Pkokpl
Pkokpl
PT HM Sampoerna
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang dibina oleh
Dr. Hj. Tettet Fitrijanti, SE, M.Si.,Ak. SAS
Disusun oleh:
DENISSA INTAN CHAIRY 120110120053
SHEYLLA SAGITA RIZKY 120110120061
Rr ANINDHYTA KS 120110120074
1. Kewajiban Lancar
Kewajiban tak lancar atau jangka panjang merupakan kewajiban yang tidak jatuh
tempo dalam waktu satu tahun atau 1 siklus operasi, mana yang lebih panjang.
Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi, utang dan wesel bayar. Obligasi
merupakan bentuk kewajiban tak lancar yang umum. Nilai nominal obligasi
bersama tingkat kuponnya menentukan bunga tunai yang dibayarkan atas
obligasi tersebut. Kewajiban yang umum lainnya adalah komitmen pembelian.
Komitmen seperti ini memerlukan pengungkapan jika kewajiban pembelian tanpa
syarat ini menyediakan pendanaan bagi untuk pemasok dan tidak diakui dalam
neraca pembeli.
3. Analisis Kewajiban
Lease mengklasifikasikan dan mencatat sewa guna usaha sebagai capital lease
jika pada saat terjadinya, transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat
kriteria sebagai berikut.
a) Terdapat transfer kepemilikan aktiva kepada lessee pada akhir masa sewa
guna usaha;
b) Terdapat opsi untuk membeli aktiva pada harga murah (bargain price);
c) Masa sewa guna usaha 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aktiva;
d) Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa guna usaha minimum
lainnya sebesar 90% atau lebih dari nilai wajar aktiva dikurangi dengan kredit
pajak investasi yang ditahan oleh lessor.
1. Imbalan Pensiun
Kerangka dasar akuntansi pensiun di jelaskan pertama kali oleh GAAPdalam SFAS
87 . fokus SFAS 87 adalah tercapainya ukururan biaya pensiun yang stail dan
ermanen oeh karena itu beban pensiun yang termasuk dalam laba bersih
disebut biaya pensiun periode bersih.status yang diakui dalam neraca akuntansi
pensiun terrkini (SFAS 158) mengakui status pendanaan bagi program pensiun
pada neraca.biaya pensiun yang diakui pengakuan biaya pensiun dimasukan
dalam laba bersih (yaitu biaya periodik pensiun bersih )adala versih rata dari
biaya pensiun ekonomi akrual untuk periode tersebut .artikulasi neraca dan
laporan laba rugi oleh karena peruahan atas status pendanaan (yang diakui
dalam neraca )tidakdimasukkan dalam biaya pensiun yang diakui ,sekuritas
dalam neraca dan laporn laba rugi tidak akan di artikulasikan.
Terdapat prosedur tiga langkah untuk analisis imbalan pascapensiun, yaitu (a)
menentukan dan merekonsialiasi biaya dan kewajiban (atau aktiva) imbalan
ekonomis dan yang dilaporkan, (b) membuat penyesuaian yang diperlukan atas
laporan keuangan, khususnya neraca dan (c) mengevaluasi asumsi aktuaria dan
dampaknya pada laporan keuangan.
Komitmen
Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entitas _spe),yang sekarang
menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme
pendanaan yang sah selama lebih dari dua dekade dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari keuangan perusahan saat ini. Konsep SPE sebagai berikut.
Petunjuk GAAP tentang akuntansi untuk SPE dan aturan konsolidasinya dengan
perusahaan sponsor di sediakan dalam SFAS 140 dan FIN 46 R .
1. Saham Modal
Penerbitan saham
Konversi hutang dan saaham preferen
Penerbitan deviden saham dan pemecahhan saham
Penerbiatan saham dalam akuisisi merger
Penerbitan untuk akuisisi dan waran
Modal disetor merupakan total pendanaan yang diterima dari pemegang saham
segai pembayaran modal saham.modal di setor di bagi mejadi dua bagian yaitu
untuk modal saham nominal dan sisanyadilaporkan sebagai kelebihan modal di
setor /modal di setor atas nilai nominal.saham diperoleh kembali meruopakan
saham saham perusahaan yang dibeli kembali setelah sebelumnya di terbitkan
dan di bayar penuh.
Saham Preferen (preffered stock), yaitu kelompok khusus saham yang memiliki
fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Ciri-ciri umum saham preferen
meliputi :
Saham Biasa (common stock), yaitu kelompok saham yang mencerminkan hak
kepemilikan serta memiliki risiko tinggi dan pengembalian tinggi atas kinerja
perusahaan. Saham biasa mencerminkan bunga sisa (residual interest) dan tidak
diprioritaskan namun mendapatkan laba bersih sisa dan menyerap rugi bersih.
Informasi yang lebih relevan bagi analisis adalah komposisi pos modal dan
pembatasan-pembatasan yang berlaku. Komposisi ekuitas penting karena dapat
memengaruhi hak sisa atas saham biasar, serta hak, risiko dan pengembalian
bagi investor ekuitas.
2. Laba Ditahan
Analisis pembatasan distribusi laba ditahan oleh pinjaman atau kesepakatan lain
umumnya mengungkapkan cakupan perusahaan dalam area seperti distribusi
dividen atau pencapaian modal kerja pada tingkat tertentu. Pembatasan tersebut
juga mengungkapkan kekuatan tawar-menawar perusahaan dan posisinya dalam
pasar kredit.
Nilai buku per lembar saham (book value per share) adalah angka per lembar
yang berasal dari likuidasi perusahaan pada jumlah yang dilaporkan dalam
neraca. “Nilai buku” (book value) merupakan istilah konvensional yang mengacu
pada nilai aktiva bersih, yaitu total aktiva dikurangi dengan klaim terhadapnya.
Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Aplikasi
meliputi:
Bagian ini menjelaskan dua akunyang memiliki berada di antara kewajiab dan
ekuitas-saham preferen yang dapat ditarik kembali dan kepentingan minoritas.
Hak Minoritas
1. Analisis Liabilitas
2013 2012
Pihak Ketiga
Cerukan
-Deutsche Bank AG - 378,319
Pinjaman bank jangka pendek
-Standard Chartered Bank - 115,000
Jumlah 493,319
Pihak Berelasi
-Philip Morris Finance SA 2,442,000 1,812,884
Jumlah pinjaman 2,442,000 2,306,203
Pihak Ketiga
Tingkat suku bunga tahunan yang berlaku untuk cerukan dan pinjaman bank jangka pendek :
2013 2012
Cerukan - 5,50%
Pinjaman bank jangka pendek - 5,35% - 6,48%
Pinjaman jangka pendek dari Standard Chartered Bank telah dilunasi sepenuhnya pada
tanggal 2 Januari 2013.
Pihak Berelasi
Pada tanggal 1 September 2008, Perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman dari Philip
Morris Finance SA, dengan jumlah fasilitas pinjaman sampai dengan 10% dari jumlah
pendapatan Perusahaan (berdasarkan laporan keuangan tahunan terakhir yang sudah diaudit).
Fasilitas pinjaman ini akan jatuh tempo pada tanggal 1 September 2018.
Pada tanggal 31 Desember 2013, jumlah saldo pinjaman adalah sebesar USD200,0 juta atau
setara dengan Rp2,44 triliun dengan tingkat suku bunga tahunan yang berlaku 6,42% -
6,87%. Pinjaman ini telah jatuh tempo dan telah dibayar pada bulan Januari 2014 (2012:
USD188,0 juta atau setara dengan Rp1,81 triliun dengan tingkat suku bunga tahunan yang
berlaku 4,11% - 4,60%. Pinjaman ini dibayar pada bulan Januari 2013).
Untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukarpinjaman jangka pendek dari Philip Morris
Finance SA, Perusahaan melakukan transaksi swap valuta asing dengan beberapa bank
dengan jumlah nilai nosional sebesar USD200,0 juta, mencakup jumlah dasar pinjaman.
Kontrak tersebut telah jatuh tempo antara tanggal 2 Januari dan 21 Januari 2014 (2012:
USD188,0 juta, mencakup jumlah dasar pinjaman dengan periode jatuhtempo antara tanggal
2 Januari dan 8 Januari2013).
Utang usaha dan lainnya - pihak ketiga terutama timbul dari pembelian cengkeh, tembakau,
flavour, saos, bahan pembungkus, biaya iklan dan promosi, dan aset tetap.
2013 2012
Pihak Ketiga 1,420,955 1,350,309
Pihak Berelasi 772,748 1,053,980
Jumlah 2,193,703 2,404,289
2013 2012
Pajak Penghasilan Badan :
-Pasal 25 275,747 278,007
-Pasal 29 242,945 198,440
Jumlah 518,692 476,447
2013 2012
Biaya Produksi 26,737 50,495
Iklan dan promosi 11,991 12,112
Distribusi 9,470 3,672
Lain-lain 29,051 20,752
Jumlah 77,249 87,031
Akun-akun tertentu pada laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2012 telah direklasifikasi untuk menyesuaikan dengan penyajian
laporan keuangan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013.
Program pensiun
Pada tanggal 1 April 2008, Perusahaan menyelenggarakan program pensiun iuran pasti yang
dikelola oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan AIAF (DPLK AIAF). Berdasarkan program
pensiun iuran pasti, imbalan yang akan diterima karyawan ditentukan dari besarnya
kontribusi yang dibayarkan oleh pemberi kerja dan karyawannya ditambah dengan hasil
investasi atas dana tersebut. Kontribusi dari karyawan adalah bersifat sukarela. Kontribusi
Perusahaan dan entitas anak tertentu di dalam negeri atas program pensiun iuran pasti adalah
sebesar 8,5% dari gaji karyawan atau Rp86,2 miliar untuk tahun yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2013 (2012: Rp74,1 miliar).
Imbalan pascakerja yang tidak dicakup oleh program pensiun meliputi bagian imbalan
berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan atas karyawan-karyawan yang tidak ikut serta
dalam program pensiun iuran pasti yang disebut di atas dan bagian imbalan berdasarkan
Undang-Undang Ketenagakerjaan atas karyawankaryawan yang ikut dalam keanggotaan
program pensiun iuran pasti yang melebihi nilai imbalan mereka sebagai anggota dari
program.
Perhitungan atas imbalan pascakerja yang tidak dicakup oleh program pensiun didasarkan
pada penilaian aktuarial tahunan yang dilakukan olehPT Towers Watson Purbajaga,
aktuarisindependen berdasarkan laporannyamenggunakan metode “Projected Unit
Credit”dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:
Jumlah yang
diakui pada
laporan
posisi
keuangan konsolidasian ditentukan sebagai berikut:
Mutasi nilai kini dari kewajiban imbalan pasti selama tahun berjalan adalah sebagai berikut:
Rincian beban imbalan pascakerja yang tidak dicakup oleh program pensiun pada tahun yang
berakhir pada 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:
Nilai akumulasi kerugian aktuarial setelah pajakyang dicatat pada saldo laba pada 31
Desember 2013 adalah sebesar Rp180,2 miliar (2012:
Nilai kini kewajiban imbalan pasti dan penyesuaian pengalaman dalam periode lima tahun
adalah sebagai berikut:
Liabilitas keuangan jangka pendek ini berasal dari pengelolaan kas dengan PMID, dengan
tingkat suku bunga tahunan yang berlaku 5,25%-7,76% untuk periode yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2013
2013 2012
PT Philip Morris Indonesia 43,661 -
Persentase terhadap liabilitas konsolidasian 0,33 % -
Sewa pembiayaan dikapitalisasi pada awal masa sewa sebesar nilai wajar aset sewaan
atau sebesar nilai kini pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai
wajar.
2. Analisis Ekuitas
2.1 Modal Saham
Saham Perusahaan bernilai nominal Rp100 (Rupiah penuh) per saham. Rincian
kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah
sebagai berikut:
2.2
Tambahan Modal Disetor
Rincian modal disetor pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai
berikut:
Pembayaran berbasis saham merupakan program Philip Morris International, Inc. (“PMI”), di
mana karyawan yang memenuhi kriteria tertentu berhak untuk berpartisipasi dalam program
ini. Saham yang diterbitkan akan menjadi hak karyawan apabila karyawan yang bersangkutan
masih bekerja di Perusahaan selama tiga tahun sejak tanggal pemberian.
Setiap tahun, Perusahaan mencatat kewajiban kepada PMI serta melakukan pembalikan ke
akun “Tambahan modal disetor” berdasarkan jumlah yang ditagih oleh PMI atas saham yang
telah vested.
Jumlah kompensasi berbasis saham yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing
adalah Rp66,2 miliar dan Rp57,4 miliar.
4. Rasio Keuangan
a. Current Ratio
Aktiva Lancar
Current Ratio = ×100
Utang Lancar
b. Cash Ratio
Total Utang
Total Debt ¿ Total Asset Ratio= ×100
Total Aktiva
Total Utang
Total Debt ¿ Total Equity Ratio= ×100
Total Equity
(A÷C)
Sampoerna
2013 2012
Laba bersih setelah 9.945.296 10.818.486
pajak (A)
www.sampoerna.com
https://pandubudimulya.wordpress.com/2013/11/25/menghitung-rasio-likuiditas-
solvabilitas-rentabilitas-dan-perputaran-piutang-pt-colorpak-indonesia-tbk/
http://memebali.blogspot.com/2013/08/analisis-aktivitas-pendanaan.html
http://dinaayako.blogspot.com/2012/10/analisis-aktivitas-pendanaan.html