Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Praktek kerja lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara

sikap, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku

kuliah. Dengan mengikuti praktek kerja lapangan diharapkan dapat

menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman mahasiswa

dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

Pelaksanaan praktek kerja lapangan diberbagai perusahaan dan

instansi akan sangat berguna bagi mahasiswa untuk dapat menimba ilmu

pengetahuaan, keterampilan dan pengalaman. Praktek kerja lapangan

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1

Manajemen Keuangan dan Perbankan di STIEM Bongaya Makassar.

Melalui praktek kerja lapangan ini mahasiswa akan mendapat kesempatan

untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide yang berguna

dan dapat menambah pengetahuaan mahasiswa sehingga dapat

menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa

yang ditugaskan kepadanya.

Oleh karena itu semua teori-teori yang dipelajari dari berbagai mata kuliah

di jurusan S1 Manajemen Keuangan dan Perbankan STIEM Bongaya

Makassar dapat secara langsung dipraktekkan di kantor PT. PLN

(Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulawesi, Maluku, Papua III

terutama yang berhubungan dengan Keuangan dan SDM. Dalam hal ini

dapat diketahui bahwa teori yang dipelajari sama dengan yang ditemui

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
2

didalam prakteknya sehingga teori tersebut dapat dilaksanakan dengan

baik. Sebagaimana diketahui bahwa teori merupakan suatu ilmu

pengetahuan dasar bagi perwujudan praktek. Oleh karena itu untuk

memperoleh pengalaman dan perbandingan antara teori dan praktek,

maka mahasiswa diharuskan menjalani praktek kerja lapang di instansi

pemerintah atau perusahaan swasta sebagai salah satu syarat yang harus

dipenuhi sebelum menyelesaikan studinya.

Mengingat sulitnya untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil

dan berkualitas maka banyak perguruan tinggi berusaha untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan

mutu pendidikan dan menyediakan sarana-sarana pendukung agar

dihasilkan lulusan yang handal.

Dalam rangka itulah maka lembaga program S1 Manajemen

Keuangan dan Perbankan STIEM Bongaya Makassar mewajibkan

mahasiswanya untuk melaksanakan praktek kerja lapangan, sehingga

mahasiwa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku

perkuliahan ke dalam lingkungan kerja yang sebenarnya.

Penulis melakukan praktek kerja di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana

Konstruksi Jaringan Sulawesi, Maluku, Papua III yang berlokasi di JL.

Letjend Hertasning, untuk mengetahui tentang sistem Adminitrasi dan

Pengelolaan SDM pada perusahaan tersebut.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
3

B. TEMUAN

Berdasarkan hasil magang Penulis selama 2 (dua) bulan, adapun temuan

masalah yang diperoleh yaitu : Kendala – Kendala yang dihadapi oleh PT

PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulawesi, Maluku,

Papua III dalam melakukan pembebasan lahan proyek.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN MAGANG

1. Tujuan Magang

Untuk mengevaluasi kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan

dalam hal ini masalah pembebasan lahan

2. Kegunaan Magang

a. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan

b. Sebagai bahan dalam penyusunan laporan akhir penulis

c. Sebagai salah satu referensi bagi pihak yang akan melakukan

penelitian selanjutnya terhadap objek yang sama

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Membidangi kegiatan yang menguasai hajat hidup orang banyak

seperti yang berbunyi dalam penjelasan pasal 33: “Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok

kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat”. Salah satu

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Pasal 2 UU No. 9 Tahun

1969 ialah Persero.

PT (Persero) merupakan salah satu bentuk perusahaan milik

Negara yang sebelumnya bernama perusahaan Negara (PN). PT

(Persero) ini terjadi dari perusahaan Negara yang kemudian diadakan

penambahan modal yang ditawarkan kepada pihak swasta.

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan

Sulawesi, Maluku, dan Papua yang biasa disingkat Pitikring sulmapa

merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perseroan

Terbatas yang khusus menangani proyek-proyek pembangkit listrik dan

jaringan di Sulawesi. Sesuai dengna keputusan Menteri Pertambangan

dan energi No. 222 / KTPS / M / Pertambangan / 1982 tanggal 10

Maret 1982, PT PLN (Persero) Proyek Pembangkit Jaringan Sulawesi

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
5

pada mulanya bernama Proyek hydro dan Transmisi (PIKITDROTNAS)

Sulawesi Selatan dan Tenggara. Sesuai dengan SK Direksi PLN

No.060./A/DIR/82 tanggal 1 oktober 1982 tentang pembentukan proyek

induk pembangkit Hydro dan Transmisi Sulawesi Selatan dan Tenggara

dan proyek-proyeknya di Makassar, maka pembangunan listrik Sulawesi

Selatan mulai berkembang dan sebagai unsur pelaksaannya yaitu: PLTA

Bakaru I dan Jaringan Transmisi yang meliputi Sulawesi Selatan dan

Sulawesi Tenggara.

Seiring dengan pertumbuhan pembangunan maka pada tahun

1992, sesuai dengan surat keputusan direksi PLN No.

026.K/024/DIR/1992 tanggal 2 Mei 1992, Proyek Hydro dan Transmisi

Sulawesi Selatan dan Tenggara (PIKITDROTRANS) berubah namanya

menjadi Proyek dan Jaringan (PIKITIRING) Sulawesi.

Perusahaan ini mengerjakan tiga proyek baru, yaitu: PLTA

Tanggari II di Sulawesi Utara, PLTD Lahendong Sulawesi Utara, dan

Proyek Jaringan Transmisi Sulawesi Selatan dari utara sampai selatan.

Pada tanggal 16 Juni 1994, sehubungan dengan perubahan status

PLN dari Perum menjadi Persero berdasarkan PP No.23 tahun 1994

nama perusahaan disesuaikan dengan memberi nama baru yaitu PT

PLN(Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi dengan

penyertaan sejumlah modal dari Pemerintah.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik

Negara no.177./K/024/DIR/1994, tugas pokok Proyek Induk adalah

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
6

melaksanakan pekerjaan pembangunan pembangkit, transmisi, dan

Gardu.

Induk tenaga listrik di wilayah kerja Daerah tingkat Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah , dan Sulawesi Utara.

Pada tanggal 14 Juni 2006, sesuai dengan Keputusan Direksi PT

PLN(Persero) No.095.K/DIR/2006, area tugas PT PLN (Persero) Proyek

Induk Pembangkit Jaringan Sulawesi diperluas dengan menambah

Kepulauan Maluku dan Papua. Dan mengganti namanya menjadi PT PLN

(Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi, Maluku, dan

Papua (SULMAPA).

Dengan demikian, wilayah Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan

Sulawesi, Maluku, dan Papua meliputi wilayah pripinsi Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat,

Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan seluruh propinsi di Papua.

Dalam menjalankan tugasnya, Proyek Induk Pembangkit dan

Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua membawahi 3 (tiga) proyek yang

ada di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua yaitu:

1. Proyek Pembangkit dan Jaringan (PROKITRING) Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat yanfg berkedudukan di

Makassar;

2. Proyek Pembangkit dan Jaringan (PROKITRING) Sulawesi Bagian

Utara dan Maluku yang berkedudukan di Manado;

3. Proyek Pembangkit dan Jaringan (PROKITRING) Papua yang

berkedudukan di Papua.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
7

Adapun proyek-proyek ketenagalistrikan yang dilaksanakan

disupervisi oleh PT PLN (Persero) UPK RING SULMAPA antara lain

sebagai berikut:

1. Proyek Pembangkit yang meliputi PLTA, PLTM, serta PLTD.

2. Proyek Jaringan yang emaliputi Sistem Sulawesi Selatan, Sistem

Gorontalo, Manado, Maluku, dan Maluku Utara, serta sistem Papua.

3. Gardu Induk(GI) yang meliputi GI Maros, GI Teling dan GI Sistem

Gorontalo.

2. Visi dan Misi Perusahaan

PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sulawesi,

Maluku, dan Papua didirikan dengan tujuan untuk menyelenggarakan

usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah

dan mutu yang memadai, memupuk keuntungan dan melaksanakan

penugasan pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka

menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan

Terbatas. Adapun Visi dan Misi dari PT PLN(Persero) Proyek Induk dan

Jaringan Sulawesi, Maluku, dan Papua yaitu :

a. Visi

Visi dari Proyek Induk ialah “Diakui sebagai Perusahaan kelas dunia

yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpecaya dengan bertumpu

pada potensi insan”.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
8

b. Misi

Misi Proyek Induk ialah melakukan pengendalian konstruksi dan

pengelolaan kegiatan proyek serta melaksanakan admnistrasi

konstruksi yang bertindak sebagai wakil pemilik (owner) sehingga

menghasilkan pembangkit dan jaringan dengan mutu yang memadai

melaui proses pelaksanaan yang efisien untuk mencapai sasaran

kinerja sesuai ketetapan Direksi.

1. Displin Kerja

Tata tertib atau peraturan displin untuk beberapa jenis tugas yang

dilaksanakan secara tim sesuai keputusan Direksi PT PLN (Persero)

No.097.K/010/DIR/1999 tanggal 11 Mei 1999 yang disahkan olejh

Menteri Tenaga Kerjas Nomor KEP.201/M/BW/PK/1999 tanggal 18

Mei 1999. Jam kerja pegawai adalah sebagai berikut:

 Senin – Kamis : 07.30 – 16.30 WITA

 Jumat : 07.00 – 17.00 WITA

 Sabtu- Minggu : Libur

3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Struktur organisasi adalah susunan kerja secara sistematis sengan

adanya kelompok manusia yang dipersatukan dan catu cara untuk bekerja

sama secara efisien dan efektif .

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
9

MANAJER PROYEK

ARJUN

ASMAN
ADMINISTRASI
MANSYUR THAHIR

ADMINISTRASI &
KEUANGAN

1.SUSI SACHRA
2.ANA SUSANTI
3.WAWAN NASRUL

LOGISTIK LINGKUNGAN & K3 KONTRAK & TEKNIK SIPIL 4.YAKOMINA TEMMAR


TEKNIK LISTRIK ROW &
PELAPORAN PERTANAHAN
NURDIN HM. YUSUF 1. ALI GP 5.1.PRICILLA
ROMY SATYA
N.T A
MUSAK
1.YULIANUS BT
SYAWAL 1.YANDANI 2. SUHARTO 2. RONY JUANDI
2.HATTA RIDWAN
2.A. FIRDAULIAH MP 3. TAKDIR PATAPA
3. HIDBAR SARAGIH
4. ISWANDI SAID
4. NOVE ARDIANTO
5. YUDDIN HALIK
5. FADLIAH NASRUN
6 .DWI ARIYANTO
7. SYABRIL LESSY
8. GALIH WP
9. SUDIRMAN

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
10

Adapun Uraian Jabatan, fungsi dan tanggung jawab struktur

organisasi pada PT. PLN (Persero) UIP RING SULMAPA III adalah

sebagai berikut :

1. MANEGER PROYEK

1.1. IDENTITAS JABATAN

Sebutan jabatan : Maneger Unit Pelaksana Kontruksi


Jenis Jabatan : Struktural
Jenjang Jabatan : Manajemen dasar
Kelompok Profesi : Teknik
Grade : Optimization 1 – System 3
Kode Jabatan :1
Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontrukksi SULMAPA
Jabatan Atasan Langsung : General Manager

1.2. TANGGUNG JAWAB UTAMA

a. Mengoptimalkan pengawasan, pengendalian teknik, dan administrasi

kontruksi;

b. Mengkoordinasikan proses perijinan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan;

c. Menggagas dan mengkoordinasikan sosialisasi, inventarisasi, dan

menyusun daftar nominatif terkait kegiatan pembebasan tanah;

d. Mengkkoordinasikan pembayaran pembebasan tanah untuk luasan

tertentu, pengurusan pelepasan hak, dan sertifikat;

e. Mengoptimalkan pelaksanaan survey di lapangan serta pelaksanaan

analisis dampak lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
11

2. ASMAN ADMINISTRASI

2.1. IDENTITAS JABATAN

Sebutan jabatan : Asisten Manejer Administrasi


Jenis Jabatan : Struktural
Jenjang Jabatan : Supervision Atas
Kelompok Profesi : Non Teknik
Grade : system 1 – System 3
Kode Jabatan :2
Unit Kerja : Unit Pelaksana Konstruksi SULMAPA
Jabatan Atasan Langsung : Manejer Unit Pelaksana Konstruksi
jaringan

2.2. TANGGUNG JAWAB UTAMA

a. Mengkoordinasikan pembayaran pembebasan tanah untuk luasan

tertentu, pengurusan pelepasan hak, dan sertifikak;

b. Mengkoordinasikan kegiiatan pengelolaan administrasi,

kesekrektariatan dan rumah tangga pada unit kerjanta;

c. Mengevaluasi pembuatan laporan manajemen

bulanan/triwulan/tahunan sesuai dengan target kinerja;

d. Melakukan aktivitas pelaksanaan Coaching/Mentoring/Councelling

(CMC) untuk membina dan mengembangkan kompetesi SDM dalam

hal pemenuhan kebutuhan kompetensi njabatan (KKJ) staf pada

bagiannya;

e. Monitoring dan evaluasi laporan secara berkala sesuai bidang

tugasnya sebagai pertanggungjaaban pelaksanaan tugas;

f. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atas

langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompentesinya.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
12

3. KONTRAK DAN PELAPORAN

3.1. IDENTITAS JABATAN

Sebutan jabatan : Senior Enginer II pengendalian kontrak


Jenis Jabatan : Fungsional
Jenjang Jabatan : Fungsional III
Kelompok Profesi : Teknik
Grade : Optimization 1 – Optimization 4
Kode Jabatan : 4.1
Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPA
Jabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

3.2. TANGGUNG JAWAB UTAMA

a. Mengoptimalkan pengendalian teknik menyangkut pengendalian aktu,

mutu dan biaya projek, dan administrasi kontruksi;

b. Mengkoordinasikan pemantuan dan pengendalian kemajuan fisik

pembangunan secara berkala, melalui sinergi dengan pihak supervisi

kontruksi dan supervisi desain (jika ada), serta menyusun leporan

kemajuan pekerjaan pembangunan;

c. Mengoptimalkan penyelesaiyan proyek sesuai dengan kontrak yang

berlaku, sekaligus usulan atas perubahan isi kontrak (amademen) ke

unit induk bila diperlukan;

d. Mengevaluasi pelaporan kontrak;

e. Mengoptimalkan pengarsipan dokumen-dokumen kontrak dan laporan;

f. Mengevaluasi laporan secara berkala sesuai dengan bidang tugasnya

sebagai pertanggujawaban pelaksanaan tugas;

g. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan

langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensinya.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
13

4. TEKNIK SIPIL

4.1. IDENTITAS JABATAN

Sebutan jabatan : Engineer Teknik Sipil


Jenis Jabatan : Fungsional
Jenjang Jabatan : Fungsional IV
Kelompok Profesi : Teknik
Grade : System 1 – System 4
Kode Jabatan : 5.1
Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPA
Jabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

4.2. TANGGUNG JAWAB UTAMA

a. Melakukan monitoring pementuan dan pengendalian kemajuan fisik

pembangunan secara berkala, melalui sinergi dengan pihak supervisi

kontruksi dan supervisi desain (jika ada), serta menyusun laporan

kemajuan pekerjaan pembangunan;

b. Melakukan monitoring penyelesaian pending item pekerjaan teknik

sipil, dan penyiapan serah terima proyek di lingkungan unit pelaksana

kontruksi dengan unit pengusaha;

c. Menyusun lapopran secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

d. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan

langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensinya.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
14

5. TEKNIK LISTRIK

5.1. IDENTITAS JABATAN

Sebutan jabatan : Engineer Teknik Elektrikal


Jenis Jabatan : Fungsional
Jenjang Jabatan : Fungsional IV
Kelompok Profesi : Teknik
Grade : System 1 – System 4
Kode Jabatan : 6.1
Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPA
Jabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

5.2. TANGGUNG JAWAB UTAMA

a. Melakukan monitoring pementuan dan pengendalian kemajuan fisik

pembangunan secara berkala, melalui sinergi dengan pihak supervisi

kontruksi dan supervisi desain (jika ada), serta menyusun laporan

kemajuan pekerjaan pembangunan;

b. Melakukan monitoring penyelesaian pending item pekerjaan teknik

sipil, dan penyiapan serah terima proyek di lingkungan unit pelaksana

kontruksi dengan unit pengusaha;

c. Menyusun lapopran secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

d. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan

langsung sesuai lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensinya.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
15

6. ROW DAN PERALATAN

6.1. IDENTITAS JABATAN

Sebutan jabatan : Analyst Pengendalian ROW dan pertanahan


Jenis Jabatan : Fungsional
Jenjang Jabatan : Fungsional IV
Kelompok Profesi : Non Teknik
Grade : System 1 – System 4
Kode Jabatan : 7.1
Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPA
Jabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

6.2. TANGGUNG JAWAB UTAMA

a. Mengkoordinasikan proses perijinan yang terkait dengan pelaksanaan

pekerjaan;

b. Mengkoordinasikan sosialisasi, inventarisasi, dan menyusun daftar

nominatif terkait dengan pembebasan tanah;

c. Mengadakan koordinasi denghan bagian hukum dam pertanahan unit

induk, PEMDA setempat dan unsur-unsur terkait lainya mengenai

rencana pengadaan tanah, sosialisasi, proses pembayaran untuk

pembangunan sarana kelistrikan;

d. Menyusun laporan secara berkala sesuia bidang tugasnya sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

e. Melakukan aktivitas dan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan

langsung sesuia lingkup tugas, tanggung jawab, dan kompetensinya.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
16

7. LINGKUNGAN & K3

7.1. IDENTITAS JABATAN

Sebutan jabatan : Junior Enginner Lingkungan, Keamanan dan K3


Jenis Jabatan : Fungsional
Jenjang Jabatan : Fungsional VI
Kelompok Profesi :Teknik
Grade : Basic 1 – Basic 4
Kode Jabatan : 8.3
Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPA
Jabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

7.2. TANGGUNG JAWAB UTAMA

a. Melaksanakan survey di lapangan serta pelaksanaan analisis dampak

lingkungan dan pengelolaan lingkungan hidup

b. Memonitoring hubungan kerja sama dengan pihak lain melipiti

koordinasi dengan stakeholder untuk kelancaran dan kebersihan

penyalesaiyan lingkungan;

c. Melaksanakan program, strategi serta kebijakan maupun standar

pengelolaan lingkungan yang ditetapkan prseorang unit pelaksana

berkoordinasi dengan unit induk;

d. Menyiapan bahan/data untuk program sosialisasi/penyuluhan tentang

K3;

e. Menyiapakan data sebagai bahan koordinasi tentang pelaksanaan K3

dengan panetia pembina K3 (P2K3);

f. Menyiapan laporan kecalakaan, laporan bulanan/triwulan K3 ke unit

induk untuk memperoleh kebutuhan laporan statistik dan peningkatan

pelaksanaan K3;

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
17

8. LOGISTIK

8.1. IDENTITAS JABATAN

Sebutan jabatan : Assistent Enginner Lingkungan, Keamanan dan K3


Jenis Jabatan : Fungsional
Jenjang Jabatan : Fungsional V
Kelompok Profesi :Teknik
Grade : Specific 1 – Specific 4
Kode Jabatan : 8.2
Unit Kerja : Unit Pelaksana Kontruksi SULMAPA
Jabatan Atasan Langsung : Manajer Unit Pelaksanaan Kontruksi

8.2. TANGGUNG JAWAB UTAMA

a. Melakukan monitoring pengelolaan logistik dan tata usaha gudang;

b. Malakukan monitoring pemakaian material per proyek;

c. Melakukan monitoring pemeliharaaan material PDP yang ada di unik

pelaksana;

d. Mengevaluasi administrasi pergudangan di unit pelaksana;

e. Melakukan monitoring penerimaan dan pengeluaran material dari

gudang unit pelaksana;

f. Melakukan monitoring pemanfaatan material PDP yang ada;

g. Menyusun laporan secara berkala sesuai bidang tugasnya sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
18

4. Aktivitas Selama KKL

Untuk waktu dan tempat pelaksanaan Kegiatan Kuliah Kerja

Lapangan (KKL) adalah sebagai berikut :

Pelaksanaan Praktek Kuliah Lapangan (KKL) dilakukan selama 2

bulan mulai tanggal 29 April sampai dengan 29 Juni 2013 di PT. PLN

(Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulmapa III yang berlokasi

di JL. Letjend Hertasning. Pada awal pelaksanaan KKL, penulis

diperkenalkan oleh pembimbing lapangan kepada bagian-bagian yang

ada di PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Sulmapa III.

Kemudian pembimbing lapangan memberikan tugas beserta

penjelasannya.

Adapun aktivitas yang dilakukan selama KKL berlangsung yaitu

membantu karyawan memeriksa laporan mingguan, bulanan, membuat

berita ada pelepasan tanah, membantu membuat SPPD, foto copy, senam

setiap hari jum’at, mengantar berkas ke devisi devisi, serta membuat

daftar kwitansi dan pajak pada PT PLN (Persero) Unit Pelaksana

Konstruksi Jaringan Sulmapa III, dan pada tanggal 4 Juni 2013

menggantikan Sekertaris Manajer karena lagi cuti hamil, Di bawah ini

akan dijelaskan beberapa mekanisme perusahaan dalam melakukan

pembebasan lahan Tanah

Kendala-kendala yang di hadapi saat pelaksanaan KKL :

1. Para Pejabat dan Karyawan PT PLN (Persero) Unit Pelaksana

Konstruksi Jaringan Sulmapa III, sibuk dengan aktivitas dan

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
19

pekerjaan rutin masing-masing, dan banyaknya Karyawan yang

melakukan SPPD, sehingga menjadi penghambat untuk

memperoleh informasi yang dibtuhkan oleh penulis.

2. Banyaknya pegawai senior yang melakukan SPPD yang jadi yang

di kantor hanya pegawai baru jadi mereka kurang member

informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

B. KERANGKA TEORI

1. TANAH

Tanah adalah salah satu harta yang sangat berharga di muka bumi

ini, yang dalam sepanjang sejarah peradaban umat manusia tak henti-

hentinya memberikan problemaproblema rumit. Indonesia, yang memiliki

daratan (tanah) yang sangat luas, telah menjadikan persoalan tanah

sebagai salah satu persoalan yang paling urgen diantara persoalan lainya.

Maka tak heran, pasca Indonesia merdeka, hal pertama yang dilakukan

oleh pemuka bangsa dikala itu adalah proyek “landreform” ditandai

dengan diundangkannya UU No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria, selanjutnya disingkat UUPA.

Selanjutnya UUPA beserta ketentuan-ketentuan pelaksanaannya

menjadi acuan bagi pengelolaan administrasi pertanahan di Indonesia,

termasuk dalam kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum. Pembangunan fasilitas-fasilitas umum memerlukan

tanah sebagai wadahnya. pembangunan fasilitas umum tersebut tidak

menemui masalah apabila persediaan tanah masih luas. Namun, yang

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
20

menjadi permasalahan adalah tanah merupakan sumber daya alam yang

sifatnya terbatas, dan tidak pernah bertambah luasnya. Tanah yang

tersedia saat ini telah banyak dilekati dengan hak (tanah hak), sementara

tanah negara sudah sangat terbatas persediaannya.

Pada masa sekarang ini adalah sangat sulit melakukan

pembangunan untuk kepetingan umum di atas tanah negara, oleh karena

itu jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengambil tanah-tanah

hak. Kegiatan “mengambil” tanah (oleh pemerintah dalam rangka

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum) inilah yang

kemudian disebut dengan pengadaan tanah.

UUPA sendiri memberikan landasan hukum bagi pengambilan

tanah hak ini dengan menentukan : Untuk kepentingan umum, termasuk

kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat,

hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang

layak menurut cara yang diatur dengan Undang Undang.

Pembangunan yang tengah giat dilakukan pemerintah saat ini

kerap kali berbenturan dengan masalah pengadaan tanah. Agar tidak

melanggar hak pemilik tanah, pengadaan tanah tersebut mesti dilakukan

dengan memerhatikan prinsip-prinsip kepentingan umum (public interest)

sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal inilah yang akan

dibahas lebih jauh dalam tulisan ini.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
21

2. Pengadaan Tanah

Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan

tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau

menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang

berkaitan dengan tanah. Sebelumnya, di Indonesia pengadaan tanah

khususnya bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dilaksanakan

dengan cara pencabutan hak atas tanah. Hal tersebut diatur dalam

Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pasal 1 Angka 3.

Namun, dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun

2006 yang merupakan perubahan dari Peraturan Presiden Nomor 36

tahun 2005, maka pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan

untuk kepentingan umum yang dilakukan oleh pemerintah maupun

pemerintah daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan

hak atas tanah. Selain Pengadaan tanah, perlu juga diketahui pengertian

tentang kepentingan umum, mengingat pengadaan tanah di Indonesia

senantiasa ditujukan untuk kepentingan umum. Memberikan pengertian

tentang kepentingan umum bukanlah hal yang mudah. Selain sangat

rentan karena penilaiannya sangat subektif juga terlalu abstrak untuk

memahaminya. Sehingga apabila tidak diatur secara tegas akan

melahirkan multi tafsir yang pasti akan berimbas pada ketidakpastian

hukum dan rawan akan tindakan sewenang – wenang dari pejabat terkait.

Namun, hal tersebut telah dijawab dalam Perpres No 36 Tahun 2005 yang

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
22

kemudian dirampingkan oleh Perpres 65 Tahun 2006 dimana telah

ditentukan secara limitatif dan konkret pengertian dari kepentingan umum

yaitu :

a. Jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas

tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih,

saluran pembuangan air dan sanitasi;

b. Waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan

lainnya;

c. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;

d. Fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan

bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana;

e. Tempat pembuangan sampah;

f. Cagar alam dan cagar budaya;

g. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

3. Dasar Hukum

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sejak tahun 1961

sampai dengan sekarang telah berlaku Undang-undang No. 20 Tahun

1961, kemudian dilanjutkan dengan kebijakan pemerintah melalui PMDN

(Penanaman Modal Dalam Negeri) No. 15 Tahun 1975, kemudian dicabut

dan diganti dengan Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Kepentingan Umum. Namun dengan berlakunya ketentuan

tersebut dalam proses pelaksanaannya tetap menimbulkan konflik dalam

masyarakat. Untuk itu perlu dikaji ulang keberadaan dari Keppres No. 55

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
23

Tahun 1993 dan dikaitkan pula dengan Undangundang No. 22 Tahun

1999, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun

1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah.

Pengadaan tanah kemudian diatur dengan Peraturan Presiden

Nomor 36 Tahun 2005 yang kemudian dirubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Sampai dengan saat ini Indonesia belum

memiliki Undang-Undang yang mengatur secara khusus tentang

Pengadaan Tanah.

Ditingkat Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), pengadaan

tanah diatur dalam Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Pelaksana Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65

Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum.

4. Penilaian

Penilaian harga tanah yang terkena pembangunan untuk

kepentingan umum dilakukan oleh Lembaga Penilai Harga Tanah/Tim

Penilai Harga Tanah. Lembaga Penilai Harga Tanah saat ini dipercayakan

kepada Lembaga Penilai Independen yaitu Lembaga Appraisal yang

mendapat lisensi dari Menteri Keuangan dan BPN. Sedangkan untuk

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
24

harga bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang

berkaitan dengan tanah dilakukan oleh Kepala Dinas/Kantor/Badan di

Kabupaten/Kota yang membidangi bangunan dan/atau benda lain yang

berkaitan dengan tanah tersebut. Tim Penilai Harga Tanah melakukan

penilaian harga tanah berdasarkan ( Nilai Jual Objek Pajak ) NJOP atau

nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, dan

dapat berpedoman pada variable-variabel sebagai berikut :

1. Lokasi dan letak tanah;

2. Status tanah;

3. Peruntukan tanah;

4. Kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah

atau perencanaan wilayah atau tata kota yang telah ada;

5. Sarana dan prasarana yang tersedia; dan

6. Faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah.

Selain factor tersebut sebenarnya ada 3 faktor yang juga sangat penting

dalam Penilaian harga tanah

1. Faktor Religius Magis

2. Faktor Cara Memperoleh Tanah

3. Faktor Durasi Memiliki Tanah

5. Ganti Kerugian

Permasalahan pokok dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum adalah mengenai penetapan

besarnya ganti rugi. Ketentuan mengenai pemberian ganti rugi ini telah

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
25

diatur dalam ketentuan hukum tanah di Negara kita. UUPA mengatur

bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan

Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat

dicabut, dengan member ganti kerugian yang layak dan menurut cara

yang diatur dengan undang-undang.

Ganti rugi yang layak didasarkan atas nilai nyata/sebenarnya dari

tanah atau benda yang bersangkutan.13 Pola penetapan ganti rugi atas

tanah dinegara kita ditetapkan melalui musyawarah dengan

memperhatikan harga umum setempat disamping faktor-faktor lain yang

mempengaruhi tanah. 14 Ganti kerugian yang diberikan dapat berupa :

a. Uang;

b. Tanah pengganti;

c. Pemukiman kembali;

d. Gabungan dari dua atau lebih ganti kerugian a, b, dan c;

e. Bentuk lain yang disetujui para pihak.

Sedangkan Perpres No 36 Tahun 2005 Jo. Perpres No 65 Tahun

2006 dan Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun 2007 menyebutkan

makna ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik

sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah,

bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan

tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari

tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.16

Penentuan besarnya ganti rugi didasarkan pada hasil kesepakatan pemilik

tanah dengan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah. Hasil

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
26

kesepakatan tersebut kemudian oleh Panitia Pengadaan Tanah sesuai

dengan tugasnya dituangkan dalam Berita Acara Hasil Musyawarah, dan

selanjutnya menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Besarnya Ganti

Rugi. Musyawarah antara pemilik tanah dengan Instansi Pemerintah yang

memerlukan tanah tersebut berpedoman pada penilaian harga tanah yang

dilakukan oleh Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah.

Ganti kerugian menurut Hukum Tanah Nasional ditetapkan menurut

nilai pengganti (replacement value) yang berarti bahwa ganti rugi yang

diterima dapat dimanfaatkan untuk memperoleh penggantian terhadap

tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman semula dalam kualitas yang

minimal setara dengan yang sebelum terkena pengadaan tanah.

Sesuai dengan Konsepsi Hukum Tanah Nasional yaitu adanya

keseimbangan antara kepentingan umum dan kepentingan perseorangan

maka prinsip pengadaan tanah adalah mewujudkan pengadaan tanah

yang memenuhi rasa keadilan, baik bagi masyarakat yang terkena

pengadaan tanah dengan diberi ganti kerugian yang dapat menjamin

kelangsungan hidupnya dan bagi Instansi Pemerintah yang memerlukan

tanah untuk dapat memperoleh tanah serta perlindungan maupun

kepastian hukum.

Guna mewujudkan hal tersebut di atas maka pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum dengan cara pembebasan hak-

hak atas tanah masyarakat haruslah diatur dalam suatu undang-undang,

yang mencerminkan pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi

manusia khususnya hak-hak keperdataan dan hak hak ekonomi yang

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
27

dimilikinya. Hal tersebut sampai saat ini belum juga dapat diwujudkan di

negara kita. Sampai saat ini Negara kita belum juga memiliki Undang

Undang yang mengatur secara khusus tentang Pengadaan Tanah,

melainkan diatur dengan Peraturan Presiden. Namun, dengan

dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tersebut, dinilai

telah sedikit memberikan kepastian hukum dan aturan-aturan pengadaan

tanah yang lebih demokratis, serta sedikit menutup ruang bagi aparat

pemerintah untuk bertindak secara sewenang-wenang.

C. PEMBAHASAN TEMUAN

Kegiatan relokasi/permukiman kembali penduduk yang terkena

pengadaan tanah sampai saat ini masih sering menimbulkan berbagai

masalah. Masalah tersebut adalah adanya perbedaan berbagai aspek

antara lokasi yang lama dan lokasi yang baru. Permasalahan tersebut

semakin mengemuka ketika berbagai aspek kehidupan yang dimiliki atau

diperoleh di lokasi yang lama, ternyata tidak dapat ditemui di lokasi yang

baru. Antara satu keluarga/kelompok masyarakat tentu dengan yang

lainnya memiliki karakter, kemampuan, dan kebutuhan yang kadang-

kadang tidak sama.

Namun demikian, ketika mereka direlokasi/dimukimkan ke suatu

lokasi, ada kecenderungan mereka diperlakukan memiliki karakter,

kemampuan, dan kebutuhan yang sama. Akibatnya, ada beberapa

keluarga atau kelompok masyarakat yang mengalami deprivasi sosial.

Berdasarkan data lapangan, ada beberapa alternatif dasar perhitungan

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
28

yang dapat dipertimbangkan dalam rangka relokasi/permukiman kembali

penduduk.

Hal-hal yang penting dipertimbangkan sebagai dasar perhitungan

dalam relokasi/permukiman kembali penduduk adalah (1) jumlah anggota

keluarga, (2) mata pencaharian, (3) tingkat pendapatan, (4) kelembagaan

sosial, dan (5) norma dan tradisi lokal. Kelima hal tersebut penting

dipertimbangkan agar warga yang direlokasi/dimukimkan dapat

mempertahankan, bahkan meningkatkan kondisi social ekonomi di lokasi

yang baru.

1. Persepsi masyarakat tentang keberhasilan dan kegagalan

dalam kegiatan pembebasan lahan PT.PLN (Persero)

Keberhasilan atau kegagalan suatu proses pembebasan lahan

dan/atau relokasi/pemukiman kembali seringkali tidak hanya dapat dilihat

oleh pihak yang membutuhkan tanah. Berdasarkan temuan empiris di

lapangan, ada beberapa hal yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai

indikator keberhasilan dan sebaliknya, jika hal tersebut terjadi hal yang

berbeda, maka dapat dikatakan mengalami kegagalan. Berikut adalah

butir-butir persepsi masyarakat mengenai keberhasilan atau kegagalan

proses pembebasan lahan, relokasi, dan pemukiman kembali.

Data dan pembahasan berikut terungkap dari data lapangan

khususnya di Daerah Wotu Malili. Hal tersebut dipilih karena proses

pembebasan lahan masih berlangsung sehingga perhatian masyarakat

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
29

masih cukup tinggi serta ingatan masyarakat terhadap proses

pembebasan lahan masih “segar”.

Adapun persepsi masyarakat tentang keberhasilan dan kegagalan

dalam kegiatan pembebasan lahan Tanah dilandasi oleh (1) jeda

sosialisasi dengan eksekusi pembayaran, (2) proses sosialisasi dan

negosiasi, (3) kepemilikan harta, (4) peluang mata pencaharian, (5)

pulang kembali ke lokasi semula.

2. Kriteria keberhasilan dan kegagalan kegiatan pembebasan

lahan dan relokasi/permukiman kembali

Selama ini, ada kecenderungan kriteria keberhasilan dan

kegagalan kegiatan pembebasan lahan, relokasi, dan pemukiman kembali

lebih menekankan salah satu aspek saja tanpa banyak melihat aspek lain

secara proporsional. Bahkan, criteria yang diterapkan lebih banyak yang

berorientasi pada dimensi output tanpa banyak melihat dimensi proses,

dan dimensi outcome. Oleh karena itu, dibutuhkan criteria dengan melihat

aspek secara seimbang, yakni aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Penetapan kriteria tiga aspek tersebut sejalan dengan perubahan

paradigm pembangunan dari paradigma teknis menuju ke paradigma

pembangunan keberlanjutan (sustainibility). Pada paradigma

pembangunan yang berkelanjutan, pembangunan yang dilakukan harus

memperhatikan aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan

secara seimbang dan holistik.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
30

Dalam kaitan dengan pembebasan lahan, relokasi, dan pemukiman

kembali untuk pembangunan Gardu Indk PT.PLN (Persero), ketiga aspek

tersebut juga sangat penting diperhatikan dan dipertimbangkanKriteria

keberhasilan dan kegagalan kegiatan pembebasan lahan dan

relokasi/permukiman kembali mencakup tiga aspek sosial, ekonomi, dan

lingkungan. Pada aspek sosial berdasarkan pemeringkatannya adalah (1)

proses musyawarah, (2) sosialisasi, (3) sikap masyarakat di lokasi yang

baru, (4) tempat tinggal dengan keluarga, (5) kelembagaan sosial, dan (6)

norma sosial. Pada aspek ekonomis, berdasarkan pemeringkatannya

adalah (1) pendapatan, (2) pola mata pencaharian, (3) hasil produksi

(tani), (4) pangsa pasar, (5) asset keluarga, (6) luas tanah, dan (7) perabot

rumah.

Pada aspek lingkungan, berdasarkan pemeringkatannya adalah (1)

kualitas rumah, (2) luas rumah, (3) prasarana lingkungan permukiman, (4)

kualitas fasos dan fasum, (5) luas pekarangan, dan (6) jarak fasos dan

fasum.

D. JAWABAN DARI TEMUAN

Dengan mengacu pada data, pembahasan, dan kesimpulan di atas, dapat

disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Tiga dasar perhitungan dalam penentuan besaran nilai ganti rugi

kiranya dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam model

konvensional yang selama ini digunakan. Dasar alternatif

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
31

perhitungan pembebasan lahan, selain dapat mereduksi resistensi

masyarakat, juga dapat mengakselerasi proses pembebasan lahan.

2. Dalam rangka relokasi/permukiman kembali penduduk diharapkan

mempertimbangkan keenam aspek yang selama ini belum

sepenuhnya menjadi perhatian para pihak yang membutuhkan tanah.

Dengan mempertimbangkan keenam aspek tersebut diharapkan

kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat lebih terjamin dan

mengalami peningkatan

3. Dalam Melakukan pembebasan lahan hendaknya pihak PT. PLN

(Persero) melakukan negosiasi empat mata terlebih dahulu agar

dapat memahami keluhan para masyarakat yang terkena titik

pembangunan PT PLN (Persero)

4. Dalam pelakuan pembayaran pembebasan lahan pihak PT PLN

(Persero) sebainya melakukan tepat pada waktunya dan paling tidak

mengikuti keinginan para warga yang terkena titik lokasi

pembangunan

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
32

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Selama melaksanakan kegiatan PKL pada PT. PLN (Persero) UPK


RING SULMAPA III yang merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
berbentuk Perseroan Terbatas yang khusus menangani proyek – proyek
pembangkit listrik dan jaringan di sulawesi.
Adapun proyek-proyek ketenagalistrikan yang dilaksanakan
disupervisi oleh PT PLN (PERSERO) UPK RING SULMAPA III antara lain
:
A. Proyek Pembangkit yang meliputi PLTA, PLTM, PLTU dan PLTD.
B. Proyek jaringan yang meliputi Sistem Sulawesi Selatan, Sistem
Gorontalo, Manado, Maluku, dan Maluku Utara, Serta Sistem
Papua.
C. Gardu induk (GI) yang meliputi GI Maros, GI Teling, dan GI Sistem
Gorontalo.
Dalam melaksanakan PKL, penulis mendapat banyak masukan
tentang bagaimana cara belajar dan bekerja di dalam suatu perusahaan.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang penulis
dapatkan dari perusahaan tersebut, antara lain :
1. PT. PLN (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara
yang berbentuk Perseroan Terbatas yang khusus menangani proyek –
proyek pembangkit listrik dan jaringan di sulawesi.
2. PT. PLN (Persero) mempunyai struktur organisasi yang
berbentuk garis, dimana pelimpahan wewenang berlangsung secara
vertical dari pemimpin tertinggi kepada bagian-bagian di bawahannya
sehingga tercipta suatu kesatuan perintah dan kesatuan komando.
3. Selama melakukan kegiatan PKL, penulis banyak
mengetahui tentang prosedur dan tata cara dunia kerja yang
sesungguhnya. Selain itu penulis juga dapat mengetahui bentuk-bentuk

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312
33

tugas yang dilaksanakan oleh masing-masing karyawan tentunya


disesuaikan dengan bidang masing-masing.

Tiga dasar perhitungan dalam penentuan besaran nilai ganti rugi


kiranya dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam model
konvensional yang selama ini digunakan. Dasar alternatif perhitungan
pembebasan lahan, selain dapat mereduksi resistensi masyarakat, juga
dapat mengakselerasi proses pembebasan lahan.

B. Saran
Peraktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan program
pengaplikasian teori-teori yang didapatkan selama kuliah. Oleh sebab itu,
penulis menyarankan kepada :
1. Untuk Pihak STIEM BONGAYA MAKASSAR
Sekiranya desen pembimbing dan mahasiswa mampu menjalin
komunikasi yang baik demi kelancaran proses yang terjalin
antara dosen pembimbing dengan mahasiswa yang dibimbing.
2. Untuk Pihak Perusahaan
PT PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III hendaknya
senantiasa menjalin kerjasama yang baik dengan perusahaan
lain seperti perusahaan kontraktor yang selama ini banyak
menjalin hubungan kerja sama dengan PT PLN (Persero) atau
pihak pemerintah demi kelancaran kerjasama yang terjalin
selama ini.

KKL PT.PLN (Persero) UPK RING SULMAPA III DARNO 2010 10 312

Anda mungkin juga menyukai