Anda di halaman 1dari 8

Page |1

(4) KEGIATAN-IV

BEDAH FILM UPACARA BUDAYA


KENDURI SKO KERINCI
JAMBI

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kerinci

1. Kata Kerinci

Suku Kerinci[1] (ejaan lama: Kerintji atau Kerinchi; Jawi: ‫ )كرينچي‬adalah suku bangsa atau
kelompok etnik yang mendiami wilayah Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, Jambi,
Malaysia dan daerah lainnya.[1] Suku bangsa ini terbanyak berpusat di Kabupaten Kerinci
yang terletak dekat perbatasan Provinsi Sumatra Barat. Secara Topografi Kabupaten
Kerinci memiliki tanah berbukit dan berlembah dalam deretan Pegunungan Bukit Barisan
dengan puncak tertinggi Gunung Kerinci.[1]

2. Bahasa dan Budaya Kerinci

Nama Kerinci berasal dari bahasa Tamil, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes
kunthiana) yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian di atas 1800m yang mekarnya
satu kali selama dua belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan
pegunungan. dapat dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak
lama dan nama Kerinci sendiri diberikan oleh pedagang India Tamil

Bahasa Suku Melayu Kerinci termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia, Melayu
Polinesia Barat, keluarga bahasa Melayu & juga Minangkabau.[1] Berdasarkan bahasa dan
adat-istiadat termasuk dalam kategori Melayu proto,[2] dan paling dekat dengan Jambi
(Melayu deutro) dan juga Minangkabau (Melayu deutro). Sebagian besar suku Kerinci
menggunakan bahasa Kerinci yang merupakan bagian dari bahasa Melayu, bahasa Kerinci
memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup signifikan antar satu dusun dengan
dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh -
setelah pemekaran wilayah tahun 2008. Untuk berbicara dengan pendatang biasanya
digunakan bahasa Melayu lainnya seperti bahasa Melayu dialek Jambi untuk
berkomunikasi serta bahasa Minangkabau juga digunakan karena pendatang dari
Sumatra Barat juga cukup signifikan, bahasa Minang utamanya dipakai di pasar-pasar
wilayah kabupaten kerinci khususnya di kota sungai penuh. Bahasa Indonesia (yang
masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi) juga digunakan untuk berkomunikasi
kepada pendatang dari luar, dan menjadikan bahasa ini menjadi bahasa kedua setelah
bahasa daerah disana.
Page |2

Suku Kerinci memiliki aksara yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu
variasi surat ulu.

Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat
(adatrechtskring) Sumatra Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai
wilayah rantau Minangkabau.

3. Suku Kerinci merupakan masyarakat matrilineal.

Sebagaimana diketahui dari Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang
ditemukan di Kerinci, yang dikirimkan oleh raja Malayu di Dharmasraya pada abad ke-14
kepada depati di Kerinci dan telah disetujui oleh maharajadiraja Adityawarman yang
berada di Suruaso dekat Pagaruyung di Tanah Datar.

4. Pemerintahan

Satu kelompok masyarakat di dalam satu kesatuan dusun dipimpin oleh kepala dusun,
yang juga berfungsi sebagai Kepala Adat atau Tetua Adat. Adat istiadat masyarakat dusun
dibina oleh para pemimpin disebut dengan Sko yang Tigo Takah, terdiri dari Sko Depati,
Sko Pemangku dan Sko Permenti Ninik Mamak. Depati merupakan jabatan tertinggi
dibawahnya adalah Pemangku yang merupakan Tangan kanan dari Depati, Di bawah
Pemangku ada Permenti Ninik Mamak (Rio, Datuk, Ngebi) merupakan gelar adat yang
mempunyai kekuatan dalam segala masalah kehidupan masyarakat adat.Wilayah Depati
Ninik Mamak disebut ‘ajun arah’. Struktur pemerintahan Kedepatian di Alam Kerinci
disebut dengan Pemerintahan Depati: Empat Diatas, Tiga dibaruh, Delapan Helai Kain,
dan Pemangku Lima.

(1) Depati Empat di atas memerintah di Alam Kerinci Tinggi, Wilayah Kabupaten Kerinci
bagian Hilir Sekarang, yang terdiri dari:

1. Depati Muaro Langkap berkedudukan di Tamiai


2. Depati Incung Telang berkedudukan di Pulau Sangkar
3. Depati Biang Seri berkedudukan di Pengasi
4. Depati Batu Hampar berkedudukan di Tanah Sandaran Agung

(2) Depati Tiga dibaruh memerintah di Alam Kerinci Rendah, wilayah Kabupaten
Merangin Sekarang yang, terdiri dari:

1. Depati Setio Rajo berkedudukan di Lubuk Gaung


2. Depati Setio Nyato berkedudukan di Tanah Renah
3. Depati Setio Beti berkedudukan di Beringin Sanggul
Page |3

(3) Kemudian di Wilayah Kerinci Bagian Tengah berdiri Mendapo nan Delapan Helai Kain
yang terdiri dari:

1. Depati Serah Bumi beserta kembar rekannya di wilayah Seleman


2. Depati Mudo Terawang Lidah beserta Kembar rekannya di wilayah Penawar
3. Depati Atur Bumi beserta kembar rekannya di wilayah Hiang
4. Depati Mudo Udo Nenggalo Terawang Lidah beserta Kembar Rekannya di
wilayah Kampung Dalam Rawang: Depati Nanggalo, Depati Mandaro, Depati
Niat (Karang Setio Balun) disebut dengan Tigo Dihilir Empat Tanah Rawang
5. Depati Kepalo Sembah beserta kembar rekannya di wilayah Semurup
6. Depati Situo beserta Kembar rekannya di wilayah Kemantan
7. Depati Sekungkung beserta kembar rekannya di Depati Tujuh
8. Depati Punjung Sepenuh Bumi beserta kembar rekannya di wilayah Koto Baru
Rawang: Depati Senang Gumi, Depati Awa, Depati Janggut (Karang Setio Tap)
disebut dengan Tigo di Mudik Empat Tanah Rawang.

(4) Pemangku yang berlima orang:

1. Pemangku Sayo (Seraya) Rajo di Koto Petai


2. Pemangku Cayo Rajo di Semerap Ujung Pasir
3. Pemangku Cayo Derajo di Semerah Bungo Tanjung
4. Pemangku Derajo di Sebukar Koto Iman
5. Pemangku Malin Deman di Tanjung Tanah ditambah dengan Sungai Penuh
sebagai Pegawai Jenang, Pegawai Rajo, Pegawai Syara' Suluh Bindang Alam
Kerinci di bawah Pemerintahan Depati Nan Batujuh, Permenti Nan Sepuluh,
Pemangku duo Ngebi Teh Setio Bawo, yang merupakan Turunan dari Siak Lengih
salah satu penyebar Islam di Kerinci, Siak Lengih diceritakan masih merupakan
Kerabat dekat dari Tuan Kadhi dari Padang Genting.

(a) Depati Nan bertujuh:

1. Depati Santiudo di Sungai Penuh


2. Depati Payung di Pondok Tinggi
3. Depati Pahlawan Negaro di Dusun Bernik
4. Depati Alam Negeri di Dusun baru
5. Depati Simpan Negeri di Dusun Baru
6. Depati Nyato Negaro di Koto Renah
7. Depati Sungai penuh di Sungai Penuh
Page |4

(b) Permenti nan Sepuluh:

1. Datuk Singarapi Putih


2. Rio Jayo
3. Rio Mendiho
4. Rio Sengaro
5. Rio Temenggung
6. Rio Pati
7. Rio Mandaro
8. Datuk Capeti Uban
9. Datuk Capeti Kudrat
10. Datuk Singarapi Gagak

(c) Pemangku yang berdua

1. Pemangku Rajo
2. Rio Mangku Bumi *

5. Selain pemerintahan di atas, terdapat pemerintahan Otonomi tersendiri yang diakui


kedudukannya oleh Kesultanan Jambi, Kesultanan Pagaruyung maupun Kesultanan
Indrapura seperti:

A. Pemerintahan Tigo Luhah Tanah Sekudung berkedudukan di Siulak

Disebut Anjung lain Tepian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin, di bawah pemerintahan
Depati Bertiga, Bungkan Perbakalo yang Empat, Ninik Mamak Permenti Nan Salapan

Depati bertiga terdiri dari:

1. Depati Intan Kumbalo Bumi Kum Segalo Bumi Rajo di Siulak Mukai
2. Depati Mangkubumi Kulit Putih Suko Berajo di Siulak Panjang
3. Rajo Simpan Bumi Tunggun Setio Alam di Siulak gedang

Bungkan Perbakalo yang Empat

1. Demang Sakti
2. Jagung Tuo Nyato Depati
3. Jindah Tuo Susun Negeri
4. Serajo Tuntut gedang

Ninik Mamak Permenti yang Delapan

1. Rajo Liko
2. Rajo Indah
3. Rajo Penghulu
4. Temenggung Tuo Susun Negeri
Page |5

5. Serajo Tumbuk Kris


6. Rio Mudo Mangku Bumi
7. Datuk Depati Paduko Rajo
8. Sulah Putih

Tokoh agama di Kumun di masa Hindia Belanda

B. Wilayah Kumun, Batu Gong Tanah Kurnia dibawah pemerintahan Depati berempat:

1. Depati Galang Negeri


2. Depati Puro Negaro
3. Depati Sampurno Bumi Putih
4. Depati Nyato Negaro

C. Lolo, Seliring Kulambo Rajo

D. Lempur Lekuk Limo Puluh Tumbi

(1) Enam Depati dari Pulau Sangkar

1. Depati Kerinci
2. Depati Anggo
3. Depati Sangkar
4. Depati Suko Berajo
5. Depati Gung
Page |6

6. Depati Talago

(2) Enam Depati dari Serampas

1. Depati Pulang
2. Depati Naur
3. Depati Serampas
4. Depati Ketau
5. Depati Payung
6. Depati Karamo

Kekuatan Depati menurut adat dikisahkan memenggal putus, memakan habis,


membunuh mati. Depati mempunyai hak yang tertinggi untuk memutuskan suatu
perkara. Dalam dusun ada 4 pilar yang disebut golongan 4 jenis, yaitu golongan adat,
ulama, cendekiawan dan pemuda. Keempat pilar ini merupakan pemimpin formal
sebelum belanda masuk Kerinci 1903. Sesudah tahun 1903, golongan 4 jenis berubah
menjadi informal leader. Pemerintahan dusun(pemerintahan Depati) tidak bersifat
otokrasi. Segala maslah dusun, anak kemenakan selalu diselesaikan dengan musyawarah
mufakat.

Ninik Mamak mempunyai kekuatan menyelesaikan masalah di dalam kalbunya masing-


masing. Dusun terdiri dari beberapa luhah. Luhah terdiri dari beberapa perut dan perut
terdiri dari beberapa pintu, di dalam pintu ada lagi sikat-sikat. Bentuk pemerintahan
Kerinci sebelum kedatangan Belanda dengan system demokrasi asli, merupakan system
otonomi murni. Eksekutif adalah Depati dan Ninik Mamak. Legislatif adalah Orang tuo
Cerdik Pandai sebagai penasihat pemerintahan. Depati juga mempunyai kekuasaan
menghukum dan mendenda diatur dengan adat yang berlaku dengan demikian dwifungsi
Depati ini adalah sebagai Yudikatif dusun. Ini pun berlaku sampai sekarang untuk
pemerintah desa, juga pada Zaman penjajahan Belanda dan Jepang dipergunakan untuk
kepentingan memperkuat penjajahannya di Kerinci.

Dulu, wilayah Kerinci dikelilingi oleh beberapa kerajaan, seperti Kerajaan Indrapura,
Melayu Jambi, Muko-muko dan Kerajaan Serambi Sungai Pagu. Walaupun demikian,
secara resmi wilayah ini tidak menjadi bagian dari salah satu kerajaan tersebut. Wilayah
ini dipimpin oleh depati sebagai pucuk pimpinan adat di setiap luhah dalam wilayah ini.
Pemerintahan disebut dengan istilah "Depati Empat Pemangku Lima Nan Selapan Helai
Kain Alam Kurinci". Wilayah Kerinci meliputi tiga depati, Depati Setio Beti di Nalo, Depati
Setio Rajo di Lubuk Barung dan Depati Setio Nyato di Tanah Renah.[3]
Page |7

6. Hubungan Kekerabatan

Masyarakat Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang yang
dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat pada
tenganai rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci
perkawinan dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran agama
Islam.

Hubungan kekerabatan di Kerinci mempunyai rasa kekeluargaan yang mendalam. Rasa


sosial, tolong-menolong, kegotongroyongan tetap tertanam dalam jiwa masyarakat
Kerinci. Antara satu keluarga dengan keluarga lainnya ada rasa kebersamaan dan
keakraban. Ini ditandai dengan adanya panggilan-panggilan pasa saudara-saudara
dengan nama panggilan yang khas. Karenanya keluarga atau antar keluarga sangat peka
terhadap lingkungan atau keluarga lain. Antara orang tua dengan anak, saudara-saudara
perempuan seibu, begitupun saudara-saudara laki-laki merupakan hubungan yang
potensial dalam menggerakkan suatu kegiatan tertentu.

7. Hubungan Kemasyarakatan

Struktur kesatuan masyarakat Kerinci dari besar sampai yang kecil, yaitu kemendapoan,
dusun, kalbu, perut, pintu dan sikat. Dalam musyawarah adat mempunyai tingkatan
musyawarah adat, pertimbangan dan hukum adat, berjenjang naik, bertangga turun,
menurut sko yang tiga takah, yaitu sko Tengganai, sko Ninik Mamak dan sko Depati.

Perbedaan kelas dalam masyarakat Kerinci tidak begitu menyolok. Stratifikasi sosial
masyarakat Kerinci hanya berlaku dalam kesatuan dusun atau antara dusun pecahan
dusun induk. Kesatuan ulayat negeri atau dusun disebut parit bersudut empat. Segala
masalah yang terjadi baik masalah warisan, kriminal, tanah dan sebagainya selalu
disesuaikan menurut hukum adat yang berlaku.

Silakan ketauatan (link) Kerinci Heritage berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=4iTBvSBffkA (Kenduri Sko-1)

https://www.youtube.com/watch?v=0rl-x8Woyw4 (Kenduri Sko-2)


Page |8

Anda mungkin juga menyukai