Anda di halaman 1dari 6

Higiene Industri : Antisipasi, Rekognisi, Evaluasi dan Pengendalian

Higiene Industri merupakan ilmu dan seni yang ditujukan kepada antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian faktor-faktor lingkungan atau stress yang timbul dari
tempat kerja dan dapat menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan atau ketidaknyamanan
signifikan di antara pekerja atau komunitas masyarakat. Ahli higiene industri merupakan
salah satu profesi dalam bidang kesehatan kerja yang memberikan perhatian kepada
pengendalian tekanan-tekanan dari lingkungan atau bahaya kesehatan kerja yang muncul
sebagai dampak atau selama masa pekerjaan. Ahli industrial higiene meyakini bahwa stressor
lingkungan dapat membahayakan kehidupan, kesehatan, mempercepat proses penuaan atau
ketidaknyamanan signifikan.

Program higiene industri yang efektif haruslah melibatkan antisipasi dan rekognisi
dari bahaya kesehatan yang muncul dari operasi pekerjaan dan proses, evaluasi dan
pengukuran besaran bahaya berdasarkan studi atau pengalaman masa lalu serta pengendalian
bahaya.

Sejarah Higiene Industri


Pada mulanya, higiene industri berkembang dari kesadaran bahwa bekerja dapat
menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja yang memerlukan upaya
pencegahan. Pada jaman prasejarah, orang Mesir telah mengenal manfaat cadar bagi
perlindungan respirasi saat menambang cinabar (red mercury oxide) dan  di Arabia ada
catatan tentang efek sinar matahari pada pekerja di tambang raja Solomon.
Pada abad pertengahan sebelum abad ke-19, Georgius Agricola (1494-1555) dari
Bohemia menemukan pekerja tambang dengan gejala silikosis. Untuk mencegah penyakit
tersebut, Dia menganjurkan tentang pentingnya kebersihan udara di lingkungan kerja, dan
menulis buku Of Things Metallic; Theophrastus Bombastus van Hohenheim Paracelsus
(1493-1541) dari Austria, menyadari hubungan dosis-respons antara kejadian penyakit pada
pekerja pengecoran logam dan beratnya penyakit. Hal tersebut telah menjadi dasar
perkembangan disiplin ilmu toksikologi.
Bernardino Ramazini (1633-1714), seorang professor di Modena, menulis buku yang
berjudul A Diatribe on Diseases of Workers yang membahas penyakit yang terdapat di
kalangan pekerja.Kepada para dokter ia menekankan agar selalu bertanya kepada pasien
tentang pekerjaan mereka. Dia dikenal sebagai ‘Bapak Kesehatan Kerja’ karena prestasi dan
jasanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan kerja. Pada jaman revolusi
industri, Percivall Pott (1766) menyatakan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan,
yaitu kanker skrotum yang banyak ditemukan pada pembersih cerobong asap batubara.
Sekarang diketahui bahwa penyebabnya adalah senyawa PAHs/polinuklear aromatik
hidrokarbon yang terdapat dalam jelaga cerobong.
Pada tahun 1914, US Public Health Service didirikan oleh Kantor Higiene Industri
dan Sanitasi. Organisasi ini kelak akan mengganti namanya di tahun 1971 menjadi National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Pada tahun 1950, International Labor
Organization dan World Health Organization menetapkan definisi tentang kesehatan kerja.
Pada tahun 1970, Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Amerika Serikat
terbentuk yang menjadi landasan bagi terbentuknya Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) yang regulasinya banyak diambil sebagai contoh oleh negara-negara
lain.

Antisipasi, Rekognisi, Evaluasi dan Pengendalian


Antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian merupakan prinsip dasar dalam
melakukan higiene industri. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian:

Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan memprediksi potensi bahaya yang ada di tempat kerja.
Tujuan dalam tahap antisipasi adalah mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini
sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata, mempersiapkan tindakan yang perlu
sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki, meminimalisasi kemungkinan
risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki.

Kunci dalam tahapan antisipasi adalah informasi. Contoh informasi yang diperlukan
antara lain adalah karakteristik bangunan tempat kerja, mesin yang digunakan, proses kerja,
bahan baku, alat yang dipakai, cara kerja yang dilakukan, atau jumlah dan karakteristik
pekerja. Fokus dari semua informasi ini adalah diketahuinya potensi bahaya serta risiko baik
untuk kesehatan ataupun keselamatan kerja.

Tahapan melakukan antisipasi terdiri dari 3 langkah. Langkah pertama merupakan


pengumpulan informasi melalui studi literatur, penelitian terkait, dokumen perusahaan,
survey lapangan, legislasi yang berlaku, ataupun pengalaman-pengalaman pda masa lalu.
Langkah selanjutnya adalah analisis dan diskusi dengan pihak yang terkait yang
berkompeten. Tahap terakhir yaitu pembuatan hasil dari antisipasi.

Hasil dari tahap antisipasi merupakan daftar potensi bahaya dan risiko. Daftar tersebut
dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi atau unit, kelompok pekerja, jenis potensi bahaya
ataupun tahapan proses produksi.

Rekognisi
Rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil
dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga
dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan. Pada tahap rekognisi,
kita biasanya melakukan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi,
dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur serta sifat.

Tujuan tahapan rekognisi adalah mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil
(sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran, dan lain-lain), mengetahui sumber
bahaya dan area yang berisiko,  mengetahui proses kerja yang berisiko, dan mengetahui
pekerja yang berisiko. Apabila di tahapan antisipasi kita hanya memprediksi bahaya maka di
tahap rekognisi ini kita sudah harus mengetahui detail terkait dengan bahaya serta risiko yang
ada.

Metode yang dapat dilaksanakan dalam tahapan rekognisi adalah :

 Menyelidiki laporan kecelakaan

 Melakukan pemeriksaan fisik tentang kondisi kesehatan pekerja

 Memberikan kesempatan kepada pekerja untuk memberi tahu manajemen ketika ada
bahaya

 Inspeksi baik inspeksi rutin alat, inspeksi harian di tempat kerja, inspeksi manajemen,
inspeksi P2K3, dan inspeksi yang lain

 Studi literatur dan diskusi dengan profesional yang lain

 Pengukuran dengan alat dan laboratorium

 Preliminary hazard analysis untuk sistem oprasi baru


 Job Safety Analysis

Evaluasi
Evaluasi merupakan proses pengambilan keputusan yang melibatkan penilaian bahaya
kepada pekerja dari pajanan terhadap zat kimia, bahaya fisik dan agen biologis. Tindakan
yang diambil untuk melindungi pekerja berdasarkan kombinasi dari observasi, interview dan
pengukuran dari energi atau kontaminan udara yang muncul dari proses atau operasi kerja
serta efektifitas dari tindakan pengendalian yang dipakai.

Kebutuhan untuk mengevaluasi bahaya didorong dari pengetahuan bahwa zat kimia,
agen biologis, dan elemen fisika dapat menyebabkan luka, penyakit serta kematian dini pada
kalangan pekerja yang terpajan. Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat
melaporkan 6.2 juta luka terkait dengan pekerjaan dan penyakit pada industri swasta tahun
1997. Jumlah yang sebenarnya dapat lebih besar karena banyak penyakit akibat kerja tidak
dapat dikenali, banyak luka dan penyakit tidak dilaporkan dan kejadian di tempat publik tidak
termasuk dalam perhitungan.

Evaluasi dari bahaya, asal bahaya dan pencegahan dari penyakit dan kematian didasari
oleh beberapa faktor:

 Toksisitas yaitu kapasitas inheren dari sebuah zat yang dapat mengakibatkan rasa sakit,
asal dari rasa sakit, dan mempengaruhi target organ.

 Level pajanan atau dosis yaitu jumlah yang diserap oleh pekerja melalui semua rute
pajanan selama pekerjaan

 Analisa proses atau operasi yaitu perhatian terhadap operasi termasuk perubahan dari
bahan mentah menjadi energi yang mungkin menghasilkan pelepasan zat kimia atau energi
yang dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja.

 Kecelakaan, tumpahan dan aktivitas pemeliharaan : pengetahuan tentang kecelakaan akut,


kejadian yang jarang, kebocoran atau kejadian lain yang mungkin terlewat dalam evaluasi
rutin
 Epidemiologi dan penilaiuan risiko: review literatur dari riset berdasarkan populasi serta
kasus yang dapat menyediakan informasi terkait dengan efek kesehatan buruk yang tidak
diperhatikan dalam kelompok yang lebih kecil

 Wawancara : informasi yang disediakan oleh pekerja terkait dengan gejala kesehatan,
tugas dan perubahan dalam kondisi yang dapat menyediakan detail penting terkait analisa
proses, dampak kesehatan dan stressor lain seperti zat kimia, fisik, ergonomik atau
biologis.

 Distribusi risiko yang tidak sama: perhatian terkait dengan beberapa populasi dari pekerja
yang mungkin memiliki risiko lebih tinggi daripada yang lain. Misalnya pekerja yang
lebih tua atau remaja memiliki risiko yang lebih tinggi daripada yang lain.

 Variabilitas dari respons:  hal ini terkait dengan bagaimana seorang individu berbeda
dalam kerentanan karena memiliki faktor yang berbeda seperti umur, ukuran, rasio
pernafasan dan status kesehatan umum.

Pengendalian
Pengendalian bahaya, dalam higiene industri, memiliki tujuan untuk memastikan
bahwa pekerja yang terpapar stress dari zat kimia berbahaya dan agen fisika tidak menjadi
ppekerja dengan penyakit akibat kerja. Jumlah yang perlu diukur adalah konsentrasi atau
intensitas dari bahaya umum serta durasi dari pajanan.

Prinsip pengendalian bahaya antara lain:

 Prinsip pertama : semua bahaya dapat dikendalikan

 Prinsip kedua : biasanya terdapat banyak pilihan metode untuk mengendalikan bahaya

 Prinsip ketiga : beberapa metode lebih baik dari yang lain

 Prinsip keempat: beberapa situasi membutuhkan lebih dari 1 metode pengendalian untuk
menjamin hasil yang optimum.

Metode pengendalian bahaya dapat mengambil prinsip dalam hierarki pengendalian bahaya:

 Rekayasa teknik: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor


lingkungan kerja selain pekerja
 Pengendalian administrative: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja

 Alat Pelindung Diri: Pengendalian bahaya dengan cara memberikan alat perlindungan
yang digunakan oleh pekerja pada saat bekerja

Referensi
Hendra. 2013. “Materi sesi 2 dan 3 HI 2013.” Website Staff UI. Mar 18. Accessed Nov 15,
2018. http://staff.ui.ac.id/user/1675/materials.
—. 2013. “Sesi 5 Pengendalian Bahaya.” Website Staff UI. Mar 23. Accessed Nov 10,
2018. http://staff.ui.ac.id/user/1675/materials.
Hirst, Adrian. 2010. Basic Principles of Industrial Hygiene. October. Accessed Nov 16,
2018. https://www.ohlearning.com/Files/Student/KA02%20v2-0%2018Oct10%20Student
%20Manual.pdf.
Kurniawidjaja, Meily L. 2007. “Filosofi dan Konsep Dasar Kesehatan Kerja Serta
Perkembangannya dalam Praktik.” Kesehatan Masyarakat Nasional 243-291.
Occupational Safety and Health Administration. n.d. Industrial Hygiene. Accessed Nov 15,
2018. https://www.osha.gov/dte/library/industrial_hygiene/industrial_hygiene.html.
Plog, Barbara A. 2002. Fundamentals of Industrial Hygiene. United States of America:
National Safety Council.

 Agung Supriyadi, M.K.K.K. Send an email16/11/2018


0 6 menit baca

https://katigaku.top/2018/11/16/higiene-industri-antisipasi-rekognisi-evaluasi-dan-
pengendalian/

Anda mungkin juga menyukai