Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN UJIAN

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA Ny.N

DI SUSUN OLEH

Nama : David Mardiansyah


Nim : 21317020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG
2020/2021

LAPORANG PENDAHULUAN (LP)


KEPERAWATAN GERONTIK (UJIAN)
PASIEN DENGAN REUMATIK
Pertemuan ke..1. tanggal :....13-12-2021..

I. Latar belakang
1. Karateristik Keluarga
Keluarga Ny N merupakan kepala keluarga, Ny. N setelah suami nya meninggal
dunia 7 tahun lalu, Ny.N memiliki 5 orang anak terdiri dari 1 anak laki2 dan 4
anak laki laki dan hanya anak perempuan terakhir beserta mantu dan 2 orang
cucunya 1 puta dan 1 putri
Ny N merupakan lansia yang memiliki rihwayat penyakit reumathoid atritis,pada
saat pengkajian pertemuan di hari pertama nyonya N tampak duduk di kursi
sambil mengurut urutb ringan kedua kakinya dan seperti tampak menahan
sakit,pengkajian di hari pertama di dapat tanda tanda vital TD: 130/80
RR:21x/menit HR :98x/menit S : 35’C,Pda pengkajian saat ini mahasiswa telah
menjelaskan terkait pengertian reumatik,factor penyebab,factor resiko tanda dan
gejala serta sebab akibat dari penyakit reumatik jika tidak di tangani secara
benar,mahasiswa juga telah menjelaskansecara kognitif cara pencegahan
penanganan dan yang dapat dilakukan keluarga pada penyakit reumatik,dan di
kunjungan ini telah di sepakati dengan keluarga bahwa mahasiswa dan keluarga
akan mendemonstrasikan “Senam Reumatik” dalam penurunan skor skala nyeri
pada lansia dengan remathoid atritis.

2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut


Pada implementasi ini akan di lihat bagaimana keluarga dapat membantu dalam
pelaksanaan senam reumatik NY N

3. Masalah keperawatan
Nyeri akut

II. Rencana keperawatana


1. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan deformitas skeletal

2. Tujuan umum
Keluarga dapat memperaktekan senam reumatik
a. Tujuan umum
Keluarga dapat mempraktekan secara mandiri Cara senam reumatik.
b. Tujuan khusus Selama kunjungan 1 x 30 menit, keluarga mampu:
Menjelaskan tentang manfaat “Senam athritis.
c. Implementasi tindakan kegiatan
a. Metode
Mendemonstrasikan Senam Reumatik
b. Media dan alat :

leaf leat

3. Tujuan khusus

d. Tujuan khusus Selama kunjungan 1 x 30 menit, keluarga mampu:


Menjelaskan tentang cara dan gerakan senam reumatik
e. Implementasi tindakan kegiatan
c. Metode
Mendemonstrasikan Senamn Reumatik
d. Media dan alat :

Daun belimbing wuluh, air mineral, gelas, saringan.


e. Waktu dan tempat

Hari senin ,13 Desember 2021 di rumah keluarga Ny N

I. Implementasi Tindakan Keperawatan


No Kegiatan Waktu
1 Fase Orientasi 5 menit
 Mengucapkan salam
 Menanyakan keadaan klien hari ini
 Menjelaskan tujuan kunjungan
2 Fase Kerja 25 menit
 Menjelaskan kepada keluarga tentang
manfaat rebusan daun belimbing wuluh
 Mendemontrasikan cara membuat rebusan
daun belimbing wuluh
 Memotivasi keluarga untuk mengkonsumsi
rebusan daun belimbing wuluh
 Memberikan reinforcement positifatas
kemampuan yang dicapai keluarga
3 Fase Terminasi 5 menit
 Melakukan evaluasi hasil kunjungan
 Menyepakati waktu dan tujuan kunjungan
berikutnya

II. Kriteria evaluasi


a. Kriteria struktur
- Menyiapkan laporan pendahuluan
- Menyiapkan alat bantu/media yang akan digunakan
- Membuat kontrak waktu dengan keluarga secara tepat dan sesuai rencana
b. Kriteria proses
- Melaksanakan kegiatan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan yang telah disusun
- Keluarga berperan aktif dalam kegiatan
c. Kriteria hasil
Dengan perencanaan dan persiapan yang sudah dibuat diharapkan kegiatan ini
mencapai tingkat keberhasilan minimal 80 %.
d. Didapatkan
Keluarga dapat :
- Menjelaskan kembali manfaat senam raeumatik
- Menyebutkan alat dan bahan yaitu; kursi
- Mendemontrasikan kembali cara “Senam Reumatik”

PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP PERUBAHAN SKOR NYERI SENDI


PADA LANSIA DENGANRHEUMATOID ARHTRITIS DI WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS KELURAHAN SUNGAI JAWI LUAR KECAMATAN PONTIANAK
BARAT KOTA PONTIANAK
The Influence Of Rheumatism Aerobic Towards Changes Of Joint Pain Score On Elderly
Suffering Rheumatoid Arhtritis In Working Area Of Regional Technical Implementation
Unit Of Community Health Center In Sungai Jawi Luar Subdistrict West Pontianak
District Pontianak City
Muthia Nanda Sari1, Ramadhaniyati2, Desy Wulandari3
1
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura
2
Dosen STIK Muhammadiyah Pontianak
3
Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura
Email : muthianandasr@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Menurut WHO 2015 sekitar 335 juta orang di dunia mengidap penyakit
rematik, dan sekitar 25% penderita rematik akan mengalami Kecacatan akibat kerusakan pada
tulang dan gangguan pada persendian. Untuk angka kejadian reumatoid arhtritis ini mencapai
20% dari penduduk dunia dan Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012, mengatakan pravalensi penyakit reumatoid arhtritis di Indonesia sebesar 24,7%. Dalam
mengurangi rasa nyeri sendi serta mencegah penyakit rematik menjadi lebih parah, dapat
digunakan metode gerak tubuh yang dikenal dengan senam rematik. Dengan Pemberian terapi
senam rematik dapat mengurangi nyeri sendi dan bengkak, meringankan kekakuan serta
mencegah kerusakan sendi melakukan senam rematik diharapkan kualitas hidup lansia
meningkat sehingga lansia dapat melakukan Activity of Daily Living (ADL).
Tujuan : Mengetahui bagaimana Pengaruh Senam Rematik Terhadap Perubahan Skor Nyeri
Sendi Pada Lansia Dengan Rheumatoid Arhtritis Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Pre-
eksperimen. Teknik sampling yang digunakan secara Probability sampling. Uji yang
digunakan yaitu uji Wilcoxon.
Hasil : hasil uji hipotesis diperoleh p value pada pretest adalah 0,000 dan pada posttest
0,000. Karena p value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha.
Kesimpulan : Ada pengaruh senam rematik terhadap perubahan skor nyeri sendi lanjut usia
dengan rheumatoid artritis sebelum dan sesudah senam rematik di UPTD Puskesmas
Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak.

Kata Kuci : Nyeri Sendi, Senam Rematik, Rheumatoid Artritis, Rematik


Refrensi : 57 (2008-2018)

1
2

Pendahuluan Dampak penyakit dapat


mempersingkat hidup beberapa tahun
Menurut hasil Riskesdas (2013), pada beberapa individu, meskipun
dengan bertambahnya umur, fungsi rheumatoid arthritis itu sendiri tidak
fisiologis mengalami penurunan akibat fatal. Secara umum, rheumatoid
proses penuaan sehingga penyakit tidak arthritis bersifat progresif dan tidak
menular banyak muncul pada lanjut usia. dapat disembuhkan dan bahkan jika
Selain itu masalah degeneraf terjadi kerusakan tulang dan ligamen
menurunkan daya tahan tubuh sehingga serta perubahan bentuk, maka efeknya
rentan terkena infeksi penyakit menular., akan permanen.6
penyakit terbanyak pada lanjut usia Untuk mempertahankan dan
adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) meningkatkan status fungsional lansia
antara lain hipertensi, artris, stroke, dapat dilakukan tindakan preventif dan
Penyakit Paru Obstrukf Kronik (PPOK) promotif kebugaran. Pada lansia yang
dan Diabetes Mellitus (DM).1 menderita nyeri akibat rematik, maka
Penurunan kemampuan pada dengan mengurangi nyerinya
sistem muskuloskeletal akibat diharapkan dapat membantu lansia
digunakan secara terus-menerus mudah untuk melakukan Activity of
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai Daily Living (ADL). Dalam
dan regenerasi jaringan tidak dapat mengurangi rasa nyeri sendi serta
mempertahankan kestabilan lingkungan mencegah penyakit rematik menjadi
internal, seperti penurunan aliran darah lebih parah, dapat digunakan metode
ke otot, atropi dan penurunan massa gerak tubuh yang dikenal dengan
otot, gangguan sendi, tulang kehilangan senam rematik.7
densitasnya, penurunan kekuatan dan Secara umum gerakan pada
stabilitas tulang, kekakuan jaringan senam rematik dapat meningkatkan
penghubung yang menyebabkan kemampuan gerak, fungsi, kekuatan
hambatan dalam aktivitas seperti gaya dan daya tahan otot, kapasitas aerobik,
berjalan.2 keseimbangan, biomedik sendi dan rasa
Menurut Survei Demografi dan posisi sendi. Senam ini konsentrasinya
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 pada gerakan sendi dengan
menjelaskan bahwa sekitar 335 juta meregangkan ototnya dan menguatkan
orang di dunia mengidap penyakit ototnya, karena otot-otot inilah yang
rematik, dan sekitar 25% penderita membantu sendi untuk menopang
rematik akan mengalami kecacatan tubuh. Dengan melakukan senam
akibat kerusakan pada tulang dan rematik diharapkan kualitas hidup
gangguan pada persendian.3 lansia meningkat sehingga lansia dapat
Menurut WHO (2015) untuk melakukan Activity of Daily Living
angka kejadian reumatoid arhtritis ini (ADL) dengan maksimal dan tidak
mencapai 20% dari penduduk dunia, menjadi beban bagi orang lain.8
dimana 5-10% adalah mereka yang Berdasarkan dengan penelitian
berusia 5-20 tahun dan 20% adalah sebelumnya yang dilakukan oleh
mereka yang berusia 55 tahun.4 Suhendriyo (2014) dengan judul
Menurut Arhtritis Foundation (2015), penelitian Pengaruh Senam Rematik
sebanyak 22% atau lebih dari 50 juta Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri
orang dewasa di Amerika Serikat Pralansia di Kehidupan Sehari-Hari.
berusia 18 tahun atau lebih didiagnosa Dimana menunjukkan adanya
arhtiritis. Dari data tersebut, sekitar 3% penurunan rasa nyeri setelah
atau 1,5 juta orang dewasa mengalami dilakukannya senam rematik.
reumathoid arthritis.5
3

Penelitian sebelumnya yang Hasil Analisa Univariat


dilakukan oleh Anik Suwarni,Idris Yani Tabel 1.
P, Lilis Murtutik (2017) dengan judul Distirbusi Karakteristik Responden Berdasarkan
penelitian Efektifitas Senam Rematik Umur, Pendidikan dan Jenis Kelamin
Karakteristik
Terhadap Kemampuan Berjalan Dengan Total
Responden
Nyeri Sendi Untuk Mencapai Hidup F %
Yang Sehat Dan Sejahtera Pada Lanjut Kelompok Umur
Usia Menjalani senam rematik 60-65 tahun 51 63,8
mempunyai hubungan yang positif atau 66-70 tahun 21 26,3
erat dengan kemampuan berjalan para 71-74 tahun 8 10,0
lansia, yang mana dari hasil penelitian Total 80 100,0
diperoleh nilai korelasi sebesar 0,934 Jenis Kelamin
dengan probabilitas value 0,000 (<) 0,05. Perempuan 6 7,5
Dengan demikian berarti apabila senam Laki-Laki 74 92,5
rematik ditingkatkan maka kemampuan Total 80 100,0
berjalan lansia juga akan meningkat. Di Tingkat Pendidikan
ukur dengan metode observasi dan SD 26 32,5
kuisioner.9 SMP 39 48,8
Oleh karena itu penulis tertarik SMA 14 17,5
untuk melakukan penelitian tentang S1 1 1,3
Pengaruh Senam Rematik Terhadap Total 80 100,0
Perubahan Skor Nyeri Sendi Pada Lansia Sumber Data : Data Primer, 2018
Dengan Rheumatoid Arhtritis Di Berdasarkan Tabel 1 menunjukan
untuk karakteristik usia responden
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
terbanyak pada kelompok perlakuan adalah
Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan kelompok umur 60-65 tahun yang memiliki
Pontianak Barat Kota Pontianak. persentase sebesar 63,8%, karakteristik
Bahan dan Metode jenis kelamin dalam penelitian ini yaitu
Penelitian ini dilaksanakan di berjumlah 6 orang dengan persentase 7,5%
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas dan untuk perempuan sebesar 74 orang
Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan atau 92,5%., untuk tingkat pendidikan yang
Pontianak Barat Kota Pontianak. Jumlah menjadi mayoritas yaitu SMP (Sekolah
sampel yang digunakan sebanyak 80 orang Menengah Pertama) berjumlah 39 orang
penderita Rheumatoid Arhtritis tanpa dengan persentase sebesar (48,8%).
kelompok kontrol.
Tabel 2
Teknik analisa data menggunakan
Karakteristik Skor Nyeri Sendi Responden
analisa unviariat dan bivariat. Analisa Sebelum danSesudah Senam Rematik
univariat digunakan untuk mengetahui
distribusi frekuensi untuk mengetahui Variabel Skor
Skor Nyeri F %
distribusi frekuensi masing-masing variabel Nyeri
1-3 ( Nyeri 52 65,0
yaitu nyeri pada penderita Rheumatoid
Ringan )
Arhtritis sebelum dan sesudah dilakukan Pre Intervensi
4-6 ( Nyeri 28 35,0
senam rematik. Analisa bivariat dilakukan sedang)
dengan cara Uji Wilxocon dengan tingkat 0 (Tidak 29 36,0
Confidence Interval (CI) tingkat Nyeri)
Post Intervensi
1-3( Nyeri 51 64,0
kepercayaan 95% untuk meengetahui Ringan)
perubahan antara skor nyeri pretest posttest Sumber Data : Data Primer, 2018
menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Hasil analisis berdasarkan tabel.2 skor
wilcoxon. nyeri pretest dan posttest memiliki
persentase untuk pretest yaitu yang
mengalami nyeri ringan sebesar 52
4

responden dengan persentase sebesar Berdasarkan tabel 4 diatas


(65%) dan yang mengalami nyeri sedang diperoleh p value sebesar 0,000. Karena p
sebanyak 28 responden dengan persentase value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
sebesar (35%). Pada skala nyeri sesudah diterima yang berarti terdapat perubahan
senam rematik untuk skor nyeri responden skor nyeri sendi sebelum dan sesudah
yang mengalami tidak nyeri yaitu 29 intervensi senam rematik. Dengan
responden dengan persentase sebesar demikian, ada pengaruh pemberian senam
(36,3%). Dan untuk nyeri ringan 51 rematik terhadap skor nyeri sendi pada
responden dengan persentase (63,8%). lansia dengan rheumatoid arhtritis terbukti
dengan adanya perubahan skor nyeri yang
Tabel 3 Tabel Distribusi Nyeri Pada
signifikan sebelum dan sesudah pemberian
Umur F % Mean (Pre) Mean (Post)
60
2,25 ( Nyeri 0.75 ( Nyeri skor nyeri sendi lansia yaitu penurunan skor
4 5,00 ringan) ringan)
3,25 (Nyeri 0,88 ( Nyeri
nyeri sendi.
61
8 10,0 ringan) ringan) Pembahasan
3,25 (Nyeri 0,69( Nyeri
62 ringan) ringan)
Usia responden pada penelitian ini
16 20.0
4,00 ( Nyeri 0,86( Nyeri berusia 60-74 tahun dengan mayoritas pada
63 sedang) ringan)
14 18,0
2,50 (Nyeri 1,20( Nyeri
rentang 60-65 tahun sebanyak 51 orang
64
5 6,25 ringan) ringan) dengan persentase (63,8%). Usia
3,67 (Nyeri 1,00( Nyeri
65 ringan) ringan) responden dalam penelitian ini
3 3,75
3,25 (Nyeri 1,25( Nyeri dikelompokkan beradasarkan World Health
66 ringan) ringan)
4 5,00 2,75 (Nyeri 1,29( Nyeri Organitation (WHO) lansia meliputi usia
67
8 10,0
ringan) ringan) pertengahan (middle age) antara usia 45-59
3,00 (Nyeri 0,50( Nyeri
68 ringan) ringan) tahun, lanjut usia (elderly) antara usia 60-74
4 5,00 2,75 (Nyeri 1,00( Nyeri tahun dan lanjut usia tua (old) antara usia
ringan) ringan)
69
4 5,00 4,00 ( Nyeri 2,00( Nyeri 75-90 tahun. Berdasarkan hasil penelitian
70 sedang) ringan) didapati persentase terbesar usia responden
1 1,25 2,50 (Nyeri 0,50( Nyeri
ringan) ringan) berada pada rentang 60-74 tahun, usia ini
71
2 2,50 4,00 ( Nyeri 1,00( Nyeri masuk dalam kategori lanjut usia/elderly.
sedang) ringan)
72 6,00 ( Nyeri 3,00( Nyeri
3 3,75
sedang) ringan) Dalam penelitian ini didapatkan
73
74 1 1,25 3,00 (Nyeri 0,67( Nyeri jumlah perempuan sebanyak 74 orang atau
3 3,75 ringan) ringan)
Total 80 100 sebesar 92,5% dan laki-laki sebanyak 6
orang atau sebesar 7,5%. Jumlah reponden
Pada tabel 3 dapat dilihat usia jenis kelamin perempuan lebih besar
mayoritas dalam penelitian ini yaitu 62 atau dibandingkan dengan jumlah responden
(20%) tahun dengan mean skor nyeri post jenis kelamin laki-laki. Kelamin merupakan
intervensi 3,25 dan mean skor nyeri post salah satu faktor risiko terjadinya rheumatoid
senam rematik 0,69. artritis.10 Wanita memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk terjadinya rheumatoid artritis.
Tabel 4 Laki-laki dan perempuan mempunyai
Pengaruh Senam Rematik Sebelum dan Sesudah kekuatan atau kemampuan yang berbeda
Intervensi dalam menghadapi penyakit, khususnya
Variabel Min-
Skor Median Max P Value penyakit reumatoid artritis wanita 2–3 kali
Nyeri
Skor
lipat menderita reumatoid artritis dibanding
Nyeri laki-laki dan ada kaitannya dengan faktor
Sebelum 3 1-6 0.000
Intervensi
hormonal yang berebeda antara laki-laki
Skor dan perempuan. Nyeri sendi terjadi pada
Nyeri usia lanjut dan sering muncul ketika
Sesudah 1 0-3
Intervensi perempuan telah memasuki masa
premenopause. Perempuan yang telah
5

premenopause akan mengalami penurunan persentase 65%. Dari hasil penelitian ini
hormone esterogen sehingga terjadi diketahui mayoritas responden mengalami
ketidakseimbangan osteoblas dan osteoklas nyeri sedang dengan rentang (4-6) orang.
yang mengakibatkan penurunan masa Nyeri sendi yang di alami oleh mayoritas
tulang sehingga menyebabkan tulang reponden terletak pada jari-jari tangan.
menipis, berongga, kekauan sendi, Rheumathoid Artritis pada umumnya sering
pengelupasan tulang rawan sendi sehingga terjadi di persendian tangan, sendi siku,
terjadi nyeri sendi, dalam hal ini perempuan kaki, pergelangan kaki dan lutut.13
lebih beresiko mengalami asam urat setelah Distribusi usia responden yang
premenopause.11 berada pada rentang 60-74 tahun atau lanjut
Tingkat Pendidikan dapat usia/elderly dalam penelitian ini dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang membuktikan kebenaran teori yang
tentang kesehatan yang bertujuan menyatakan bahwa rheumatoid artritis yang
meningkatkan potensi diri yang ada untuk menyatakan bahwa nyeri sendi dapat
memandirikan seseorang dalam menjaga, disebabkan oleh proses degenaratif. Hasil
mempertahankan dan meningkatkan ini didukung oleh Kemenkes (2008), yang
kesehatannya. Berdasarkan penelitian ini mengatakan bahwa usia adalah salah satu
didapatkan pendidikan responden mayoritas dari faktor resiko rheumatoid artritis yang
SMP (Sekolah Menengah Pertama) tidak dapat direkayasa. Teori Brunner &
berjumlah 39 orang dengan persentase Sudarth, 2013 menyatakan, usia 60 tahun
sebesar (48,8%), untuk terbanyak kedua terjadi kehilangan kekuatan otot total
yaitu pendidikan jenjang SD (Sekolah sebesar 10-20% dari kekuatan yang dimiliki
Dasar) yaitu sebanyak 26 orang dengan pada umur 30 tahunan. Pemerosotan ini
persentase (32,5%). Dengan tingkat dimulai sekitar umur 40 tahun, dan semakin
pendidikan yang baik diharapkan dapat dipercepat di tahun ke-60 usia seseorang.
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan Penurunan kekuatan otot – otot pada
sikap lansia dalam menerima dan tungkai bawah dapat dilihat pada orangtua
memahami tentang penyakit rheumatoid ketika sedang melakukan gerakan aktifitas
artritis. Responden dengan pendidikan naik tangga (kesulitan dalam
rendah mempunyai risiko rheumatoid melakukannya), kekakuan tungkai pada saat
artritis dua kali lebih tinggi dibandingkan berlari-lari. Tulang kehilangan density
dengan responden yang mempunyai (cairan) dan makin rapuh. Pinggang, lutut
pendidikan lebih tinggi. Responden dengan dan jari- jari pergelangan terbatas dan
tingkat pendidikan menengah juga persendian membesar dan menjadi kaku.14
mempunyai risiko rematik lebih tinggi Nyeri dan bengkak pada sendi dapat
dibandingkan dengan responden yang berlangsung dalam waktu terus-menerus
mempunyai pendidikan tinggi. Seseorang dan semakin lama gejala keluhannya akan
dengan tingkat pendidikan yang lebih baik semakin berat. Selain nyeri sendi, lansia
tentu akan mempunyai pengetahuan yang juga mengatakan pada saat wawancara pagi
lebih baik dan dapat menyerap semua hari mengalami kaku pada sendi yang
informasi untuk perbaikan kualitas bertambah pada saat pagi hari. Untuk
hidupnya.12 rheumatoid arthritis klien dapat merasakan
Berdasarkan hasil penelitian kaku pada pagi hari berlangsung selama
menggunakan instrumen NVPSR (Non lebih dari 30 menit. Dan sesuai dengan teori
Visual Pain Scale Revied ) diperoleh skor Buffer, (2010)yang mengatakan bahwa pola
nyeri sendi sebelum senam rematik atau karakteristik dari persendian yang terkena
pretest pada lansia dengan nyeri sedang (4- adalah: mulai pada persendian kecil di
6) sebnayak 28 orang dengan persentase tangan, pergelangan, dan kaki.15
35% dan untuk nyeri ringan dengan rentang Secara progresif mengenai
skor (1-3) sebanyak 52 orang dengan persendian, lutut, bahu, pinggul, siku,
6

pergelangan kaki, dan tulang belakang, sendi, peningkatan kebugaran otot, dan
tanda dan gejala yang umum ditemukan peningkatan kesehatan tubuh lansia.
atau sangat serius terjadi pada lanjut usia Peningkatan kekuatan otot penyangga sendi
yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari dan dan peningkatan kestabilan sendi
kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, mengurangi nyeri yang muncul. 18

pergelangan tangan dan kaki, juga pada Dalam penelitian ini senam rematik
jari-jari, mulai terlihat bengkak, bila diraba ini dilakukan sebanyak 6 kali dalam 2
akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan minggu sejalan dengan pendapat yang
terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dikemukakan Iversen et al.,(2014) dalam
dapat menyebabkan demam dan terjadi Rahmawati menjelaskan bahwa latihan
berulang. Sesudah dilakukan senam aktivitas dengan intensitas sedang dapat
rematik.16 dilakukan rutin 2 kali seminggu untuk
Hasil pengukuran skor nyeri sendi menurunkan nyeri pada persendian.19
posttest sebanyak 51 orang dengan Dalam penelitian sebelumnya yang
persentase (64,0%) mengalami nyeri ringan dilakukan oleh E.Pujiati, W.H.A.Mayasari,
dengan rentang (1-3) dan sebanyak 29 Anik Suwarni, Idris Yani P, Lilis Murtutik,
orang dengan persentase (36%) yang tidak 2017 dengan judul penelitian Senam
merasakan nyeri lagi. Berdasarkan hasil Rematik Terhadap Peningkatan Kualitas
analisa data didapati perubahan skala nyeri Hidup Lansia Ny.S Keluarga Tn.A Dalam
sendi berupa penurunan skala nyeri. Melakukan Adl (Activity Daily Living)
Adapun hasil penelitian ini Dukuh Pendem Kulon Desa Jepang
didukung oleh penelitian yang dilakukan Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.
oleh Ridhyalla Afnuhazi tahun 2018 di Setelah dilakukan senam rematik selama 2
PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar minggu nyerinya berkurang dengan skala
dengan populasi seluruh lansia berusia 60- nyeri 7 menjadi 3. Senam rematik yang
80 Sampel dalam penelitian ini berjumlah dilakukan 2-3 kali dalam seminggu dengan
16 orang sampel yang diberikan senam durasi waktu selama 30-60 menit, badan
rematik bahwa rerata nyeri pada pretest terasa rileks, dan segar.20
17
adalah 4.27 dan pada posttest 3.05. Berdasarkan nilai rata-rata skor
Berdasarkan hasil analisa data nyeri serta teori yang ada dapat disimpulkan
yang dilakukan oleh peneliti terhadap 80 bahwa senam rematik berpengaruh pada
responden menggunakan instrumen perubahan skor nyeri sendi lansia dengan
menggunakan instrumen NVPSR (Non rheumatoid artritis. Perubahan yang terjadi
Visual Pain Scale Revied ) nilai rata-rata berupa penurunan skor nyei sendi yang
skor nyeri sendi sebelum dilakukan senam signifikan.
rematik adalah 3.05 dengan skala nyeri Kesimpulan
tertinggi 6 dan nilai skala terendah adalah 1. Hasil penelitian yang telah
Menurut Perhimpunan Masyarakat dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Peduli Rematik (PMPR 2015) senam Alianyang Kota Pontianak pada tanggal 10
rematik merupakan suatu aktivitas olahraga Mei 2018 sampai tanggal 31 Mei 2018
berupa latihan sendi yang menjaga peneliti mulai melakukan penelitian pada
kelenturan tubuh lansia dengan memperkuat kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
otot dan ligamen yang berfungsi untuk maka dapat disimpulkan bahwa :
menstabilkan sendi. Kapasitas konsentransi a. Karakteristik responden dalam penelitian
senam rematik terletak pada gerakan sendi ini berada dalam rentang 60-74 tahun
yang meregangkan dan menguatkan otot yang di kategorikan dalam lanjut
serta membantu sendi untuk menopang usia/elderly. Dengan kelompok paling
tubuh. Latihan sendi yang teratur banyak dengan rentang usia 60-65 tahun.
meningkatkan kekuatan sendi kemudian Jenis kelamin didominasi oleh
berdampak pada peningkatan kestabilan perempuan (92,5%) dan tingkat
7

pendidikan responden tertinggi adalah dirasakan, lansia tidak hanya mengalami


SMP (48,8%) penurunan skor nyeri sendi saja tetapi
juga mampu meningkatkan kemampuan
Rata-rata skala nyeri sendi lansia fungsional sendi yang saat ini menurun
sebelum dilakukan pemberian senam sejalan dengan peningkatan usia.
rematik yaitu 3.05. Skor nyeri pretest Daftar Pustaka
memiliki kategori nyeri sedang. Rata-
rata skala nyeri sendi lansia sesudah 1. Nugroho, Wahjudi.
dilakukan pemberian terapi senam 2014. Keperawatan Gerontik. Edisi
rematik sebasar 0.93. Sedangkan pada 3.Jakarta : EGC
skor nyeri posttest tidak memiliki skor 2. Kemenkes RI.(2013). Gambaran
nyeri sedang. Wilcoxon-Smirnov Kesehatan
menunjukan nilai p value = 0.000 3. Lanjut Usia di Indonesia. Buletin
(p<0,05) sehingga ada pengaruh senam Jendela: Jakarta.
rematik terhadap perubahan skor nyeri 4. Departemen Kesehatan RI. 2012.
sendi lanjut usia dengan rheumatoid Survei Demografi Kesehatan
artritis sebelum dan sesudah senam Indonesia. Dari
rematik di UPTD Puskesmas Kelurahan http//www.depkes.go.id. diakses
Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak pada januari 2016
Barat Kota Pontianak. 5. World Health Organization, 2015.
Life expectancy. Available at
http://www.who.int/gho/mortality_b
Saran urden_disease/life_tables/situation_t
Beberapa saran yang dapat rends_text/en/ diakses pada tanggal
disampaikan berdasarkan hasil penelitian 20 juli 2015 pukul 09.00 WIB
ini antara lain untuk institusi pendidikan, 6. Arthritis Foundation. (2015).
peneliti lain, dan untuk responden dalam Research Update. Diakses pada
hal ini adalah pasien yang mengalami nyeri tanggal 20 Maret 2016
gout arthritis. 7. Shiel, Jr.W.C., 2011, Rheumatoid
1. Bagi Institusi Pendidikan Arthritis,http://www.emedicinehealt
Hasil penelitian ini dapat digunakan h.com/rheumatoid_arthritis/article_e
sabagai masukan data untuk melakukan m.htm, diakses pada tanggal 8
upaya-upaya dalam peningkatan Oktober 2013.
pemberian pengetahuan kepada 8. Nuhonni & Tulaar, Senam
mahasiswa-mahasiswi dalam bidang Rematik,2010 (VCD).Jakarta:
kesehatan khususnya tentang penyakit Pfizer.
rematik pada lansia. 9. Candra, A 2008, Penyakit Otot
2. Bagi Peneliti Lain Sendi.Senam Rema.Kompas, 25
Hasil penelitian ini dapat digunakan Mei, diakses 28 Desember2011.
sebagai data dasar untuk melakukan http://nasional.kompas.com/read/20
penelitian lebih lanjut yang berkaitan 08/05/25/14291838/Sakit.Otot.Send
dengan reumathoid artritis pada lansia. i.Senam. Rematik.Aja
3. Bagi Responden 10. Suwarni Anik,Idris Yani P, Lilis
Peneliti berharap responden lansia Murtutik (2017). Efektifitas
dengan nyeri sendi lebih aktif dan Senam Rematik Terhadap
termotivasi untuk mengikuti kegiatan- Kemampuan Berjalan Dengan
kegiatan yang meningkatkan derajat Nyeri Sendi Untuk Mencapai
kesehatan hidupnya, secara khusus lansia Hidup Yang Sehat Dan Sejahtera
mampu menerapkan terapi Pada Lanjut Usia. Jurnal Ilmu
nonfarmakologi senam rematik untuk Keperawatan Indonesia, Vol.10.
menurunkan skor nyeri sendi yang No 1.
8

11. Migliaccio S BM, Malavolta N.


(2008). Management of
glucocorticoids- induced osteoporosis.
role of teriparatide.
12. Dugowson. 2009. Arhtritis and
allied condition: textbook of
rheumatology. Pennyslvania: A
waverly Company.
13. Nainggolan, Olwin. 2009.
Prevalensi dan Determinan Penyakit
Rematik di Indonesia. Puslitbang
Biomedis dan Farmasi Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan
RI. Vol.
59.
14. Brunner & Suddarth, (2013). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 volume2. Jakarta EGC
15. Tobon G.J., P. Youinou, A. Saraux.
2010, The Environment,
GeoEpidemiology, and Autoimmune
Disease: Rematoid arthritis. J
Autoimmun 35: 10-4.
16. Suarjana, I Nyoman.2015. Artritis
Reumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi VI. Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, Idrus, et al. Interna
Publishing. Jakarta.
17. Nugroho, Wahjudi.
2014. Keperawatan Gerontik. Edisi
3.Jakarta : EGC
18. Afnuhazi, Ridhyalla. (2018).
Pengaruh Senam Rematik Terhadap
Penurunan Nyeri Rematik Pada Lansia.
Akademi Keperawatan Nabila Padang
Panjang; Menara Ilmu; Vol. XII Jilid I.
19. Susanto, E. Manfaat Olahraga
Renang Bagi Lanjut Usia.
MEDIKORA.2010;(1), h.1-15
20. Rahmawati, A. S. Pengaruh Terapi
Aktivitas Senam Ergonomis Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada
Lanjut Usia Dengan Degeneratif Sendi.
Jurnal Publikasi Universitas
9

Muhammadiyah yagyakarta. 2014, h.1-


10

Anda mungkin juga menyukai