Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................

1.2 Rumusan Masalah............................................................................

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

2.1 Sejarah Sepeda Ontel di Indonesia....................................................

2.2 Sejarah Sepeda Ontel di Gorontalo....................................................

2.3 Peran Pemuda dalam Pemberdayaan Ontel........................................

BAB III PENUTUP...................................................................................

3.1 Kesimpulan......................................................................................

3.2 Saran..............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat dan


berpengaruh besar terhadap cara kerja manusia. Kemajuan teknologi di era 4.0
atau revolusi industry khususnnya teknologi komputer telah terbukti memberikan
perubahan yang signinifikan dari manual menjadi otomatisasi sehingga dapat
menghasilkan informasi yang lebih cepat dibandingkan informasi yang dihasilkan
secara manual.

Selama ini pada umumnya para pengendara sepeda dalam melakukan


aktivitas bersepedanya sering menggunakan sepeda MTB (Model Terbaru)
sehingganya banyak dari kaum pemuda yang hidup di era 4.0 tidak mengenal
dengan sepeda – sepeda kuno atau ontel, malahan mereka menganggap bahwa
sepeda – sepeda yang ada pada zaman dahulu yaitu hanya sebagai besi tua
yang sudah layak di timbang. Akan tetapi ketika kita berpikir lebih mampu untuk
memberdayakan sepeda – sepeda kuno atau ontel ini akan sangat baik bagi
lingkungan juga pengetahuan sejarah untuk kesehatan dan kecerdasan kaum –
kaum milenial dan juga digital.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah sepeda ontel di Indonesia ?


2. Apa yang membuat sepeda ontel menjadi pusat perhatian di museum
Purbakala Popaeyato ?
3. Bagaimana peran pemuda dalam perbedayaan ontel di era 4.0 ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk memperjelas peran dan fungsi pemuda dalam melestarikan


ataupun memberdayakan barang – barang antic khususnya ontel
yang ada di Gorontalo.
2. Untuk menambah wawasan para pembaca sekaligus penulis.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah sepeda onthel di Indonesia

Sepeda ontel atau juga disebut sebagai sepeda unta, sepeda kebo, atau
pit pancal merupakan sepeda standar dengan ban ukuran 28 inchi yang biasa
dipakai oleh masyarakat perkotaan hingga tahun 1970-an. Sepeda ontel
mengacu pada sepeda desain Belanda yang bercirikan posisi duduk tegak dan
memiliki reputasi yang paling kuat dan bermutu tinggi, Karakteristik merupakan
rantai tertutup. Dengan gigi yang tidak mampu diubah dan biasanya terdapat
dinamo di segi roda depan untuk menyalakan lampu. Sepeda ini juga dilengkapi
Rem drum untuk pengereman.

Sepeda ontel ini mulai banyak digunakan pada zaman Hindia Belanda.
Kemudian pada tahun 1970-an keberadaan sepeda ontel mulai digeser oleh
“sepeda jengki” yang berukuran lebih kompak baik dari ukuran tinggi maupun
panjangnya dan tidak dibedakan desainnya untuk pengendara pria atau wanita.
Waktu itu sepeda jengki yang cukup populer adalah merek Phoenix dari cina.
Selanjutnya, sepeda jengki pada tahun 1980-an juga mulai tergeser oleh sepeda
MTB sampai sekarang

Di Indonesia, masyarakat umum menggunakan sepeda model ini untuk


transportasi dan sebagai kendraan pribadi selayaknya sepeda motor zaman
sekarang di zaman sebelum tahun 1970-an. Sepeda ontel umumnya dipakai oleh
masyarakat perkotaan Indonesia dari zaman penjajahan Belanda hingga tahun
1950-an,1960-an,1970-an, setelah tahun 70-an keatas hingga tahun 2000-an
masyarakat sudah mulai menggunakan sepeda motor.

Sepeda ontel kemudian pada tahun 1970-an secara perlahan lebih banyak
digunakan oleh masyarakat pedesaan dibanding perkotaan. Namun pada
akhirnya karena usia dan kelangkaan, sepeda ontel telah beruba menjadi barang
antik dan unik. Mulailah situasi berbalik, sepeda ontel yang dulunya terbuang,
sekarang pada tahun 2000-an justru diburu kembali oleh semua kalangan mulai
dari pelajar,mahasiswa, sampai para pemuda yang hobynya bermain dgn barang
antik, atau juga sepeda hingga ke lingkup pejabat. Orang Jawa mengatakan
inilah “wolak-waliking zaman”. Keranjingan masyarakat terhadap sepeda ontel
adalah tepat bersamaan dengan berkembangnya ancaman global warming.

Kini banyak klub-klub dan komunitas sepeda kuno dari berbagai daerah di
Indonesia, tersebar dari sabang sampai merauke yang jumlahnya kurang lebih
ratusan komunitas, itupun hanya yang sempat terpantau dan terdaftar atau turut
organisasi dibawah naungan KOSTI belum lagi masih banyak yang tidak terdaftar
atau ikut organisasi di bawa naungan KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia).

2.1 Sejarah Sepeda Ontel di Gorontalo

Seperti yang telah di lansir oleh Liputan6.com,Gorontalo bahkan beberapa


media lainnya, Sepeda ontel Hima buatan Amsterdam, Belanda menarik
perhatian pengunjung Museum Purbakala Popa Eyato, Bukan hanya berumur tua,
ternyata sepeda ontel itu juga kaya akan cerita sejarah perjuangan masyarakat
Gorontalo saat mempertahankan NKRI dari Penjajah. Di museum yang berlokasi
di kelurahan Tamalate, Kota Timur, Kota Gorontalo itu, sepeda ontel bersejarah
ini masih terawat dengan baik.

Kepala bidang pengelolah museum, Suharto Nasaru kepada


Liputan6.com, Jumat (4/10/2019)mengatakan, sepeda tersebut merupakan hibah
dari bapak Harry Manueke warga desa hulumo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten
Bone Bolangou. Karena menyimpan cerita sejarah sepeda tersebut di hibahkan
dan di rawat museum sejak 2016. “konon ini merupakan sepeda polisi pada
zaman dulu. Sengaja kami minta di berikan ke museum agar nantinya
masyarakat mengetahui tentang sejarah sepeda tersebut. Selain itu sepeda itu
akan di rawat agar bisa bertahan lama” ungkap Hartono. Demi menelisi lebih
jauh kisa di balik sepeda ontel itu tim Liputan6.com pun menemui Harry
Manueke di kediamannya. Lelaki yang sudah berumur 80 tahun itu bercerita,
sepeda tersebut merupakan sepeda milik ayahnya yang bernama Jonder
Manueke, ayahnya dulu seorang kepala polisi bertugas di lingkungan kota
Gorontalo.sepeda tersebut merupakan kenderaan dinas kepala polisi saat
itu,yang mereka sering gunakan untuk mengantarkan surat dan logistik ke kantor
polisi yang berada di wilyah lainnya. “waktu itu kenderaan yang di gunakan ada
dua. Yakni.sepeda ontel dan bendi,” kata Herry.tak hanya itu, Herry juga
mengungkapkan. Sepeda itu pernah di fungsikan untuk membawa amunisi
prajurit Nani Wartabone saat terjadi perang Rakyat Semesta (Permesta) atau
Gerakan Pemerintahan Revolisioner Repulik indonesia ( PRRI ) pada tahun 1958.

“ keinginanan PRRI saat itu untuk memutuskan hubungan dengan repulik


indonesia. Dan membentuk negara Indonesia Timur. Namun saat itu, pak Nani
Wartabone menolak gerakan tersebut, dan melakukan perlawanan,” jelasnya.
Nani pun membentuk kelompok yang dinamakan Pasukan Rimba untuk melawan
tentara permesta dengan cara bergeliya. Saat itu Pasukan Rimba telah
mengalami pertempuran di beberapa lokasi, Mereka sempat melakukan
pencurian senjata di Pos tentara permesta dengan mengunakan sepeda tersebut.
“ saat itu sepeda merupakan alat transportasi yang bisa di gunakan untuk misi
tersembunyi. Lantaran tidak berbunyi, “ terangnya.

Setelah itu, lanjutnya, pasukan rimba menarik diri untuk bersembunyi di


salah satu hutan yang ada di kabupten Bone Bolango. Senjata dicuri di bawa
oleh prajurit, sementara untuk amunisi senjata dimasukan ke keranjang sepeda.
“ setelah terlibat peperangan,pasukan pak Nani di bantu pasukan Angkatan
Perang Republik Indonesia. Sehingga berhasil penumpasan terhadap premesta di
Gorontalo, “ jelas Herry.

Herry mengharapkan, hiba sepeda itu bisa menambah penegetahuan


masyarakat khususnya warga Gorontalo, akan Sejarah perjuangan bangsanya.”
Makanya saya suka relah menyerahkan sepeda itu ke museum untuk di jaga,”
katanya.

2.2 Peran pemuda dalam Pemberdayaan Ontel

Pemuda yang hidup di era 4.0 (Revolusi Industri) pastinya banyak


Problematik yang harus kita lalui sebagai tuntutan jaman, dimulai dari masalah
Agama, ekonomi, adat, budaya, hingga mempertahankan apa saja yang telah di
perjuangkan oleh para pendahulu kita. Itu sudah merupakan tanggung jawab
kita sebagai kaum milenial, ataupun kaum digital, hingga akan dijawab oleh para
penerus kita yang akan mempersiapkan diri mereka di generasi Gold.

Seperti pada judul artikel yang saya angkat pada tulisan ini yaitu
mengenai Pemberdayaan Ontel di era 4.0 (revolusi industri) hal ini lebih
mempertanyakan sampai dimana peran pemuda yang ada di Indonesia,
khususnya di Gorontalo untuk memajukan ontel yang sudah lama dilupakan oleh
para pemuda yang acu tak acuh oleh barang antik yang sebenarnya sudah
banyak membantu para pendahulu kita di jaman penjajahan, hingga
kemerdekaan.Dan hal ini telah dijawab oleh Narasumber saya kali ini yaitu ibu
Trie Wahyuni Toonawu

Ibu Trie Wahyuni Toonawu, lahir di Tapa, tanggal 03 Juni, Tahun 1983,
dan sekarang merupakan salah satu tenaga pengajar atau guru disekolah dasar.
Ibu Trie Wahyuni Toonawu, merupakan salah satu anggota dari KOBU
(Komunitas Ontel Buawu), dan juga merupakan istri dari pimpinan komunitas ini.

Ibu Trie Wahyuni, menyampaikan bahwa saat pembuatan atau proses


modifikasi ontel, hingga sampai ke tahap penerbitan kembali ontel yang suda di
modifikasi sedemikian rupa bertujuan untuk, memperkenalkan kembali sepeda
yang ada di masa lalu kepada masyarakat khususnya kepada para pemuda yang
pada saat ini sudah di tutupi oleh sepeda – sepeda MTB (Model Terbaru), bahkan
sudah di tutupi oleh kenderaan – kenderaan bermesin yang lebih praktis ketika
digunakan, bahkan tidak memakan waktu lama untuk sampai ke tempat yang
ingin mereka tuju. Adapun tujuan dari diterbikannya kembali ontel ini dengan
desain yang lebih menarik, yaitu untuk di perkenalkan kembali kepada
masyarakat juga kepada para pemuda yang tidak mengenal ontel, karena pada
jaman sekarang atau yang kita kenal dengan generasi milenial, ataupun generasi
digital, hal seperti ontel ini sdah bnyak disepelekan, bahkan mereka menganggap
bahwa ontel itu hanyalah besi tua yang sudah bisa ditimbang di penjualan besi
tua.
Bagi sebagian orang memandang, bahwa para pesepeda yang
menggunakan sepeda ontel adalah hanya mereka yang tidak mampu bersaing
dengan jaman ataupun tidak mampu untuk membeli sepeda MTB
(Model Terbaru), namun bagi sebagian orang yang sering mengisi aktivitas
mereka dengan bersepeda memakai ontel, mereka merasa memperlihatkan
kedermawannya, kesederhanaanya juga, kecintaanya kepada sejarah. Nah
tentunya kita sebagai pemuda yang mengerti akan pentingnya sejarah dari ontel.
harus memikirkan, bagaimana cara kita memberdayakan ontel di era 4.0 ini. Hal
ini lebih ke tugas kita sebagai pemuda untuk memperkenalkan Ontel ini ke
lingkungan masyarakat, bahkan harus mendapat titik terang bahwa ontel
bukannlah hanya sebagai besi tua akan tetapi sebagai saksi bisu masa
penjajahan.

Komunitas Ontel Buawu (KOBU) telah terbentuk sejak bulan agustus,


tahun 2015, yang memiliki base camp sekaligus tempat untuk modifiksi di huntu
utara lebih tepatnya di kediaman ibu Trie Wahyuni. Para pemuda disini pada
awalnya disini mulai menggunakan ontel yaitu hanya dari ketertarikan individual,
karena merasa sudah lumayan bnyak yang ikut untuk menggunakan sepeda
ontel sehingga terfikirlah oleh mereka untuk membuat suatu komunitas, tegas
ibu trie wahyuni. Komunitas ini sudah beberapa kali melakukan aktivitas social
bahkan turut meramaikan kegiatan-kegitan untuk memperingati hari
kemerdekaan juga sudah sering melakukan touring bersama komunitas-
komunitas ontel lainnya yang ada di Gorontalo.

Beberapa nilai positif yang bisa kita tuai ketika kita mau menggunakan
ontel kembali, yang pertama tentu saja dengan menguranggnya para
pengendara mesin roda dua bahkan roda empat, ini bisa berpengaruh baik pada
kesehatan kita dimana bisa mengurangi tinggkat ketinggian polusi atau udara
yang tidak segar khusunya yang ada di area kota gorontalo, tentunya ini bukan
untuk melarang para pengendara motor, ataupun mobil, tapi ini tentunya kita
bisa mempertimbangkan kapan kita bisa menggunakn sepeda motor, dan kapan
kita harus berolah raga menggunakan sepeda, jadi kita mendapatkan dua point
sekaligus yaitu kesehatan dan pengatuhuan tentang sejarah ontel yang ada di
Indonesia khusunya Gorontalo.

Dalam pemberdayaan ontel sendiri,sekarang ini sudah banyak para


pemilik warkop menjadikan ontel sebagai penghias suasana warkop, bahkan bisa
dipakai sebagai tempat untuk mengabadikan moment, tentunya memang
sangatlah tidak muda ketika kita ingin memikirkan cara kita untuk
membedayakan ontel ini, akan tetapi dengan sudah mau menggunakannya
bahkan mau menceritakannya kepada masyarakat atau teman sebaya kita, itu
sudah lebih dari cukup untuk menjadi peranan kita sebagai pemuda.

Kalau kita bandingkan anak – anak yang ada di zaman sekarang lebih
tepatnya zaman digital, dengan mereka para pemuda yang besar di lingkungan
belum berteknologi modern, tentu sangatlah beda dari pengatahuan dan
kebiasaan mereka, anak-anak yang lahir di tahun 2009 keatas, mereka
cenderung berfikir merunduk, karena telah diperbudak oleh teknologi dan juga
budaya barat, sehingga ketika kita ingin menanyakan tentang ontel kepada
mereka, pasti mereka akan sangatlah bingung karena persoalan seperti ini
terkesan biasa aja dikehidupan mereka, jangankan persoalan Ontel persoalan
lagu kebangsaan saja ketika ditanyakan kepada mereka pasti mereka terdiam
bisu.

Oleh karena itu kita sebagai Pemuda harus mampu merangkul adik – adik
kita, kita harus mampu mengajarkan mereka secara mandiri dirumah, karena
lingkungan proses tempat pembelajaran mereka saat ini masih dijajah oleh virus
Covid-19. Saya pikir dengan bersepeda ataupun melakukan aktivitas olahraga
sepeda menggunakan ontel adalah pilihan yang tepat untuk mengajari mereka,
ketika sedang berolahraga maka kita ceritakan kepada mereka apa itu ontel, apa
itu sejarah, dan apa itu Negara.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sepeda ontel merupakan kenderaan sejak jaman penjajahan Belanda


yang juga membantu Gorontalo saat mengirimi pesan kemedan tempur, dan
telah dinyatakan kuno ketika tahun 1970-an, dan mulai di buru kembali pada
tahun 2000-an karena terkenal dengan keantikannya. Nah kita sebagai pemuda
bertugas untuk menjaga dan melestarikan dan harus mampu memberdayakan
ontel dilingkungan yang sudah serba dalam satu genggaman ini.

3.2 Saran

Melihat perkembangan zaman yang begitu pesat, hingga sulit untuk


diterima oleh para anak – anak di bawah umur, sehingga bisa minimbulkan
kebodohan sejak dini, ini merupakan suatu masalah besar karena dengan adanya
sekolah yang di laksanakan secara online, maka mengharuskan mereka untuk
menggenggam sebuah android, harapan orang tua ketika memiliki android yaitu
untuk dipakai belajar, akan tetapi harapan ini berbanding terbalik dari apa yang
diharapkan.

Oleh karena itu saya sangat berharap kepada pemerintah untuk memberikan
solusi yang lebih baik, untuk mereka belajar selain harus melalui via daring. Agar
anak – anak bisa lebih welcome dengan kebudayaan, sekaligus apasaja yang
menjadi peninggalan para pendahulu kita.
LAMPIRAN
IDENTITAS PENULIS

NAMA : SUAYUB

TEMPAT TANGGAL LAHIR : LUWUK, 3 MEI 2001

STATUS : MAHASISWA

KAMPUS : UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA GORONTALO

NO. HP : 08979497286

Anda mungkin juga menyukai