Anda di halaman 1dari 17

A.

JUDUL
ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs
NU MA’RIFATUL ULUM KUDUS PADA MATERI POKOK SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
National Council of Teacher Mathematics (NCTM) menjelaskan ada lima standar
proses pembelajaran matematika yang harus dikuasai peserta didik yaitu (1) Belajar untuk
memecahkan masalah (mathematical problem solving); (2) Belajar untuk bernalar dan
bukti (mathematical reasoning and proof); (3) Belajar untuk berkomunikasi (mathematical
communication); (4) Belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection); dan (5)
Belajar untuk mempresentasikan (mathematical presentation). Pada awalnya representasi
masuk bagian dari komunikasi matematis, namun kenyataanya representasi matematis
sering muncul dalam mempelajari matematika di semua tingkatan sehingga perlu
ditekankan dan dimunculkan di setiap pengajaran matematika.
Menurut Sabirin representasi adalah bentuk interpretasi pemikiran peserta didik
terhadap suatu masalah, yang digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dari
masalah tersebut. Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu dari tujuan
umum dari pembelajaran matematika di sekolah. Seseorang perlu mempunyai representasi
matematis gambar, grafik, diagram, maupun bentuk representasi matematis lainnya agar
bisa mengomunikasikan sesuatu. (Heni Kholiqowati, 2016). Dengan demikian, peserta didik
sangat diharapkan memiliki kemampuan matematis untuk menemukan atau
mengungkapkan suatu ide dan cara berfikir, meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis, membantu dalam memahami konsep matematika, dan memecahkan masalah
matematika, serta dapat meningkatkan dalam mengomunikasikan sebuah gagasan
matematis dari yang bersifat abstrak menuju konkret, sehingga peserta didik lebih mudah
untuk memahami konsep matematika.
Sehubungan dengan kemampuan representasi matematis, maka peranan guru
sangat penting dalam pembelajaran matematika, salah satunya untuk membantu peserta
didik mengungkapkan bagaimana proses yang berjalan dalam pikirannya ketika mencari
solusi untuk memecahkan masalah. (Heni Kholiqowati, 2016). Namun faktanya berbeda,
pembelajaran matematika di sekolah-sekolah masih belum mengembangkan kemampuan
representasi peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari penyampaian guru dalam

1
menerangkan pelajaran yang masih terpaku pada buku teks, dan cara pengajaran yang
masih terbiasa dengan penyajian materi, memberikan contoh soal, dan meminta peserta
didik untuk mengerjakan soal latihan. Oleh karena itu pembelajaran di kelas seharusnya
guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan representasi matematisnya.
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) merupakan pokok pembahasan
materi yang harus dipelajari dalam jenjang SMP atau MTs. Materi SPLDV merupakan materi
dasar setelah persamaan linear satu variabel (PLSV) yang berguna untuk mempelajari
materi aljabar lebih lanjut. Penyelesaian masalah yang berhubungan dengan SPLDV dapat
memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan representasi peserta didik, karena
seorang peserta didik dengan peserta didik lain pasti mempunyai daya kemampuan
representasi matematis yang berbeda-beda.
Sebagaimana dikutip dari Jurnal Fariz Setiawan bahwasannya “ Representasi
tampaknya telah mendapat perhatian yang lebih dari peneliti utamanya dalam kaitannya
dengan pemahaman peserta didik pada materi matematika tertentu. Lebih lanjut, peran
representasi dalam menyelidiki pemahaman matematika peserta didik dapat dihubungkan
dengan bagaimana peserta didik membangun representasi matematisnya menggunakan
berbagai representasi baik yang diterimanya maupun yang dibuatnya.”.
Peserta didik pada kenyataannya terdiri dari individu-individu yang berbeda-beda,
kemampuan memahami materi yang disampaikanpun bermacam-macam. Ada peserta didik
yang akan mudah faham jika diterangkan dengan perkataan, tapi juga ada yang bisa faham
jika dituliskan dan bahkan ada pula yang faham jika penyampaian materi disertai dengan
gerak tubuh. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki cara atau yang disebut gaya
belajar yang berbeda dalam menyerap dan menerima informasi.
Gaya belajar dalam penelitian dibagi dalam tiga kategori yaitu visual, auditori dan
kinestetik. Menurut Sperry Smith (Gallenstein, 2005: 28), aplikasi 3 cara representasi
menurut Bruner dalam pembelajaran matematika adalah secara fisik melakukan aktivitas
matematika menggunakan manipulatif, melakukan aktivitas mental matematika dengan
berpikir berkenaan dengan ingatan petunjuk secara visual, auditori atau kinestetik, dan
pada akhirnya mampu menggunakan simbol angka dengan maknanya.
MTs NU Ma’rifatul Ulum merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta di Kudus
yang mulai menggunakan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2017/2018. Dalam kurikulum
2013 sendiri sangat menekankan pada pengembangan analisis dan pemahaman belajar

2
peserta didik, dimana cara belajar peserta didik sangat mempengaruhi cara representasi
matematisnya. Lebih lanjut, peran representasi dalam menyelidiki pemahaman matematika
peserta didik dapat dihubungkan dengan bagaimana peserta didik membangun
pengetahuannya menggunakan berbagai representasi yang baik yang diterimanya maupun
yang dibuatnya.
Peserta didik dalam membangun kemampuan representasi matematisnya sangat
dipengaruhi oleh gaya belajar yang mereka miliki. Gaya belajar sangat berhubungan dengan
bagaimana peserta didik memperoleh, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk
menyikapi suatu tugas atau situasi yang dialami peserta didik. Sebagaimana dikutip dari
jurnal penelitian milik Gilbert menyatakan bahwa peserta didik ingin menunjukkan
kemampuan representasi matematisnya untuk menyelesaikan masalah matematika, peserta
didik berusaha mengingat kembali pengetahuan-pengetahuan yang mereka dapat
sebelumnya sehingga mendapatkan petunjuk untuk menyelesaikan masalah. Petunjuk yang
peserta didik dapat merupakan suatu aktivitas berpikir matematika baik secara visual,
auditorial atau kinestetik berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan sebelumnya.
Dari hal tersebut menyiratkan bahwa gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik juga ikut
berperan dalam kemampuan representasi matematis peserta didik.
Dari uraian penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK
KELAS VIII MTs NU MA’RIFATUL ULUM KUDUS PADA MATERI POKOK SISTEM
PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR”

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kemampuan representasi visual gambar peserta didik pada materi pokok
sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII MTs ditinjau dari gaya belajar ?
b. Bagaimana kemampuan representasi persamaan atau ekpresi matematis peserta
didik pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII MTs ditinjau
dari gaya belajar ?
c. Bagaimana kemampuan representasi teks tertulis peserta didik pada materi pokok
sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII MTs ditinjau dari gaya belajar ?

3
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan kemampuan representasi bentuk visual yang digunakan
peserta didik pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII
MTs NU Ma’rifatul Ulum.
b. Untuk mendeskripsikan kemampuan representasi bentuk persamaan atau ekspresi
matematis yang digunakan peserta didik pada materi pokok sistem persamaan
linear dua variabel kelas VIII MTs NU Ma’rifatul Ulum.
c. Untuk mendeskripsikan kemampuan representasi bentuk teks tertulis yang
digunakan peserta didik pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel
kelas VIII MTs NU Ma’rifatul Ulum.
4. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi ilmu
pengetahuan khususnya pembelajaran matematika yaitu meningkatkan kemampuan
representasi peserta didik.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan representasi peserta didik.
2) Bagi Peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong peserta didik terbiasa denga
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga terlibat aktif dalam
pembelajaran, bekerjasama dan mengembangkan kemampuan representasi .
3) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengalaman wawasan dan
pengetahuan bagi peneliti tentang kemampuan representasi peserta didik.

4
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Pustaka
Salah satu penelitian terdahulu terkait representasi matematis adalah skripsi dari
Risca Dian Pratiwi (2017). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa masih banyak
peserta didik yang kurang teliti dalam memahami permasalahan dan masih kesulitan
dalam merepresentasikan serta menuliskannya dalam langkah-langkah penyelesaian.
Selain itu, penelitian yang terkait dengan representasi matematis ditinjau dari gaya
belajar adalah jurnal dari Gilbert Febrian Marulitua Sinaga, Agung Hartoyo, dan
Hamdani (Tanpa Tahun). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa representasi
matematis berdasarkan gaya belajar siswa didapatkan setiap kelompok gaya belajar
memiliki kemampuan representasi matematis yang sama yaitu kriteria sedang atau
mampu untuk membuat langkah-langkah pengerjaan dan penulisan kalimat matematika
secara benar namun salah dalam membuat grafik fungsi kuadrat, persamaan fungsi
kuadrat, dan perhitungan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut yakni terletak pada
sudut pandang dan materi yang diambil. Dari kedua penelitian di atas, penelitian
pertama hanya meneliti tentang analisis representasi matematisnya saja, dan dari kedua
penelitian tersebut tidak ada peneliti yang mengambil materi sistem persamaan linear
dua variabel. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kemampuan
representasi peserta didik ditinjau dari gaya belajar pada materi sistem persamaan
linear dua variabel.

2. Kajian Teori
a. Kemampuan Representasi Matematis
Menurut NCTM, sebagaimana dikutip oleh Yudhanegara & Lestari.
(2014:77), menyatakan representasi adalah “representing involves translating a
problem or an a new form, representing includes the translation of a diagram or
physical model into symbol or words, representing is also used in translating or
analyzing a verbal problem to make its meaning clear”. Pada dasarnya pernyataan
tersebut memiliki makna bahwa proses representasi adalah memaknai masalah atau
ide ke dalam bentuk baru, proses representasi termasuk merubah diagram atau
model fisik ke dalam simbol-simbol atau kata-kata. Mudzakir dalam Yudhanegara &
Lestari (2014:77), mengatakan bahwa untuk memelihara kemampuan

5
mengeksplorasi model-model dalam konteks dunia nyata haruslah menggunakan
representasi beragam matematis atau multiple representations. Representasi
matematis mempunyai berbagai macam bentuk seperti diagram, grafik, tabel
ekspresi atau notasi matematik serta menulis dengan kata-kata atau
bahasa sendiri. (Heni Kholiqowati, 2016)
Mudzakir (2006) yang dikutip oleh Andri Suryana membagi representasi
matematis dalam tiga ragam representasi yang utama antara lain:
a. Representasi visual berupa diagram, grafik, atau tabel, dan gambar.
b. Persamaan atau ekspresi matematika.
c. Kata-kata atau teks tertulis.
Representasi visual merupakan kemampuan menerjemahkan masalah
matematis ke dalam gambar atau grafik. Representasi persamaan atau ekspresi
matematis merupakan kemampuan menerjemahkan masalah matematis ke dalam
rumus-rumus matematika. Sedangkan representasi katakata atau teks merupakan
kemampuan menerjemahkan sifatsifat yang diselidiki dan hubungannya dalam
masalah matematika ke dalam representasi verbal atau bahasa.
Adapun indikator masing-masing jenis representasi (Probondani, 2016)
adalah sebagai berikut :
No Representasi Bentuk Operasional
1 Representasi visual
a. Diagram, tabel, atau grafik 1) Menyajikan data dari suatu
representasi ke representasi
diagram, grafik, atau tabel.
2) Menggunakan representasi visual
untuk menyelesaikan masalah
matematika.
b. Gambar 1) membuat gambar berpola
geometri.
2) membuat gambar untuk
memperjelas masalah matematika
dan memfasilitasi penyelesaian
masalah tersebut.
2 Persamaan atau ekpresi matematis 1) membuat persamaan atau model

6
matematika dari suatu
representasi yang diberikan.
2) menemukan konjektur dari suatu
pola bilangan.
3) menyelesaikan masalah
matematika dengan melibatkan
ekpresi matematis.
3 Kata-kata atau teks tertulis 1) membuat situasi masalah
berdasarkan data yang diberikan.
2) menuliskan interpretasi dari suatu
representasi yang ada.
3) menuliskan dengan kata-kata
dalam menyelesaikan masalah
matematika.
4) menyusun cerita sesuai dengan
representasi yang disajikan
5) menjawab soal dengan kata-kata.

b. Materi SPLDV
Kompetensi Inti :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran,
gotongroyong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dalam
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan,mengurangi, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dalam
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/ teori.
Kompetensi Dasar :

7
3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya
yang dihubungkan dengan masalah kontekstual
Indikator :

3.5.1 Menjelaskan definisi persamaan linear dua variabel

3.5.2 Menyusun bentuk persamaan linear

3.5.3 Menunjukkan himpunan penyelesaian persamaan linear dua variabel

3.5.4 Menjelaskan definisi sistem persamaan linear dua variabel

3.5.5 Menyusun bentuk sistem persamaan linear

3.5.6 Menunjukkan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua


variabel

1. Pengertian Persamaan Linear Dua Variabel

Persamaan linier dua variabel adalah persamaan linier yang memiliki


dua variabel dan setiap variabel berderajat satu. Perbedaan antara
persamaan linear dua variabel dengan persamaan linear satu variabel
terletak pada banyak variabel yang digunakan. Bentuk umum persamaan

linear dua variabel adalah , dengan dan x,y


adalah variabel.

Contoh:

a. Variabelnya x dan y dengan pangkat 1.

b. Variabelnya a dan b dengan pangkat 1.

2. Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel

Untuk menentukan himpunan penyelesaian (HP) dari suatu persamaan


linier dua variabel maka kita harus mencari nilai variabel (misalkan variabel
x dan y) yang memenuhi persamaan. Ada tiga cara menentukan HP dari suatu
PLDV yakni : Tabel dan dengan bidang koordinat kartesius.

8
3. .Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem persamaan linier dua variabel (SPLV) terdiri atas dua persamaan
linier dua variabel, yang keduanya tidak berdiri sendiri, sehingga kedua
persamaan hanya memiliki satu penyelesaian.

Bentuk umum SPLDV adalah:

ax + by = c

px + qy = r

Dengan a,b,c,p,q, r ≠ 0

a, b, q, dan q disebut koefisien

x dan y disebut variabel

c dan r disebut konstanta

Contoh:

a. x + y = 3 dan 2x – 3y = 1
b. 5x +2y = 5 dan x = 4y – 21

4. Menentukan Himpunan SPLDV


Untuk menyelesaikan masalah atau mementukan HP dari suatu SPLDV
dapat menggunakan beberapa metode yakni: Grafik, Substitusi, Eliminasi
dan Campuran.
Contoh:

Tentukan HP!

9
a. Grafik

b. Subtitusi
Subtitusi artinya mengganti, kita akan mengganti variabel satu dengan yang
lainnya.

Ubah persamaan dalam bentuk x, diperoleh .

Subtitusi persamaan yang baru ke persamaan , diperoleh,

Subtitusikan y = 2 ke sembarang persamaan, misal , diperoleh,

Jadi himpunan penyelesiannya adalah {(2,2)}

10
c. Eliminasi

Eliminasi artinya menghilangkan, cara penyelesaian dengan


menghilangkan salah satu variabel.

Mengeliminasi variabel x

Mengeliminasi variabel y

Jadi himpunan penyelesiannya adalah {(2,2)}.

d. Campuran
Metode campuran adalah gabungan dari metode subtitusi dan eliminasi.

c. Gaya Belajar
Gaya belajar sangat identik dengan belajar yang disukai pembelajar. Pada
umumnya, gaya belajar seseorang berasal dari kepribadian, termasuk susunan
kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman pendidikan.

11
Keanekaragaman gaya belajar peserta didik perlu diketahui pada awal diterima
pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan memudahkan bagi
pembelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar dalam proses
pembelajaran. Pembelajar akan belajar dengan baik dan hasil belajarnya baik,
apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut bisa memudahkan pembelajar
dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat.
Di dunia pendidikan, istilah gaya balajar merujuk pada penglihatan,
pendengaran, dan kinestetik. Gaya belajar visual identik dengan penglihatan dan
bayangan mental. Gaya belajar auditorial identik pada pendengaran dan
pembicaraan. Gaya belajar kinestetik merujuk pada gerakan besar dan kecil.
Macam-macam gaya belajar :
1) Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual (visual learner) mengkhusukan pada ketajaman
penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu
agar peserta didik paham. Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual
biasanya memiliki kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap
informasi secara visual sebelum ia memahaminya.
Peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual menangkap pelajaran
lewat materi bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap
warna, disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah
artistik. Namun biasanya ia memiliki kendala untuk berdialog secara langsung
karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti perintah secara
lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan. (Qomariyah,
2010). Maka dari itu, gaya belajar visual lebih cenderung harus melihat,
memperhatikan, dan menulis dengan tujuan untuk mendapatkan atau
memperoleh penguasaan dan pemahaman dengan baik.
2) Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditori memiliki kemampuan dalam hal menyerap informasi
dari pendengaran. Metode pembelajaran yang cocok untuk pembelajar model
seperti ini harus memperhatikan kondisi fisik dari pembelajar. Anak dengan
gaya belajar auditori biasanya belajarnya lebih cepat dengan menggunakan
diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan.
3) Gaya belajar Kinestetik

12
Gaya belajar kinestetik merupakan aktivitas belajar yang biasanya dilakukan
dengan bergerak, bekerja dan menyentuh. Pembelajar tipe ini mempunyai
keunikan dalam belajar selalu bergerak, aktivitas panca indera, dan menyentuh.
Pembelajar ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka
untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.

3. Kerangka Berfikir Teoritik


Permasalahan

Kemammpuan representasi
Gaya Belajar

Tes Tertulis Wawancara Dokumentasi

Triangulasi Data

Analisis Data

Hasil Kemampuan representasi matematis peserta didik

D. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif yang akan
mendeskripsikan analisis kemapuan representasi matematis peserta didik dalam materi
sistem persamaan linear dua variabel dilihat dari gaya belajar peserta didik .
2. Waktu dan Tempat Penelitian

13
Penelitian ini akan dilaksanakan bulan November 2018 di MTs NU Ma’rifatul Ulum
yang berada di desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, kabupaten Kudus.

3. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs NU
Ma’rifatul Ulum tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 3 Kelas reguler, yaitu VIII
A, VIII B, VIII C. Penentuan kelas disesuaikan dengan pertimbangan guru pengampu
mata pelajaran matematika kelas VIII dan pengambilan sampel dilakukan setelah
dilakukannya tes mengerjakan soal kemudian dipilih 3 peserta didik dari setiap jenis
gaya belajar berdasarkan tingkatan representasinya (atas, menengah, bawah).
4. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan metode Triangulasi.
Penelitian ini menggunakan metode triangulasi melalui tes uraian, dokumentasi, dan
wawancara, serta angket untuk mengetahui gaya belajar peserta didik.
a. Angket
Dalam penelitian ini, angket yang digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai gaya belajar peserta didik. Angket penggolongan gaya belajar akan
diberikan ke peserta didik di awal sebelum mengerjakan tes kemampuan
representasi matematis.
b. Tes
Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar pesera didik
pada tes ketuntasan materi sistem persamaan linear dua variabel dan hasil belajar
peserta didik pada tes kemampuan representasi matematis. Tes dalam penelitian
ini berupa soal tes bentuk uraian. Tes uraian diberikan kepada peserta didik kelas
VIII untuk mengetahui kemampuan representasi matematis peserta didik pada
materi sistem persamaan linear dua variabel. Soal tes uraian haruslah valid
sebelum diujikan. Untuk itu perlu dilakukan adanya uji validitas terhadap
instrumen tes uraian.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh hasil nilai tes dan data
peserta didik MTs NU Ma’rifatul Ulum Kelas VIII.
d. Wawancara

14
Berdasar pada hasil penggolongan gaya belajar dan hasil belajar peserta
didik pada tes kemampuan representasi matematis, selanjutnya peneliti
menentukan tiga peserta didik dari masing-masing tipe gaya belajar sebagai subjek
wawancara. Subjek wawancara yang telah dipilih selanjutnya diwawancarai secara
mendalam untuk dianalisis kemampuan representasi matematisnya berdasarkan
hasil belajar pada tes kemampuan representasi matematis.
Peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan dalam
pelaksanaan wawancara. Wawancara juga akan dilaksanakan dengan menggunakan
tipe recorder sebagai alat perekam hasil wawancara untuk digunakan dalam
analisis data selanjutnya.
5. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Angket
Angket merupakan alat penelitian untuk mengumpulkan data pokok dengan
cara membagikan daftar pertanyaan kepada responden. Adapun instrumen dalam
penelitian ini adalah berupa angket tertutup yang diberikan kepada seluruh
peserta didik kelas VIII dalam rangka mengetahui gaya belajar peserta didik pada
pembelajaran matematika.
Angket tersebut disusun sesuai dengan dimensi-simensi dari variabel
penelitian dengan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2012). Dalam skala Likert
variabel penelitian yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator, kemudian dari
indikator akan dijadikan sebagai dasar menyusun pertanyaan. Setiap butir
pertanyaan terdiri dari 5 gradasi atau interval yaitu selalu, sering, jarang, hampir
tidak pernah, dan tidak pernah.
b. Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis
Instrumen tes kemampuan representasi matematis berupa tes bentuk uraian.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan representasi matematis peserta
didik. Tes ini dilaksanakan setelah tes ketuntasan materi sistem persamaan linear
dua variabel. Tes uraian ini juga berkaitan dengan materi saat pembelajaran yaitu
sistem persamaan linear dua variabel sub bab menambah, mengurangi, mengali,
dan membagi kedua ruas persamaan.
6. Metode Analisis data
a. Reduksi Data

15
Reduksi data dalam penelitian ini meliputi kegiatan yang melibatkan proses
memilih, memfokuskan perhatian, menyederhanakan data mentah di lapangan,
mengabstraksi, dan mentransformasi. Kegiatan dalam reduksi data tersebut
diawali dengan membaca, mempelajari dan menelaah seluruh data yang
diperoleh.

b. Penyajian Data
Data yang terkumpul ditulis secara apa adanya untuk setiap subjek
penelitian sesuai dengan urutan kegiatan peserta didik. Selanjutnya, dilakukan
analisis mengenai representasi materi SPLDV bedasarkan ketiga kategori tipe
gaya belajar. Adapun data dapat berupa deskripsi, diagram, dan hubungan
antara masing-masing kategori gaya belajar.
c. Penafsiran Data dan Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan didasarkan verifikasi pada hasil analisis terhadap
data yang telah terkumpul. Hal ini dikarenakan data sebelumnya bersifat
sementara dan belum kuat jika tanpa bukti yang konsisten. Selanjutnya
penarikan kesimpulan pada penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan
representasi peserta didik dalam terhadap materi SPLDV.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bahasa, T. P. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Gilbert Febrian Marulitua Sinaga, A. H. (TT). Kemampuan Representasi Matematis Peserta


Didik Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada Materi Fungsi Kuadrat di SMA .

Kholiqowati, H. (2016). Skripsi : Analisis Kemampuan Representasi Matematis Ditinjau Dari


Karakteristik Cara Berpikir Peserta Didik Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan
saintifik. Semarang: UNNES.

Narulita, A. A. (2013). Skripsi : Keefektifan Pembelajaran Model Designed Student Centered


Instructional terhadap Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas VIII Materi Luas
Permukaan Bangun Sisi Datar. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Probondani, S. D. (2016). Pengaruh Kecerdasan Logis-Matematis Terhadap Kemampuan


Representasi Matematis Peserta Didik Kelas XI Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah
Banyumas Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Materi Pokok Trigonometri . Semarang:
Universitas Negeri Walisongo.

Qomariyah. (2010). Skripsi : Pengaruh Gaya Belajar Peserta Didik SMA Negeri 1 Blega.
Malang: UIN Maulana malik Ibrahim.

Soedjadi, R. (1999/2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia konstatasi keadaan masa


kini menuju harapan masa depan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai