Anda di halaman 1dari 2

EMPATI

Narator : Hari ini, tepat hari pertama semester kedua dimulai, seorang anak baru masuk ke kelas, dia bernama
Rio, Rio pindah karena ia dibully di sekolahnya sebelumnya.
Rio : (Berjalan di belakang guru dan memasuki kelas)
Guru : Assalamualaikum wr. Wb
Sekelas : Waalaikumsalam wr. Wb
Guru : Jadi anak anak, kita hari ini kedatangan murid pindahan baru dari sekolah *** , perkenalkan dirimu.
Rio : Assalamualaikum, nama saya Rio, saya pindahan dari sekolah ***, saya pindah kesini karena saya dibully
di sekolah saya sebelumnya… (memperkenalkan diri)
Guru : Silahkan duduk di bangku yang kosong
Rio : (berjalan ke bangku yang kosong )
Narator : pelajaran pun berlanjut seperti biasa, hingga akhirnya bel istirahat pun berbunyi
Dama : (Berjalan ke meja Rio) Hey, lu dibully dulu gimana?
Reno : (Mengikuti Dama dari belakang) Iya tuh, gimana?
Rio : biasanya orang yang bully suka minta duit
Wero : (Tiba-tiba saja datang dan berdiri di belakang Dama) Ouh, enaklah nih, sekarang bayar pajak kelas ke
kami cepat!
Rio : Pajak apaan?
Dama : Aduuuuhh, lu tuli ya?! Pajak kelas! Orang yang ada di kelas ini wajib bayar pajak kelas ke kami setiap
harinya karena ini tuh wilayah kami!
Reno : Bener tuh! Atau kalo gak mau bayar kami bakalan pukulin kau sampai habis jam istirahat, mau kau kena
pukul?! Kalo gak mau cepat bayar!
Rio : Maaf, aku gak bawa duit
Wero : Gapapa kok, kebetulan kami juga lagi bosan nih, gas sikat! (Sambil memukul Rio)
Dama : Gas lah! (Ikut memukuli Rio)
Reno : Tunggulah! (Juga ikut memukuli Rio)
Narator : Rio pun dipukuli hingga babak belur oleh trio Dama, Wero, dan Reno. Siswa kelas lainnya hanya bisa
melihat Rio dipukuli saja, karena mereka juga takut dipukuli. Hingga ketika sepulangnya dari sekolah
saat trio Dama, Wero, dan Reno berkumpul. Mereka melihat Rio yang memakai pakaian yang lusuh
dengan seorang wanita sedang dimarahi di sebuah kebun.
Reno : Wih! Apaan nih? Lihat kuy!
Owner : KALIAN BUNUH HAMA AJA GA BECUS! LIHAT TUH TANAMAN SAYA! BANYAK YANG
MATI GARA GARA HAMA! (Marah Marah)
Ibu Rio : Maaf tuan, saya sudah berusaha semaksimal mungkin.(Sambil menundukkan kepala)
Owner : KAMU KIRA MAAF AJA CUKUP?! TANAMAN ITU MAHAL HARGANYA! UNTUNG KAMU GA
SAYA SURUH BAYAR! (Memegang jidat sambil menundukkan kepala) Haahh… Kalau besok besok
kejadian gini lagi, saya pecat kalian! (Berbicara Dengan Nada Judes)
Rio : Maaf Bu, ini salahnya Rio, harusnya tuan rumah marahnya sama Rio bukan sama ibu
Ibu Rio : Gapapa nak, karena itulah ibu bekerja keras menyekolahkan kamu, supaya kamu bisa menaikkan derajat
keluarga kita. Ayo kita kerja lagi nak
Narator: Sementara itu, di sisi para pembully
Wero : Kasihan bet, jadi ga enak gua ambil duitnya dia, gua kirain dia anak orang kaya bawa duit banyak bet
didalam tas, rupanya duit simpanannya buat sekolah, jadi kasihan gua
Dama : Iya nih, gimana nih jadinya? Gua merasa berdosa bet ngelakuin ini
Reno : Walaupun dia anak orang kaya lu dosa juga kali. Yaudah gini aja, gimana kalo besok kita balikin duit dia
terus kita minta maaf?
Dama : Boleh juga tuh, gitu aja deh
Narator: Hingga besok paginya ketika sekolah
Trio : (Berjalan ke arah mejanya Rio)
Dama : Lu aja dah wer! (Sambil menunjuk Rio)
Wero : Enak aja! Kemaren janjinya lu yang minta maaf, lagian yang kemaren ngambil duitnya juga lu!
Reno : Dah, biar gue aja! (Sambil mengambil duit ditangan Dama dan pergi ke meja Rio) Oy, Rio! Nih duit lu!
Maaf ya, kemarin kami sadar kalau perbuatan kami selama ini kelewatan
Rio : Gapapa kok, asal kalian menyesali perbuatan kalian dan ngembaliin duitnya itu udah cukup kok. Oh ya,
aku belum tahu nama kalian?
Reno : Gua Reno, Yang itu Dama (Sambil Menunjuk Dama) sama yang satu lagi itu Wero (Sambil menunjuk
Wero)
Dama : Kami juga minta maaf ya Rio
Rio : Gapapa kok, karena sekarang kita udah saling kenal, berarti kita udah temenan kan?
Wero : Yap! Tentu saja!
Narator : Dan akhirnya mereka pun berteman dan menjadi sahabat, sungguh membully itu adalah perbuatan yang
buruk, mungkin itu menyenangkan bagi pembully, namun bagi korban hal itu sangat tidak mengenakkan,
kita tidak tahu apa saja yang dirasakan korban, bisa saja hal itu membuat mereka stress, trauma bahkan
hingga depresi berat. Karena itulah mari kita hentikan pembullyan di sekolah kita bersama nantinya.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai