Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

DAULAH UTSMANIYAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradan Islam

Dosen Pengampu: Dr. Lukmanul Hakim, Ph.D

Disusun Oleh:

AMIN HUSEIN 20210520100007

FUADAH AINI 20200520100030

NURUL QODRIAH ROYANI 20200520100032

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

1443 H/ 2021 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai “Daulah
Utsmaniyah”. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Proses penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam penulis kepada yang
terhormat : kepada dosen yang telah membimbing kami dalam membuat proses
pembuatan makalah,dan kepada kawan-kawan semua.
Hanya kepada Allah SWT jugalah penulis memohon doa sehingga bantuan dari
berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang demikian sajalah yang dapat
penulis berikan. Penulis juga sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Amiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bogor, 25 Desember 2021

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan politik umat Islam
mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar : Daulah Usmaniyah di Turki,
Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiganya, Daulah Usmaniyah adalah
yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam. Dengan wilayahnya
yang luas membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Bahkan hingga Asia Tengah,
Turki Usmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan agama, Daulah
Usmaniyah mampu berkuasa sekitar 6 abad berturut-turut.
Sejarah peradaban Islam masa pemerintahan usmani yang penuh dengan
suasana politik, bagaimana Daulah Usmaniyah mampu menjadi kerajaan islam yang
paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula kerajaan islam sebesar ini bisa
runtuh dan akhirnya menjadi republik turki pada tahun 1924.
Keruntuhan kerajaan Daulah Usmaniyah disebabkan menjadi faktor
internal yaitu: Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan,
sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya
kriminalitas, Heterogenitas penduduk dan agama, Kehidupan istimewa yang
bermegahan, Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada
sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan. Dan Faktor Eksternal yaitu
: Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki
selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki
mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya, Terjadinya kemajuan teknologi di
barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena
mereka masih menggunakan senjata tradisional

B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan makalah ini penulis akan menulis dengan mengacu pada
rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Usmani?
2. Bagaimana Biografi singkat Raja-Raja Dinasti Usmani?
3. Apa Saja Kemajuan Dinasti Usmani?
4. Bagaimana Kemunduran Dinasti Usmani?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinasti Utsmani


1. Pembentukan Pemerintahan
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua
Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki
Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti
Turki Usmani.
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan
yang berada dibawah kekuasaan Byzantium (Romawi Timur). Penaklukan-
penaklukan oleh pasukan Islam, dari ujung Armenia hingga ke puncak
gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah, kaum
muslim belum mampu menaklukkan konstantinopel, walaupun telah dilakukan
berulang kali usaha penyerangan. Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H
yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas
romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat
itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi
saljuk.1
Anatolia kemudian jatuh ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari
saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin
dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain
jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia,
menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan
lemahnya Mongolia, pemerintahan Utsmaniyah lalu menguasainya pada masa
yang berbeda
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari
kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama Islam dari negeri Turkistan. ketika
terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke
negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri
asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman. Nama

1
Harun, Nasution. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996) hal. 122
Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra
yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258.2 Nama Usman inilah yang
kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri
Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah
Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke
Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada
dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul
membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan
mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan
sebagian hartanya mereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari
serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di
daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri
pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan Bizantium. Atas
jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang
berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Pemerintahan Ertugrul merupakan cikal bakal dinasti Utsmani.
Pemerintahan ini meskipun relatif kecil memiliki berbagai keistimewaan dan
keunggulan yang memudahkannya membentuk sebuah negara yang kuat di bawah
naungan negara-negara adidaya yang berkonflik dan pemerintahan pemerintahan
kecil suku Turkmen yang terjerumus dalam perang saudara.

Berikut ini kami Kemukakan beberapa faktor keberuntungan dan


keistimewaan bagi berdirinya dinasti Utsmani
1. Geografis sogut merupakan sebuah daerah yang secara geografis jauh dari
Medan serangan tentara Mongol, ia jauh dari pemerintahan Pemerintahan Turki
yang kuat di selatan Anatolia
2. Pemerintahan merupakan satu-satunya pemerintahan yang berbatasan langsung
dengan wilayah wilayah kekuasaan kekaisar Byzantium yang belum
ditaklukan.
3. Pemerintahan Ertugrul memiliki daya tarik luar biasa bagi para tentara dan
pasukan tempur orang-orang Turkmen merupakan para petualang yang
semangat melakukan penaklukan dan memperkokoh pengaruh dan perluasan

2
Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) hal. 129
wilayah kekuasaan mereka, ketika mereka berhasil menaklukkan wilayah,
wilayah tersebut diserahkan dibawah panjinya.
4. Ruh dan spirit akidah yang dianugerahkan Allah kepada keluarga besar
Utsmani serta berbagai karekter baik yang luarbiasa dianugerahkan Allah
kepada mereka sebagai generator keberhasilan penaklukan-penaklukkan.
5. Selama proses tersebut berlangsung pemerintah kekaisaran Byzantium yang
menjadi musuh bebuyutan berada di ambang keruntuhan.
6. Kebebasan beragama yang diterapkan Ertugrul dan putranya Utsman bagi
anggota sukunya tidak lain merupakan penerapan riil bagi kaidah syariat Islam
dan merupakan bagian dari ajaran Islam yang toleran; mereka tidak melakukan
intervensi kepada orang-orang Dzimmi
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya
dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324)3, atas persetujuan
Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan
Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi
kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas
wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki
Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman
sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada
tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan
awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa)
dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M.
wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326
M.
2. Pemancangan Prinsip-Prinsip dan Dasar Negara
a. Pedoman pemerintahan Utsmani.
kehidupan Utsman sang Perintis pemerintahan Utsmani diwarnai dengan
jihad dan dakwah di jalan Allah, para ulama selalu mengelilinginya dan
memberikan nasehat dalam masalah ketatanegaraan, implementasi syariat atau
pengendalian kekuasaan. Sebelum wafat Utsman berwasiat kepada anaknya, yang
wasiat tersebut menjadi pedoman dalam pemerintahan Utsman setelah ia wafat

3
Hassan Ibrahim, Islamic History And Culture, Diterjemahkan oleh Djahdan Human, Sejarah
Dan Kebudayaan Islam, h. 327.
1) Selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah, dan
menghindari dari hal-hal yang tidak diperintahkan oleh Allah. Jika
mendapatkan masalah berupa kesulitan hokum, maka bermusyawarah dengan
ulama-ulama yang mengerti agama
2) Hormatilah orang yang yang taat kepadamu dengan penuh bangga dan berbuat
baiklah kepada tentaramu, dan janganlah terperdaya dengan banyaknya tentara
dan harta
3) Berjihad mencari ridho Allah, bukan untuk dorongan hawa nafsu
4) Dekatkanlah dirimu dengan para ulama perhatikan mereka, hormati mereka dan
selalu bermusyawarah dengan mereka. Sebab mereka tidak akan pernah
menyeru kecuali kepada kebaikan
5) Berlaku adil dalam segala urusan
wasiat ini telah menjadi panduan dinasti Utsmani dimana para penguasa
Utsmani menjalankan roda kekuasaannya.4
Setelah wafatnya Sultan Utsman I, puteranya yang bernama Orkhan bin
Utsman segera memangku kekuasaan (726-762H/1327-1360M). Dia melakukan
apa yang dilakukan ayahnya dalam administrasi negara dan penaklukan-
penaklukan. Orkhan bin Utsman mendirikan sebuah universitas untuk pertama
kalinya, dia menyerahkan urusan admininistrasi kepada Daud Al Qaishari, salah
seorang ulama Utsmani yang belajar di Mesir.
Sultan Orkhan bin Utsman sangat terobsesi dengan merealisasikan apa yang
pernah dikabarkan oleh Rasulullah tentang akan ditaklukkannya Konstantinopel
oleh kaum muslimin. Dia meletakkan langkah-langkah strategis untuk melakukan
pengepungan terhadap ibukota Byzantium tersebut dari arah barat serta timur
sekaligus. Dengan langkah-langkah pengepungan dan penaklukan benteng-benteng
inilah, Sultan Orkhan bin Utsman telah melakukan langkah penting dan membuka
jalan bagi penguasa yang dating setelahnya untuk menaklukan Konstantinopel.
Salah satu jasa penting Orkhan bin Utsman dalam dinasti Utsmani adalah
dengan pembentukan tentara islam serta kepeduliannya untuk membentuk satu
midel satuan khusus dalam kemiliteran. Selain itu dia juga menambah tentara
tambahan dari kaum muslimin yang baru basuk islam, tentara tambahan ini disebut

4
Shallabi, P. D. (2021). Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
sebagai Al Inkisyariyah atau dikenal dengan Janisariy. Orkhan bin Utsman juga
membangun masjid-masjid, akademi-akademi keilmuan yang dipimpin para ulama
terkemuka. Pada setiap desa ada sekolah, sedangkan difakultas diajarkan tata
Bahasa, ilmu logika, metafisika, fiqih, Bahasa, balaghah, arsitektur, dan ilmu falak.
Setelah Orkhan bin Utsman wafat, maka diganti oleh anaknya yang
bernama Murad bin Orkhan yang disebut Sultan Murad I (761-791H/1360-
1389M). Pemerintahan Sultan Murad I diwarnai dengan sosoknya yang sangat
pemberani, dermawan dan agamis yang berpegang kepada syariat. Berlaku adil
kepada rakyatnya, tentaranya, menambah pembangunan masjid dan sekolah,
menambah perluasan wilayahnya di asia kecil dan eropa.
Masa Sultan Murad I dieropa, tentara Utsmani menyerang wilayah-wilayah
yang dikuasai kekaisaran Byzantium. Pada tahun 762H/1360M, dia berhasil
menguasai Adrianople (Edirne), sebuah kota yang angat strategis di Balkan dan
dianggap sebagai kota kedua kekaisaran Byzantium. Sultan Murad I menjadikan
kota ini sebagai ibukota pemerintahannya sejak tahun 768H/1366M. Dengan
demikian pemerintahan Utsmani pindah ke Eropa dan Adrianople (Edirne) sebagai
ibukotanya.
Pemindahan ibukota dimaksudkan untuk :
1) Menjadikan Edirne sebagai wilayah pertahanan yang kuat, serta sebagai usaha
mendekatkan diri dengan medan jihad.
2) Keinginan Sultan Murad I untuk memasukkan semua wilayah eropa yang telah
ditaklukkan dan dikuasai
Sultan Murad I menghimpun semua elemen-elemen yang akam menjadi sikal
bakal negara besar dengan prinsip-prinsip dasar sebuah pemerintahan modern.
Disana terbentuk serikat-serikat pegawai, divisi-divisi pasukan tempur, lembaga-
lembaga yang terdiri dari praktisi hokum dan pemuka agama. Juga dilengkapi
dengan lembaga-lembaga kehakiman, sekolah-sekolah agama dan akademi militer.
Dan Edirne menjadi ibukota sampai kekuatan Utsmani menaklukkan
Konstantinopel.
3. Fase dari Kuat Menuju Fase Kelemahan
Setelah syahidnya Sultan Murad I, puteranya yang bernama Beyezid I (791-
805H/1389-1402 M) bangkit menggantikannya. Dia dikenal dengan sosok yang
pemberani, cerdas dan murah hati dan besar ambisinya untuk melakukan ekspansi
memperluas wilayah islam. Beyezid I sangat menaruh perhatian besar kepada
masalah kemiliteran dan berencana menaklukkan Anatolia, dan luarbiasanya
dalam waktu satu tahun negeri-negeri itu berada dibawah kekuasaan dinasti
Utsmani. Kebijakan awal Sultan Beyezid I setelah memangku jabatan adalah
dengan menjalin hubungan bilateral dengan Serbia dengan harapan Serbia
menjadi temeng kekuasaan Utsmani dari gangguan Hungaria. Politik Beyazid I ini
merupakan politik bebas aktif dan agar bisa menaklukan kerajaan kerajaan Seljuk
turki di asia kecil. Pada masanya suga Sultan Beyezid I mengepung Byzantium
dan meminta untuk menerima pembentukan mahkamah islam dalam memutuskan
masalah umat islam yang tinggal di wilayah Konstantinopel. Setelah beberapa
lama Sultan Beyezid melakukan pengepungan Konstantinopel dengan
menargetkan kejatuhan Byzantium, tiba-tiba Sultan Beyezid I memalingkan
perhatiannya kearah lain, karena dia melihat sebuah bahaya baru yang
mengancam pemerintahan Utsmani yaitu ancaman Timurlenk.
Sebeb pertempuran Sultan Beyezid I dengan Timurlenk adalah :

1) Para pemimpin wilayah irak yang negerinya tunduk dibawah Timurlenk


meminta bantuan Sultan Beyezid I, dan sebaliknya penguasa Asia kecil
meminta perlindungan Timurlenk dari Sultan Beyezid I

2) Negara-negara Eropa memprovokasi Timurlenk agar menumpas dan


mengalahkan kekuasaan Utsmani dibawah Sultan Beyezid I

3) Kedua pemimpin itu sama-sama ingin memperluas wilayah kekuasaannya

Maka terjadilah pertempuran antara pasuka Utsmani dibawah komando


langsung Sultan Beyezid I dan pasukan Timurlenk dibawah komando
Timurlenk, dan kekalahan ada dipihak Utsmani dengan ditawannya Sultan
Beyezid I, yang akhirnya wafat dalam tahanan Timurlenk.5

Sepeninggal ayahnya Sultan Beyezid I, maka yang menggantikan adalah


anaknya yang bernama Muhammad I atau yang dikenal dengan Muhammad
Celebi (781-824 H/1379-1421M). kekuasaan Sultan Muhammad I berlangsung
setelah 10 tahun terjadi konflik diantara anak-anak Sultan Beyezid I dalam
memperebutkan posisi Sultan Utsmani setelah ayahnya Sultan Beyezid I wafat.
Sultan Muhammad I dikenal juga dengan pendiri Dinasti Utsmani ke dua
setelah Dinasti Utsmani kalah oelh Timurlenk.(2) Dibawah Sultan Muhammad

5
Ibid.,
I, maka dia menerapkan kebijakan baru yang bertumpu pada fleksibilitas
dengan negara-negara Eropa, sehingga mampu mengembalikan kekuatan dan
kedudukan dinasti Utsmani yang semula.

4. Perluasan dan Perubahan Menjadi Imperium

Setelah wafatnya Sultan Muhammad I kemudian digantikan oleh anaknya


Sultan Murad II (824-855 H/1421-1452 M), (sebelum kematian Sultan
Muhammad I, berpesan agar menyembunyikan berita kematiannya sampai
anaknya Sultan Murad II yang ditujuk datang ke Bursa). Sultan Murad II
dikenal dengan ketaqwaannya, adil dan kasih sayang. Pada masanya dia
berhasil meredam gerakan-gerakan separatism yang dipimpin oleh pamannya,
yaitu Mustafa. Awal kepemimpinannya Sultan Murad II menghadapi
pemberontakan diwilayah Balkan, peperangan melawan Hungaria dan Albania.
Dalam pertempuran ini Sultan Murad II mengalami kekalahan, sehingga
menandatangani perjanjian damai dengan negara-negara Eropa untuk genjatan
senjata selama 10 tahun dengan tuntutan :

a. Menyerahkan Serbia dan mengakui George Brancovites sebagai


penguasanya

b. Menyerahkan wilayah Valichie kepada Hungaria

c. Membayar uang tebusan 60.000 Duqiyah untuk keluarganya yang ditawan.

Setelah perjanjian ini Sultan Murad II, mengundurkan diri dan


melakukan uzlah untuk mencari ketenangan batin. Pemerintana Utsmani
diserahkan kepada anaknya Muhammad II. Namun tidak berlangsung lama
Sultan Murad II kembali ke kekuasaan setelah pikah Eropa menggagalkan
perjanjian genjatan senjata 10 tahun tersebut. Setelah kemenangan pertempuran
atas pengkhianatan Eropa dengan kekalahan hungaria, Sultan Murad kembali
meninggalkan Kekuasaan kepada anaknya Muhammad II untuk beruzlah,
namun tidak lama setelah meninggalkan kekuasaan, Sultan Murad Ii harus
kembali lagi kepada kekuasaan karena adanya pemberontakan pasukan
Inkisariyah di Edirne. Kembalinya Sultan Murad Ii kepada kekuasaan karena
anaknya Muhammad II sebagai pengganti masih terhitung muda , dan khawatir
permasalahan pemberontakan ini semakin meluas. Sultan Murad II, kemudia
mengirim Muhammad II menuju Magnesia untuk belajar memimpin. Sultan
Murad II tetap berkuasan sampai akhir hayatnya.6

Setelah wafatnya Sultan Murad II, maka anaknya Sultan Muhammad II


yang sebelumya menggantikannya dan dikirim ke magnesia untuk belajar
kepemimpinan mengambil kekuasaan melanjutkan pemerintahan Utsmani
setelah Sultan Murad II. Sultan Muhammad II atau dikenal dengan sebutan
Sultan Muhammad Al Fatih (831-887 H/1451-1481 M), Sultan Muhammad
Al Fatih dikenal memiliki kepribadian yang komplit yang menggabungkan
antara kekuatan dan keadilan, masa mudanya banyak mengungguli teman-
teman seusianya. Dikenal pandai dalam urusan administrasi negara,
management negara, penguasaan medan dan strategi perang.

Sultan Muhammad Al Fatih menempuh kebijakan yang diwariskan ayah


dan kakeknya dalam hal ekspansi kekuasaan. Dia sangat concern dengan
masalah keuangan negara, dia menetapkan pendapatan negara dan bagaimana
cara pembelanjaannya secara efektif dan efisien; sehingga bisa mencegah
terjadinya pemborosan dan pembobolan uang negara. Dia juga berkonsentrasi
meningkatkan kepegawaian pasukan, merestrukturisasi organisasi tentara
dengan menetapkan absensi dan menambah gaji pegawai dan pelengkapan
senjata terbaik di zamannya.(2) Awal pemerintahannya Sultan Muhammad II,
menghadapi perang saudara di Anatolia dan kudeta-kudeta didalamnya.
Permasalahan ini dapat dikuasai oleh Sultan Muhammad II dengan sikap
menyerah dan damai dari pihak pemberontak.

Sultan Muhammad II memiliki cita-cita untuk menaklukkan


Konstantinopel sebagai pusat kekaisaran Byzantium dan tempat paling strategis
yang dipakai oleh koalisi nasrani Eropa untuk menyerang wilayah muslim.
Sultan Muhammad II terobsesi untuk mewujudkan hadits Rasulullah yang
selalu diajarkan oleh guru-gurunya.

“Sesungguhnya akan dibuka Kota Konstantinopel, sebaik-baik


pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah
pasukan perang saat itu.” (HR. Imam Ahmad 4/235, Bukhori 139).
Hasil tarbiyah yang ia terima, mendidik jiwanya untuk mencintai Al
Quran dan Sunnag rasulullah. Sultan Muhammad II tumbuh dengan komitmen

6
Ibid.,
yang tinggi terhadap syariat islam, memiliki sifat takwa dan wara’, mencintai
ilmu dan ulama, serta semangat tinggi untuk menyebarkan ilmu pengetahuan.
Semua ini tidak lepas dari didikan orang tua pembimbing dan guru-gurunya.
Sosok gurunya yang dikenal adalah Ahmad bin Ismail Al Kurani dan Aq
Syamsuddin.

Hal yang paling fenomenal dalam strategi perang antara pasukan


Utsmani dan pasukan Byzantium adalah ketika kaisar Byzantium menutup laut
dengan rantai-rantai besar yang terbuat dari besi dan dijaga oleh kapal-kapal
dari Genoa. Yang pada akhirnya Sultan Muhammad II memindahkan kapal-
kapal pasukan Utsmani menyeberangi gunung Gelatha. Sultan Muhammad
melakukannya dengan cara menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke
muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu
yang sangat singkat, tidak sampai satu malam. Dari pertempuran ini pasukan
Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad II dengan izin Allah dapat
menaklukkan Konstantinopel. Setelah penaklukkan inilah maka Sultan
Muhammad II dijuluki Sultan Muhammad Al Fatih.7

Prof Michael Dunwell seorang pakar dalam bidang hubungan


internasional mengatakan : Imperium pada dasarnya merupakan hubungan-
hubungan politik yang ditekankan oleh suatu komunitas- komunitas politik
terhadap rezim yang berkuasa atas komunitas-komunitas politik lainnya.
Imperium adalah system politik yang dikuasai oleh imperator/penguasa suatu
imperium/kaisar yang mengendalikan atau menguasai wilayah yang sangat luas
dan banyak penduduk yang seolah-oleh mengelilingi bumi.

Imperium memiliki dua karakter utama :

Pertama : Yang membedakannya dengan negara adalah, Imperium senantiasa


berusaha memperluas wilayah kekuasaannya keluar.

Kedua : Imperium membentuk sebuah poros yang merupakan markas


pengambilan keputusan.8

5. Perubahan Menjadi Kekhalifahan Islam

7
https://kisahmuslim.com/4287-muhammad-al-fatih-penakluk-konstantinopel.htm
8
Tsunayyan, P. M. (2018). Ertugrul Sejarah Turki Utsmani dari Kabilah ke Imperium. Jakarta: Pustaka
Al Kautsar.
Sultan Selim I (918-926 H/ 1512-1519 M) menduduki singasana
pemerintahan Utsmani setelah ayahnya Sultan Beyezid II wafat.Tatkala Sultan
Selim I duduk di singasana kekuasaan, pemerintah Utsmani berada di
persimpangan jalan, apakah mencukupkan berkembangnya wilayah kekuasaan
yang mencakup Balkan dan Anatolia?, atau ada keinginan melakukan
perluasan wilayah ke Eropa atau bergerak ke Timur. Kenyataannya Sultan
Selim I melakukan perubahan besar dengan melakukan ekspansi
pengembangan wilayah kekuasaan di Timur. Dengan kebijakan inilah maka
Sultan Selim I, merubah system Imperium menjadi kekhalifahan islam.

Para sejarawan menyebut beberapa factor yang menyebabkan


perubahan kebijakan Sultan Selim I, antara lain :

1) Merasa puas melihat pencapaian hasil ekspansi ke Eropa. Pada masa Sultan
Selim I bukan berarti penaklukkan kearah Eropa berhenti, hanya saja focus
perhatian ekpansi telah bergeser dari Barat ke Timur

2) Pasukan Utsmani bergerak kearah Timur karena ingin menyelamatkan dunia


islam dari ancaman-ancaman kaum Salibis dari Spanyol melalui laut
Tengah, dan orang-orang Portugis di lautan India, laut arab dan laut merah

3) Kebijakan pemerintah Syafawi di Iran dan usaha mereka untuk


menyebarkan paham Syiah di Irak dan Asia kecil. Dan dengan menguasai
Syafawi maka Sultan Selim I akan menguasai Mamalik.9

Dari pergerakan ke Timur ini Sultan Selim I bisa mengalahkan


Mamalik, dan khalifah terakhir bani Abbas di Mesir menyerahkan kekuasaan
kepada dinasti Utsmani di bawah Sultan Selim I. Hijaz dan Yaman menyatakan
ketaatan kepada Sultan Selim I dinasti Utsmani. Inilah yang menjadi moment
pergeseran pusat khalifah islam ke tangan Bani Utsman.

Semenjak zaman Sultan Selim I, dinasti Utsmani beralih kepada gelar


khalifah hingga khalifah terakhir Abdul Majid Afandi. Diantara bukti yang
menunjukkan ini adalah undang-undang yang keluar ketika penghapusan
khalifah islam pada tahun 1342 H/1924 M. Sultan Selim I menggunakan gelar
khalifah setelah menaklukkan kota Aleppo dan menyebutkannya didalam
pembukaan undang-undang Sinjak Samandarah tahun 922 H/ 1516 M dan
9
Shallabi, Op.Cit
dalam pembukaan undang-undang Tripoli Syam yang dibuat tahun 925 H/1519
M

Setelah kematian Sultan Selim I, maka digantikan dengan Sultan


Sulaiman Khan atau sering disebut juga Sultan Sulaiman Al Qanuni (927-
974 H/ 1520-1566 M). Masa pemerintahan Sultan Sulaiman Qanuni merupakan
representasi puncak kejayaan politik khilafah Utsmani dan puncak kemuliaan
Sultan ditengah pusaran dunia masa itu. Di awal pemerintahannya, ia berhasil
memperluas pengaruh kerajaan, mengalahkan pihak asing yang hendak
mencampuri urusan kerajaan, dan menertibkan wilayah yang hendak
melepaskan diri dari otoritas Utsmani.

Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman, terjadi beberapa kali


peperangan. Hal tersebut berkonsekuensi menjadikan wilayah kekuasaan
kerajaan Utsmani kian luas hingga mencapai Eropa, Asia, dan Afrika. Pada
tahun 927 H/1521 M, Utsmani berhasil menguasai wilayah Belgrade (ibu kota
Serbia sekarang). Pembangunan maritim Utsmani mulai dirintis dan mengalami
pertumbuhan pesat pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II. Angkatan laut
kerajaan memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kedaulatan laut
kerajaan. Pada masa Sultan Sulaiman, kekuatan maritim pun kian diperkokoh.
Dengan panglima angkatan laut yang terkenal Khoiruddin Barbarosa, yang
dicitrakan Barat sebagai seorang bajak laut. Barbarosa adalah seorang panglima
angkatan laut Utsmani yang tangguh. Ia berhasil menguasai pantai Spanyol dan
menghancurkan angkatan laut Pasukan Salib di Laut Mediterania.

Perkembangan Daulah Utsmaniyah di Masa Sultan Sulaiman

Kekuasaan Utsmani kian meluas hingga mencapai Laut Merah karena


mereka berhasil mengusir orang-orang Portugal dari wilayah tersebut. Di
Afrika, Habasyah pun menjadi bagian dari Utsmani. Dengan demikian, jalur-
jalur perdagangan antara Asia dan dunia Barat melewati negara Islam Turki
Utsmani.

Perkembangan Peradaban

Selain sebagai kepala negara, Sultan Sulaiman al-Qonuni adalah seorang


yang mahir dalam menggubah syair, menulis kaligrafi, dan mengusai beberapa
bahsa timur, seperti bahasa Arab. Ia juga suka dengan batu mulia, arsitektur,
dan kontruksi bangunan. Hal ini berdampak pada pembangunan di kerajaannya.

Ia membangun beberapa bangunan utama seperti benteng di Rhodes,


Belgrade, dan di wilayah Iran. Ia juga membangun masjid-masjid di wilayah
Aden, Yaman, dan al-Qanatir al-Khayriyya, Mesir serta di berbagai penjuru
wilayah Turki Utsmani. Khususnya di Damaskus, Mekah, dan Baghdad. Ia juga
menunjukkan seni arsitektur pada bangunan-bangunan di ibu kota dan berbagai
daerah. Seorang sejarawan yang bernama Jamaluddin Falih al-Kailani
mengatakan bahwa masa Sultan Sulaiman al-Qonuni merupakan masa
keemasan Daulah Utsmani. Karena pada masanya Turki Utsmani menjadi satu-
satunya negara adidaya di muka bumi dan memiliki dominasi kekuasaan di Laut
Mediterania.

Pada masanya juga muncul arsitek-arsitek ulung dalam sejarah Islam,


seperti Sinan Basya yang berperan besar dalam pembangunan-pembangunan
Kerajaan Turki Utsmani. Ia juga yang memberikan sentuhan khas akan
arsitektur Utsmani. Sehingga orang dengan mudah mengenal bangunan-
bangunan Utsmani. Arsitek lainnya adalah Mimar Sinan. Ia membangun Masjid
Sulaiman al-Qonuni atau dikenal juga dengan Jami’ as-Sulaimaniyah di
Istanbul, pada tahun 964 H/1557 M. Ini adalah salah satu bangunan terbaik yang
dibangun oleh seorang arsitek Islam yang bernama Mimar Sinan.

Selain kemajuan dalam bidang politik dan sosial kultural, seni kaligrafi
pun mencapai puncak kemajuannya di zaman Sultan Sulaiman. Banyak ahli
kaligrafi terkenal yang muncul di zamannya. Sebut saja Hasan Effendi Chalibi
al-Qarah Hashari yang membuat kaligrafi-kaligrafi di Jami’ as-Sulaiman. Ada
juga Ahmad bin Qarah Hashari penulis Rawa-i’ al-Khoththi al-Arabi wa al-
Fanni ar-Rafi’. Demikian juga bermunculan ulama-ulama.

Perkembangan Perundang-Undangan dan Administrasi

Sultan Sulaiman al-Qonuni menyusun tata perundangan dengan


berdiskusi bersama Syaikh Abu as-Suud Effendi. Ia berusaha agar tata
perundangan yang ia rancang tidak melenceng dari garis-garis yang dibataskan
syariat Islam. Undang-undang tersebut dikenal dengan Qanun Namuhu Sulthan
Sulaiman atau Undang-Undang Sultan Sulaiman. Undang-undang yang ia susun
ini diterapkan hingga abad ke-13 H atau abad ke-19 M.

Karena konsistennya Sultan Sulaiman dalam menerapkan undang-


undang yang ia susun, ia pun dilaqobi dengan al-Qonuni. Oleh karena itu, gelar-
gelar yang diberikan orang-orang Eropa kepada Sultan Sulaiman seperti The
Magnificent dan The Great, tidak memiliki pengaruh dan kesan yang mendalam
dibanding laqob al-Qonuni. Karena laqob ini menunjukkan keadilan sang sultan
dalam memerintah.Dengan luasnya wilayah kekuasaan Turki Utsmani, kerajaan
ini juga mengimbanginya dengan administrasi yang rapi dan tertata.

Sultan Sulaiman Al Qanuni wafat pada tanggal 20 Shafar 974 H/5


September 1566 M. Kabar wafatnya Sultan Sulaiman, disampaikan Muhammad
Basya kepada putra mahkota Sultan Salim II. Sultan Salim II berangkat menuju
Szigetvár untuk menjemput sang ayah, kembali menuju Istanbul.10

B. Biografi singkat Raja-Raja Dinasti Usmani


Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani
mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam
makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H. Usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke
Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar
sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang
dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan
memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih
salah satu dari tiga hal, yaitu:
a. Masuk Islam
b. Membayar Jizyah; atau
c. Berperang

10
https://kisahmuslim.com/4774-mengenal-sultan-sulaiman-al-qonuni-suleiman-the-magnificent.html
2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi
raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan
Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil
mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang
dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan
persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan
senjata meriam.
3. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan
keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan
menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang
kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan
berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan
Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu
itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta
bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka
peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M).
Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke
tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa
Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
4. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan
memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan dan Mutasya di Asia Kecil dan
negeri bekas kekuasaan Bani Saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga
mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan
terhadap pasukan Bayazid, dan perangan ini yang
merupakan penyebab terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat
dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika
melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami
kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat
dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
5. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M.
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa
Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama
lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki
Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra
Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan
kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
6. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh
Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha Muhammad I. yaitu
untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani
sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika
Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam,
Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II
menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya
yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang
pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali
sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad
Al-Fatih.
7. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki
Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia
diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-
Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat
menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah
kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan
perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad. Tiga alasan Muhammad
menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
a. Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan
hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
b. Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
c. Negerinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel
dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan
dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan
nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada
zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk
menyerang kota Konstantinopel. Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad
bersama gurunya, Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil Pasha
dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai
penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 pasukan dan meriam
buatan Urban –teknologi baru pada saat itu– Muhammad II mengirim surat
kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara
damai atau perang. Constantine Paleologus menjawab tetap mempertahankan
kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni
Giustiniani dari Genoa. Pasukan Muhammad II menyerbu Byzantium dari arah
barat (Balkan). Sedangkan, di bagian timur (di selat Bosporus) dijaga armada
Turki untuk menghalangi bantuan yang di tujukan pada Konstantinopel. Tanggal
28 mei 1453 M pasukan Turki serentak menyerbu kedalam kota, akhirnya kota
Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam (29 Mei 1453 M) dan Kaisar
Bizantium Palaelogus tewas bersama tentara Romawi Timur.11 Konstantinopel
telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan
Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun,
baik Islam, Yahudi ataupun Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid
dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.12
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, kota itu dijadikan sebagai
ibukota dan namanya diganti menjadi Istanbul. Dengan strategi politik kelautan,
Sultan Muhammad Al-Fatih telah memutuskan pergerakan yang berani dengan
menyatakan kota Istanbul menjadi pusat perdagangan. Secara langsung mobilitas
perdagangan dunia berada di Daulah Turki Utsmani, yang dapat dikatakan
sebagai pusat dunia. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam,
berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti
Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia.

11
Sejarah Penaklukan Konstantinopel Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih,
http://soalsdn2.blogspot.com/2012/09/sejarah-penaklukan-konstantinopel-oleh.html [diakses : 25 Desember
2021, pukul 12.00 WIB]
12
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 196
8. Sultan Sulaiman al- Qanuni (1520-1566 M)
Setelah Khalifah Selim I, meninggal dunia pada tahun 1520, ia segera
kembali ke Konstantinopel dan melanjutkan kekuasaan ayahnya, Khalifah Selim I,
sebagai Khalifah Turki Utsmani ke-10. Pengangkatan Sulaiman menjadi Khalifah
tepat delapan hari setelah Khalifah Selim I wafat. Selama memimpin Khilafah
Turki Utsmani, khalifah Sulaiman sangat dicintai rakyatnya karena sifatnya yang
dermawan, adil, tegas, dan sangat memperhatikan kebutuhan rakyatnya. Khalifah
Sulaiman juga dikagumi karena tekadnya yang kuat, berani, dan mampu
mengobarkan semangat kepahlawanan dalam membela negara. Selain dikenal
sebagai seorang pemimpin perang yang tangguh, Khalifah Sulaiman juga dikenal
sangat menyukai bidang seni. Karena itulah, Khalifah Sulaiman nantinya banyak
mewariskan peninggalan yang bernilai seni sangat tinggi.13
Khalifah Sulaiman Al-Qanuni adalah salah satu Khalifah yang sukses
membawa Khilafah Turki Utsmani ke masa keemasannya. Ia adalah seorang
Khalifah yang gagah perkasa. Karena kesuksesan dan kebesarannya, ia digelari
“Muhtesem” (Agung) oleh penguasa-penguasa di Eropa. Sedangkan di
kerajaannya sendiri, ia digelari dengan sebutan Al-Qanun (pembuat Kanun).
Diceritakan bahwa pribadi Khalifah Sulaiman adalah seorang raja yang baik, adil,
berilmu, memiliki hobi membaca dan memiliki selera humor juga.14 Dia juga
Khalifah terlama yang pernah memimpin Khilafah Turki Utsmani selama 46 tahun
dan memimpin langsung 13 ekspansi.
Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Turki Utsmani ke beberapa
daerah strategis di Benua Eropa, Asia, dan Afrika. Di bawah komandonya, armada
laut Khilafah Turki Utsmani mampu menguasai Laut Tengah, Laut Merah, dan
Teluk Persia. Khalifah Sulaiman digelari Al-Qanuni. Itu karena jasanya menyusun
sistem undang-undang di seluruh cabang pemerintahan.15

C. Kemajuan Dinasti Usmani di Turki


Masa kesuksesan dinasti turki usmani ini yang paling menonjol adalah
pasamasa Sulaiman Qanuni, sultan ini memerintah dengan periodeisasi paling
lamadiantara sultan-sultan yang lain. Dalam masa pemerintahannya, sultan Sulaiman

13
Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2013), hal. 136
14
Hasbi Baiquni, Relasi Kerajaan Aceh Darussalam dan Kerajaan Utsmani (Banda Aceh:Penerbit
Lembaga Studi Agama dan Masyarakat Aceh, 2014), hal. 41-42
15
Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam (Jakarta: Zaman, 2014), hal. 853.
ini berhasil mempersatukan ummat muslim dan non muslim, beberapa wilayah besari
kut masuk ke dalam dinasti turki ini.Berikut capaian kemajuan pada masa dinasti turki
usmani :16
1. Pengelolaan pemerintahan dan reorganisasi militer
Prestasi kemajuan yang terbesar adalah di bidang militer, khususnya
sejakmasa sultan Muhammad Al-Fatih merupakan kekuatan militer yang tangguh
danterbaik di dunia sampai pada akhir abad 17 M, yaitu saat mereka
dikalahkanEropa pada tahun 1683. Prestasi militer ini disebabkan keturunan turki
usmanisejak awal adalah masyarakat Ghazi yang gemar berperang.Disamping
pasukan darat, dinasti turki usmani I juga memiliki pasukanlaut yang kuat. Pada
masa sultan Sulaiman yang agung, kekuatan armadanyasekitar 3.000 kapal perang
yang mengawasi perairan lait Saved, Andriatik,Marmora, Azaq, laut hitam, laut
merah, dan laut tengah. Kekuatan tersebutmerupakan kekuatan armada raksasa
yang tidak bisa ditandingi oleh Eropa padawaktu itu.
2. Kemajuan dalam bidang perekonomian
Pada masa puncak kemajuannya, semua daerah dan kota penting
yangmenjadi pusat perdagangan dan perekonomian jatuh ketangannnya. Daerah-
daerah yang ditaklukkan dari segi ekonomi merupakan masukan bagi
sumberekonomi kerajaan. Dengan demikian tidak mengherankan jika dinasti
turkiusmani mendapat kemajuan ekonomi melalui perdagangan.
Sebagai contoh, kegiatan perdagangan itu adalah adanya
kerjasama perdagangan antara dinasti turki usmani dengan Inggris, Genoa, dan Ve
niasia dalam jual beli jagung, kacang-kacangan, dan timah pada abad ke-16 M.3)
3. Kemajuan dalam bidang ilmu dan budaya
Kemajuan dan prestasi dalam bidang ilmu, teknologi, dan filsafat
samaseperti dinasti-dinasti besar sebelumnya. Ini disebabkan bangsa turki Usmani
terlalu menyibukkan diri dengan kegiatan politik dan bersifat tertutup
terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi. Disamping itu, para ulamany
masih menutup pintu ijtihad dan kegiatan penyelidikan ilmiah. Bahkan lebih dari
itu para ulama menolak segala pemikiran baru. Padahal, mereka adalah orang yan
sangat berwenang dalam menyusun kebijaksanaan pendidikan dan pengajaran.

16
Ading Kusdina, Sejarah Kebudayaan Islam,( Bandung : CV.PustakaSetia, 2013) hal.130-135
Kesungguhan dinasti turki usmani dalam kegiatan ilmu dan budaya hanya terlihat
pada bidang hukum dan kebudayaan Turki.
Keberhasilan dalam bidang hukum adalah mengangkat syariat Islam pada
tingkat yang lebih tinggi dibandingdengan Negara-negara Islam sebelumnya.
Boleh dibilang, dinasti turki usmaniadalah Negara Islam pertama yang mencoba
mengangkat syariat Islam sebagaihukum efektif bagi Negara dalam segala aspek
kehidupan.
Seperti tersusunnya buku Qanun Usmane pada masa Muhammad Al-
Fatihyang berisi perundang-undangan legislatif dan himpunan peraturan serta
praktikhukum lainnya. Pada masa Sulaeman, disusun pula buku Multaqa al-Abhur
yang terkenal dalam bidang hukum yang membuat sultan Sulaeman digelari al-
Qanuni.
Keberhasilan dalam bidang budaya yaitu penggunaan bahasa
dankebudayaan turki menjadi persyaratan bagi orang-orang yang ingin
diterimasebagai anggota suatu kelas sosial yang dominan, disamping Islam.
Dinastiini juga mendirikan sekolahsekolah dasar dan menengah (1881) dan pergur
uan tinggi (1869), juga mendirikan Fakultas kedokteran dan fakultas
Hukum.Disamping itu para belajar yang berprestasi dikirim keprancis untuk
melanjutkanstudinya, yang sebelumnya itu tidak pernah terjadi.17
4. Kemajuan dalam bidang Agama
Bidang keagamaan Dalam tradisi, Agama memiliki peranan penting
dalamkehidupan sosial dan politik. Pihak penguasa sangat terikat dengan syariat
Islamsehingga fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku. Mufti sebagi pejabat
urusanAgama tertinggi berwenan memberi fatwa resmi terhadap problem
keagamaan.Tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan tidak bisa berjalan.
Pada masaini kegiatan terus berkembang pesat. Al-bektasi dan Al-maulawi
merupakan dua aliran tarekat yang paling besar.
Tarekat bektasi sangat berpengaruh terhadap kalangan tentara sehingga
mereka sering disebut tantara bektasi Yennisari. Sementara tarekat
maulawi berpengaruh besar dan mendapat dukungan dari penguasa dalam mengim
bangi yennisari bektasi. Ilmu pengetahuan seperti fikhi, tafsir, kalam dan lain-lain,

17 Ajid Thahir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan dunia Isalam, Melacak Akar-Akar Sejarah
Sosial, Politik dan Budaya Islam, hal.187-18
tidak mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa Usmani cenderung
bersikap taklid dan fanatik terhadap suatu mazhab dan menentang mazhab-
mazhab lainnya.
Menurut Ajid Tahir dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang menyebabkan sehingga Turki Usmani memperoleh kemajuan antara lain:
a. Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa
b. Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa
c. Kepengurusan organisasi yang cakap
d. Pihak Turki memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara baru
danmemberikan kepada mereka hak rakyat secara penuh
e. Turki telah menggunakan tenaga-tenaga profesional dan terampil
f. Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menrik minat penduduk negeri-
negeriBalkan untuk memeluk agama Islam.
g. Rakyat memeluk agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan (jizyah)
yangrelatife murah dibandingkan pada masa Bizantium
h. Semua penduduk memperoleh kebebasan untuk menjalankan
kepercayaannyamasing-masing
i. Karena Turki tidak fanatik agama, wilayah-wilayah Turki menjadi
tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen
di Spanyol danPortugal pada abad ke-16.18
Namun pada prkembangan selanjutnya terjadi konflik intern yang
menyebabkanmereka berkotak-kotak dan terjebak dalam politik praktis. Mereka
mengkondisikanSultan agar lebih suka tinggal menghabiskan waktunya di Istana
Keputren ketimbangurusan pemerintahan, agar tidak terlibat langsung dalam intrik-
intrik politik yang mereka rancang.19
Dengan mengeploitasi posisinya dimata penguasa terhadap rakyat
merekamemanipulasi pajak dengan kewajiban tambahan kepada petani, akibatnya
banyak penduduk yang berusaha untuk masuk ke dalam korp Jannisari. Hal inimenga
kibatkan membengkaknya jumlah keanggotaan Jannisari yang hingga pertengahan
abad ketujuh belas mencapai jumlah 200.000 orang.20

18
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Gra indo Persada, 2001), h.137
19
Syafik A. Mughani. Op.Cit. hal. 94
20
Ibid., hal. 95
D. Kehancuran peradaban Islam pada masa Pemerintahan Daulah Usmaniyah
Keruntuhan daulah usmaniyah dibagi menjadi dua bagian ;pertama, pada masa
pemerintahan Sultan Salim II yang ditandai dengan memandatkankekuasaan/kebijkan
diserahkan ke bagian-bagian wilayah kekuasaan (otonomi daerah),dan juga disaat
kegagalan tentara turki usmani merebut kota Fiena yang kedua kalinya. Kedua,
timbulnya konflik internal yang mengakibatkan tidak mengurusi/mengontrol lagi
wilayah kekuasaan sehingga wilayah yang telah ditaklukkan melepaskan diri dari
dinasti Usmaniyah.
1. Faktor-Faktor penyebab hancurnya Daulah Usmani
Untuk menentukan faktor penyebab utama kehancuran kerajaan TurkiUsmani
merupakan persoalan yang tidak mudah. Dalam sejarah lima abad akhir, abadke-
13 sampai abad ke-19 Kerajaan Turki Usmani merupakan sebuah proses
sejarah panjang yang tidak terjadi secara tiba-tiba.
Mengamati sejarah keruntuhan Pemerintahan Usmaniyah, dalam bukunya
Syafiq A. Mughani melihat tiga hal kehancuran Pemerintahan Usmaniyah, yaitu
pertama, melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan militer Turki Usmani,
kedua, kehancuran perekonomian kerajaan dan ketiga, munculnya kekuatan baru
di daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani.
a. Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan
seorang sultan dalam mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi
politik inimenjadi rentang terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang
cukup lemahcukup membuat peluang bagi degradasi politik di Pemerintahan
Usmaniyah. Ketika terjadi benturan kepentingan di kalangan elit politik maka
dengan mudah mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan
politik yang tidak berarti.
Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji
kemakmuran,Sultan dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya
di istanadibanding urusan pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam
intrikintrik politik yang mereka rancang. Pelimpahan wewenang kekuasaan pa
da PerdanaMenteri untuk mengendalikan roda pemerintahan. Praktik politik
uang dikalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan
kaveleri ketangan pasukan infanteri serta meluasnya beberapa pemberontakan
oleh korpJarrisari untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak
berdayaan sultandan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan
Daulah Usmaniyah.
b. Kemerosotan Kondisi Sosial Ekonomi
Perubahan membesar terjadi jumlah penduduk kerajaan sebagaimana
terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Pemerintahan akhirnya
menghadapi problem internal sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dan
ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa telah mengembangkan
struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri.21
Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan
dengan perubahan penting di bidang ekonomi. Desentralisasi kekuasaan dan m
unculnya pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya eko
nomi tradisional Daulah Usmaniyah.
c. Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara
umum faktoryang mempercepat proses keruntuhan Dinasti Usmaniyah.
Konfrontasi langsung pada dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XVI,
ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi
dunia. Ketikakerajaan Usmani sibuk membenahi Negara dan masyarakat,
bangsa Eropa malahmenggalang militer, ekonomi dan teknologi dan
mengambil manfaat darikelemahan kerajaan Turki Usmani.

Ajid Thahir dalam bukunya menyebutkan faktor-faktor keruntuhan


Daulah Usmaniyah dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal
daneksternal. Secara internal, yaitu:

1) Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan


yangditangani oleh orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya
keadilan,merajalelanya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
2) Heterogenitas penduduk dan agama
3) Kehidupan yang istimewa dan bermegahan dan
4) Merosotnya perekonomian Negara akibat peperangan Turki mengalami
kekalahan.

21
Ibid., hal.104
Secara eksternal, yaitu:

1) Timbulnya gerakan nasionalisme, bangsa-bangsa yang tunduk pada


kerajaanTurki berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut.
2) Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam
bidang persenjataan. Sedangkan Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan
sehingga jika terjadi perang, Turki selalu mengalami kekalahan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua


Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki
Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki
Usmani.

Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang
berada dibawah kekuasaan Byzantium (Romawi Timur). Penaklukan-penaklukan oleh
pasukan Islam, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung thurus sejak tahun 50
H, pada masa kekhalifahan muawiyah, kaum muslim belum mampu menaklukkan
konstantinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan. Setelah
perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan
kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke
negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu
pemerintahan romawi saljuk.

Puncak keemasan Turki Utsmani ialah pada priode pemerintahan


SulaimanxAl-Qanuni. Dengan kejayaan yang diperoleh Turki Utsmani mendapat
sebutan sebagai negara terkuat di dunia hal ini terjadi sekitar abad ke16 dan017.
Hanya saja TurkixUtsmani abad ke-18 sampai 19 mengalami kemunduram bertepan
masa itu Konstantinopel sebagai pusat ibu Kota. Kemunduran itu menjadi tombak
yang berujung masuknya rezim politikxbaru di Turki, pun penataan Balkan dan
TimurxTengah yang baru.

Termaktub ada beberapa hal yang berkaitan perihal peradaban Islam pada
masa TurkixUtsmani mulai dari aspek sosial, politik, ekonomi, arsitektur,
keagamaaan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. TurkixUsmani kategori pusat
pemerintahan Islam, sebab merupakan khilafah Islam pada masanya paling masyhur
dan paling kuat, bukan hanya itu juga termasuk juga Negara paling besarxdi dunia
sehingga tak dapat dipungkiri kerjaan ini di beberapa priode banyak memperoleh
masa keemasan.
Diantara kemunduranxTurki Utsmani Munculnya gerakanxnasionalisme.
Persfektif ini mulai menampakkan kesadaran negara dengan beragam faktor atas
beberapa wilayah yang didudukinya awalnya dari gerakan agresi dan menundukkan.
Walaupun penguasa Turki sudah melakukan semaksimal mimpin selama memimpin
Turki, akan tetapi keberadaan penguasaxUtsmani masih dilihat seperti orang asing.
Gerakan kebangsaan ini tbukan hanya di wilayah-wilayah Barat, berkembang, tetapi
meraja lela di wilayah-wilayahxTimur. Konsekuensinya satu ranah kekuasaan
Utsmani lepas satuxpersatu.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009)


D, Shallabi, P. (2021). Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka Al
Kautsar
Haif, Abu Sejarah Islam Pertengahan(Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2013)
Hasbi Baiquni, Relasi Kerajaan Aceh Darussalam dan Kerajaan Utsmani (Banda
Aceh:Penerbit Lembaga Studi Agama dan Masyarakat Aceh, 2014)
Ibrahim, Hassan. Islamic History And Culture, Diterjemahkan oleh Djahdan Human, Sejarah
Dan Kebudayaan Islam..
Kusdina, Ading. Sejarah Kebudayaan Islam,( Bandung : CV.PustakaSetia, 2013)

M, Tsunayyan, P. (2018). Ertugrul Sejarah Turki Utsmani dari Kabilah ke Imperium.

Jakarta: Pustaka Al Kautsar.

Mughani, Syafik A. Sejarah Kebudayaan Isla. (Jakarta : Logos, 1997)


Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996)
Saleh, Muhammad A. Buku Pintar Sejarah Islam (Jakarta: Zaman, 2014).
Thahir, Ajid. Perkembangan Peradaban Di Kawasan dunia Isalam, Melacak Akar-Akar

Sejarah Sosial, Politik dan Budaya Islam.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Gra indo Persada, 2001)
Sejarah Penaklukan Konstantinopel Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih,
http://soalsdn2.blogspot.com/2012/09/sejarah-penaklukan-konstantinopel-oleh.html [diakses :
25 Desember 2021, pukul 12.00 WIB]

https://kisahmuslim.com/4287-muhammad-al-fatih-penakluk-konstantinopel.html

https://kisahmuslim.com/4774-mengenal-sultan-sulaiman-al-qonuni-suleiman-the-magnificent.html

Anda mungkin juga menyukai