mengembangkan budaya baru sekolah perlu
diperhatikan dua level kehidupan sekolah: yaitu level individu dan level
organisasi atau level sekolah. Level individu, merupakan perilaku siswa selaku
individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang ada. Perubahan budaya
sekolah memerlukan perubahan perilaku individu. Perilaku individu siswa sangat
terkait dengan prilaku pemimpin sekolah

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menempati kedudukan


fundamental dan strategis pada saat pemerintah mencanangkan revolusi karakter
bangsa sebagaimana tertuang dalam Nawacita (Nawacita 8), menggelorakan
Gerakan Nasional Revolusi Mental, dan menerbitkan RPJMN 2014—2019
berlandaskan Nawacita. Sebab itu, Gerakan PPK dapat dimaknai sebagai
pengejawantahan Gerakan Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita.
Sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi Mental sekaligus bagian
integral Nawacita, Gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai
dimensi terdalam atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter
menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut,
Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus
menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah
dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini pengintegrasian dapat berupa
pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah
(masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan
masyarakat; perdalaman dan perluasan dapat berupa penambahan dan
pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter
siswa, penambahan dan pemajanan kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang
waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat
berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi
Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK. Baik pada masa sekarang
maupun masa akan datang, pengintegrasian, pendalaman, perluasan, dan
penyelarasan program dan kegiatan pendidikan karakter tersebut perlu diabdikan
untuk mewujudkan revolusi mental atau revolusi karakter bangsa. Dengan
demikian, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan
Revolusi Mental di samping menjadi inti kegiatan pendidikan yang berujung pada
terciptanya revolusi karakter bangsa.

B. Situasi Saat ini


Gerakan Nasional Pendidikan Karakter yang secara intensif telah dimulai
sejak tahun 2010 sudah melahirkan sekolah-sekolah rintisan yang mampu
melaksanakan pembentukan karakter secara kontekstual sesuai dengan potensi
lingkungan setempat. Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter 2010 juga
memperoleh dukungan dari masyarakat madani dan Pemerintah Daerah.
Pemerintah menyadari bahwa Gerakan Nasional Revolusi Mental yang
memperkuat pendidikan karakter semestinya dilaksanakan oleh semua sekolah di
Indonesia, bukan saja terbatas pada sekolah-sekolah binaan, sehingga peningkatan
kualitas pendidikan yang adil dan merata dapat segera terjadi. Penguatan
Pendidikan Karakter di sekolah diharapkan dapat memperkuat bakat, potensi dan
talenta seluruh peserta didik.

Lebih dari itu, pendidikan kita sesungguhnya melewatkan atau


mengabaikan beberapa dimensi penting dalam pendidikan, yaitu olah raga
(kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati (etik dan spiritual) (Effendy, 2016). Apa
yang selama ini kita lakukan baru sebatas olah pikir yang menumbuhkan
kecerdasan akademis. Olah pikir ini pun belum mendalam sampai kepada
pengembangan berpikir tingkat tinggi, melainkan baru pada pengembangan olah
pikir tingkat rendah. Persoalan ini perlu diatasi dengan sinergi berkelanjutan
antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat melalui penguatan
pendidikan karakter untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat, berbudaya,
dan berkarakter.

Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 mengeluarkan


Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter untuk mengembangkan
rintisan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia dengan delapan belas (18) nilai
karakter. Program ini didukung oleh Pemerintah Daerah, lembaga swadaya
masyarakat sehingga program pendidikan karakter bisa terlaksana dengan baik.

Banyak satuan pendidikan telah melaksanakan praktik baik (best practice)


dalam penerapan pendidikan karakter. Dampak dari penerapan ini adalah terjadi
perubahan mendasar di dalam esosistem pendidikan
dan proses pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat. Program
PPK ingin memperkuat pembentukan karakter siswa yang selama ini sudah
dilakukan di banyak sekolah. Dalam diskusi Praktik Baik Sekolah Pelaksana
Penguatan Pendidikan Karakter yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah pada tanggal 14 September 2016, Kemendikbud
menemukan bahwa sebagian besar sekolah yang diundang sudah menerapkan
pendidikan karakter melalui pembiasaan dengan kegiatan penumbuhan dan
pembudayaan nilai-nilai karakter yaitu yang disepakati oleh masing-masing
sekolah. Kerja sama dan komitmen dari kepala sekolah, guru, dan orangtua
umumnya menjadi menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan
karakter di masing-masing sekolah tersebut.

Penerapan penguatan pendidikan karakter akan berjalan dengan baik bila


kepala sekolah sebagai pemimpin mampu menjadi pemimpin yang dapat
dipercaya dan visioner. Menjadi orang yang dapat dipercaya
berarti Kepala Sekolah merupakan sosok berintegritas, mampu menjadi manajer
yang berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran melalui pembentukan
karakter. Visioner berarti kepala sekolah memiliki
visi jauh ke depan tentang kekhasan, keunikan, dan kualitas sekolah
(schoolbranding) yang akan ia bangun. Kemampuan manajerial kepala sekolah
untuk menggali potensi lingkungan sebagai sumber belajar dan mengembangkan
kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan alam ekosistem pendidikan
yang ada untuk mendukung program sekolah sangat diperlukan.
C. Nilai-Nilai Utama

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan


kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter
Bangsa Tahun 2010 juga merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir
8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam
pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak,
dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai karakter
sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan
para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan
membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan
PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah
sebagai berikut:

1. Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan


yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama,
menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan
kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu
hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu
dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan
dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai
perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja
sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai
lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi
budaya bangsa sendiri,menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul,
dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak
bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran,
waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh
tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat.

4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/
pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama,
inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap
kerelawanan.

5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral
(integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai
warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan
dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain
kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan,
tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).

Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan


berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu
sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan
pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu
dan sekolah pertlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara
kontekstual maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam
bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan
dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,
maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilainilai
religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama
nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula
jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai
karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan
dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah


a. Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah.
b. Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
c. Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
d. Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap
potensi siswa melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
e. Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
f. Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
 
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah


1. Budaya Religius
Aplikasi dari kegiatan belajar dan mengajar yang terjadi pada proses
pembelajaran secara terjadwal kemudian dikembangkan melalui budaya yang
dikembangkan di sekolah yaitu budaya religius. Pikiran, perkataan dan tindakan
seseorang baik siswa, guru dan pegawai tata usaha SMP Negeri 1 Lambandia
selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
Progran budaya Religius yang dikembangkan di SMP Negeri 1 Lambandia
diantaranya:
 Salat duhur berjamaah pada hari senin, selasa, rabu, kamis dan sabtu
 Berdoa sebelum memulai aktivitas pada apel pagi dan siang
 Literasi AL Quran pada minggu I, II, dan III
 Zikir Asmaul Husnah pada minggu ke –IV
 Celengan kamis
 Berdo’a sebelum dan sesudah pelajaran dengan dipimpin oleh satu peserta
didik secara bergantian.
 Setiap pergantian jam pelajaran, siswa memberi salam kepada guru.
 Anak diminta mengucapkan salam sebelum dan sesudah kegiatan belajar
mengajar, jika bertemu dengan guru, bicara dan bertindak dengan
memperhatikan sopan santun.
 Santunan anak yatim diberikan pada 10 Muharram
 Anak dibiasakan untuk mengucapkan terima kasih, maaf, permisi dan
tolong.
 Mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan orang lain
 Meminta ijin untuk menggunakan barang orang lain.
Hasil program kegiatan ini adalah:
 Seluruh warga sekolah telah memiliki budaya religius dan selalu
mengikuti budaya religius yang telah disepakati oleh sekolah, tanpa arahan
dari guru.
 Seluruh warga sekolah yang beragama Islam melaksanakan ibadah secara
rutin
2. Budaya Nasionalis
 Upacara bendera setiap hari senin
 Peringatan Hari-Hari Besar Nasional:
- Perayaan HUT RI:
terlibat dalam kegiatan gerak jalan tingkat Kabupaten dan seluruh
siswa juga mengikuti kegiatan Gerak Jalan Indah di tingkat
kecamatan
- 28 Oktober:
Pawai pakaian adat, lomba pidato bertemakan sumpah pemuda,
lomba paduan suara diikuti seluruh siswa
- 10 November :
upacara bendera, lomba cerdas cermat antar kelas
- 2 Mei:
Lomba cerdas cermat antar kelas
Hasil program kegiatan ini adalah:
 Adanya peningkatan rasa cinta tanah air oleh seluruh siswa
 Peningkatan wawasan kebangsaan siswa

3. Budaya Gotong Royong


 Penanaman pohon pelindung
 Membiasakan anak untuk membuang sampah pada tempatnya
 Kegiatan gebasis setiap hari jumat yaitu seluruh siswa membersihkan di
area masing-masing yang telah ditentukan didampingi wali kelas masing-
masing
 Setiap pagi siswa melakukan kebersihan dan memungut sampah di sekitar
lingkungan sekolah didampingi guru yang piket pada hari itu

Hasil program kegiatan ini adalah:


 Seluruh warga sekolah telah sadar akan pentingnya lingkungan yang
bersih
 Sikap dan tindakan peserta didik, guru dan pegawai tata usaha SMP
Negeri 1 Lambandia, yang selalu berupaya menjaga, mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang sudah terjadi

4. Budaya Mandiri
 Siswa membersihkan lokasi piket secara mandiri
 Siswa mengatur persiapan apel pagi

Hasil program kegiatan ini adalah:


siswa secara mandiri mampu menyeelsaikan tugas yang diberikan

5. Budaya Integritas
Disiplin
Program yang dijalankan untuk meningkatkan kedisiplinan di SMP Negeri 1
Lambandia adalah:
 Membuat catatan kehadiran pendidik dan peserta didik
 Jam 07.10 semua siswa harus sudah berada di sekolah dan pulang sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
 Bagi siswa yang melanggar tatatertib diberikan sangsi berupa
membersihkan lingkungan sekolah.
 Jam 07.00 semua guru harus sudah berada di sekolah
 Pegawai Tata Usaha jam 07.00 harus sudah berada di sekolah dan pulang
tepat waktu.
 Bila berhalangan hadir ke sekolah, maka harus ada surat pemberitahuan.
 Kerapian dan kebersihan pakaian, di cek setiap hari (oleh seluruh guru),
diawali oleh guru jam pertama . Siswa yang tidak berpakaian rapi diminta
merapikannya dan diberitahu cara berpakaian rapi. (Kriteria rapi : baju
dimasukkan, atribut lengkap, menggunakan kaos kaki dan sepatu yang
ditentukan)
 Kerapian rambut, dicek setiap hari (oleh seluruh guru), panjang ukuran
rambut tidak boleh kena telinga dan kerah baju. Apabila menemukan
siswa yang rambutnya tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan, maka
diminta untuk bercukur rambut dan diberi tenggang waktu tiga hari,
sekiranya masih membandel maka akan dipotong oleh guru /petugas yang
ditunjuk oleh sekolah.
 Guru dan Pegawai berpakaian rapi dan seragam, setiap tanggal 17
berpakaian KORPRI
Hasil program ini adalah:
Tindakan siswa, guru dan staf tata usaha SMP Negeri 1 Lambandia yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan Best Practice di atas Pengembangan Program
Keunggulan Lokal untuk Membangun Kultur Budaya Pendidikan Karakter
di SMP Negeri 1 Lambandia, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan Pendidikan Karakter di SMP Negeri 1 Lambandia merupakan
bagian yang sangat penting, untuk membawa warga sekolah yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
2. Dengan penerapan Kultur Budaya Pendidikan Karakter di SMP Negeri 1
Lambandia guru semakin termotivasi, banyak belajar dan memiliki
komitmen dan melaksanakan pembelajaran yang lebih baik.
3. Pengembangan pendidikan karakter menunjukkan hasil yang efektif dalam
meningkatkan kinerja warga sekolah. Guru-guru merasa apa yang mereka
lakukan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya, dan
menunjukkan perubahan yang signifikan dibandingkan sebelumnya.

B. Saran
1. Upaya peningkatan pendidikan karakter di sekolah perlu terus diupayakan
karena guru sebagai ujung tombak pendidikan, sebagai faktor penting
dalam menentukan keberhasilan peserta didik.
2. Masih banyak metode lain untuk meningkatkan karakter bagi warga
sekolah. Oleh karena itu diharapkan rekan-rekan Kepala Sekolah juga
menggunakan strategi-strategi yang mungkin lebih tepat.
3. Beratnya tugas guru-guru di sekolah tentu menuntut perhatian dari
berbagai pihak bagaimana agar mereka juga dapat kreatif dan inovatif
tanpa ada gangguan lain. Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan guru
perlu mendapat perhatian semua pihak dan khususnya pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan penelitian dan pengembangan, Pusat


kurikulum. 2011, Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa
pedoman sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum
Kennedy,M. 1991, Some Surprising Finding on How Teachers Learn to Teach,
Educational Leadership.
Parkay, Forrest W. dan Stanford,Beverly H. 2011, Menjadi Seorang Guru, Jakarta
: PT Indeks.
Samani,Muchlas dan Hariyanto. 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Zamroni. 2011, Dinamika Peningkatan Mutu, Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.

Anda mungkin juga menyukai