Safe Work Methode Statements
Safe Work Methode Statements
Certification
• Ahli K3 Umum – 2003 (Kemenakertrans)
• Ahli K3 Penanggulangan Kebakaran – 2007 (Kemenakertrans)
• Auditor OHSAS 18001 – 2009 (IRCA )
• Manajer Pengendalian Pencemaran Air – 2011 (IATPI)
• Ahli Madya CSR – 2016 (BNSP)
• Instruktur Teknis Bidang Pembinaan SMK3 & Keahlian K3 Umum – 2017 (Kemnaker)
• Auditor SMK3 tersertifikasi Kementerian Tenaga Kerja – 2017 (Kemnaker)
• Gada Utama – 2018 (Mabes Polri)
• Ahli Utama CSR – 2019 (BNSP)
• Asesor Kompetensi – 2020 (BNSP)
Professional Experience
• Astra Otoparts Tbk. EHS (Officer) 2002 – 2006
• Astra Otoparts Tbk. EHS (Head) 2006 – 2012
• Astra Otoparts Tbk. GA, CSR & Security (Head) 2012 – 2020
• Astra Otoparts Tbk. AGC Auditor 2004 – 2006
• Astra Otoparts Tbk. AGC & AFC Lead Auditor 2004 – 2014
• Institut Pertanian Bogor – Jur. Teknik Manajemen Lingkungan- Dosen MK SMK3 2004 – 2015
• Profesional Auditor, Trainer & Konsultan 2009 – Now
Untuk Diperhatikan!
(Pernyataan Penerapan Metode Kerja yang Selamat)
5
Content utama dari SWMS
Sebuah SWMS berisi informasi berikut ini dalam
konteks aktivitas konstruksi berisiko tinggi:
7 Hubungan satu Merupakan bagian dari SWMS Memerlukan JSA untuk menentukan safe
sama lain methode
8 Skala Pekerjaan Dilakukan untuk semua skala Tidak dilakukan untuk pekerjaan / project
pekerjaan kecil
7
APPENDIX B – EXAMPLES OF HIGH RISK
CONSTRUCTION WORK
8
APPENDIX B – EXAMPLES OF HIGH RISK
CONSTRUCTION WORK
9
APPENDIX B – EXAMPLES OF HIGH RISK
CONSTRUCTION WORK
10
APPENDIX A - EXAMPLES OF CONSTRUCTION WORK OF
A MINOR NATURE
Work of a minor nature can include the following: - a satellite dish or antenna
• inspecting a building’s fire equipment - a computer network
• inspecting a building’s lifts but not maintaining or repairing - a light globe, tube or diffuser
the lifts regardless of how minor - non-structural joinery such as kitchen cabinets, wardrobes,
• inspecting and servicing of, or replacing parts or repairing plasterboard panels, windows, doors, architraves
damage to: - floor boards, floor joists, floor bearers on the ground floor
- an air-conditioning system but not installing or replacing but not an entire room or deck
the entire system - furnishings, such as carpets, curtains, blinds and non-
- individual solar panels but not installing or replacing the timber floors
entire solar panel system - floor and wall tiles, and grouting but not an entire room or
- pressure piping, including mechanical sleeving, repairing deck
insulation and applying protective coating but not welding, - skirting boards, ceilings and cornices but not in an entire
cutting or replacing sections of pipe sprinklers but not room
installing or replacing the entire sprinkler system - footpaths and steps but not the entire structure
- an irrigation system but not installing or replacing the - individual roof tiles but not an entire section
entire system
- gutters but not the whole guttering system
- a water pump
- a fence but not replacing an entire fence or gates
- a pre-fabricated rainwater tank
- a toilet, cistern and taps
- a smoke detector
• removing unleaded paint, patching, sanding or painting
- an alarm once de-energised but not the entire alarm walls, and
system
• landscaping e.g. pruning plants, cutting grass, digging holes
- remote-controlled windows, doors, gates and turntables but not building a retaining wall, laying bricks
once de-energised
or operating a machine like an excavator
- an intercom system and a home entertainment system
11
SWMS Sebagai Upaya Pengendalian Risiko
• Sebuah SWMS dapat digunakan untuk pekerjaan yang melibatkan berbagai aktivitas
pekerjaan konstruksi berisiko tinggi, Misalnya aktivitas kerja yang membutuhkan
penggunaan pembangkit listrik bergerak, bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter dan
bekerja berdekatan dengan jalan yang digunakan oleh lalu lintas selain pejalan kaki.
• Sebuah SWMS umumnya berbeda dari dokumen K3 lainnya yang berfokus pada tugas
tertentu atau Proses tertentu, seperti JSA atau SOP. SWMS tidak dimaksudkan menjadi
prosedur — melainkan sebagai alat untuk membantu supervisor dan pekerja
mengkonfirmasi dan memantau tindakan pengendalian yang diperlukan di tempat
kerja. 12
SWMS yang baik
• Sebuah SWMS harus pendek dan fokus pada penjelasan
bahaya spesifik yang diidentifikasi untuk pekerjaan
konstruksi berisiko tinggi yang akan dilakukan dan
langkah-langkah pengendalian harus dilakukan sehingga
pekerjaan dapat dilakukan dengan aman
14
(PENANGANAN, KLASIFIKASI BAHAYA & PENYIMPANAN)
1. Industri Kimia,
2. Industri Pengguna Bahan Kimia
3. Laboratorium,
Industri Kimia,
1. Industri Kimia,
• yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan
kimia,
• diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak,
pestisida, cat , deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat
diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan
penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan
kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan
khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat[3].
Industri Pengguna Bahan Kimia,
•Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan
kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh
tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ
• tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain.
•Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
•Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau
tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak
Tujuan:
Mempermudah arus perdagangan
Bahan Kimia secara internasional
Efisiensi biaya (cost effective)
bagi industri dan peneliti/assesor
Meningkatkan upaya
pengamanan/minimalisasi risiko
SISTEM HARMONISASI GLOBAL
KLASIFIKASI DAN LABELLING BAHAN KIMIA
Contents
Part 1. INTRODUCTION
Part 2. PHYSICAL HAZARD
Part 3. HEALTH HAZARDS
Part 4. ENVIRONMENTAL HAZARDS
Annex 1 Allocation of label elements
Annex 2 Classification and labelling summary table
Annex 3 Precautionary statements and precautionary
pictogram
Annex 4 Guidance on the preparation of Safety Data
Sheets
Annex 5 Consumer product labelling based on the
likelihood of injury
Annex 6 Comprehensibility testing methodology
Annex 7 Examples of arrangements of the GHS label
elements
Annex 8 An example of classification in the Globally
Harmonised System
Annex 9 Guidance on hazards to the aquatic
environment
Annex 10 Guidance on transformation/dissolution of
metals and metal compounds in aquatic
media
Buku Pedoman GHS
Lingkup Sistem Harmonisasi Global
1. KRITERIA KLASIFIKASI
a. Bahaya fisik
b. Bahaya terhadap kesehatan dan
lingkungan
2. KOMUNIKASI BAHAYA
a. Label/penandaan
b. Safety Data Sheet (SDS)/LDK
BAHAYA FISIK (GHS)
1. Eksplosif
2. Gas mudah terbakar
3. Aerosol mudah terbakar
4. Cairan mudah terbakar
5. Padatan mudah terbakar
6. Bahan yang apabila kontak dengan airmenimbulkan gas mudah
terbakar
7. Bahan dapat menimbulkan panas
8. Gas pengoksidasi
9. Cairan pengoksidasi
10. Padatan pengoksidasi
11. Peroksida organik
12. Bahan yang dapat bereaksi sendiri
13. Cairan piroporik
14. Padatan pengoksidasi
15. Gas bertekanan
16. Korosif terhadap logam
BAHAYA TERHADAP
KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
1. Toksisitas akut
2. Korosifitas/iritabilitas pada kulit
3. Kerusakan parah/iritasi pada mata
4. Sensitisasi saluran pernapasan/kulit
5. Mutagenitas Sel
6. Karsinogenisitas
7. Toksisitas terhadap reproduksi
8. Toksisitas sistemik pada target organ spesifik karena paparan tunggal
9. Toksisitas sistemik pada target organ spesifik karena paparan berulang
10. Bahaya aspirasi
11. Berbahaya terhadap lingkungan perairan
Label adalah perangkat dasar yg memberi
informasi kepada pengguna tentang klasifikasi
dan terutama langkah-langkah pengamanan
Info ini harus diberi jika sediaan sekurang-
kurangnya satu senyawa yg tergolong
berbahaya bagi manusia dan/atau lingkungan
ELEMEN LABEL SESUAI GHS
1. Identitas produk
2. Identitas pemasok
3. Identitas bahan kimia
4. Piktogram bahaya
5. Kata-kata sinyal peringatan (signal words)
6. Pernyataan bahaya (hazard statement)
7. Informasi kehati-hatian (precautionary
information)
KATA SINYAL PERINGATAN
(SIGNAL WORDS)
•Pencampuran
•Pengadukan
•Pemanasan
•Pemindahan
Penyimpanan meliputi:
• Penyimpanan bahan baku
• Penyimpanan produk kimia
Pengetahuan dasar apa yang diperlukan untuk
menangani bahan kimia dengan baik?
• Sifat fisika
• Sifat kimia
• Bahaya dan akibatnya
Prinsip utama dalam menangani
bahan-bahan kimia
Nama dan Sifat fisik Wujud fisik Sifat kimia Sifat bahaya
formula
bahan
TD Gas
TL Cair
Tekanan Uap Reaktivitas Toksik
Padat
Suhu Flammable
dekomposisi Eksplosif
Berat jenis
PENANGANAN BAHAN KIMIA
BERACUN
Cara menghindari bahan kimia masuk jalur pernapasan :
• Penanganan dalam ruang khusus atau lemari asam.
• Bekerja dengan arah angin dari pekerja ke sumber emisi.
• Ruang kerja berventilasi.
• Memakai alat pelindung masker atau respirator yang tepat.
PENANGANAN BAHAN KIMIA KOROSIF
Apa contohnya?
Upaya apa agar tidak terjadi
interaksi antara bahan dan wadah?
Bisa Bahaya karena :
bila terjadi interaksi antara bahan dan wadah sehingga wadah
dapat mengalami kerusakan yang akhirnya akan terjadi interaksi
antar bahan yang satu dengan yang lain, interaksi dapat
menimbulkan bahaya.
Bahaya yang mungkin:
senyawa beracun atau bahan mudah terbakar.
Contoh Bahan:
bahan kimia sangat korosif: asam sulfat, asam klorida,
asam asetat, Natrium hidroksida.
Upaya yang dilakukan:
Pilih wadah yang tepat.
Contoh: Air Raja (Aqua Regia)
Contoh : H+ + NaCN ?
SYARAT PENYIMPANAN
Bahan mudah terbakar
• Suhu dingin
HIGIENE INDUSTRI
101
Hiperkes & Keselamatan Kerja
• Hiperkes dan Keselamatan Kerja merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang
menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja,
keselamatan dan kesehatan tenga kerja serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko
bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, atau pencemaran
lingkungan kerja.
• Oleh karenanya, Hiperkes dan Keselamatan Kerja bertujuan agar lingkungan kerja
higienis, aman dan nyaman yang dikelola oleh tenaga kerja sehat, selamat, dan
produktif. Hal tersebut akan mendukung tercapainya peningkatan produksi dan
produktivitas suatu industry sehingga mampu bersaing dalam proses perubahan global.
• Kegiatan Higiene Perusahaan atau Higiene Industri bertujuan agar tenaga kerja
terlindung dari berbagai resiko akibat lingkungan kerja, melalui upaya
identifikasi/pengenalan, pengujian/evaluasi, dan pengendalian serta
menerapkannya dalam bentuk pemantauan dan tindakan korektif/perbaikan
lingkungan kerja, melalui metoda teknik yang bersifat spesifik.
103
Dasar Hukum Higiene Industri
a. ILO No. 112 tahun 1959
Tujuan pelayanan kesehatan kerja didasarkan pada rekomendasi ILO No. 112
(1959) yang didukung oleh Masyarakat ekonomi eropa (1962) dan Majelis
eropa (1972). Tujuan itu didukung pula oleh konvensi ILO 161 dan
rekomendasi No. 171 (1985). Tujuan itu adalah sebagai berikut :
adalah rakyat harus mengerti dan sadar akan pentingnya keadaan yang sehat,
105
Tujuan Higiene Industri
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri,
atau pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk
kesejahteraan tenaga kerja.
Mengenali Faktor bahaya seperti faktor fisik, kimiawi, biologi, ergonomi, dan
psikologi di lingkungan kerja.
Evaluasi adalah suatu kegiatan sampling dan mengukur bahaya dengan metode
yang lebih spesifik.