Anda di halaman 1dari 24

Analisis Aktivitas Pendanaan pada Laporan Keuangan

PT HM Sampoerna

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang dibina oleh
Dr. Hj. Tettet Fitrijanti, SE, M.Si.,Ak. SAS

Disusun oleh:
DENISSA INTAN CHAIRY 120110120053
SHEYLLA SAGITA RIZKY 120110120061
Rr ANINDHYTA KS 120110120074

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Analisis Aktivitas Pendanaan
A. KEWAJIBAN

1. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar atau jangka pendek merupakan kewajiban yang pelunasannya


memerlukan penggunaan aktiva lancar atau munculnya kewajiban lancar
lainnya. Pada praktiknya, kewajiban lancar dicatat pada nilai jatuh temponya,
bukan pada nilai sekarangnya, karena pendeknya waktu penyelesaian utang.
Terdapat 2 jenis kewajiban lancar. Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi,
meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka (unearned revenue), uang
muka, utang usaha dan akrual beban operasi lainnya. Jenis kedua kewajiban
lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek dan
bagian utang jangka panjang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun.

Perusahaan menunjukkan kemampuan pendapatan kembali jangka panjang


dengan cara : (1) telah menerbitkan efek utang jangka panjang atau efek ekuitas
untuk menggantikan kewajiban jangka pendek setelah tanggal neraca namun
sebelum diumumkan, atau (2) telah melakukan kesepakatan dengan sumber
pendanaan yang menyetujui pendanaan kembali utang jangka pendek saat jatuh
tempo. Lesepakatan pendanaan yang dapat dibatalkan karena perlanggaran
persyaratan yang dapat dievaluasi secara berbeda oleh pihak yang bersepakat
(seperti “perubahan material yang bertolak belakang” atau “kegagalan untuk
mempertahankan operasi yang memuaskan”) tidak memenuhi kondisi ini.

2. Kewajiban Tak Lancar

Kewajiban tak lancar atau jangka panjang merupakan kewajiban yang tidak jatuh
tempo dalam waktu satu tahun atau 1 siklus operasi, mana yang lebih panjang.
Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang dan wesel bayar. Obligasi
merupakan bentuk kewajiban tak lancar yang umum. Nilai nominal obligasi
bersama tingkat kuponnya menentukan bunga tunai yang dibayarkan atas
obligasi tersebut. Kewajiban yang umum lainnya adalah komitmen pembelian.
Komitmen seperti ini memerlukan pengungkapan jika kewajiban pembelian tanpa
syarat ini menyediakan pendanaan bagi untuk pemasok dan tidak diakui dalam
neraca pembeli.

3. Analisis Kewajiban

Kewajiban merupakan klaim terhadap perusahaan sehingga kita memerlukan


keyakinan bahwa perusahaan mencatatnya. Pencatatan ini meliputi
pengungkapan jumlah dan tanggal jatuh tempo, termasuk kondisi, halangan, dan
batasan yang diberlakukan pada perusahaan. Auditor merupakan satu sumber
keyakinan dalam identifikasi dan pengukuran kewajiban. Sumber keyakinan lain
adalah akuntansi berpasangan atau ayat berganda (double-entry accounting)
yang mensyaratkan adanya penyeimbang antara perolehan aktiva, sumber daya
atau beban dengan atau pembebanan sumber daya. Namun demikian, tidak
terdapat keharusan perjurnalan untuk sebagian besar komitmen dan kewajiban
kontijen. Dalam kasus ini, analisis kita sering kali harus didasarkan pada catatan
atas laporan keuangan dan pada komentar manajemen dalam laporan tahunan,
serta dokumen-dokumen terkait.

Fitur penting dalan analisi kewajiban :

 Ketentuan utang (seperti tanggal jatuh tempo,tingkat buanga,pola


pembayaran,daan jumlah)
 Pembatasan pemakaiaansumberdaya dan pelaksanaan aktivitas bisnis
 Kemampuan dan fleksibelitas untuk memperoleh pendanaan selanjutnya.
 Kewajiban untuk modal kerja perbandingan utang terhadap ekuitas (debit
top equity)dan ukuran keuangan lainnya.
 Firtur konversi kewajiban yang bersifat difusi
 Larangan atas pembayaran-pembayaran atas deviden

B. SEWA GUNA USAHA

Sewa guna usaha (lease) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik


(lessor) dan penyewa (lessee). Perjanjian tersebut memberikan hak kepada lease
untuk menggunakan aktiva yang dimiliki oleh lessor, selama masa sewa guna
usaha. Sebagai imbalannya, lease membayar sewa yang disebut pembayaran
sewa guna usaha minimum (minimum lease payment).

Ada dua jenis sewa yaitu:

 Sewa pendanaan yang mana lessor menctata sewa sebagai penjualan


dan transaksi pendanaan
 Jika di klasifikasikan sebagai sewa guna usaha ini baik aset yangdi swakan
maupun kewajiban sewa diakui dalam neraca,sewa lainnya di catat
seabagisewa oprasi

1. Akuntansi Dan Pelaporan Sewa Guna Usaha

Klasifikasi dan Pelaporan Sewa Guna Usaha

Lease mengklasifikasikan dan mencatat sewa guna usaha sebagai capital lease
jika pada saat terjadinya, transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat
kriteria sebagai berikut.

a) Terdapat transfer kepemilikan aktiva kepada lessee pada akhir masa sewa
guna usaha;

b) Terdapat opsi untuk membeli aktiva pada harga murah (bargain price);

c) Masa sewa guna usaha 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aktiva;
d) Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa guna usaha minimum
lainnya sebesar 90% atau lebih dari nilai wajar aktiva dikurangi dengan kredit
pajak investasi yang ditahan oleh lessor.

Operating Lease, sewa guna usaha dapat diklasifikasikan sebagai operating


lease bila tidak satupun kriteria di atas terpenuhi. Dalam akuntansi operating
lease, lesse akan mencatat sewa sebagai beban saat terjadinya.

Pengungkapan Sewa Guna Usaha

Perusahaan harus mengungkapkan komitmen sewa guna usaha di masa depan


untuk capital lease dan operating lease yang tidak dapat
dibatalkan.pengungkapan ini berguna untuk tujuan analisis. Perusahaan
mengklasifikasikan seluruh sewa guna usaha sebagai operating lease dan
menyediakan jadwal pembayaran sewa di masa depan dalam catatan atas
laporan keuangan.

2. Analisis Sewa Guna Usaha

Dampak Operating Lease

Walaupun standar akuntansi memperbolehkan metode alternatif untuk


mencerminkan perbedaan ekonomi yang mendasari transaksi sewa guna usaha,
pilihan ini sangat sering disalahgunakan oleh lessee yang menstrukturkan
kontrak sewa guna usaha sehingga mereka dapat menggunakan metode
operating lease. Praktik ini mengurangi manfaat laporan keuangan. Insentif bagi
lessee untuk menstrukturkan sewa guna usaha sebaai operating lease terkait
dengan dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba rugi. Dampak
pada laporan keuangan ini adalah sebagai berikut.

 Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya


dengan tidak menyajikan pendanaan sewa guna usaha dalam neraca.
Selain menyembunyikan kewajiban dari neraca, hal tersebut juga
menaikkan rasio solvabilitas (seperti debt to equity) yang sering
digunakan dalam analisis kredit.
 Operating lease menyajikan aktiva lebih rendah dari seharusnya. Hal ini
dapat meningkatkan rasio tingkat pengembalian investasi, terutama
return on total assets.
 Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital
lease.
 Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari
seharusnya dengan tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun dalam neraca. Hal tersebut menigkatkan
rasio lancar dan pengukuran likuiditas lainnya.
 Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa.
Konversi Operating Lease Menjadi Capital Lease

Langkah-langkah mengkonversi operating lease menjadi captal lease sebagai


berikut.

a) Menilai apakah klasifikasi operating lease masuk akal

b) Menentukan estimasi nilai sekarang kewajiban operating lease

c) Menentukan nilai aktiva dan kewajiban sewa guna usaha

d) Mengestimasi dampak reklasifikasi sewa guna usaha pada laba yang


diharapkan.

C. IMBALAN PASCA PENSIUN

Terdapat 2 bentuk imbalan pascapensiun (postretirement benefit) ini: (1) imbalan


pensiun (pension benefit), di mana pemberi kerja menjanjikan imbalan moneter
kepada pekerja pascapensiun, dan (2) imbalan pasca pensium lainnya (other
postretireent employee benefit), di mana pemberi kerja menyediakan imbalan
lain (non-moneter) pascapensiun terutama pemeliharaan kesehatan dan
asuransi jiwa.

1. Imbalan Pensiun

Sifat Kewajiban Pensiun

Program pensiun (pensiun plan) merupakan janji pemberi kerja untuk


menyediakan imbalan pensiun bagi pekerja, dan perjanjian tersebut melibatkan
3 pihak yaitu pemberi kerja, yang memberikan kontribusi pada program pensiun,
pekerja menerima imbalan dan dana pensiun. Program pensiun imbalan pasti
(defined benefit) menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh pemberi kerja
untuk disediakan bagi pensiunan. Program pensiun imbalan pasti (defined
contribution) menentukan jumlah kontribusi pemberi kerja pada program
pensiun.

Persayaratan Akuntansi Pensiun

Kerangka dasar akuntansi pensiun di jelaskan pertama kali oleh GAAPdalam SFAS
87 . fokus SFAS 87 adalah tercapainya ukururan biaya pensiun yang stail dan
ermanen oeh karena itu beban pensiun yang termasuk dalam laba bersih
disebut biaya pensiun periode bersih.status yang diakui dalam neraca akuntansi
pensiun terrkini (SFAS 158) mengakui status pendanaan bagi program pensiun
pada neraca.biaya pensiun yang diakui pengakuan biaya pensiun dimasukan
dalam laba bersih (yaitu biaya periodik pensiun bersih )adala versih rata dari
biaya pensiun ekonomi akrual untuk periode tersebut .artikulasi neraca dan
laporan laba rugi oleh karena peruahan atas status pendanaan (yang diakui
dalam neraca )tidakdimasukkan dalam biaya pensiun yang diakui ,sekuritas
dalam neraca dan laporn laba rugi tidak akan di artikulasikan.

Manfaat Karyawan PascaPensiun Lainnya:manfaat passcapensiun selain pensiun


atau manfaat lain pasca pensiun karyawan merupakan manfaat yang di berikan
oleh pemberi kerja kepada pensiun dan anggota keluarganya.

Pelaporan Manfaat Pascapensiun ketentuan pelaporan pasca pensiun (manfaat


pensiun dan OPEB) diatur dalam SFAS 132 yang mengharuskan format
engungkapan yang sama bagi OPEB dan manfaat pensiun.

Analisis Manfaat Pascapensiun

Prosedur langkah untuk analisis manfat pascapensiun:

· Menentukan dan merekonsiliasikan biaya dan kewajiban manfaat


ekonomis yang di laporkan

· Membuat penyesuaian yang diperluakn atas laporan keuangan

· Mengevaluasi assumsi aktuaria dan dampaknya pada laporan keuangan

· Memeriksa paparan resiko pensiun

· Mempertimbangkan implikasi arus kas program manfaat pascapensiun

Paparan Resiko Pensiun

Program pensiun dapat mengahadapkan perusahaan pada resiko tertentu.resiko


ini timbul dala hal aset program mempunyai profit resiko yang berbeda dengan
kewajiban pensiun khususnya ketika perubahab niala pasar suatu aset program
tidk mempunyai profit resiko berbeda dengan perubahan pada kewajiban
pensiun.nilai kewajiban pensiun sensitif terhadap perubahan tingkat diskonto
yang kemudian merefleksikan hasil obligasi perusahaan atau tingkat
bunga.resiko pensiun secara teknik dapat mendefenisikan resiko sebagai
probabilitas etidak mampuan suatu perusahaan membayar kewajiaban pensiun
tahun berjalan.faktor yang menentukan resiko pensiun swuatu perusahaan yaitu:
(1)intensitas pensiun,yaitu besaran kewajiban pensiun (aset program)
sehubungan dengan pos aset lainya dalamperusahaan tersebut(2)sejauh mana
profit resio dari aset program salah di kaitkan (mismatched)dengan kewajiban
pensiunnya.seorang analisi harua menilai masing-masing faktor diatas dalam
rangka paparan resiko pensiun perusahaan.

Implikasi Arus Kas atas Manfaat Pascapensiun

Implikasi aruskas pascapensiun langsung dirasakan.yaitu bahwa arus kas keluar


sama dengan kontribusi yang disiapak perusahaan untk program ini.
2. Imbalan Karyawan Pascapensiun Lainnya

Imbalan karyawan pascapensiun lainnya (other posretirement employee


benefits/OPEB) merupakan imbalan yang diberikan oleh pemberi kerja kepada
pensiunan dan anggota keluarganya. Ciri-ciri dasar akuntansi pensiun OPEB,
meliputi: pelaporan biaya bersih, pengakuan yang ditunda, dan saling hapus.
Kewajiban pemberi kerja dalam SFAS 106 disebut akumulasi kewajiban imbalan
pascapensiun. Biaya OPEB yang dilaporkan meliputi komponen-komponen: biaya
jasa, biaya bunga, amortisasi keuntungan dan kerugian bersih, amortisasi biaya
jasa lalu, amortisasi kewajiban transisi, dan pengembalian yang diharapkan atas
aktiva program.

Pelaporan dan Analisis Imbalan Pascapensiun Lainnya

Terdapat prosedur tiga langkah untuk analisis imbalan pascapensiun, yaitu (a)
menentukan dan merekonsialiasi biaya dan kewajiban (atau aktiva) imbalan
ekonomis dan yang dilaporkan, (b) membuat penyesuaian yang diperlukan atas
laporan keuangan, khususnya neraca dan (c) mengevaluasi asumsi aktuaria dan
dampaknya pada laporan keuangan.

D. KONTIJENSI DAN KOMITMEN

Kontijensi (contingencies) merupakan keuntungan dan kerugian potensial yang


penyelesaiannya bergantung pada satu atau lebih peristiwa di masa depan.
Kontijensi rugi yang disebut liabilitas kontijensi (contingencies liability)
merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan dan timbul dari
perkara hukum, ancaman pengambilalihan, penagihan piutangm klaim atas
garansi produk atau kerusakan produk, garansi kinerja, perhitungan pajak, risiko
yang diasuransikan sendiri dan kerugian properti.

Komitmen (commitments) merupakan klaim potensial atas sumber daya


perusahaan berdasarkan kinerja di masa depan sesuai kontrak. Komitmen tidak
diakui dalam laporan keuangan karena peristiwa sepeeti penandatanganan
kontrak atau penerbitan penerbitan pemesanan (purchase order) bukan
merupakan transaksi yang lengkap.

Analisis Liabilitas Kontijensi

Liabilitas kontijen yang dilaporkan seperti garansi jasa merupakan estimasi.


Keakuratan analisis atas liabilitas ini bergantung pada keakuratan pada estimasi
tersebut yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan
atau harapan di masa depan. Cadangan untuk kerugian di masa depan
merupakan jenis kontijensi lainnya yang perlu diperiksa. Konservatisme dalam
akuntansi meminta perusahaan untuk mengakui kerugian saat perusahaan dapat
menentukannya atau dapat meramalkannya.

Pengungkapan kontijensi umumnya meliputi:

· Deskripsi kewajiaban kontijen dan tingkat resiko


· Jumlah kontijensi pontesial dan bagaimana partisipasi pihak lain di
perlakukan dalam penentuan resiko.
· Pembebanan estimasi kerugian kontijen ,jika ada

Komitmen

Komitmen merupak klaim potensial atas sumberdaya perusahaan berdasarkan


kinerja di masa depan sesui kontrak.komitmen tidak di akui dalam laporan
keuangan karena peristiwa seperti ini di panadang kontak atau enerbit pesanan
pembelian bukan merupkan transaksi yang lengkap.semua komitmen
memerlukan pengungakapan faktor-faktor penting atas kewajiaban komitmen
termasuk jumlah,kondisi,dan waktu.

E. PENDANAAN DI LUAR LAPORAN POSISI KEUANGAN

Pendanaan di luar laporan posisi keuangan adalah tidak tercatatnya liabilitas


pendanaan tertentu. Sebagai contoh, salah satu cara mendanai properti, pabrik
dan peralatan adalah meminta pihak luar untuk mendapatkannya, dan
perusahaan sepakat untuk menggunakan aktiva tersebut serta menyediakan
dana yang cukup untuk melunasi utang.

Entitas Bertujuan Khusus (SPE)

Entitas bertujuan khusus (special purpose entities)

Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entitas _spe),yang sekarang
menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme
pendanaan yang sah selama lebih dari dua dekade dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari keuangan perusahan saat ini. Konsep SPE sebagai berikut.

· SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi


ekuitas, beberapa di antaranya harus berasal dari pihak ketiga yang
independen
· SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar kredit dan
membeli aktiva dari atau untuk perusahaan sponsor
· Arus kas dari aktiva digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas

Terdapat dua alasan kepopuleran SPE sebagai berikut.


1. SPE dapat menyediakan alternatif pendanaan berbiaya rendah daripada
meminjam langsung dari pasar kredit.
2. Dalam GAAP sekarang selama SPE distrukturkan dengan benar, SPE
diperlakukan sebagai entitas terpisah tidak dikonsolidasikan dengan
perusahaan sponsor. dengan demikina perusahaan dapat menggunaka
SPE untuk melakkukan transaksi di luar neraca untuk memeindahkan
aset,kewajiaban atau keduanya dari neraca.

Petunjuk GAAP tentang akuntansi untuk SPE dan aturan konsolidasinya dengan
perusahaan sponsor di sediakan dalam SFAS 140 dan FIN 46 R .

F. EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham) perusahaan.


Analisis atas ekuitas harus dipertimbangkan pengukuran dan pelaporan standar
ekuitas pemegang saha, meliputi sebagai berikut.

· Mengklasifikasi dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas.


· Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang saham dan prioritas
mereka pada likuidasi.
· Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.
· Menelaah kontrak, ketentuan hukum dan pembatasan-pembatasan lainnya
atas distribusi laba ditahan.
· Menilai ketentuan dan provisi efek yang dapat dikonversi (convertible
securities), opsi saham dan kesepakatan lainnya yang berpotensi
menerbitkan saham.

1. Saham Modal

Pelaporan Saham Modal

Pelaporan Saham Modal, meliputi penjelasan atas perubahan jumlah lembar


modal yang diungkapkan dalam laporan keuangan atau catatan terkait. Modal
Kontribusi, merupakan total pendanaan yang diterima dari pemegang saham
sebagai pembayaran saham modal. Saham diperoleh kembali (treasury stock
atau buyback) merupakan saham perusahaan yang dibeli kembali setelah
sebelumnya diterbitkan dan dibayar penuh.msaham diperoleh kembali umumnya
dicatat pada harga perolehan dengan metode penyajian yang umum adalah
mengurangkan biaya saham diperoleh kembali dari total ekuitas pemegang
saham.

Sumber kenaikan modal saham yang beredar:

 Penerbitan saham
 Konversi hutang dan saaham preferen
 Penerbitan deviden saham dan pemecahhan saham
 Penerbiatan saham dalam akuisisi merger
 Penerbitan untuk akuisisi dan waran

Sumber penuruna saham yang beredar:

 Pembelian dan penghentian saham


 Pembelian kembali saham
 Pemecahan sahamterbalik

Modal disetor merupakan total pendanaan yang diterima dari pemegang saham
segai pembayaran modal saham.modal di setor di bagi mejadi dua bagian yaitu
untuk modal saham nominal dan sisanyadilaporkan sebagai kelebihan modal di
setor /modal di setor atas nilai nominal.saham diperoleh kembali meruopakan
saham saham perusahaan yang dibeli kembali setelah sebelumnya di terbitkan
dan di bayar penuh.

Klasifikasi Saham Modal

Saham modal (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada


pemegang saham ekuitas sebagai pembayaran aktiva dan jasa. Terdapat dua
jenis saham modal sebagai berikut.

Saham Preferen (preffered stock), yaitu kelompok khusus saham yang memiliki
fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Ciri-ciri umum saham preferen
meliputi :

 Prioritas atas distribusi dividen termasuk hak partisipasi dan dividen


kumulatif;
 Prioritas atas likuidasi, terutama penting karena selisih antara nilai
nominal dan nilai likuidasi dan nilai likuidasi saham preferen bisa besar;
 Dapat dikonversi menjadi saham biasa;
 Tidak memiliki hak suara;
 Harga pembelian kembali biasanya untuk melindungi pemegang saham
preferen dari pembelian kembali yang terlalu awal (harga pembelian
kembali premium sering kali makin menurun).

Saham Biasa (common stock), yaitu kelompok saham yang mencerminkan hak
kepemilikan serta memiliki risiko tinggi dan pengembalian tinggi atas kinerja
perusahaan. Saham biasa mencerminkan bunga sisa (residual interest) dan tidak
diprioritaskan namun mendapatkan laba bersih sisa dan menyerap rugi bersih.

Analisis Saham Modal

Informasi yang lebih relevan bagi analisis adalah komposisi pos modal dan
pembatasan-pembatasan yang berlaku. Komposisi ekuitas penting karena dapat
memengaruhi hak sisa atas saham biasar, serta hak, risiko dan pengembalian
bagi investor ekuitas.
2. Laba Ditahan

Laba ditahan (retained earnings) merupakan modal yang dihasilkan sebuah


perusahaan. Akun laba ditahan mencerminkan akumulasi laba atau rugi yang
tidak dibagikan sejak berdirinya perusahaan. Laba ditahan merupakan sumber
utama distribusi dividen.

Dividen Tunai dan Dividen Saham

Dividen tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang


saham. Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat
didistribusikan menjadi kewajiban bagi perusahaan. Dividen saham (stock
dividend) adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kerpada pemegang
saham secara proporsional. Dividen ini mencerminkan kapitalisasi laba secara
permanen. Akuntansi bagi dividen saham kecil (small stock dividend) atau
dividen saham sederhana (ordinary dividend), umumnya lebih kecil dari 20%
sampai 25% saham beredar, mensyaratkan penilaian dividen saham pada nilai
pasar pada tanggal pengumuman.

Penyesuaian Periode Lalu

Penyesuaian periode lalu (prior period adjustment) terutama merupakan koreksi


kesalahan di periode laporan keuangan lalu. Perusahaan tidak melaporkannya
dalam laporan laba rugi, melainkan melaporkannya sebagai penyesuaian
(setelah pajak) atau saldo awal laba ditahan.

Apropriasi Laba Ditahan

Apropriasi laba ditahan (appropriations of retained earnings) merupakan


reklasifikasi laba ditahan untuk tujuan tertentu. Apropriasi laba ditahan (kadang
kala disebut cadangan) merupakan pengakuan bahwa perusahaan tidak berniat
untuk mendistribusikannya sebagai dividen, melainkan mencadangkannya untuk
tuntutan hukum, perluasan pabrik, asuransi diri sendiri (self-insurance), dan
kontijensi bisnis lainnya. Apropriasi juga tidak membebaskan laporan keuangan
dari beban potensial. Apropriasi direklasifikasi kembalu sebagai laba ditahan bila
tujuannya telah tercapai.

Pembatasan Laba Ditahan

Pembatasan atau persyaratan bala ditahan (restriction or convenant of retained


earnings) merupakan pembatasan atau ketentuan laba ditahan sejumlah
tertentu. Pembatasan penting meliputi pembatasan distribusi dividen. Ketentuan
obligasi dan kesepakatan pinjaman merupakan sumbe rutama pembatasan
tersebut. perusahaan sering kali mengungkapkan pembatasan tersebut dalam
catatan penjelas.

Analisis Laba Ditahan

Analisis pembatasan distribusi laba ditahan oleh pinjaman atau kesepakatan lain
umumnya mengungkapkan cakupan perusahaan dalam area seperti distribusi
dividen atau pencapaian modal kerja pada tingkat tertentu. Pembatasan tersebut
juga mengungkapkan kekuatan tawar-menawar perusahaan dan posisinya dalam
pasar kredit.

Spin-off dan Split-off

Pembagian anak perusahaan kead pemegang saham dapatmengambil satu dari


dua bentuk berikut:

 Spin-off yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham


sebagai deviden aset(investasi dalam anak perusahaan )dikurangi sebagai
saldo laba
 Split-off yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang dimiliki oleh para
pemegang saham ;aset(investasi anak perusahaan)dikurangi dan sahaam
yang diterima daripemegang saham di perlakukan sebagia saham yang di
tarik kembali.

Penyesuaian Periode Lalu

Penyesuaian periode lalu (prior period adjustment)terutamamerupakan koreksi


kesalahan di periodelaporan keuangan lalu.perusahaan tidak melaporkan dalam
laporan laba rugi,melainkan melaporkan sebagai penesuaian (setelah pajak)atas
saldo awal saldo laba.

3. Nilai Buku per Lembar Saham

Perhitungan Nilai Buku per Lembar Saham

Nilai buku per lembar saham (book value per share) adalah angka per lembar
yang berasal dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam
neraca. “Nilai buku” (book value) merupakan istilah konvensional yang mengacu
pada nilai aktiva bersih, yaitu total aktiva dikurangi dengan klaim terhadapnya.

Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham

Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Aplikasi
meliputi:

 Nilai buku, dengan potensi penyesuaian, sering kali digunakan dalam


penilaian kesepakatan merger.
 Analisis perusahaan dengan komposisi besar aktiva likuid (institusi
keuangan, investasi, asuransi, dan bank) sangat bergantung pada nilai
buku.
 Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat memerlukan
penutupan aktiva (asset coverage).

Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi dalam perhitungan


nilai buku perlembar saham sbb:

 Nilai tercatat aset,khususnya aset jangka panjang seperti property


,pabrik,dan peralatan biasanya di sajikan pada harga perolehan yang
dapat sangat berbeda dengan nialai pasar
 Aset tak berwujud yang dihasilakan secara internal dan aset kontijen
dengan kemungkinan terjadi yang tinggi seringkali tidak tercermindalam
nilai buku.

Kewajiban Pada ‘Ujung’ Ekuitas

Bagian ini menjelaskan dua akunyang memiliki berada di antara kewajiab dan
ekuitas-saham preferen yang dapat ditarik kembali dan kepentingan minoritas.

Saham Preferen yang Dapat Ditarik Kembali

Analisis harus mewaspadai efek ekuitas (umumnya saham preferen) yang


memiliki provisi penarikan kembali wajib, yang membuatnya lebih mirip hutang
daripada ekuitas. Efek tersebut tersebut mengharuskan perusahaan untuk
membayar dana pada tanggal tertentu.

Hak Minoritas

Hak minoritas (minority interest) dalam perusahaan yang dikonsolidasi umumnya


disajikan dalam laporan posisi keuangan, di antara kewajiban dan ekuitas.
Namun demikian, hak minoritas bukanlah klaim langsung atas sumber daya
perusahaan. Hak minoritas adalah kepemilikan proporsional pemegang saham
minoritas atas anak perusahaan yang dikonsolidasikan tersebut.

1. Analisis Liabilitas

Kebijakan Akuntansi untuk Liabilitas


Pinjaman jangka pendek, utang usaha dan lainnya, akrual, dan liabilitas sewa
pembiayaan merupakan liabilitas keuangan yang pada awalnya diakui sebesar nilai wajar dan
selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku
bunga efektif kecuali jika dampak diskontonya tidak material. Liabilitas kategori ini
diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, kecuali untuk liabilitas sewa pembiayaan
yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan sejak akhir periode pelaporan. Liabilitas keuangan ini
diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang.

1.1 Analisis Pinjaman

2013 2012
Pihak Ketiga
Cerukan
-Deutsche Bank AG - 378,319
Pinjaman bank jangka pendek
-Standard Chartered Bank - 115,000
Jumlah 493,319

Pihak Berelasi
-Philip Morris Finance SA 2,442,000 1,812,884
Jumlah pinjaman 2,442,000 2,306,203

Seluruh pinjaman di atas diperuntukkan untuk mendanai modal kerja Perusahaan.

Pihak Ketiga

Tingkat suku bunga tahunan yang berlaku untuk cerukan dan pinjaman bank jangka pendek :

2013 2012
Cerukan - 5,50%
Pinjaman bank jangka pendek - 5,35% - 6,48%

Pinjaman jangka pendek dari Standard Chartered Bank telah dilunasi sepenuhnya pada
tanggal 2 Januari 2013.

Pihak Berelasi

Pada tanggal 1 September 2008, Perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman dari Philip
Morris Finance SA, dengan jumlah fasilitas pinjaman sampai dengan 10% dari jumlah
pendapatan Perusahaan (berdasarkan laporan keuangan tahunan terakhir yang sudah diaudit).
Fasilitas pinjaman ini akan jatuh tempo pada tanggal 1 September 2018.

Pada tanggal 31 Desember 2013, jumlah saldo pinjaman adalah sebesar USD200,0 juta atau
setara dengan Rp2,44 triliun dengan tingkat suku bunga tahunan yang berlaku 6,42% -
6,87%. Pinjaman ini telah jatuh tempo dan telah dibayar pada bulan Januari 2014 (2012:
USD188,0 juta atau setara dengan Rp1,81 triliun dengan tingkat suku bunga tahunan yang
berlaku 4,11% - 4,60%. Pinjaman ini dibayar pada bulan Januari 2013).

Untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukarpinjaman jangka pendek dari Philip Morris
Finance SA, Perusahaan melakukan transaksi swap valuta asing dengan beberapa bank
dengan jumlah nilai nosional sebesar USD200,0 juta, mencakup jumlah dasar pinjaman.
Kontrak tersebut telah jatuh tempo antara tanggal 2 Januari dan 21 Januari 2014 (2012:
USD188,0 juta, mencakup jumlah dasar pinjaman dengan periode jatuhtempo antara tanggal
2 Januari dan 8 Januari2013).

1.2 Analisis Utang Usaha Lainnya

Utang usaha dan lainnya - pihak ketiga terutama timbul dari pembelian cengkeh, tembakau,
flavour, saos, bahan pembungkus, biaya iklan dan promosi, dan aset tetap.

2013 2012
Pihak Ketiga 1,420,955 1,350,309
Pihak Berelasi 772,748 1,053,980
Jumlah 2,193,703 2,404,289

1.3 Analisis Utang Pajak

2013 2012
Pajak Penghasilan Badan :
-Pasal 25 275,747 278,007
-Pasal 29 242,945 198,440
Jumlah 518,692 476,447

Pajak Penghasilan Lainnya 54,416 58,994


Pajak Pertambahan Nilai 801,732 804,427
Lainnya 35,036 28,428
Jumlah 891,184 891,849
1.4 Analisis Utang Cukai

Utang cukai merupakan utang yang timbul daripembelian pita cukai

1.5 Analisis Akrual

2013 2012
Biaya Produksi 26,737 50,495
Iklan dan promosi 11,991 12,112
Distribusi 9,470 3,672
Lain-lain 29,051 20,752
Jumlah 77,249 87,031

Akun-akun tertentu pada laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2012 telah direklasifikasi untuk menyesuaikan dengan penyajian
laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013.

1.6 Analisis Liabilitas Imbalan Kerja

Program pensiun

Pada tanggal 1 April 2008, Perusahaan menyelenggarakan program pensiun iuran pasti yang
dikelola oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan AIAF (DPLK AIAF). Berdasarkan program
pensiun iuran pasti, imbalan yang akan diterima karyawan ditentukan dari besarnya
kontribusi yang dibayarkan oleh pemberi kerja dan karyawannya ditambah dengan hasil
investasi atas dana tersebut. Kontribusi dari karyawan adalah bersifat sukarela. Kontribusi
Perusahaan dan entitas anak tertentu di dalam negeri atas program pensiun iuran pasti adalah
sebesar 8,5% dari gaji karyawan atau Rp86,2 miliar untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2013 (2012: Rp74,1 miliar).

Imbalan pascakerja yang tidak dicakup oleh program pensiun di atas

Imbalan pascakerja yang tidak dicakup oleh program pensiun meliputi bagian imbalan
berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan atas karyawan-karyawan yang tidak ikut serta
dalam program pensiun iuran pasti yang disebut di atas dan bagian imbalan berdasarkan
Undang-Undang Ketenagakerjaan atas karyawankaryawan yang ikut dalam keanggotaan
program pensiun iuran pasti yang melebihi nilai imbalan mereka sebagai anggota dari
program.

Perhitungan atas imbalan pascakerja yang tidak dicakup oleh program pensiun didasarkan
pada penilaian aktuarial tahunan yang dilakukan olehPT Towers Watson Purbajaga,
aktuarisindependen berdasarkan laporannyamenggunakan metode “Projected Unit
Credit”dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:

Jumlah yang
diakui pada
laporan
posisi
keuangan konsolidasian ditentukan sebagai berikut:

Mutasi nilai kini dari kewajiban imbalan pasti selama tahun berjalan adalah sebagai berikut:
Rincian beban imbalan pascakerja yang tidak dicakup oleh program pensiun pada tahun yang
berakhir pada 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:

Nilai akumulasi kerugian aktuarial setelah pajakyang dicatat pada saldo laba pada 31
Desember 2013 adalah sebesar Rp180,2 miliar (2012:

Nilai kini kewajiban imbalan pasti dan penyesuaian pengalaman dalam periode lima tahun
adalah sebagai berikut:

2013 2012 2011 2010 2009


Nilai kini 1,039,084 919,172 722,905 522,522 490,076
kewajiban imbalan
pasti
Penyesuaian 12,490 126,132 141,638 (25,692) (68,289)
pengalaman pada
liabilitas program

1.7 Analisis Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya

Liabilitas keuangan jangka pendek ini berasal dari pengelolaan kas dengan PMID, dengan
tingkat suku bunga tahunan yang berlaku 5,25%-7,76% untuk periode yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2013

2013 2012
PT Philip Morris Indonesia 43,661 -
Persentase terhadap liabilitas konsolidasian 0,33 % -

1.8 Analisis Liabilitas Sewa Pembiayaan

Sewa pembiayaan dikapitalisasi pada awal masa sewa sebesar nilai wajar aset sewaan
atau sebesar nilai kini pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai
wajar.
2. Analisis Ekuitas
2.1 Modal Saham
Saham Perusahaan bernilai nominal Rp100 (Rupiah penuh) per saham. Rincian
kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah
sebagai berikut:

2.2
Tambahan Modal Disetor
Rincian modal disetor pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai
berikut:

Pembayaran berbasis saham merupakan program Philip Morris International, Inc. (“PMI”), di
mana karyawan yang memenuhi kriteria tertentu berhak untuk berpartisipasi dalam program
ini. Saham yang diterbitkan akan menjadi hak karyawan apabila karyawan yang bersangkutan
masih bekerja di Perusahaan selama tiga tahun sejak tanggal pemberian.
Setiap tahun, Perusahaan mencatat kewajiban kepada PMI serta melakukan pembalikan ke
akun “Tambahan modal disetor” berdasarkan jumlah yang ditagih oleh PMI atas saham yang
telah vested.

Jumlah kompensasi berbasis saham yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing
adalah Rp66,2 miliar dan Rp57,4 miliar.

4. Rasio Keuangan

4.1 Rasio Likuiditas

a. Current Ratio

Aktiva Lancar
Current Ratio = ×100
Utang Lancar

b. Cash Ratio

Aktiva Lancar −Persediaan


Quick Ratio= ×100
Utang Lancar

Tabel Rasio Likuiditas

PT HM Sampoerna PT Gudang Garam

2013 2012 2013 2012


Aktiva Lancar (A) Rp21.247.830 Rp21.128.313 34,604,4 29,954,021
61
Persediaan (B) Rp17.332.558 Rp15.669.906 30,241,3 26,649,777
68
Utang Lancar (C) Rp12.123.790 Rp11.897.977 20,094,5 13,802,317
80
Current Ratio 1,752573246 1,775790372
1,722079 2,170216856
337
(A÷C)

Quick Ratio 0,322941258 0,458767654


((A-B) ÷ C)) 0,217127 0,239397776
852

4.2 Rasio Solvabilitas

a. Total Debt to Total Asset Ratio

Total Utang
Total Debt ¿ Total Asset Ratio= ×100
Total Aktiva

b. Total Debt to Total Equity Ratio

Total Utang
Total Debt ¿ Total Equity Ratio= ×100
Total Equity

Tabel Rasio Solvabilitas

(dalam jutaan PT HM Sampoerna PT Gudang Garam


rupiah)
2013 2012 2013 2012
Total Utang (A) Rp13.249.559 Rp12.939.107
21.353.980 14.903.612

Total Aktiva (B) Rp27.404.594 Rp26.247.527


50.770.251 41.509.325

Total Ekuitas (C) Rp14.155.035 Rp13.308.420


29.416.271 26.605.713

Total Debt to 0,483479485 0,492964804


Total Asset 0,420600245 0,359042504
Ratio
(A÷B)
Total Debt to 0,936031525 0,972249674 0,725924098
Total Equity 0,560165856
Ratio

(A÷C)

Tabel Rasio ROE

Sampoerna
2013 2012
Laba bersih setelah 9.945.296 10.818.486
pajak (A)

Total modal pemegang 29.416.271 26.605.713


saham (B)

ROE (A:B) 0,373803025 0,367772176

Tabel Rasio EPS

Sampoerna Gudang garam


2013 2012 2013 2012
Net Income 10.807.957 9.805.421 4.383.932 4.068.711
(A) (dalam
jutaan
rupiah)
Outstanding 4.383.000.000 4.383.000.000 1.924.088.00 1.924.088.00
share (B) 0 0
EPS (A/B) 2.468 2.269 2.250 2.086
Daftar Pustaka
Subramanyam K.R dan Wild, J.J; 2010, Analisi Laporan Keuangan Jilid 1. Jakarta: Salemba
Empat

www.sampoerna.com

https://pandubudimulya.wordpress.com/2013/11/25/menghitung-rasio-likuiditas-
solvabilitas-rentabilitas-dan-perputaran-piutang-pt-colorpak-indonesia-tbk/

http://memebali.blogspot.com/2013/08/analisis-aktivitas-pendanaan.html

http://dinaayako.blogspot.com/2012/10/analisis-aktivitas-pendanaan.html

Anda mungkin juga menyukai