Anda di halaman 1dari 353

METODOLOGI

PENELITIAN
BAHASA DAN
SASTRA
Kuantitatif, Kualitatif, Etnografi

Dr. AGUS SULAEMAN,S.Pd.,M.Pd.


Dr.GOZIYAH,S.Pd.,M.Pd.

Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi


METODOLOGI PENELITIAN
BAHASA DAN SASTRA

Edisi Pertama, cetakan 1, : 1 September 2019

Penulis : Dr. Agus Sulaeman, M.Pd

Dr. Goziyah,M.Pd.

Layouter : Arinda Navitri

Desain Sampul : Zafran Aidil

Diterbitkan oleh :
Penerbit Edu Pustaka Jakarta
(Anggota IKAPI)

Anggota IKAPI
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang
All-Rights Reserved

ISBN : 978-623-90461-6-3
Hal.xiv+326,Uk.15.5x23 cm
Pemasaran :
Jl. Haji Karim No.70
Setu, Cipayung,Jakarta Timur 13880
Telefaks. (021-70300534)
Email: penerbitedupustaka@gmail.com

Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi


KATA PENGANTAR
Dr., H. Ahmad Amarullah,M.Pd.
(Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang)

Metode penelitian selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu


pengetahuan, teknologi, dan informasi, serta mengikuti perkembangan dunia penelitian.
Temuan lama senantiasa berganti atau diperbarui dengan temuan baru,sehingga ilmu
pengetahuan berkembang dan hidup dinamis dalam dunia penelitian selalu ada
pembaharuan metode dan sistematika penelitian disesuaikan dengan pendekatan yang
diambil yang kesemuanya itu adalah untuk mendapatkan keakuratan dan khasanah
keilmuan.

Buku yang ditulis oleh saudara Agus Sulaeman dan Goziyah, dengan judul
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra kuntitatif, kualitatif, Metode Etnografi. Ini
akan menambah dan memperkaya referensi penelitian dalam menyusun skripsi,
maupun dalam kegiatan perkuliahan sesuai mata kuliah yang diampunya, tetapi juga
oleh peneliti dan masyarakat umum yang tertarik mempelajari metode penelitian. Buku
ini, sebagaimana ditulis oleh penulisnya, menguraikan konsep penelitian
kuantitatif,berupa analisis jalur, atau path analysis, analisis data kuantitatif statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Juga disajikan metode kualitatif berupa penelitian
sastra, analisis isi (content analysis), penelitian naratif, dan juga disajikan metode
penelitian mix method, action research, dan metode Etnografi.

Akhirnya saya mengucapkan selamat kepada saudara Agus Sulaeman dan


Goziyah sebagai penyusun buku ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan
kontribusi yang nyata bagi peningkatan mutu penelitian terutama referensi mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi untuk penyelesaian studinya.

Sekian dan terima kasih,

Nasrun Min Allahi Wa Fathun qorrieb.


Wassalmu Alaikum Wr.Wb.

Kota Tangerang September 2019

Dr.,H.Ahmad Amarullah,M.Pd
Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang

Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi


KATA PENGANTAR PENULIS
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Swt., Yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia, sehingga penulis bisa menyelesaikan buku ini. Buku
ini diterbitkan dilatarbelakangi oleh kepedulian penulis terhadap pembelajaran metode
penelitian. Karena itu, kehadiran buku ini juga merupakan hasil refleksi dan kristalisasi
diskusi dalam perkuliahan semenjak penulis mengampu mata kuliah metode penelitian
pendidikan, dan juga ketika penulis mendalami ilmu penelitian selama menempuh
pendidikan strata -2 dan strata - 3. Banyak ilmu yang didapatkan dari membaca literatur
ilmu-ilmu penelitian yang berkembang, sehingga penulis membuat inisiatif untuk
menulis buku ini.
Penelitian hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan
keilmuan atau bisa dikatakan bahwa penelitian pada dasarnya adalah suatu proses
sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode
ilmiah. Penelitian dapat dipahami sebagai suatu dialog atau percakapan yang terjadi
tanpa henti antara dua jenis kenyataan yaitu antara realitas argumentasi dan realitas
pengalaman. Metode penelitian selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, penelitian pendidikan merupakan penelitian yang dikhususkan meneliti
bidang pendidikan berbeda dengan penelitian ilmu eksakta lainnya, mengapa, karena
penelitian pendidikan penerapannya melalui pendekatan pendidikan, dalam buku ini
penulis mencoba menguraikan penelitian yang berhubungan dengan penelitian
kualitatif sastra, conten analysis, metode kuantitatif, metode gabungan, studi kasus,
metode etnografi dalam pendidikan.
Pengetahuan metode penelitian pendidikan yang penulis ketahui ini, tidak
terlepas dari ikhtiar belajar kepada dosen-dosen selama penulis menempuh studi,
maupun pemikiran hasil diskusi selama peneliti menempuh pendidikan Strata – 2 dan
Strata - 3 di Untirta, dan UNJ. Oleh Karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang berkesan yaitu: Prof.,Dr.,Emzir, Prof.
Dr., Zainal Rafli, M.Pd. Prof., Dr.,Aceng Rahmat, M.Pd. (UNJ). Prof. Dr. Emi Emilia,MA.
(UPI). Dr., Chussaery Rusdi Syarif, M.Si. Dr.,Rusmana,M.Pd. (UNTIRTA). Dr.,Maman
Rukmana, M.Pd (STKIP SB Rangkasbitung). Dr.,Kadir,M.Pd. (UIN Jakarta). Teman

Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi


sekelas Strata -2 PBI Pascasarjana Untirta. Strata-3 PB Pasca UNJ. Pimpinan
Akademika Universitas Muhammadiyah Tangerang. Kaprodi Blewuk Setyo
Nugroho, M.Pd, dan sekprodi Nori Anggriani,S.Pd.,M.A. serta teman-teman dosen
Universitas Muhammadiyah Tangerang yang selalu menyemangati penulis untuk selalu
berkarya.
Ucapan terima kasih disertai rasa hormat penulis sampaikan untuk orang-orang
terdekat dan tercinta yang telah menginspirasi dalam penulisan buku ini kepada Manah
dan Hj.,Sani,Alm. (Ibu dan Mertua penulis), dan istri tercinta Mulyati dan kedua
anaku. Ahmad Sultan Wahyu Hidayat, dan Hafiz Adam Chusaery. Yang dengan penuh
kesabaran dan doa mereka mendorong penulis untuk selalu bekerja keras dan optimis
dalam menyelesaikan tugas-tugas kehidupan ini.
Dalam penyuntingan buku ini, penulis menyadari bahwa isi buku ini masih
terdapat kekurangan, untuk itulah penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan buku ini. Kiranya karya ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya mahasiswa dan atau peneliti dalam melakukan analisis data
penelitian kuantitatif dan kualitatif terutama dalam meneliti dibidang pendidikan ranah
bahasa dan sastra.

Kabupaten Tangerang Januari 2019.

Penulis

Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi


DAFTAR ISI

Kata Pengantar Dr.,H.Ahmad Amarullah,M.Pd......................................i


(Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang)

Kata Pengantar Penulis............................................................................ii


Daftar isi.....................................................................................................iv

BAB I Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah Dalam Paradigma Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, Dan Metode Gabungan
A. Pendahuluan…..…………………………………………………………………….1
B.Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan Metode Gabungan…...................................................................................3
1. Metode Ilmiah Paradigm Penelitian Kuantitaif Dan Kualitatif….………………..3
2. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Metode Gabungan.....….………………...6
BAB II Pemilihan Dan Pendefinisian Topik Penelitian
A. Pendahuluan ..…..…………………………………………………………………10
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian………………………....……..14
C. Variabel Penelitian dan Fokus Penelitian………………………………………..21
D. Review Literatur (Tinjauan Pustaka)……………….....…………………………24
E. Perumusan dan Pernyataan Hipotesis Penelitian………………………………27
BAB III Populasi Dan Sampling
A.Pendahuluan………………………………………………………………………...34
B.Populasi dan Sampel dalam penelitian kuantitatif…….....……………………...35
C.Data dan Sumber Data dalam Penelitian Kualitatif………………….................43
D.Teknik Pengambilan Sampel............................................................................45
BAB IV Pengambilan Instrumen Penelitian
A.Pendahuluan………………………………………………………………………..48
B.Konstruk (Variabel)………………………………………………………………...49
1. Variabel……………………….…………………………………………………….50
2. Karakteristik Pengukuran Instrumen................................................................53
3. Jenis-jenis Metode atau Instrumen Pengumpul Data......................................55

Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi


4. Validitas dan Realibilitas .................................................................................56
BAB V Analisis Data Kuantitatif Statistik Deskriptif Dan Statistik Inferensial
A.Pendahuluan………..………………………………………………………………62
B. Landasan Teori................................................................................................63
1.Statistik Deskriptif ............................................................................................63
2.Statistik Deskriptif Pendidikan..........................................................................66
BAB VI Analisis Dan Intrepetasi Data Kualitatif
A.Pendahuluan…………………………………………………………………….70
B. Analisis Data Kualitatif................................................................................72
C. Intrepetasi Data Kualitatif............................................................................76
1. Intrepetasi Data Menurut Moleong.............................................................76
2. Intrepetasi Data Menurut L.R. Gay...........................................................78
BAB VII Penelitian Survei Dan Penelitian Korelasional Analisis Jalur
(Path Analysis)
A.Pendahuluan……………………………………………………………………..81
B. Penelitian Survei..........................................................................................82
C.Penelitian Korelasional Analisis Jalur (Path Analysis) ..............................109
BAB VIII Penelitian Kausal Komparatif Dan Eksperimen
A.Pendahuluan .................................................................................................118
B. Penelitian Kausal Komparatif........................................................................119
C. Penelitian Eksperimen ..................................................................................127
D. Contoh Metode Penelitian Eksperimen......................................146
BAB IX Pengumpulan Data Dan Pemeriksaan Keabsahan
Penelitian Kualitatif
A.Pendahuluan..................................................................................................165
B. Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif........................................................165
C. Pemeriksaan Keabsahan dalam Penelitian Kualitatif....................................181
D.Contoh Metodologi Penelitian Kualitatif.........................................................185

Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi


BAB X Penelitian Pengembangan Dan Penelitian Tindakan Dalam
Penelitian Kualitatif
A.Pendahuluan..................................................................................................191
B.Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan..........................................193
C.Penelitian Tindakan........................................................................................201
D.Contoh Metodologi Penelitian Tindakan Kelas...............................................214
BAB XI Penelitian Analisis Isi Dan Penelitian Sastra
A.Pendahuluan..................................................................................................227
B. Penelitian Analisis Isi....................................................................................227
C.Penelitian Sastra............................................................................................237
D.Contoh Sistematika Metodologi Penelitian Sastra.........................................251

BAB XII Penelitian Etnografi Dan Grounded Theory


A.Pendahuluan..................................................................................................259
B. Penelitian Etnografi.......................................................................................259
C. Penelitian Grounded Theory (Teori Dasar)...................................................270
D.Contoh Sistematika Metodologi Penelitian Etnografi....................................276

BAB XIII Penelitian Kualitatif (Penelitian Naratif dan Studi Kasus)


A. Pendahuluan.................................................................................................302
B. Penelitian Naratif...........................................................................................303
C.Penelitian Kasus.............................................................................................312

DAFTAR PUSTAKA

Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi


BAB I
Hakikat Penelitian, Metode Ilmiah dalam Paradigma Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode Gabungan
A.Pendahuluan
Penelitian adalah suatu kegiataan yang dilakukan seseorang untuk menemukan,
mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan data dan fakta.
Oleh karena itu, dalam penelitian ilmiah harus menggunakan metode ilmiah yaitu
metode deduktif dan metode induktif. Artinya, suatu penelitian dikatakan ilmiah apabila
melibatkan dua wilayah teori (deduktif) dan wilayah empiris (induktif). Untuk melakukan
penelitian kita sebagai seorang peneliti diharuskan banyak membaca dan mengamati
lingkungan yang ada di sekitar kita, diharapkan dengan membaca dan mengamati akan
memukan masalah yang akan kita teliti dan bagaimana pemecahan dari masalah
tersebut melalui sebuah penelitian. Tahap pertama dimulai dengan mengetahui
masalah tersebut yang dimulai dari yang global menuju ke arah yang lebih khusus.
Setelah kita mengetahui permasalahannya barulah kita merumuskan masalah tersebut
kemudian penyusunan hipotesis yang akan kita buktikan melalui pengumpulan data
kemudian analisis data dan yang terakhir adalah kesimpulan dari penelitian yang akan
menjawab kebenaran hipotesis yang kita buat sebelumnya. Apakah diterima atau
tidaknya hipotesis yang kita buat sebelumnya.
Penelitian hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan
keilmuan atau bisa dikatakan bahwa penelitian pada dasarnya adalah suatu proses
sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode
ilmiah. Penelitian dapat dipahami sebagai suatu dialog atau percakapan yang terjadi
tanpa henti antara dua jenis kenyataan yaitu antara realitas argumentasi dan realitas
pengalaman.
Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa penelitian merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara sistematis,
metodologis dan konsisten serta bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai
salah satu manifestasi keinginan manusia untuk mengetahui apa yang sedang

1
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dihadapi. Begitu juga dengan Hadi menurutnya, penelitian ialah usaha dalam
menemukan segala sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan yang ada,
menggali lebih dalam apa yang telah ada, mengembangkan dan memperluas, serta
menguji kebenaran dari apa yang telah ada namun kebenarannya masih diragukan.
Jadi, dalam pencarian kebenaran, cara ilmiah digunakan untuk mendapatkan
data dan informasi sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana seharusnya,
tentunya dengan tujuan untuk mencari dan menggali kebenaran yang sesungguhnya.
1. Penelitian Sebagai Aplikasi Metode Ilmiah

Menurut Emzir (2014:3). Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk
menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada
asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian itu beraturan dan bahwa semua akibat
mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Kemajuan ke arah tujuan ini berhubungan
dengan pemerolehan pengetahuan dan pengembangan serta pengujian teori-teori.
Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan
sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan
hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan diterima atau
ditolaknya hipotesis. Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan secara informal dalam
pemecahan berbagai masalah sehari-hari, seperti contoh waktu yang sangat baik untuk
mengerjakan tugas. Penerapan yang lebih formal dari metode ilmiah untuk pemecahan
berbagai masalah adalah semua yang dilakukan oleh peneliti.
2. Sistematika Penelitian

Beberapa ahli mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses yang teratur dan
terpola. Menurut Mc Millan dan Schumacher dalam Emzir mendefinisikan penelitian
sebagai suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi (data)
untuk berbagai tujuan. Ada lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan
kelengkapan umum pada sistematik adalah (1) identifikasi masalah penelitian, (2)
review informasi, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) penarikan
kesimpulan.
Langkah pertama, agar suatu penelitian menjadi sistematik, maka hakekat masalah
harus didifinisikan dalam istilah luas. Seperti paradigma piramida terbalik. Kedua

2
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
pengumpulan informasi dari informan yang mempunyai masalah yang sama akan
membantu masalah yang akan diteliti, sumber penelitian akan menjadi acuan
penelitian. Ketiga pengumpulan data yang sesuai dengan masalah penelitian
merupakan bagian dari sistematik penelitian. Selain itu proses pengumpulan data
memerlukan penyusunan yang baik dan kontrol yang layak. Dengan demikian data
akan menghasilkan keputusan yang valid akan digunakan untuk membuat masalah
penelitian.
Keempat tentang analisis data. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah
dan dianalisis mengunakan teknik statistik maupun tidak. Data dianalisis dalam suatu
cara yang memungkinkan peneliti untuk menguji hipotesis dan menjawab pertanyaan
penelitian. Kelima proses penggambaran kesimpulan atau penarikan secara umum
setelah penelitian itu dianalisis. Kesimpulan didasarkan pada data dan analisis didalam
kerangka kerja studi penelitian.
3. Aktivitas dalam Proses Penelitian

Aktivitas dalam proses penelitian, secara umum yang terdiri dari lima langkah telah
diuraikan sebelumnya. Akan tetapi setiap jenis penelitian memiliki langkah-langkah
yang dapat diaplikasikan sesuai dengan karakteristik penelitian tersebut.

B. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Metode


Gabungan

1. Metode Ilmiah Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Keterampilan berpikir ilmiah melalui tahap-tahap alur pemikiran ilmiah. Melalui


alur pemikiran ilmiah peneliti akan dapat menggunakan kesempatan dengan sebaik-
baiknya, memecahkan masalah, mengetahui cara mencapai tujuan penelitian, dan
mengambil resiko jika terdapat kendala dalam penelitian. Alur pertanyaan yang
merupakan bagian dari alur pemikiran ilmiah diatur dalam metode penelitian. Alur
pertanyaan itu sendiri merupakan tahapan-tahapan dalam kegiatan penelitian.
Metode penelitian merupakan bentuk pemecahan sebuah masalah dalam
sebuah penelitian. Pemecahan masalah yang ada pada suatu penelitian membutuhkan
penyelidikan yang teliti, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah

3
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Dengan kata lain,
metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan
data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu
karya ilmiah. Mengenai hal tersebut Syamsuddin dan Damaianti (2011:14) memberikan
pendapatnya mengenai metode penelitian, metode penelitian merupakan cara
pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat
dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan,
meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Selanjutnya Sugiyono (2007:9) dalam hal
ini juga menyatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang tepat dapat
membuat seorang peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi
juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui
fakta-fakta.
Metode penelitian dikendalikan oleh garis-garis pemikiran yang konseptual dan
prosedural. Pemikiran konseptual yang berupa gagasan-gagasan orisinal sedangkan
pemikiran prosedural dimulai dari observasi dan percobaan dan diakhiri pada
pernyataan-pernyataan umum. Dengan kata lain proses yang ditetapkan dalam metode
penelitian sangat sistematis dan penuh tujuan.
Langkah-langkah dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Proses penelitian kuantitatif didasarkan pada paradigma positivisme yang
bersifat logico-hypothetico-verivikatif dengan berlandaskan pada asumsi mengenai
objek empiris. Maka proses penelitian kuantitatif akan bersifat linier berdasarkan
paradigma positivisme dan asumsi-asumsi yang ada di lapangan. Kemudian pada
penelitian kualitatif bersifat siklus karena penelitian ini dilakukan secara berulang dan
jumlah periode pengulangan akan bergantung pada tingkat kedalaman dan ketelitian
yang dikehendaki. Maka pada penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma
konstruktivisme/advokasi/partisipatori.
Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat paradigma yang membagi metode
penelitian menjadi tiga bagian, yaitu metode kualitatif, kuantitatif dan metode gabungan
keduanya. Perbedaan antara masing-masing jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif, ini
dibedakan oleh paradigma yang masing-masing menjadi kesepahaman para ahli-ahli

4
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
pengikutnya. Banyak tulisan telah membahas apa saja yang membedakan antara
keduanya. Salah satunya disajikan pada tabel di bawah ini.

Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif


Ontologis Apa realitas? Obyektif, tunggal, Subyektif, ganda, seperti
terpisah dari peneliti yang dilihat penelti
Epistomologis Hubungan Peneliti independen Peneliti berinteraksi
peneliti dengan dengan yang diteliti
objek?
Aksiologis Peranan nilai ? Bebas nilai dan tidak Terikat nilai dan bias
bias
Retorik Bahasa · Formal; · Informal;
penelitian? · melibatkan · melibatkan keputusan-
seperangkat definisi keputusan
Metodologis Proses ·Deduktif; · Induktif;
penelitian? ·Hubungan sebab · Faktor terbentuk secara
akibat; silmutan timbal balik;
·Rancangan statis; · Rencana berkembang;
·Bebas konteks; · Terikat konteks;
·Generalisasi yang · Pola &teori untuk
mengarah prediksi, pemahaman;
eksplorasi, · Akurasi
pemahaman; &reliabellewat pembukti
·Akurasi &reliabel an
lewat uji
Sumber : Modifikasi Cresswel, 20010 dalam Emzir 2012

Berdasarkan tabel tersebut jelas sekali adanya perbedaan pandangan yang


saling berlawanan antara paradigma kualitatif dan kuantitatif. Menurut Ihalauw
(2004:18) antara kualitatif dan kuantitatif memiliki susbstansi pendekatan ilmiah yang
bertolak belakang. Paradigma kuantitatif bersifat deduktif, yaitu pada ranah abstrak
merupakan telaah teoritis, penalaran, perenungan, dan pengalaman untuk mengukur
konsep dan menguji dalil atau teori pada ranah empirik. Sebaliknya paradigma kualitatif
bersifat induktif, yaitu pada ranah empirik melakukan amatan terhadap fakta atau
peristiwa untuk membentuk dan memodifikasi dalil serta menata dalil menjadi teori
pada ranah abstrak. Secara lebih sederhana Yunus dalam Sugiyono (2011:43)
membedakan bahwa penelitian berparadigma kualitatif menekankan pada proses,
sedangkan penelitian berparadigma kuantitatif menekankan pada produk. Sekali lagi,

5
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
pandangan tersebut memberi gambaran tegas perbedaan antara kualitatif dengan
kuantitatif.

2. Metode ilmiah paradigma penelitian metode gabungan


Selanjutnya ada jenis paradigma penelitian metode gabungan. Metode gabungan
tersebut adalah penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu
penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti.
Campbell dan Fisk pada tahun 1959 menggunakan metode gabungan untuk
mengukur sifat psikologis. Selanjutnya, Denzin, pada tahun 1978 menggunakan istilah
triangulasi untuk mengonsepkan penggunaan metode gabungan dalam satu penelitian.
Penggunaan gabungan metode penelitian, oleh para peneliti biasanya dilakukan
dengan memadukan prosedur pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan. Sebagai contoh, penggalian data pada penelitian tentang persepsi aparatur
terhadap kepemimpinan wanita, dapat dilakukan dengan menggunakan survei dan
sekaligus wawancara mendalam.
Jika seorang peneliti kemudian berupaya menggunakan pendekatan gabungan,
maka yang perlu dilakukan adalah menggunakan gabungan sebagaimana ditawarkan
oleh Creswell (2010: 135), sebagai berikut:
a). Pendekatan desain dua tahap
Desain dua tahap adalah melakukan penelitian dua tahap, dimana kedua tahap
tersebut menggunakan metode yang berbeda. Sebagai contoh, tahap pertama
peneliti menggunakan metode kuantitatif. Setelah selesai tahap pertama, ia
kemudian melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Dengan
pendekatan ini, peneliti dapat memisahkan kedua pendekatan dengan jelas,
karena kedua pendekatan tidak dicampuraduk. Namun demikian, metode ini
tentu saja membutuhkan waktu yang lama dan anggaran yang cukup besar.
b). Pendekatan desain dominan-kurang dominan
Pendekatan ini menggunakan gabungan pada prosedur penelitian, tetapi salah
satu metode lebih dominan terhadap metode yang lain. Dalam hal ini dapat
dikatakan, bahwa metode yang kurang dominan hanya diposisikan sebagai
metode pelengkap untuk mendukung ”kekayaan data”. Sebagai contoh pada

6
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
penelitian tentang persepsi aparatur terhadap kepemimpinan wanita, metode
dominan adalah kualitatif, dan karena itu teknik penggalian data utama adalah
melalui wawancara mendalam dan participant observ,ation. Sementara survei
dilakukan untuk menambah data saja, dan bukan sebagai prosedur utama.
Keunggulan pendekatan ini, adalah bahwa peneliti sebenarnya masih cukup
konsisten dengan pendekatan penelitian yang dipilihnya. Akan tetapi tetap masih
memungkinkan adanya kritik dari mereka yang tidak setuju penggabungan, dan
dianggap sebagai penelitian dengan prosedur ”salah penempatan”.
Guba dan Lincoln mengklasifikasikan paradigma menjadi empat, yaitu: positivism,
post positivism, critical theory, dan constructivism. Keempat paradigma tersebut adalah
perkembangan dari dua paradigma besar yaitu positivism yang menggunakan
pendekatan kuantitaif sebagai dasar pencarian kebenaran dan constructivism yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Selama lebih tiga dekade, terjadi debat keras
antara dua paradigma yang melatarbelakangi penelitian ilmu sosial dan perilaku
tersebut.
Berdasarkan kajian Firestone, Guba dan Lincoln, serta Mc Cracken; Creswell
(2010:109) merinci empat asumsi yang melandasi pemikiran sebuah paradigma apakah
tergolong post positivism atau constructivism. Pertama, ontologi, yaitu: what is the
nature of reality (cara pandang kenyataan yang ada di alam). Kedua, epistemologi,
yaitu what is the relationship of the researcher to that researched (hubungan antara
peneliti dengan yang diteliti). Ketiga, aksiologi, yaitu: what is the role of value?
(hubungan nilai-nilai selama melaksanakan proses studi). Keempat, metodologi, yaitu:
what is the process of research? (keseluruhan proses penelitian). Berdasarkan atas
empat asumsi dasar tersebut, maka ada keyakinan di antara para peneliti untuk memilih
satu paradigma di antara positivism dan constructivism, karena empat asumsi dasar
yang dijadikan landasan kedua paradigma saling bertolak belakang. Dalam
perkembangannya, para ahli ilmu sosial dan perilaku banyak menggabungkan
pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian. Sejalan dengan
kecenderungan ini, maka sejumlah ahli (Howe; Richardt dan Rallis dalam Takashori
dan Teddlie) membangun paradigma pragmatism yang dapat digunakan sebagai

7
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
landasan untuk penelitian dengan desain penelitian gabungan (mix methods) antara
penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Mixed methods, yaitu gabungan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Penggabungan kedua metode digunakan sebagai satu cara proses triangulasi
penelitian, dengan asumsi bahwa bias yang disebabkan oleh sumber data, asumsi
peneliti, dan metode yang digunakan pada salah satu jenis metode penelitian,
diharapkan dapat dinetralisir melalui metode lainnya. Kedua metode diterapkan baik
dalam proses pengumpulan dan analisis data penelitian.
Ada jenis penelitian yang dapat menggunakan metode gabungan dalam
penelitian, salah satunya adalah penelitian yang melibatkan program evaluasi, seperti
evaluasi pendidikan. Mengenai hal tersebut Fetterman (1988) dalam Furqon dan Emilia,
(2010:40) menegaskan sebagai berikut:
A myth has developed that ethnography is concerned with exclusively with the
qualitative domain, and educational evaluation with quantitative data. In practise, these
two measure often work together. Quantitative data can validate and be validated by
qualitative observation.

Untuk lebih jelas memahami tentang 3 macam paradigma penelitian tersebut


berikut dipaparkan tabel yang dikutip dari Creswell dalam Emzir.

Kecenderungan Pendekatan Pendekatan Pendekatan Metode


atau Biasanya Kualitatif Kuantitatif Gabungan

Menggunakan Tuntutan Tuntutan Tuntutan pengetahuan


asumsi filosofis pengetahuan pengetahuan pragmatik
konstruktivisme/advok postpositivisme
asi/parsipatory
Menggunakan Fenomenologi, Survei dan Sekuensial, concurrent,
strategi peneltian grounded theory, eksperimen transformatif
ini ethnografi, studi
kasus dan naratif
Menggunakan Pertanyaan terbuka, Pertanyaan tertutup, Keduanya pertanyaan
metode ini pendekatan emerging, pendekatan terbuka dan tertutup,
data teks atau ditentukan pendekatan emerging dan
gambaran sebelumnya, data ditentukan sebelumnya,
numerik analisis data kuantitatif
dan kualitatif.
Melaksanakan Memosisikan diri Menguji atau Mengumpulkan baik data
praktik penelitian sendiri memverifikasi atau kuantitatif maupun data
ini sebagai menjelaskan teori kualitatif

8
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Kecenderungan Pendekatan Pendekatan Pendekatan Metode
atau Biasanya Kualitatif Kuantitatif Gabungan

peneliti Mengumpulkan
makna partisipan Mengidentifikasi Mengembangkan rasional
variabel untuk studi untuk penggabungan
Memfokuskan pada
konsep atau Menghubungkan Mengintegrasikan data
fenomena tunggal variabel dalam pada tahap penelitian
masalah dan hipotesis yang berbeda
Membawa nilai
personal ke dalam Menggunakan Menyajikan gambar visual
penelitian validitas dan dari prosedur penelitian
realibiltas standar
Mengkaji konteks atau Mengobservasi dan Melaksanakan praktik
latar partisipan mengukur informasi penelitian baik kuantitatif
Memvalidasi secara numerik maupun kualitatif
keakuratan data Menggunakan
Menciptakan suatu pendekatan yang
agenda perubahan tidak bias
atau reformasi Melaksanakan
Berkolaborasi dengan prosedur statistik
partisipan

Demikianlah hakikat penelitian, metode ilmiah dalam paradigma penelitian


kuantitatif, kualitati, dan metode gabungan, yang diuraikan di atas yang kesemuanya
adalah untuk mendeskripsikan dan menerapkan penelitian pendidikan yang bertujuan
untuk melakukan kredibelitas dalam melakukan penelitian.

9
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB II
Pemilihan dan Pendefinisian Topik Penelitian

A.Pendahuluan
Tahap awal di dalam penyusunan karya ilmiah atau pun dalam suatu proses
penelitian ialah penentuan topik. Berkaitan dengan hal tersebut, Gay, Mills, dan
Airasian (2009:65) mempertegas bahwa pemilihan dan pendefinisian topik penelitian
merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam proses penelitian. Topik di dalam
suatu penelitian, menurut Cresswell (2012:60) merupakan subjek utama yang dikaji
dalam sebuah studi, contohnya topik mengenai pembelajaran jarak jauh. Melalui
sebuah topik akan dapat dikembangkan adanya sebuah masalah, misalnya tentang
kekurangan yang dialami oleh peserta didik di dalam penerapan kelas pembelajaran
jarak jauh, seperti pembelajaran jarak jauh terkait bahasa Inggris. Adapun Cresswell
(2012:64) menjelaskan bahwa di dalam suatu penelitian, topik yang dipilih harus
mampu menarik minat peneliti itu sendiri, serta para pembaca atau pihak-pihak terkait
yang berkemauan mengambil manfaat positif dari suatu penelitian. Penjelasan
Cresswell tersebut juga didukung oleh Gay, Mills, dan Airasian (2009: 66) yang
mengemukakan bahwa topik penelitian yang dipilih oleh seorang calon peneliti harus
sesuai dengan bidang keahliannya dan mampu menarik minat peneliti.
Pemilihan topik dalam suatu penelitian bermacam-macam, misalnya topik
penelitian bahasa dan sastra. Sebuah topik penelitian, seperti yang dikemukakan oleh
Gay, Mills, dan Airasian (2009:66), harus mengambarkan fokus sebuah penelitian.
Melalui penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa seorang peneliti harus membuat
batasan topik dari topik yang akan akan ditelitinya. Adapun hal yang perlu dipahami
berkaitan dengan topik penelitian, ialah topik berbeda dengan masalah. Masalah lebih
spesifik dibandingkan dengan topik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Cresswell
(2012:66), setelah menemukan sebuah topik penelitian, seorang peneliti harus
menyempitkan topik penelitiannya dengan masalah-masalah yang spesifik terkait topik
penelitiannya. Berkaitan dengan pemilihan topik penelitian, McMillan dan Schumacher
(2001:80) juga menyatakan bahwa sebuah penelitian dimulai dengan memilih topik

10
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
umum, kemudian menyempitkan topik tersebut. Sebuah topik penelitian juga dapat
diperluas, yakni dengan menghubungkan satu topik dengan topik lainnya yang
mempunyai kesamaan nilai untuk diteliti.
Topik dalam penelitian dapat bersumber dari beragam hal. Adapun G. Lodico, T.
Spaulding, dan H. Voegtle (2006:24) mengemukakan bahwa topik di dalam suatu
penelitian berkaitan dengan tiga hal, yakni pengalaman, teori, dan penelitian
sebelumnya. Selain itu, seperti yang dapat diintisarikan dari pernyataan Gay, Mills, dan
Airasian (2009:66-67), bahwa sebuah topik penelitian bersumber dari lima hal, antara
lain teori, pengalaman, penelitian sebelumnya, grup jejaring sosial, dan kajian pustaka.
Berikut penjelasan terkait kelima hal tersebut.
a. Teori
Sebuah teori mengatur konsep-konsep, generalisasi, dan prinsip-prinsip yang akan
diteliti. Di dalam sebuah penelitian, suatu topik yang diteliti tidak hanya fokus dalam
penjelasan teori secara konseptual, tetapi topik tersebut juga harus mampu
memberikan informasi dari aspek-aspek yang dikaji dalam suatu penelitian.
b. Pengalaman
Adanya pengalaman mempengaruhi penelitian tersebut dalam pemilihan topik.
Melalui penelaahan pengalamannya, seorang peneliti dapat memilih topik penelitian
yang menarik untuk diteliti.
c. Penelitian sebelumnya
Topik penelitian dapat bersumber dari penelitian sebelumnya. Gay, Mills, dan
Airasian (2009: 67) menegaskan bahwa sebuah topik penelitian merupakan tiruan
dari topik penelitian sebelumnya dengan menggunakan subjek yang berbeda dalam
menguji kembali suatu hipotesis.
d. Grup jejaring sosial
Seorang peneliti dapat menggunakan e-mail untuk meminta saran dari rekan yang
memiliki keahlian dalam bidang yang sama. Sebuah grup jejaring sosial merupakan
sumber topik penelitian yang baik. Hal ini dikarenakan, seorang peneliti dapat
bertukar pengalaman dan berbagi pengetahuan mengenai topik yang ingin
ditelitinya.

11
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
e. Kajian pustaka
Melalui kegiatan membaca referensi ilmiah berupa buku-buku, artikel ilmiah, dan
jurnal ilmiah, seorang peneliti dapat memperoleh topik penelitian yang sesuai
dengan minatnya.
Di dalam sebuah penelitian, seorang peneliti dapat mempersempit dan
memperluas topik yang telah dipilihnya. Jika suatu topik telah banyak diteliti, maka topik
tersebut perlu dijabarkan lebih mendalam. Adapun jika suatu topik terlalu luas, maka
perlu dipersempit agar lebih spesifik. Dalam mempersempit topik, seorang peneliti perlu
memperhatikan apakah topik yang dipilihnya telah benar-benar khusus ataukah dapat
pula ditemukan kedekatannya dengan topik lain. Adapun hal lain terkait topik penelitian
yakni seorang peneliti perlu memperhatikan apakah topik yang dipilihnya benar-benar
penting untuk diteliti atau tidak. Seorang peneliti juga dapat memperluas topik atau
mengembangkan topik, selain berupaya mempersempit topik. Terdapat empat strategi
yang dikemukakan oleh Corbin dalam McMillan dan Schumacher (2001:473) untuk
mengembangkan topik penelitian, antara lain:
a. Menggunakan pertanyaan-pertanyaan dasar yang dapat digunakan peneliti untuk
memperdalam pemikirannya berdasarkan topik (seperti pertanyaan: Apa? Kapan?
Siapa? Mengapa? Di mana? dan Bagaimana?)
b. Menganalisis suatu kalimat, frasa, atau bahkan satu kata dapat mengembangkan
topik.
c. Membandingkan topik yang dipilih dengan topik lainnya yang mirip.
d. Membuat asumsi untuk memperdalam topik yang dipilih.
Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:68) mengemukakan penjelasan yang
berbeda dengan McMillan dan Schumacher perihal pengembangan topik, yakni
kebanyakan penelitian kuantitatif dan sebagian besar penelitian kualitatif, topik yang
luas harus dipersempit agar lebih spesifik. Jika suatu topik terlalu luas dapat
dimungkinkan seorang peneliti akan mengalami kesulitan dalam kajian pustaka, akan
mengalami kesulitan dalam penyusunan kajian pustaka, dan peneliti akan mengalami
kesulitan dalam perihal penginterpretasian data penelitian. Adapun Gay, Mills, dan
Airasian (2009:68) juga mengemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
seorang peneliti dalam proses menyempitkan topik, antara lain:

12
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
a. Peneliti dapat meminta saran dan kritik dari rekan dan juga tokoh yang memiliki
keahlian di bidang topik penelitian yang akan diteliti.
b. Peneliti dapat membaca sumber-sumber referensi terkait yang fokus dengan topik
penelitian yang akan diteliti.
c. Peneliti harus memilih aspek-aspek masalah yang berkaitan dengan topik penelitian
yang akan diteliti.
Di dalam pemilihan topik, seorang peneliti memerlukan waktu dan usaha dalam
menentukan apakah topik tersebut layak diteliti atau tidak. Sebuah topik penelitian yang
baik harus memiliki beberapa karakteristik. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:69)
memaparkan lima karakteristik yang harus dimiliki oleh sebuah topik penelitian yang
baik, antara lain:
a. Topik penelitian harus menarik (interesting topic)
Topik penelitian itu harus sesuai dengan ketertarikan peneliti selama proses
penelitian. Peneliti akan lebih memiliki motivasi yang tinggi dengan topik penelitian
yang menarik. Selain itu, topik penelitian yang menarik akan memudahkan peneliti
dalam menyusun penelitiannya.
b. Topik penelitian harus dapat diteliti (researchable)
Topik penelitian harus dapat diteliti melalui pengumpulan data dan penganalisisan
data.
c. Topik penelitian harus memiliki kegunaan teoretik dan praktik (significant)
Sebuah topik penelitian yang baik memiliki kegunaan teoretik melalui konsep-
konsep yang dipaparkan di dalam suatu penelitian, dan juga memiliki kegunaan
praktik dalam penerapannya di lingkungan.
d. Topik penelitian harus beretika (etchical)
Topik penelitian harus beretika yang berarti topik tersebut tidak berpotensi
mengundang kerugian terhadap pihak-pihak terkait penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti.
e. Topik penelitian harus dapat dikuasai oleh peneliti (manageable)
Seorang peneliti harus memilih sebuah topik yang dapat diteliti oleh peneliti, dapat
mengembangkan kemampuan peneliti dalam meneliti, sumber-sumber referensinya

13
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dapat mudah ditemukan, dan penelitian tersebut tidak mengganggu aktivitas lain
peneliti.
Adapun setelah pemilihan topik penelitian, seorang peneliti harus melakukan
penentuan topik penelitian. Gay, Mills, dan Airasian (2009:69-70) menjelaskan terdapat
beberapa perbedaan di dalam penentuan topik penelitian kuantitatif dan penentuan
topik penelitian kualitatif, antara lain:
a. Penentuan topik penelitian kuantitatif
Di dalam penelitian kuantitatif, pada umumnya pernyataan topik mendeskripsikan
variabel-variabel, hubungan spesifik antar variabel, dan karakteristik sampel
penelitian. Misalnya, ditentukan sebuah topik penelitian mengenai pengaruh dari
penguatan positif (positive reinforcement) terhadap kualitas karangan berbahasa
Inggris pada peserta didik di kelas 10. Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui
bahwa variabel di dalam penelitian tersebut terdiri atas, penguatan positif, kualitas
karangan berbahasa Inggris, dan peserta didik di kelas 10.
b. Penentuan topik penelitian kualitatif
Pada umumnya, di dalam penelitian kualitatif, topik penelitian ditentukan dalam
kalimat yang umum. Hal ini dikarenakan, peneliti dalam penelitian kualitatif
memerlukan waktu untuk memahami isi topik penelitian sebelum mempersempit
bahasan topik penelitian yang dipilih.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian


Masalah penelitian, menurut Emzir (2010: 30) merupakan suatu isu atau
kepedulian yang perlu diteliti. Adapun sebuah penelitian dapat dimulai dengan adanya
masalah yang dilatarbelakangi oleh topik. Di berbagai bidang dalam kehidupan manusia
sehari-hari, dapat ditemukan masalah. Adapun dalam suatu penelitian, masalah yang
diteliti merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan ilmiah, sehingga
memberikan manfaat positif dari hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut dapat
ditindaklanjuti untuk menuju ke arah perbaikan.
Menurut Suryabrata dalam Purwanto (2008: 108) masalah adalah kesenjangan
antara harapan (das Sollen) dengan kenyataan (das Sein), antara kebutuhan dengan

14
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
yang tersedia, antara yang seharusnya. Adapun contoh-contoh terkait das Sein, das
Solle, dan der Vorschlag, yakni:
1) Das Sein (keadaan asli), contohnya: Peserta didik kelas 1 SD tidak dapat
memahami kata benda yang berhubungan dengan barang-barang di sekolah.
2) Das Sollen (keadaan yang seharusnya), contohnya: Peserta didik kelas 1 SD
seharusnya dapat memahami kata benda yang berhubungan dengan barang-barang
di sekolah.
3) Der Vorschlag (saran atau penyelesaian), contohnya: Digunakan gambar-gambar
kartun untuk memahami kata benda.
Adapun masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber. McMillan dan
Schumacher (2001:77-78) memaparkan sumber-sumber masalah penelitian, antara
lain:
1) Observasi
Masalah penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu
yang belum mempunyai dasar penjelasan yang memadai dan cara rutin yang dalam
melakukan suatu tindakan didasarkan atas otoritas atau tradisi.
2) Deduksi dari teori
Teori merupakan konsep yang masih berupa prinsip umum yang penerapannya
belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap
masalah yang diangkat dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris
praktis tentang teori.
3) Hasil Penelitian
Hasil penelitian dapat memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang
atau lanjutan. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang perlu
diangkat atau diteliti.
4) Masalah Sosial
Masalah sosial dapat pula menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya, seringnya
terjadi perkelahian antarpelajar sekolah dapat memunculkan pertanyaan tentang
efektivitas pelaksanaan pendidikan moral di sekolah.
5) Situasi praktis
Situasi praktis memungkinkan untuk dilakukan penelitian evaluatif.

15
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
6) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban
empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
Setiap masalah penelitian harus memiliki latar belakang masalah penelitian.
Adapun konteks yang menjadi latar belakang masalah harus diinformasikan agar orang
lain mempunyai pemahaman mengapa sesuatu menjadi masalah, setelah terbentuk
latar belakang masalah penelitian, maka masalah dapat diidentifikasikan. Cresswell
(2012:8) mengemukakan bahwa di dalam identifikasi masalah, sebuah masalah
dispesifikasikan, dicari alasan kebenaran dari masalah tersebut, hingga mencari
kebutuhan mengapa suatu masalah seyogianya dapat dipelajari bahkan dipecahkan.
Adapun Purwanto (2008:115) menjelaskan bahwa identifikasi masalah
merupakan kegiatan memecah-mecah kenyataan yang rumit dan kompleks ke dalam
satuan-satuan yang sederhana, memungkinkan untuk diamati, serta terukur. Adanya
identifikasi masalah di dalam penelitian bertujuan untuk mengurai kekompleksitasan
masalah ke dalam formulasi yang lebih sederhana dan mudah dijelaskan. Penguraian
kekompleksitasan masalah dalam identifikasi masalah itu dilakukan berdasarkan latar
belakang masalahnya.
Sebuah masalah penelitian merupakan hal yang penting di dalam proses suatu
penelitian. Adapun Cresswell (2012: 59) mengemukakan bahwa masalah penelitian
dapat berupa isu-isu pendidikan, hal-hal yang diperdebatkan di dalam masyarakat, atau
pun hal-hal yang difokuskan di dalam sebuah penelitian. Selain itu, Cresswell (2012:59)
juga menegaskan bahwa sebuah masalah dapat ditemukan pada bagian awal suatu
penelitian, yang disebut sebagai perumusan masalah penelitian.
Di dalam suatu penelitian, setelah masalah penelitian diidentifikasikan, masalah
dibatasi, kemudian dirumuskan. Perumusan masalah merupakan kegiatan yang penting
dalam proses penelitian. Menurut Purwanto (2008:118) perumusan masalah adalah
memformulasikan masalah penelitian ke dalam rumusan kalimat tanya. Adapun
perumusan dalam kalimat tanya tersebut bertujuan agar peneliti berada dalam keadaan
siap untuk melakukan kegiatan guna memberikan pemecahan masalah.
Adanya rumusan masalah merupakan hal yang penting. Berkaitan dengan hal
tersebut, Cresswell (2012:59) menegaskan bahwa tanpa mengetahui rumusan masalah

16
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sebuah penelitian, tidak akan diketahui alasan mengapa penelitian tersebut penting
dilakukan dan mengapa hasil penelitian tersebut harus dibaca sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya. Adapun sebuah rumusan masalah penelitian berbeda dengan
bagian-bagian lain dalam proses penelitian. Cresswell (2012:60) membedakan rumusan
masalah dengan pemilihan topik, tujuan penelitian, dan pertanyaan-pertanyaan
penelitian, yakni:
1) Pemilihan Topik
Pokok persoalan yang masih bersifat luas untuk diteliti. Misalnya, kemampuan
berbicara peserta didik di kelas 10 dalam pembelajaran bahasa.
2) Perumusan Masalah
Berupa isu umum, fokus, atau hal-hal yang bersifat kontroversi di masyarakat yang
dipersempit dari topik penelitian. Misalnya, “Apakah ada pengaruh positif dari
penerapan pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan berbicara peserta didik di
kelas 10 dalam pembelajaran bahasa?”.
3) Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan maksud dari suatu objek dijadikan sebuah masalah di dalam
suatu penelitian. Misalnya, “Tujuan dari penelitian ini ingin melihat apakah ada
pengaruh positif dari penerapan pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan
berbicara peserta didik di kelas 10 dalam pembelajaran bahasa?”.
4) Pertanyaan-pertanyaan Penelitian
Berawal dari tujuan penelitian, seorang peneliti akan dapat membuat pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam penelitiannya. Misalnya, “Hal-hal apa
sajakah yang mempengaruhi kemampuan berbicara peserta didik di kelas 10 dalam
pembelajaran bahasa?”.
Bass, Dunn, Norton Stewart, dan Tudiver dalam Purwanto (2008:119)
mengemukakan bahwa perumusan masalah wajib memuat empat karakteristik, yakni:
1) Memuat hubungan variabel
Perumusan masalah wajib memperlihatkan variabel yang hendak ditangani dalam
penelitian. Maksudnya, peneliti berada dalam keadaan siap mencari jawaban dan
tidak spekulatif.

17
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2) Dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan
Pertanyaan penelitian dalam perumusan masalah merupakan pertanyaan penelitian
yang akan dicari jawabannya.
3) Memungkinkan pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan
Masalah harus dapat diuji secara empiris. Hal itu mengandung hal bahwa variabel-
variabel yang hendak diuji hubungannya harus memungkinkan pengumpulan data.
4) Tidak menyatakan posisi moral atau etik
Pertanyaan ilmiah wajib bersifat netral. Masalah moral atau etik terkait dengan
penilaian baik-buruk, indah-jelek, dan sebagainya bukanlah pertanyaan yang baik,
karena akan membuat prosedur validasi menjadi sukar. Terlbih lagi, penelitian
khususnya kuantitatif mengejar kebenaran yang bersifat positif, objektif, bebas nilai,
terukur, dapat diamati, serta dapat diuji.
Perumusan masalah penelitian berbentuk tiga macam. Adapun perumusan-
perumusan masalah tersebut menurut Sugiyono (2011:56), yaitu:
1) Perumusan masalah deskriptif
Perumusan masalah deskriptif
Perumusan masalah deskriptif adalah suatu perumusan masalah yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Contoh perumusan masalah
deskriptif:
“Bagaimana tingkat minat baca dan lama belajar rata-rata per hari peserta didik
sekolah di Indonesia?”
2) Perumusan masalah komparatif
Perumusan masalah komparatif adalah perumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh perumusan masalah
komparatif:
“Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di kota dan di desa?” (satu
variabel dua sampel)
3) Perumusan masalah asosiatif

18
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Perumusan masalah asosiatif adalah perumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini, terdapat tiga
bentuk hubungan, yaitu hubungan simetris, hubungan kausal, dan hubungan
interaktif.
1) Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
munculnya bersamaan. Contoh:
Adakah hubungan antara gaya belajar peserta didik dengan prestasi peserta
didik di sekolah?
2) Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Contoh:
Adakah pengaruh pendidikan orangtua terhadap prestasi belajar anak?
3) Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Contoh:
Bagaimana hubungan antara motivasi dan prestasi belajar peserta didik SMP di
Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang?
Sebuah masalah dapat diteliti apabila seorang peneliti dapat dengan mudah
mengakses sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber-sumber penelitian
yang dibutuhkan dalam penelitiannya dan ahli dengan bidang yang akan ditelitinya.
Adapun Cresswell (2012:62) memaparkan lima perihal yang berkaitan dengan
kelayakan sebuah masalah untuk diteliti, antara lain.
1) Telitilah suatu masalah penelitian jika penelitian itu dapat mengisi kekosongan yang
ada di dalam kepustakaan.
Sebuah penelitian dapat mengisi kekosongan yang ada di dalam kepustakaan
melalui topik penelitian yang belum pernah diteliti.
2) Telitilah suatu masalah jika penelitian itu terinspirasi dari penelitian sebelumnya
tetapi berbeda partisipan dan ranah penelitiannya.
Nilai sebuah penelitian dapat meningkat jika hasil dari penelitian tersebut dapat
memberi manfaat kepada banyak orang dan suatu wilayah. Adanya hasil penelitian
sebelumnya dapat menjadi inspirasi bagi seorang peneliti untuk mengembangkan
masalah penelitian.
3) Telitilah suatu masalah penelitian jika penelitian tersebut melanjutkan penelitian
sebelumnya atau menjelaskan masalah yang lebih mendalam.

19
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Di dalam suatu penelitian, masalah penelitian yang baik ialah masalah penelitian
yang dapat melanjutkan penelitian sebelumnya dengan sebuah topik yang baru atau
ranah penelitian yang baru dan membahas masalah lebih mendalam.
4) Telitilah suatu masalah jika penelitian tersebut menjadi aspirasi bagi sekelompok
orang yang pendapatnya tidak didengar di dalam lingkungan masyarakat.
Suatu penelitian yang dapat menjadi aspirasi bagi sekelompok orang, dapat
menambah wawasan bagi banyak orang melalui ide-ide yang dikemukakan di dalam
suatu penelitian.
5) Telitilah suatu masalah jika penelitian tersebut dapat memberikan informasi untuk
orang-orang yang membacanya.
Melalui penjelasan sebuah masalah penelitian, suatu penelitian dapat dengan
mudah diidentifikasi teknik-teknik baru, nilai-nilai historis di dalamnya, aatau
kebutuhan yang diperlukan di dalam praktik pengajaran bahasa.
Adapun setelah proses identifikasi masalah dan perumusan masalah diperoleh,
di dalam suatu penelitian, seorang peneliti harus mempertimbangkan penelitian
kuantitatif atau penelitian kualitatif yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan, kedua
penelitian tersebut memiliki perbedaan karakteristik. Adapun antara masalah penelitian
dengan pendekatan penelitian harus memiliki kesesuaian. Karakteristik penting yang
dimiliki oleh penelitian kuantitatif ialah menjelaskan dan memprediksi hubungan antara
setiap variabel di dalam suatu penelitian. Adapun karakteristik penting yang dimiliki oleh
penelitian kualitatif ialah menyelidiki dan memahami konsep-konsep yang ada di dalam
suatu penelitian. Perbedaan karakteristik dalam penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif dikemukakan oleh Cresswell (2012:64), yakni:
1) Penelitian Kuantitatif
a. Mengukur variabel
b. Menaksir pengaruh dari hasil setiap variabel
c. Menguji teori atau menjelaskan teori lebih luas lagi
d. Penerapan hasil penelitian untuk banyak orang
2) Penelitian Kualitatif
a. Memahami perspektif dari setiap individu
b. Menaksir proses penelitian dalam banyak waktu

20
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
c. Menghasilkan teori yang berdasarkan perspektif partisipan
d. Memberikan informasi yang detil untuk sekelompok orang atau suatu ranah
wilayah penelitian
C.Variabel Penelitian dan Fokus Penelitian
1. Variabel Penelitian
Di dalam suatu penelitian kuantitatif, variabel merupakan komponen yang
penting. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian berkenaan dengan variabel
penelitian. Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau
suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi Cresswell (2010:76). Selain itu,
Cresswell (2010:76) juga menambahkan bahwa variabel biasanya bervariasi dalam
dua atau lebih kategori atau dalam kontinuum skor. Variabel juga dapat diukur atau
dinilai berdasarkan satu skala.
Adapun secara teoretis, variabel dapat didefinisikan sebagai atribut
seseorang atau suatu objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan
yang lain atau satu objek dengan yang lain. Variabel dapat juga merupakan atribut
dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Misalnya, berat badan, tinggi badan,
sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut yang dimiliki
seseorang. Adapun berat, bentuk, ukuran, atau warna merupakan atribut-atribut dari
suatu objek. Selain itu, contoh-contoh variabel dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu, misalnya struktur organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan,
pengawasan, prosedur atau mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, dan kebijakan.
Berkaitan dengan variabel penelitian, terdapat bermacam-macam variabel
penelitian. Adapun Cresswell (2010:77) membedakan variabel-variabel di dalam
penelitian kuantitatif ke dalam beberapa jenis, antara lain:
a) Variabel Independen (Independent Variables)
Variabel independen merupakan variabel yang menyebabkan perubahan,
mempengaruhi atau berefek pada outcome. Variabel ini sering disebut variabel
stimulus, predicator, antecedent, atau sering juga disebut variabel bebas, yakni
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya
perubahan pada variabel dependen.
b) Variabel Dependen (Dependent Variables)

21
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Variabel ini merupakan variabel-variabel yang bergantung pada variabel-variabel
bebas, sehingga sering disebut dengan variabel terikat, criterion, outcome, dan
effect. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
c) Variabel Intervening atau Mediating
Variabel intervening atau mediating berada di antara variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel ini memediasi pengaruh-pengaruh (memperkuat atau
memperlemah) hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel
intervening atau mediating ini merupakan variabel penyela yang terletak antara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
d) Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel-variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga akibat yang terjadi pada variabel dependen yang disebabkan oleh
variabel independen tidak dipengaruhi oleh faktor luar. Variabel kontrol sering
digunakan apabila peneliti akan melakukan penelitian yang bersifat
membandingkan. Contohnya, peneliti akan mengetahui pengaruh jenis
pendidikan (SMA dan SMK) terhadap keterampilan mengetik. Variabel kontrol
yang ditetapkan sama atau konstan, misalnya naskah drama yang diketik, mesin
tik yang digunakan sama, ruangan tempat mengetik sama. Dengan adanya
variabel kontrol, maka besarnya pengaruh jenis pendidikan terhadap
keterampilan mengetik dapat diketahui dengan pasti.
e) Variabel Moderating
Variabel baru yang dapat dikonstruksi sendiri oleh peneliti dengan cara
mengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lain untuk
mengetahui dampak keduanya. Misalnya, umur X sikap = kualitas hidup.
Variabel-variabel ini biasanya terdapat dalam penelitian eksperimen.
2. Fokus Penelitian
Suatu penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan persepsi seseorang
terhadap adanya suatu masalah. Adapun Afifuddin dan Saebani (2009: 106)
menjelaskan bahwa masalah di dalam penelitian kualitatif disebut fokus penelitian.

22
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Berkaitan dengan fokus penelitian menurut Sugiyono (2007: 32) dapat diintisarikan
bahwa dalam penelitian kualitatif, masalah penelitian bersifat holistik (menyeluruh,
tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak hanya menetapkan
penelitiannya berdasarkan variabel penelitian, tetapi juga keseluruhan situasi sosial
yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Selain itu, Afifuddin dan Saebani (2009:
106) juga mempertegas bahwa fokus penelitian di dalam penelitian kualitatif tidak
ditentukan oleh variabel-variabel, tetapi oleh keseluruhan situasi sosial yang
menggejala di lapangan penelitian, baik yang berkaitan dengan pelaku, aktivitas,
dan situasi kondisi yang saling berintegrasi. Di dalam penelitian kuantitatif, apabila
masalah penelitian terlalu luas, maka peneliti akan membatasi penelitian dalam satu
atau lebih variabel penelitian. Adapun di dalam penelitian kualitatif, batasan masalah
disebut dengan fokus (Sugiyono, 2007: 32). Adapun Afifuddin dan Saebani (2009:
107) menjelaskan bahwa fokus penelitian dalam penelitian kualitatif lebih baik
diarahkan pada tiga pendekatan, yakni:
a) Informatical approach
Fokus penelitian ditentukan dari hasil informasi yang dikemukakan secara
langsung oleh key informan (instrumen kunci) yang ada di lokasi penelitian.
b) Pendekatan partisipatif murni
Hasil penjelajahan secara langsung dengan situasi sosial yang ada di lapangan,
dan fokus ditetapkan setelah diperoleh secara apa adanya di lapangan.
c) Pendekatan literer atau dokumentatif
d) Penentuan fokus penelitian dengan mempertimbangkan penelitian-penelitian
sebelumnya atau melalui permenungan teoretis yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti.
Afifuddin dan Saebani (2009: 109) juga memperjelas bahwa fokus penelitian
memuat rincian pertanyaan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan
diungkap atau digali dalam penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
diketahui bahwa fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab
dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan.

23
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
D. Review Literature (Tinjauan Pustaka)
1. Definisi dan Tujuan
Cresswell (2012:9) mengatakan bahwa tinjauan pustaka berarti
menempatkan rangkuman-rangkuman, buku-buku, hingga jurnal pada topik tertentu,
memilih secara selektif pustaka mana saja yang menjadi tinjauan, kemudian
merangkum kepustakaan tersebut secara tertulis. Di dalam tinjauan pustaka
tersebut terdapat teori-teori. Penelitian ilmiah didukung oleh teori-teori yang valid
dan telah diuji secara ilmiah, sehingga ketika peneliti mendapatkan data di
lapangan, data tersebut harus dipadukan dengan teori yang telah ada.
Berkaitan dengan tinjauan pustaka, Gay, Mills, dan Airasian (2009:80)
menyatakan bahwa tinjauan pustaka mengandung identifikasi yang sistematis,
lokasi, dan analisis dokumen-dokumen yang terdiri dari informasi yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Tinjauan pustaka ini digunakan untuk menjelaskan
komponen tertulis tentang suatu rencana penelitian atau laporan yang membahas
dokumen yang ditinjau.
Di dalam sebuah penelitian, tinjauan pustaka merupakan bagian yang
penting. Hal ini dikarenakan melalui tinjauan pustaka dapat diketahui mengenai
hakikat-hakikat teori dalam sebuah penelitian yang dikaji secara pustaka. Adapun
teori-teori tersebut akan digunakan sebagai pengantar peneliti ke lapangan dan
sebagai acuan untuk membahas hasil atau temuan penelitian.
Mengenai jenis-jenis sumber pustaka, G.Lodico, T. Spaulding, H. Voegtle
(2006: 31), menyebutkan beberapa jenis sumber pustaka, antara lain:
a. Artikel-artikel dalam jurnal ilmiah
b. Laporan-laporan pemerintahan
c. Hasil tertulis konferensi
d. Buku-buku referensi
e. Buku-buku umum
f. Tesis
g. Website
h. Majalah dan Koran
i. Hasil wawancara, presentasi, dan seminar

24
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Sumber-sumber pustaka dapat terbagi atas sumber pertama (primary source)
dan juga sumber kedua (secondary source). Adapun G. Lodico, T. Spaulding, H.
Voegtle (2006:32) menjelaskan bahwa sumber pertama dalam kepustakaan itu
menggambarkan artikel atau tulisan atau buku yang ditulis langsung oleh
penulisnya. Sebaliknya, sumber kedua dalam kepustakaan menggambarkan
sumber, contohnya kutipan yang dipaparkan oleh seseorang, kemudian
disampaikan lagi oleh orang lain dalam suatu artikel atau tulisan atau buku. Sumber
kedua juga dapat dianggap sebagai sumber penunjang atau sumber pendukung.
Di dalam penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, terdapat tinjauan
pustaka. Pada penelitian kuantitatif, tinjauan pustaka terdiri atas pencarian secara
tuntas, perangkuman dan penelaahan tersebut, misalnya teori, secara logis. Pada
penelitian kualitatif, tinjauan pustaka terdiri atas pencarian pustaka relevan yang
memungkinkan, peninjauan secara terus-menerus, penintegrasian pustaka ke dalam
teks (Mc Millan dan Schumacher, 2001:107).
Peninjauan secara pustaka memiliki beberapa tujuan. Mc Millan dan
Schumacher (2001:107) memaparkan enam tujuan dari tinjauan pustaka, yakni:
a. Untuk memeriksa dan membatasi permasalahan.
b. Untuk menempatkan penelitian dalam perspektif yang tepat.
c. Untuk menghindari ketidaksengajaan dan ketidakperluan peniruan penelitian
sebelumnya.
d. Untuk memilih metode penelitian serta pengukuran yang tepat.
e. Untuk menghubungkan berbagai pemikiran dari berbagai teori yang ada.
f. Untuk mengembangkan hipotesis penelitian.
Adapun terkait dengan tujuan utama tinjauan pustaka, Gay, Mills, dan
Airasian (2009:80) mengemukakan bahwa tujuan utama tinjauan pustaka adalah
untuk menentukan apa yang telah dilakukan yang berkaitan dengan topik penelitian.
Hal ini dapat membantu peneliti menghindari duplikasi dengan peneliti lain. Selain
itu, juga dapat membantu peneliti menyusun kerangka kerja yang logis. Penelitian-
penelitian sebelumnya dapat menyediakan alasan dalam penyusunan hipotesis
penelitian dan petunjuk-petunjuk apa yang perlu dilakukan untuk membantu peneliti
memberikan alasan manfaat penelitian.

25
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Pada intinya, tinjauan pustaka merupakan perpaduan antara teori-teori
penelitian terkait dengan data lapangan yang diperoleh oleh peneliti. Dengan
adanya teori-teori yang menunjang data lapangan yang dihasilkan, maka peneliti
dapat menemukan pemecahan masalah secara tepat dan sesuai hakikat penelitian
itu sendiri.
2. Langkah-langkah Menyusun Tinjauan Pustaka
Gay, Mills, dan Airasian (2009:81) memberikan pedoman umum dalam
menyusun tinjauan pustaka, yakni:
a. Hindari godaan memasukkan segala sesuatu yang ditemukan dalam tinjauan
pustaka. Lebih banyak tinjauan pustaka belum tentu lebih baik. Tinjauan pustaka
yang lebih sedikit dan tersusun baik tentunya lebih baik daripada tinjauan
penelitian yang lebih banyak atau lebih sedikit berhubungan dengan topik.
b. Jika meneliti suatu area penelitian yang luas, buatlah tinjauan pustaka yang
langsung berhubungan dengan masalah spesifik yang diteliti.
c. Jika meneliti suatu area penelitian yang sempit, buatlah tinjauan pustaka yang
berkaitan dengan cara yang berarti bagi masalah penelitian.
Selain itu, Cresswell (2012:81) mengemukakan mengenai lima langkah
dalam melakukan tinjauan pustaka, antara lain:
1) Identifikasi istilah kunci yang digunakan dalam mencari pustaka. Memulai
pencarian pustaka dengan menyempitkan topik kepada istilah kunci yang sedikit
dengan menggunakan satu atau dua kata atau frase pendek.
2) Carilah pustaka tentang topik dengan berkonsultasi dengan beberapa materi dan
database, termasuk yang ada di dalam perpustakaan akademik dan di internet.
3) Evaluasi dan pilihlah secara kritis tentang tinjauan pustaka.
4) Susunlah pustaka yang telah dipilih dengan meringkas atau membuat catatan
pada pustaka dan mengembangkan diagram visualnya.
5) Tulislah tinjauan pustaka yang melaporkan rangkuman pustaka untuk
dicantumkan dalam laporan penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif, adakalanya seorang peneliti menggunakan
kepustakaan untuk membuktikan kebenaran dari formulasi hipotesis penelitian.
Pada umumnya, peninjauan pustaka umumnya dilaksanakan melalui beberapa

26
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
tahapan. Mc Millan dan Schumacher (2001:110) menjelaskan tahapan-tahapan
dalam meninjau pustaka, yaitu:
a. Menganalisis pernyataan dan permasalahan.
b. Mencari dan membaca sumber kedua dari pustaka, guna membantu penelitian
memaparkan permasalahan.
c. Memilih daftar-daftar sumber pustaka yang tepat dan memang diperlukan.
d. Mengubah pernyataan permasalahan ke dalam deskripsi tertentu.
e. Menggunakan pendaftaran buku untuk memudahkan pencarian pustaka.
f. Membaca sumber utama dari pustaka, guna mencocokkan sumber-sumber
kedua yang akan digunakan.
g. Mengorganisasikan catatan-catatan, seperti kutipan-kutipan dari berbagai
pustaka.
h. Menulis pustaka tersebut.

E. Perumusan dan Pernyataan Hipotesis Penelitian


1. Perumusan Hipotesis Penelitian
Di dalam sebuah penelitian, hipotesis biasanya menunjuk pada hubungan
antara dua variabel. Untuk penelitian dua atau lebih variabel, hipotesis merupakan
dugaan tentang kebenaran mengenai hubungan dua variabel atau lebih. Adapun
Cresswell (2012:111) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan dalam
penelitian kuantitatif di mana peneliti membuat prediksi atau dugaan tentang hasil
hubungan antara sifat dan ciri khas. Selain itu, Gay, Mills, dan Airasian (2009:71)
mengemukakan bahwa hipotesis merupakan sebuah prediksi peneliti mengenai
temuan penelitian, dugaan peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel
yang menjadi topik penelitian. Di dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif, keduanya
memiliki hipotesis. Akan tetapi, terdapat perbedaan hipotesis di dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif.
Adapun berkaitan dengan rumusan dan pernyataan hipotesis penelitian,
Cresswell (2012:125) menjelaskan pedoman dalam merumuskan sebuah hipotesis
penelitian, yakni:

27
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
a. Hipotesis harus menyatakan variabel dengan urutan: independen (variabel
bebas pada posisi pertama), dependen (variabel terikat pada posisi kedua), dan
variabel kontrol (pada posisi ketiga).
b. Jika membandingkan kelompok dalam hipotesis, nyatakanlah kelompok dengan
jelas. Adapun jika variabelnya berhubungan, spesifikasikan hubungan di antara
variabel.
c. Buatlah prediksi tentang perubahan yang diharapkan dalam kelompok,
contohnya lebih sedikit atau lebih banyak menguntungkan atau tidak ada
perubahan (misalnya tidak ada perbedaan). Maka, hal ini perlu diuji kembali
prediksi tersebut dengan menggunakan prosedur statistika.
d. Sebaiknya, nyatakan informasi tentang partisipan dan tempat penelitian. Akan
tetapi, informasi ini boleh jadi tidak perlu jika mengulang informasi dalam
pernyataan tujuan.

2. Pernyataan Hipotesis Penelitian


Sebuah hipotesis yang baik, di dalam sebuah penelitian, harus dinyatakan
secara jelas dan singkat. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:73) menyatakan
bahwa hipotesis yang baik yakni hipotesis yang dapat menyatakan adanya
hubungan atau perbedaan antara variabel di dalam suatu penelitian, dan
mendefinisikan variabel di dalam pengukuran variabel.
Berikut model umum pernyataan hipotesis di dalam penelitian eksperimen
menurut Gay, Mills, dan Airasian (2009:73) :
P yang memperoleh X lebih baik dalam Y daripada
P yang tidak memperoleh X (suatu perlakuan di luar X)
Keterangan model :
P : Partisipan
X : Variabel independen (IV)
Y : hasil penelitian, pengaruh, atau variabel dependen (DV)
Meskipun model yang disampaikan tersebut tidak selalu menunjang, tetapi
model tersebut seharusnya tetap dapat membantu peneliti untuk memahami
pernyataan dari sebuah hipotesis penelitian.

28
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis digunakan di dalam penelitian. Berkaitan dengan hipotesis, peneliti
memilih sampel, mengukur instrumen, memilih desain penelitian, dan memilih
prosedur yang memungkinkan peneliti tersebut dapat mengumpulkan data untuk
menguji hipotesis penelitian.
Selama penelitian, data-data tersebut dianalisis dengan cara yang
memungkinkan peneliti dapat mempertimbangkan apakah data tersebut dapat
menunjang hipotesis. Adapun peneliti harus mengingat bahwa analisis data bukan
mengacu pada pembuktian hipotesis. Akan tetapi, analisis data tersebut untuk
menunjang hipotesis saja. Hasil dari analisis data dapat menunjukkan sebuah
hipotesis dapat ditunjang dalam penelitian untuk mengetahui partisipan, konteks,
dan instrumen.

4. Definisi dan Tujuan Hipotesis Penelitian Kuantitatif


Di dalam sebuah penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan hal yang penting.
Melalui dugaan-dugaan peneliti yang mungkin terjadi terhadap variabel-variabel di
dalam penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009:71) menjelaskan bahwa seorang
peneliti sebuah penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sebelum melakukan
penelitian karena pokok-pokok penelitiannya ditentukan melalui sebuah hipotesis.
Di dalam sebuah penelitian kuantitatif, setiap aspek di dalamnya, seperti
partisipan, pengukuran instrumen, desain instrumen, langkah-langkah penelitian,
analisis data, dan kesimpulan, saling mempengaruhi. Adapun Gay, Mills, dan
Airasian (2009:71) menegaskan bahwa di dalam penelitian kuantitatif sebuah
hipotesis berawal dari teori dan pengetahuan yang diperoleh ketika meninjau
pustaka terkait penelitian. Adapun contoh hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang
dijelaskan oleh Gay, Mills, dan Airasian (2009:71), seperti sebuah penelitian
kuantitatif memperoleh hasil bahwa pengunaan kapur putih lebih efektif daripada
kapur kuning di dalam pembelajaran Matematika, selama tidak ada penelitian lain
yang membantah penelitian tersebut.

29
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Adapun Gay, Mills, dan Airasian (2009: 71) mengemukakan beberapa kriteria
hipotesis yang baik, antara lain:
a. Sebuah hipotesis yang baik harus rasional
Hal ini berarti sebuah hipotesis harus berawal dari penelitian sebelumnya atau
teori. Adapun hipotesis di dalam suatu penelitian harus menginformasikan hal-
hal yang dikonfirmasi atau tidak dikonfirmasi dari penelitian sebelumnya, dan
tentunya hipotesis tersebut harus memiliki kegunaan teoretis dan praktis untuk
kehidupan. Selain itu, karakteristik utama dari sebuah hipotesis yang baik ialah
hipotesis tersebut harus konsisten dengan teori atau penelitian sebelumnya.
Contohnya, di dalam suatu penelitian, hasil penelitian dimungkinkan akan
mengalami ketidakcocokan dengan suatu teori dalam suatu penelitian. Akan
tetapi, sebuah hipotesis penelitian tidak harus selalu konsisten dengan setiap
teori penelitian, namun hipotesis harus mengikuti aturan teori yang
mendukungnya, tidak hanya sekadar dugaan.
b. Sebuah hipotesis yang baik harus menyediakan penjelasan yang masuk akal
untuk segala dugaan di dalam suatu penelitian.
Contohnya, sebuah penelitian menemukan hasil bahwa orang yang memiliki
minat yang tinggi untuk mempelajari kebudayaan suatu daerah atau negara
tertentu, biasanya memiliki kecenderungan yang tinggi dalam belajar bahasa.
c. Sebuah hipotesis yang baik merumuskan sejelas dan sesingkat mungkin
hubungan dugaan atau perbedaan dugaan antara variabel-variabel dan definisi
variabel operasional serta pengukuran variabel.
Artinya, rumusan hipotesis yang jelas dan singkat memudahkan pembaca
penelitian dalam memahami penelitian tersebut. Contohnya, sebuah penelitian
kuantitatif meneliti hubungan antara keaktifan membaca peserta didik dengan
pencapaian kemampuan menulis cerpen pada peserta didik di kelas bahasa.
Peneliti berhipotesis bahwa antara keaktifan membaca cerpen peserta didik
dengan kemampuan menulis cerpen pada peserta didik di kelas bahasa memiliki
korelasi negatif. Hal ini dikarenakan, peserta didik yang tidak aktif membaca
cerpen, memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menulis cerpen, dan

30
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
peserta didik yang aktif membaca cerpen, memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dalam menulis cerpen.
d. Sebuah hipotesis yang baik, pernyataan dan definisi hipotesis dapat diuji kembali
secara empiris.
Hal ini berarti, sebuah hipotesis harus dapat diuji kembali keempirisannya dalam
periode waktu tertentu melalui pengumpulan dan penganalisisan data.
Contohnya, sebuah penelitian menemukan hasil bahwa peserta didik di tingkat
kelas 1 SD yang melakukan kegiatan membaca setelah makan siang memiliki
ingatan yang lebih besar daripada peserta didik yang tidak melakukan kegiatan
membaca setelah makan siang.

5. Jenis-jenis Hipotesis
Berkaitan dengan jenis-jenis hipotesis, Cresswell (2012:126-127)
mengemukakan perihal dua jenis hipotesis, antara lain:
a. Hipotesis Nol (Null Hypothesis/H0 ), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak
adanya hubungan antara variabel independen dan dependen, atau tidak adanya
perbedaan antara kelompok variabel independen dan dependen. Adapun untuk
menguji hipotesis ini dengan memilih sampel kemungkinan sejumlah orang dan
menggambarkan kesimpulan dari analisis statistik sampel-sampel yang ada.
Hipotesis nol biasanya dimulai dengan menyatakan frase “tidak ada perbedaan
antara…” (kelompok) atau “tidak ada hubungan antara…” (variabel). Hipotesis
statistik juga sering disebut Hipotesis Nol (Null Hypothesis) dan disingkat H0,
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji
dengan perhitungan statistic. H0 menyatakan tidak adanya perbedaan antara
dua variabel atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Rumusan H0 :
Tidak ada perbedaan antara ……………… dengan ……………………..
Contoh :
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat 1 dan mahasiswa tingkat 2
dalam keterampilan menulis puisi.
Tidak ada pengaruh ……………….. terhadap ……………………

31
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Contoh :
Tidak ada pengaruh keaktifan di kelas sastra terhadap nilai akhir perkuliahan
sastra.
b. Hipotesis Alternatif (Alternative Hypothesis/H1), yaitu hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan antar variabel, tidak adanya persamaan atau adanya
perbedaan. Hipotesis ini sering disebut hipotesis kerja, yaitu hipotesis yang
merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji.
Dalam hipotesis ini, peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian
akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan
menggunakan data yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian.
Contohnya:
Ada hubungan antara lama belajar bahasa Inggris dengan keterampilan
berbicara pada mahasiswa tingkat 2.
Berkaitan dengan hipotesis kerja, Cresswell (2012:127) membagi ada dua
macam hipotesis kerja, yaitu:
1) Directional Hypothesis, yaitu menyatakan arah hubungan yang searah.
Contoh :
Mahasiswa tingkat 3 Bahasa dan Sastra yang menggunakan instruksi multimedia
memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada yang menggunakan instruksi
manual.
2) Non-Directional Hypothesis, yaitu hipotesis yang menyatakan secara sederhana
tentang keberadaan hubungan atau perbedaan di antara variabel-variabel.
Contoh :
Ada perbedaan siginifikan dalam prestasi belajar mahasiswa tingkat 3 Bahasa
dan Sastra yang menggunakan instruksi multimedia dengan yang menggunakan
instruksi manual.
6. Definisi dan Tujuan Hipotesis Penelitian Kualitatif
Tujuan dan strategi yang digunakan peneliti kualitatif tentu berbeda dengan
peneliti kuantitatif. Pada umumnya, peneliti kualitatif tidak menggunakan hipotesis
formal. Akan tetapi, peneliti kualitatif menggunakan guiding hypothesis. Para peneliti

32
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
kualitatif, umumnya, juga tidak menguji hipotesis, tetapi peneliti kualitatif
menghasilkan hipotesis baru sebagai hasil penelitian mereka.
Proses induktif yang umumnya digunakan dalam penelitian kualitatif
didasarkan pada observasi dan pelibatan partisipan secara natural tanpa membuat
hipotesis tentang apa yang peneliti observasi dan pelajari. Peneliti kualitatif pada
umumnya juga mempersempit topik penelitian mereka.
Pada penelitian kualitatif, peneliti mengemukakan ide-ide dan pertanyaan-
pertanyaan yang membawa mereka pada hipotesis baru. Sebagai contoh, dalam
suatu observasi di sekolah, yakni pada peserta didik kelas 1, peneliti secara akurat
dapat mengidentifikasi peserta didik yang cerdas dan peserta didik yang tidak
cerdas di kelas dengan cara menghipotesiskan bagaimana guru berkomunikasi
dengan peserta didik di kelas melalui tindakan dan kata-kata. Hal ini menunjukkan,
bahwa dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi dihasilkan dari
penelitian. Melalui guiding hypothesis ini, peneliti kualitatif dapat
mengoperasionalkan hipotesis melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan
peneltian.

33
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB III
Populasi dan Sampling

A.Pendahuluan
Dalam sebuah penelitian, salah satu hal yang sangat terpenting adalah
menentukan populasi dan sampel penelitian. Sebuah penelitian tidak akan diakui
keabsyahannya (bias) jika tidak tepat menggunakan populasi dan sampel yang diteliti.
Para peneliti sering menganalogikan penelitian yang tidak menentukan populasi dan
sampel yang tepat ibarat tiga orang buta menyimpulkan bentuk gajah. Orang buta
pertama berkesimpulan bahwa bentuk gajah panjang karena kebetulan ia memegang
belalainya saja. Orang buta kedua menyimpulkan bahwa bentuk gajah tipis lebar seperti
kipas karena yang ia pegang telinganya saja. Orang buta ketiga menyebutkan bahwa
bentuk gajah keras dan besar seperti tembok karena ia meraba tubuh gajah yang besar
dan keras. Mana yang benar, tentu tidak ada satu pun orang buta tersebut yang benar
karena sampel yang mereka tentukan tidak tepat, hanya sebagian dari bagian tubuh
gajah. Oleh karena itu, sebuah penelitian akan mencapai tingkat “kebenaran” atau
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian jika tepat memilih populasi dan mengambil
sampel.
Berkaitan dengan cara menentukan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif,
di mana seorang peneliti harus dapat membedakan antara jumlah populasi dan jumlah
sampel serta interpretasinya. Hal mendasar ini menjadi sangat penting manakala
sedang menyusun suatu penelitian akademis. Penelitian yang menggunakan sampel
disebut penelitian survei, sedangkan penelitian yang menggunakan populasi disebut
penelitian sensus.
Maka dari itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai populasi dan
menentukan sampel dari populasi tersebut, ditinjau dari penelitian kuantitatif dan
kualitatif.

34
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
B.Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif pada umumnya tidak mengumpulkan data dari
seluruh populasi. Hal itu jarang diperlukan apalagi jika populasi sangat besar atau
tersebar dalam geografis luas. Jika sampel yang dipilih dengan baik, hasil penelitian
pengujian sampel dapat digeneralisasikan untuk populasi. Artinya, hasil penelitian akan
berlaku untuk sampel lainnya yang dipilih dari populasi yang sama. Bagaimana
kemudian, kita bisa mendapatkan sampel yang representatif yang memadai? Beberapa
teknik yang relatif sederhana pengambilan sampel dapat diterapkan untuk memilih apa
yang bisa disebut sebagai sampel yang representatif. Prosedur ini tidak menjamin
bahwa sampel akan sempurna mewakili populasi, tetapi mereka pasti meningkatkan
peluang. Dengan mengikuti prosedur untuk menentukan populasi, memilih sampel
acak, menentukan ukuran sampel, menghindari kesalahan sampling dan bias, dan
memilih sampel nonrandom akan dijabarkan berikut:
1. Populasi
Populasi (population) secara etimologi dapat diartiakan penduduk atau
orang banyak yang memiliki sifat universal. Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian, bisa berupa manusia, gejala-gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah
laku, dan lain sebagainya yang menjadi objek penelitian. Menurut Sevilla dkk,
1993 (dalam Mahsun, 2014: 28), menyatakan bahwa populasi sebagai kelompok
besar yang merupakan sasaran generalisasi. Selain itu, Sugiyono (2011: 117),
menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek itu. Misalnya akan melakukan
penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X
mempunyai sejumlah sebyek/obyek yang lain. Hal ini berarti populasi
jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-
orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim
organisasinya, dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang lain,

35
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
mislanya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan,
dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik. Satu orang
pun dapat digunakan sebagai populasi karena satu orang itu mempunyai
berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara
bergaul, kepemimpinannya, dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel
dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y. Dalam bidang kedokteran, satu
orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang
adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang
berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan
ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.
Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil
secara random (acak), sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Pengumpulan
data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun
sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka
sampel yang diambil harus representatif (mewakili).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011:118). Bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
sampel adalah objek dari populasi yang diambil melalui teknik sampling,
yakni cara-cara mereduksi objek penelitian dengan mengambil sebagian saja
yang dapat dianggap representatif terhadap populasi. Terdapat dua syarat yang
harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel , yaitu sampel harus
representatif dan besarnya sampel harus memadai. Bila sampel tidak
representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah.

36
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti
kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu
seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia
menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah jika sampel yang
dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta itu yang membuat
kesimpulan salah tentang gajah.
3. Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2011: 118), teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan,
diantaranya:

a. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1) Simple Random Sampling
Diakatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka
populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45,
S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang
harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu

37
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang
SMU, 700 orang SMP, maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu
diambil semuanya sebagai sampel karena kedua kelompok ini terlalu kecil
bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari
suatu negara, propinsi, atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya
berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Misalnya di Indonesia
terdapat 30 propinsi dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka
pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat
karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka
pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling.
Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak; ada
yang mempunyai hutan banyak, ada yang tidak; ada yang kaya bahan
tambang, ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan
sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampel daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

b. Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini terbagi menjadi:
1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota
populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor
urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat

38
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu maka yang diambil
sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat
terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan.
Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum
selesai karena belum memenuhi kuota yang ditentukan. Bila pengumpulan
data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang pengumpul data,
maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota
sampel atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari 500 anggota
sampel.
3) Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4) Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas
makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan
atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli politik.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain

39
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.

4. Menentukan Ukuran Sampel


Menurut Sugiyono (2011:126) jumlah anggota sampel sering dinyatakan
dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili
populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi, bila
jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000
orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar
kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam
penelitian? Jawabanya tergantung pada tingkat ketelitian atau tingkat kesalahan
yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering
tergantung pada sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin besar
tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan dan
sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah
anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data. Untuk tingkat kesalahan
terdiri dari 1% (0,01), 5% (0,05), dan 10 % (0,1) .
Sejalan dengan pendapat di atas, Sujarweni (2008:10) mengatakan
jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah jumlah anggota
populasi itu sendiri. Untuk penelitian jumlah populasi yang terlalu banyak akan
kita ambil untuk dijadikan sampel dengan harapan jumlah sampel yang kita ambil
dapat mewakili populasi yang ada. Untuk menentukan ukuran sampel bisa
menggunakan rumus Slovin, yaitu:

40
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Keterangan:
n = Banyak sampel yang diinginkan
N = Populasi
e = Tingkat kesalahan yang diinginkan
Sebagai contoh penghitungan Rumus Slovin:
Populasi responden PT. Germany Aircraft Indonesia berjumlah 200
pegawai, maka sampel yang kita ambil sebagai penelitian jika menggunakan
rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5% adalah:
N = 200 orang (jumlah populasi/pegawai)
e =
e2 = 0,05 dikuadratkan (0,05 x 0,05 = 0,0025)

200
n=
1+ (200 x 0,0025)

= 200 = 200
1+ 0,5 1,5
= 133,3 dibulatkan 133 orang/responden.

Selain menggunakan rumus di atas, dalam penentuan sampel terhadap


populasi, Roscoe dalam buku Research Methods For Business memberikan
saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian sebagai berikut:
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500 sampel.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-
pegawai swasta, dan lain-lain) maka jumlah sampel setiap kategori minimal
30 orang pegawai.

41
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Contoh: Sampel kategori
Jenis Kelamin Jumlah Sampel Pekerjaan Jumlah Sampel
Pria 30 orang Pegawai Swasta 30 orang
Wanita 30 orang
Total sampel 60 orang Pegawai Negeri 30 orang
Total sampel 60 orang

c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (misalnya:


korelasi atau regresi berganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5
(independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 5 x 10 = 50
responden. Jadi rumusnya:

Rumus: Jumlah variabel x 10

Sebagai contoh:
Jumlah variabel (independen + dependen) = 5 variabel
X1 : Gaya Kepemimpinan
X2 : Kepuasan Kerja Variabel Independen (X)
X3 : Motivasi Kerja
X4 : Kompensasi
Y : Kinerja Pegawai Variabel Dependen (Y)

5 variabel x 10 = 50 pegawai/responden (sampel minimal)

5. Contoh Menentukan Ukuran Sampel


Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok
masyarakat terhadap peleyanan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah
daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat
dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50, D3 = 300,
SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Sebelum menentukan jumlah sampel berdasarkan strata pendidikan,
terlebih dahulu tentukan jumlah sampel secara umum berdasarkan 1000
populasi dengan menggunakan rumus sampel di atas. Maka di dapat, bila jumlah
populasi 1000, dengan kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya:

42
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
n= 1000
1 + (1000 x 0,052)
n= 1000

1 + (1000 x 0,0025)
n= 1000

1 + 2,5
n = 286 orang/responden

Selanjutanya, karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata.


Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-
masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan
populasi. Maka dilakukan penghitungan dengan cara:
S1 = 50/1000 x 286 = 14
D3 = 300/1000 x 286 = 86
SMK = 500/1000 x 286 = 143
SMP = 100/1000 x 286 = 28
SD = 50/1000 x 286 = 14
Jadi, masing-masing untuk jenjang pendidikan, untuk S1 dapat
menggunakan 14 responden, D3 menggunakan 86 responden, SMK
menggunakan 143 responden, SMP menggunakan 28 responden, dan SD
menggunakan 14 responden.

C. Data dan Sumber Data dalam Penelitian Kualitatif


Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian antara pengertian
“populasi dan sampel” dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian
kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah
sebagian dari populasi itu. Populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu,

43
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu
dan sebagainya.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat di rumah berikut keluarga dan
aktivitasnya atau orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang mengobrol, atau di
tempat kerja, di kota, desa, di sekolah atau wilayah suatu negara. Situasi sosial
tersebut, dapat dinyatakan sebagi obyek penelitian yang ingin dipahami secara lebih
mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian
ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang
(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.
Tetapi, obyek penelitian kualitatif juga bukan semata-mata pada situasi sosial
yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam,
tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan, dan sebagainya. Seorang peneliti yang
mengamati secara mendalam tentang perkembangan tumbuh-tumbuhan tertentu,
kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam, adalah merupakan proses penelitian
kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan
hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat
lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus
yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,
tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam
penelitian. Maka dari itu, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah
“populasi dan sampel” tetapi menggunakan istilah “data dan sumber data”. Sampel
dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis
karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam
penelitian kualitatif juga disebut sebagi sampel konstruktif karena dengan sumber
data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum
jelas.

44
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Menurut Lofland (1984, dalam Moleong, 2013: 157), data utama dalam
penelitian kualitatif ialah berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang
dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara
kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan
sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2011: 299). Hasil
penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi karena pengambilan sampel
tidak dilakukan secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya
berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian tersebut dapat
ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat lain), apabila situasi sosial
lain memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti.

D. Teknik Pengambilan Sampel


Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah
purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang
kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awal jumlahnya sedikit, lama-
lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit
itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain
lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel
sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama
menjadi besar.
Lincoln dan Guba (1994:133) mengatakan bahwa penentuan sampel dalam
penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian
kuantitatif. Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan

45
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi
yang maksimum bukan untuk digeneralisasikan.
Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu,
peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan
akan memberikan data lebih lengkap. Jadi, unit sampel yang dipilih makin lama
makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian. Penentuan unit
sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf
“redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan
informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan sumber data selanjutnya
boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Jadi,
yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah “tuntas” dan “kepastian”
perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya sumber
data.
Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan
masih bersifat sementara. Namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan
siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. Misalnya
akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka kemungkinan sumber datanya adalah
orang-orang yang dianggap jenius, keluarga, guru yang membimbing, serta kawan-
kawan dekatnya. Selanjutnya, misalkan meneliti tentang gaya kepemimpinan
seseorang, maka kemungkinan sumber datanya adalah pemimpin yang
bersangkutan, bawahan, atasan, dan teman sejawatnya, yang dianggap paling tahu
tentang gaya kepemimpinan yang diteliti.
Spradley menyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai
informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan
yang tengah diteliti.

46
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga
lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

47
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB IV
Pengembangan Instrumen Penelitian

A.Pendahuluan
Mutu suatu penelitian salah satunya dapat ditentukan dengan Instrumen
penelitian yang digunakan. Sehingga Instrumen memegang peranan yang sangat
penting dalam suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh
akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di
samping prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami
karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika
instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan
reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan
sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak
baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang
diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga
dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan
instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat
sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah
dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Dengan demikian, jika instrumen baku telah tersedia untuk mengumpulkan
data variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan instrumen tersebut,
dengan catatan bahwa teori yang dijadikan landasan penyusunan instrumen
tersebut sesuai dengan teori yang diacu dalam penelitian. Selain itu konstruk
variabel yang diukur oleh instrumen tersebut juga sama dengan konstruk variabel
yang hendak diukur dalam penelitian. Akan tetapi, jika instrumen yang baku belum
tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian, maka instrumen untuk
mengumpulkan data variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti.

48
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Dalam rangka memahami pengembangan instrumen penelitian, maka
berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang terkait, diantaranya
pengertian konstruk, Variabel, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas.

B. Konstruk (Variabel)
Sebelum membahas teori Kuantitatif, peneliti perlu memahami variabel-
variabel dan jenis-jenisnya yang akan digunakan dalam membangun teori. Variable
merujuk pada karakterisitik atau atribut seorang individu atau suatu organisasi yang
dapat diukur atau di observasi Cresswell, (2010:76). Ahli psikologi lebi suka
menggunakan istilah konstruk (ketimbang variabel), yang memiliki konotasi gagasan
yang lebih abstrak ketimbang istilah yang didefinisikan secara spesifik. Namun
demikian, ilmuwan sosial biasanya menggunakan istilah variable.
Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada
kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Suatu konsep adalah
elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah
abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam
ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di
mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap ekstensinya.
Konsep-konsep dasar penelitian meliputi: konsep, konstruk, dan variabel.
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal
khusus Kerlinger, misalnya: 10 m, 11,5 gallon dijeneralisasikan sebagai "volume".
Merah, hijau, kuning, dijeneralisasikan sebagai "warna". Membaca buku,
mendengarkan kuliah, mengerjakan pekerjaan rumah dijeneralisasikan sebagai
"belajar". Volume, warna, dan belajar adalah konsep. Tetapi setelah pengertiannya
dibatasi secara khusus sehingga dapat diamati, ia berubah menjadi "konstruk".
Dengan perkataan lain bahwa konstruk adalah konsep yang dapat diamati dan
diukur.
Kerlinger (1973:28) mengemukakan bahwa teori merupakan seperangkat
konstruk (variabel-variabel), definisi-definisi, dan proposisi proposisi yang saling
berhubungan yang mencerminkan pandangan sistematik atas suatu fenomena

49
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dengan cara memerinci hubungan antarvariabel yang ditunjukan untuk menjelaskan
fenomena alamiah.
Berdasarkan teori di atas teori merupakan seperangkat konstruk (atau
variabel) yang saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau
hipotesis yang memerinci hubungan antar variabel. Suatu teori dalam penelitian bisa
saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan. Creswel (2014:15)
mengemukakan Teori biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi)
fenomena yang muncul di dunia. Usaha mengetahui bagaimana dan mengapa
variabel-variabel dan pernyataan rasional saling berhubungan satu sama lain.
Mengapa variabel bebas X, berpengaruh atau berefek pada variabel terikat Y?
Dalam hal ini, teori akan menyediakan penjelasan atas ekspektasi atau prediksi atas
keterhubungan ini. Pembahasan mengenai teori biasanya muncul di bagian tinjauan
pustaka atau bagian tinjauan pustaka atau di bagian khusus, seperti landasan teori,
logika teoritis, atau perspektif teoretis.
Konstruk merupakan jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan
abstraksi yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis
tertentu.Konsep dihasilkan oleh ilmuwan secara sadar untuk kepentingan
ilmiah.Konstruk dapat diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengetiannya
(unsur, ciri, dan sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur.untuk mengukur
konstruk, maka perlu untuk mengidentifikasi nilai atau nilai bisa berasumsi. Sebagai
contoh konstruk kepribadian dapat diukur dengan mendefinisikan dua tipe
kepribadian, introvert dan ekstrovert, dapat diukur melalui skor yang terdapat dari 30
pertanyaan, yang semakin tinggi skornya menunjukkan kepribadian introvert
seseorang dan semakin rendah skor menunjukkan kepribadian ekstrover. Jadi
konstruk berubah menjadi variabel apabila konstruk tersebut sifat-sifatnya sudah
diberi nilai dalam bentuk bilangan.
1.Variabel
a.Pengertian dan Macam Variabel
Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap
jenis penelitian. Arikunto (2006:125) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang
bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki-

50
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
perempuan; berat badan, karena ada berat 40 kg dan sebagainya. Gejala adalah
objek penelitian, sehingga bervariasi. Sedangkan Creswel (2014:28) variabel
merujuk pada karakteristik atau atribut seorang indivdu atau suatu organisasi yang
dapat diukur atau diobsevasi. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitain.
Variabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karaktristik yang oleh
pengeksperimen dimanipulasi, dicontrol atau diobservasi”. Konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai. Dalam penelitian, variabel dibagi dalam tiga kategori: (1)
independent variable dan dependent variable, (2) variabel aktif dan variabel atribut,
(3) variabel kontinum dan variabel diskret.Variabel yang diduga sebagai penyebab
disebut variabel bebas dan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang
dipengaruhi disebut variabel terikat. Menurut Suharsimi (2006: 121) terdapat
beberapa jenis variabel, yakni:
b.Varibel Diskrit dan Kontinue
1) Variabel Diskrit
Variabel Diskrit disebut juga variabel nominal atau variabel kategori
karena hanya dapat dikategorikan atas 2 kutub yang berlawanan yakni
“ya” dan “tidak”. Misalnya ya wanita, atau dengan kata lain: “wanita-pria”,
”tidak hadir”, “atas-bawah”, angka-angka digunakan dalam variabel diskrit
ini untuk menghitung, yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan
sebagainya. Maka angka dinyatakan sebagai frekuensi.
2) Variabel Kontinu
Variabel Kontinu dipisahkan menjadi variabel kecil yaitu:
(a) Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukan tingkatan misalnya
panjang, kurang panjang, pendek, untuk sebutan lain adalah variabel
“lebih kurang” karena yang mempunyai kelebihan dibandingkan yang
lain. Contoh Dhinar terpandai, Toni pandai, Nana tidak pandai.
(b) Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, dibanding
dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan
pasti. Misalnya jarak Balaraja-Kronjo 25 km, sedangkan Kronjo-

51
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Jakarta 120 km. Maka selisih jarak Kronjo-Jakarta, yaitu 95 km.
Dibandingkan dengan variabel ordinal, jarak dalam variabel ordinal
tidak jelas. Jarak kepandaian antara Dhinar dan Tundreng tidak dapat
diukur.
(c) Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam
hubungan antar -sesamanya merupaka sekian kali. Misalnya berat Pak
Selamet 90 kg, sedangkan anaknya 40 kg. Maka pak selamat beratnya
dua kali berat anaknya.
c. Variabel dependen dan Independen
Dalam hal terdapat hubungan antara dua variabel, misalnya antara
variabel Y dan variabel X, jika variabel Y disebabkan oleh variabel X, maka dapat
dikatakan:
Y = variabel dependen
X = variabel independen
Contoh:
Jika dipikirkan ada hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar,
di mana dengan meningkatnya motivasi belajar, prestasi belajar juga
akan meningkat, maka:
 Prestasi Belajar = variabel dependen (terikat dengan motivasi)
 Motivasi Belajar = variabel independen (variabel bebas) yang akan
mempengaruhi prestasi belajar
a) Variabel Aktif dan Variabel Atribut
Variabel aktif merupakan variabel yang dimanipulasikan oleh peneliti. Jika
peneliti memanipulasikan metode mengajar, cara menghukum mahasiswa, maka
metode mangajar, cara menghukum, adalah variabel aktif, karena variabel ini
dapat dimanipulasikan. Sementra Variabel atribut merupakan variabel yang tidak
dapat atau sukar untuk dimanipulasi. Variabel atribut umumnya merupakan
karakteristik manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial,
pendidikan, sikap, dan sebagainya. Variabel yang merupakan inanimate objects
juga merupakan contoh variabel atribut seperti populasi, rumah tangga, daerah
geografis, dan sebagainya

52
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2.Karekteristik Pengukuran Instrumen
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh karena itu harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Menurut Suharsimi
(2006:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Di dalam kegiatan penelitian, wawancara, observasi kuesioner, dan
dokumentasi, yang kesemuanya merupakan sebagian dari metode pengumpulan
data. Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan metode
wawancara, maka di dalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini, pewancara
menggunakan alat bantu. Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer
pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai catatan, serta alat tulis untuk menuliskan
jawaban yang diterima. Ancer-ancer ini disebut pedoman wawancara. (interview
guide). Oleh karena pedoman wawancara ini merupakan alat bantu, maka disebut
juga instrumen pengumpul data. Dengan demikian maka dalam menggunakan
metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara.
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode.
Untuk beberapa metode, kebetulan istilah bagi instrumennya memang sama dengan
nama metodenya:
a. Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes;
b. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner;
c. Instrumen untuk metode observasi adalah chek-list; dan
d. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau dapat
juga chek-list.
Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan
untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan
selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian
dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan

53
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrikpengembangan instrumen”
atau kisi-kisi instrumen”.
Untuk dapat menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti,
maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti,
dan teori-teori yang pendukungnya.Penggunaan teori untuk menyusun instrumen
harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat
dilakukan dengan membaca berbagai referensi.
Instrumen penelitian itu merupakan salah satu komponen penting yang
diperlukan dalam proses penelitian. Dalam konteks pembelajaran, instrumen
penelitian jenis tes dijadikan alat untuk mengukur hasil belajar. Kadangkala dalam
proses pembelajaran, aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan. Artinya, dosen, guru
atau instruktur terlalu memperhatikan penyajian pelajaran saja. Perkuliahan atau
pelajaran berjalan baik, praktikum berjalan rapi, namun saat membuat tes atau soal
praktikum, tidak lagi melihat tujuan pembelajaran yang pernah dibuatnya di SAP
atau RPP. Akibatnya, tes hasil belajar yang dibuat terkesan seperti jatuh dari langit
saja. Artinya, dosen atau guru membuat soal tes menjadi seadanya atau seingatnya
saja, tanpa harus memenuhi kriteria pembuatan tes yang baik dan benar. Misalnya
apakah soal ujian tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;
apakah memperhatikan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik dan sebagainya.
Penyusunan tes hasil belajar yang menggunakan instrumen untuk keperluan
penelitian, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tes tersebut fungsinya dapat memperoleh informasi tentang kemampuan subjek
penelitian.
b. Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang
hal-hal apa saja yang dapat dinilai melalui pelaksanaan suatu tes. Apakah
sekedar memberi nilai untuk menentukan lulus atau tidaknya mahasiswa atau
siswa tersebut. Ataukah ada fungsi-fungsi lain yang ingin dicapai melalui
penilaian tersebut, misalnya data yang diperoleh digunakan untuk penelitian.
c. Menentukan kriteria penilaian untuk kepentingan penelitian. Ini berarti untuk
melakukan penilaian yang baik dibutuhkan mutu soal tes yang baik pula. Dalam
praktek pengajaran, tes dilaksanakan dengan memberikan serangkaian soal tes

54
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
hasil belajar. Semakin bermutu tes yang diberikan maka semakin terandalkan
pula penilaian yang diperoleh dan hal ini berdampak pada makin baik data yang
diperoleh untuk keperluan penelitian.
d. Merancang soal-soal yang diberikan kepada sunjek penelitian dalam suatu
struktur yang sedemikian rupa, sehingga jumlah dan derajat kesukaran soal yang
tetap relevan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar (RKBM).
e. Mengingat derajat kesukaran soal dapat berbeda satu dengan lainnya, tiap-tiap
soal perlu mendapat bobot soal menurut relevansinya dengan tujuan belajar.
f. Sesudah proses membuat, menstrukturkan dan menentukan bobot soal, maka
soal-soal tersebut disajikan melalui ujian. Setelah itu dilakukan pengukuran dan
penilaian hasil untuk keperluan penelitian.
3.Jenis-jenis Metode atau Instrumen Pengumpul Data
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data
sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara maslah evaluasi. Mengevaluasi tidak
lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar
atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga mengadakan
pengukuran. Mendasarkan pada pengertian ini, maka apabila kita menyebut jenis
data dan alat atau instrumen pengumpulan data, maka sama saja dengan menyebut
alat evaluasi, atau setidak-tidaknya hampir seluruhnya sama.
Secara garis besar, maka alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
b. Angket atau Kuesioner (questionnaires)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tenang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun

55
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen
yang dipakai adalah angket atau kuesioner.
c. Interview (interview)
Interview yang sering juga disebut dengan dengan wawancara atau kuesioner
lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer).
Untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interview
digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk
mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,
prhatian, sikap terhadap sesuatu.
d. Observasi
Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian
psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi
kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
e. Skala Bertingkat (Rating) atau rating scale
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala.
Walaupun bertingkat ini menghasilkan data kasar, tetapi cukup memberikan
informasi tertentu program atau orang. Instrumen dapat dengan mudah
memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat.
f. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, perturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian, dan sebagainya.
4.Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan dua unsur yang tak terpisahkan dari suatu
alat ukur. Suatu alat ukur yang telah memenuhi unsur validitas dapat dikatakan
bahwa alat ukur tersebut juga memenuhi unsur-unsur reliabilitas. Namun demikian,
suatu alat ukur yang telah memenuhi unsur-unsur reliabilitas belum tentu alat ukur

56
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
tersebut juga memenuhi unsur-unsur validitas. Reliabilitas sendiri belum merupakan
kriteria yang cukup untuk menyimpulkan bahwa alat ukur tersebut sudah valid. Jadi,
bisa terjadi bahwa ada alat ukur yang reliabel namun tidak valid. Alat ukur yang valid
dan reliabel untuk penelitian yang satu belum tentu valid dan reliabel untuk
penelitian lainnya.
Kalau reliabilitas mengacu pada konsistensi dari hasil pengukuran, validitas
suatu alat ukur mengacu pada sejauh mana hasil pengukurannya dapat
menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya. Bila dalam suatu tes kemampuan
berbicara dalam bahasa Inggris A mendapatkan nilai lebih tinggi dari B, dan C
mendapatkan nilai yang sama dengan B, maka perbedaan antara A dan B serta
kesamaan antara B dan C merupakan fakta di lapangan. Fakta sehari-hari harus
menunjukkan bahwa A memang mempunyai kemampuan berbicara dalam bahasa
Inggris lebih baik dari B dan C, dan B mempunyai kemampuan yang relatif sama
dengan C. Seandainya hasil tes tersebut dapat menggambarkan fakta yang
sesungguhnya, alat ukur yang digunakan untuk menilai kemampuan berbicara
dalam bahasa Inggris tersebut dapat dikatakan sebagai alat ukur yang valid.
Dari penjelasan tersebut bisa terjadi ada suatu alat ukur yang reliabel namun
tidak valid. Bila alat ukur yang digunakan sudah valid, alat ukur tersebut dapat
dikatakan sudah memenuhi aspek reliabilitas, karena suatu alat ukur yang
mempunyai reliabilitas rendah berarti alat ukur tersebut tidak valid.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrumen dikatakn valid apabila dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud.

57
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Memperoleh instrumen yang valid peneliti harus bertindak hati-hati sejak
awal penyusunnanya. Dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan
instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub-variabel dan indiktor baru
memuaskan butir-butir pertanyaannya, penliti sudah berhati-hati. Apabila cara
dan isi tindakan ini sudah betul, dapat dikatakn bahwa peneliti sudah boleh
berharap memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis. Dikatakn validitas
logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-
cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas
yang dikehendaki.
Ada dua macam validitas sesuai dengan cara penyajiannya, yaitu validitas
eksternal dan validitas internal.
1) Validitas Eksternal
Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut
sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel penelitian
yang dimaksud.
2) Validitas Eksternal
Validitas eksternal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian
instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah
instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian
instrumen mendukung “missi” instrumen secara keseluruhan, yaitu
mengungkap data variabel yang dimaksud.
Sementara itu, dalam penelitian pengajaran bahasa asing ada lima jenis
validitas dari alat ukur, yaitu validitas tampilan, validitas isi, validitas prediktif,
validitas konstruk, dan validitas kesetaraan.
a. Validitas Tampilan (Face validity)
Ada kemungkinan validitas tipe ini tidak terlalu ilmiah dan hanya berdasarkan
kebiasaan yang ada, misalnya format penyusunan pilihan-pilihan dalam soal
pilihan ganda.Seiring dengan perkembangan teori belajar bahasa asing,
validitas tampilan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.Contohnya
saja untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris dalam bentuk tulisan
sudah mulai popular sehingga tes semacam TOEIC (test of English for

58
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
International Communication) atau JLPT (Japanese Language Proficiency
Test) yang dilaksanakan secara tertulis dan valid.
b. Validitas Isi (Content validity)
Validitas isi terkait dengan seluruh butir-butir soal yang ada dalam suatu alat
ukur. Untuk memenuhi validitas tipe ini peneliti harus melihat seluruh indikator
yang berupa butir-butir soal dan menganalisisnya apakah alat ukurnya secara
keseluruhan telah mewakili dari materi yang akan diukur. Contoh validitas isi
adalah tes bakat kebahasaan. Bakat kebahasaan sering didefinisikan sebagai
kemampuan dasar seseorang untuk belajar bahasa yang mencakup ranah
kosa kata, minat, analisa kebahasaan, pembedaan suara dan kemampuan
berasosiasi antara simbol dan suara. Bila alat ukur tersebut dikembangkan
berdasarkan definisi itu, alat ukur tersebut harus memenuhi ke lima ranah
tersebut.
c. Validitas Prediktif (Predictive validity)
Validitas alat ukur yang terkait dengan kemampuan memprediksi fenomena di
masa mendatang disebut validitas prediktif. Validitas ini mengambarkan
sejauh mana hasil tes dari suatu alat ukur mempunyai korelasi dengan suatu
keberhasilan belajar di masa mendatang. Dengan kata lain, suatu alat ukur
yang mempunyai validitas prediktif dapat digunakan untuk memprediksi
apakah seseorang akan lebih berhasil atau kurang berhasil dalam belajar
sesuatu.
d. Validitas Konstruk (Construct validity)
Validitas konstruk diperlukan untuk alat ukur yang mempunyai beberapa
indikator dalam mengukur satu aspek atau konstruk. Bila ada alat ukur yang
mempunyai beberapa aspek dan setiap aspek diukur dengan beberapa
indikator, indikator yang sejenis harus berasosiasi positif satu dengan lainnya.
Sebaliknya, indikator-indikator tersebut harus berasosiasi negatif dengan
indikator lainnya bila indikator tersebut mengukur aspek yang berbeda atau
berlawanan.

59
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
e. Validitas Kesetaraaan (Concurrent validity)
Alat ukur yang baru dikembangkan dalam suatu penelitian membutuhkan
validitas kesetaraan. Validitas kesetaraan mengukur sejauh mana alat ukur
yang baru tersebut dapat dikorelasikan dengan alat ukur sejenis yang sudah
terbukti validitasnya.
b. Reliabilitas
Reliablitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumennya yang baik tidak akan bersifat tendensius
mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya, yang realiabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Apabila memang datanya benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Realibilitas menunjuk pada
tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan.
Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel.
Dengan pengertian inisebenarnya kita dapat salah arah (mis leading) yang
diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata instrumennya.
Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkap data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap
maka akan tidak begitu menjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji
reliabilitas instrumen.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal
dan reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini
sebenarnya menunjuk pada cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika
ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini
diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaiknya jika perhitungan dilakukan
berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas
internal.

60
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1. Reliabilitas Eksternal
Ada dua cara untuk menguji reliabilitas ekstrenal suatu instrumen yaitu
dengan teknik paralel dan teknik ulang. Apabila peneliti ingin menggunakan
teknik pertama yakni teknik paralel, peneliti mau tidak mau harus menyusun
dua stel instrumen kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan
kepada sekelompok responden saja (responden mengerjakan dua kali)
kemudian hasil dari dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan, dengan teknik
korelasi product-moment atau korelasi person. Dari data dua kali uji coba dari
dua instrumen yang satu dipandang sebagai nilai X, yang satu Y. Tinggi
rendahnya indeks korelasi inilah yang menunjukan tinggi rendahnya
reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini peneliti
mempunyai dua instrumen dan melakukan dua kali tes, maka disebut teknik
double test double trial.
Teknik reliabilitas eksternal yang kedua adalah teknik ulang. Dengan
menggunakan teknik ini peneliti hanya menyusun satu perangkat instrumen.
Instrumen tersebut diujicobakan kepada sekelompok responden, hasilnya
dicatat. Pada kali lain instrumen tersebut diberikan kepada kelompok yang
semula untuk dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua juga dicatat kemudian
kedua hasil tersebut dikorelasikan. Dengan teknik ini peneliti hanya
menggunakan satu tes tetapi dilaksanakannya dua kali uji coba. Maka teknik
ini juga disebut sebagai teknik single test double trial.
2. Reliabilitas Internal
Kalau reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil
pengetesan yang berbeda, baik dari instrumen yang berbeda maupun yang
sama, reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu
kali hasil pengetesan. Ada bermacam-macam cara untuk mengetahui
reliabilitas internal. Pemilihan suatu teknik didasarkan atas bentuk instrumen
maupun selera peneliti. Kadang-kadang penggunaan teknik yang berbeda
menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula. Hal ini wajar saja karena
kadang-kadang dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik datannya sehingga
dalam penghitungan diperoleh angka berbeda sebagai akibat pembulatan
angka. Namun demikian untuk beberapa teknik, diperlukan persyaratan-
persyaratan tertentu sehingga peneliti tidak begitu saja memilih teknik-teknik
tersebut.

61
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB V
Analisis Data Kuantitatif Statistik Deskriptif
dan Statistik Inferensial

A. Pendahuluan
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah
semua data yang diperlukan dikumpulkan secara lengkap guna memecahkan
permasalahan yang diteliti. Analisis data merupukan langkah keempat dalam
penelitian ilmiah. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis
baik menggunakan teknik statistiK maupun tidak. Tujuan dari analisis data adalah
untuk menguji hipotesis serta menjawab pertanyaan penelitan. Analisis data
sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
membangun hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai upaya
untuk menunjukan dukungan pada tema dan hipotesis. Ketajaman dan ketepatan
dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan pengambilan
kesimpulan, karena itu kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang tidak dapat
diabaikan begitu saja dalam proses penelitian. Kesalahan dalam menentukan alat
analisis dapat berakibat fatal terhadap kesimpulan yang dihasilkan dan hal ini akan
berdampak lebih buruk lagi terhadap penggunaan dan penerapan hasil penelitian
tersebut. Dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teknik
analisis mutlak diperlukan bagi seorang peneliti agar hasil penelitiannya mampu
memberikan kontribusi yang berarti bagi pemecahan masalah sekaligus hasil
tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Secara garis besarnya, teknik analisis data terbagi ke dalam dua bagian,
yakni analisis data kuantitatif dan kualitatif, yang membedakan kedua teknik
tersebut hanya terletak pada jenis datanya. Untuk data yang bersifat kualitatif (tidak
dapat diangkakan) maka analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif,
sedangkan terhadap data yang dapat dikuantifikasikan dapat dianalisis secara
kuantitatif, bahkan dapat pula dianalisis secara kualitatif.

62
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Bab ini secara spesifik akan membahas mengenai analisis data kuantitatif.
Analisis data kuantitatif menggunakan pendekatan statistik. Tingkat pekerjaannya
(tahap yang ada dalam kegiatan statistik), statistik sebagai ilmu pengetahuan dapat
dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu: (1) Statistik Deskriptif dan (2) Statistik
Inferensial.

B. Landasan Teori
Penjabaran hasil penelitian dalam statistik terdapat dua langkah yaitu dengan
menjabarkan hasil-hasil penelitian berupa fenomena–fenomena yang telah diteliti
secara deskriptif (Statistik Deskriptif), dan dari hasil penjabaran data-data tersebut
secara deskriptif diolah untuk menguji hipotesis, kemudian diambil keputusan
(Statistik Inferensial).
Dari pengertian kedua jenis statistik tersebut dapat ditemukan 6 (enam)
fungsi statistik :
1. Pengumpulan data (data collection atau collection of data).
2. Penyusunan, pengolahan atau pengorganisasian data (summarizing).
3. Tabulasi dan penyajian atau penggambaran data (tabulation and report).
4. Analisis data (data analyzing atau analyzing of data).
5. Penarikan kesimpulan (conclusion), pembuatan perkiraan (estimation), atau
penyususan ramalan (prediction).
6. Melakukan generalisasi penelitian terhadap sampel, kepada populasi.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa statistik deskriptif memiliki (4) empat
fungsi, yaitu fungsi 1 sampai dengan fungsi 4. Sedangkan statistik inferensial
memiliki 6 (enam) fungsi, yaitu fungsi 1 sampai dengan fungsi 6.
Sebelum mempelajari statistik inferensial seorang peneliti harus mempelajari
statistik deskriptif terlebih dahulu agar terjadi pemahaman yang komprehensif dari
awal hingga kesimpulan hasil dari data yang dianalisa.
1.Statistik Deskriptif
Gay, L.R (2009:303) Statistik adalah sebuah susunan prosedur untuk
mendeskripsikan, mensintesiskan, menganalisa, dan menginterpretasikan data
kuantitatif. Deskreptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

63
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul.
Tahap pertama menganalisi data adalah mempersiapkan data itu sendiri. Lalu,
tahapan dalam mempersiapkan data itu dimulai dengan menilai data, membuat
codebook, menentukan tipe skor yang digunakan, memilih program komputer,
memasukan data kedalam program untuk dianalisis dan membersihkan data.
a. Menilai Data
Ketika mengumpulkan data pada sebuah instrumen atau checklist,
dibutuhkan beberapa sistem untuk menilai data. Menilai data itu sendiri diartikan
bahwa peneliti memberikan skor berupa angka ke masing-masing respon
kategori untuk masing-masing pertanyaan pada instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Contohnya: orang tua merespon pertanyaan survei berikut.
”Para siswa diberikan kesempatan untuk memilih sekolahnya sendiri”. Maka
orang tua akan memilih jawaban
.......................... (Sangat setuju) (5)
...........................(Setuju) (4)
............................(Ragu-ragu) (3)
............................(Tidak setuju) (2)
............................(Sangat tidak setuju) (1)
Angka-angkat pada masing-masing respon jawaban itu adalah nilai/skor
data. Setelah memberikan nilai pada data, selanjutnya adalah membuat
codebook. Codebook adalah daftar variabel atau pertanyaan yang
mengindikasikan bagaimana peneliti akan memberikan skor pada respon dari
instrumen atau checklist. Contohnya:
variable 1. Gender--- (1) male, (2) female.
variable 2. Parents--- (1) married, (2) divorced, (3) separated.
b. Menentukan Tipe-Tipe Data untuk Dianalisis
Peneliti menentukan apa tipe skor yang digunakan dari instrumen
sebelum menyusun suatu analisis skor. Hal ini penting karena tipe dari skor akan
mempengaruhi bagaimana cara memasukan data ke dalam file komputer untuk
dianalisis. Sebagai contoh ada 3 jenis skor, yaitu; single item scores, summed
scores on a scale, dan net or differece score.

64
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
 Single item scores adalah skor masing-masing individu untuk masing-masing
pertanyaan.
 Summed scores adalah jumlah skor individu pada keseluruhan pertanyaan
pada variabel yang sama . peneliti menjumlahkan semua skor individu untuk
menghitung skor keseluruhan sebuah variabel.
 Difference Score adalah skor pada studi kuantitatif yang mempresentasikan
suatu perbedaan atau perubahan pada masing-masing individu.
c. Memilih Program Statistik
Peneliti memilih program statistik untuk menganalisis data mereka setelah
mereka memberikan nilai pada data tersebut. Beberapa petunjuk yang bisa
diikuti untuk memilih program statistik.
 Mencari program dengan dokumentasi tentang bagaimana menggunakan
program (tutorial).
 Kemudahan dalam penggunaan adalah salah satu faktor penting dalam
memilih sebuah program.
 Mencari program yang memiliki tipe statistik yang akan menjawab pertanyaan
penelitian dan hipotesis.
 Pastikan bahwa program bisa menganalisis jumlah data dalam data base.
 Pilih program dengan kemampuan menampilkan grafik dan tabel yang bisa
digunakan dalam laporan penelitian.
 Pilih program yang digunakan di kampus, maka akan mudah untuk
berkonsultasi ketika muncul pertanyaan.
d. Memasukan data
Memasukan data dilakukan ketika peneliti mentransfer data dari respon-respon
pada instrumen ke suatu file komputer untuk kemudian dianalisis.
e.Merapikan dan menyikapi data yang hilang
Merapikan data adalah proses memeriksa data untuk skor yang di luar
barisan yang diterima. Satu cara untuk melakukan hal ini adalah memeriksa
dengan melihat langsung data. Data yang hilang adalah data yang hilang pada
database karena peserta tidak memberikan data. Ada beberapa cara untuk
menyikapi data yang hilang, pertama adalah memiliki instrumen yang bagus

65
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
yang membuat semua peserta bersedia melengkapi dan bisa menjawab semua
pertanyaan jadi, data hilang tidak akan terjadi. Kedua, eliminasi peserta dengan
skor yang hilang dari data analisis dan hanya memasukan peserta dengan data
yang komplit. Atau bisa dengan memasukan angka untuk data yang hilang pada
database. Ketika variabelnya adalah variabel kategori, bisa memasukan nilai ”-9”
untuk semua data yang hilang. Namun ketika variabelnya kontinue, prosesnya
mejadi lebih kompleks (Creswell, 2015:190).
2.Statistik Deskriptif Pendidikan
Terdapat 3 ide dalam deskriptif statistik yang membantu merangkum
keseluruhan kecendrungan hasil atau tendensi pada data. 3 ide tersebut adalah
Tendensi Pokok, Variabilitas, dan Relative Standing
Figure 1. Contoh kerangka statistik dalam penelitian pendidikan
Statistik Deskriptif
Tendensi Pokok
Mean
Median
Mode
Variabilitas
Variance
Standard deviation
Range
Relative Standing
z Score
Percentile ranks

a. Tendensi Pokok
Tendensi pokok adalah rangkuman angka yang mepresentasikan satu
nilai dalam satu distribusi skor. Tendesi Pokok terdiri atas skor rata-rata (mean),
skor tengah (median), dan skor yang paling sering muncul (mode)
Mean adalah statistik deskriptif yang paling popular digunakan untuk
mendeskripsikan respon dari semua peserta terhadap item-item dalam

66
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
instrumen. Untuk menghitung jumlah mean, total skor dibagi oleh jumlah peserta.
Sedangkan Median adalah nilai tengah dari semua skor. Cara penghitungannya
adalah skor dibagi menjadi dua bagian, 50% pada bagian atas dan 50% pada
bagian bawah. Setelah nilai mean dan median ditentukan, dapat pula ditentukan
nilai mode. Mode adalah nilai yang paling sering muncul pada baris skor. Pada
table 2 di bawah ini, nilai mode digunakan untuk mengetahui skor paling umum
dalam berbagai nilai pada suatu variabel (Creswell:2012:9).

Table 2. Statistik Deskriptif untuk variabel kategori, “Peer Group Affiliation”


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Athletes 12 24.0 24.0 24.0

Valid Singers 14 28.0 28.0 52.0


Punkers 13 26.0 26.0 78.0

Other 11 22.0 22.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Grafik 1. Peer Group Affiliation


Pada grafik di atas, terlihat bahwa kategori “Singers” frekuensinya lebih banyak
dibandingkan kategori lainnya. Penggunaan mode sangat berarti pada informasi
variabel kategori seperti pada grafik 1 di atas.
b.Variabilitas
Variabilitas mengindikasikan penyebaran skor dalam satu distribusi. Ada 3
hal pada variabilitas yang perlu dipahami, yaitu: (1) Range, (2) Variance, (3)
Standar Deviation. 3 hal tersebut mengindikasikan jumlah dari variabilitas dalam
satu distribusi skor. Range adalah perbedaan antara skor tertinggi dan terendah
pada item dalam satu instrument. Seperti pada table 1. Nilai terendah adalah 60
dan nilai tertinggi adalah 99, maka nilai range pada skor tersebut adalah 39 poin.
Variance mengindikasikan penyebaran skor disekitar nilai mean. Cara
menghitung variance adalah sebagai berikut:
- Hitung selisih antara nilai mean dan baris skor untuk masing-masing individu
- Kuadratkan hasil selisih nilai tersebut untuk masing-masing individu

67
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
- Jumlahkan nilai hasil kuadrat skor untuk semua individu
- Lalu, hasilnya dibagi dengan total jumlah individu
Contoh dari varian dapat dilihat pada table 1 Statistik Deskriptif skor siswa.
Nilai variance berguna untuk menghitung Standard Deviation. Standard deviation
menyediakan informasi yang berguna dan sebagai indicator dari penyebaran
skor. Standar Deviation adalah kuadrat dari variance dan arti dari Standard
deviation menjadi jelas ketika digambarkan pada grafik distribusi teoritis skor.
c. Relative Standing
Relative Standing adalah statistik yang menggambarkan satu skor
berhubungan ke satu kelompok skor. Pada Relative standing terdapat Percentile
Rank dan z Score. Percentile Rank adalah persentase peserta dalam distribusi
skor tertentu atau dibawah skor tertentu. Sedangkan z Score adalah bentuk
popular dari skor standar. Skor standar adalah perhitungan skor yang
menghubungkan peneliti untuk membandingkan skor dari skala yang berbeda-
beda. Nilai mean dan standard deviation pada z Score adalah 0 dan 1. Nilai z
Score memberikan keuntungan kepada peniliti untuk bisa membandingkan skor
dari satu instrumen ke skor dari instrumen yang lain. Menggunakan skor yang
standar juga penting untuk menghitung statistik. Prosedurnya adalah skor
standar tersebut dikurangi dengan nilai mean, lalu dibagi dengan standard
deviation.
d. Statistik Inferensial
Tugas utama statistika inferensial adalah melakukan estimasi, menguji
hipotesis, dan mengambil keputusan. Inference is the process of drawing
conclusions about a population on the basis of measurements or observations
made on a sample of individuals from the population (Creswell,2012:17) Statistik
Inferensial adalah proses penarikan kesimpulan terhadap populasi berdasarkan
ukuran atau observasi yang ditarik dari sampel.
Bagian-bagian yang termasuk kategori dalam statistik inferensial adalah
statistik parametrik dan statistik nonparametik. Penggunaan statistik parametrisk
dan nonparametrik tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis.
“Statistik parametrik memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama

68
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
adalah data yang dianalisis harus berdistribusi normal. Statistik nonparametrik
tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis
tidak harus berdistribusi normal (Creswell, 2012:18).
e. Statistik Parametrik
Parametrik berarti parameter. Parameter adalah indikator dari suatu
distribusi hasil pengukuran. Indikator dari distribusi pengukuran berdasarkan
statistik parametrik digunakan untuk parameter dari distribusi normal. Apa yang
dimaksud dengan distribusi normal? Bagaimana mengetahui sebuah data
berdistribusi normal atau tidak? Hal ini penting sekali untuk diketahui karena
berdasarkan normal atau tidaknya distribusi ini baru dapat ditentukan apakah uji
statistik parametrik atau nonparametrik yang digunakan.
Distribusi normal baku adalah distribusi normal yang memiliki rata-rata nol
dan simpangan baku satu. Distribusi ini juga dijuluki kurva lonceng (bell curve)
karena grafik fungsi kepekatan probabilitasnya mirip dengan bentuk lonceng.
Grafik 2. Contoh gambar yang menunjukkan data berdistribusi normal Contoh
metode statistik parametris di antaranya adalah Uji-T (1 atau 2 sampel),
perancang percobaan (One-Way Anova),(2-way ANOVA).
f. Statistik Nonparametrik
Istilah nonparametrik pertama kali digunakan oleh Wolfowitz, pada tahun
1942. Metode statistik non-parametrik merupakan metode statistik yang dapat
digunakan dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan
metode statistik parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal.
Istilah lain yang sering digunakan untuk statistik nonparametrik adalah statistik
bebas distribusi (distribution-free statistics) dan uji bebas asumsi (assumption-
free test). Statistik nonparametrik banyak digunakan pada penelitian-penelitian
sosial. Data yang diperoleh dalam penelitian sosial pada umunya berbentuk
kategori atau berbentuk rangking. Uji statistik nonparametrik ialah suatu uji
statistik yang tidak memerlukan adanya asumsi-asumsi mengenai sebaran
datapopulasi. Uji statistik ini disebut juga sebagai statistik bebas sebaran
(distribution free).

69
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB VI
Analisis dan Interpretasi Data Kualitatif

A. Pendahuluan

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut
metodologi penelitian, di samping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih
proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan. Seperti
adanya pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Setiap pendekatan terdapat prosedur-
prosedur yang harus dilalui.
Adapun untuk kualitatif prosedur yang harus dilalui yaitu menganalisis data
dan menginterpretasinya. Kruger dalam Emzir (2012:173) dikatakan bahwa
penelitian adalah detektif yang melihat kecenderungan dan pola yang muncul lintas
berbagai kelompok atau di dalam individu. Proses analisis dan interpretasi
melibatkan pengujian disiplin, pemahaman kreatif, perhatian cermat pada tujuan
studi penelitian. Analisis dan interpretasi secara konseptual merupakan proses yang
terpisah. Proses analisis dimulai dengan perakitan materi-materi mentah dan
pengambilan suatu tinjauan mendalam atau gambaran total dari proses
keseluruhan. Jadi dalam analsis dilakukan proses pengurutan data, penyusunan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan deskriptif dasar. Sedangkan pada
interpretasi melibatkan pengikatan makna dan signifikansi kepada analisis,
penjelasan pola deskriptif, melihat pada hubungan dan keterkaitan diantara dimensi-
dimensi deskriptif. Ketika proses ini sudah lengkap, peneliti harus melaporkan
interpretasi dan kesimpulannya.
Menurut para ahli seperti Creswell (2012:275) menyatakan analisis data
adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap
data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat
sepanjang penelitian dan melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang

70
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi daripada
partisipan dan memerlukan pemahaman bagaimana untuk mempertimbangkan dan
menggambarkan teks, sehingga kita dapat menjawab bentuk pertanyaan penelitian
kita.
Menurut Gay (2009:458) menganalisis data dalam penelitian kualitatif harus
meringkas data ke dalam suatu cara yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa “Data
analysis is the process of systematically searching and arraging the interview
transcripts, fieldnotes, and others materials that you accumulate to increase your
own undesrstanding of them and to enable you to present what you have discovered
to others”. Artinya bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
yang dapat diceritakannya kepada orang lain.
Gay,Mills Airasian (2012:216) mengemukakan bahwa “Data analysisis critical
to the qualitative research process. It is to recognition, study, and understanding of
interrelationship and concept in your data that hypotheses and assertions can be
developed and evaluated”. Artinya analisis data merupakan hal yang kritis dalam
proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan
konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Gaal,
Meredith (2007:235) menyatakan bahwa : “Analysis of any kind involve a way of
thinking. It refers to systematic examination of something to determine its parts, the
relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is a search for
patterns”. Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir.
Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk
menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan
keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.

71
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut dapat dikemukakan di sini bahwa,
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan
tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang
sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat
dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis
diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi suatu teori. Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data
lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
In fact, data analysis in qualitative research is on going activity that occurs
throughout the investigative process rather than after process. Dalam kenyataannya,
analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada
setelah selesai pengumpulan data.
Dalam analisis data pada penelitian kualitatif terdapat juga langkah
menginterpretasi data. Interpretasi data adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
menemukan arti atau jawaban dari data.
B.Analisis Data Kualitatif
1. Analisis sebelum di lapangan
Menurut Sugiyono (2007:336) penelitian kualitatif telah melakukan analisis
data sebelum memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus
penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara di

72
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
lapangan. Data yang ada dapat berubah sesuai dengan penemuan-penemuan yang
didapat di lapangan nantinya.
2. Analisis selama di lapangan Model Miles dan Huberman
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada tiga macam kegiatan dalam analisis
data kualitatif, yaitu:
a. Reduksi Data
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena
itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang
dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus
dijadikan perhatian dalam melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peniliti
yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada
teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka
wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data
yang dimiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
b. Data Display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam
bentuk tabel, grafik, phie card, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
akan semakin mudah dipahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini
Miles dan Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of display data
for qualitative reserch data in the past has been narrative tex”, yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

73
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dipahami tersebut. ”looking at displays help us to understand what is happening
and to do some thing-further analysis or caution on that understanding” Miles dan
Huberman (1984). Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain
dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan
chart.
c. Conclusion Drawing/verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
(1984:170) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang
atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
klausal atau interaktif, hipotesis, atau teori.
3. Analisis data dan interpretasi di lapangan menurut Bogdan dan Biklen
Analisis data dan Interpretasi di lapangan Menurut Bogdan dan Biklen
(1982: 134-135):
a. Dorong diri Anda untuk membuat keputusan yang mempersempit studi yang
dilakukan. Pertama adalah mengumpulkan data secara luas, mencari subjek
yang berbeda, menjelajahi ruang fisik untuk memperoleh suatu pemahaman
yang luas mengenai parameter dari latar, subjek dan masalah yang menarik

74
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
perhatian. Kedua, adalah mengembangkan fokus penelitian berdasarkan apa
yang mungkin dilakukan dan apa yang menarik perhatian, persempit ruang
lingkup pengumpulan data. Dari kegiatan itu semua lakukan tiga atau empat
kali kunjungan atau beberapa kali wawancara awal.
b. Dorong diri Anda untuk memutuskan jenis studi yang ingin dilaksanakan yang
terdiri dari studi kasus organisasi, studi observasi, studi sejarah hidup dan
sebagainya.
c. Kembangkan pertanyaan-pertanyaan analitis. Pertama, merumuskan
pertanyaan yang bersifat umum untuk suatu studi. Pertanyaan tersebut
penting karena dapat memberikan fokus pada pengumpulan data dan
membantu penyusunan ketika diproses. Contohnya mengenai sebuah kasus
tentang “Program pelatihan kerja untuk para pengangguran”.
d. Rencanakan sesi pengumpulan data berdasarkan apa yang ditemukan dalam
observasi pendahuluan. Tujuannya adalah untuk mengejar arah-arah yang
spesifik dalam sesi pengumpulan data berikutnya. Contohnya: Pertanyaan
yang berbentuk untuk menanyakan kepada diri kita sendiri apa yang masih
belum kita ketahui dalam penelitian yang sedang kita lakukan, kemudian kita
harus memutuskan jika ingin menghabiskan lebih banyak waktu disuatu
tempat dari pada tempat yang lain, rencanakanlah untuk melihat suatu
aktivitas spesifik atau rencanakan untuk mewawancarai subjek tertentu
dengan pertanyaan spesifik yang ada di dalam pikiran anda.
e. Tulis banyak “komentar pengamat” tentang ide yang anda hasilkan. Catatan
lapangan berisikan komentar pengamat, komentar pengamat adalah bagian
dari catatan lapangan dan tempat peneliti mencatat pendapat dan
perasaannya sendiri.
f. Tulis memo untuk diri anda sendiri tentang apa yang anda pelajari. Dimana
dikembangkannya hubungan dalam ringkasan antara komentar-komentar
pengamatan dan memberikan kesempatan untuk merefleksikan isu-isu yang
muncul dalam latar dan hubungannya dengan isu-isu teoritis, metodologis,
dan substantif yang lebih luas

75
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
4. Analisis data dan interpretasi setelah pengumpulan data menurut Bogdan
dan Biklen
Banyak pengamat berpengalaman mengetahui apa yang akan dilakukan
setelah mereka lama beristirahat. Mereka membiarkan bahan-bahan mengendap,
mengambil cuti, atau mengerjakan sesuatu yang terbengkalai disebabkan oleh
waktu untuk mengumpulkan data, dan kembali lagi setelah merasa segar dan rasa
lelah hilang.
5. Analisis data menurut L. R. Gay
a. Identifikasikan tema-tema dari data yang dikumpulkan secara induktif dari
tema-tema yang besar menjadi tema yang lebih kecil.
b. Untuk setiap tema ataupun kelompok data dapat dibuat kode, umpamanya
kode untuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun hasilnya.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: siapa, apa, di mana, kapan, dan
mengapa?
d. Buatlah review keorganisasian dari unit yang diteliti dari visi misi, tujuan,
struktur sekolah, dan lain-lain.
e. Petakan secara visual faktor-faktor yang terkait atau melatarbelakangi dan
diakibatkan oleh sesuatu hal. Misalnya faktor-faktor yang melatarbelakangi
dan diakibatkan oleh proses pembelajaran, hasil belajar, kegagalan siswa,
dan lain-lain.
f. Buatlah bentuk penyajian dari temuan dalam bentuk tabel, grafik, dan lain-
lain.
g. Kemukakan apa yang belum atau tidak ditemukan dalam penelitian,
kemudian identifikasikan.(2011:146)
C. Interpretasi Data Kualitatif
1. Interpretasi data menurut Moleong
Interpretasi data menurut Moleong (2013:197) dijabarkan ke dalam (1) tujuan,
(2) prosedur umum, (3) peranan hubungan kunci, (4) peranan introgasi data, (5)
langkah penafsiran data dengan analisis komparatif.
a) Tujuan interpretasi data
Menurut Schaltzman dan Straus (1973:215) memiliki tiga tujuan, yaitu:

76
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1) Deskripsi semata-mata, yaitu analis menerima dan menggunakan teori dan
rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Hasil analisis
data, menafsirkan data tersebut dengan jalan menemukan kategori dalam
data yang berkaitan dengan yang biasanya dimanfaatkan dalam cara
bercakap-cakap.
2) Deskripsi analitik, yaitu rancangan yang dikembangkan dari kategori-kategori
yang ditemukan dan hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data.
3) Teori subtantif, yaitu teori dasar analis harus menampakkan rancangan yang
telah dikerjakan dalam analisis, kemudian mentransformasikan ke dalam
bahasa disiplinnya (sosiologi dan sebagainya) yang akhirnya membangun
identitasnya sendiri walaupun dilakukan dalam kaitan antara objek yang
dianalisis atau proses tradisional.
b) Prosedur umum interpretasi data
Interpretasi data yang sudah menjadi bagian dari teori dan dilengkapi dengan
penyusunan hipotesis yang kemudian diformulasikan baik dengan cara deskriptif
maupun proposional. Dengan alasan agar paradigma alamiah yang dipegang tidak
dapat dicampuradukkan dengan paradigma yang lain. Setelah menyelesaikan tahap
penyusunan kategori dan hipotesis, selanjutnya adalah menuliskan teori dengan
bahasa disiplin ilmu masing-masing dengan memilih salah satu diantara beberapa
cara penulisan, seperti argumentasi, deskripsi, perbandingan, analisis proses,
analisis kausatif dan pemanfaatan analogi.
c) Peranan hubungan kunci dalam interpretasi data
Yaitu suatu metafora, model, kerangka umum, pola yang menolak, atau garis
riwayat. Hubungan tersebut dimanfaatkan untuk menghaluskan hubungan dengan
hubungan suatu kategori dengan kategori lainnya yang berfungsi sebagai aturan
tetap untuk digunakan sebagai kriteria inklusi-eksklusi.
d) Peranan introgasi terhadap data
Hal ini dilakukan dengan mengajukan seperangkat pertanyaan pada data
sehingga terungkap banyak persoalan dari data itu sendiri dengan menggunakan
dua macam cara pengajuan pertanyaan, yaitu cara substantif dan logis,
dimaksudkan untuk memperoleh jarak dan variasi dalam perspektif yang akan

77
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menghasilkan pertanyaan dan model. Substantif disini dimaksudkan kosakata
abstrak yang berasal dari disiplin ilmu sendiri, misalnya ideologi, kerja, prilaku
kolektif, gerakan sosial dan kharisma. Sedangkan pertanyaan logis meliputi:
komparasi, historis, berfikir analogis, dan proses kerja.
e) Langkah-langkah interpretasi data dengan metode analisis komparatif
Yaitu metode umum seperti halnya metode ekpsperimen dan statistik. Pada
awalnya analisis komparatif digunakan untuk menganalisis satuan sosial berskala
besar seperti organisasi bangsa dan lembaga. Namun saat ini metode tersebut
dapat digunakan untuk satuan sosial baik berukuran besar maupun kecil.

2. Interpretasi Data Menurut L. R. Gay


Teknik Interpretasi data menurut Gay (2011:167):
a. Hubungkan hasil-hasil analisis dengan teori-teori pada bab sebelumnya.
b. Hubungkan atau tinjauan dari teori yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi.
c. Perluaslah hasil analisis dengan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan
hubungan, perbedaan antara hasil analisis, penyebab, implikasi dari hasil
analisis sebelumnya.
d. Hubungkan temuan dengan pengalaman pribadi.
e. Berilah pandangan kritis dari hasil analisis yang dilakukan.
3. Enam langkah yang saling terkait yang terlibat dalam analisis data kualitatif
dan interpretasi menurut J. W. creswell
a. Peneliti perlu mempersiapkan dan mengatur data untuk dianalisis. Proses ini
melibatkan menyimpan dan menyalin data dan memutuskan apakah data
dianalisis dengan tangan atau komputer. Langkah berikutnya adalah untuk
mengeksplorasi data dan kode. Hal ini melibatkan membaca database dan
kemudian menerapkan langkah-langkah yang terlibat dalam coding. Langkah-
langkah ini untuk mengidentifikasi segmen teks dan kemudian untuk menetapkan
label kode ke segmen berdasarkan makna peneliti melihat di segmen teks. Kode
ini kemudian digunakan dalam membentuk gambaran tentang fenomena pusat
atau dari konteks (atau pengaturan) penelitian. Kode juga dikelompokkan

78
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
bersama untuk membentuk tema yang lebih luas yang digunakan dalam
penelitian sebagai temuan kunci. Dari analisis ini, peneliti mewakili data dalam
temuan melalui angka, tabel, peta, dan diskusi rinci tema. Representasi ini
kemudian menginformasikan interpretasi yang lebih luas dari temuan, dan ini
dibahas sebagai kesimpulan umum dan dibandingkan dengan literatur yang ada.
Kesimpulan dari penelitian yang juga perlu menyampaikan keterbatasan
penelitian serta penelitian masa depan. Hal ini penting juga untuk memvalidasi
keakuratan temuan melalui beberapa strategi seperti memeriksa anggota dan
triangulasi.
b. Menyiapkan dan mengatur data untuk dianalisis. Dalam sebuah penelitian
kualitatif, manajemen data awal terdiri dari pengorganisasian data,
menyalinwawancara dan catatan lapangan mengetik, dan membuat keputusan
untuk menganalisa data dengan tangan atau dengan komputer. Beberapa
program perangkat lunak yang baik yang tersedia untuk analisis komputer.
c. Jelajahi dan berikan kode data pada penelitian kualitatif dengan cara melalukan
analisis awal data dengan membaca melalui kode data untuk mendapatkan
pengertian umum dari data. Analisis utama data kualitatif terdiri dari pengkodean
data. Proses pengkodean adalah salah satu mengurangi teks atau data base
gambar untuk mendeskripsikan tema seperti orang, tempat, atau peristiwa. Ini
dilakukan dengan memeriksa baris demi baris teks data base, menanyakan diri
sendiri apa yang dikatakan peserta, dan kemudian menetapkan label kode ke
segmen teks.
d. Coding digunakan untuk membangun deskripsi dan tema kode kemudian
digunakan untuk mengembangkan deskripsi orang dan tempat. Coding juga
digunakan untuk mengembangkan tema yang menyajikan abstraksi yang lebih
luas dari kode. Tema-tema ini mungkin berlapis atau terorganisir untuk
menceritakan sebuah cerita, atau mereka juga dapat saling berhubungan untuk
menggambarkan kompleksitas fenomena tersebut.
e. Mewakili dan laporkan temuan di lapangan pada penelitian kualitatif berupa
temuan angka, diagram, tabel perbandingan, dan tabel demografis. Mereka
melaporkan temuan dalam diskusi narasi yang terdiri dari berbagai bentuk,

79
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
seperti kronologi, pertanyaan, atau komentar tentang perubahan bahwa
pengalaman peserta. Menafsirkan temuan dari pelaporan di lapangan dan
mewakili temuan, peneliti kualitatif membuat interpretasi mengenai arti dari
penelitian. Interpretasi ini terdiri dari laporan personal yang dilihat dengan
membuat perbandingan antara temuan dan literatur, serta menyarankan
keterbatasan untuk penelitian di masa depan.
f. Validasi akurasi temuan, yaituu ntuk memeriksa ketepatan penelitian yang
dilakukan, peneliti kualitatif sering menggunakan prosedur validasi seperti
pemeriksaan anggota, triangulasi, dan audit. Maksud dari memvalidasikan
adalah memiliki peserta, peninjau eksternal atau sumber data sendiri
memberikan bukti keakuratan informasi dalam laporan kualitatif.

80
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB VII
Penelitian Survei dan Penelitian Korelasional Analisis Jalur
(Path Analysis)
A.Pendahuluan
Peneliti pendidikan bahasa dan sastra sebagian besar masih belum tertarik
meneliti dengan jenis penelitian kuantitatif. Pandangan ini karena pendidikan bahasa
dan sastra berfokus pada penelitian kualitatif yang objeknya bahasa dan sastra yang
hanya bisa dijelaskan dengan interpretasi terhadap data bahasa dan sastra yang
ditemukan di lapangan. Pemikiran ini sungguh perlu benahi karena untuk meneliti
bahasa dan sastra juga membutuhkan metode kuantitatif untuk permasalah tertentu
dalam bidang bahasa dan sastra. Misalnya bila kita ingin meneliti, pengaruh bahasa
gaul pada mahasiswa SMA di Indonesia
Selain itu, dari sejarah perkembangan penelitian menunjukkan bahwa penelitian
kuantitatif (penelitian tradisional/positivistik) lebih dahulu hadir dibandingkan penelitian
kualitatif. Penelitian kuantitatif lebih ilmiah karena memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Sedangkan penelitian
kualitatif (metode baru/postpositivistik) juga disebut metode artistik karena proses
penelitiannya bersifat seni (kurang terpola) dan bersifat interpretatif terhadap data yang
ditemukan secara ilmiah apa adanya di lapangan (Sugiyono, 2007:7-8).
Sebagai peneliti pendidikan bahasa dan sastra, penelitian kuantitatif juga harus
dikuasai karena memiliki keutamaan di dalamnya, terutama dalam mengembangkan
konsep bahasa dan sastra dan memahami cara penelitian kuantitatif yang mampu
menyelesaikan masalah pendidikan bahasa dan sastra cukup dengan
menggeneralisasikan populasi dengan bantuan sampel.
Jenis penelitian kuantitatif yang dapat dipilih sebagai salah satu alternatif
penyelesaian masalah di bidang pendidikan bahasa dan sastra, yaitu penelitian survei
dan korelasional analisis jalur. Kedua penelitian ini memiliki karakteristik dan
keunggulan masing-masing. Akan tetapi, yang terpenting adalah ketika kita akan
meneliti timbul pertanyaan “Apakah penelitian yang kita rencanakan cocok dengan
metode yang akan kita gunakan?”. Untuk itu, kita perlu memahami jenis penelitian

81
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
survei dan korelasional analisis jalur, siapa tahu permasalahn penelitian yang kita
rencanakan dapat dijawab dengan salah satu penelitian tersebut. Kemudian, bisa jadi
kita berminat meneliti dengan jenis penelitian survei dan korelasional analisis jalur
apabila kita sudah memahami konsep keduanya. Untuk itu, makalah ini akan mencoba
memberikan pemahaman tentang penelitian survei dan korelasional analisis jalur.

B. Penelitian Survei
1. Hakikat Penelitian Survei
Secara etimologi, survey berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari suku kata
sur yang merupakan turunan kata Latin super yang berarti di atas atau melampui.
Sedangkan suku kata vey berasal dari kata Latin videre yang berarti melihat. Gay,
Mills, dan Airasian (2011:184) memberikan gambaran bahwa penelitian survey
sebagai berikut.
“Survey research involves collecting data to test hypotheses or to answer quetions about
people's opinions on some topic or issue. A Survey is an instrument to collect data that
describe one or more characteristics of a spesific population”.
Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian survei merupakan
metode penelitian yang hanya melibatkan pengumpulan data untuk menguji
hipotesis atau menjawab pertanyaan tentang pendapat orang pada beberapa topik
atau masalah. Dengan kata lain penelitian survei adalah alat untuk mengumpulkan
data yang menjelaskan satu atau lebih karakteristik populasi tertentu.
Creswell (2015:752) mengemukakan bahwa penelitian surveiy merupakan
merupakan jenis penelitian kuantitatif yang prosedurnya diawali dengan peneliti
mengadministrasikan survei pada suatu sampel atau pada seluruh populasi orang
untuk mendeskripsikan sikap, pendapat, perilaku, atau ciri khas khusus populasi.
Artinya dalam penelitian survei, peneliti mengumpulkan data kuantitatif bernomor
dengan menggunakan kuesioner, sebagai contoh, kuesioner yang dikirim melalui
pos atau wawancara, misalnya wawancara satu-lawan-satu dan menganalisis
datanya secara statistik untuk mendeskripsikan tren tentang respons terhadap
pertanyaan dan untuk menguji pertanyaan atau hipotesis penelitian. Langkah

82
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
berikutnya, yaitu peneliti menginterpretasikan makna data dengan menghubungkan
hasil uji statistik dengan penelitian terdahulu.
Perlu diketahui, bahwa rancangan survei berbeda dengan penelitian
eksperimental karena dalam penelitian survei tidak melibatkan perlakuan yang
diberikan kepada partisipan oleh peneliti. Peneliti tidak memanipulasi kondisi secara
eksperimental, sehingga peneliti survei tidak dapat menjelaskan sebab-akibat
seperti yang dapat dilakukan oleh peneliti eksperimental. Dengan demikian
penelitian survei biasanya mengorelasikan variabel, namun fokus mereka lebih
diarahkan pada belajar tentang populasi dan kurang diarahkan pada kegiatan
menghubungkan variabel atau memprediksi hasil, seperti fokus dalam penelitian
korelasional.
Kemudian, menurut Zechmester (dalam Emzir, 2014), penelitian survei
sebagai kegiatan mengilustrasikan prinsip-prinsip penelitian korelasional dan
melengkapinya dengan cara yang tepat dan efektif untuk mendeskripsikan
pemikiran, pendapat, dan perasaan orang yang melibatkan sampling dengan
melibatkan penggunaan suatu set pertanyaan awal yang pada umumnya berbentuk
kuesioner. Sampling dalam hal ini merupakan suatu prosedur yang menyebabkan
sejumlah elemen khusus digambarkan dari kerangka sampling (sampling fram) yang
mewakili daftar aktual elemen-elemen yang mungkin dalam populasi dan
keterwakilan sampel dapat diperoleh dengan sangat baik melalui penggunaan
sampling probability daripada penggunaan sampling nonprobabiliti. Lebih lanjut
Emzir menjelaskan bahwa hasil dari penelitian survei diperoleh untuk suatu sampel
yang dipilih secara hati-hati sehingga dapat dipergunakan untuk mendeskripsikan
seluruh populasi objek penelitian yang menarik perhatian kita.
Penelitian suvei mengkaji populasi (universe) yang besar maupun kecil
dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu, untuk
menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi relatif dari variabel-variabel
(Kerlinger, 2004:660). Kemudian, penelitian survei digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah isu skala besar yang aktual dengan populasi sangat besar,
sehingga diperlukan sampel ukuran besar. Akan tetapi, pengukuran variabelnya
lebih sederhana dengan instrumen yang sederhana dan singkat. Arah minat

83
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
penelitian survei ialah membauat taksiran yang akurat mengenai karakteritik-
karakteristik keseluruhan populasi dengan mengkaji sampel-sampel yang ditarik dari
populasi tersebut. Kajian ini menjadi penting karena adanya kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam mengkaji keseluruhan populasi secara utuh.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian survei
merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif berupa alat untuk mengumpulkan
data yang menjelaskan satu atau lebih karakteristik atau ciri khas populasi yang
berskala besar melalui sampling mengenai sikap, pemikiran, pendapat, perilaku, dan
perasaan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama yang dianalisis
secara statistik.

2. Menentukan Penggunaan Penelitian Survei


Menurut Creswell (2015:753) penggunaan penelitian survei dilakukan ketika
kita akan mendeskripsikan tren-tren dan menentukan opini individual tentang
berbagai kebijakan di masyarakat. Misalnya, ketika kita ingin mengetahui opini
mahasiswa tetang perilaku menganiaya dalam hubungan pacaran atau kita
bertujuan menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi program
sekolah, misalnya keberhasilan program botik dalam pendidikan sains. Maka,
penelitian yang paling tepat kita gunakan adalah jenis penelitian survei.

3. Sejarah Perkembangan Penelitian Survei


Penelitian survei merupakan salah satu dari metode ilmiah yang masih cukup
baru. Penelitian ini berkembang mulai dari abad kedua puluh. Penelitian survei
dipandang sebagai salah satu cabang penelitian ilmiah dalam ilmu sosial. Prosedur-
prosedur dan metode-metodenya telah dikembangkan terutama oleh psikolog,
sosiolog, ekonom, ilmuwan politik, dan statistikawan.
De Landsheere ( dalam Creswell, 2015:754) menjelaskan bahwa penelitian
survei sudah ada sejak tahun 1817, pada saat Marc Antoni Julian de Paris
merancang sebuah survei internasional sepanjang 34 halaman tentang sistem
pendidikan nasional. Kemudian, pada tahun 1890-an, G. Stanley Hall menyurvei
anak-anak, dan pada 1907, Pittburgh Survey memeriksa berbagai masalah sosial,

84
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
termasuk masalah pendidikan mulai dari perencanaan pendidikan untuk gedung-
gedung sekolah sampai masalah anak-anak slowlearners (lambat belajar) di kelas
Bodgan& Biklen (dalam Creswell, 2015:754).
Survei berikutnya sudah mulai menjadi survei modern sejak periode Perang
Dunia I sampai Perang Dunia II. Pada periode ini terdapat perkembangan dalam
teknik sampling dan beragam skala pengukuran. Survei menemukan aplikasi luas di
banyak bidang ilmu sosial, termasuk riset pasar, jurnalisme, riset opini publik, dan
organisasi serta amal (Neuman, 2000). Pada pertengahan abad berbagai upaya
dilakukan untuk menetapkan pertanyaan-pertanyaan terstandar melalui survei di
U.S. Department of Agriculture (Departemen Pertanian Amerika Serikat). Beberapa
skala yang dikembangkan melalui pengembangan skala Likert (misalnya, sangat
setuju sampai sangat tidak setuju). Selain itu, berbagai pedoman ditulis untuk
menulis pertanyaan yang jelas, menstandarkan pertanyaan wawancara, melatih
pewawancara, dan memeriksa konsistensi di antara para pewawancara.
Pada masa Perang Dunia II, kegiatan penelitian survei memeriksa masalah-
masalah yang sentral sebagai upaya perang, seperti moral prajurit, kapasitas
produksi untuk berbagai senjata, dan efektivitas strategi. Melalui penelitian survei,
para peneliti menyempurnakan dan mengembangkan teknik asesmen besar
mereka, yang memungkinkan lahirnya organisasi penelitian sosial besar di
universitas Amerika setelah perang. Sebagai contoh, para peneliti mendirikan pusat
penelitian sosial di Berkeley (Survey Research Center), di University of Chicago
(National Opinion Research Center), dan di University of Michigan (Institut for Social
Research). Kemudian, organisasi polling (jajak-pendapat) seperti Gallup, Roper, dan
Rand Corporation, mendalami pemahaman tentang pengumpulan data skala besar.
Pendirian organisasi jajak-pendapat dan survei, ditambah penggunaan computer,
ketersediaan arsip dan penyimpanan data, dan dana dari pemerintah federal,
membantu memantapkan popularitas survei di bidang pendidikan pada pertengan
abab ke-20.
Perkembangan penelitian survei pada beberapa terakhir ini, dilakukan oleh
pemerintah federal maupun Negara bagian telah mendanai berbagai survei nasional
dan negara bagian, seperti Youth Risk Behavior Survey (Survei Perilaku Berisiko

85
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Remaja) yang dikembangkan oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention
(Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat) (Valois dan Mc
Kewon, 1998). Survei elektronik seperti wawancara telepon dengan bantuan
komputer, pengenalan suara, touch-tone data entry, dan pendekatan lain,
merepresentasikan inovasi di bidang kuesioner yang diadministrasikan sendiri, yang
memanfaatkan computer dan telepon (Babbie, 2013). Beberapa individu sudah
semakin banyak menggunakan situs Web dan Internet untuk mengumpulkan data
survei (Sills & Song, 2002). Peneliti survei sekarang dapat membuat online survei
(survei daring dalam jaringan), menempatkan kuesioner dalam format word
processing (pemrosesan kata), dan menciptakan sebuah fail hiperteks dan
meletakkan berbagai survei di situs Web (Nesbary, 2000). Survei dan komunikasi
elektronik mungkin akan merevolusi penggunaan dan aplikasi penelitian survey di
masa depan.

4. Jenis Rancangan Penelitian Survei


Creswell (2015:755-756) mengemukakan ada dua jenis rancangan survei,
yaitu cross-sectional dan longitudinal. Untuk rancangan cross-sectional, peneliti
survei hanya mengumpulkan data tentang sikap, pendapat, dan keyakinan saat ini.
Sedangkan rancangan longitudinal digunakan untuk meneliti individu dari waktu ke
waktu. Kemudian, menurut Zechmester (dalam Emzir, 2014:40) rancangan
penelitian survei terbagi menjadi tiga jenis, yaitu rancangan lintas-seksional (the
cross-sectional design), rancangan sampel bebas suksesif (the successive
independent samples design), dan rancangan longitudinal (the longitudinal design).
Rancangan penelitian lintas-seksional hanya difokuskan pada pendeskripsian
karakteristik dari suatu populasi atau perbedaan antara dua atau lebih populasi pada
satu titik waktu. Dalam mendeskrisikan perubahan terhadap sikap atau opini pada
waktu yang lama memerlukan penggunaan rancangan sampel bebas suksesif atau
rancangan longitudinal. Khusus rancangan longitudinal biasanya lebih disukai
karena memungkinkan peneliti untuk menilai perubahan individu secara khusus dan
menghindari masalah sampel suksesif yang tidak dapat dibandingkan. Berikut

86
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
gambar yang menunjukkan rancangan penelitian survei khusus dalam bentuk cross-
sectional dan longitudinal.

Waktu Pengumpulan Data

Penelitian dari Waktu ke Waktu Penelitian pada Satu Titik Waktu

Longitudinal Cross-sectional

Tren-tren Perubahan Perubahan


dalam dalam pada
populasi kelompok beberapa
yang sama subpopula orang yang
dari waktu si yang sama dari Sikap Kebutuhan Evaluasi
ke waktu diidentifika waktu ke dan masyarakat program
si oleh cirri waktu praktik
khusus
yang sama
dari waktu
ke waktu

Perbandingan Asesmen
Tren Kohort Panel
Kelompok Nasional

Gambar 1. Jenis Rancangan Cross-sectional dan Longitudinal


(Creswell, 2015:756)

Berikut penjelasan mengenai penelitian survey dengan rancangan cross-


sectional dan longitudinal .
a. Rancangan Survei Cross-Sectional
Penelitian survei dengan rancangan cross-sectional berkerja dengan
mengumpulkan data pada satu titik waktu (Creswell, 2015:756). Tujuan
rancangan ini untuk mengevaluasi program misalnya bagi para pengambil
kebutusan. Misalnya, ketika anak-anak sekolah menengah mengerjakan survei
tentang teasing (perilaku menggoda/menggangu), mereka merekam data

87
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
tentang pandangan mereka saat itu sehingga memiliki keunggulan dalam
mengukur sikap atau praktik saat ini dan menyediakan informasi dalam waktu
singkat.
Terdapat beberapa bentuk rancangan cross-sectional, yaitu: (1) rancangan
penelitian dalam memeriksa sikap, keyakinan, pendapat/opini, atau praktik saat
ini. Sebagai contoh, tiga orang penulis melaksanakan survei tentang praktik guru
pelajaran membaca di sekolah (Morrison, Jacobs, dan Swinyard, 1999).
Penelitian ini dimaksudkan untuk menghubungkan guru-guru pelajaran membaca
personal-rekreasional di sekolah dasar dengan praktik mengajar baca-tulis
mereka. Dengan menggunakan daftar guru sekolah dasar nasional (yang
diperoleh dari perusahaan milis profesional), peneliti mengirimkan 3.600
kuesioner melalui pos ke sampel probabilitas. Dari sampel ini, 52,3% merespons
kuesioner empat-halaman yang terdiri dari 21 pertanyaan dan beberapa item
yang menanyakan tentang informasi demografis seperti gender, umur, dan
jumlah tahun pengalaman mengajar. Secara keseluruhan, para penulis
menyimpulkan bahwa para guru yang melihat dirinya sebagai pembaca lebih
berkemungkinan untuk menggunakan praktik pengajaran baca-tulis yang
direkomendasikan jika dibandingkan dengan para guru yang tidak melihat dirinya
sebagai pembaca (misalnya, “Bacakan keras-keras sebuah buku bergambar
kepada kelas Anda”).
(2) Rancangan cross-sectional yang membandingkan dua kelompok
pendidikan atau lebih dalam kaitnnya dengan sikap, keyakinan, pendapat, dan
praktik. Dalam rancangan ini, membandingkan siswa dengan siswa, siswa
dengan guru, atau siswa dengan orang tua, atau mungkin membandingkan
kelompok lain di ranah pendidikan dan sekolah. Misalnya, penelitian
membandingkan 98 guru SMP pedesaan dan perkotaan dari 11 sistem sekolah
di Georgia dan Nort Carolina dalam kaitannya dengan sumber stress dan gelaja
burnout (kejenuhan) (Abel dan Sewell, 1999). Dalam kelompok ini terdiri atas 52
guru pedesaan dan 46 guru perkotaan (sampel nonprobabilitas) yang mau
berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian ini. Peneliti mengirimkan paket
yang terdiri atas dua istrumen, Sources of Stress Questionnaire (Kuesioner

88
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Sumber Stres) dan Maslach Burnout Inventory (Inventori Kejenuhan Maslach),
ke distrik-distrik sekolah yang berpartisipasi. Para guru mengirimkan kembali
kedua istrumen itu melalui pos kepada peneliti. Analisis statistic terhadap
datanya menunjukkan stres yang lebih tinggi untuk para guru perkotaan
dibandingkan para guru pedesaan karena kondisi kerja dan hubungan staf yang
buruk.
(3) Rancangan cross-sectional yang dapat mengukur kebutuhan masyarakat
akan pelayanan pendidikan yang berkaitan dengan program, pelajaran, proyek
fasilitas sekolah, atau keterlibatan di sekolah atau dalam perencanaan
masyarakat. Sebagai contoh, kebutuhan masyarakat warga Hispanik yang hanya
berbahasa Spanyol di Florida yang diteliti oleh Batsche, Hernandez, dan
Montenegro (1999). Dalam penelitian ini, para peneliti survei menjangkau
menjangkau warga Hispanik dengan menggunakan metode yang lebih cocok
untuk warga non-Hispanik. Untuk mengoreksinya, mereka merancang prosedur
untuk survei wawancara asesmen untuk mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas
untuk program pelayanan manusia di Tampa Bay, wilayah Florida. Untuk
menyusun instrumen, para peneliti menterjemahkan intrumennya ke dalam
bahasa Spayol dan meminta masyarakat Hispanik setempat untuk meninjaunya,
kemudia menerjemahkan balik ke bahasa Inggris untuk mengidentifikasi
diskrepansi. Para peneliti juga melaksanakan rapat publik untuk menjelaskan
maksud dan pentingnya maksud dan pentingnya asesmen kebutuhan. Selain itu,
para peneliti juga menjadwalkan waktu wawancara untuk menghindari peristiwa
keagamaan dan libur budaya yang diikuti oleh warga Hispanik.
(4) Rancangan cross-sectional tentang asesmen skala-besar siswa atau
guru, sebagai contoh penelitian tingkat Negara bagian atau survei nasional yang
melibatkan ribuan partisipan. Sebagai contoh, Higher Education Research
Institute at the University of California, Los Angeles, melaksanakan suatu survei
dosen pada 1992-1993 ke seluruh lembaga yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi yang totalnya mencakup 2.582 college dan universitas. Instrumen empat
halaman mengakses banyak faktor tentang dosen dan menghasilkan sampel
sebanyak 29.771 dosen purna-waktu college dan universitas. Day dan Hurtando

89
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
(1996) menganalisis data nasional ini untuk menelaah sikap terhadap upaya
lembaga untuk meregulasi bentuk-bentuk pidato di kampus. Mereka menemukan
bahwa sebagian besar dosen mendukung pelarangan “pidato kebencian” di
kampus, tetapi jauh kurang mendukung hak administrator untuk melarang
pembicara ekstrim.

5.Rancangan Survei Longitudinal


Rancangan survei longitudinal melibatkan prosedur survei berupa
pengumpulan data tentang tren dengan populasi yang sama, perubahan dalam
kelompok kohort, atau subpopulasi, atau perubahan dalam kelompok panel dari
individu yang sama dari waktu ke waktu. Dalam rancangan survei longitudinal,
partisipannya bisa orang yang sama atau berbeda. Sebagai contoh, penelitian
terhadap orang yang sama adalah penelitian tentang lulusan SMA dan pekerja
pelayanan makanan, atau agensi asuransi) 1, 2, dan 5 tahun setelah lulus.
Contoh lain, misalnya tindak lanjut dengan para lulusan program atau sekolah
untuk mempelajari pandangan mereka tentang pengalaman pendidikan mereka.
Dalam rancangan longitudinal, kita perlu memahami istilah trend study, cohort
study, dan panel study. Trend study (kajian tren) merupakan rancangan survei
longitudinal yang melibatkan pengidentifikasian populasi dan pemeriksaan
berbagai perubahan dalam populasi tersebut dari waktu ke waktu. Dengan
harapan peneliti dapat menggunakan data tersebut untuk mengakses bagaimana
tren berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, rancangan yang popular yaitu
Gallup Poll yang digunakan selama pemilihan umum untuk memantau tren-tren
dalam populasi voter mulai dari pemilihan primer sampai final.
Cohort Study merupakan suatu rancangan penelitian longitudinal di mana
peneliti mengidentifikasi suatu populasi berdasarkan ciri khusus tertentu dan
setelah itu meneliti subpopulasi tersebut dari waktu ke waktu. Seluruh anggota
kohort harus memiliki ciri khusus yang sama, misalnya meneliti populasi yang
berumur 18 tahun pada 2001. Jika umur adalah ciri khususnya, peneliti meneliti
kelompok itu sebagai umur kelompok. Sebagai contoh, kelompok kohort 18
tahun diteliti pada 2001. Lima tahun kemudian pada tahun 2006, sekelompok

90
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
orang yang berumur 23 tahun yang diteliti. Mereka bisa individu yang sama atau
tidak sama dengan yang diteliti pada 2001.
Panel Study yaitu suatu rancangan penelitian longitudinal yang mana peneliti
memeriksa orang yang sama dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, siswa tahun
terakhir SMA yang diteliti pada 1998 (yang akan lulus pada 1999) akan menjadi
orang yang sama yang diteliti pada 2000, setelah 1 tahun setelah lulus, dan
sekali lagi pada 2002, 2 tahun setelah lulus. Rancangan panel, memiliki
kelemahan yaitu individunya sulit ditemukan, khususnya 2 tahun setelah lulus
dari SMA. Rancangan panel juga memiliki kelebihan, yaitu individu-individu yang
diteliti selalu sama, yang memungkinkan peneliti untuk menentukan perubahan
aktual pada individu tertentu sehingga memang panel study merupakan tipe
yang paling taat-asas di antara ketiga rancangan longitudinal.

6. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Survei


Creswell, (2015:766) menjelaskan bahwa dalam penelitian survey, biasanya
peneliti dalam mengumpulkan data menggunakan teknik kuesioner dan wawancara.
Walaupun para ahli lebih memfokuskan hanya pada teknik kuesioner jenis tertutup
yang mampu diukur secara kuantitatif sedankan wawancara cukup sulit untuk
mengolah secara statistiknya.
Kuesioner merupakan suatu formulir yang digunakan dalam rancangan survei
yang diisi oleh partisipan dalam penelitian dan memberikan informasi personal atau
demogratis dasar. Sedangkan wawancara berupa formulir di mana peneliti mencatat
jawaban yang diberikan oleh partisipan dari pedoman wawancara, mendengarkan
jawaban atau mengamati perilaku, lalu mencatat respons-respons pada survei.
Dalam wawancara survei kuantitatif, peneliti menggunakan wawancara terstruktur
atau semiterstruktur yang sebagian besar terdiri dari pertanyaan tertutup,
menyediakan opsi respons kepada orang yang diwawancarai (interview), dan
mencatat respons mereka. Dalam hal ini juga pewawancara menanyakan
pertanyaan terbuka tanpa opsi-opsi jawaban dan mendengarkan serta mencatat
komentar interview.

91
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Menurut Creswell, (2015:767) terdapat beberapa tipe kuesioner yang
digunakan dalam penelitian survei kuantitatif yaitu kuesioner yang dikirim melalui
pos (mailed questionnaires) dan kuesioner berbasis Web (web-
basedquestionnaires). Kemudian, terdapat tiga tipe wawancara yang biasa
digunakan dalam penelitian survei, yaitu wawancara satu-lawan-satu (one-on-one
interviews), wawancara kelompok terfokus (focus group interviews), dan wawancara
telepon (telephone interviews). Untuk lebih jelasnya beberapa bentuk teknik
pengumpulan data penelitian survei dapat dilihat pada gambar berikut.

Siapa yang Mengisi atau Mencatat Datanya?

Partisipan Peneliti

Kuesioner Kuesioner Satu-lawan- Dengan Suatu Melalui


Yang Diposkan Elektronik Satu Kelompok Telepon

Wawancara Wawancara Wawancara


Individual Kelompok Telepon
Terfokus

Gambar 2. Bentuk-Bentuk Teknik Pengumpulan Data Penelitian Survei


(Creswell, 2015:767)
Dari gambar 2 di atas, dapat dijelaskan beberapa hal, yaitu Mailed
questionnaires menurut Creswell (2015:767) merupakan salah satu bentuk
pengumpulan data dalam penelitian survei di mana peneliti mengirimkan kuesioner
yang melalui pos kepada para anggota sampel. Sedangkan menurut Emzir
(2014:40) survei pos digunakan untuk menghindari bias pewawancara dan sangat
cocok untuk pengujian topik pribadi atau yang memalukan. Peneliti dapat
mengembangkan kuesioner yang sudah ada, atau menggunakan kuesioner yang
mereka temukan dalam kepustakaan. Prosesnya terdiri atas menentukan atau
mengembangkan suatu kuesioner, mengirimkannya kepada sampel populasi,
menggunakan kontak berulang-ulang dengan sampel untuk memperoleh tingkat

92
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
respons yang tinggi, memeriksa potensi bias dalam respons-respons, dan
menganalisis datanya.
Kelebihan mailed questionnaires, yaitu cara yang cukup nyaman untuk
menjangkau sampel populasi yang tersebar secara geografis, pos memfasilitasi
pengumpulan data cepat dengan hanya membutuhkan waktu 6 minggu saja, dan
bersifat ekonomis karena hanya membayar biaya penggandaan dan pengeposan.
Sedangkan kelemahan mailed questionnaires, yaitu ada kemungkinan instrumen
kuesioner tidak dikembalikan oleh partisipan karena merasa tidak memiliki investasi
pribadi apapun dalam penelitian dan partisipan bisa saja keliru menafsirkan item-
item pada survei karena peneliti tidak memiliki sarana untuk menjelaskan berbagai
pertanyaan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengontruksikan dan
menganalisis kuesioner yang dikirimkan melalui pos, yaitu surat pengantar untuk
mengundang partisipan melengkapi kuesioner, bentuk dan kontruksi kuesioner,
prosedur statistik yang lazim digunakan untuk menganalisis data dari kuesioner
yang dikirimkan melalui pos.
Surat pengantar merupakan komponen utama kuesioner yang dikirimkan
melalui pos yang terdiri atas sebuah surat pengantar yang mengundang partisipan
untuk ikut ambil bagian dalam penelitian dan melengkapi instrumen. Berikut contoh
surat pengantar pada bagian depan kuesioner yang dikirimkan melalui pos.
Komponen Surat 10 Juli 2004
Pengantar
Rekan-rekan sejawat Yth.,
Pentingnya Sebagai pendatang baru di profesi urusan kemahasiswaam, Anda tentu
Partisipan memiliki cara untuk meningkatkan praktik Anda. Program persiapan
pascasarjana, asosiasi, dan para professional berpengalaman pasti
mengetahui tentang strategi yang paling berguna bagi Anda dan professional
lain untuk membantu meningkatkan pengembangan, kompetensi, dan
komitmen professional di bidang itu. Tanggapan Anda terhadap survei ini akan
sangat meningkatkan pemahaman kami tentang itu.

Maksud Saya melaksanakan penelitian untuk mengeksplorasi bagaimana para


Penelitian professional yang masih baru di bidang kemahasiswaan meningkatkan praktik
mereka. Saya ingin mengukur sejauh mana para professional baru
menggunakan strategi individual maupun kolaboratif (artinya berinteraksi

93
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dengan professional lain) termasuk refleksi, dan kesempatan untuk
pengembangan. Saya juga akan mengukur bagaimana para professional baru
melihat keterampilan dan pengetahuannya. Populasi saya adalah professional
baru di bagian barat-tengah Amerika Serikat dan Kanada.

Jaminan Tentunya partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Kerahasiaan
anonimitas Anda akan dijamin. Pengembalian survei kepada saya atas
persetujuan Anda karena tanggapan Anda akan dikumpulkan bersama yang
lain. Meskipun survei ini dikode untuk memungkinkan tindak-lanjut dengan
non-responden, Anda tidak akan diidentifikasi secara individual dengan
kuesioner atau tanggapan-tanggapan Anda. Mohon dipahami bahwa
penggunaan data ini akan terbatas untuk peelitian ini, sesuai otoritas
Universitas Nebraskadi Lincoln, meskipun hasilnya pada akhirnya nanti (dan
semoga) akan disajikan dalam format selain disertasi, seperti artikel jurnal
atau presentasi konferensi. Anda juga berhak untuk mengemukakan masalah
Sponsorship apapun kepada kami di nomor di bawah ini, pembimbing utama saya Dr. John
Cresswell di Jurusan Psikologi Pendidikan UNL yang alamatnya disebutkan di
atas, atau Dewan Peninjau Institusional UNL.

Waktu Saya sangat menghargai partisipasi Anda dalam penelitian ini. Surveinya akan
Penyelesaian waktu kira-kira 15-20 menit.Mohon kesediaan Anda untuk mengirimkan
Pengembaian kembali surveinya dalam waktu dua minggu (sampai dengan 25 Juli)
dengan amplop berperangko dan beralamat terlampir. Hal ini akan
menghemat waktu pengeposan tindak-lanjut kepada Anda.

Jika Anda telah menggeluti bidang ini selama lebih dari lima tahun, mohon
berikan catatan sebanyak mungkin pada item #1 dan kembalikan seluruh
instrumennya kepada saya.

Terima kasih atas ketertarikan dan partisipasi Anda dalam penelitian ini. Saya
benar-benar menghargai waktu yang Anda luangkan untuk penelitian ini.

Hormat saya,

Kimberly VanHorn-Grassmeyer
Sponsorship Associate Director, Student Assistance Center
University of Kansas, Lawrence KS 66045
913.864.4064; kgrassmeyer@ukans.edu

Gambar 3. Surat Pengantar dalam Kuesioner yang Dikirim melalui Pos (Kimberly Van Horn-
Grassmeyer dalam Creswell, 2015:767)

94
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Dari gambar 3 di atas dapat dijelaskan beberapa hal, yaitu (1) pentingnya
partisipan, maksudnya untuk mendorong beberapa individu agar mau melengkapi
kuesioner, mereka perlu mengetahui mengapa mereka dikirimi instrumen. Beberapa
kalimat pertama menunjukkan pentingnya penerima instrumen dan makna respons
mereka. Sering kali membantu untuk memulai surat pengantar dengan pernyataan
ini, seperti yang telah dicontohkan. (2) Maksud penelitian, artinya masukkan suatu
pernyataan yang secara ringkas, menunjukkan niat atau maksud penelitian.
Pernyataan ini bukan hanya menginformasikan kepada partisipan tentang sifat
penelitian, tetapi juga memenuhi penyediaan “informed consent” yang sangat
penting dengan mengidentifikasi maksud penelitian untuk partisipan. (3) Jaminan
kerahasiaan, artinya untuk memenuhi informed consent dan agar etis, peneliti
menjamin kerahasiaan individu (yaitu dengan tidak mengidentifikasi individu secara
spesifik). (4) Sponsorship, artinya surat pengantar juga harus memasukkan nama
dosen pembimbing maupun institusi di mana VanHorn-Grass-meyer bekerja. Selain
itu, tulislah suratnya di atas kertas berkepala surat untuk menambahkan
sponsorship tambahan. Kemudian, yang terakhir (5) Waktu penyelesaian dan
pengembalian, dalam hal ini tambahkan pada surat perkiraan banyaknya waktu
yang akan diperlukan untuk mneyelesaikan survey dan prosedur untuk
mengembalikan instrumen kepada penulis.
Konstruksi kuesioner secara keseluruhan, maksudnya kita mampu
menuangkan masalah yang akan disusun dalam bentuk kuesioner yang
mengandung fitur-fitur konstruksi kuesioner yang baik. Berikut contoh kuesioner
yang dapat digunakan dalam kuesioner yang dikirimkan melalui pos.

95
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
MENINGKATKAN PRAKTIK:
PROFESIONAL BARU DI BIDANG URUSAN KEMAHAISSWAAN

I. DEMOGRAFI
1. Tahun bekerja di bidang kemahasiswaan:
a. saat ini masih Mahasiswa Pascasarjana
b. 0 sampai dengan 2 tahun
c. lebih dari 2 tahun, sampai dengan 5 tahun
d. lebih dari 5 tahun
Jika d, jangan mengerjakan surveinya. Kembalikan dengan amplop yang telah disediakan. Terima kasih.

2. Pengalaman praktis program pascasarjana (centang pilihan berikut yang sesuai dengan pengalaman Anda):
a. asisten dalam pengabdian mahasiswa (pengalaman pelatihan yang dibayar)
b. pratikum dalam pengabdian mahasiswa (pengalaman pelatihan yang dibayar)
c. hubungan monitoring dengan seorang administrator tingkat menegah atau tingkat senior
d. interaksi kelompok sebaya seperti studi kasus, prolem-solving
e. interaksi kelompok sebaya yang lebih bersifat sosial
f. pengalaman di-luar-kelas lain: .

3. Asosiasi profesional nasional di mana Anda menjadi anggota (pilih 1-3 sesuai tingkat kepentingan bagi Anda):
a. AAHE d. AERA g. NAPSA
b. AACPA e. ASHE h. NAWE/NAWDAC
c. ACUHO f. NACA i. Lain-lain: .

4. Gender: a. Perempuan b. Laki-laki

II PRAKTIK PROFESIONAL
1. Sebutkan jumlah dana institusi yang Anda terima pada tahun akademis sebelumnya untuk partisipasi dalam konferensi
dan Lokakarya pengembangan profesi di luar kampus:
a.tidak ada c. $100 sampai $250 e. $501 sampai $1000
b. kurang dari $100 d. $251 sampai $500 f. lebih dari $1000

2. Sebutkan jumlah dana pribadi yang Anda keluarkan pada tahun akademis sebelumnya untuk partisipasi dalam
konferensi dan lokakarya pengembangan profesi di luar kampus:
a.tidak ada c. $100 sampai $250 e. $501 sampai $1000
b. kurang dari $100 d. $251 sampai $500 f. lebih dari $1000

3. Apa saja biaya pengembangan profesi (penuh atau sebagain) yang diserap institusi Anda untuk Anda?
(centang pilihan manapun yang sesuai, boleh lebih dari satu)
a. dana keanggotaan asosiasi untuk lebih dari satu asosiasi
b. dana keanggotaan asosiasi untuk satu asosiasi saja
c. seminar dan lokakarya di kampus
d. retret staf
e. langganan jurnal dan newsletters professional
f. release time (waktu di luar tugas normal) untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang telah diprogramkan
g. release time untuk refleksi dan pembaruan pribadi
h.releasetime untuk kursus yang berkaitan dengan pekerjaan saya
i. bantuan biaya untuk kursus yang berkaitan dengan pekerjaan saya
4. Sejauh mana Anda merasa bahwa program pascasarjana yang menyiapkan Anda untuk pekerjaan di bidang
kemahasiswaan?
SECARA AKADEMIS:a. sama sekali tidak SECARA PENGALAMAN: a. sama sekali tidak
b. sedikit b. sedikit
c. cukup baik c. cukup baik
d. sangat baik d. sangat baik

Gambar 4. Contoh Kuesioner yang Dikirim melalui Pos


(Kimberly VanHorn-Grassmeyer dalam Creswell, 2015:789)

96
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Lanjutan

Survei Peningkatan praktik, halaman 2


Dengan menggunakan skala 1-5 di bawah ini, tunjukkan, dengan melingkari jawaban yang paling tepat, sejauh mana Anda setuju
dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini:

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju tidak setuju netral setuju sangat setuju

1 2 3 4 5 5. Saya memiliki komitmen pribadi yang kuat terhadap pertumbuhan dan perkembangan
professional saya
6. Tentang praktik professional saya, saya menghargai pendapat:
1 2 3 4 5 a. rekan sejawat saya
1 2 3 4 5 b. mentor saya
1 2 3 4 5 c. teman sesama program pascasarjana
1 2 3 4 5 7. Ketika merefleksikan tentang praktik saya, saya tahu lebih banyak daripada yang hisa saya
jelaskan.
1 2 3 4 5 8. Saya percaya insting saya sama baiknya dengan rekan-rekan sejawat yang saya hormati.
1 2 3 4 5 9. Saya memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi pada pengembangan professional
kemahasiswaan lain.
1 2 3 4 5 10. Intitusi saya mengharapkan pengembangan professional berkelanjutan dan stafnya.
1 2 3 4 5 11. Saya tahu bahwa saya perlu meningkatkan secara sadar praktik professional saya.
1 2 3 4 5 12. Saya senang berbicara dengan professional lain tentang pengambilan keputusan dan praktik
professional saya.
1 2 3 4 5 13. Saya paling tahu apa yang akan saya butuhkan untuk membimbing praktik saya.
1 2 3 4 5 14. Saya memiliki perasaan terhubung dengan bidang kemahasiswaan
1 2 3 4 5 15. Saya memiliki tanggung jawab professional untuk terus-menrus belajar dan berkembang dalam
pekerjaan sehari-hari saya.
1 2 3 4 5 16. Saya mendapatkan manfaat dari refleksi kolaboratif dengan rekan-rekan sejawat.
1 2 3 4 5 17. Saya percaya institusi saya mestinya memastikan bahwa saya tumbuh sebagai seorang
professional.
1 2 3 4 5 18. Saya menganggap diri saya seorang administrator kemahasiswaan yang kuat.
1 2 3 4 5 19. Saya berharap untuk terus bekerja di bidang kemahasiswaan selama paling tidak sepuluh tahun.
20. Saya menerima dorongan untuk pertumbuhan dan pengembangan professional berkelanjutan
dari:
1 2 3 4 5 a. rekan sejawat di institusi saya
1 2 3 4 5 b. pejabat kemahasiswaan senior saya
1 2 3 4 5 21. Masih banyak yang harus saya pelajari dari pengalaman dan praktik.
22. Saya menerima dorongan untuk pertumbuhan dan pengembangan professional berkelanjutan
dari:
1 2 3 4 5 a. rekan sejawat saya
1 2 3 4 5 b. mentor saya
1 2 3 4 5 c. teman sesama program pascasarjana
1 2 3 4 5 23. Saya merasa mampu dan percaya diri dalam pekerjaan saya.

Gambar 5. Lanjutan Contoh Kuesioner yang Dikirim melalui Pos


(Kimberly VanHorn-Grassmeyer dalam Creswell, 2015:790)

97
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Lanjutan
Survei Peningkatan praktik, halaman 3

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju tidak setuju netral setuju sangat setuju

24. Saya menjaga jaringan atau hubungan yang kuat dengan:


1 2 3 4 5 a. rekan-rekan sejawat saya
1 2 3 4 5 b. mentor saya
1 2 3 4 5 c. teman sesama program pascasarjana
1 2 3 4 5 25. Saya percaya bahwa pengembangan professional saya adalah tanggung jawab saya.
1 2 3 4 5 26. Saya lebih suka pengawasan ketat atas berbagai kegiatan saya di titik karier saya ini.
1 2 3 4 5 27. Saya sudah mempelajari sebanyak mungkin tentang teori pengembangan mahasiswa.
1 2 3 4 5 28. Saya sanggup berfungsi secara mandiri dalam peran professional saya.
1 2 3 4 5 29. Saya memiliki tanggung jawab professional untuk mengembangkan/memajukan bidang
kemahasiswaan.
Dengan menggunakan skala 1 -5 di bawah ini, tunjukka, dengan melingkari jawaban yang paling tepat, seberapa teratur Anda
mempraktikkan kegiatan-kegiatan di bawah ini:
1 2 3 4 5

Tidak pernah jarang kadang-kadang secara teratur sering


1 2 3 4 5 30. Paling tidak satu di antara ukuran-ukuran kinerja institusional saya 9misalnya, tinjauan tahunan,
tujuan tahunan) adalah ekspektasi untuk pertumbuhan dan pengembangan professional.
1 2 3 4 5 31. Saya membaca jurnal dan terbitan berkala professional untuk mengikuti perkembangan bidang ini.
1 2 3 4 5 32. Saya meluangkan waktu untuk refleksi kolaboratif (dengan professional lain).
1 2 3 4 5 33. Saya menyatakan bertanggung jawab ketika membuat keputusan yang buruk secara professional.
1 2 3 4 5 34. Saya secara sadar memikirkan kembali dan menerapkan teori ketika saya akan melaksanakan
pengambilan keputusan dan praktik professional.
1 2 3 4 5 35. Saya mengikuti berbagai konferensi bahkan ketika saya diharapkan untuk memenuhi secara
pribadi sebagian besar biaya keikutsertaan.
36. Saya memanfaatkan keahlian orang lain (yang disebutkan dalam a-b-c) untuk meningkatkan
praktik professional saya:
1 2 3 4 5 a. rekan-rekan sejawat saya
1 2 3 4 5 b. mentor saya
1 2 3 4 5 c. teman sesama program pascasarjana
1 2 3 4 5 37. Setelah mengambil tindakan atau menerapkan strategi, saya melakukan refleksi untuk
menentukan apakah tindakan itu tepat, dan bagaimana saya harus menanggapi dengan cara
yang berbeda di masa mendatang.
1 2 3 4 5 38. Saya mengantisipasi tindakan saya di berbagai situasi professional.
39. Saya mencari kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pembelajaran professional saya
dengan profesional-profesional lain. Sebutkan apa saja yang telah Anda lakukan untuk itu:
a. menulis untuk publikasi di jurnal professional, newsletter, dll.
b. mempresentasikan sesi-sesi dalam retret, lokakarya, dan/atau konferensi
c. berkolaborasi dengan orang lain yang mencari advis dan bantuan
d. cara lain: .

Gambar 6. Lanjutan Contoh Kuesioner yang Dikirim melalui Pos


(Kimberly VanHorn-Grassmeyer dalam Creswell, 2015:791)

98
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Lanjutan

Survei peningkatan praktik, halaman 4

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju tidak setuju netral setuju sangat setuju

1 2 3 4 5 40. Saya menjabat di komite, satuan tugas, kelompok ad hoc, dll. tingkat institusi.
1 2 3 4 5 41. Saya mencari kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik professional saya.
1 2 3 4 5 42. Saya mengikuti berbagai konferensi asosiasi profesi (regional/negara bagian atau nasional)
Untuk pertanyaan ini hanya: 1=tidak pernah, 2=jarang, 3=beberapa tahun, 4= setiap tahun,
5=lebih dari setahun sekali.
1 2 3 4 5 43. Saya merasa percaya diri ketika mengambil keputusan professional yang sangat sulit.
1 2 3 4 5 44. Saya mencatat pemikiran saya tentang praktik professional dalam catatan/buku harian.
1 2 3 4 5 45. Saya secara sadar memikirkan kembali dan menerapkan pengalaman pribadi saya ketika akan
melaksanakan pengambilan keputusan dan praktik professional.
1 2 3 4 5 46. Saya meluangkan waktu untuk refleksi professional individual.

III. PERTANYAAN-PERTANYAAN DENGAN JAWABAN SINGKAT


Jawablah secara singkat pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, bilamana perlu dengan menggunakan lembar tambahan

47. Pikirkan kembali tentang salah satu keputusan professional paling sulit yang pernah Anda buat dalam profesi Anda saat ini,
yang melibatkan situasi bersama orang lain (rekan sejawat, mahasiswa, supervise (orang yang disupervisi)
Jelaskan bagaimana Anda mencapai keputusan itu, faktor-faktor yang Anda pertimbangkan, dengan siapa Anda berkonsultasi
sebelum memutuskan, dan apa yang Anda lakukan setelah itu?

48. Menurut pendapat Anda, apa definisi seorang professional kemahasiswaan yang kompeten? Apakah Anda menggambarkan
diri Anda sendiri termasuk di dalamnya? Mengapa atau mengapa tidak?

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI DAN TANGGAPAN TERUS TERANG ANDA


Mohon kembalikan survei Anda dalam amplop berperangko terlampir sebelum 25 Juli

Gambar 7. Lanjutan Contoh Kuesioner yang Dikirim melalui Pos


(Kimberly VanHorn-Grassmeyer dalam Creswell, 2015:792)

99
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Dari gambar 4 s.d. gambar 7, dapat dijelaskan bahwa instrumen tersebut
mengandung fitur-fitur konstruksi kuesioner yang baik. Kuesioner ini pendek dan
mendorong professional yang sibuk untuk mengembalikannya. Instrumen yang baik
dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan demografis atau personal yang dapat
dijawab dengan mudah oleh responden, dan dalam proses menjawab pertanyaan-
pertanyaan itu, mereka menjadi committed untuk melengkapi formulirnya. Untuk
variasi, penulis menggunakan tipe-tipe pertanyaan tertutup yang berbeda, termasuk
mencentang respons yang sesuai (misalnya, jumlah tahun bekerja), skala tingkat
persetujuan (sangat tidak setuju samapi sangat setuju), dan skala frekuensi (tidak
pernah sampai sering).
Contoh kuesioner tersebut juga bersisi item-item terbuka untuk mendorong
partisipan mengelaborasi pengalaman dan definisi (misalnya, “Apa definisi
professional kemahasiswaan yang kompeten?”). Kemudian, instrument ini
mengandung layout yang menyenangkan dengan banyak ruang kosong di antara
pertanyaan-pertanyaan dan digunakannya satu skala (misalnya, sangat tidak setuju
sampai sangat setuju) untuk banyak pertanyaan sehingga partisipan tidak
mengulang-ulang respons. Atau dapat memasukkan instruksi penutup dengan
mengucapkan terima kasih kepada responden untuk kesediaan mereka
berpartisipasi.
Langkah berikutnya, yaitu menganalisis data kuesioner penelitian, yang perlu
diperhatikan, apabila peneliti membandingkan kelompok atau menghubungkan
variabel, analisis statistik data kuesionernya lebih jauh dari sekedar analisis
deskriptif sederhana. Berikut langkah-langkah dalam menganalisis data kuesioner
yang dikirimkan melalui pos:
a. Mengidentifikasi tingkat respons dan bias respons dengan cara mengembangkan
tabel untuk persen respons terhadap survei dan mengembangkan tabel untuk
wave analysis bias respons.
b. Menganalisis data secara deskriptif untuk mengidentifikasi tren-tren umum,
dengan cara menghitung dan menyajikan tabel statistic deskriptif (mean, variasi,
dan kisaran) untuk masing-masing pertanyaan pada instrument, menganalisis
data untuk mengembangkan profil demografis dari sampel (menganalisis

100
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
pertanyaan-pertanyaan tentang faktor personal), dan menganalisis data untuk
memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan deskriptif (bila ada).
c. Menulis laporan yang menyajikan hasil deskriptif atau penggunaan statistik
cangggih dengan langkah-langkah: (1). mengembangkan skala dengan
menggabungkan pertanyaan-pertanyaan pada instrumen (mengorelasikan item-
item dengan menggunakan prosedur statistik analisis faktor); (2) memeriksa
reabilitas skor pada skala menggunakan koefisien konsistensi internal; (3)
memeriksa validitas skor pada skala (atau faktor), yaitu menggunakan analisis
faktor; dan (4) menganalisis data menggunakan statistik inferensial untuk
menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian (membandingkan kelompok,
menghubungkan variabel) (Creswell, 2015:794).
Berikutnya tipe kuesioner berbasis web merupakan suatu instrumen survei
untuk mengumpulkan data yang tersedia di dalam computer (Creswell, (2015:768).
Beberapa program sofeware tersedia untuk merancang, mengumpulkan, dan
menganalisis data survei dengan contoh-contoh pertanyaan dan formulir (misalnya,
lihat Qualtrix di qualtrics.com/survey-software atau Survey Monkey di
surveymonkey.com). Perlu dipikirkan dalam penggunaan tipe ini, kara dikhawatirkan
tingkat respons yang rendah. Pengguna internet sering mengubah alamat surelnya.
Survei sering kali tidak didasarkan pada sampling random, sehingga sulit untuk
menarik kesimpulan ke populasi umum. Akan tetapi survei berbasis web
memungkinkan penyurveian yang efektif dan ekonomis seluruh populasi.
Wawancara satu-lawan-satu merupakan tipe pengumpulan data penelitian
survei yang mana peneliti melaksanakan wawancara dengan seorang individu
dalam sampel dan mencatat respons terhadap pertanyaan tertutup (Creswell,
2015:769). Prosesnya melibatkan pengembangan atau menemukan instrumen dan
melatih pewawancara tentang prosedur wawancara yang baik.pelatihan ini terdiri
atas belajar bagaimana memberikan instruksi selama wawancara, menjaga
kerahasiaan tentang wawancara (tetapi memang kurang melindungai anonimitas),
menanyakan pertanyaannya tepat seperti pedoman wawancara, menyelesaikan
wawancara dalam waktu yang dialokasikan, bersikap sopan, dan tidak menyisipkan
pendapat pribadi ke dalam wawancara. Jika lebih dari satu pewawancara

101
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
digunakan, peneliti melatih semua individu untuk menggunakan prosedur yang
sama sehingga mode pengadministrasiannya tidak mengintroduksikan bias ke
dalam penelitian. Dengan bentuk pengumpulan data wawancara satu-lawan-satu
mampu menghasilkan tingkat respons yang tinggi karena peneliti menjadwalkan
wawancara sebelumnya dan partisipan sampel biasanya merasa diwajibkan untuk
menyelesaikan wawancaranya. Kemudian, menurut Emzir (2014:40) wawancara
satu-lawan-satu atau disebut dengan wawancara personal biasanya memiliki tingkat
respons yang lebih tinggi dan melengkapi fleksibilitas yang lebih besar.
Tipe pengumpulan data penelitian survei berikutnya, yaitu Focus Group
Interviews yang mana peneliti menemukan atau mengembangkan instrument survei,
mengadakan pertemuan dengan sekelompok kecil orang (biasanya empat sampai
enam orang) yang dapat menjawab pertanyaan, dan mencatat komentar mereka
pada instrument. Salah satu kelemahan wawancara kelompok terfokus yaitu karena
mengharuskan peneliti untuk menemukan konsensus tentang berbagai
pertanyaannya sehingga skor dapat ditandai bagi seluruh dalam kelompok. Selain
itu, beberapa individu mungkin mendominasi percakapannya, yang menghasilkan
respons-respons yang tidak merefleksikan konsensus kelompok.
Tipe pengumpulan data penelitian survei yang terakhir yaitu Wawancara
Telepon yang mana peneliti merekam beberapa komentar partisipan terhadap
beberapa pertanyaan pada instrumen melalui telepon (Creswell, 2015:771). Tugas
peneliti mengembangkan atau menemukan suatu instrumen, memperoleh nomor
telepon para partisipan dalam sampel, melakukan panggilan telepon, dan meminta
partisipan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada instrumen. Wawancara
telepon memungkinkan peneliti untuk mengakses dengan mudah para interview
yang tersebar secara geografis. Kemudian menurut Emzir (2014:40) wawancara
telepon atau survei telepon biasanya memiliki tingkat respons yang lebih tinggi dan
melengkapi fleksibilitas yang lebih besar serta metode pilihan untuk kebanyakan
survey singkat. Akan tetapi, dalam wawancara telepon, peneliti tidak dapat melihat
komunikasi nonverbal apapun di pihak partisipan, dan orang sering kali tidak
menyukai kontak telepon akibat pengalaman pribadi sebelumnya dengan telepon

102
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dari perusahaan survei yang meminta informasi. Berikut, contoh pedoman
wawancara telepon.
Jadwal Wawancara Terstruktur A
Lembar Kode Pewawancara
Informasi Pra-Wawancara
Identitas Pewawancara (1-2)
Nomor Kode Institusi (3-5)
Tanggal Wawancara (6-10)
Kode Disiplin (Carnegia) untuk Interviewee (11-12)
Jenis Kelamin Interviewee (1) Perempuan (2) Laki-laki (13)
[Catatan bagi Pewawancara: Beri tanda # pada tape counter Anda untuk kutipan yang secara potensial menarik]
Informasi Wawancara
Pengantar Pewawancara
Kami menghargai kesediaan Anda untuk diwawancarai hari ini. Seperti kami katakana
sebelumnya, maksud proyek kami adalah untuk mewawancarai para ketua jurusan (atau yang
setara) yang dianggap luar biasa dalam membantu para dosen di kampus college dan universitas
untuk mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan professional
para dosen di unit mereka. Proyek ini disponsori oleh Lily Endowment and TIAA-CREF, dan
informasinya akan digunakan dalam penyiapan handbook praktis.
Wawancara berlangsung selama 30 menit samapi 40 menit. Dalam komunikasi kita
sebelumnya, kami telah menjelaskan sifat-sifat pertanyaan wawancara kami. Apakah sekarang
sudah bisa mulai masuk ke pertanyaan-pertanyaan itu? (Berhenti untuk menunggu respons)
4. Bagaimana cara Anda terseleksi? (25)
(1) Pencarian nasional .
(2) Penunjukan administratif .
(3) Dipilih oleh dosen .
(4) Lain-lain .
5. Saya mohon kesediaan Anda untuk memberikan beberapa informasi tentang penunjukan Anda
Apakah Anda memilih masa jabatantertentu dalam tahun kalender? (Probe: ditunjuk kembali?)
(1) Ya, # tahun
(2) Tidak .
(3) Tidak pasti . (26-27)
Bila ya, apakah masa jabatannya tipikal di kampus Anda?
(1) Ya, .
(2) Tidak .
(3) Tidak pasti . (28)
Apakah Anda menjabat karena keinginan dosen di unit atau administrator Anda?
(1) Dosen, .
(2) Administrator .
(3) Kombinasi tertentu antara keduanya . (29)
6. Berapa Anda berharap untuk tetap berada di posisi Anda Sekarang?
(1) Tidak tahu .
(2) Jumlah tahun .
(3) Terserah dekan saya .
(4) Selama saya mau .
(5) Terserah fakultas . (30)

Gambar 8. Contoh Pedoman Wawancara Telepon (Creswell, 2015:798)

103
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa tugas peneliti dalam menyusun
pedoman wawancara harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya: (1) kalimat
pengantar untuk membantu membangun rapport dan mengarahkan wawancaranya
(misalnya, banyaknya waktu yang dibutuhkan); (2) kotak-kotak yang ditandai
dengan jelas dengan instruksi untuk masing-masing pertanyaan dalam wawancara
sehingga setiap pewawancara pada tim penelitian akan menanyakan pertanyaan
yang sama; (3) opsi respons tertutup untuk masing-masing pertanyaan, dengan
ruang kosong di antara pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan pewawancara
untuk menulis komentar tambahan; dan (4) nomor di antara tanda kurung untuk
menunjukkan nomor kolom untuk mengode respons ke dalam tabel data untuk fail
komputer untuk keperluan analisis data.
6. Pengambilan Sampel dari Populasi dalam Penelitian Survei
Dalam penelitian biasanya menyeleksi dan meneliti sampel dari populasi dan
menggeneralisasikan hasil dari sampel tersebut ke populasinya. Langkah pertama
dalam pengambilan sampel, kita perlu mendefinisikan tiga istilah, yaitu populasi,
populasi target atau sampling frame, dan sampel. Berikut gambar tentang ketiga
istilah dalam dalam proses pengambilan sampel dalam penelitian survei tersebut.

Populasi
adalah kelompok individu yang memiliki cirri khusus yang
membedakan mereka dengan kelompok lain

Populasi Target atau Sampling Frame adalah daftar aktual


unit sampling dari mana sampel diseleksi

Sampel adalah kelompok partisipan dalam


penelitian yang diseleksi dari populasi target dari
mana peneliti menggeneralisasikannya ke populasi
target secara keseluruhan
Gambar 9. Perbedaan antara Populasi,

Populasi Target (Sampling Frame), dan Sampel (Creswell, 2015:765)

104
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Dari gambar 2 di atas dapat diinformasikan bahwa tingkat paling luas adalah
populasi, di mana sekelompok individu memiliki cirri khusus yang membedakan
mereka dengan kelompok-kelompok lain. Sebagai contoh, kita mungkin memiliki
populasi yang terdiri atas para guru SMA, individu-individu yang semuanya
mengajar di SMA, atau konselor sekolah, individu-individu yang menduduki posisi
konselor di semua tingkat sekolah pendidikan. Dalam tingkat yang lebih spesifik,
peneliti tidak selalu meneliti seluruh populasi karena mereka tidak dapat
mengidentifikasi individu-individunya atau karena mereka tidak bisa mendapatkan
daftar namanya (daftar digunakan jika mengirimkan kuesioner melalui pos). Dalam
istilah praktis, peneliti meneliti suatu target population (populasi target atau sampling
frame). Daftar ini merupakan daftar atau catatan individu dalam populasi yang dapat
diperoleh seorang peneliti. Sebagai contoh, peneliti mungkin memperoleh daftar
seluruh guru SMA di suatu distrik sekolah. Daftar tersebut merupakan populasi
target atau sampling frame. Dari populasi target, peneliti memilih suatu sampel. Di
tingkat paling spesifik, peneliti memilih suatu sampel dari populasi target.
Bentuk sampling yang taat asa adalah menggunakan sampling random
dengan menerapkan prosedur seperti menggunakan tabel nomor random. Dalam
proses ini, peneliti menyeleksi suatu sampel yang mewakili populasi sehingga klaim
atau kesimpulan dapat ditarik dari sampel ke populasi. dalam penelitian survei,
penting untuk menyeleksi sampel sebesar mungkin agar sampel tersebut akan
memperlihatkan ciri-ciri khusus yang serupa dengan populasi target.
Kemudian, bisa juga terjadi kemungkinan dalam penelitian survei untuk
meneliti populasi secara keseluruhan karena populasinya kecil atau yang disebut
dengan census study (sensus) yang memungkinkan kesimpulan ditarik ke seluruh
bagian populasi. Dengan demikian, sampling random, pengujian hipotesis, dan
penggunaan statistik inferensial tidak diperlukan. Untuk tipe penelitian ini, peneliti
survei sekadar melaporkan statistik deskriptif tentang populasi secara keseluruhan.

105
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
7. Langkah-langkah dalam Melaksanakan Penelitian Survei
Creswell (2015:801-805) mengemukan ada bebrerapa langkah dalam
melaksanakan penelitian survey, di antaranya:
a. Memutuskan apakah survei adalah rancangan terbaik untuk digunakan
Perlu diketahui penelitian survei membantu mendeskripsikan tren dalam
populasi atau mendeskripsikan hubungan di antara variabel atau
membandingkan kelompok. Dalam arti penelitian survei cocok untuk mengakses
tern atau ciri-ciri khusus populasi; atau mengidentifikasi kebutuhan suatu
masyarakat sehingga dapat mengadministrasikannya dalam waktu singkat
dengan sifat yang ekonomis dan menjangakau populasi yang tersebar secara
geografis dengan memina tanggapan partisipan secara anonim.
b. Mengidentifikasi Pertanyaan atau Hipotesis Penelitian
Penelitian survei cocok untuk menguji hipotesis karena Anda akan
meneliti sampel untuk menarik kesimpulan tentang populasi. Bentuk pertanyaan
atau hipotesisnya dapat berupa:
1) Mendeskripsikan ciri khusus atau tren populasi orang, misalnya frekuensi
pemakaian tembakau di kalangan siswa SMA laki-laki.
2) Membandingkan kelompok dalam kaitannya dengan atribut tertentu, seperti
perbandingan guru dan administrator tentang sikap terhadap masa “in-
service learning”.
3) Membandingkan dua variabel atau lebih, seperyi survei guru untuk
menghubungkan “kejenuhan” ddengan jumlah tahun mengajar.
c. Mengidentifikasi Populasi, Sampling Frame, dan Sampel
Dalam penelitian survei, dalam menetapkan sampel dimulai dengan
mengidentifikasi populasi. Langkah ini membutuhkan pendefenisian populasi,
penentuan jumlah orang yang ada di dalamnya, dan pengasesan daftar nama
(sampling frame) yang bisa didapatkan untuk sampelnya. Selain itu, populasinya
mungkin perlu distratifikasi sebelum proses sampling dan dengan demikian ciri-
ciri khusus terpilih populasinya (misalnya, laki-laki dan perempuan) terwakili
dalam sampel. Kemudian, setelah menetapkan populasi target (sampling frame)

106
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
barulah kita memilih sampel yang lebih baik dengan menggunakan prosedur
sampling random.
d. Menentukan Rancangan Survei dan Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti harus menetapkan apakah penelitian surveinya dalam bentuk
cross-sectional atau longitudinal. Keputusan ini berkaitan dengan sifat masalah
yang diteliti, akses ke partisipan, dan waktu yang tersedia bagi peneliti untuk
mengumpulkan data. Misalnya, mempelajari tentang perkembangan longitudinal
keterampilan sosial remaja di sekolah mengharuskan untuk mengikuti remaja
dari waktu ke waktu dan menggunakan waktu ekstensif untuk mengumpulkan
data.
e. Mengembangkan atau Menemukan Instrumen
Sebenarnya lebih mudah untuk menemukan instrumen daripada
mengembangkannya. Standar validitas dan reliabilitas konstrak perlu diterapkan
pada skor-skor dari instrumen yang sudah ada sebelum Anda memilih untuk
digunakan. Pemeriksaan validitas dan reliabilitas skor-skor dari instrumen
tersebut selama analisis data sangat penting.
f. Mengadministrasikan Instrumen
Dalam mengadministrasikan instrumen membutuhkan waktu yang paling
lama dalam penelitian survei. Hal ini melibatkan dan mendapatkan izin untuk
melaksanakan penelitian dan menggunakan prosedur untuk mengumpulkan
data, seperti melatih pewawancara atau menyiapkan kuesioner untuk diposkan.
Hal ini membutuhkan tidak lanjut terus-menerus untuk mencapai tingkat respons
yang tinggi, memeriksa bias respons jika menggunakan kuesioner, dan
menyiapkan data untuk analisis dengan mengode informasi dari instrumen ke
dalam fail komputer.
g. Menganalisis Data untuk Menjawab Pertanyaan atau Hipotesis Penelitian
Prosedur analisis data akan merefleksikan tipe pertanyaan atau hipotesis
penelitian yang direncanakan untuk dijawab oleh peneliti dalam penelitiannya.
Analisis terdiri atas mencatat tingkat respons, memeriksa bias respons,
melaksanakan analisis deskriptif terhadap seluruh item-nya, dan setelah itu

107
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menjawab pertanyaan deskriptif. Hal ini mungkin juga melibatkan pengujian
hipotesis atau pertanyaan penelitian dengan menggunakan statistik inferensial.
h. Menulis Laporan
Dalam menulis laporan penelitian survei, seharusnya menggunakan struktur
kuantitatif standar yang terdiri atas kata pengantar, tinjauan kepustakaan,
metode, hasil, dan diskusi. Kemudian sebutkan dibagian “metode” penelitian,
informasi terperinci tentang prosedur survei. Masukkan juga di bagian
“diskusi/pembahasan” komentar tentang daya generalisasi hasil ke populasi.

8. Contoh Hasil Penelitian Survei


Penelitian survei dapat kita contohkan dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Richard L. Dodson dengan judul penelitian “Kentucky Principal Perceptions of
the State’s N ew Teacher Evaluation System: A Survey Analysis”. Penelitian ini
meneliti bagaimana persepsi publik kepala sekolah di Kentucky tentang sistem
evaluasi guru baru mereka dan ujian kemahiran mereka dan lulus dalam rangka
untuk mengevaluasi staf mereka. Sebuah survei online terbanyak adalah dengan
308 dari sekitar 1.100 kepala sekolah di Kentucky menjawab, menghasilkan tingkat
tanggapan 28%. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar kepala sekolah
Kentucky tidak senang dengan sistem evaluasi guru yang barudan tes profidenty
yangharus mereka ambil.
Tanggapan disarankan bahwa rata-rata tiga perubahan mereka akan
membuat ke sistem evaluasi atau tes profidenty; dan hasilnya komentar positif yang
langka. Target perbaikan mencakup sistem perangkat lunak yang digunakan untuk
memasukkan evaluasi guru, tujuan pertumbuhan evaluasi mahasiswa dan bagian
suara mahasiswa, serta lebih banyak pelatihan dari negara tentang cara
menggunakan instrumen evaluasi baru. Mayoritas prindpals mungkin meninggalkan
pekerjaan mereka dari awal yang direncanakan karena harus melaksanakan
instrumen evaluasi baru; paling mungkin juga pergi lebih awal dari yang
direncanakan karena peningkatan jumlah evaluasi guru mereka harus melakukan
sebagai darisistem atau karena peningkatan penekanan pada nilai tes evaluasi
guru. Sebagian responden, bagaimanapun, setuju bahwa menggunakan sistem

108
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
evaluasi yang baru telah meningkatkan program pengajaran sekolah mereka dan
bahwa instrumen baru adalah lebih baik untuk instrumen evaluasi guru lama
mereka. Sebagian besar responden nerasa tidak siap untuk melaksanakan sistem
evaluasi baru.

C. Penelitian Korelasional Analisis Jalur (Path Analysis)


1. Hakikat Penelitian Korelasional Analisis Jalur
Creswell (2015:697) mengemukakan bahwa penelitian korelasional analisis
jalur atau path analysis merupakan penelitian korelasional yang menggunakan suatu
prosedur statistik untuk melihat kemungkinan hubungan kausal di antara tiga
variabel atau lebih yang memengaruhi suatu hasil. Dengan analisis korelasional
analisis jalur, kita dapat menentukan faktor apa yang memiliki pengaruh langsung
pada hasil dan faktor apa yang mana yang dimediasi oleh variabel. Prosedur dalam
analisis jalur dimulai dengan menetapkan suatu teori, mengukur vartiabelnya,
mencari korelasi di antara variabel, dan setelah itu mengurangi daftar variabelnya
sehingga jumlahnya lebih sedikit berdasarkan korelasi mereka dan bagaimana
mereka mengklaster menjadi satu.
Gay, Mills, dan Airasian (2012:215) juga menjelaskan bahwa path analysis
atau analisis jalur sebagai berikut.
Path analysis also allows us to see the relations and patterns among a number of variable.
the outcome of a path analysis is a diagram that shows how variables are related to one
another. ... An extension of path analysis that is more sophisticated and powerful is called
structural equation modeling, or LISREL, after the computer program used to perform the
analysis.
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa analisis jalur sebagai
penelitian korelasional yang memungkinkan kita untuk melihat hubungan dan pola di
antara sejumlah variabel. Hasil dari analisis jalur adalah diagram yang menunjukkan
bagaimana variabel terkait satu sama lain. Perpanjangan analisis jalur yang lebih
canggih dan kuat disebut pemodelan persamaan struktural, atau LISREL, setelah
program komputer yang digunakan untuk melakukan analisis.
Kemudian, menurut Emzir (2014:50) penelitian korelasional rancangan
analisis jalur (path analysis design) merupakan penelitian korelasional yang

109
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
berfungsi untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu
variabel dengan variabel lainnya sehingga mampu membuat penyataan-pernyataan
tentang sebab dan akibat. Sukardi (2003:53) juga menjelaskan path analysis
merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan sebab
akibat yang inheren antar variabel yang disusun berdasarkan urutan temporer
dengan menggunakan koefesien jalur sebagai besaran nilai dalam menentukan
besarnya pengaruh variabel independen exogenous terhadap variabel dependen
endogenous.
Kadir (2015:239) juga menjelaskan analisis jalur (path analysis) merupakan
teknik analisis statistika yang digunakan untuk menguji hubungan kausal antara
variabel bebas dan variabel tak bebas. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa
esensi dari analisis jalur didasarkan pada sistem persamaan linear. Analisis jalur
berbeda dengan analisis regresi, di mana analisis jalur memungkinkan pengujian
dengan menggunakan variabel mediating/intervening. Sistem hubungan kausal atau
sebab akibat menyangkut dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independent)
yang diberi simbol X1, X2, …., Xk dan variabel tak bebas (dependent) yang diberi
simbol Y1, Y2, …., Yi. Kemudian, dalam analisis jalur dapat berupa pengaruh
langsung maupun tidak langsung.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
korelasional analisis jalur (path analysis) merupakan jenis penelitian kuantitatif yang
berusaha menguji hubungan sebab akibat (kausal) antara variabel bebas
(independent) dan variabel tak bebas (dependent) sehingga dapat diperoleh
pengaruh secara langsung maupun tidak langsung (mediating/intervening) yang
perhitungannya dibantu dengan analisis statistik.
Pengaruh tidak langsung suatu variabel bebas terhadap variabel tak bebas
adalah pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas melalui variabel lain
yang disebut variabel antara (intervening variabel). Dalam analisis jalur juga dikenal
istilah variabel eksogen dan variabel endogen. Variabel eksogen atau variabel yang
“mempengaruhi” adalah variabel yang variannya diasumsikan terjadi bukan karena
sebab-sebab dalam model. Sedangkan variabel endogen atau variabel yang
“dipengaruhi” adalah variabel yang variasinya terjelaskan oleh variabel eksogen

110
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
ataupun variabel endogen lain dalam model sehingga pusat dalam analisis jalur
adalah pola hubungan sebab akibat.
Analisis jalur terdapat dua pola hubungan yang dapat dungkapkan, yaitu pola
hubungan untuk meramalkan atau menduga variabel respons Y atas nilai-nilai
variabel predikator X1, X2, …., Xk atau pola hubungan yang mempelajari besarnya
pengaruh variabel penyebab X1, X2, …., Xk terhadap sebuah variabel akibat, baik
pengaruh langsung, tak langsung maupun pengaruh total. Dari telaah statistika telah
diketahui bahwa untuk tujuan peramalan/pendugaan variabel Y atas X1, X2, …., Xk
maka pola hubungan dapat dipelajari secara tepat melalui model regresi, sedangkan
untuk tujuan mempelajari pola hubungan sebab akibat maka pisau analisis yang
tepat adalah dengan analisis jalur model struktural.
Penelitian korelasional analisis jalur menggunakan model berbentuk diagram
jalur dalam menggambarkan hubungan kausal atau sebab akibat antara variabel
yang akan diselidiki dan besarnya. Diagram jalur merupakan alat untuk melukiskan
secara grafis struktur hubungan sebab-akibat antar variabel bebas, intervening, dan
variabel terikat. Untuk mempresentasikan hubungan tersebut diagram jalur
menggunakan symbol anak panah berarah-berkepala satu (single-headed arrow)
yang member makna adanya pengaruh langsung variabel eksogen terhadap
variabel endogen. Selain itu, anak panah juga menghubungkan error dengan setiap
variabel endogen dan untuk anak panah berkepala dua (double-headed arrow)
merepresentasikan hubungan antara dua variabel. Selanjutnya, setiap variabel
eksogen dan endogen yang akan dianalisis dalam model simbolkan dalam bnetuk
“kotak” sedangkan variabel lain yang tidak dianalisis dalam model atau error (e)
digambarkan berbentuk lingkaran (Kadir, 2015:242).
Sedangkan untuk memperoleh besarnya pengaruh langsung variabel
eksogen terhadap variabel endogen dinyatakan dengan koefisien jalur. Notasi atau
simbol dari koefisien jalur dituliskan sebagai pijdi mana i menyatakan akibat
(endogen) dan j menyatakan sebab (eksogen). Sebagai contoh, notasi p21 dimaknai
sebagai pengaruh langsung variabel X1terhadap variabel X2 , begitu pula notasi py2
berarti pengaruh langsung variabel X2 terhadap Y. Berikut beberapa model diagram
jalur disertai persamaan strukturalnya.

111
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1. Model diagram jalur sederhana dengan 3 variabel (X1, X2, dan Y)

Persamaan struktural untuk diagram di atas, sebagai berikut.


X2 = p21X1 + ε
Y = py1X1 + py2X2+ ε
2. Model diagram jalur dengan 4 variabel (X1, X2,X3 dan Y)

Persamaan struktural untuk diagram di atas, sebagai berikut.


X2 = p21X1 + ε
X3 = p31X1 + p32X2+ ε2
Y= py1X1 + py2X2+ py3X3 + ε3
3. Model lain dari diagram jalur dengan 4 variabel (X1, X2,X3 dan Y)

112
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Persamaan struktural untuk diagram di atas, sebagai berikut.
X3 = p31X1 + p32X2+ ε1
Y= py1X1 + py2X2+ py3X3 + ε2
4. Model diagram jalur melibatkan 6 variabel (X1, X2,X3, X4, X5 dan Y)

Persamaan struktural untuk diagram di atas, sebagai berikut.


X5 = p51X1 + p52X2+ p53X3 + p54X4 + ε1
Y= py1X1 + py2X2+ py3X3 + py4X4 + py5X5 + ε3
Dari beberapa model variabel di atas, diagram jalur di atas, terlihat bahwa
untuk variabel yang sama dapat dibentuk lebih dari satu model diagram jalur,
misalnya (X1, X2,X3 dan Y) dapat membentuk dua model, yaitu model (2) dan model
(3). Model mana yang akan dipilih selalu didasarkan pada kerangka teori yang
dibangun peneliti.

2. Kapan Anda Menggunakan Penelitian Korelasional Analisis Jalur


Penelitian korelasional analisis jalur digunakan saat kita akan
menghubungkan dua variabel atau lebih yang hubungannya bersifat kausal atau
sebab akibat yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung Creswell
(2015:666). Rancangan ini memungkinkan Anda untuk memprediksi suatu hasil,
misalnya prediksi bahwa kemampuan, kualitas sekolah, motivasi siswa, dan tugas
akademis memengaruhi prestasi siswa. Kemudian, rancangan ini bisa dilakukan jika
Anda mengetahui dan dapat menerapkan pengetahuan statistik yang didasarkan
pada perhitungan uji statistik korelasi analisis jalur.

113
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Prosedur Dasar Penelitian Korelasional Analisis Jalur
Emzir (2014:41-43) mengemukakan bahwa pada dasarnya penelitian
korelasional dapat mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Pemilihan Masalah
Permasalahan dalam penelitian korelasional harus mampu didukung oleh teori
dan pengalaman karena peneliti bertugas melihat kemungkinan ada tidaknya
hubungan antar variabel sehingga mampu menguji hipotesis dari hubungan yang
diharapkan secara ilmiah. Kemudian, variabel yang dilibatkan harus diseleksi
berdasarkan penalaran deduktif dan penalaran induktif.
b. Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel penelitian korelasional minimal berjumlah 30 subjek dan biasanya
menggunakan metode sampling yang dapat diterima. Kemudian, instrumen yang
baik harus dipilih berdasarkan pengembangan pengukuran yang valid dan
reliable terhadap variabel yang akan diteliti. Jika variabel yang tidak memadai
dikumpulkan, koefisien korelasi yang dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat
korelasi yang tidak akurat. Apabila pengukuran yang digunakan tidak secara
nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan
mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Instrumen penelitian yang biasa
digunakan yaitu tes dan kuesioner karena mampu menghasilkan data statistik.
c. Desain dan Prosedur
Dalam disain korelasional sebenarnya tidaklah rumit ketika kita sudah
memahami bahwa dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel
yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan
selanjutnya dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan
tingkatan/derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Kemudian, dalam
mengaitkan hubungan antar varoabel, kita perlu menetapkan desain penelitian
korelasi yang tepat.
d. Analisis Data dan Interpretasi
Data yang sudah diakumulasikan dikorelasikan di antara kedua variabel (antara
variabel independent dan dependent) sehingga hasilnya adalah koefisien
korelasi. Koefisien korelasi angka desimel, antara 0,00 dan + 1,00, atau -0,00

114
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dan -1,00, yang mengindikasikan dengan hubungan dua variabel. Jika koefisien
mendekati + 1,00; kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif.
Sedangkan koefisien yang mendekatati -1,00 kedua variabel tersebut memiliki
hubungan yang negatif.
Kemudian untuk interpretasi suatu koefisien korelasi bergantung pada
bagaimana ia akan gunakan. Dalam studi prediksi, signifikansi statistik
merupakan nilai kedua dari koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat.
Signifikansi statistik mengacu pada apakah koefisien yang diperoleh berbeda
secara nyata dari zero (0) dan mencerminkan suatu hubungan yang benar,
bukan suatu kemungkinan hubungan; keputusan berdasatkan signifikansi
statistik dibuat pada suatu level kemungkinan (probability) yang diberikan.

4. Teknik Analisis Data Penelitian Korelasional Analisis Jalur


Langkah-langkah dalam menganalisis data hasil penelitian analisis jalur
secara manual sebagai berikut:
a. Memasukkan data ke dalam tabulasi berdasarkan variabelnya;
b. Meneliti membangun kerangka teoretis sehingga menghasilkan model
hipotetik;
c. Menentukan matrik korelasi;
d. Menentukan koefisien jalur;
e. Uji signifikansi kefisien jalur; dan
f. Menetapkan hasil pengujian hipotesis.
Kemudian, langkah-langkah dalam menganalisis data hasil penelitian analisis
jalur menggunakan SPSS (Kadir, 2015:261-269) sebagai berikut:
a. Masukkan data ke dalam data view dan nama variabel ke dalam variabel
view serta memastikan bahwa kolom mewakili variabel dan baris mewakili
responden.
b. Selanjutnya klik analyze, lalu pilih regressiondan linear;
c. Masukkan X2 ke kotak dependent i dan X1 ke dalam kotak Independent (s),
pilih Backward di kotak method untuk memproses struktur 1 berikut. X2 import
ke dependent dan X1 import ke independen.

115
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
d. Pilih statistics, lalu klik Model fit, Rsquared change, Deskriptives, dan
Estimates, kemudian continue,OK.
e. Akan muncul Output SPSS dan interpretasi untuk struktur 1.
f. Dilanjutkan lagi dengan memproses struktur 2 yaitu X3 import ke dependent
dan X1 dan X2 import ke independent. Pilih statistics lalu continue, ok (maka
akan muncul hasil model summary, ANOVA, Coefficients.
g. Dilanjutkan dengan struktur 3 masukkan Y ke kotak dependent serta X 1 , X2 ,
dan X3 ke dalam kotak independent, isikan backwardpada kotak method.
Kemudian, pilih statistics lalu continue, ok. Maka akan diperoleh Model
Summary, Coefficiens.
h. Menentukan model kausal empiris antara X1, X2, X3 , dan Y.
i. Pengujian Kecocokan Model.

5. Contoh Penelitian Analisis Jalur


Salah satu contoh penelitian analisis jalur dilakukan oleh Doğana dan Çelikb
dengan judul penelitian “Examining the Factors Contributing to Students’ Life
Satisfaction”. Dalam penelitian ini, penulis meneliti hubungan antara kepuasan hidup
siswa, keterlibatan sekolah, dankepercayaan di dalam kelas. Analisis dilakukan
tentang bagaimana kepuasan hidup siswa berbeda menurut perumahan mereka,
jenis sekolah, dan tingkat kelas. Skala kepuasan mahasiswa multidimensi,
keyakinan skala di kelas, dan keterlibatan sekolah, untuk mengumpulkan data dari
sampel 287 SMA siswa. Dalam penelitian ini, koefisien korelasi Pearson, analisis
jalur,T-Test, uji Welch, dan uji T2 Tamhane inidigunakan untuk menganalisis data.
Kebaikan-of-fit indeks mengenai analisis jalur menunjukkan bagaimana variabel
seperti keterlibatan sekolah dan keyakinan di dalam kelas memprediksi kepuasan
hidup siswa, menunjukkan bahwa model diterima. Model cukup dapat menjelaskan
hubungan antara yang diamati dengan variabel tersirat (x2 = 209,69, df = 60, x2 / df
= 3,49, p = 0.00, RMSEA = 0,09, NFI = 0,92, NNFI = 0,93 CFI = 0,94, IFI = 0,94, RFI
=0,90, GFI = 0,88, AGFI = 0,82, dan SRMR = 0,07).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup siswa SMA menurun
dengan meningkatnya tingkat kelas. Ditemukan bahwa siswa yang tinggal di asrama

116
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sekolah memiliki kehidupan yang lebih tinggikepuasan dibandingkan mereka yang
tinggal dengan keluarga mereka. Selain itu, ditemukan bahwa siswa yang belajar di
sekolah tinggi seni rupadan sekolah tinggi olahraga memiliki kepuasan hidup lebih
tinggi daripada mereka yang belajar di sekolah-sekolah tinggi biasa.

117
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB VIII
Penelitian Kausal Komparatif dan Eksperimen

A. Pendahuluan

Dalam penelitian pendidikan setidaknya dikenal dua jenis penelitian, yaitu


penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif dan data yang
dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka,
sedangkan, penelitian kuantitatif adalah analisis statistik dan data yang dikumpulkan
lebih mengambil bentuk yang dapat dihitung (numeric). Pada penelitian kuantitatif
terdapat beberapa jenis penelitian. Penelitian kuantitatif terbagi menjadi penelitian
eksperimen, deskriptif korelasional, evaluasi dan kausal komparatif. Penelitian
korelasional dan kausal komparatif sukar dibedakan karena kedua penelitian ini
mempunyai manipulasi dan hal yang sama mengenai interpretasi hasil. Akan tetapi,
terdapat pula perbedaan antara keduanya. Studi kausal komparatif biasanya melibatkan
dua atau lebih kelompok dan satu variabel bebas.
Penelitian kausal komparatif memiliki kesamaan dengan penelitian korelasi,
merupakan penelitian yang bersifat ex post facto, yaitu penelitian yang variabel-
variabelnya telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam
suatu penelitian. Di lain pihak, penelitian korelasi (correlational research) adalah suatu
penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada
hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada penelitian kausal
komparatif, peneliti mengambil satu atau lebih akibat dan menguji data tersebut dengan
menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab, hubungan, dan maknanya.
Pendekatan dasar kausal komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari
mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya kemudian berusaha
mencari kemungkinan variabel penyebabnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat yang berdasarkan pada
pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari kembali faktor penyebab melalui

118
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
data tertentu. Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian penelitian kausal komparatif
dan eksperimen.

B. Penelitian Kausal Komparatif


1. Pengertian Penelitian Kausal Komparatif
Metode penelitian yang berhubungan dengan penelitian korelasi adalah
penelitian kausal komparatif (hubungan sebab-akibat). Dalam penelitian kausal
komparatif, peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan dari keberadaan
perbedaan dalam perilaku atau status objek yang diteliti (Gay, Mill dan Airasin,
2012:228). Secara mendasar, kausal komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang
diawali dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya,
kemudian berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya. Atau dengan kata
lain dalam penelitian kausal komparatif peneliti berusaha mencermati pertanyaan
penelitian what is the effect of X? Sebagai contoh, dalam kasus pendidikan, apa
yang terjadi bila mahasiswa baru (semester satu tahun pertama) belajar TOEFL,
tanpa melalui kuliah matrikulasi, sebagaimana mahasiswa tersebut berbagai latar
belakang pendidikan anatara lain SMA, SMK, MAN, dan lainya?
Menurut Kerlinger di dalam Emzir (2012:119) penelitian kausal komperatif
yang disebut juga penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang
sistematis tempat ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung
karena eksistensi dari varibel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut
pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.

2. Tujuan Penelitian Kausal Komparatif


Adapun tujuan penelitian kausal komparatif adalah untuk melihat perbedaan
dua atau lebih situasi, peristiwa, kegiatan, atau program yang sejenis atau hampir
sama yang melibatkan semua unsur atau komponennya. Peneliti menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan
terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi
penyebab melalui data tertentu.

119
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Prosedur Penelitian Kausal Komparatif
Ada lima tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian kausal
komparatif antara lain: (a) penentuan masalah penelitian; (b) penentuan kelompok
yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti; (c) pemilihan kelompok pembanding;
(d) pengumpulan data; dan (e) analisis data.
Dalam perumusan masalah penelitian atau pertanyaan penelitian, kita
berspekulasi tentang penyebab fenomena berdasakan penelitian sebelumnya, teori,
atau pengamatan. Sebagi contoh: “Siswa yang sudah menggunakan komputer di
rumah sebelum mengikuti pelajaran di kelas 1 SD akan memiliki skor prestasi
belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak memiliki komputer di rumah.”
Penentuan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti, misalnya
siswa yang sudah dapat menggunakan komputer sebelum masuk SD, karena di
rumahnya ada komputer, dapat dilakukan dengan melihat kelompok homogen yang
paling kecil yang memiliki variabel kritis tersebut.
Pemilihan kelompok pembanding, dengan mempertimbangkan karakteristik
atau pengalaman yang membedakan kelompok harus jelas dan didefinisikan secara
operasional (Setiap kelompok mewakili populasi yang berbeda). Mengontrol variabel
ekstra untuk membantu menjamin kesamaan kedua kelompok. Hal ini dapat
dilakukan dengan: (a) pemadanan pasangan yang adil pada anggota dari kedua
kelompok; (b) membandingkan sub-sub kelompok yang sama (misalnya, tinggi,
menegah, dan rendah). Analisis faktor memungkinkan perbandingan statistik dari
variabel bebas dan variabel kontrol secara bersama-sama dalam kombinasi; (c)
menyamakan kedua kelompok secara statistik dengan co-varying variabel
penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian
yang memenuhi persyaratan validasi dan reliabilitas. Analisis data dimulai dengan
analisis statistik deskriptif menghitung rata-rata dan simpangan baku. Selanjutnya
dilakukan analisis yang lebih mendalam dengan statistik inferesial. Hal ini dapat
digunakan beberapa analisis anatara lain: (a) menggunakan t-test untuk melihat
perbedaan rata-rata untuk kedua kelompok. (b) menggunakan ANAVA untuk melihat
perbedaan rata-rata untuk tiga kelompok atau lebih. (c) menggunakan square test

120
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
atau chi-kuadrat untuk membandingkan frekuensi kelompok (jika peristiwa muncul
lebih sering dalam satu kelompok).
Penelitian kausal komparatif mengindentifikasi hubungan yang mungkin
mengarah pada studi eksperimen. Hubungan sebab-akibat yang ditetapkan melalui
penelitian kausal komparatif sangat sedikit dan tentatif. Untuk melihat hubungan
sebab-akibat sebenarnya hanya ada satu cara, yaitu dengan melakukan penelitian
eksperimen. Penelitian kausal komparatif sering dilakukan karena alasan-alasan
berikut: (a) data mungkin sudah ada atau sudah ada terjadi, (b) peneliti kausal
komparatif memungkinkan penyelidikan variabel yang tidak dapat atau tidak boleh
diteliti secara eksperimental. (c) penelitian kausal komparatif melengkapi petunjuk
awal untuk studi eksperimental. (d) Penelitian kusal komparatif lebih murah daripada
penelitian eksperimental.

4. Desain Penelitian Kausal Komparatif


Desain dasar penelitian kausal komparatif melibatkan pemilihan dua
kelompok yang berbeda pada beberapa variabel bebas dan membandingkan
variabel terikat yang mengindikasikan peneliti memilih dua kelompok subjek, tanpa
mengacu pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara ketat, walaupun
mungkin mengacu lebih akurat sebagai kelompok-kelompok perbandingan. Kedua
kelompok mungkin berbeda, satu kelompok memiliki karakteristik yang tidak dimiliki
oleh kelompok lain atau kelompok yang memiliki pengalaman yang tidak dimiliki oleh
kelompok lain (kasus A) atau kedua kelompok mungkin berbeda dalam tingkatan,
satu kelompok memiliki lebih dari satu karakteristik daripada kelompok lain atau
kedua kelompok mungkin memiliki perbedaan jenis pengalaman (Kasus B). Sebagai
contoh kasus A, dua kelompok, satu kelompok di antanya terdiri atas anak-anak
hiperaktif, atau dua kelompok, satu kelompok di antaranya menerima palatihan
prasekolah. Pada contoh kasus B, dua kelompok, satu kelompok terdiri atas individu
dengan konsep diri tinggi dan kelompok yang lainya terdiri atas individu dengan
kosep diri rendah atau dua kelompok, satu kelompok memperoleh pelajaran
matematika melalui pengajaran terprogram dan kelompok yang lain memperoleh
pelajaran matematika melalui pengajaran dengan bantuan komputer. Dalam kedua

121
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
kasus, kedua kelompok dibandingkan pada beberapa variabel terikat atau
mengumpulkan data yang telah tersedia, seperti sebagai hasil tes baku yang telah
dilakukan oleh sekolah.
Pemilihan dan penentuan kelompok pembanding adalah bagian yang sangat
penting dari prosedur kausal komparatif. Karakteristik atau pengalaman yang
berbeda dari kedua kelompok harus didefinisikan secara jelas dan operasional,
sebagaimana setiap kelompok mewakili suatu populasi yang berbeda. Cara
bagaimana kedua kelompok didefinisikan akan memengaruhi generalisasi hasil
penelitian. Jika seorang peneliti membandingkan antara satu kelompok siswa yang
kehidupan rumahnya tidak stabil dengan satu kelompok siswa yang kehidupan
rumahnya stabil, istilah kehidupan rumah yang tidak stabil harus mengacu pada
jumlah sesuatu, seperti sebagai suatu rumah dengan seseorang ibu yang pemabuk
(peminum), atau seseorang bapak yang brutal, atau kombinasi dari berbagai faktor.
Jika sampel dipilih dari populasi yang telah didefinisikan, pemilihan secara acak
umumnya metode pemilihan yang disukai. Pertimbangan yang penting dalam
pemilihan sampel adalah perwakilan dari setiap populasi dan sama mengenai
variabel kritis yang lain dari variabel bebas. Sebagaimana dengan studi eksperimen,
tujuanya adalah memiliki kelompok yang sedapat mungkin sama pada semua
variabel yang relevan, kecuali variabel bebas. Untuk menentukan kesamaan dari
kelompok-kelompok, informasi pada sejumlah latar belakang dan keadaan variabel
yang sedang berlaku dapat dikumpulkan. Untuk meningkatkan kesamaan, atau
untuk memperbaiki ketidaksamaan yang teridentifikasi, terdapat sejumlah prosedur
kontrol bagi peneliti.

5. Prosedur Kontrol
a. Pemadanan ( Macthing)
Pemadanan merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam
penelitian eksperimen. Peneliti telah mengidentifikasikan suatu variabel yang
dipercaya akan berhubungan dengan performansi pada variabel terikat, maka
dapat mengontrol variabel tersebut dengan cara pemadanan pasangan dari
subjek. Kemudian, untuk setiap subjek dalam satu kelompok, peneliti harus

122
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menemukan satu subjek dalam kelompok kedua dengan skor yang sama pada
variabel control. Masalah utama dengan cara pemadanan pasangan adalah
bahwa ada subjek yang tetap/tidak berubah yang tidak memiliki pasangan dan
harus dieliminasi dari penelitian. Masalah akan menjadi lebih serius bila peneliti
berusaha terus memadankan pada dua atau lebih variabel.

b. Perbandingan kelompok Homegen atau Subkelompok


Perbandingan kelompok homegen atau subkelompok merupakan teknik
membandingkan kelompok yang homogen yang ada di dalam variabel. Sebagai
contoh, jika IQ antara 85 dan 115 (IQ rata-rata), tentu saja prosedur ini juga lebih
menurunkan jumlah subjek dalam penelitian di samping menghambat
penggeneralisasian temuan.
Tujuan utama dari perbandingan kelompok homegen adalah membentuk
subkelompok di dalam setiap kelompok yang mewakili semua tingkatan dari
variabel kontrol. Sebagai contoh, setiap kelompok dapat dipecah ke dalam
subkelompok IQ, tinggi (di atas 116), rata-rata (85 sampai 115), dan rendah (84
ke bawah). Subkelompok perbandingan dalam setiap kelompok dapat
dibandingkan, sebagai contoh IQ tinggi dan IQ tinggi. Untuk menambah
pengontrolan terhadap variabel, teknik ini telah mengalami kemajuan yang
memungkinkan peneliti melihat jika variabel bebas memengaruhi variabel terikat
secara berbeda pada tingkatan yang berbeda dari variabel kontrol.

c. Analisis Kovarian (Analysis of Covariance)


Analisis kovarian adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menyesuaikan perbedaan-perbedaan kelompok yang dari awal terhadap variabel
yang digunakan dalam studi kausal komparatif dan studi eksperimen. Pada
dasarnya, analisis kovarian mengatur skor pada suatu variabel terikat untuk
perbedaan awal pada variabel lain (dugaan bahwa performansi pada variabel
lain berhubungan dengan performansi pada variabel terikat). Sebagai contoh,
dalam penelitian perbandingan efektivitas dua metode pembelajaran, misalnya
metode pengajaran X dan Y pada kelas 5 SD untuk menyelesaikan masalah

123
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
matematika. Kemudian, peneliti memberikan tes kedua kelompok tersebut
setelah metode pengajaran X dan Y diterapkan. Dari hasil yang didapat,
kelompok yang diaplikasikan metode Y, dengan skor lebih tinggi daripada
kelompok yang diapliksikan metode X. perbedaan ini menyarankan bahwa
kelompok Metode Y akan lebih unggul daripada kelompok Metode X pada akhir
studi karena subjek kelompok mulai lebih tinggi kemampuan matematikanya
daripada kelompok yang lainya. Analisis kovarian penerapan skor dari metode Y,
dikeluarkan yang pada awalnya berhasil sehingga diakhir studi hasilya dapat
dibandingkan dengan jelas, seolah-olah kedua kelompok tersebut mulai sama.

d. Analisis dan Interpretasi Data


Analisis data penelitian kausal komparatif melibatkan suatu variasi statistik
deskriptif dan inferensial. Semua statistik yang dapat digunakan dalam penelitian
eksperimen dapat digunakan dalam penelitian kausal komperatif. Statistik yang
paling umum digunakan adalah rata-rata (mean).
Statistik inferesial yang paling umum digunakan adalah uji t yang
digunakan untuk melihat apakah terdapat suatu perbedaan yang signifikan
antara rata-rata dari dua kelompok, analisis varian (ANOVA) yang digunakan
untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata dari
tiga kelompok atau lebih. Uji chi-kuadrat yang digunakan untuk membandingkan
frekuensi kelompok, yaitu untuk melihat apakah suatu kejadian sering muncul
dalam satu kelompok daripada kelompok yang lain.
Interpretasi dari temuan dalam suatu penelitian kausal komparatif
memerlukan kehati-hatian yang lebih besar. Kekurangan mengenai randomisasi,
manipulasi, dan kontrol jenis lain dari karakterisrik penelitian eksperimen adalah
kesulitan untuk menetapkan hubungan sebab akibat dengan tingkat kepercayaan
yang sangat besar. Hubungan sebab akibat mungkin dalam kenyataan/fakta
menjadi kebalikan dari suatu yang dihipotesiskan (dikatakan sebab mungkin
akibat atau sebaliknya) atau terdapat faktor ketiga yang merupakan penyebab
“nyata” dari kedua sebab (variabel bebas) dan akibat (variabel terikat). Dalam

124
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
banyak kasus, kausalita terbalik bukanlah alternatif yang layak dan tidak perlu
dipertahkan.
6. Keunggulan dan Kelemahan Penelitian Kausal Komparatif
Beberapa keunggulan dan kelemahan penelitian kausal komparatif.
Keunggulan dan kelemahan penelitian ini sebagai berikut.
Keunggulan Penelitian kausal komparatif
a. Metode kausal komparatif adalah suatu penelitian yang baik untuk
berbagai keadaan jika metode eksperimen tidak dapat digunakan.
1) Apabila tidak memungkinkan untuk memilih, mengontrol, dan
memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan
sebab-akibat secara langsung.
2) Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas
sangat tidak realistis dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal
dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
3) Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak
praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan/
dipertanyakan.
b. Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna
mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam
kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana dan yang sejenis
dengan itu.
c. Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan
kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komparatif itu
lebih dapat dipertanggungjawabkan.
7. Kelemahan Penelitian Kausal Komparatif
a. Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya
kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan yang dapat
dilakukan, peneliti harus mengambil fakta-fakta yang dijumpainya tanpa
kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau memanipulasikan
variabel-variabel yang memengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk
dapat mencapai kesimpulan yang sehat, peneliti harus mempertimbangkan

125
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis bandingan yang
diajukan dimungkinkan memengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti
dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpulannya terhadap alternatif-
alternatif lain itu, dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.
b. Sulit untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang
relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang
sedang diselidiki.
c. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan
kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk
menghasilkan efek yang disaksikan sehingga masalah menjadi sangat
kompleks.
d. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab
ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh suatu sebab pada kejadian tertentu,
oleh lain sebab, dan pada kejadian lain.
e. Apabila hubungan antara dua variabel telah ditemukan, mungkin sulit untuk
menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
f. Kenyataan bahwa dua atau lebih faktor yang saling berhubungan tidaklah
selalu memberi implikasi terhadap adanya hubungan sebab-akibat.
Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut berkaitan
dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.
g. Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya:
golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan pembandingan,
menimbulkan persoalan-persoalan karena kategori-kategori seperti itu
bersifat kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Seringkali penelitian yang
demikian itu tidak menghasilkan penemuan yang berguna.
h. Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek
secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada mempunyai
kesamaan dalam berbagai hal, kecuali pada variabel bebas yang dianggap
sulit.

126
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
C. Penelitian Eksperimen
1. Definisi
Gay, Mill dan Airasin (2012:228) mendefinisikan penelitian eksperimental
merupakan penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis untuk
menciptakan (establish) hubungan sebab akibat (cause-effect). Sementara Creswell
(2012:294) menyatakan penggunaan eksperimen adalah untuk menciptakan
hubungan sebab akibat (cause-effect) antara dua variabel, variabel bebas dan
variabel terikat. Artinya, peneliti berusaha mengontrol semua variabel yang dapat
memengaruhi hasil kecuali variabel bebas. Sebagiamana Wiersman (dikutip Emzir,
2008:63) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang
sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel
eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
eksperimen termasuk dalam penelitian kuntitatif. Di dalam penelitian eksperimen
ada perlakuan (treatment). Dengan demikian, metode penelitian eksperimen
merupakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

2. Tujuan
Berdasarkan hal tersebut, tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk
meneliti pengaruh dari suatu perlakuan (treatment) tertentu terhadap gejala suatu
kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan
yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai/
membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode
pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMA atau untuk
menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila
dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen
disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau
pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya, sedangkan yang
dimaksud dengan menilai tidak terbatas adalah mengukur atau melakukan deskripsi
atas pengaruh treatment yang dicobakan sekaligus ingin menguji sampai seberapa

127
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh
tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama, tetapi diberi perlakuan
yang berbeda.

3. Karakteristik
Danim (2002:35) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen,
yaitu (a) Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib
ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi
langsung, maupun random (acak). (b) Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar
(base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen. (c) Penelitian ini
memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi
variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel
pengganggu yang mungkin memengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi
tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan,
termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan
subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
(d) Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian
eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada
saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan. (e) Validitas
eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan
penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi
yang sama. (f) Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel
perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Kemudian selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting
yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian yaitu manipulasi,
pengendalian, dan pengamatan.

a. Manipulasi (Manipulation)
Manipulasi langsung oleh peneliti terhadap paling sedikit satu variabel bebas
merupakan karakteristik yang membedakan penelitian eksperimen dari jenis
penelitian lainya. Manipulasi variabel bebas merupakan sebuah konsep yang sulit

128
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
untuk dipahami oleh peneliti. Secara sederhana, manipulasi bermaksud agar peneliti
memilih perlakuan-perlakuan dan memutuskan kelompok yang akan diperlakukan
(treatment). Sebagai contoh, seandainya variabel bebas di dalam penelitian
merupakan review tahunan guru, maka peneliti dapat memutuskan tiga bentuk
kelompok, yang mewakili tiga level variabel bebas. Kelompok pertama menerima
tanpa ada review. Kemudian, kelompok kedua menerima satu review. Kelompok
ketiga menerima dua review. Terdapat banyak variabel bebas dalam pendidikan
yang dapat dimanipulasi (variabel aktif) dan yang tidak dapat dimanipulasi. Kita
dapat memanipulasi variabel seperti metode pengajaran dan ukuran besar
kelompok, tetapi kita dapat memanipulasi variabel seperti jenis kelamin atau status
sosial ekonomi. Artinya, kita tidak dapat meminta siswa menjadi laki-kali atau
perempuan karena sudah fitrahnya siswa menjadi laki-laki atau perempuan. Agar
dapat memanipulasi suatu variabel, kita yang harus menentukan siapa akan menjadi
apa atau siapa akan mendapat apa.
b. Pengendalian (Control)
Pengendalian (control) mengacu pada usaha-usaha peneliti untuk
melepaskan pengaruh variabel dari pada variabel bebas. Dengan kata lain,
rancangan penelitian eksperimen, kelompok sebaiknya membedakan hanya variabel
bebas. Sebagai contoh, seandainya peneliti melakukan penelitian untuk menguji
apakah tutor siswa lebih efektif dari pada tutor orang tua dalam pengajaran
membaca di kelas satu SD. Di dalam penelitian ini, diduga tutor siswa merupakan
anak yang lebih tua dari kelas yang lebih tinggi, sedangkan tutor orang tua adalah
anggota dari PTA. Dapat diduga juga bahwa tutor siswa membantu setiap anggota
kelompok selama satu jam per hari dalam sebulan, sebagaimana dalam tutor orang
tua membantu setiap anggota kelompok selama dua jam per minggu dalam sebulan.
Akhirnya, diduga hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tutor siswa
menghasilkan nilai membaca yang lebih tinggi daripada tutor orang tua.

c. Pengamatan (Observation)
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap
variabel terikat dalam suatu penelitian eksperimental, pengamatan perlu dilakukan.

129
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Pengamatan dilakukan pada ciri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti. Dalam
melakukan pengamatan ini peneliti melakukan pengukuran dengan menggunakan
intrumen. Sebagi contoh, bila peneliti melakukan penelitian eksperimen untuk
mengetahui apakah metode tertentu mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar
matekatika, maka setelah pelaksanaan perlakuan pengukuran pada prestasi belajar
matematika pada kedua kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dengan
menggunakan tes matematika. Hasil tes kemudian dibandingkan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan.

4. Perlakuan Validitas Eksperimental


a. Validitas Internal
Validitas internal merupakan tingkat perbedaan yang diamati terhadap
variabel terikat adalah hasil manipulasi langsung dari variabel bebas. Dengan kata
lain, pengujian terhadap validitas internal memfokuskan pada perlakuan-perlakuan
atau penjelasan-penjelasan lawan yang dapat memengaruhi hasil (outcome) dari
penelitian eksperimental. Ada banyak faktor yang memengaruhi setiap validitas
internal antara lain: historis, kematangan, testing, instrumen, regresi statistik, seleksi
subjek yang berbeda, moralitas, interaksi seleksi maturasi.
1) Historis
Historis mengacu pada kejadian yang terjadi pada penelitian yang bukan
bagian perlakuan eksperimental, tetapi kemungkinan memengaruhi variabel
bebas. Semakin lama penelitian berlangsung, semakin lama pula historis
menjadi suatu masalah. Misalnya seperti kejadian bom meledak, wabah flu, atau
kejadian-kejadian akhir yang bersifat global (menyeluruh) yang kemungkinan
menghasilkan sebuah pengaruh historis. Sebagai contoh, anggaplah kita
melakukan serangkaian seminar yang dirancang untuk meningkatkan moral
partisipasi guru. Antara waktu yang yang kita lakukan pada seminar tersebut dan
waktu kita mengadakan moral post-test, sehubungan dengan berita di media
mengumumkan bahwa masalah-masalah tingkat anggaran pemerintah,
membiayai sekolah di daerah adalah signifikan dikurangi, dan berjanji menaikkan
untuk guru akan ditunda. Dengan demikian, kejadian seperti itu dapat

130
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dikendalikan pengaruh seminar dengan mudah yang telah diadakan, nilai moral
post test kemungkinan dapat dipertimbangkan lebih rendah.
Karena penelitian tidak muncul dalam suatu kevakuman, subjek penelitian
sering mengalami peristiwa lingkungan yang berbeda satu sama lain. Peristiwa
ini dapat memainkan peran dalam performansi mereka sehingga harus
diperhatikan. Satu cara untuk menjamin bahwa peristiwa tersebut tidak
berpengaruh terhadap studi adalah mengontrolnya, atau membuat pengalaman
setiap orang identik kecuali untuk variabel bebas. Karena hal ini sering dapat
memperkecil risiko ini, penggunaan randomisasi sering dapat memperkecil risiko,
menjamin bahwa peristiwa yang muncul di luar dalam satu kelompok juga
mungkin muncul dalam kelompok yang lain. Untuk mengatasi masalah ini, kita
dapat menggunakan desain penelitian dua kelompok dengan satu kelompok
kontrol.

2) Maturasi
Maturasi mengacu pada perubahan fisik, intelektual, dan emosi yang
mungkin muncul secara alami pada diri subjek selama suatu periode waktu.
Dalam studi, perubahan-perubahan tersebut kemungkinan memengaruhi
performansi subjek pada pengukuran variabel terikat. Hal ini terjadi pada studi
yang diselesaikan dalam waktu yang panjang. Karena subjek menjadi lebih tua
dan kemungkinan lebih terkoordinasi, tidak termotivasi, khawatir dan bosan.
Maturasi lebih dari suatu perlakuan dalam banyak studi yang dirancang untuk
menguji keefektifan pelatihan program psikomotor pada usia tiga tahun
kemudian studi dirancang untuk membandingkan dua metode pengajaran
aljabar. Khusunya jika siswa praremaja dilibatkan, siswa praremaja biasanya
cepat berubah secara biologis. Sebagaimana halnya dengan historis, peneliti
tidak dapat mengontrol munculnya maturasi, tetapi dapat mengontrol
kemunculan.

131
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3) Testing
Testing mengacu pada peningkatan nilai pada postes hasil dari subjek
yang telah mengikuti pretes sebelumnya. Dengan kata lain, pengambilan pretes
kemungkinan meningkatkan nilai subjek pada post test tanpa memerhatikan
apakah ada perlakuan atau pengajaran. Testing merupakan suatu perlakuan bila
waktu antara kedua testing singkat, pretes dilakukan pada September tidak akan
memengaruhi performansi pada post tes yang dilakukan pada Juni. Menguji
perlakuan terhadap internal validitas kebanyakan berlangsung pada studi yang
mengukur informasi yang faktual yang dapat diulang kembali. Sebagai contoh,
pengambilan pretest pada persamaan aljabar tidak akan meningkatkan
performansi pada post test yang sama. Suatu cara yang jelas untuk
mengendalikan testing adalah menggunakan suatu desain penelitian yang tidak
melibatkan prates. Cara lain untuk mengendalikan testing adalah dengan
menggunakan bentuk alternatif, satu bentuk prates dan yang lain untuk postes.
Itulah faktor yang sekurangya harus diperhatikan bila memilih instrumen
pengukuran dan desain eksperimental.
4) Instrumen
Instrumen mengacu pada ketidakreliabelan atau kurang konsistensi,
dalam instrumen pengukuran yang mungkin menghasilkan penilaian performansi
yang tidak valid. Instrumen kemungkinan memunculkan validitas dalam berbagai
cara yang berbeda. Masalah mungkin muncul seandainya peneliti menggunakan
dua tes yang berbeda, yaitu satu untuk pretest dan satu lagi untuk post tes, dan
tes tersebt tidaklah sama kesulitanya. Sebagai contoh, seandainya post tes lebih
sulit daripada pretes, kemungkinan peningkatan secara aktual. Alternatifnya,
seandainya post test tidak sulit daripada pretest, kemungkinan peningkatan yang
terjadi. Seandainya data dikumpulkan melalui pengamatan, peneliti kemungkinan
tidak dapat mengamati atau menilai perilaku dengan cara yang sama pada akhir
studi sebagaimana pada awal studi. Pada kenyataanya, seandainya mereka
sadar kealamian studi, mereka dapat hanya merekam perilaku yang dapat
mendukung hipotesis peneliti. Seandainya data dikumpulkan dengan
menggunakan alat sehingga hasilnya tidak akurat. Oleh karenanya, peneliti

132
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
harus hati-hati memilih test, mengingatkan pengamat, dan alat mekanik. Peneliti
dapat memilih suatu disain eksperimental yang dapat mengendalikan faktor ini.
Untuk mengatasi masalah ini kita dapat menggunakan desain penelitian yang
melibatkan skor pretest dan post test.

5) Regresi statistik
Regresi statistik biasanya muncul pada penelitian-penelitian tempat
subjek dipilih sesuai dengan skor yang paling tinggi dan rendah. Regresi statistik
cendrung pada subjek yang skornya paling tinggi pada pretest dan post test.
Kecendrunganya adalah skor bergerak mundur (regresi), atau bergerak ke arah
rata-rata. Misalnya, seorang peneliti ingin menentukan keefektifitasan suatu
metode pengajaran kemampuan mengeja terhadap siswa yang kemampuanya
mengejanya rendah. Peneliti dapat melakukan tes 100 soal, dengan pilihan
berganda (4 pilihan), soal tersebut dibuat dalam bentuk bacaan (reading), subjek
memilih bacaan yang tepat dari setiap soal. Peneliti memilih 30 siswa yang
skornya paling rendah. Sekarang anggaplah siswa yang tidak mengikuti prates
yang mengetahui satu pun dari kosakata dan yang diterka pada setiap
pertanyaan soal. Siswa diharapkan mendapat 25 skor hanya dengan menebak
Namun, beberapa siswa menebak dengan jelek, mendapat skor rendah dari 25,
dan ada yang mendapatkan di atas 25. Seandainya siswa tersebut dites kedua
kali, tanpa ada perlakuan dan skor diharapkan 25. Jadi siswa yang mendapat
skor sagat rendah pada tes pertama diharapkan memiliki skor paling tinggi 25
pada tes kedua, dan siswa yang memiliki skor paling tinggi pada tes pertama
juga diharapkan memiliki skor paling tinggi 25. Oleh karenanya, kapanpun
subjek dipilih sesuai dengan skor tinggi atau performansi rendah, regresi statistik
merupakan sebuah perlakuan yang cocok untuk internal validitas.

6) Seleksi Subjek yang Berbeda


Seleksi subjek yang berbeda merupakan pemilihan subjek yang memiliki
perbedaan sebelum dimulai penelitian yang memperbolehkan penghitungan
secara parsial terhadap perbedaan-perbedaan yang ditemukan pada post test.

133
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Perlakuan pada kelompok-kelompok merupakan perbedaan sebelum penelitian
dimulai adalah lebih banyak saat peneliti membandingkan kelompok yang sudah
terbentuk. Anggapah, sebagai contoh, kita mendapat izin dua kelas untuk ikut
serta dalam penelitian. Kita tidak bisa menjamin bahwa kedua kelas tersebut
adalah tidak sama. Bisa jadi nasib mereka tidak baik, satu kelas untuk
kehormatan dan satu lagi untuk remedial. Hal ini tidak menguntungkan,
seandainya kelas kehormatan melakukan lebih baik pada post test, oleh
karenanya kelompok yang sudah ada sebaiknya dihindari sedapat mungkin.
Maka karena keterpaksaan dalam penggunaanya, peneliti sebaiknya memilih
kelompok yang sama sedapat mungkin dan sebakinya dilakukan pretest untuk
mengecek kesamaan awal.

7) Moralitas
Moralitas atau pergeseran mengacu pada pengurangan jumlah subjek
penelitian. Pengurangan ini muncul pada saat subjek individu mengundurkan diri,
yang dapat memberikan efek pada penelitian. Moralitas membuat masalah
khusunya validitas saat kelompok yang berbeda keluar untuk alasan tertentu dan
frekuensi yang berbeda. Oleh karenanya, peneliti dapat menilai moralitas
kelompok-kelompok tersebut dengan mendapatkan informasi demografi tentang
kelompok subjek sebelum studi dimulai dan kemudian menentukan apakah
mengganti kelompok yang telah beruah pada akhir studi.

8) Interaksi Seleksi Maturasi


Efek dari seleksi yang berbeda dapat memengaruhi efek yang lain seperti
histori, testing, yang menghasilkan perlakuan interaksi internal validitas. Dengan
kata lain, seandainya kelompok yang sudah terbentuk diikutsertakan dalam studi,
satu kelompok boleh jadi lebih beruntung atau tidak beruntung dari perlakuan
atau mendapat keberuntungan atau tidak beruntung. Hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor maturasi, histori, atau testing. Efek interaktif yang paling umum
adalah Interaksi Seleksi Maturasi. Seadainya subjek dipilih ke dalam kelompok
perlakuan maturasi pada nilai yang berbeda selama studi.

134
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
b. Validitas Eksternal
1) Interaksi Pretest-Perlakuan
Interaksi pretest-perlakuan muncul bila respons subjek atau reaksi yang
berbeda pada perlakuan karena mereka telah mengikuti pretest. Pretes mungkin
menyintesiskan atau menyiagakan subjek hakikat perlakuan, efek perlakuan
berbeda dari yang diperoleh subjek yang tidak mengikuti pretes. Dengan
demikian, hasilnya hanya dapat digeneralisasikan pada kelompok yang
mendapat prates yang lain. Hasil penelitian yang tidak dapat digeneralisasikan
pada populasi yang tidak mendapat pretest yang darinya sampel dipilih. Masalah
potensial ini lebih atau kurang serius bergantung pada subjek, hakikat tes,
hakikat perlakuan, dan lama studi. Studi yang melibatkan perubahan sikap
misalnya, khususnya dapat sukses pada masalah ini.
2) Gangguan Perlakuan Jamak
Gangguan Perlakuan Multiple muncul bila efek dari perlakuan awal
membuat kesulitan menduga keefektifan perlakuan selanjutnya. Sebagai contoh,
diduga kita tertarik membandingkan dua pendekatan meningkatkan perilaku
kelas, modifikasi perilaku hukuman badan. Selama dua bulan, teknik modifikasi
perilaku diterapkan sistematik kepada subjek, dan diakhir periode kita
menemukan perilaku signifikan yang lebih baik daripada sebelumnya studi
dimulai. Dua bulan berikutnya, subjek yang sama dihukum dengan fisik seperti
ditampar dengan tangan, dan lainnya. Kapanpun mereka salah berperilaku,
diakhir bulan kedua perilaku adalah sama baiknya setelah dua bulan
memodifikasi perilaku. Dari penjelasan tersebut, dapatkah kita menyimpulkan
bahwa modifikasi perilaku dan hukuman fisik merupakan metode efektif dari
kontrol perilaku? Tentu saja tidak. Tujuan dari modifikasi perilaku adalah untuk
menghasilkan perilaku perbaikan sendiri oleh subjeknya. Itulah sebabnya
perilaku yang berkelanjutan setelah intervensi dihentikan. Oleh karenanya,
gangguan perlakuan multiple kemungkinan juga muncul saat subjek yang telah
berpartisipasi dalam studi diseleksi untuk pengikutsertaan yang lainya khususnya
terhadap studi yang tidak ada hubungannya.

135
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3) Interaksi Seleksi Perilaku
Interaksi seleksi perilaku, perlakuan yang lain terhadap validitas populasi
muncul saat studi penemuan-penemuan yang hanya mengaplikasikan kelompok
yang terlibat dan bukan perwakilan efek perlakuan di dalam perluasan perlakuan.
Interaksi ini muncul saat subjek studi pada satu tingkat variabel bereaksi dengan
berbeda kepada perlakuan daripada subjek yang berpotensi di dalam populasi.
Pada tingkat yang lain, yang telah bereaksi, sebagai contoh, peneliti melakukan
studi pada keefektifan pengajaran berbasis mikrokomputer pada pencapaian
siswa SMP belajar matematika. Kelas yang ada pada peneliti dapat mewakili dari
keseluruhan tingkat kemampuan yang lebih rendah, dan yang mengakhiri
kemampuan spektrum untuk siswa SMP (sebagai contoh: populasi target). Jika
tidak, efek positif ditunjukkan oleh subjek dalam sampel yang valid hanya pada
kemampuan siswa yang lebih rendah, daripada populasi target dari semua siswa
SMP tersebut. Dengan cara yang sama, pengajaran bebasis mikrokomputer
muncul ketidakefektifan pada sampel, kemungkinan yang masih efektif pada
populasi target. Oleh karenanya, populasi yang dapat dikenai sering berbeda
jauh dari populasi target tertentu, tempat populasi yang diberikan menjadi
berlaku bagi peneliti dapat membuat generalisasi dari temuan dapat
dipertanyakan, tidak soal seberapa valid eksperimen secara internal.
4) Spesifilitas Variabel
Spesifisitas adalah sebuah ancaman terhadap generalisasi hasil
penelitian tanpa rancangan, khususnya penelitian eksperimen. Ada studi yang
diberikan memiliki variabel spesifisitas. Studi dilakukan terhadap subjek khusus,
menggunakan instrumen khusus untuk mengukur pada waktu tertentu. Hasil
generalisasi dapat berlangsung singkat dan lama muncul ketika studi
berlangsung. Perlakuan ini mengacu pada interaksi histori dan efek perlakuan
dan menggambarkan situasi tempat kejadian yang tidak ada hubungannya
dengan penelitian sehingga mengubah hasil penelitian. Oleh karenanya,
sehubungan dengan perlakuan yang berasosiasi dengan spesifisitas, peneliti
harus mendefinikan variabel-variabel secara operasional yang memiliki makna di

136
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
luar rancangan eksperimenal dan harus hati-hati membuat kesimpulan dan
generalisasi.
5) Pengaturan Reaktif
Pengaturan reaktif merupakan perlakuan-perlakuan kepada validitas yang
diasosiasikan sedemikian rupa yang mana studi diadakan, perasaan, dan sikap
subjek yang terlibat. Dalam usaha menjaga tingkat kontrol yang tinggi, peneliti
dapat menciptakan lingkungan eksperimen yang tinggi secara arti fisial dan
dapat menghalangi generalisasi temuan pada setting non eksperimental jenis
lain pengaturan reaktif berasal dari pengetahuan subjek yang melibatkan dalam
eksperimen atau perasaan mereka yang dalam berbagai cara menerima
perhatian khusus. Oleh karenanya, efek bahwa pengetahuan atau perasaan
seperti itu dapat terjadi pada perilaku subjek.
6) Interferensi Perlakuan Jamak
Interferensi perlakuan jamak bisa terjadi saat subjek yang sama menerima
lebih dari satu perlakuan. Hal ini mengacu pada efek perlakuan yang
menyulitkan untuk menilai keefektifan perlakuan yang lebih belakang. Tujuan
modifikasi perilaku adalah untuk menghasilkan perilaku yang dipelihara sendiri.
Misalnya berlangsung setelah intervensi langsung dihentikan. Oleh karenanya,
perilaku yang baik diperhatikan oleh subjek di akhir studi dapat secara baik
disebabkan oleh keefektifan modifikasi perilaku sebelumnya dan meskipun ada
hukuman badan.
7) Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen
Kontaminasi muncul bila keakraban peneliti dengan subjek memengaruhi
hasil penelitian, penelitian dapat dengan tidak sengaja memengaruhi perilaku
mereka atau menjadi subjektif dalam penelitian perilaku mereka. Kontaminasi
sama dengan yang diasosiasikan dengan efek dalam hal pengetahuan tentang
perilaku subjek dalam situasi dapat mewarnai penilaian berkenaan dengan
perilakunya yang lain. Misalnya, jika peneliti mengetahui Susi adalah seorang
siswa yang baik. Peneliti mungkin cenderung untuk menentukan tingkat
kepemimpinan kelompoknya sedikit lebih baik dari yang seharusnya.
Seharusnya harapan peneliti berkenaan dengan hasil belajar dapat secara aktual

137
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
berkontribusi terhadap produksi hasil belajar tersebut. Mengetahui subjek dalam
kelompok dapat menyebabkan peneliti secara tidak sengaja menjadi bias dalam
penilaian penampilan mereka.

5. Desain Penelitian Eksperimen


Validitas eksperimen merupakan fungsi langsung dari tingkatan untuk
variabel eksperimen yang dikontrol. Seandainya variabelnya tidak dikontrol, akan
sulit untuk dievaluasi efek variabel bebas dan generalisabilitis. Yang dikontrol oleh
desain penelitian eksperimen yaitu (1) mengontrol semua varibel luar; (2) desain
yang baik mengontrol banyak sumber ketidakvalidan; dan (3) desain yang jelek
hanya mengontrol sebagian.
a. Pengontrolan Variabel Luar
Perandoman merupakan cara yang terbiasa mengontrol banyak variabel
ekstraneous pada waktu yang sama. Perandoman harus digunakan sedapat
mungkin, subjek sedapat mungkin harus dipilih secara acak dari satu populasi,
perlakuan sedapat mungkin harus diperuntungkan kepada kelompok secara acak,
dan segala sesuatu yang dapat Anda pikirkan, sedapat mungkin harus
diperuntungkan secara acak. Oleh karenanya, perandoman efektif dalam
menciptakan kesamaan, kelompok keterwakilan yang perlu pada semua variabel
yang sesuai dipikirkan peneliti, dan kemungkinan sesuatu yang tidak dipikirkan
peneliti.
b. Pemadanan
Pemadanan adalah suatu teknik untuk penyamaan kelompok pada satu
variabel atau lebih yang telah diidentifikasikan peneliti sebagai berhubungan dengan
performansi pada variabel terikat. Pendekatan yang paling umum digunakan untuk
pemadanan melibatkan penempatan anggota pasangan secara random, satu
anggota untuk setiap kelompok. Dengan kata lain, setiap subjek yang ada, peneliti
berupaya menemukan subjek yang lain sama atau skor yang sama pada variabel
kontrol. Masalah utama dengan pemadanan adalah adanya subjek yang tidak
berubah, yang tidak memiliki padanan dan harus dieliminasi dari studi. Faktor ini

138
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
mungkin merugikan peneliti banyak subjek, khususnya jika pemadanan diusahakan
pada dua variabel atau lebih.
c. Perbandingan Kelompok atau Subkelompok Homogen
Cara lain untuk mengontrol variabel ekstraneous adalah membandingkan
kelompok yang homogen tentang variabel tersebut. Sebagai contoh, jika IQ
ditentukan sebagi variabel ekstraneous, peneliti dapat memilih kelompok subjek
dengan IQ antara 85 dan 115 ( rata-rata). Peneliti kemudian menempatkan separuh
secara random pada kelompok kontrol. Tentu saja prosedur ini mengurangi subjek
dalam studi dan tambahan lagi membatasi kemampuan generaliasasi temuan. Oleh
karenanya, jika penempatan random dimungkinkan, penggunaan subkelompok yang
homogen dapat berarti jika seseorang ingin garansi tambahan berkenan dengan
kesamaan kelompok pada variabel kontrol.
d. Penggunaan Subjek sebagai Pengendalian
Penggunaan subjek sebagai pengontrol diri mereka sendiri melibatkan
pemajanan (exposing) kelompok yang sama pada perlakuan-perlakuan yang
berbeda, satu perlakuan pada suatu waktu. Ini akan membantu mengontrol
perbedaan subjek karena subjek yang sama menerima kedua perlakuan. Suatu
masalah dengan pendekatan ini dalam studi yang sama merupakan efek lanjutan
dari perlakuan terhadap berikutnya. Jika menggunakan contoh sebelumnya, akan
menjadi sangat sulit untuk mengevaluasi keefektifan.
e. Analisis Kovarian
Analisis kovarian adalah suatu metode statistik untuk penyamaan kelompok
yang dibentuk secara random pada satu atau lebih variabel kontrol. Dalam arti,
analisis kovarian mengatur skor pada suatu variabel terikat untuk perbedaan awal
pada beberapa variabel lain, seperti sebagai skor prates, IQ, kesiapan membaca,
bakat musik. Dalam contoh yang diberikan sebelumnya, untuk studi
membandingkan keefektifan dua metode kelompok belajar, peneliti dapat
menghitung kovariansi pada IQ kemudian menyamakan skor pada pengukuran hasil
belajar dalam fraksi. Walaupun analisis kovarian dapat digunakan dalam studi bila
kelompok tidak dapat dibentuk secara random. Itu digunakan lebih tepat daripada
menggunakan randomisasi. Sebagai ganti randomisasi, sebagai contoh, dapat

139
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
temukan bahwa dua kelompok berbeda secara signifikan dalam istilah skor pretest-
post test. Analisis kovarian dapat digunakan dalam kasus seperti itu untuk
memperbaiki atau menyesuaikan skor postes untuk perbedaan pretest awal.
Perhitungan analisis kovarian, sama sekali rumit, prosedur yang panjang dan Anda
tidak ingin melakukan banyak dengan tangan. Suatu keberuntungan, terawat
program komputer yang dapat melakukanya pekerjaan tersebut untuk Anda jika
Anda mengetahui bagaimana menggunakanya.

f. Jenis Desain Kelompok


1. Desain Pra-Eksperimental (Pre-Experimental Designs)
Desain Pra-Eksperimental tidak dilakukan dengan baik untuk mengontrol
perlakuan-perlakuan untuk memvaliditas. Karena gagal memasukkan kelompok
kontrol dan sebaiknya dihindari. Pada kenyatanya, hasil studi berdasarkan
Desain Pra-Eksperimenal adalah begiu dapat dipertanyakan desain tersebut
tidak berguna pada tujuan penelitiannya. Oleh karenanya, sebaiknya melakukan
investigasi lebih awal terhadap masalah penelitian.

2. Desain Experimental Sebenarnya (True-Experimental Designs)


True-experimental designs mengontrol hampir semua perlakuan-
perlakuan terhadap internal validitas dan eksternal validitas. Eksperimen yang
sebenarnya sering dianggap sebagai satu-satunya metode penelitian yang dapat
secara tepat mengukur hubungan sebab akibat. Berikut adalah beberapa jenis
desain true-experimental designs.

a. Desain Kelompok Kontrol Prates-Postes (The Pretest-Posttest Control


Group Design)
Desain Kelompok Kontrol Prates-Postes menggunakan paling sedikit
dua kelompok. Setiap kelompok dibentuk dengan sistem acak. Kedua
kelompok tersebut sama-sama diberikan pretest dan setiap kelompok
mendapatkan perlakuan, kemudian diakhir studi diadakan postest kepada
kedua kelompok tersebut. Adapun tujuan secara umum kelompok kontrol

140
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
bertujuan mengukur perubahan dan pretest untuk menilai perbedaan antara
kedua kelompok sebelum distudikan. Oleh karena itu, sangat perlu kedua
keompok diperlakukan dengan cara yang sama untuk mengontrol sebagai
sosialisasi, demikian pula dengan mengizinkan kelompok kontrol untuk
berperan serta dalam berbagai kegiatan.

b. Desain Hanya kelompok Kontrol Postest (The Posttest-Only Control


Group Design)
Desain Hanya kelompok Kontrol Postest adalah sama dengan Desain
Kelompok Kontrol Prates-Postes, tetapi tidak ada pretest, subjek-subjek
paling sedikit dua kelompok dan dibentuk dengan acak. Kemudian, dilakukan
perlakuan terhadap kelompok tersebut. Post test diberikan kepada setiap
subjek untuk menentukan jika ada perbedaan antara kedua kelompok.

c. Desain Solomon Empat Kelompok (The Solomon Four-Group Design)


Desain Solomon Empat Kelompok merupakan kombinasi dari “The
Pretest-Posttest Control Group Design dan The Posttest-Only Control Group
Design”. Desain ini menempatkan subjek secara random pada salah satu dari
empat kelompok. Dua kelompok diberikan pretest dan dua kelompok tidak,
satu dari kelompok pretest dan satu dari kelompok nonpretest diberi
perlakuan eksperimental. Keempat kelompok diberi postes. Masing-masing
memiliki sumber ketidakvalidan (interaksi perlakuan-pretes dan moralitas
masing-masing) kombinasi dua desain ini menghasilkan desain yang
mengontrol interaksi perlakuan prates dan moralitas. Cara yang benar untuk
menganalisis data yang dihasilkan melalui aplikasi desain, analisis varian
faktorial 2x2. Dua variabel bebas adalah variabel perlakuan dan variabel
pretest, dengan kata lain, apakah suatu kelompok diberikan pretest atau tidak
adalah variabel bebas, hanya karena ia sebagai variabel eksperimental.
Analisis faktorial mengatakan pada peneliti apakah perlakuan efektif dan
apakah ada interaksi antara perlakuan secara berbeda pada post test

141
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
daripada kelompok yang tidak diberi prates, maka terawat kemungkinan
suatu interaksi pretest-perlakuan.
3. Desain Experimental Semu (Quasi-Experimental Designs)
a. Desain Kelompok Kontrol yang Tidak Sepadan (The Nonequivalent
Control Group Design)
Desain ini sagat mirip dengan pretest-posttest kontrol group design
yang telah dibahas sebelumnya. Desain Kelompok Kontrol yang tidak
sepadan merupakan dua kelompok perlakuan yang dilakukan pretest
perlakuaan dan postes. Kekurangan penempatan secara random menambah
sumber ketidakvalidan yang tidak dapat diasosiaikan dengan desain
kelompok kontrol prates-postes, mungkin regresi dan interaksi antara
pemilihan dan variabel seperti maturasi, histori, dan testing. Kelompok yang
lebih sama, yang lebih baik, peneliti melakukan segala usaha untuk
menggunakan kelompok yang sedapat mungkin sama.
Perbandingan kelas aljabar tingkat lanjut dengan suatu kelas aljabar
remedial, sebagai contoh, tidak akan digunakan unuk menyamakan secara
statistik, analisis kovarian dapat digunakan untuk menyamakan secara
statistik kelompok tersbut. Keuntungan desain ini adalah bahwa kelas-kelas
yang digunakan sebagaimana adanya, pengaruh yang mungkin dari
penyelenggaraan reaktif dapat dikurangi. Subjek penelitian tidak menyadari
bahwa mereka dilibatkan dalam studi. Sebagaimana dalam desain kelompok
kontrol pretest-postes, desain kelompok yang tidak sepadan dapat
merepresentasikan X1 dab X2 daripada X lawan tanpa X dan juga dapat
diperluas dengan melibatkan lebih dari dua kelompok.
b. Desain Rangkaian Waktu (The Time-Series Design)
Desain rangkaian waktu merupakan suatu ketelitian/elaborasi dari
desain satu kelompok pretest-postest. Satu kelompok diberi pretest
berulangkali, diberikan perlakuan, kemudian diberikan postes berungkali. Jika
skor suatu kelompok secara perlu sama pada sejumlah pretest dan kemudian
secara signifikan meningkat mengikuti perlakuan, penelitian akan lebih yakin
tentang keefektifan perlakuan daripada hanya diberikan satu pretest dan satu

142
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
postest. Sebagai contoh, jika seorang dosen statistik mengukur kecemasan
beberapa kali sebelum memberikan buku kecilnya kepada mahasiswanya,
dia akan dapat melihat jika kecemasan berkurang secara alamiah. Namun,
historis masih merupakan masalah dalam desain ini, karena sesuatu mungkin
terjadi antara pretest terakhir dan awal postest, efek yang dikacaukan dengan
perlakuan. Instrumen juga mungkin menjadi masalah, tetapi bukan masalah
yang diharapkan jika tidak untuk beberapa alasan penelitian mengubah
instrumen mengukur selama penelitian. Interaksi pretest, perlakuan juga
merupakan masalah validasi. Jelaskan bahwa jika satu pretest dapat
berinteraksi dengan suatu perlakuan, maka lebih dari satu pretest hanya
dapat membuat persoalan lebih buruk.
Sementara analisis statistik yang tepat untuk desain ini adalah analisis
statistik yang agak lanjut, penentuan keefektifan perlakuan secara mendasar
melibatkan analisi pola dari skor tes.
c. Desain Berimbang ( Conterbalanced design)
Dalam desain berimbang semua kelompok menerima semua
perlakuan, tetapi dalam urutan yang berbeda. Dalam desain untuk tiga
kelompok dan tiga perlakuan, jumlah kelompok dapat dilibatkan dua atau
lebih, pembatasanya adalah jumlah kelompok sama dengan jumlah
perlakuan. Urutan kelompok dalam menerima perlakuan ditentukan secara
random. Sementara subjek mungkin mendapat pretest, desain ini biasanya
dilakukan bila kelompok yang ada harus digunakan dan bila pelaksanaan
pretest tidak mungkin dan mungkin dilakukan. Perbandingan kelompok statis
juga dapat digunakan dalam situasi seperti itu, tetapi desain berimbang dapat
mengontrol beberapa sumber ketidakvalidan tambahan. Sebagai contoh,
anggaplah terdapat tiga kelompok dan tiga perlakuan (atau dua perlakuan
dan satu kelompok kontrol). Kelompok 1 menerima perlakuan 1 dan posttest,
kemudian menerima perlakuan 2, dan posttes, kemudian menerima
perlakuan 3 dan posttest. Kelompok 2 menerima perlakuan 3, kemudian
perlakuan 1, dan kemudian perlakuan 2, dan diberi posttes setelah masing-
masing perlakuan. Kemudian kelompok 3, kemudian menerima 1, dan diberi

143
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
posttest setelah masing-masing perlakuan. Untuk menentukan keefektifan
perlakuan, rata-rata performasi kelompok untuk setiap perlakuan dapat
dibandingkan. Dengan kata lain, skor posttest semua kelompok untuk
perlakuan pertama dapat dibandingkan dengan skor posttest dari semua
kelompok untuk perlakuan kedua, dan selanjutnya bergantung pada jumlah
kelompok dan perlakuan.
Satu kelemahan unik dari desain ini adalah interfensi perlakuan ganda
yang potensial yang dapat timbul bila kelompok yang sama menerima lebih
dari satu perlakuan. Dengan demikian, desain berimbang hanya digunakan
bila perlakuan-perlakuan seperti yang menyingkapkan pada yang satu tidak
akan memengaruhi evaluasi terhadap keefektifan yang lain. Tentu saja, tidak
banyak situasi dalam pendidikan yang terdapat kondisi seperti ini. Anda tidak
akan dapat mengajar kosep geometri yang sama kepada kelompok yang
sama menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda. Terdapat
prosedur analisis canggih yang dapat diaplikasikan untuk menentukan baik
pengaruh perlakuan maupun pengaruh urutan perlakuan. Menurut Sugiyono
(2007:76). Desain eksperimen semu dapat digambarkan sebagi berikut:

Nonequivalent Control Group Design


O1 X O2
O1 X O2
Time Series Design
O1 O1 O1 X O 2 O2 O2
Counterbalanced Design

X 1 O2 X 2 O2 X 3 O2
X 1 O2 X 2 O2 X 3 O2
X 1 O2 X 2 O2 X 3 O2
Keterangan:
X = Perilaku
O1 = Pretes
O = Postes
R = Randomisasi

144
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
d. Desain Faktorial (Factorial Design)
Desain faktorail mengacu pada desain yang memliki lebih dari satu
variabel bebas dan sekurangnya satu yang dimanipulasi oleh peneliti. Tujuan
dasar dari desain ini adalah pengembangan (elaborasi) dari desain true-
experimental dan mengizinkan terhadap dua atau lebih variabel, secara
individual dan dalam interaksi satu sama lain. Dalam pendidikan, variabel
bebas diselidiki menggunakan secara terisolasi. Setelah satu variabel bebas
diselidiki menggunakan desain variabel tunggal, akan bermanfaat bila
kemudian meneliti variabel tersebut dalam kombinasi dengan satu atau lebih
variabel lain. Beberapa variabel bekerja secara berbeda pada tingkat-tingkat
yang berbeda terhadap variabel lain, satu metode pengajaran matematika
mungkin lebih efektif untuk siswa yang mempunyai bakat yang tinggi,
sementara metode yang lain mungkin lebih efektif untuk siswa yang
mempunyai bakat yang rendah.
Desain faktorial yang paling sederhana, 2x2, memerlukan empat
kelompok, sebagimana diilustrasikan dalam gambar berikut:

Contoh desai factorial 2 x 2

Variabel Eksperimen Jenis Pengajaran


Variabel Atribut (kontrol) Terprogram Tradisional
Tinggi Kelompok-1 Kelompok-2
IQ Rendah Kelompok-3 Kelompok-4

Adapun tujuan desain faktorial adalah untuk menentukan apakah efek


suatu variabel eksperimen dapat digeneralisasikan lewat semua level dari
suatu variabel kontrol dan desain faktorial dapat juga menunjukkan hubungan
yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimen variabel tunggal.

145
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
D.CONTOH METODOLOGI PENELITIAN EKSPERIMEN

Judul (Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap


Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Kronjo
Kabupaten Tangerang)
A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Peneilitian ini dilakukan di SMPN 1 Kronjo Kabupaten Tangerang. Sekolah

ini berada di Desa Pagedangan Udik Kecamatan Kronjo Kabupaten Tengerang

Propinsi Banten

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan

kebenaran yang juga merupakan pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian

meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan

hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-

kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati untuk menentukan apakah ia

cocok dengan hipotesis”.(Siregar, 2014: 2).

Dalam metode kuantitatif peneliti menggunakan penelitian Quasi

Eksperimen dengan jenis Nonequivalent Control Group Desaign.

Nonequivalent Control Group Desaign. Peneliti menggunakan dua kelompok

yang terdiri atas kelompok eksperimen dalam menggunakan model Problem

Based Learning dan kelompok kontrol yang tidak menggunakan model Problem

Based Learning Pemilihan kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak

dipilih secara acak (random). Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok

146
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
eksperimen tidak berbeda secara signifikasi, maka rancangan ini dapat

digunakan sebagai berikut:

Tabel . 1

Rancangan Penelitian

KELOMPOK PRETEST PERLAKUAN POSTTEST

EKSPERIMENTAL X

KONTROL -

Keterangan: = Data hasil pretes/postest kelas eksperimental


= Data hasil pretes/postest kelas kontrol
X = Perlakuan yang dieksperimental

C. Populasi dan Sampel

Menurut Bungin (2006:30), adapun pengertian populasi dan sampel yaitu:

1) Populasi

“Populasi berasal dari bahasa inggris population yang berarti jumlah

penduduk. Dalam metode penelitian, kata populasi amat popular dipakai untuk

penyebutkan serumpun/sekolompok objek yang menjadi sasaran

penelitian.Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek

penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara,

gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya” .

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SMPN 1

Kronjo Kabupaten Tangerang kelas VII, semester genap, Tahun Ajaran

2015-2016 yang terdiri dari empat kelas yaitu sebagai berikut:

147
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Tabel. 2

Jumlah Populasi

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII. A 42

2 VII. B 40

3. VII C 41

4. VII D 40

Jumlah 163

2) Sampel

Menurut Siregar (2014:30), sampel adalah suatu prosedur pengambilan

data dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan

untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi Pada

penelitian ini, sampel diambil dengan cara memilih 2 kelas dan dari 4 kelas,

dimana 1 kelas akan dijadikan eksperimen dan 1 kelas lagi akan dijadikan

kelas kontrol.

Penelitian Eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab

akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau

lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi yang tidak dikenai

perlakuan” (Siregar, 2014: h.5).

Pada umumnya, penelitian eksperimental dilakukan dengan menempuh

langkah-langkah sebagai berikut :

148
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan

permasalahan yang hendak dipecahkan.

2. Mengindentifikasi dan mendefinisikan masalah.

3. Melakukan studi literature dan beberapa sumber yang relevan,

memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan

merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.

4. Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencangkup

a. Mengindentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi

memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.

b. Menentukan cara mengontrol

c. Memilih rancangan penelitian

d. Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili

serta memilih sejumlah subjek penelitian.

e. Membagi subjek dalam kelompok control maupun kelompok

eksperimen.

f. Membuat instrument, memvalidasi instrument dan melakukan studi

pendahuluan agar diperoleh instrument yang memenuhi

persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.

g. Mengindentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan

hipotesis.

5. Melaksanakan eksperimen.

6. Mengumpulkan data kasar dan proses ekperimen.

149
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
7. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel

yang telah ditentukan.

8. Menganalisis data dan melakukan tes signifikasi dengan teknik

statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya (

Siregar, 2014: 6).

Adapun kelas yang dipilih adalah kelas VII.A sebagai kelas

eksperimen, merupakan kelas yang menggunakan model Problem Based

Learning dan kelas VII.B sebagai kelas control, merupakan kelas yang

tidak menggunakan model Problem Based Learning. Dalam pemilihan

kelas sampel ini penulis mnggunakan teknik purposive sampling dengan

berdiskusi dengan guru kelas VII.

Tabel. 3

Jumlah Sampel

Kelompok Kelas Jumlah Siswa

Eksperimen VII.B 40

Kontrol VII.D 40

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2002), “Teknik Pengumpulan Data yang umum digunakan

dalam penelitian adalah: Wawancara, Kuesioner dan Observasi” (Siregar, 2014

h. 18). Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah :

150
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1) Tes

Tes adalah pengukuran yang sudah direncanakan oleh guru untuk melihat

sejauhmana kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa dengan tujuan yang

telah ditentukan.Tes yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah tes

berbentuk esay.

Tes yang akan dilakukan terbagi atas 2 bagian yaitu :

a) Pretes yaitu tes yang diberikan sesudah melaksanakan pembelajaran tanpa

memberikan perlakuan (tidak menggunakan model Problem Based Learning)

b) Postes yaitu tes yang diberikan sesudah melaksanakan pembelajaran

dengan memberikan perlakuan (menggunakan model Problem Based Learning).

E. Instrumen Variabel Terikat

1. Definisi Konseptual

Kemampuan menulis bagi para siswa adalah untuk menyalin, mencatat,

dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Tanpa memiliki kemampuan

menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan tiga jenis

tugas tersebut. Sedangkan eksposisi adalah karangan yang bertujuan utama

untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.

2. Definisi Operasional

Kemampuan menulis karangan teks eksposisi siswa merupakan hasil

belajar yang telah dicapai oleh siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Kemampuan menulis karangan teks eksposisi dapat diketahui dari hasil tes yang

telah dikerjakan oleh siswa adalah siswa harus mengetahui tema, penulisan

151
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
karangan teks eksposisi, ketepatan isi dalam paragraf, kesesuaian isi dengan

judul, ketepatan susunan kalimat, ketepatan penggunaan ejaan.

Tabel. 4

Kriteria Penilaian

Aspek/ Tingkat Kualitas


No
Kriteria 4 3 2 1
Memenuhi 3
Struktur struktur
Teks (identifikasi, Memenuhi 2 Memenuhi 1
1
Eksposi klasifikasi, dan struktur struktur
si deskripsi
bagian)
Dideskripsikan Dideskripsika Dideskripsika
Dideskripsikan
secara jelas n secara n secara
sccara jelas,
2 Isi tetapi kurang biasa kurang biasa, tidak
menarik, dan
menarik dan menarik dan menarik dan
efektif
kurang efektif kurang efektif tidak efektif
Pemakaian
Kalimat Kalimat
kalimat Pemakaian
terpakai terpakai
kurang benar kalimat dan
secara benar secara benar
3 Kalimat dan hubungan
dan hubungan dan hubungan
hubungan antar kalimat
antar kalimat antar kalimat
antar kalimat tidak jelas
jelas kurang jelas
kurang jelas
Banyak
kesalahan Banyak
Ejaan Ejaan tepat, Sedikit ejaan ejaan dan kesalahan
dan tanda baca tepat, tanda sulit ejaan, tidak
4
tanda benar dan baca benar dimengerti ada tanda
baca lengkap dan lengkap serta tanda baca dan sulit
baca kurang dimengerti
lengkap

Keterangan :
Rumus :

Hasil skor yang di peroleh

= ............... × 100 =

Hasil skor maksimal

152
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Tabel. 4
Kisi-kisi Instrumen
Bentuk
Variabel Kompetensi Dasar Indikator Ranah
Soal
Mampu
Kemampuan menuliskan
Menulis Teks C2
Menulis Teks teks “Banjir” Esai
Eksposisi “Banjir” C3
Eksposisi sesuai struktur
teks eksposisi

Keterangan:

C2 = Pemahaman

C3 = Penerapan

Dengan aspek penilaian kemampuan menulis teks eksposisi pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Prosedur Penilaian:

1. Menugasi siswa untuk membuat persiapan menulis

2. Menugasi siswa untuk menulis teks eksposisi sesuai dengan persiapan

yang sudah dibuat

3. Siswa yang lain dan peneliti mengadakan penilaian dengan

menggunakan rubrik penilaian kemampuan menulis.

153
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Tabel. 5

Validitas Instrumen

Variabel Menulis Teks Eksposisi

- Menentukan langkah-langkah menyusun teks ekposisi

Indikator - Mengenal struktur teks eksposisi


- Membuat teks eksposisi secara tertulis

Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif,


eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan
Kompetensi Dasar
karakteristik yang akan dibuat secara lisan maupun
tulisan.
Buatlah sebuah karangan dengan tema “Banjir”. Minimal
Bentuk Soal (Uraian)
dua paragraf.

1. Dr. Kamiri, M.Pd.


…………………………….
(Dosen FKIP UMT)

Tanda Tangan
Para Ahli 2. Enung Nurhayati, Ph.d. …………………………….
(Dosen FKIP PBSI UMT)

3. Agus Sualeman,M.Pd.
……………………………
(Dosen FKIP PBSI UMT)

3. Uji Validilitas Isi

Dalam uji validilitas, penelitian menggunakan uji validilitas isi. Menurut

Siregar (2014), “validilitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (a valid measure if it

successfully measure the phenomenon). Oleh karena itu, materi yang

154
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
diajarkan tertera dalam kurikulum maka validilitas isi ini sering disebut

validilitas kurikuler. Validilitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat

penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku

pelajaran.

F. Instrumen Variabel Bebas.

1. Definisi konseptual

Model dalam pembelajaran untuk meningkatkan efektifitas di dalam

komunikasi dan kemajuan siswa dalam proses belajar mengajar yang terjadi

didalam kelas, agar peserta didik lebih mudah dalam memahami bahan

pembelajaran yang disampaikan guru, maka memerlukan adanya bantuan model

pembelajaran sebagai sarana penunjang. Model pembelajaran Problem Based

Learning merupakan bentuk model pembelajaran yang mudah dilakukan.Hanya

dengan memberikan metode eksperimen sebagai suatu rencana didalam

pembelajaran karangan teks eksposisi, bisa berupa benda, atau yang lainnya

yang di jadikan sebagai eksperimen membuat karangan teks eksposisi.

2. Definisi Operasional

Dalam oprasional ini guru memperkenalkan model pembelajaran Problem

Based Learning lah sebagai sarana penunjang untuk kegiatan pembelajaran

setelah guru usai memperkenalkan model pembelajaran, guru menjelaskan

jenis-jenis karangan teks eksposisi dan syarat-syarat membuat karangan teks

eksposisi terlebih dahulu. Guru mulai memberikan intruksi kepada siswa untuk

memperhatikan dan mulai meneliti melalui metode eksperimen yang ada didalam

model Problem Based Learning yang digunakan, dari metode eksperimen yang

155
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
di gunakan dapat dipakai seperti lingkungan sekolah dan kelas yang di

bandingkan lalu di jelaskan melalui tulisan oleh siswa dengan menggunakan

kalimat EYD.

G. Hipotesis statistik

Menurut Siregar (2014:39), “Hipotesis statistik merupakan jenis hipotesis

yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan

berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka

(kuantitatif).

Hipotesis statistik postes

H0 :µ1 = µ2

Penggunaan model Problem Based Learning tidak berpengaruh terhadap

kemampuan menulis karangan eksposisi pada siswa kelas VII SMPN1

Kronjo

H1 : µ1 ≠ µ2

Penggunaan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap

kemampuan menulis karangan eksposisi pada siswa kelas VII SMPN 1

Kronjo.

Hipotesis Statistik Pretes

H0 :µ1 = µ2

Tidak terdapat perbedaan pengaruh model Problem Based Learning

terhadap hasil belajar bahasa Indonesia dengan kemampuan menulis

siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

156
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
H1 : µ1 ≠ µ2

Terdapat perbedaan belajar bahasa Indonesia terhadap kemampuan

menulis yang diberi dengan pengaruh model Problem Based Learning.

µ1 : rata-rata kemampuan menulis kelas eksperimen yang menggunakan

model Problem Based Learning.

µ2 : rata-rata kemampuan menulis kelas kontrol tidak menggunakan

Problem Based Learning.

Jika µ1 = µ2 maka H0 gagal ditolak, artinya penggunaan model Problem Based

Learning tidak berpengaruh terhadap keterampilan bebicara pada siswa

kelas VII SMPN 1 Kronjo

Jika µ1 ≠ µ2 maka H0 diterima, artinya penggunaan model Problem Based

Learning berpengaruh terhadap kemampuan pada siswa kelas VII SMPN

1 Kronjo.

H. Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya dari penelitian ini yaitu mencari keterkaitan antara

variabel X dan variabel Y dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Statistika deskritif.

Menurut Sugiono (2012:29), Statistik deskriptif adalah statistik yang

berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek

yang mendeskripsikan atau member gambaran terhadap obyek yang diteliti

melalui data sempel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan

analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

157
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Beda dengan pendapat E. Walpole (dalam Riadi, 2014: 39). Statistika

deskriptif adalah metode yang dilakukan berkaitan dengan pengumpulan dan

penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.

Prosedur dalam staistik deskriptif menggunakan teknik penyajian data

sebagai berikut:

a. Tabel Distribusi Frekuensi

Tabel distribusi frekuensi digunakan agar data terlihat lebih

informative maka sejumlah data tersebut perlu disajikan dalam

suatu table. Adapun langkah untuk membuat tabel distribusi

frekuensi data kelompok sebagai berikut:

1) Tentukan data terkecil (Dmin) dan data terbesar (Dmax)

2) Tentukan rentang data, yaitu R=Dmax-Dmin

3) Tentukan banyaknya kelas dengan menggunakan kaidah

empiris Sturges :k= 1+3,3 log (n), dengan k = banyak kelas dan

n = banyak data. Jika hasil & bukan merupakan bilangan bulat

maka k dibulatkan.

4) Tentukan panjang kelas interval (1) dengan aturan i =

5) Tentukan kelas-kelasnya sehingga mencangkup semua nilai

data

6) Tentukan frekuensi tiap kelas misalnya menggunakan Tally.

b. Histogram

Histogram adalah salah satu bentuk penyajian yang

menggunakan data hasil penelitian untuk menggambarkan atau

158
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
melukiskan pasangan surutnya suatu keadaan dan statistik dengan

garis atau gambar agar lebih mudah dipahami oleh pembaca data.

c. Poligon Frekuensi

Poligon frekuensi adalah grafik yang dibuat dengan

menghubungkan titik-titik tengah tiap interval kelas secara beruntut-

runtut.Poligon frekuensi dapat diperoleh dengan menghubungkan

titik-titik tengah dari puncak-puncak persegi panjang histogram.

d. Table distribusi frekuensi kumulatif

Frekuensi kumulatif adalah frekuensi data semua nilai yang

kurang atau lebih dari batas kelas suatu interval kelas tersebut.

(Riadi, 2014:40)

Dalam statistika deskriptif juga terdapat retera atau pemusatan data

sebagai berikut :

a. Rerata aritmatik (Mean) untuk data kelompok

Keterangan :

X = rerata

fi =frekuensi kelas

xi = titik tengah kelas

n = banyak data

b. Median untuk data berkelompok

(Riadi, 2014:47)

159
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Keterangan :

Me = media

Lo = tepi bawah kelas media

F = frekuensi kumulatif/ total sebelum kelas median

F = frekuensi kelas median

n = banyak data

c. Modus untuk data berkelompok

Me = Lo + I (

Keterangan :

Mo = modus

Lo = tepi bawah kelas modus

I = interval kelas

bi = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas

sebelumnya.

b 2 = selisih frekuensi kelas sesudahnya

d. Simpang baku untuk data berkelompok.

(Riadi, 2014:64)

Keterangan :
x = titik tengah
f = frekuensi
S = simpang baku
I = interval kelas
N = banyak sampel / data

160
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2. Statistik inferensial

Menururt Sugiono (2012:148) statistik inferensional adalah teknik statistic

yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberikan untuk

populasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dan uji

homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.

a. Uji Normalitas Chi Kuadrat

Langkah-langkah untuk melakukan uji normalitas sebagai berikut :

1) Gunakan table distribusi frekuensi dengan menggunakan tepi bawah kelas

dan diakhiri dengan tepi atas kelas.

2) Hitunglah nilai normal standar tiap tepi kelas dengan rumus

( Riadi, 2014:94).

Keterangan :

Z = niali normal standar


x = tepi kelas
X = rerata variabel
S = simpang baku ( standar deviasi)
3) Gunakan table Z (table A1/A2) untuk menghitung luas di bawah kurva
normal.
4) Hitung besar peluang dengan cara menghitung luas masing-masing nilai Z,
kemudian hitung selisih luas antar kelas.
5) Hitunglah frekuensi ekspektasi (fe) dengan rumus :
Fe = n x selisih luar antar kelas

Keterangan :

fe = frekuensi ekspektasi
n = jumlah

161
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
6) Hitunglah nilai Chi Kuadrat dengan rumus :

1 (Sugiono, 2010:107)

Keterangan :

X² = nilai chi kuadrat


fₒ = frekuensi yang diobservasi
fh =frekuensi ekspektasi

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antar dua

keadaan atau populasi. Penguji homogenitas dilakukan dengan uji

homogenetis dua varians, rumus homogenitas yang dilakukan adalah uji

fisher (Uji-F) yaitu :

(Riadi, 2014:104)

Keterangan :

S² terbesar = varian terbesar


S² terkecil = varian terkecil.

c. Uji Hipotesis

Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan kondisi sebelum dan

setelah perlakuan kelompok tidak saling berpasangan, jenis data yang

digunakan harus bersekala interval, atau rasio terdapat dua rumus uju 1

untuk sample independem yaitu the separate model t-test dan the pooled

variance model t-test. Peneliti menggunakan rumus the separate model t-test

dan the pooled variance model t-test dengan ketentuan sebagai berikut :

162
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
The separate Model T-tes

(Riadi, 2014:159)

n1 = n2 sample homogen dk = n1 + n2 – 2

ni = n2 sample tidak homogeny dk = n1 – 1 atau n2 -1

n1 ≠ n2 sample tidak homogeny =( /2) + terkecil

Selisih n1 dan n2

The pooled variance model t-test

(Riadi, 2014:159)

jika n1 = n2 sample homogen dk = n1+n2 – 2

n1 ≠ n2 sample homogeny dk = n1+n2 – 2

n1 = n2 sample tidak homogen dk = (n1 – 1) atau (n2 – 1)

keterangan:

= penguji

= penguji

= banyaknya sample 1

= banyaknya sample 2

163
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Jika sampel dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal, maka peneliti akan

melanjutkan dengan analisis uji beda non parametric. Adapun analisis uji beda yang

akan digunakan adalah uji beda Mann-Whitney U test dengan rumus sebagai berikut:

= . + -

(Riadi, 2014: 220)

Atau

= . + -

Sedangkan untuk :

Keterangan :

= penguji

= penguji

= jumlah rangking sampel 1

= jumlah rangking sampel 2

= banyaknya sampel 1

= banyaknya sampel 2

164
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB IX
Pengumpulan Data dan Pemeriksaan Keabsahan
Penelitian Kualitatif
A.Pendahuluan
Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang banyak dilakukan dalam beberapa dekade terakhir. Penelitian ini
merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian dibidang ilmu sosial yang
bertumpu pada asumsi filosofis (pendekatan naturalistis interpretif). Berbeda dengan
penelitian kuantitatif, penelitian ini memiliki karakteristik seperti: 1) naturalistik, 2) data
deskriptif, 3) berurusan dengan proses, 4) induktif, dan 5) fokus pada makna.
Pengumpulan data dalam penelitian merupakan hal yang strategis karena salah
satu tujuan dari penelitian adalah untuk mengumpulkan data. Seorang peneliti kualitatif
harus dapat memahami berbagai teknik pengumpulan data. Proses pengumpulan data
kualitatif pada dasarnya sama dengan proses penelitian kuantitatif. Peneliti memulai
dengan memilih lokasi penelitian dan partisipan, mengajukan permohonan, menyimpan
data dan mengolah data.
Pemeriksaan keabsahan data penelitian kualitatif perlu dilakukan oleh seorang
peneliti. Keabsahan data penelitian kualitatif merujuk pada masalah kualitas data dan
ketepatan metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Ada berbagai strategi
yang bisa dilakukan peneliti sehingga validitas dan reliabilitas penelitian kualitatif
semakin dapat dipertanggung jawabkan.
Bab ini berfokus pada pembahasan mengenai penelitian kualitatif, khususnya
definisi dan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data kualitatif, dan
pemeriksaan keabsahan data pada penelitian kualitatif.
B.Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif
1) Definisi dan Karakteristik Penelitian Kualitatif
Metode kualitatif dikenal sebagai metode baru atau postpositivistik, artistik,
dan interpretive research. Hal ini ditegaskan oleh Sugiyono (2012:7) bahwa metode
kualitatif dikatakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama,

165
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dikatakan sebagai metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, yaitu filsafat yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang
holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat
interaktif (reciprocal). Selain itu, metode ini dikatakan sebagai metode artistik karena
proses lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive
karena hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif menggunakan objek yang alamiah atau
menggunakan pendekatan naturalistik interpretif di mana objek berkembang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak memengaruhi
dinamika pada objek tersebut. Bogdan dan Biklen dalam Emzir (2014:2)
menjelaskan bahwa naturalistik ini menjadi karakteristik penelitian kualitatif yang
utama. Dikatakan naturalistik karena penelitian kualitatif memiliki latar aktual
sebagai sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Instrumen
pada penelitian ini adalah orang atau human instrument yaitu peneliti itu sendiri.
Karakteristik kedua yaitu penelitian kualitatif adalah penelitian deskriptif. Data yang
dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka.
Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data yang mengilustrasikan dan
menyediakan bukti presentasi seperti transkrip wawancara, catatan lapangan,
fotografi, videotape, dokumen pribadi, dan lain-lain. Ketiga, karakteristik penelitian
kualitatif adalah berurusan dengan proses. Artinya, penelitian kualitatif lebih
berkonsentrasi pada proses daripada dengan hasil atau produk. Keempat, analisis
data bersifat induktif, yaitu berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Seorang peneliti kualitatif
yang merencanakan dan mengembangkan berapa jenis teori tentang apa yang telah
diteliti, arah yang dituju akan datang setelah pengumpulan data atau setelah peneliti
menghabiskan waktu dengan subjeknya, Karakteristik kelima yaitu penelitian
kualitatif tidak menekankan pada generalisasi tetapi lebih ke makna, yaitu
kepedulian yang esensial pada pendekatan kualitatif atau apa yang disebut
perspektif partisipan. Misalnya, dalam dunia pendidikan, peneliti memfokuskan pada
perspektif orang tua mengenai anak-anak mereka.

166
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Untuk lebih memahami metode penelitian kualitatif, perhatikan tabel mengenai
karakteristik penelitian kualitatif berikut.

No Indikator Karakteristik
1. Desain a. Umum
b. Fleksibel
c. Berkembang, dan muncul dalam proses penelitian
2. Tujuan a. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif
b. Menemukan teori
c. Menggambarkan realitas yang kompleks
d. Memeroleh pemahaman makna
3. Teknik a. Participant observation
Pengumpulan b. In depth interview
Data c. Dokumentasi
d. Triangulasi
4. Instrumen a. Peneliti sebagai instrumen (human instrument)
Penelitian b. Buku catatan, tape recorder, camera, handycam, dan
lain-lain.
5. Data a. Deskriptif kualitatif
b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan
tindakan responden, dokumen, dan lain-lain.
6. Sampel/sumber a. Kecil
data b. Tidak representatif
c. Purposive, snowball
d. Berkembang selama proses penelitian
7. Analisis a. Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian
b. Induktif
c. Mencari pola, model, tema, teori

8. Hubungan dengan a. Empati, akrab supaya memperoleh pemahaman yang

167
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
No Indikator Karakteristik
responden/peserta mendalam
b. Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan
c. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat
ditemukan hipotesis atau teori
9. Usulan Desain a. Singkat, umum bersifat sementara
b. Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak
menjadi pegangan utama
c. Prosedur bersifat umum, seperti akan merencanakan
tour/piknik
d. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan
setelah studi pendahuluan
e. Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan
menemukan hipotesis
f. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data
awal dari lapangan
10. Kapan penelitian Setelah tidak ada data yang dianggap baru/jenuh
dianggap selesai?
11. Kepercayaan Pengujian kredibilitas, dependabilitas, proses dan hasil
terhadap hasil penelitian
penelitian
Sumber: Sugiyono (2012:14-16)

2) Strategi Penentuan Sample dan Pengumpulan Data pada Penelitian


Kualitatif
Creswell (2012:205) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan proses
pengumpulan data kualitatif, yaitu: 1) mengidentifikasi peserta untuk keperluan
menentukan strategi sampling, 2) menghubungi calon peserta (individu/situs)
melalui ijin, 3) mempertimbangkan jenis informasi untuk menjawab pertanyaan
penelitian, 4) merancang instrumen untuk pegumpulan data atau perekaman
informasi, dan 5) mengelola prosedur pengumpulan data kualitatif.

168
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Terkait dengan tahapan tersebut, setelah tahapan mengidentifikasi peserta,
lalu apa sajakah pendekatan-pendekatan sampling yang dapat digunakan dalam
menyeleksi peserta dan situs? Creswell (2012:206-210) menjelaskan teknik
sampling pada penelitian kualitatif yaitu Purposeful Sampling. Jenis sampling ini
bertujuan untuk menyeleksi orang atau situs yang dianggap paling tepat untuk
membantu peneliti memahami fenomena yang diteliti atau mengembangkan
pemahaman yang lebih detail. Jenis sampling ini terbagi menjadi dua kategori yaitu
sebelum pengumpulan data dan setelah pengumpulan data dimulai. Perhatikan
bagan berikut.

KAPAN SAMPLING DILAKUKAN?

SEBELUM PENGUMPULAN DATA SETELAH PENGUMPULAN DATA DIMULAI

TUJUAN? TUJUAN?

mengembangkan mendeskripsikan kasus mengambil keuntungan menyelidiki kasus yang


banyak yang mengilustrasikan dari kasus apapun yang sesuai (dikonfirmasi) atau
perspektifMaxim situasi secara dramatis  berkembang tidak sesuai
al Variation Critical Sampling Opportunistic Confirming/Disconfirm
Sampling Sampling ing Sampling

Mendeskripsikan kasus
Mendeskripsikan beberapa
yang mengganggu atau
sub kelompok secara
mencerahkan mengalokasikan orang
mendalam Homogeneous
Extreme Case atau situs untuk diteliti
Sampling
Sampling Snowball Sampling

Mendeskripsikan Menggeneralisasikan
sesuatu yang khas teori atau
terhadap sampel yang mengembangkan
kurang terbiasa konseptheory or
dengan kasus terkait concept Sampling
Typical Sampling

Sumber: Creswell (2012:207)

169
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Berdasarkan bagan tersebut, dapat dilihat bahwa penentuan sampling dalam
penelitian kualitatif dapat dilakukan sebelum pengumpulan data dan setelah proses
pengumpulan data dilakukan. Penentuan teknik sampling yang akan digunakan
berdasarkan pada tujuan penelitian itu sendiri. Oleh sebab itu istilah Purposeful
Sampling atau sering dikenal dengan Purposive Sampling digunakan karena sampling
yang digunakan berbasis tujuan penelitian kualitatif tersebut.
Beberapa teknik sampling yang dilakukan sebelum proses pengumpulan data
antara lain:
a. Maximal Variation Sampling
Strategi sampling ini bertujuan untuk mengembangkan berbagai perspektif.
Dalam hal ini, peneliti melibatkan individu atau situs pada beberapa karakteristik
yang berbeda sebagai sampel, misalnya kelompok usia yang berbeda. Prosedur
dalam strategi sampling ini diawali dengan mengidentifikasi karakteristik dan
kemudian menemukan individu atau situs yang menampilkan berbagai dimensi
karakteristik itu.
b. Critical Sampling
Teknik sampling ini digunakan untuk meneliti sampel yang memiliki kasus yang
serius dan mendeskripsikan kasus yang mengilustrasikan situasi secara
dramatis. Sebagai contohnya, peneliti ingin melakukan penelitian terhadap
kekerasan yang dilakukan remaja di sekolah di mana siswa mengancam guru
dengan sebuah pistol. Situasi ini menggambarkan suatu kejadian dramatis yang
mengilustrasikan atau memotret beberapa kenakalan remaja yang mungkin
terjadi di sekolah.
c. Extreme Case Sampling
Seringkali peneliti tertarik untuk meneliti kasus-kasus yang mengganggu atau
mencerahkan, atau kasus yang terkait dengan keberhasilan atau kegagalan.
Extreme Case Sampling ini digunakan untuk meneliti kasus yang atau
menyajikan karakteristik yang ekstrim/kuat. Sebagai contohnya, sekolah dasar
tertentu yang ditargetkan untuk memeroleh bantuan pemerintah. Dalam hal ini,
program pendidikan autis di sekolah dasar yang telah menerima penghargaan
dari pemerintah merupakan sampel yang hebat untuk penelitian terkait.

170
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
d. Homogeneous Sampling
Teknik sampling ini digunakan pada sample yang memiliki sifat atau karakteristik
yang sama. Misalnya, di komunitas rakyat pedesaan, seluruh orang tua dari
murid sekolah tersebut tergabung dalam komunitas orang tua siswa. Peneliti
memilih orang tua murid tersebut karena mereka sama-sama menjadi anggota
komunitas tersebut.
e. Typical Sampling
Typical sampling mendeskripsikan sesuatu yang khas terhadap sampel yang
tidak terbiasa dengan kasus yang diteliti. Pengertian khas dalam hal ini
merupakan lawan dari hal-hal yang normal. Sebagai contohnya, peneliti tertarik
untuk meneliti staf fakultas khusus yang bekerja di sekolah tinggi seni karena
mereka telah bekerja lebih dari 20 tahun dan terlibat dalam mewujudkan aturan
atau norma-norma budaya di sekolah tersebut.
f. Theory or Concept Sampling
Teknik sampling ini digunakan pada saat peneliti melibatkan orang atau situs
yang dapat membantu menggeneralisasikan atau menemukan teori atau konsep-
konsep khusus dalam teori tersebut. Dalam menggunakan metode sampling ini,
peneliti harus menguasai teori atau konsep-konsep yang lebih luas untuk
diangkat selama proses penelitian. Sebagai contohnya, peneliti memilih situs-
situs tersebut karena meneliti situs tersebut membantu mereka
menggeneralisasikan teori mengenai sikap mahasiswa terhadap pembelajaran
Jarak jauh.
Kategori kedua dari strategi sampling yang dapat digunakan adalah strategi
sampling yang ditentukan setelah proses pengumpulan data dilakukan atau dengan
kata lain strategi ini ditentukan pada saat proses pengumpulan data. Hal ini
biasanya terjadi karena peneliti merasa perlu untuk melakukan pengumpulan data
lebih lanjut.
Terdapat tiga strategi sampling pada kategori ini, yaitu:

171
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
a. Opportunistic Sampling
Teknik sampling ini dapat diimplementasikan setelah proses pengumpulan
data dilakukan. Di tengah proses pengumpulan data, seringkali peneliti mengubah
haluan, yaitu memeroleh informasi yang lebih menarik dan di luar tujuan awal
penelitian. Namun, cakupan penelitian tidak sepenuhnya lepas dari topik awal, justru
hasil dari penelitian ini akan lebih berkembang dan mengejutkan. Misalnya, sebuah
penelitian dilakukan untuk memeroleh informasi dari mahasiswa yang
memanfaatkan pembelajaran online (elearning) pada pendidikan jarak jauh. Pada
awalnya teknik sampling yang digunakan adalah maximal variation sampling.
Namun di tengah proses pengumpulan data, peneliti tertarik untuk memeroleh
informasi mengenai pemanfaatan mobile devices seperti smartphones oleh
mahasiswa untuk mengakses pembelajaran online dengan menggunakan teknik
opportunistic sampling. Sebagai hasilnya peneliti akan memeroleh informasi
pemanfaatan pembelajaran online, sekaligus memeroleh informasi lebih jauh
bagaimana mahasiswa menggunakan peralatan mobile untuk mengakses
pembelajaran online.
b. Confirming/Disconfirming Sampling
Teknik sampling ini dilakukan dengan meminta individu sampel atau situs
mengonfirmasi atau disconfirm temuan awal. Tujuan dari strategi ini adalah untuk
menindaklanjuti kasus-kasus tertentu serta menguji atau menjelajahi temuan
spesifik lebih lanjut selama penelitian dilakukan.
c. Snowball Sampling
Dalam situasi penelitian tertentu, peneliti mungkin tidak tahu orang-orang
terbaik yang dapat membantu pemahaman dari topik atau kompleksitas kejadian.
Seperti dalam penelitian kuantitatif, snowball sampling kualitatif merupakan bentuk
purposive sampling yang biasanya setelah penelitian dimulai dan peneliti meminta
peserta untuk memberi saran orang lain guna mengembangkan penelitian suatu
kasus atau situs.
Setelah proses penentuan sampling, langkah berikutnya menurut Creswell
adalah persiapan perijinan untuk melakukan pengumpulan data pada individu
maupun situs yang dituju. Terdapat dua sumber perijinan yang dapat dihubungi

172
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
yaitu: pertama, izin dari lembaga penelitian. Peneliti mengajukan permohonan izin
ke lembaga penelitian kampus serta memberikan penjelasan rinci terkait
penelitiannya. Hal ini penting karena pengumpulan data kualitatif terdiri dari periode
panjang pengumpulan informasi yang secara langsung melibatkan orang dan
merekam pandangan pribadi rinci dari perorangan pada lembaga tertentu. Peneliti
juga akan menghabiskan waktu di rumah orang, tempat kerja, atau situs di mana
peneliti mengumpulkan data. Kedua, untuk proses pengumpulan data kualitatif,
peneliti harus memeroleh izin dari “gatekeeper” atau pimpinan/manajer di lokasi
penelitian. Gatekeeper adalah seseorang yang memiliki peran resmi atau tidak
resmi di situs, menyediakan pintu masuk ke sebuah situs, membantu peneliti
menemukan orang-orang, dan membantu dalam identifikasi tempat untuk penelitian
(Hammersley & Atkinson, dalam Creswell, 2012:211).
Langkah selanjutnya setelah penentuan sampling dan pemerolehan ijin dari
lembaga maupun gatekeepers, peneliti melakukan pengumpulan data dapat
dilakukan dengan beberapa cara yang terangkum pada tabel sumber data kualitatif
berikut.

CARA
PENGUMPULAN JENIS DATA DEFINISI JENIS DATA
DATA
Observasi Catatan lapangan dan gambaran Data atau teks yang tidak
terstruktur dan gambar yang
diambil selama observasi

Wawancara dan  Transkrip wawancara terbuka Data teks yang diambil dari
Angket  pertanyaan-pertanyaan terbuka rekaman suara dan jawaban
pada angket pertanyaan terbuka

Dokumen Catatan-catatan dan dokumen- Catatan pertemuan/notulen


dokumen rapat, jurnal

173
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
CARA
PENGUMPULAN JENIS DATA DEFINISI JENIS DATA
DATA
Materi Audiovisual Gambar, video, foto, hasil Materi audiovisual yang
rekaman suara mencakup gambar atau suara
orang di lingkungan yang
direkam.

Sumber: Creswell (2012:214).

Berdasarkan tabel tersebut, observasi, wawancara, dokumen pribadi dan


resmi, foto, rekaman, gambar, dan percakapan informal merupakan sumber data
kualitatif. Emzir (2014:37) menegaskan bahwa sumber yang paling umum
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumen yang kadang-kadang
digunakan bersama-sama maupun secara individual. Berikut rinciannya.
1. Observasi
Observasi merupakan proses pengumpulan data atau informasi yang bersifat
terbuka dan langsung dari narasumber utama dengan melakukan pengamatan
terhadap orang atau lingkungan tertentu. Emzir menambahkan definisi observasi
atau pengamatan sebagai ‘perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau
sesuatu’. Lebih jauh, definisi observasi ilmiah merupakan ‘perhatian terfokus
terhadap gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya,
mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah-kaidah yang
mengaturnya’ (Garayibah, dalam Emzir, 2014:38).
Berdasarkan tingkat pengontrolannya, observasi dibagi menjadi dua macam,
yaitu: 1) observasi sederhana (simple observation), yaitu pengamatan yang tidak
terkontrol dan merupakan gambaran sederhana dari pengamatan dan pendengaran
yang diperoleh secara alami tanpa kontrol alamiah oleh peneliti, dan 2) pengamatan
sistematis (systematic observation) yaitu pengamatan ilmiah yang terkontrol dengan
setting (waktu dan tempat) yang dibatasi dengan menggunakan peralatan mekanik
seperti taperecorder, kamera, dan lain-lain.

174
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Berdasarkan peran peneliti, observasi dibagi menjadi dua. Pertama,
observasi partisipan (participant observation) yaitu observasi yang dilakukan oleh
peneliti yang menjadi bagian atau anggota dari kelompok yang diteliti. Peneliti
memiliki dua peran yaitu sebagai anggota peserta dalam kehidupan bermasyarakat
dan sekaligus sebagai peneliti yang mengumpulkan data tentang perilaku
masyarakat dan perilaku individunya. Kelebihan dari observasi partisipan adalah
kepercayaan dan kelengkapan data diperoleh secara alami dan peneliti lebih leluasa
untuk meneliti hingga bagian-bagian yang tersembunyi/tertutup sekalipun. Namun
demikian terdapat kelemahan pada jenis observasi ini, yaitu kadang-kadang posisi
peneliti diragukan, misalnya dianggap sebagai mata-mata, atau keberadaannya
menjadi kurang aman apabila identitasnya diketahui. Kedua, observasi
nonpartisipan yaitu observasi yang dilakukan dengan peneliti sebagai penonton atau
penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian. Kelebihannya
adalah hasil observasi lebih objektif. Namun, terdapat kelemahan antara lain peneliti
megalami kesulitan untuk memahami hakikat situasi, karena peneliti tidak dapat
membaca makna yang terkandung dalam perilaku, gerak, ungkapan, dan wajah
mereka.
Pengumpulan data kualitatif dengan teknik observasi ini memiliki kelebihan
dan kelemahan. Kelebihan dari teknik ini adalah: a) merupakan cara langsung paling
baik untuk meneliti berbagai macam fenomena/gejala, karena terdapat berbagai
perilaku manusia yang tidak mungkin dipelajari kecuali dengan cara ini, b) tidak
memerlukan usaha yang besar dari pihak pelaku observasi bila dibandingkan
dengan teknik lain, c) ada kemungkinan peneliti mengumpulkan data di bawah
kondisi perilaku yang dikenal, d) ada kemungkinan peneliti mengumpulkan hakikat
perilaku pada saat yang sama dengan waktu diperolehnya, dan e) tidak banyak
bergantung pada pengambilan kesimpulan. Adapun kelemahan teknik observasi
adalah: a) kadang-kadang ketergantungan individu pada topik penelitian yang
diberikan dapat memberikan dampak tidak baik (misalnya karena merasa diawasi),
b) kadang kejadian yang diperkirakan tidak sesuai sehingga memakan waktu lama
untuk menunggu, c) banyak faktor yang menghambat proses observasi, misalnya
pengaruh cuaca, d) terikat pada waktu dan tempat tertentu dan kadang waktu yang

175
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dibutuhkan sangat lama sehingga menjadikan tugas peneliti sulit, dan e) terkadang
ada hal-hal yang tidak dapat diamati secara langsung dan hanya diperoleh lewat
surat atau wawancara pribadi.
Proses observasi akan berjalan dengan baik apabila mengikuti prosedur dan
ketentuan ketentuan yang yang tepat. Creswell (2012:215-217) menawarkan
sepuluh langkah atau tahapan yang perlu diikuti agar proses observasi berjalan
dengan baik sebagai berikut.
a. Tentukan individu atau situs yang akan diamati, lalu lakukan proses perizinan
untuk melakukan observasi atau mengakses situs tersebut.
b. Pelajari situs yang akan diamati dan buat catatan penting karena hal ini penting
untuk membangun hubungan dengan individu atau situs tersebut.
c. Identifikasi siapa atau apa yang akan diamati pada situs, kapan pengamatan
akan dilakukan, dan perlu berapa lama untuk melakukan pengamatan.
Gatekeeper sangat berperan penting dalam hal ini dalam memberikan informasi
terkait situasi ataupun durasi aktivitas yang diamati.
d. Tentukan peran peneliti sebagai pengamat, apakah sebagai pengamat partisipan
atau pengamat nonpartisipan.
e. Perpanjang waktu observasi agar diperoleh pemahaman mendalam
f. Siapkan alat untuk merekam data atau catatan selama proses observasi. Data
yang direkam atau dibuat selama observasi disebut catatan lapangan aatau
fieldnote.
g. Pertimbangkan informasi yang didapat selama proses observasi.
h. Buat catatan lapangan deskriptif mau reflektif. Catatan lapangan deskriptif
adalah catatan lapangan yang menggambarkan kegiatan, orang dan segala
sesuatu yang terjadi di tempat penelitian, sedangkan catatan lapangan reflektif
adalah mencatat pemikiran seseorang terkait dengan tema atau ide selama
masa observasi.
i. Pastikan lingkungan penelitian mengenal peneliti. Peneliti harus
memperkenalkan diri sebagai peneliti dan harus bersikap positif terhadap
lingkungan penelitian, pasif, ramah dan menghargai.

176
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
j. Setelah observasi dilakukan, ucapkan terima kasih dan sampaikan bahwa data
yang didapatkan selama observasi akan menjadi data penelitian.

2. Wawancara Dan Angket/Kuesioner


Wawancara didefinisikan sebagai ‘interaksi bahasa yang berlangsung antara
dua orang dalam situasi saling berhadapan di mana salah satunya melakukan
wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang lain yang diteliti terkait
pendapat dan keyakinannya’ (Garabiyah, dalam Emzir, 2014:50). Dengan
wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana
hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (Stainback dalam Sugiyono,
2012:232).
Wawancara harus memiliki tujuan yang jelas agar proses wawancara
sistematis dan menghindari pengamatan yang tidak berujung pangkal. Emzir
(2014:50) menjelaskan tiga hal yang wajib dilakukan oleh peneliti kualitatif sebelum
melakukan wawancara, yaitu: 1) memberi tahu informan tentang hakikat penelitian
dan pentingnya kerja sama mereka dengan peneliti, 2) menghargai informan atas
kerja samanya, dan 3) memeroleh informasi dan data yang diinginkannya.
Creswell (2012:218-222) menjelaskan jenis-jenis wawancara dan pertanyaan
terbuka pada kuesioner. Terdapat beberapa jenis wawancara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk memperoleh informasi, antara lain: 1) wawancara satu-satu (one-
on-one interviews) di mana peneliti mengundang seorang peserta untuk
diwawancara secara pribadi, 2) wawancara fokus grup atau focus group discussion
yaitu wawancara yang dilakukan terhadap kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih dan proses wawancara untuk memeroleh informasi dapat berkembang dalam
bentuk diskusi, 3) wawancara melalui telepon di mana peneliti membuat janji
terlebih dahulu dengan peserta untuk melakukan wawancara melalui telepon, dan 4)
wawancara melalui email di mana peneliti mengirimkan pertanyaan-pertanyaan
dalam bentuk tertulis dan dikirim melalui email untuk dapat dilengkapi atau dijawab
oleh peserta.

177
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Ditinjau dari karakteristik dan jenisnya, peneliti dapat memilih bermacam-
macam wawancara yang tepat digunakan untuk memeroleh informasi. Sugiyono
mengutip pendapat Esterberg mengenai jenis wawancara ditinjau dari struktur dan
tingkat keterikatannya yang terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 1) wawancara
terstruktur (structured interview) di mana peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang akan diperoleh sehingga daftar pertanyaan dan kemungkinan
jawaban telah disiapkan sebelum wawancara, 2) wawancara semiterstruktur
(semistructure Interview) merupakan wawancara yang masuk kategori in-depth
interview di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan utama dari jenis wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan yang lebih terbuka dan peserta diminta untuk
memberikan pendapat atau ide-idenya, dan 3) wawancara tidak berstruktur
(unstructured interview) yaitu wawancara yang bebas tanpa menggunakan pedoman
wawancara yang tersusun secara sistematis, tetapi hanya berupa garis besar
permasalahan yang ditanyakan. Biasanya jenis wawancara ini dilakukan pada
pengumpulan data awal yang hasilnya kemudian digunakan untuk melakukan
pengumpulan data yang lebih mendalam (Esterberg dalam Sugiyono, 2012:233).
Berdasarkan bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan, wawancara terbagi
menjadi tiga macam, yaitu: 1) wawacara tertutup yang mengajukan pertanyaan
dengan jawaban-jawaban tertentu dan biasanya digunakan untuk penelitian
kuantitatif karena mudah untuk diklasifikasi dan data dianalisis secara statistik, 2)
wawancara terbuka yaitu wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang tidak
dibatasi dan tidak ada intervensi dari peneliti dan 3) wawancara tertutup terbuka
yaitu gabungan wawancara tertutup dan terbuka. Wawancara ini diawali dengan
pertanyaan tertutup, misalnya “apakah Anda mengijinkan anak Anda yang sedang
bersekolah di SMA sambil bekerja di sore atau malam harinya?” yang kemudian
beralih ke pertanyaan terbuka, seperti: “mengapa?” atau “dapatkah Ibu menjelaskan
alasannya?” (Emzir, 2014:51-52).
Selanjutnya, terdapat empat jenis wawancara ditinjau dari tujuannya, yaitu: 1)
wawancara survey yang bertujuan untuk memeroleh data atau informasi sebagai

178
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
bukti dalam lapangan yang merupakan bagian yang representatif dari populasi dan
biasanya untuk menyurvei pendapat umum tentang permasalahan yang diteliti, 2)
wawancara diagnostik yaitu wawancara yang dipergunakan untuk memahami suatu
masalah, faktor-faktor penyebab munculnya, dimensi-dimensinya secara kasus, dan
sebagainya, 3) wawancara terapi yaitu dipergunakan untuk memungkinkan peserta
memahami dirinya secara mendalam dan bertujuan untuk membuat peserta lebih
percaya diri, dan 4) wawancara konseling yaitu wawancara untuk membantu peserta
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi (Emzir, 2014:52-53).
Lincoln and Guba dalam Sanapiah Faisal (Sugiyono, 2011:235)
menyampaikan tujuh langkah yang dapat dilakukan peneliti kualitatif dalam
melakukan wawancara untuk pengumpulan data agar hasil proses pengumpulan
datanya optimal,
a. Menentukan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c. Mengawali atau membuka alur wawancara
d. Melangsungkan alur wawancara
e. Mengonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catataan lapangan
g. Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

Supaya hasil wawancara terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti
telah melakukan wawancara kepada peserta atau sumber data, maka diperlukan
bantuan alat-alat seperti: 1) buku catatan ataupun peralatan elektronik seperti
notebook untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data, 2) recorder atau
alat perekam yang berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.
Peneliti sebaiknya meminta persetujuan kepada peserta terlebih dahulu sebelum
menggunakan alat perekam tersebut, dan 3) kamera untuk memotret atau merekam
dengan video proses wawancara yang dilakukan. Hal ini penting untuk
meningkatkan keabsahan penelitian sehingga lebih terjamin sebagai bukti bahwa
peneliti benar-benar melakukan pengumpulan data.

179
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan seperti catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita,
biografi, peraturan, atau kebijakan, atau bisa juga dalam bentuk gambar seperti foto,
gambar hidup/video, sketsa, dan lain-lain, atau bahkan karya-karya monumental dari
seseorang seperti gambar/lukisan, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.

180
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
4. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data dan sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data.

C. Pemeriksaan Keabsahan dalam Penelitian Kualitatif


Pemeriksaan keabsahan data penelitian data kuantitatif dan kualitatif
berbeda. Validitas dalam penelitian kuantitatif berbeda dalam penelitian kualitatif,
begitu juga tidak sama dengan reliabilitas (uji stabilitas dan konsistensi respon) atau
generalisabilitas yang merupakan validitas eksternal atau penerapan hasil penelitian
terhadap setting, tempat atau sample yang baru. (Creswell, 2010:284). Dalam
penelitian kualitatif, Gibbs dalam Creswell (2010) menjelaskan bahwa validitas
diartikan sebagai usaha pemeriksaan akurasi hasil penelitian dengan menerapkan
prosedur-prosedur tertentu, sedangan reliabilitas merupakan indikasi terhadap
pendekatan yang digunakan oleh peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti lain
dalam proyek yang berbeda.
Peneliti kualitatif harus dapat mengetahui bahwa pendekatan yang mereka
lakukan konsisten dan reliabel. Yin dalam Creswell (2010:285) menegaskan bahwa
peneliti kualitatif harus mendokumentasikan prosedur-prosedur studi kasus mereka
dan sebanyak mungkin mendokumentasikan langkah-langkah dalam prosedur
tersebut. Yin juga merekomendasikan agar peneliti kualitatif secara cermat
merancang protokol dan databases tudi kasusnya. Gibbs dalam Creswell (2010:285)
merinci sejumlah prosedur reliabilitas:
1. Memeriksa hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang
dibuat selama proses transkripsi.
2. Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode
selama proses coding.

181
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Untuk penelitian berbentuk tim, diskusikanlah kode-kode berasama anggota tim
dalam pertemuan rutin atau sharing anlysis.
4. Lakukan cross-check dan bandingkan kode-kode yang dibuat oleh peneliti lain
dengan kode yang telah kita buat sendiri.
Lincoln dan Guba dalam Emzir (2014) mengusulkan empat kriteria untuk
menilai kualitas penelitian kualitatif:
1) Kredibilitas atau credibility. Kriteria ini memastikan bahwa hasil penelitian
kualitatif dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya dari sisi partisipan.
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan atau memahami
fenomena menarik yang terjadi. Partisipan merupakan satu-satunya orang yang
dapat menilai secara sah kredibilitas hasil suatu penelitian kualitatif. Berbagai
strategi dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk meningkatkan kredibilitas seperti
diskusi teman sejawat, perpanjangan waktu pengamatan, ketekunan penelitian
triangulasi, analisis kasus negatif serta memberchecking.
2) Transferbilitas atau transferbility. Kriteria ini merujuk pada tingkat kemampuan
hasil penelitian kualitatif dapat ditransfer atau digeneralisasikan dalam konteks
yang berbeda. Transferbilitas merupakan tanggung jawab seseorang dalam
melakukan generalisasi. Transferbilitas dapat ditingkatkan dengan melakukan
suatu pekerjaan yang menggambarkan konteks penelitian dan asumsi yang
menjadi pusat penelitian. Jika ada seseorang yang ingin mentransfer hasil
penelitian kualitatif pada konteks yang berbeda, maka dia bertanggung jawab
pada bagaimana transfer tersebut masuk akal.
3) Dependabilitas atau dependability. Pada dasarnya kriteria depandabilitas sama
pengertiannya dengan kriteria reliabilitas yang ditemukan pada penelitian
kuantitatif. Kriteria ini merujuk pada prinsip replikabilitas (replicability) dan
keterulangan (repeatability). Prinsip dari kriteria ini adalah memastikan apakah
peneliti akan mendapatkan hasil yang sama jika dilakukan pengamatan untuk
kali kedua, meskipun faktanya peneliti tidak dapat melakukan tahapan proses
penelitian yang sama untuk kedua kalinya (jika peneliti melakukan pengukuran
dua kali maka sebenarnya peneliti mengukur dua hal yang berbeda).

182
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
4) Konfirmabilitas atau confirmability atau sering disebutkan sebagai objektifitas,
merupakan tingkat kemampuan hasil penelitian yang dapat dikonfirmasikan oleh
orang lain. Penelitian kualitatif cenderung berasumsi bahwa setiap peneliti
melibatkan perspektif yang unik ke dalam penelitian. Strategi yang dapat peneliti
lakukan untuk pemeriksaan kriteria konfirmabilitas adalah dengan
mendokumentasikan prosedur untuk mengecek kembali seluruh data penelitian.
Peneliti untuk mengukur kriteria konfirmabilitas dengan melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Proses audit dapat dilakukan oleh
pembimbing, jika peneliti tidak dapat menunjukkan “jejak kegiatan di lapangan”,
maka dendabilitas penelitian dapat diragukan.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus menjamin bahwa temuan dan
interpretasi yang peneliti lakukan adalah akurat seperti yang disampaikan Creswell
dalam Emzir (2012:266). Validasi temuan dapat dilakukan peneliti dengan
menggunakan pengecekan anggota atau memberchecking atau proses triangulasi.
Peneliti kualitatif biasanya tidak menggunakan kata bias, penelitian yang dilakukan
merupakan hasil reflektif diri mengenai peran peneliti, bagaimana temuan
diinterpretasikan. Akurasi dan kredibilitas temuan merupakan hal penting dalam
penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, validitas didasarkan pada kepastian apakah hasil
penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan atau pembaca secara
umum (Cresweel dan Miller, 2000). Berbagai istilah dapat digunakan dalam
penelitian kualitatif seperti trustworthiness (terpercaya), authenticity (otentik) dan
credibility (kredibel) (Creswell dan Miller, 2000). Peneliti perlu menggunakan
berbagai strategi untuk menilai keakuratan hasil penelitian serta meyakinkan orang
lain terkait dengan hasil penelitian. Creswell (2010:286) menyampaikan ada delapan
strategi yang bisa digunakan:
1) Triangulasi atau triangulate merupakan proses mencocokan sumber data yang
berbeda dengan memeriksa bukti-bukti dari sumber tersebut dan digunakan
untuk membangun justifikasi tema secara koheren, sehingga validitas penelitian
akan bertambah. Pengecekan data dilakukan dengan berbagai cara dan waktu.

183
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2) Member checking merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui akurasi
penelitian. Pada tahap ini peneliti membawa kembali hasil laporan atau deskripsi
atau tema spesifik kepada partisipan, bukan transkrip mentah melainkan bagian
hasil penelitian yang sudah matang seperti tema, analisis kasus, grounded
theory, deskripsi budaya dan lainnya. Pada proses ini peneliti melakukan
memberikan kesempatan kepada partisipan untuk berkomentar tentang hasil
penelitian melalui wawancara tindak lanjut.
3) Membuat deskripsi yang kaya dan padat atau rich and thick description yang
paling tidak harus menggambarkan setting penelitian dan membahas salah satu
elemen dari pengalaman partisipan.
4) Mengklarifikasi bias yang mungkin saja terbawa oleh peneliti. Dalam penelitian
kualitatif refleksifitas merupakan karakteristik yang dibutuhkan, pendapat peneliti
terkait interpretasi hasil penelitian turut dibentuk dan dipengaruhi latar belakang
peneliti seperti gender, kebudayaan, sejarah dan status sosial.
5) Menyajikan informasi “yang berbeda” atau “negatif” atau negative or discrepant
information. Dalam tahap ini peneliti dapat memberikan bukti atau kasus yang
kontradiktif dengan tema yang diangkat karena perbedaan akan menambah
kredibilitas hasil penelitian. Jika peneliti berhasil menyajikan bukti maka
penelitian akan semakin valid dan realistis.
6) Memanfaatkan waktu yang relatif lama atau prolonged time di lokasi penelitian
akan membuat peneliti lebih memahami fenomena yang terjadi dan mampu
menyampaikan secara detail terkait lokasi dan orang-orang yang terlibat dalam
membangun kredibilitas penelitian.
7) Melakukan tanya jawab dengan rekan sesama peneliti atau peer debriefing.
Pada tahap ini peneliti disarankan untuk mencari rekan (peer debriefer) yang
dapat mereview dan berdiskusi terkait hasil penelitian. Dalam tahapan ini akan
menambah interpretasi yang terlibat sehinggaa menambah validitas penelitian.
8) Mengajak seorang auditor untuk mereview keseluruhan objek penelitian. Jika
peer debriefer adalah orang yang akrab dengan peneliti maka eksternal auditor
adalah auditor yang tidak akrab dengan peneliti. Kehadiran eksternal auditor
adalah untuk melakukan penilaian objektif mulai dari proses hingga kesimpulan.

184
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Dari delapan strategi untuk menilai keakuratan hasil penelitian yang
disampaikan Creswell tersebut, ada tiga yang strategi yang biasa digunakan oleh
peneliti kualitatif (Emzir, 2010:82) yaitu triangulasi, member checking dan auditing

D.CONTOH METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

Judul (Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Pada Puisi Karya Siswa Kelas VIII

SMPN 2 Mekar Baru Kabupaten Tangerang)

A. Pendekatan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode penelitian analisis isi / analisis konsep isi. Menurut Prastowo (2011:81)

Analisis isi adalah suatu metode yang teknik penelitiannya dilakukan dengan

membuat inferensi secara kontekstual. Jadi pesan-pesan komunikasi dapat

dipahami secara utuh. Sedangkan menurut Ratna (2012:48) Isi dalam metode

analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten

adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi

komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang

terjadi. Tiga tujuan utama penggunaan analisis isi yaitu untuk mendeskripsikan

data, menguji hipotesis dan membuat inferensi. Zuchdi (dalam Prastowo,

2011:92) mengemukakan secara prosedural, metode analisis isi terdiri dari

empat langkah utama, yaitu pengadaan data, reduksi data, inferensi dan analisis.

B. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Sumber data yang terkait dengan penelitian bahasa dan sastra ini adalah

teks puisi siswa kelas VIII A SMPN 2 Mekar Baru Tangerang. Sedangkan jenis

data penelitian kualitatif bahasa dan sastra ini dikelompokan menjadi data primer

dan data sekunder.

185
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1. Data primer

“Data primer adalah data utama, yaitu data yang diseleksi atau diperoleh

secara langsung dari sumbernya tanpa perantara” (Siswantoro, 2011: 70).

Data primer dalam penelitian ini adalah puisi karya siswa kelas VIII A SMPN

2 Mekar Baru Tangerang yang berjumlah 40 buah puisi.

2. Data sekunder

“Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau lewat

perantara, tetapi tetap bersandar kepada kategori atau parameter yang

menjadi rujukan” (Siswantoro, 2011: 71). Data sekunder dalam penelitian ini

adalah buku-buku referensi yang terkait dengan objek penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif bahasa dan sastra ini teknik pengumpulan data

yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan observasi dan studi dokumen. Studi

dokumen juga dilakukan karena data-datanya berupa teks-teks puisi siswa kelas

VIII SMPN 2 Mekar Baru Tangerang

Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti di SMPN 2 Mekar Baru Tangerang kelas

VIII A dengan jumlah siswa 40 orang. Setiap siswa diminta untuk membuat

sebuah puisi bebas dengan tema yang bebas dan meminta siswa untuk

memperhatikan penggunaan diksi yang tepat pada puisi ciptaannya.

2. Menentukan tema yang dipilih oleh siswa.

3. Mendeskripsikan plihan kata (diksi) yang dipilih oleh siswa.

186
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
4. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian

D. Instrumen Penelitian

Menurut Siswantoro (2011:73) Instrumen berarti alat yang dipergunakan

untuk mengumpulkan data. Jadi, dalam penelitian kualitatif bahasa dan sastra,

yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Mengetahui posisi peneliti sebagai alat penelitian atau instrumen terkait maka

penelitian sastra ini berorientasi kepada teks, bukan kepada sekelompok individu

yang menerima suatu perlakuan tertentu. Namun, untuk membantu peneliti

dalam menganalisi data pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu

yang dinamakan kartu pengumpul data. Setiap lembar pengumpul data diberi

label kategori unsur tertentu agar cara kerja seleksi data berjalan sistematis.

Untuk jelasnya digambarkan sebagai berikut:

Gambar.1

Kartu Pengumpul Data

Tema dan Diksi

Sumber data : ......................


Penulis : ......................

Judul puisi : .....................................................


Tema : .....................................................
Diksi : .....................................................
…………………………………...
…………………………………...
…………………………………...

187
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Selain itu untuk mengetahui tema-tema yang terkandung dalam puisi-puisi

karya siswa kelas VIII A tersebut dibuat instrument sebagai berikut:

Gambar. 2

Tabel Tema Puisi

No Nama Siswa Judul Puisi Tema Tema Umum

(Penulis) Khusus

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konsep /

analisis isi. Zuchdi (dalam Prastowo, 2011: 92) mengemukakan secara

prosedural, metode analisis isi terdiri dari empat langkah utama, yaitu

pengadaan data, reduksi data, inferensi (simpulan) dan analisis. Namun secara

garis besar aktivitas analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan

kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi data

Mereduksi data yaitu memfokuskan diri pada data yang dibutuhkan sesuai

kriteria yang relah ditentukan. Pada langkah ini peneliti memilih data-data

yang pokok atau hal-hal yang penting. Data-data yang dipilih hanya data yang

berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini data-

data yang dipilih tentang unsur intrinsik yang berkenaan dengan tema dan

diksi dalam puisi siswa kelas VIII A. VIII SMPN 2 Mekar Baru Kabupaten

Tangerang

188
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2. Penyajian data

Setelah dilakukan pereduksian data, selanjutanya dilakukan penyajian data.

Pada langkah ini, data disajikan dengan menyiapkan table tema puisi dan

kartu pengumpul data. Setelah lembaran kartu pengumpulan data disiapkan,

selanjutnya dilakukan tahap menyeleksi data. Pada tahap ini peneliti

berulang kali mengamati dengan cermat terhadap tema yang dibuat dan

adanya diksi pada puisi yang ditentukan siswa. Setelah teridentifikasi data

yang diinginkan, peneliti menulisnya dilembar pengumpul data.

3. Verifikasi

Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak

awal penelitian. Kesimpulan ini masih memerlukan adanya verifikasi

(penelitian kembali tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang

diperoleh benar-benar valid.

F. Keabsahan Data

Untuk meyakinkan bahwa deskripsi data yang disajikan peneliti adalah

data yang absah dan memiliki derajat kepercayaan maka selanjutnya dilakukan

teknik penjaminan keabsahan melalui: objektivitas dan kesahihan internal.

1. Objektivitas

Objektivitas bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai

kondisi objektif. Untuk mencapai keobjektivitasan maka peneliti telah membuat

desain penelitian secara baik dan benar, fokus penelitian yang tepat, kajian

teori yang relevan, melakukan teknik pengumpulan data yang disesuaikan

dengan fokus permasalahan dalam penelitian, melakukan analisis data secara

189
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
benar, dan berusaha memberikan hasil penelitian yang berguna atau

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Kesahihan Internal

Validitas internal membahas seberapa jauh hasil penelitian dapat dipercaya,

oleh karena itulah untuk mencapai kepercayaan peneliti berusaha memenuhi

kriteria keabsahan data dengan cara adanya keterkaitan antara pengamat

(peneliti) dengan partisipan (siswa SMPN1 Mekar Baru kelas VIII A) saat

dilakukannya pengumpulan data. Diskusi bersama teman sejawat yang

melakukan penelitian satu kajian namun berbeda objek, serta melakukan

diskusi untuk mendapat kesepakatan dalam hal analitis, penafsiran, dan

simpulan dari data yang sebelumnya telah diorganisasikan oleh peneliti.

190
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB X
Penelitian Pengembangan
dan Penelitian Tindakan dalam Penelitian Kualitatif

A.Pendahuluan
Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research
and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk
menghasilkan produk tertentu terlebih dahulu dilakukan penelitian yang bersifat
analisis kebutuhan. Kemudian untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya
dapat berfungsi di masyarakat luas, maka dilakukanlah penelitian. Jadi penelitian
dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bahkan multiyears).
Borg and Gall (1988) menyatakan bahwa, Penelitian dan Pengembangan
(Research and Development/R&D), merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan dan pembelajaran. Jadi, penelitian dan pengembangan ini bertujuan
untuk mengembangkan produk yang sudah ada agar produk tersebut lebih baik
dan lebih tepat dalam penggunaannya.
Borg dan Gall dalam Sukmadinata (2008:45) mengemukakan bahwa pada
bagian awalnya Penelitian dan Pengembangan (R&D) bersumber dari
pengamatan berbagai gejala yang muncul di masyarakat pendidikan yang
menuntut penanganan produk pendidikan berjangka panjang yaitu proses yang
diupayakan melahirkan produk yang memiliki kesahihan dalam
pengembangannya. Selanjutnya, sebagai penelitian kualitatif hal tersebut
cenderung fenomenologis, artinya mengamati suatu gejala dengan memfokuskan
penerapannya dari segi pandangan yang diteliti, apa yang dihayati oleh subjek
peneliti dari dalam diri mereka. Selain itu, siklus dasar R&D ini selalu mencakup
siklus kajian evaluasi pengembangan.
Penelitian dan pengembangan merupakan “jembatan” antara penelitian
dasar (basic research) dengan penelitian terapan (applied research), di mana

191
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
penelitian dasar bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis
dapat diaplikasikan. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan, dan memvalidasi suatu produk.
Penelitian Dasar Penelitian dan Pengembangan Penelitian
(Penemuan Ilmu Baru) (Penemuan, Pengembangan, dan Terapan
Pengujian Produk) (Menerapkan
Ilmu/Produk)

Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang


bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya
dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat
longitudinal (bertahap).
Sejalan dengan Borg and Gall ( 1989) menyatakan: pada umumnya
penelitian dan pengembangan (R&D) bersifat longitudinal (beberapa tahap). Untuk
penelitian analisisi kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat
hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar. Selanjutnya untuk menguji
produk yang masih bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen atau action
research. Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan.
Penelitian dan Pengembangan mencakup spektrum kegiatan dan potensi
yang luas di antaranya: (a) mencermati kajian proses dan dampak Penelitian dan
Pengambangan,(b) proses kajian tentang Penelitian dan Pengembangan
merupakan proses secara utuh juga spesifik. Sementara itu, sasaran Penelitian
dan Pengembangan mencakup: (a) Produk dan alat penelitian dan (b) Penelitian
model (model research).
Bagian terberat dalam melakukan penelitian adalah pada saat menentukan
metode dan stategi apa yang tepat sehingga menghasilkan data yang bermakna
dan kesimpulan yang bermanfaat. Jika desain penelitian kita lemah maka akan
menghabiskan waktu, bahkan hasil penelitian menjadi tidak bermakna. Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat akan mendesain proyek
penelitian:
1. Menentukan validitas dari hasil penelitian (kesimpulan).

192
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2. Menentukan kondisi sebab-akibat pada saat melakukan penelitian.
3. Mendukung dan memfasilitasi pada saat melakukan pengujian dan
interpretasi.
4. Mengantisipasi berbagai masalah yang timbul pada saat melakukan
penelitian.
Sementara Creswell (2010:233) menjelaskan beberapa komponen yang
harus dipertimbangkan pada saat menentukan desain penelitian:
1. Jenis observasi seperti apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan, sebab
hal ini terkait dengan data.
2. Strategi seperti apa yang tepat untuk mengobservasi pada metode tertentu.
3. Partisipan seperti apa pada proyek penelitian tersebut.
4. Instrumen dan pengukuran apa yang tepat.
5. Analisis data.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan pada saat membuat desain penelitian, yakni:
1. Sesuaikan metode dan pertanyaan penelitian.
2. Klasifikasi desain dan tujuan pengembangan penelitian.
3. Sesuaikan tujuan penelitian dan metode.
Proyek penelitian pengembangan tidak hanya pada produk tapi juga pada
pengembangan dan evalusi program, bahkan ada yang menggunakan keduanya
produk dan program. Evalusi program biasanya akan difokuskan pada Instructional
System Design (ISD) dengan melihat efektifitas dan dampak dari suatu program.
Hal ini dikemukakan oleh Sullivan, Ice, dan Niedermeyer’s (2000) study is
representative of program development research that focus on the impact of
instructional program rather than the design and development procedure.
B.Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan
Pola umum prosedur R&D menurut Sukmadinata (2008:137) mencakup: 1)
Pengembangan bentuk produk awal, 2) Test awal di lapangan, 3) Revisi produk, 4)
Kajian lapangan, 5) Revisi produk secara operasional, 6) Kajian lapangan
operasional, dan 7) Difusi.

193
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Sementara itu, menurut Sugiyono (2007) ada 10 langkah yang dilakukan
dalam Penelitian dan Pengembangan, yaitu:
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi
adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah.
Sebagai contoh, dalam bidang sosial dan pendidikan, misalnya kita mempunyai
potensi penduduk usia kerja yang cukup banyak, sehingga melalui model
pendidikan tertentu dapat diberdayakan guna sebagai tenaga kerja.
Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapakan dengan yang
terjadi. Pengangguran, korupsi dapat dipandang sebagai masalah nasional.
Masalah ini dapat diatasi melalui R&D dengan cara meneliti sehingga dapat
ditemukan suatu model, pola, atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Model, pola, dan sistem ini
akan ditemukan dan dapat diaplikasikan secara efektif kalau dilakukan melalui
penelitian dan pengembangan. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam
penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Masalah dapat dijadikan potensi
yang baik bila ditemukan jalan keluarnya. Sebagai contoh, sampah akan dapat
dijadikan potensi, kalau kita dapat merubahnya sebagai pupuk atau energi atau
barang lain yang bermanfaat.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut. Di sini diperlukan penelitian tersendiri yang metodenya
tergantung pada permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Pada tahap ini
setelah peneliti mengamati suatu masalah tertentu dalam pendidikan, ia lalu
mengumpulkan informasi atau data. Kemudian data yang diperoleh dari berbagai
sumber digali dan diarahkan pada sasaran tertentu dimana berbagai data, teori,
dan literatur dikaji.

194
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Desain Produk
Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian
R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, misalnya lulusan
yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-
produk pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan
tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi
tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas
untuk model pembelajaran tertentu, model unit produksi, model manajemen,
sistem pembinaan pegawai, sistem pengkajian dan lain-lain.
Misalnya, peneliti akan menghasilkan produk berupa metode mengajar baru
maka peneliti harus membuat rancangan metode mengajar baru. Rancangan
metode mengajar baru ini dibuat berdasarkan penilaian terhadap metode mengajar
lama. Sehingga dapat ditemukan kelemahan-kelemahan terhadap metode
tersebut. Selain itu peneliti juga harus melakukan penelitian kepada sekolah-
sekolah lain yang dipandang metode mengajarnya bagus. Selain itu juga harus
mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan metode mengajar yang modern
berikut indikator pelaksanaan dan hasil kerjanya.
Hasil akhir dari kegiatan penelitian dan pengembangan adalah berupa
desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk harus
diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai
pegangan untuk menilai dan membuatnya. Pada contoh tentang produk
pendidikan, hasil akhir dari kegiatan ini adalah berupa desain metode yaitu
rancangan metode pembelajaran baru. Desain metode ini masih bersifat hipotetik.
Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti dan akan dapat diketahui
setelah melalui pengujian-pengujian. Setiap desain produk perlu ditunjukkan dalam
gambar kerja, bagan, atau uraian ringkas, sehingga akan memudahkan pihak lain
untuk memahaminya. Efektivitas metode mengajar baru bisa diukur bila sudah
diimplementasikan sehingga suasana belajar menjadi kondusif dan hasil belajar
meningkat.

195
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakan
rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih
efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi di sini
masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa
pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru
yang dirancangn tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan
kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum
diskusi, peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain
tersebut.
5. Perbaikan Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli
lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut
selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang
bertugas memperbaiki desain adalah penelitian yang mau menghasilkan produk
tersebut.
6. Uji Coba Produk
Langkah selanjutnya adalah uji coba produk. Dalam bidang pendidikan,
desain produk seperti metode mengajar baru dapat langsung diuji coba, setelah
divalidasi dan revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan
metode mengajar tersebut. Setelah disimulasikan, maka dapat diuji cobakan pada
kelompok yang terbatas. Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi apakah metode mengajar baru tersebut lebih efektif dan efisien
dibandingkan metode mengajar yang lama atau yang lain.
Untuk itu pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen, yaitu
membandingkan efektivitas metode mengajar lama dengan yang baru.
Indikatornya efektivitas metode mengajar baru adalah kecepatan pemahaman
murid pada pelajaran lebih tinggi, murid bertambah kreatif dan hasil belajar
meningkat. Percobaan ini biasanya dikaukan dengan membandingkan keadaan
sebelum dan sesudah metode baru ini digunakan.

196
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
7. Revisi Produk
Apabila uji coba produk sudah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah
merevisi produk baru tersebut, karena produk tersebut adalah metode mengajar,
maka hal-hal yang perlu direvisi mungkin berupa perbaikan teknik-teknik yang
dilakukan dalam penerapan metode tersebut ataupun pengurangan terhadap hal-
hal yang tidak terlalu signifikan. Misalnya, pengujian efektivitas metode mengajar
baru pada sampel yang terbatas menunjukkan bahwa metode mengajar baru
ternyata yang lebih efektif dari metode lama. Namun dari hasil pengujian terlihat
bahwa kreativitas murid baru mendapat nilai 60% dari yang diharapkan. Untuk itu
maka desain metode mengajar perlu direvisi agar kreativitas murid dalam belajar
dapat meningkat pada gradasi yang tinggi. Setelah direvisi maka perlu
diujicobakan lagi pada kelas yang lebih luas.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin ada revisi yang
tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk yang berupa metode mengajar baru
tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam
operasinya, metode baru tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan
yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.
Pada tahap ini produk baru yang ditawarkan sudah harus jadi dengan
mengkaji dampak aplikasinya. Asumsi kebermaknaannya dapat dicek melalui
desain eksperimental, atau melalui observasi dan refleksi (Sukmadinata,2008).
9. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian pada lembaga
pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji
pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja
produk dalam hal ini adalah metode mengajar tersebut untuk penyempurnaan
berikutnya.
10. Pembuatan Produk Masal
Bila produk yang berupa metode mengajar baru tersebut telah dinyatakan
efektif dalam beberapa kali pengujian, maka metode mengajar baru tersebut dapat
diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.

197
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Sejalan dengan pendapat di atas, Borg dan Gall (1983) menyatakan 10
langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan prosedur penelitian
pengembangan, yaitu:
1. Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk mengumpulkan
informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas), identifikasi permasalahan yang
dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan.
2. Melakukan perencanaan (identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan
tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji ahli atau uji coba pada skala
kecil atau expert judgement.
3. Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi
pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi.
4. Melakukan uji coba lapangan tahap awal, dilakukan terhadap 2-3 sekolah
menggunakan 6-10 subjek ahli. Pengumpulan informasi/data dengan
menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner, dan dilanjutkan analisis
data.
5. Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-
saran dari hasil uji lapangan awal.
6. Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 3-5 sekolah. Tes
atau penilaian tentang prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudah
proses pembelajaran.
7. Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan
saran-saran hasil uji lapangan utama.
8. Melakukan uji lapangan operasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah), data
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner.
9. Melakukan revisi terhadap produk akhir berdasarkan saran dalam uji coba
lapangan.
10. Mengimplementasikan produk, melaporkan, dan menyebarluaskan produk
melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk
sosialisasi produk untuk komersial dan memantau distribusi dan kontrol
kualitas.

198
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall, dapat dilakukan
dengan lebih sederhana melibatkan 5 langkah utama, yaitu:
1. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan
2. Mengembangkan produk awal
3. Validasi ahli dan revisi
4. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk
5. Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir

d. Sistematikan Laporan Penelitian dan Pengembangan


Sebagaimana diketahui bahwa metode R&D merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti yang pada akhirnya menghasilkan produk baru
setelah melalui berbagai proses. Sehubungan dengan hal itu, maka laporan
penelitian yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan
berikut spesifikasinya dan penjelasannya. Lampiran berupa produk yang
dihasilkan tersebut dibuat dalam buku tersendiri dan dijelaskan tentang
keunggulan produk tersebut berdasarkan hasil uji coba serta cara
menggunakannya.
Sistematika Laporan Penelitian R&D
Halaman judul
Abstrak
Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

199
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis (Produk yang akan dihasilkan)
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Langkah-langkah Penelitian
B. Metode Penelitian Tahap I
1. Populasi Sampel Sumber Data
2. Teknik Pengumpulan Data
3. Instrumen Penelitian
4. Analisis Data
5. Perencanaan Desain Produk
6. Validasi Desain
C. Metode Penelitian tahap II
1. Model Rancangan Eksperimen untuk Menguji Produk yang Telah
Dirancang
2. Populasi dan Sampel
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Instrumen Penelitian
5. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Desain Awal Produk (Gambar dan Penjelasan)
B. Hasil Pengujian Pertama
C. Revisi Produk (Gambar setelah direvisi dan penjelasannya)
D. Hasil Pengujian Tahap II
E. Revisi Produk (Gambar setelah revisi dan penjelasannya)
F. Tahap Pengujian III (bila perlu)
G. Penyempurnaan Produk (Gambar terakhir dan penjelasannya)
H. Pembahasan Produk

200
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENGGUNAANNYA
A. Kesimpulan
B. Saran Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN INSTRUMEN
LAMPIRAN DATA
LAMPIRAN PRODUK YANG DIHASILKAN DISERTAI BUKU PENJELASAN

e. Contoh Judul Penelitian dan Pengembangan


1. Pengembangan Model Bahan Ajar Bahasa Indonesia bagi Anak Berbakat
Intelektual.
2. Kosakata dan Struktur Bahasa Indonesia untuk Sekolah dasar (Sebuah
Analisis Isi) untuk Menghasilakan Materi Pelajaran.
3. Pengembangan Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia yang
Menyenangkan Peserta Didik.
4. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum Muatan Lokal
untuk Pembelajaran Matematika.

C.Penelitian Tindakan
Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut
metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah atau teknologi
baru, membuktikan kebenaran dan ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat
dirumuskan teori atau proses gejala sosial. Penelitian juga bisa diartikan sebagai
kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi
tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk
selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya. Penelitian
tindakan atau action research ini dipelopori oleh seorang ahli psikologi sosial
bernama Kurt Lewin pada tahun 1940-an di Amerika yang kemudian
dikembangkan tidak saja untuk bidang psikologi dan sosial, tetapi juga untuk
pendidikan. Penelitian tindakan sebagai suatu proses yang memberikan
kepercayaan untuk pengembangan kekuatan reflektif, diskusi untuk pengambilan
keputusan dan tindakan oleh orang-orang berpartisipasi dalam penelitian secara

201
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
kolektif pada masalah pribadi yang memiliki kesamaan (Mills, 2003:5). Penelitian
tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas
hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus sampai
tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan
keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Dengan kata lain,
penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari
pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena
menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang dirasakan
belum memuaskan dan perlu ditingkatkan.
Menurut Gay (2009:486) penelitian tindakan dalam pendidikan adalah
suatu penelitian yang dilaksanakan secara sistematis oleh guru, kepala sekolah,
konselor atau pemangku kepentingan lainnya dalam lingkungan belajar mengajar
untuk mendapatkan wawasan, mengembangkan praktik reflektif, memengaruhi
perubahan positif dalam lingkungan sekolah (dan pada praktik pendidikan pada
umumnya) untuk meningkatkan hasil belajar. Aksi penelitian dalam pendidikan
adalah setiap pertanyaan sistematis yang dilakukan oleh para peneliti guru, kepala
sekolah, konselor sekolah, atau pemangku kepentingan lainnya dalam lingkungan
teaching-learning yang melibatkan pengumpulan informasi tentang cara-cara
mengajar di mana mereka bekerja.
Penelitian tindakan dideskripsikan sebagai suatu penelitian informal,
kualitatif, formatif, subjektif, interpretatif, reflektif, dan suatu model penelitian
pengalaman di mana semua individu dilibatkan dalam studi sebagai peserta yang
mengetahui dan menyokong Hopkin (Emzir, 2015:233). Hal ini dipertegas oleh
Kemmis yang dikuti oleh Hopkin (1985) bahwa penelitian tindakan adalah bentuk
penelitian reflektif diri (self-reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam
situasi sosial (termasuk pendidikan) dalam rangka meningkatkan (a) keadilan dan
rasionalitas praktik sosial dan pendidikan mereka sendiri; (b) pemahaman mereka
tentang praktik tersebut; dan (c) situasi tempat praktik tersebut dilakukan. Hal ini
sangat rasional bila dilakukan oleh para partisipan.

202
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang
dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam
pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam
mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan
yang dihadapi untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-
kegiatan penyempurnaan (Sukmadinata, 2008:140). Alat untuk memecahkan
masalah yang dilakukan diagnosis tertentu. Alat pelatihan dalam jabatan sehingga
membekali guru yang bersangkutan dengan keterampilan, metode dan teknik
mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya, dan mempertinggi
kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya. Alat untuk mengenalkan
pendekatan tambahan atau yang inovatif pada pengajaran. Alat untuk
meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti akademis, serta
memperbaiki kegagalan penelitian tradisional. Alat untuk menyediakan alternatif
yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjektif,
impresionistik dalam memecahkan masalah di dalam kelas.
Penelitian tindakan memiliki ruang lingkup yang luas karena objek penelitian
tindakan tidak hanya terbatas di dalam kelas tetapi bisa di luar kelas, seperti
sekolah, organisasi, komunitas, dan masyarakat. Menurut Kurn Lewin penelitian
tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Selain itu, menurut Burns
(1999) penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada
pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan
kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan
kerja sama para peneliti.
Menurut Sumanto (2005: 44), tiga prinsip dalam penelitian tindakan, yaitu:
(1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan; (2) adanya
tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian
tindakan tersebut; dan (3) adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan
kualitas suatu program atau kegiatan.
Penelitian tindakan (action research), menghadirkan suatu perkembangan
bidang penelitian pendidikan yang mengarahkan pengidentifikasian karakteristik

203
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
kebutuhan pragmatis dari praktisi bidang pendidikan untuk mengorganisasi
penyelidikan reflektif ke dalam pengajaran di kelas. Penelitian tindakan adalah
suatu proses yang dirancang untuk memberdayakan semua partisipan dalam
proses (siswa, guru, dan peserta lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan
praktik yang diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan (Hopkin, 1993).
Semua partisipan merupakan anggota aktif dalam proses penilaian.
Penelitian tindakan mempunyai tujuan untuk menyediakan suatu kerangka
penyelidikan kualitatif oleh para guru dan peneliti di dalam situasi pekerjaan kelas
yang kompleks. Menurut Hopkin (1985, dalam Emzir, 2009: 234) penelitian
tindakan adalah studi sistematis dari upaya meningkatkan praktik pendidikan oleh
kelompok partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara
refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut.
Kerangka kerja penelitian tindakan merupakan yang paling sesuai untuk
para partisipan yang mengenali eksistensi kekurangan dalam aktivitas pendidikan
mereka dan yang bermaksud mengadopsi beberapa pendirian awal yang
berhubungan dengan masalah, merumuskan rancangan, melaksanakan intervensi,
mengevaluasi hasilnya, dan mengembangkan strategi lebih lanjut dalam
pertunjukan berulang. Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya
dalam dua siklus tindakan yang berurutan, informasi dari siklus yang terdahulu
sangat menentukan bentuk siklus berikutnya. Oleh karena itu siklus yang kedua,
ketiga, dan seterusnya tidak dapat dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil
refleksi harus tampak digunakan sebagai bahan masukan untuk perencanaan
siklus berikutnya.
Secara sederhana penelitian tindakan merupakan “belajar dengan
melakukan” (learning by doing), suatu kelompok orang mengidentifikasi suatu
masalah, melakukan sesuatu untuk memecahkannya, mengamati bagaimana
keberhasilan usaha mereka, dan jika belum memadai mereka mencoba lagi.
Penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada
kepedulian praktis dari orang dalam situasi problematis secara langsung dan untuk
tujuan lebih lanjut dari ilmu sosial secara serempak. Dengan demikian, ada dua
komitmen dalam penelitian tindakan untuk mengkaji suatu sistem dan secara

204
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
bersamaan untuk berkolaborasi dengan anggota dari sistem tersebut dalam
mengubah apa yang secara bersama-sama disepakati sebagai arah yang
diinginkan. Penelitian tindakan ini digunakan dalam situasi nyata karena fokus
utamanya adalah pada pemecahan masalah nyata.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa


penelitian tindakan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk penelitian reflektif diri
yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran serta pemahaman mengenai praktik ini terhadap situasi tempat
dilakukan praktik pembelajaran. Pada umumnya penelitian ini cocok untuk
meningkatkan subjek yang diteliti. Subjek penelitian biasanya berupa kelompok
orang yang ingin meningkatkan kualitas kerjanya. Penelitian tindakan adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru, untuk diri mereka sendiri tidak dipaksakan
pada mereka oleh orang lain. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian
ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama
dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan ‘kelas'
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama juga.

1. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan


Emzir (2007: 236-239) menyatakan bahwa prinsip-prinsip penelitian
tindakan mencakup kritik reflektif, kritik dialektik, sumber daya kolaboratif, ambil
resiko, struktur jamak dan teori, praktik dan transformasi.
a. Kritik reflektif
Dalam ranah sosial seringkali dokumen ataupun catatan pejabat memiliki
kebenaran yang tersirat. Dengan prinsip kritik reflektif ini meyakinkan peneliti
untuk merefleksi isu dan proses serta membuat interpretasi, asumsi dan
penyimpangan dalam dokumen tersirat menjadi lebih jelas terungkap.
Dengan cara ini, perhitungan praktis dapat memberikan kemajuan pada
pertimbangan teori.

205
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
b. Kritik Dialektika
Dalam memahami fenomena sosial, fenomena tersebut dikonseptualisasikan
dalam bentuk dialog uraian pemahaman. Oleh karena itu, suatu kritik
dialektika dibutuhkan untuk menghayati serangkaian hubungan antar
fenomena dan konteksnya, serta antar unsur-unsur pembentuk fenomena
tersebut. Dalam fenomena sosial ada kalanya unsur-unsur tersebut saling
bertentangan, yang ketidakstabilan. Kondisi yang demikian dapat
menciptakan suatu perubahan.
c. Sumber Daya Kolaboratif
Dalam penelitian tindakan, penelitian dilakukan secara kolaboratif
memberikan gagasan yang berkedudukan sama pentingnya sebagai sumber
daya potensial untuk menciptakan kategori analisis interpretasi. Walaupun
para partisipan berkedudukan sebagai pembantu peneliti. Peneliti utama
sebagai pemilik gagasan merundingkan dengan sistematis, kritis, dan
menyimpulkan segala pertentangan antara sudut pandang tunggal yang
seoptimal mungkin mengakomodasi gagasan berbagai pihak.
d. Ambil Resiko
Pemrakasa penelitian tindakan harus berani mengambil resiko dalam hal
perubahan yang terjadi, karena adanya proses perubahan yang dapat
mengancam semua cara yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini dapat
memengaruhi suasana psikis para praktisi. Salah satu masalah tersebut yang
paling krusial adalah masalah ego yang berpangkal dari perbedaan diskusi
terbuka tentang penafsiran, gagasan, dan pertimbangan seseorang. Untuk
mengatasi masalah ini, pemrakasa penelitian mengundang keikutsertaan
dengan menunjukkan bahwa mereka juga akan tunduk proses yang sama
dan apapun hasilnya pelaksanaan penelitian akan tetap berlangsung.
e. Struktur Jamak
Dengan adanya berbagai sudut pandang, gagasan dan penafsiran dari
peneliti utama dan partisipan, sifat alami penelitian menjadi serba ragam.
Dengan demikian struktur jamak dari penelitian ini memerlukan suatu teks
jamak untuk dilaporkan. Ini berarti ada ragam perhitungan perlu disusun

206
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
secara jelas dan lugas dengan mengakomodasikan pertentangan yang
muncul dan perlu juga diperhitungkan rentangan pilihan untuk tindakan yang
akan dilakukan. Oleh karena itu, suatu laporan berfungsi sebagai suatu
dukungan yang berkelanjutan antar kolaborator daripada menjadi suatu
kesimpulan final atau akhir dari fakta.
f. Teori, Praktik, dan Transformasi
Dalam penelitian tindakan teori memperkuat praktik, dan praktik memperbaiki
teori. Hal ini dilaksanakan dalam suatu transformasi yang berkelanjutan
dalam suatu tindakan yang dilakukan masyarakat berdasarkan asumsi-
asumsi yang dikemukakan secara implisit. Selanjutnya asumsi tersebut
diperkuat dengan hipotesis dan dibuktikan dengan teori untuk melakukan
praktiknya. Aplikasi berikutnya dilakukan analisis lebih lanjut dalam suatu
siklus transformatif yang secara berkelanjutan mengubah penekanan antara
teori dan praktik.
Senada dengan pendapat di atas dikemukakan juga mengenai prinsip-
prinsip penelitian tindakan berikut:
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin.
Mengapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat
dijamin akan dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu,
penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah
jadwal yang sudah ada, peneliti tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa? Jika
penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dapat dijamin akan
dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu, penelitian
tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang
sudah ada.
b. Adanya kesadaran untuk memperbaiki diri
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia
tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang
lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-
menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena

207
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul
menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada
paksanaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela,
dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik
dari hasil yang lalu, yang dirasakan belum memuaskan dan perlu
ditingkatkan.
c. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dari melakukan analisis SWOT, terdiri dari
unsur-unsur S (Strength) - kekuatan, W (Weaknesses) - kelemahan, O
(Opportunity) - kesempatan, dan T (Threat) - ancaman. Empat hal tersebut
dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai
tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal yang disebutkan, penelitian tindakan
dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada
pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum
menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan memerlukan pemikiran yang
matang.
d. Upaya empirik dan sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah
dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian
tindakan, sudah mengikuti prinsip empirik (terkait dengan pengalaman) dan
sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem
yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Jika guru mengupayakan
cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung dan
hal-hal yang terkait dengan cara baru tersebut.
e. Ikuti SMART dalam perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris artinya cerdas, akan tetapi dalam proses
perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna, yaitu:
S Specific, khusus, tidak terlalu umum
M Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
A Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai,
dijangkau

208
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
R Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan
T Time-bound, diikat oleh waktu, terencana
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang
disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus khusus, tidak
sulit dilakukan, dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, lingkungan
nyata bermanfaat bagi dirinya, dan subjek yang dikenai tindakan. Selain itu
yang sangat penting adalah bahwa tindakan tersebut sudah tertentu jangka
waktunya. Penelitian tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan,
satu semester, atau satu tahun.
f. Bukan seperti biasanya, tetapi harus cemerlang
Penelitian tindakan harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan
kepada siswa memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan. Sesuai
dengan prinsip nomor 2, yaitu adanya kesadaran dan keinginan untuk
meningkatkan diri, apa yang sudah ada, tindakan yang dilakukan harus
berbeda dari biasanya, karena yang biasa sudah jelas menunjukkan hasil
yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, guru melakukan tindakan yang
diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
g. Terpusat pada proses, bukan semata-mata hasil
Penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau
peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil, dengan mengubah cara,
metode, pendekatan, atau strategi yang berbeda dari biasanya. Cara,
metode, pendekatan, atau strategi tersebut berupa proses yang harus diamati
secara cermat, dilihat kelancarannya, kesesuaian dengan dan
penyimpangannya dari rencana, kesulitan atau hambatan yang dijumpai, dan
lain-lain aspek yang berkaitan dengan proses. Sejauh mana proses ini sudah
memenuhi harapan, lalu dikaitkan dengan hasil setelah satu atau dua kali
tindakan berakhir. Dengan kata lain, dalam melaksanakan penelitian, peneliti
tidak harus selalu berpikir dan mengejar hasil, tetapi mengamati proses yang
terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan dampak dari prosesnya.

209
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2. Tujuan Penelitian Tindakan (Action Research)
Tujuan penelitian tindakan adalah untuk:
a. Membantu guru/peneliti menyelesaikan masalah sehari-hari di sekolah
sehingga mereka dapat meningkatkan belajar siswa dan guru secara
efektif.
b. Membantu guru untuk mengembangkan profesional guru, agar terus
menerus belajar di kelas.
c. Menyediakan peneliti/guru dengan sebuah metode untuk memecahkan
masalah sehari-hari di sekolah sehingga mereka dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dan efektivitas guru dalam penerapan metode yang
digunakan.
d. Peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok
subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat
tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat
penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi
sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
e. Guru dapat menerapkan model bagi siswa, tidak hanya keterampilan
yang diperlukan untuk belajar efektif tetapi juga rasa ingin tahu dan
semangat tentang memperoleh pengetahuan baru (Gay, 2009:494).
Kennedy lebih lanjut berpendapat bahwa salah satu tujuan penelitian
pendidikan adalah untuk meningkatkan kepastian dengan menciptakan
prediktabilitas dalam kelas. Sebuah hasil penelitian tindakan adalah bahwa hal
itu memenuhi keinginan bahwa semua guru harus meningkatkan prediktabilitas
apa yang terjadi di kelas mereka khususnya, untuk meningkatkan kemungkinan
bahwa kurikulum yang diberikan, strategi instruksional atau penggunaan
teknologi positif akan memengaruhi hasil mahasiswa. Dengan kata lain, hasil
penelitian tindakan yang relevan dengan pekerjaan peneliti guru individu.
3. Desain Penelitian Tindakan
Stephen Kemmis (dalam Emzir, 2009: 239), telah mengembangkan model
sederhana hakikat siklus proses penelitian tindakan yang mana tiap siklus
mempunyai empat tahapan, yaitu:

210
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
a. Perencanaan
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis
untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Misalnya dalam penelitian kelas,
guru terlebih dahulu hendaknya melakukan pengamatan terhadap kelas
yang akan diteliti dan melakukan pencatatan awal mengenai hasil
pengamatan dan guru juga harus menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Tindakan
Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan
bijaksana. Praktik dilakukan sebagai gagasan dalam tindakan dan tindakan
itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan
berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan.
Salah satu perbedaan antara penelitian tindakan dengan penelitian biasa
adalah bahwa penelitian tindakan diamati. Pelakunya mengumpulkan bukti
tentang tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilainya. Untuk
mempersiapkan evaluasi, sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti
yang akan diperlukan untuk mengevaluasi tindakannya yang kritis jadi
dalam tindakan ini, yang dilakukan guru adalah melaksanakan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
c. Observasi
Observasi merupakan prosedur perekaman data mengenai proses dan
produk dari implementasi tindakan yang dirancang. Penggunaan instrumen
yang telah disiapkan sebelumnya perlu diungkap secara rinci dan lugas
termasuk cara perekamannya. Observasi berfungsi untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi itu berorientasi
ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi sekarang.

211
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
d. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti
yang telah dicatat dalam observasi. Jadi refleksi ini berupa uraian tentang
prosedur analisis terhadap hasil pemantauan atau refleksi berkaitan dengan
proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria
dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya.

4. Karakteristik Penelitian Tindakan (Action Research)


a. Bersifat situsional kontekstual yang terkait dengan mendiagnosis dan
memecahkan masalah dalam konteks tertentu.
b. Menggunakan pendekatan yang kolaboratif.
c. Bersifat partisipatori (jika penelitian tindakan dilakukan secara tim), yakni
masing-masing anggota tim ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan
penelitiannya.
d. Bersifat self evaluative, yakni peneliti melakukan evaluasi sendiri secara
kontinu untuk meningkatkan praktik kerja. Prosedur penelitian tindakan
bersifat on the spot yang didesain untuk menangani masalah konkret yang
ada ditempat itu juga.
e. Temuannya diterapkan segera dan perspektif jangka panjang.
f. Memiliki sifat keluwesan dan adaptif.
Contoh contoh kasus yang mungkin bisa digunakan untuk dilakukan
Penelitian Tindakan (Action Research), misal :
1. Siswa kurang berminat dalam menerima pelajaran.
2. Siswa hasil ulangannya selalu dibawah standar.
3. Siswa setiap tanya jawab selalu enggan untuk menjawabnya.
Contoh-contoh kasus di atas mungkin sering kita jumpai dalam setiap
mata pelajaran. Dengan kasus-kasus di atas guru/dosen, peneliti harus bisa
merumuskan permasalahan lalu mencari penyebab terjadinya kasus di atas.
Penyebab terjadinya kasus di atas bisa terjadi karena, yaitu :
1. Dalam menerangkan materi pembelajaran guru kurang menguasai materi.
2. Terlalu cepat dalam menjelaskan / menerangkan materi.

212
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Terlalu banyaknya siswa diberi catatan-catatan tanpa ada penjelasan dari
guru.
4. Terlalu panjangnya pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
5. Guru kurang memberi waktu berpikir bagi siswa.
6. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya.
7. Model pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa.
8. Terlalu banyaknya siswa dalam kelas.
9. Sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Misalnya setelah dicermati dan dianalisa kasus tersebut di atas, terjadi
karena model pembelajaran. Dalam hal ini guru/dosen harus melakukan
tindakan-tindakan perbaikan model pembelajaran. Rencana tindakan perbaikan
ini dicantumkan dalam rencana pembelajaran yang digunakan dalam
mengajaran.
Rencana perbaikan bisa menggunakan dengan beberapa siklus
Siklus 1
Tindakan
Melakukan tindakan dengan cara menggunakan metode/model
pembelajaran yang baru, yang dianngap bisa memperbaiki hasil belajar.
Refleksi
Mengumpulkan data-data selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan
dianalisis. Dari hasil analisis guru/dosen bisa membuat tolak ukur
keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan.
Siklus 2
Siklus 2 digunakan untuk mengimplementasikan serangkain kegiatan
pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan revisi-revisi terhadap kekurangan
yang terjadi pada siklus 1 yang belum tuntas. Berdasarkan hasil refleksi tersebut
dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan implementasi
pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Apabila pada siklus II
tujuan penelitian tindakan sudah dapat tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan
siklus berikutnya. Tetapi apabila tujuan belum tercapai, maka perlu dilanjutkan
siklus berikutnya.

213
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
D.CONTOH METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Judul (Peningkatan Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Pada tajuk


Rencana Koran Kompas dengan Menggunakan Metode Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) di SMAN 11 Kronjo Kabupaten Tangerang).

A. Pendekatan Penelitian Tindakan


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan membaca dalam membedakan fakta dan opini dengan menggunakan
metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas XI
IPA 3 SMAN 11 Kronjo Kabupaten Tangerang. Model yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah model penelitian Kemmis dan Taggard yang menggunakan
empat komponen penelitian tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
Gambar .1 Desain Penelitian Tindakan Model Kemis dan Taggart

(Yoni, 2012 : 168)

Refleksi Perencanaan

Observasi

Tindakan

Refleksi
Perencanaan

Observasi

Tindakan

214
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1) Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah menyusun
rancangan yang akan dilaksanakan sesuai dengan temuan masalah dan
gagasan awal. Rancangan yang akan dilaksanakan mengacu pada metode
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),
dalam pembelajaran ini peneliti mengembangkan rencana pembelajaran, tes
berupa tes individu, tes akhir siklus, dan lembar observasi.
2) Tindakan
Peneliti melaksanakan desain metode pembelajaran cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) seperti yang telah dilaksanakan,
dalam usaha kearah perbaikan suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap
dilakukan perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses
pelaksanaan di kelas.
3) Observasi
Observasi dilakukan selama pengamatan tindakan sebagai upaya
mengetahui jalannya pembelajaran.
4) Refleksi
Data hasil observasi dianalisis secara deskriptif, kemudian hasil tindakan
dievaluasi dan direfleksi untuk merencanakan tindakan siklus berikutnya.
Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada
saat dilaksanakannya observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa.
Hasil dari observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan
tahap selanjutnya. Siklus tindakan dilakukan secara terus menerus sampai
peningkatan hasil belajar sudah maksimum. Hambatan dan tindakan
keberhasilan pelaksanaan pada siklus pertama harus diobervasi, dievaluasi,
dan direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Siklus kedua
merupakan perbaikan dari siklus pertama, tetapi tidak menutup kemungkinan
siklus kedua merupakan pengulangan dari siklus pertama. Pengulangan
tersebut untuk meyakinkan peneliti bahwa siklus pertama telah berhasil.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

215
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Slavin, dkk dengan tujuan untuk membantu khususnya siswa yang lemah
dapat berperan serta dalam kelompok belajar.
Menurut Slavin, dkk Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) adalah Salah satu metode yang seluruh rencana pengembangan
difokuskan pada penggunaan pembelajaran kooperatif sebagai sarana untuk
memperkenalkan teknik terbaru latihan-latihan yang berasal dari penelitian
dasar mengenai pengajaran praktis pelajaran membaca dan menulis. Metode
CIRC merupakan suatu cara pembelajaran yang dapat membuat suasana
belajar lebih bervariasi dan efektif. Untuk melaksanakan metode tersebut
diperlukan cara untuk mengatur pada tiap-tiap tahapan yaitu : tahapan
membaca dan tahapan menulis secara terpadu. Dalam tahapan tersebut
diperlukan keahlian guru untuk mengatur dan mengendalikan kelas secara
keseluruhan. Selain itu, pada pelaksanaan tahapan membaca dapat melatih
siswa untuk belajar secara individu dan mengajarkan kepada siswa untuk
tidak tergantung pada orang lain atau teman dalam kelompoknya. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat dikemukakan Shahran CIRC merupakan
kendaraan yang bias digunakan untuk menanamkan pembelajaran terpadu
didalam tersusun program membaca, menulis dasar, dan seni berbahasa.
CIRC adalah salah satu metode penbelajaran membaca yang muncul dari
sebuah penemuan penelitian uang menekankan program pembelajaran
kooperatif terpadu antara membaca dan menulis. Di dalam CIRC para siswa
bekerja sama dalam tim yang heterogen. Semua kegiatan melibatkan
presentasi guru, latihan perorangan, latihan tim, latihan tambahan, dan
penilaian kelompok. Pembelajaran CIRC dapat melatih siswa untuk saling
bekerja sama dalam kelompoknya dan untuk saling bertanggung jawab pada
tugas dan kewajiban secara perorangan. Hal tersebut sesuai dalam model –
model pembelajaran yang efektif yang di terbitkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional yaitu CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan
menulis secara kooperatif kelompok. Sintaksisnya adalah : membentuk
kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan
sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian,

216
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menentukan kata kunci, memberi tanggapan) terhadap wacana kemudian
menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka langkah pendekatan pembelajaran
dengan metode CIRC adalah :
Gambar . 2 Skenario Kegiatan

217
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
B. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan

Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengajar dalam
proses pembelajaran di kelas. Peneliti mengajar sesuai dengan perencanaan yang
dibuat untuk pembelajaran memahami informasi dari berbagai laporan. Data yang
akan dikumpulkan bersumber dari guru pengajar dan siswa sebagai sumber data
utama.
C.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan tes dan nontes.
a. Tes
Tes terdiri dari pre-test (tes awal) dan post-test (tes akhir). Pre-test yaitu jenis
tes kemampuan awal yang dilakukan sebelum peserta didik mengalami proses
belajar dalam suatu mata pelajaran (Nurgiyantoro, 2010:112), sedangkan post-
test (tes akhir) yaitu tes yang dilakukan pada akhir pelajaran. Tes akan
mengukur kemampuan siswa dalam membedakan fakta dan opini, baik
dilaksanakan sebelum maupun sesudah tindakan.
Tabel .1 Kriteria Penilaian Kemampuan Membaca

Skor Skor yang


No. Aspek yang dinilai
Maksimum diperoleh

1. Membedakan fakta dan opini 100

Tabel .2 Daftar Rentang Keberhasilan Siswa

No Nilai Keberhasilan
1. 85 – Sangat Baik
2. 100 Baik
3. 70 – Cukup
4. 84 Kurang
5. 60 – Sangat kurang
69

50 –
218
59
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
<50
b. Nontes

Nontes dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan


dilakukan melalui :
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk mengambil
dokumentasi atau memotret kegiatan siswa, seberapa jauh tindakan yang
telah mereka capai. Penilaian dengan cara mengadakan pengamatan
terhadap penggunaan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) secara langsung diteliti dan sistematis. Berdasarkan
rencana `kerja pengamat, maka observasi yang digunakan yaitu observasi
berstruktur. Isi, maksud atau apa saja yang harus diamati telah ditetapkan
dan dibatasi. Pencatatan data hanya dilakukan terhadap data-data yang
sesuai dengan kerangka kerja itu.
b. Wawancara
Maksud mengadakan wawancara ini antara lain : mengkonstruksi,
merekonstruksi, memproyeksikan dan memverifikasi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, dan lain-lain. Wawancara dilakukan
secara random pada peserta didik.
c. Tes kemampuan membaca
Siswa membaca tajuk rencana dengan konsentrasi, mengidentifikasi
setiap paragraf-paragraf yang terdapat dalam tajuk rencana, mencari kata
kunci yaitu fakta dan opini dalam setiap paragraf-paragraf yang terdapat
dalam tajuk rencana, membedakan kalimat fakta dan kalimat opini. Teknik
tes membaca ini mengujicobakan metode Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC) dalam membedakan fakta dan opini. Sekaligus
sebagai umpan balik bagi keberhasilan guru dalam upaya meningkatkan
kemampuan membaca siswa dalam membedakan fakta dan opini
Tes awal (pre test) dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam membedakan fakta dan opini setelah itu dilakukan tes akhir (post test)
untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dalam menginterpretasikan serta
memberikan tanggapan terhadap tajuk rencana yang telah dibacanya.

219
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
d. Dokumentasi foto
Dokumentasi digunakan agar dapat merekam situasi pembelajaran dan
proses tindakan yang berlangsung di ruang kelas sehingga didapatkan bukti
yang otentik mengenai proses penelitian yang berlangsung.
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2006:46) teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Teknik Tes
Data penelitian ini dapat diperoleh dengan menggunakan dua kali tes
yaitu tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membedakan fakta dan
opini. Hasil tes ini dapat diketahui peningkatan kemampuan peserta didik dalam
membedakan fakta dan opini pada tajuk rencana Koran kompas dengan
menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
b. Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara,
kemampuan membaca, catatan lapangan, dan dokumentasi foto. Teknik nontes
digunakan untuk mengetahui perubahan sikap dan perilaku siswa.
a. Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung pada siklus I dan siklus II. Peneliti melakukan pengamatan
perilaku siswa baik yang bersifat positif maupun negatif dengan teliti serta
pencatatan secara sistematis. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu
oleh guru mata pelajaran.
b. Teknik Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan cara wawancara bebas, dimana responden
mempunyai kebebasan untuk megutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi. Tujuan wawancara
adalah untuk mengetahui pesan, kesan, serta pendapat siswa terhadap
pembelajaran membaca melalui metode Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC).

220
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
c. Teknik Kemampuan Membaca
Teknik kemampuan membaca dilakukan pada saat siswa membedakan
fakta dan opini di setiap paragraf-paragraf yang ada dalam tajuk rencana
koran kompas, mengidentifikasi setiap paragraf-paragraf yang terdapat dalam
tajuk rencana, mencari kata kunci yaitu fakta dan opini dalam setiap paragraf-
paragraf yang terdapat dalam tajuk rencana, membedakan kalimat fakta dan
kalimat opini dalam setiap paragraf yang terdapat dalam tajuk rencana koran
kompas. Teknik tes membaca ini mengujicobakan sistem pembelajaran
membedakan fakta dan opini dengan menggunakan metode Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) sekaligus sebagai upaya dalam
meningkatkan kemampuan membaca.
d. Teknik Dokumentasi
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh data yang benar-benar nyata
dengan cara pengambilan gambar atau foto oleh teman sejawat pada saat
proses belajar mengajar berlangsung baik pada siklus I maupun pada siklus II.
Dokumentasi yang diambil yaitu siswa membedakan fakta dan opini dari tajuk
rencana melalui teks berita dengan melalui metode Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC). Gambar-gambar yang diambil kemudian
dideskripsikan sesuai dengan kondisi saat itu.

D. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif.
Sedangkan data untuk meningkatkan pengetahuan serta pengalaman
peserta didik dalam membaca dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif
(Yoni, 2012:60).
1. Analisis data kualitatif
Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun
langkah penganalisisan data kualitatif adalah dengan menganalisis
lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan
mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu dalam

221
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
penelitian. Data wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi
catatan wawancara, dan apabila kurang jelas dapat memutar
kembali rekaman wawancara. Data dokumentasi dianalisis dengan cara
mengambil gambar atau foto pada saat pembelajaran berlangsung serta
video proses pembelajaran. Hasil analisis tersebut untuk mengetahui
siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran membedakan
fakta dan opini, untuk mengetahui kelebihan, kekurangan pembelajaran
membedakan fakta dan opini dengan metode Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC), serta untuk mengetahui peningkatan
dan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran membedakan fakta
dan opini dengan metode Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC).
2. Analisis data kuantitatif
Analisis data secara kuantitatif, data yang berupa prestasi belajar siswa
dalam bentuk kemampuan membaca yang didapat dengan cara memberikan
tes kemampuan membaca dalam membedakan fakta dan opini (tes awal, tes
akhir di setiap akhir siklus) akan dianalisa dan dilihat peningkatannya dari
setiap siklus yang direncanakan. Untuk mengukur ketuntasan belajar siswa
maka digunakan rumus :
skor yang diperoleh
Nilai = x 100
skor maksimal
a. Validitas
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
pemahaman, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur. Sebenarnya validitas bukan ditekankan pada tes itu
sendiri melainkan pada hasil pengetesan atau skornya. Teknik yang
digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product
moment (Arikunto, 2006: 80).

222
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Rumus korelasi product moment dengan simpangan yaitu:

Di mana :
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan (x=X-X dan y=Y-Y)


= Jumlah perkalian x dengan y

= Kuadrat dari x

= Kuadrat dari y

Bila ≥ maka soal valid, tapi bila Bila ≤ maka soal tidak valid.

b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama.
Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat dari kesejajaran hasil
(Arikunto, 2006:104).
Rumus reliabilitas K-R.20 yaitu :

Di mana :
= Relibialitas tes secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjadi item dengan benar


q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1p)
= Jumlah hasil prekalian antara p dan q

223
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
n = banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians).
Bila ≥ maka soal reliabel, tapi bila ≤ maka soal tidak

reliabel.
E. Keabsahan Data
Peneliti menggunakan data yang dikumpulkan berupa dokumen dan
informasi tentang keterampilan membaca tajuk rencana dalam membedakan
fakta dan opini melalui teks berita dari media cetak koran kompas pada saat
proses pembelajaran di kelas. Sumber data yang diperoleh yaitu dalam kegiatan
proses pembelajaran membaca berita melalui metode Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC), siswa diminta untuk menemukan kata kunci
yaitu fakta dan opini, serta mengemukakan kembali isi berita yang di baca.
Sedangkan sumber data melalui dokumen berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), foto kegiatan pembelajaran membaca dalam membedakan
fakta dan opini, hasil tes peserta didik berupa menemukan kata kunci yaitu fakta
dan opini yang terdapat dalam tajuk rencana, hasil observasi peneliti dengan
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia serta teman sejawat, dan hasil
wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus yaitu siklus 1 dan II,
setiap siklus dijelaskan di bawah ini (Yoni, 2012 : 168):
1) Siklus 1
a. Perencanaan
Peneliti menyusun rancangan yang diberikan sebagai berikut :
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
yang akan diajarkan sesuai dengan metode pembelajaran kooperatif.
b) Menyusun kelompok.
c) Menyiapkan dan menyusun lembar observasi mengenai keaktifan
siswa.

224
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
d) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan
dalam setiap pembelajaran.
e) Mempersiapkan soal test untuk siswa yaitu tes akhir siklus.
b. Tindakan
Tahapan-tahapan dari tindakan pembelajaran kooperatif yaitu :
a) Tes penempatan siswa dan pembuatan kelompok terdiri 4. orang.
b) Presentasi guru.
c) Belajar secara individu, kemudian belajar secara kelompok.
d) Pelaksanaan tes berupa teks berita dan tes siklus akhir.
e) Perhitungan nilai kelompok.
c. Observasi
Observasi pada penelitian ini dilakukan pada tiap pertemuan,
observasi dilakukan oleh peneliti. Kegiatan penelitian ini, peneliti
menggunakan lembar observasi sebagai instrumen dalam penelitian.

d. Refleksi
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data-data hasil penelitian
terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dan siswa
di dalam kelas yang diperoleh tersebut kemudian direfleksi oleh peneliti.
Tujuan refleksi ini adalah melakukan evaluasi hasil tindakan penelitian
yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil evaluasi ini kemudian digunakan
sebagai acuan perbaikan dalam penyusunan rencana tindakan pada
siklus selanjutanya.
Pada siklus 1 ini difokuskan pada upaya meningkatkan motivasi
belajar siswa melalui implementasi diskusi bervariasi (diskusi kelas
dengan penugasan tertentu). Indikator keberhasilan diukur dari
meningkatnya secara kuantitatif aktivitas siswa dalam belajar baik dalam
melaksanakan proses pembelajaran maupun dalam mengerjakan tugas
sesuai dengan jenis tugas yang diberikan kepada setiap siswa.

225
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2) Siklus II
a. Perencanaan
Peneliti menyusun rancangan yang diberikan sebagai berikut :
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
yang akan diajarkan sesuai dengan metode pembelajaran kooperatif.
b) Mempersiapkan lembar observasi.
c) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan
dalam setiap pembelajaran.
d) Mempersiapkan soal tes untuk tes akhir siklus.
b. Tindakan
Tahap-tahap pada siklus II ini hampir sama dengan tahapan pada
siklus I, yang membedakannya adalah pada siklus II ini tidak terdapat tes
penempatan siswa. Tes penempatan siswa ini hanya dilakukan pada awal
tindakan untuk menentukan pembagian kelompok permanen siswa.
c. Observasi
Observasi pada siklus II sama dengan pada siklus I yaitu dengan
lembar observasi keaktifan siswa.
d. Refleksi
Sama seperti siklus I, setelah selesai pembelajaran, peneliti
melakukan refleksi. Kemudian hasil refleksi pada siklus II harus
mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan siklus I. Meskipun
keterbatasan waktu penelitian membuat hasil penelitian pada siklus II ini
belum dapat meningkat secara maksimal.
Pada siklus ini merupakan perbaikan pada siklus 1 dengan
memberikan penugasan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

226
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB XI
Penelitian Analisis Isi dan Penelitian Sastra
A.Pendahuluan
Di dalam sebuah penelitian kualitatif, terdapat penelitian analisis isi dan
penelitian sastra. Adapun penelitian analisis isi berfokus pada pembahasan yang
mendalam mengenai isi suatu informasi, sedangkan penelitian sastra berfokus pada
pembahasan suatu karya sastra secara mendalam. Seorang peneliti dapat melakukan
analisis isi untuk menganalisis suatu karya sastra. Selain untuk menganalisis suatu
karya sastra, analisis isi dapat pula digunakan untuk menganalisis berbagai bentuk
komunikasi, seperti isi teks, surat kabar, karangan, naskah, berita radio, iklan televisi,
lirik lagu, ataupun semua bahan dokumentasi yang lain. Analisis isi dapat dikonversikan
dari data kualitatif ke dalam bentuk kuantitatif. Adapun hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara menghitung jumlah respon yang termasuk ke dalam masing-masing
kategori (frekuensi), kemudian merangkum jumlah (atau persentase) dari respon untuk
masing-masing kategori, dan selanjutnya dapat digambarkan ke dalam sebuah tabel
analisis isi.
Analisis isi dapat digunakan di dalam penelitian sastra, contohnya untuk meneliti
nilai-nilai moral yang terkandung di dalam sebuah karya sastra. Adapun penelitian
sastra bertujuan untuk menelaah karya sastra itu sendiri secara mendalam, baik
menelaah secara intrinsik dan atau ekstrinsik. Secara umum, penelitian sastra termasuk
ke dalam penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan karya sastra merupakan hasil proses
imajinasi pengarang yang penuh makna dan bukan merupakan fenomena terkait gejala
ilmu alam yang mudah untuk dihitung. Oleh sebab itu, seorang peneliti diharapkan
mampu memahami sebuah karya sastra secara mendalam dengan melakukan sebuah
penelitian sastra.
B. Penelitian Analisis Isi
1. Pengertian Penelitian Analisis Isi
Mengenai pengertian analisis isi, Krippendorf (2004:18) menyatakan bahwa
analisis isi merupakan suatu teknik penelitian yang digunakan untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan

227
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
memperhatikan konteksnya. Di dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti
melakukan analisis isi sejak menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan
data di lapangan, hingga peneliti memperoleh seluruh data yang dibutuhkan untuk
penelitian. Berkaitan dengan analisis isi, Holsti (1968: 601) dalam Titscher, Mayer,
Wodak, dan Vetter (2009:97) mengemukakan mengenai pengertian analisis isi,
yakni analisis isi merupakan teknik penelitian yang ditujukan untuk membuat
kesimpulan dengan cara mengidentifikasikan karakteristik tertentu pada pesan-
pesan secara sistematis dan objektif. Berdasarkan pada penjelasan tersebut,
dapat diketahui bahwa di dalam analisis isi, pesan atau informasi yang diperoleh
dicatat secara sistematis, kemudian diinterpretasikan oleh peneliti. Adapun di
dalam penelitian analisis isi, objektivitas peneliti sangat diperlukan agar
pemahaman mengenai sebuah isi dapat benar-benar terwujud.
Mengenai pengertian analisis isi, terutama dalam bidang pendidikan dan
kebahasaan, Fraenkel dan Wallen juga menguatkan bahwa analisis isi adalah
teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mempelajari perilaku manusia secara
tidak langsung, yakni melalui analisis komunikasi yang dilakukan oleh manusia.
Berkaitan dengan hal tersebut, pada umumnya kajian dilakukan pada komunikasi
tertulis, meskipun tidak selalu demikian. Adapun bentuk komunikasi tertulis yang
dapat diteliti dengan penelitian analisis isi, contohnya buku teks, esai, koran, novel,
majalah, artikel, pidato politik, dan lainnya. Selain itu, bagaimana manusia
berperilaku, keyakinan, sikap, nilai dan gagasan orang atau sekelompok orang
yang tampak dalam interaksi komunikasi dapat pula diteliti dengan penelitian
analisis isi.
2. Proses Penelitian Analisis Isi
Terdapat beberapa proses yang harus diperhatikan dan dipahami oleh
seorang penelti di dalam sebuah penelitian analisis isi. Berkaitan dengan hal
tersebut, Afifudin dan Saebani (2009:168) menjelaskan tiga proses dalam
penelitian analisis isi, yang dapat diintisarikan sebagai berikut.
a. Proses penetapan apa yang ingin diteliti. Dalam hal ini, peneliti menetapkan
bentuk yang dianalisis isinya, contohnya isi dari novel, karangan, atau puisi.

228
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
b. Proses pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Di dalam
penelitian analisis isi, teks merupakan objek utama yang diteliti.
c. Proses pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang dilakukan
tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat berkaitan dengan faktor lain.
Berkaitan dengan proses dalam penelitian analisis isi, data-data yang telah
dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan dengan mengacu pada fokus penelitian.
Adapun data-data yang ada diinterpretasikan secara hati-hati agar hasilnya tetap
objektif. Adapun berkaitan dengan proses penelitian analisis isi, Mayring (1988:42-
68) dalam Titscher, Mayer, Wodak, dan Vetter (2009:106-109) menjelaskan
sembilan tahapan proses penelitian analisis isi yang dapat diintisarikan sebagai
berikut.
a. Penentuan materi;
b. Analisis situasi tempat asal teks;
c. Pengarakteran materi secara formal;
d. Penentuan arah analisis;
e. Diferensiasi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab sesuai dengan teori
yang ada;
f. Penyeleksian analisis, yang terdiri atas ringkasan, eksplikasi, dan penataan.
Ringkasan mencoba menyeleksi isi materi sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh isi materi yang sesuai. Eksplikasi berkaitan dengan pemaparan apa
yang ingin dianalisis secara detail, dan penataan berkaitan dengan penataan
teks;
g. Pendefinisian unit-unit analisis;
h. Analisis materi; dan
i. Interpretasi.
Sementara itu, Fraenkel dan Wellen (2007:485-491) mengemukakan
langkah-langkah dalam analisis isi, antara lain:
a. Menentukan tujuan
Seorang peneliti perlu menentukan tujuan penelitian analisis isi untuk
memperoleh informasi deskripsi mengenai sebuah topik ataupun memperoleh
gambaran pemahaman yang mendalam tentang sebuah topik penelitian, untuk

229
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
memeriksa penelitian lainnya, dan juga untuk memecahkan masalah dalam
pendidikan.
b. Mendefinisikan istilah
Di dalam langkah ini, istilah-istilah didefinisikan agar masalah yang ingin diteliti
lebih dapat difokuskan oleh peneliti.
c. Memfokuskan unit analisis
Peneliti memfokuskan unit analisis (dapat berupa kata, kalimat, dan
sebagainya) setelah mendefinisikan istilah-istilah.
d. Menentukan data yang relevan
Peneliti menentukan data yang ingin diteliti. Contohnya, data yang terdapat
dalam buku teks, majalah, lagu, rencana pembelajaran, dan sebagainya.
e. Mengembangkan latar belakang
Peneliti perlu mengembangkan latar belakang untuk menghindari bias.
f. Mengembangkan rencana sampel
Di dalam langkah ini, peneliti mengembangkan rencana sampel. Adapun
contohnya pada buku, sampel, yang dikembangkan dapat berupa kata, frase,
kalimat, paragraf, bab, dan sebagainya. Pada intinya, segala bentuk
komunikasi dapat dijadikan sampel, asalkan sesuai dan tepat. Berikut ini
merupakan sampling yang dapat digunakan dalam penelitian analisis isi, yakni:
1) Purposive sampling, contohnya peneliti memutuskan untuk mewawancarai
beberapa siswa yang dianggap berbakat dalam bidang menulis.
2) Random sampling, contohnya peneliti memilih sampel secara acak dari
panduan kurikulum, buku-buku sastra, dan sebagainya. Contoh lainnya,
peneliti memilih 50 puisi secara acak dari seorang penyair untuk dianalisis.
3) Stratified sampling, contohnya peneliti menentukan pembagian sekolah-
sekolah yang ingin diteliti, dimulai berdasarkan area geografis dan
lokasinya, kemudian berlanjut menentukan sekolah khusus lainnya.
4) Cluster sampling, yakni peneliti meneliti berdasarkan kelompok-kelompok.
g. Merumuskan kategori kode
Dalam langkah ini, peneliti perlu menentukan kode-kode sosial. Contohnya,
peneliti ingin meneliti gambaran perempuan dalam buku teks pelajaran ilmu

230
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sosial. Peneliti menentukan bagaimana kategori-kategori penggambaran
perempuan dalam buku teks tersebut, contohnya peneliti meneliti gambaran
perempuan dari karakteristik fisik (yang dapat berupa warna rambut, warna
mata, dan sebagainya), karakteristik emosional, dan karakteristik sosial
(contohnya dari pekerjaan, pendapatan, ras, dan sebagainya).
h. Menentukan reliabilitas dan validitas
Reliabilitas dapat didasarkan dengan adanya penyesuaian antara satu sampel
dengan sampel lainnya, sedangkan validitas dalam penelitian analisis isi
didasarkan pada pemeriksaan secara berkelanjutan.
i. Menganalisis data
Di dalam langkah ini, analisis data dalam penelitian analisis isi, dapat dilakukan
secara deskriptif.
3. Syarat Penelitian Analisis Isi
Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian kualitatif.
Berkaitan dengan syarat penelitian analisis isi, Afifudin dan Saebani (2009: 166)
mengemukakan tiga syarat dalam penelitian analisis isi, antara lain:
a. Data yang tersedia atas bahan-bahan yang terdokumentasi, seperti buku, surat
kabar, pita rekaman, dan naskah.
b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori yang menandai yang berkaitan
dengan data tersebut.
c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan atau data-
data yang dikumpulkannya.
Dalam melakukan penelitian analisis isi, seorang peneliti harus
memperhatikan syarat-syarat yang telah dijelaskan tersebut. Dengan demikian,
bahan mentah yang dianalisis nantinya dapat dibentuk menjadi sebuah analisis
yang bermanfaat. Selain itu, data yang ada nantinya dapat mengungkap makna.
4. Kedudukan Peneliti dalam Penelitian Analisis Isi
Di dalam sebuah penelitian analisis isi, seorang peneliti merupakan
instrumen penelitian. Afifuddin dan Saebani (2009:18) menjelaskan kedudukan
peneliti dalam penelitian analisis isi sebagai instrumen penelitian, antara lain:

231
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
a. Sebagai instrumen penelitian, seorang peneliti harus peka dan dapat bereaksi
terhadap segala stimulus dari lingkungan yang diperkirakan bermakna atau
tidak bermakna bagi penelitian.
b. Sebagai instrumen penelitian, seorang peneliti harus dapat menyesuaikan diri
terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data
sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan satu keseluruhan penelitian. Adapun dalam hal ini,
tidak terdapat suatu instrumen yang dapat menangkap keseluruhan situasi,
kecuali terikat dengan manusia. Suatu situasi yang melibatkan interaksi mansia
tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahami hal
tersebut, peneliti seyogyanya sering merasakannya, menyelaminya
berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
d. Sebagai instrumen penelitian, seorang peneliti harus dapat segera
menganalisis data yang diperoleh.
5. Pelaksanaan Analisis Isi
Di dalam penelitian kualitatif, analisis isi dilakukan sebelum peneliti
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Adapun
analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum
terjun ke lapangan, dan berlangsung terus hingga penulisan hasil penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa analisis isi data berlangsung
selama proses pengumpulan data, kemudian dilanjutkan setelah selesai
pengumpulan data.
Berkaitan dengan pelaksanaan analisis isi, berikut ini dapat dipaparkan
intisari pelaksanaan analisis isi berdasarkan penjelasan Afifuddin dan Saebani
(2009:183-186), yakni:
a. Analisis sebelum di lapangan
Di dalam penelitian analisis isi, seorang peneliti telah melakukan analisis data
sebelum memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data yang
digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Akan tetapi, fokus penelitian ini
masih bersifat sementara dan akan berkembangan setelah peneliti masuk dan
selama di lapangan.

232
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
b. Analisis selama di lapangan
Selama penelitian berlangsung dan pengumpulan data masih berlangsung,
peneliti melakukan analisis data dengan cara mengklarifikasikan data dan
menafsirkan isi data.
c. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan dimungkinkan cukup banyak, sehingga
perlu dicatat secara teliti dan terperinci. Semakin lama peneliti terjun ke
lapangan, jumlah data akan semakin banyak dan rumit. Untuk itu, peneliti
dalam penelitian analisis isi harus segera melakukan analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal pokok, dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian, data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila
diperlukan.
d. Penyajian data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, termasuk penelitian analisis isi,
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, tabel, dan
teks naratif. Adapun pada analisis isi, data yang ditemukan pada saat
memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan
mengalami perkembangan. Oleh sebab itu, peneliti seyogyanya memahami
perkembangan tersebut.
6. Aplikasi Kategori Model Deduktif dan Pengembangan Kategori Model
Induktif dalam Penelitian Analisis Isi
Di dalam sebuah penelitian analisis isi terdapat model deduktif dan model
induktif. Adapun di dalam model deduktif, peneliti merujuk dari fokus ke fokus (dari
teori ke teori, kemudian melakukan analisis berdasarkan teori), sedangkan pada
model induktif, seorang peneliti merujuk pada temuan penelitian terlebih dahulu
yang kemudian dikaji secara teoretis. Di bawah ini merupakan skema
penggambaran aplikasi kategori model deduktif dan model induktif.

233
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Berikut ini merupakan skema penggambaran aplikasi kategori model
deduktif yang dijelaskan oleh Mayring (2000) dalam Emzir (2012: 289).

Pertanyaan Penelitian, Objek

Definisi teoretis tentang aspek-aspek analisis,


kategori utama, subkategori

Rumusan teoretis definisi, contoh-contoh, dan


pengodean aturan-aturan untuk kategori-kategori
tersebut. Mengumpulkannya dalam agenda
pengodean.

Definisi teoretis tentang aspek-aspek analisis,


kategori utama, subkategori

Revisi kategori-kategori dan pengodean agenda Cek formatif reliabilitas

Pekerjaan final melalui teks Cek sumatif reliabilitas

Interpretasi hasil, evaluasi tahap analisis kuantitatif


(seperti frekuensi)

234
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Adapun berikut ini merupakan penggambaran pengembangan kategori
model induktif yang dijelaskan oleh Mayring (2000) dalam Emzir (2012: 288).

Pertanyaan Penelitian, Objek

Penentuan definisi kategori (kriteria seleksi) dan


level abstraksi untuk kategori induktif

Tahap demi tahap perumusan kategori di luar


materi mengenai definisi kategori dan level
abstraksi. Subsumsi (Subsumtion) kategori lama
atau perumusan kategori baru.

Revisi kategori-kategori setelah 10-50% dari materi Cek formatif reliabilitas

Pekerjaan final melalui teks Cek sumatif reliabilitas

Interpretasi hasil, evaluasi tahap analisis kuantitatif


(seperti frekuensi)

7. Keunggulan dan Kelemahan Penelitian Analisis Isi


Menurut Fraenkel dan Wallen (2007:494), penelitian analisis isi memiliki
keunggulan dan kelemahan, sebagai berikut.
a. Keunggulan Penelitian Analisis Isi
1) Sangat berguna sebagai alat untuk menganalisis hasil data wawancara dan
observasi.
2) Peneliti tidak dibatasi ruang dan waktu.
3) Analisis isi lebih praktis dan ekonomis karena informasi sudah siap diakses.

235
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
4) Sumber informasi mudah diakses dan dapat diperbanyak, maka analisis isi
ini dapat dilakukan kembali oleh peneliti lain.
b. Kelemahan Penelitian Analisis Isi
1) Informasi yang terbatas.
2) Interpretasi yang kadang tidak utuh. Contohnya, kesalahan dalam
penggunaan bahasa pada pelajar Sekolah Menengah Atas yang
ditunjukkan dalam televisi (film, sinetron) mungkin saja kerap
diinterpretasikan sebagai penyebab kesalahan penggunaan bahasa pada
pelajar Sekolah Menengah Atas dalam kenyataan, padahal tidak selalu
demikian adanya.

8. Contoh-contoh Penelitian Analisis Isi


Berikut ini adalah contoh-contoh penelitian analisis isi. Adapun contoh-
contoh tersebut berkaitan dengan bidang pendidikan bahasa dan sastra.
a. Penelitian “Ragam Bahasa Majalah Remaja Suatu Analisis Isi” yang ditulis
oleh Kasno, Program Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Jakarta, yang selesai pada tahun 2012. Berdasarkan hasil
penelitian analisis isi (disertasi) tersebut menunjukkan bahwa ragam bahasa
majalah remaja Gadis, Kawanku, dan Hai dapat diketahui dari penggunaan
kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan dalam bahasa Betawi,
bahasa Jawa, slang, dan bahasa Inggris.

b. Penelitian “Kesetaraan Gender pada Cerpen-Cerpen dalam Buku Pelajaran


Bahasa Indonesia (Analisis Isi pada Teks-teks Cerpen dalam Buku Pelajaran
Bahasa Indonesia SMA)” yang ditulis oleh Ade Husnul Mawadah, Program
Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta,
pada tahun 2015. Melalui hasil penelitian analisis isi (disertasi) tersebut,
dapat diketahui bahwa keseteraan gender yang terdapat dalam cerpen-
cerpen yang dianalisis terlihat dari sikap dan perilaku yang dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu saling memahami, saling menghargai, dan saling berbagi.

236
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
c. Penelitian “Penggunaan Bahasa dan Stereotip Remaja Perempuan dalam
Majalah Remaja (Kajian Analisis Isi)”, yang ditulis oleh Siti Rahmah, Program
Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta,
yang selesai pada tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian analisis isi
(disertasi) tersebut, dapat diketahui bahwa majalah Gadis dan Kawanku
adalah majalah remaja perempuan dengan menggunakan bahasa yang khas
dengan penggunaan unsur-unsur bahasa asing yang muncul adalah bahasa
Inggris. Unsur-unsur bahasa Inggris yang muncul meliputi kata, baster, istilah,
idiom, frasa, dan klausa. Adapun stereotip peran remaja perempuan yang
digambarkan majalah Gadis dan Kawanku adalah perspektif remaja
perempuan masa kini yang mempunyai hak dan peranan gender yang sama
dengan laki-laki, selalu gembira (fun), fashionable, dan banyak teman.

C.Penelitian Sastra
1. Pengertian dan Ciri Penelitian Sastra
Penelitian sastra merupakan cabang kegiatan penelitian dengan mengambil
objek sastra (Triyono yang disunting oleh Jabrohim (ed.), 2012:31). Di dalam
sebuah karya sastra, dapat disajikan suatu fenomena menarik dan dapat pula
berkaitan dengan realitas kehidupan manusia. Berdasarkan pada hal tersebut,
menyebabkan sebuah karya sastra dapat dianalisis. Tanpa adanya fenomena di
dalam sebuah karya sastra, maka kegiatan analisis dan interpretasi tidak dapat
terwujud dengan benar. Berkaitan dengan tujuan analisis di dalam penelitian
sastra, Siswantoro (2011:15) menjelaskan bahwa di dalam sebuah penelitian
sastra, analisis bertujuan untuk menangkap fenomena di dalam teks karya sastra
secara intensional, yakni mengarahkan pemahaman di dalam ruang kesadaran
tertentu semata pada realitas yang menampakkan diri di dalam teks sebagai objek
observasi.
Penelitian sastra merupakan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan
sastra. Berdasarkan pada hal tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian sastra
tidak bekerja atas dasar imajinatif, intuitif, atau spekulatif semata. Adapun
Siswantoro (2011:2) menguatkan bahwa seorang peneliti sastra tidak harus

237
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menjadi sastrawan, namun peneliti tersebut melengkapi dirinya dengan metodologi
yang relevan dengan dunia sastra dengan objek kajian yang diteliti berupa karya-
karya sastra. Melalui penjelasan tersebut, seorang peneliti sastra harus
memahami teori apa yang dimanfaatkan, metode, dan teknik apa yang dapat
membantunya dalam melakukan penelitian sastra.
Berkaitan dengan ciri-ciri dari penelitian sastra, Endraswara (2008:5)
memaparkan mengenai empat ciri dari penelitian sastra, antara lain:
a) Peneliti merupakan instrumen kunci yang akan memperhatikan dengan cermat
dan teliti sebuah karya sastra;
b) Penelitian dilakukan secara terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar jika
diperlukan, lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil;
c) Analisis secara induktif; dan
d) Makna merupakan andalan utama. Adapun makna merupakan andalan utama
karena karya sastra merupakan dunia kata dan simbol yang penuh makna.
2. Penelitian Sastra sebagai Ilmu
Sebuah karya sastra dapat diteliti oleh seorang peneliti. Hal tersebut
dikarenakan bahwa peneliti yang berhadapan dengan sastra akan berkaitan
dengan fakta yang luar biasa dan unik. Endraswara ( 2008:22) mengemukakan
bahwa di dalam sebuah karya sastra dapat tercermin fakta yang membutuhkan
kecermatan dari peneliti dalam penelitian. Sebuah karya sastra pada dasarnya
akan mengungkapkan kejadian yang mungkin saja bukan merupakan fakta yang
sesungguhnya, namun tetap merupakan sebuah fakta mental pencipta sastra.
Seorang pencipta sastra fakta objektif mengolah fakta objektif menggunakan daya
imajinasinya sehingga tercipta fakta mental imajinatif pencipta sastra. Dalam hal
ini, seorang peneliti sastra memerlukan kecermatan serta kejelian yang tinggi
untuk mengungkap fakta tersebut agar tidak menghasilkan penelitian yang bias
data.
Keberadaan sebuah karya sastra di sekitar masyarakat ditentukan oleh
perkembangan bahasa dan lingkungan. Berkaitan dengan hal tersebut,
Endraswara (2008: 22) menguatkan bahwa perkembangan lingkungan dan bahasa
menentukan eksistensi sastra. Terkait dengan hal tersebut, seorang peneliti

238
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
seyogyanya mampu mengikuti alur perkembangan bahasa dan juga lingkungan di
sekitarnya. Selain itu, seorang peneliti sastra juga diharapkan mampu memasuki
dunia sastra secara positif. Berdasarkan hal itu, untuk menuju penelitian sastra
sebagai ilmu yang konsisten, adanya perangkat keilmuan dan pengetahuan pada
peneliti sastra sangat diperlukan. Endraswara (2008:23) juga menjelaskan bahwa
penelitian sastra yang tertata dapat memengaruhi penelitian tersebut sebagai
disiplin ilmu yang ilmiah. Untuk itu, peneliti sastra harus bersikap tegas dan lugas.
Selain itu, seorang peneliti sastra tidak boleh memihak dan benar-benar
melakukan analisis berdasaran data yang ada.
3. Cara Menjaga Objektivitas Penelitian Sastra
Di dalam sebuah penelitian sastra, objektivitas dari seorang peneliti sastra
sangat diperlukan. Di dalam penelitian sastra, agar subjektivitas dapat dihindari,
maka penelitian sastra harus difokuskan agar dapat bermanfaat secara timbal
balik. Selain itu, objektivitas di dalam penelitian sastra juga harus dijaga.
Untuk menjaga objektivitas penelitian sastra, Endraswara (2008:25)
mengemukakan dua hal yang harus dilakukan oleh peneliti sastra, yakni:
a. Peneliti benar-benar berusaha menghayati suatu karya sastra, seakan-akan
peneliti sedang berbicara dengan dunia pengarang melalui medium karya
sastra.
b. Peneliti berusaha memahami struktur sastra .
Berdasarkan pada dua hal yang telah dikemukakan oleh Endraswara
tersebut, dapat diketahui bahwa apabila struktur karya sastra dapat ditelaah
peneliti dengan baik, maka objektivitas penelitian sastra akan terjaga.
Di dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus terbuka. Teeuw (1983:7)
dalam Endraswara (2008:24) memaparkan bahwa seorang peneliti sastra
hendaknya juga memanfaatkan teori yang tepat, memiliki titik tolak dan kerangka
penelitian yang tegas. Di dalam penelitian sastra, peneliti sastra juga harus
memperhatikan sistematika yang jelas agar terhindar dari subjektivitas.
4. Jenis-jenis Pendekatan dalam Penelitian Sastra
Di dalam penelitian sastra, terdapat beragam pendekatan yang dapat
digunakan dalam penelitian berdasarkan pada sisi pandang peneliti. Semakin rinci

239
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
jenis pendekatan yang dipilih, maka penelitian akan semakin sempit dan detail.
Adapun masing-masing pendekatan juga memiliki sasaran yang berbeda.
Berkaitan dengan jenis pendekatan dalam penelitian sastra, Ratna (2009:56-74)
mengemukakan sepuluh pendekatan dalam penelitian sastra, yakni pendekatan
biografis, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologi, pendekatan antropologis,
pendekatan historis, pendekatan mitopoik, pendekatan ekspresif, pendekatan
mimesis, pendekatan pragmatis, dan pendekatan objektif. Berikut ini dipaparkan
intisari dari sepuluh pendekatan tersebut.
a. Pendekatan biografis, yang berhubungan dengan penelitian sastra sebagai
penelitian yang mengacu pada pencipta karya sastra. Oleh sebab itu, berkaitan
dengan pendekatan biografis ini, peneliti harus mencantumkan biografi, surat-
surat, dokumen penting pengarang, foto-foto, bahkan wawancara langsung
dengan pengarang.
b. Pendekatan sosiologis, yakni menganggap karya sastra sebagai milik
masyarakat. Oleh sebab itu, dalam pendekatan ini peneliti menganalisis karya
sastra dengan menghubungkannya ke dalam masyarakat.
c. Pendekatan psikologis, yakni karya sastra dalam penelitian sastra dianggap
sebagai hasil aktivitas atau pengamatan penulis yang kerap dikaitkan dengan
gejala kejiwaan.
d. Pendekatan antropologis, yakni berkaitan dengan aspek naratif karya sastra
dari kebudayaan yang berbeda-beda.
e. Pendekatan historis, yakni pendekatan yang memusatkan perhatian pada
masalah bagaimana hubungan suatu karya sastra terhadap karya yang lain
sehingga dapat diketahui kausalitas unsur-unsur kesejarahannya.
f. Pendekatan mitopoik, yakni berkaitan dengan analisis mitos.
g. Pendekatan ekspresif, yang menjelaskan hubungan antara pengarang,
semesta, pembaca, dan karya sastra. Hal ini berarti pada pendekatan ekspresif
bagaimana karya sastra itu diciptakan, dan apa bentuk yang terjadi dalam
karya sastra yang dihasilkan harus diperhatikan oleh peneliti.
h. Pendekatan mimesis, yang berhubungan dengan kesemestaan, contohnya
puisi Jawa dianggap meniru keindahan alam.

240
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
i. Pendekatan pragmatis, yang berhubungan dengan resepsi pembaca terhadap
karya sastra.
j. Pendekatan objektif, yang menitikberatkan pada karya sastra terkait
strukturalisme atau struktur intrinsik.
5. Peranan Penelitian Sastra
Mengenai peranan penelitian sastra, Tuloli (1990:902) dalam Endraswara
(2008:10) menjelaskan bahwa penelitian sastra memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia, dan juga memiliki pengaruh positif terhadap pembinaan dan
pengembangan sastra itu sendiri. Peranan sastra ini akan tercapai optimal apabila
penelitian sastra tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh. Berkaitan dengan
peranan sastra, Pradopo (1990:942) dalam Endraswara (2008:10) juga
mengemukakan bahwa penelitian sastra berperan untuk memahami makna karya
sastra sedalam-dalamnya. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, dapat diketahui
bahwa penelitian sastra berfungsi bagi kepentingan di luar sastra dan kemajuan
sastra itu sendiri. Berkaitan dengan kepentingan di luar sastra, penelitian sastra
akan berhubungan dengan aspek-aspek di luar sastra, seperti psikologi, filsafat,
dan sebagainya. Adapun kepentingan bagi sastra itu sendiri ialah untuk
meningkatkan kualitas cipta karya sastra.
Endraswara (2008:11) menyatakan bahwa penelitian sastra mampu
berperan mengungkapkan fenomena di balik sastra sebagai ungkapan hidup
manusia. Adapun ungkapan kehidupan yang disatukan melalui ide, emosi,
imajinasi, dan estetika tersebut yang menjadi sasaran peneliti sastra. Penelitian
sastra akan berusaha menjelaskan maksud apa yang ada di balik sebuah karya
sastra.
Berkaitan dengan peranan penelitian sastra, seorang peneliti sastra tidak
hanya harus menafsirkan apa saja yang dianggap fenomena luar biasa dalam
karya sastra, tetapi juga harus memberikan penilaian dan pertanggungjawaban.
Berkaitan dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa tugas seorang peneliti
sastra itu mulia. Adapun Ratna (2009:19) menjelaskan bahwa penelitian sastra
harus dapat menguraikan sekaligus mengorganisasikan karya sastra sesuai tujuan
penelitian. Oleh sebab itu, peneliti sastra harus mampu mengevaluasi karya

241
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sastra. Pada intinya, peneliti sastra tidak hanya bertugas untuk kepentingan
akademis atau ilmiah, tetapi juga bertugas untuk memberikan pencerahan
perkembangan sastra dan menjelaskan apa saja yang ada di balik penciptaan
karya sastra tersebut.
6. Jenis-jenis Penelitian Sastra
Endraswara (2008) memaparkan jenis-jenis penelitian sastra. Adapun
penelitian sastra yang dipaparkan tersebut berjumah 23 jenis. Penelitian-penelitian
tersebut terdiri atas penelitian ekspresivisme sastra, penelitian romantisme sastra,
penelitian simbolisme sastra, penelitian mistisme sastra, penelitian fenomenologi
sastra, penelitian hermeneutik sastra, penelitian formalism sastra, penelitian
strukturalisme genetik, penelitian strukturalisme dinamik, penelitian strukturalisme
semiotik, penelitian estetika sastra, penelitian stilistika sastra, penelitian sosiologi
sastra, penelitian psikologi sastra, penelitian antropologi sastra, penelitian resepsi
sastra, penelitian sastra bandingan, penelitian feminisme sastra, penelitian sastra
lisan, penelitian sastra postmodernisme, penelitian sastra postkolonialisme,
penelitian cybersastra, dan penelitian sastra model analisis isi. Adapun berikut ini
merupakan intisari dari jenis-jenis penelitian sastra tersebut.
a. Penelitian ekspresivisme sastra
Menurut Endraswara (2008:30), penelitian ekspresivisme sastra memandang
karya sastra sebagai ekspresi, curahan, gagasan, angan-angan, dan pikiran
pengarang. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, penelitian ekspresivisme
didasarkan pada aspek latar belakang kepengarangan, kepribadian pengarang,
serta berbagai hal terkait pengarang akan diungkap peneliti untuk melengkapi
pemahaman tentang teks sastra. Penelitian ekspresivisme ini dipelopori oleh
Longinus dan dikembangkan oleh Wordsworth (penyair Inggris terkenal).
Contoh penelitian ekspresivisme sastra ini, seperti penelitian Ekspresi Tokoh
Utama dalam Novel Jomblo Karya Dina Mardiana (Sebuah Penelitian
Ekspresivisme Sastra) yang ditulis oleh Nur Fa’i Hamidah, STKIP PGRI
Terpadu Al-Mardliyah, yang mengungkap sisi ekspresivisme tokoh utama yang
digambarkan oleh pengarang novel tersebut.

242
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
b. Penelitian romantisme sastra
Penelitian romantisme sastra berprinsip bahwa karya sastra merupakan kisah
kehidupan manusia yang penuh liku-liku yang diungkapkan dengan bahasa
yang indah (Endraswara, 2008:33). Adapun bahasa yang indah dapat
menyentuh emosi pembaca sehingga keindahan menjadi fokus dalam
penelitian romantisme sastra. Contoh penelitian romantisme sastra ini, seperti
penelitian Arjuna Wiwaha oleh Seno Sastroamidjojo dan I Kuntara
Wiryamartana yang tampak mengagungkan Arjuna Wiwaha sebagai karya
sastra klasik masa lalu.

c. Penelitian simbolisme sastra


Endraswara menjelaskan bahwa penelitian simbolisme sastra mengacu pada
karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam menggunakan
simbol tertentu. Adapun kecermatan dari seorang peneliti sangat dibutuhkan di
dalam penelitian simbolisme sastra. Hal ini dikarenakan peneliti harus meneliti
simbol-simbol dalam data karya sastra. Contoh penelitian simbolisme sastra ini,
seperti peneliti pada Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil Kepengin Mabur.
d. Penelitian mistisme sastra
Penelitian mistisme sastra mengacu pada karya sastra yang mengungkapkan
bentuk mistik (Endraswara, 2008:35). Peneliti harus dapat memahami konsep
mistik secara fasih. Contohnya pada karya sastra yang berbau mistik, seperti
Kecubung Pengasihan karya Danarto, hanya dapat dipahami ketika peneliti
memahami konsep mistik kejawen secara fasih.
e. Penelitian fenomenologi sastra
Penelitian fenomenologi sastra berkaitan dengan penelitian yang mengkaji
karya sastra sebagai gejala alamiah dalam kehidupan yang mengandung
fenomena (Endraswara, 2008:39). Karya sastra berasal dari idealisme dan
filosofi pengarang. Di dalam penelitian fenomenologi sastra harus memiliki
pengetahuan bahasa yang memadai dan juga pengetahuan filsafat yang luas.
f. Penelitian hermeneutik sastra

243
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Hermeneutik berarti tafsir. Adapun hermeneutik berusaha memahami makna
sastra yang ada di balik struktur (Sumaryono, 1996:106; dalam Endraswara,
2008:42). Hermeneutik ini berusaha menafsirkan karya sastra atas dasar logika
linguistik.

g. Penelitian formalisme sastra


Penelitian formalisme sastra ditekankan pada kajian sastra dan bahasa yang
digunakan pencipta karya sastra. Menurut Endraswara (2008:48) dalam
penelitian formalisme sastra, unsur-unsur yang ditekankan adalah alur dan
motif dalam cerita. Adapun motif di sini merujuk pada insiden-insiden yang
terjadi dalam alur.
h. Penelitian strukturalisme genetik
Endraswara (2008:56) menjelaskan bahwa penelitian strukturalisme genetik
memandang karya sastra dari dua sudut, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Adapun
studi diawali dari kajian unsur intrinsik sebagai data dasar. Selanjutnya, peneliti
menghubungkan karya sastra dengan realita dalam masyarakat. Strukturalisme
genetik ini mampu pula menggambarkan pemikiran pemilik cerita. Dalam
penelitian ini, karya dipandang sebagai sebuah refleksi zaman, yang dapat
mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan
unsur-unsur intrinsik karya sastra.
i. Penelitian strukturalisme dinamik
Endraswara (2008:63) mengemukakan bahwa penelitian strukturalisme
dinamik membedah karya sastra yang merupakan tampilan pikiran,
pandangan, dan konsep dunia dari pengarang itu sendiri dengan
menggunakan bahasa sebagai tanda dan juga membedah karya sastra
berdasarkan intrinsik dan ekstrinsiknya. Adapun penelitian strukturalisme
dinamik menekankan pada struktur, tanda, serta realitas. Contoh penelitian
strukturalisme dinamik, seperti penelitian novel Saman karya Ayu Utami.

244
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
j) Penelitian strukturalisme semiotik
Penelitian strukturalisme semiotik berkaitan dengan penelitian sastra yang
mengungkap tanda-tanda dalam karya sastra. Adapun Endraswara (2008:64)
menguatkan bahwa aspek struktur dihubungkan dengan tanda-tanda. Tanda
sekecil apa pun terkait semiotik tetap diperhatikan dalam penelitian ini.

k) Penelitian estetika sastra


Penelitian estetika sastra mengungkapkan keindahan karya sastra. Peneliti
harus mampu menangkap keindahan di dalamnya (Endraswara, 2008:68).
Penelitian estetika sastra difokuskan pada aspek yang menyebabkan karya
sastra menjadi indah dan menarik.
l) Penelitian stilistika sastra
Penelitian stilistika sastra berkaitan dengan penelitian penggunaan gaya
bahasa secara khusus dalam karya sastra (Endraswara, 2008:72). Penelitian
dalam hal ini memerlukan pemahaman mendalam tentang gaya bahasa dan
mencari seberapa jauh penguasaan gaya bahasa pencipta karya sastra
tersebut.
m) Penelitian sosiologi sastra
Endraswara (2008:77) mengemukakan bahwa penelitian sosiologi sastra
melihat sastra sebagai cermin kehidupan sosial. Dalam hal ini, antara sastra
dengan masyarakat memiliki keterkaitan, dan sosiologi berusaha mencari
pertautan antara sastra dengan pernyataan masyarakat dalam berbagai
dimensi. Contoh penelitian sosiologi sastra, seperti penelitian Serat Katalidha,
yakni karya dari pujangga R. Ng. Ranggawarsita yang mengkritisi terjadinya
masa yang tidak menentu.
n) Penelitian psikologi sastra
Penelitian psikologi sastra meneliti perwatakan tokoh secara psikologis, juga
aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut
(Endraswara, 2008:96). Adapun di dalam penelitian psikologi sastra terdapat
penelitian psikoanalisis sastra. Penelitian ini mengkaji psikologi dalam karya
sastra berkaitan dengan kejiwaan. Endraswara (2008:98) menjelaskan bahwa

245
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
psikoanalisis sastra mengungkap kejiwaan tokoh dalam karya sastra dan juga
mengungkapkan landasan psikoanalisis, seperti ide, ego, dan superego, dan
permasalahan kejiwaan, seperti hysteria, maniak, skizofrenia, dan gangguan
lainnya. Adapun penelitian ini diharapkan dapat membawa perubahan
kepribadian seseorang menjadi lebih baik setelah menikmati karya sastra.

o) Penelitian antropologi sastra


Endraswara (2008:107) mengemukakan bahwa penelitian antropologi sastra
memadukan sastra dan antropologi karena sama-sama membahas tentang
manusia. Di dalam penelitian antropologi sastra, peneliti mengungkap akar
tradisi atau subkultur serta kepercayaan seorang penulis yang tergambar di
dalam karya sastra. Dalam kaitan ini, tema-tema nasional yang diwariskan
turun-temurun akan menjadi perhatian tersendiri.
p) Penelitian resepsi sastra
Penelitian resepsi sastra mengungkapkan bagaimana tanggapan pembaca
terhadap karya sastra (Endraswara, 2008:117). Dalam hal ini, karya sastra
diteliti dengan mengacu pada keberterimaan pembaca.
q) Penelitian sastra bandingan
Penelitian sastra bandingan mengacu pada penelitian yang ingin mencari
pengaruh karya sastra yang satu dengan yang lain. Di samping itu, penelitian
ini juga menentukan mana karya sastra yang benar-benar orisinil dan mana
yang tidak orisinil (Endraswara, 2008:129). Adapun peneliti dalam hal ini
memahami karya sastra bukan hanya sebagai isi, melainkan juga pada aspek
perbedaan dan hubungan satu karya dengan karya lainnya. Contohnya,
penelitian novel karya N.H. Dini yang berjudul Hati yang Damai (sewaktu N.H.
Dini menjadi warga negara Indonesia), dan Pada Sebuah Kapal (sewaktu
menjadi warga negara Perancis).
r) Penelitian feminisme sastra
Penelitian feminisme sastra difokuskan pada karya sastra yang memuat
patriarki, bertujuan untuk menelaah teks-teks yang dibuat perempuan,
menelaah teks-teks yang dipusatkan pada perempuan, dan untuk

246
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
mengeksplorasi konstruksi kultural dari gender dan identitas (Kuiper dalam
Sugihastuti dan Suharto, 2002: 68, Endraswara, 2008: 146).
s) Penelitian sastra lisan
Endraswara (2008:151) menjelaskan bahwa penelitian sastra lisan mengacu
pada penelitian karya sastra yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke
mulut secara turun-temurun. Penelitian sastra lisan membutuhkan kecermatan
tersendiri. Hal ini dikarenakan sastra lisan ada yang murni dan tidak murni.
Sastra lisan murni berupa dongeng, legenda, cerita yang tersebar secara lisan
dalam masyarakat. Sastra lisan murni berbaur dengan tradisi lisan yang hanya
berupa penggalan cerita sakral yang berasal dari tradisi leluhur. Ketika peneliti
akan mengambil bahan untuk penelitian sastra lisan, peneliti hendaknya
memperhatikan enam ciri sastra lisan, seperti dipaparkan Endraswara (2008:
151).
Enam ciri sastra lisan tersebut, yakni:
(1) Lahir dari masyarakat yang polos, belum melek huruf, tradisional.
(2) Menggambarkan budaya yang tidak jelas penciptanya.
(3) Menekankan aspek khayalan, sindiran, jenaka, pesan mendidik.
(4) Melukiskan tradisi tertentu.
(5) Banyak menggunakan ungkapan.
(6) Kadang bersifat menggurui.
t) Penelitian sastra postmodernisme
Endraswara (2008:168) menjelaskan bahwa penelitian sastra postmodernisme
mengacu pada penelitian karya sastra yang penuh parodi terhadap kehidupan.
u) Penelitian sastra postkolonialisme
Penelitian sastra postkolonialisme mengacu pada penelitian karya sastra yang
memuat perjuangan kedudukan, keadilan, hukum, ideologi, dan kekuasaan
penjajah terhadap yang terjajah (Endraswara, 2008:180).
v) Penelitian cybersastra
Penelitian cybersastra muncul ketika budaya internet mulai hadir di
masyarakat. Cybersastra merupakan aktivitas sastra yang memanfaatkan
komputer atau internet (Endraswara, 2008:183). Munculnya cybersastra ini

247
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menghadirkan realitas tersendiri bagi peneliti sastra, namun peneliti harus
benar-benar memilah cybersastra yang tepat.
w) Penelitian sastra model analisis isi
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti yang melakukan
penelitian sastra model analisis isi, antara lain:
1) Pemahaman analisis isi sastra
Endraswara (2008:161) menjelaskan bahwa analisis isi sastra merupakan
upaya pemahaman karya dari aspek ekstrinsik dan juga intrinsik. Aspek
penting dari analisis isi sastra adalah bagaimana hasil analisis tersebut
dapat diimplikasikan dalam kehidupan.
2) Karakteristik analisis isi sastra
Analisis isi sastra merupakan strategi untuk menangkap pesan karya sastra.
Adapun tujuan analisis isi ialah membuat inferensi. Inferensi diperoleh
melalui identifikasi dan penafsiran. Adapun inferensi juga didasarkan ada
konteks yang melingkupi karya sastra. Berkaitan dengan hal tersebut,
Endraswara (2008:161) seorang peneliti analisis isi sastra harus memiliki
target tertentu. Adapun dalam sastra, analisis isi memiliki tiga karakteristik
berdasarkan penjelasan dari Endraswara (2008:162). Karakteristik analisis
isi terdiri atas objektivitas (teori yang memadai dan kemampuan analisis
yang andal), sistematis (memanfaatkan langkah-langkah yang jelas),
generalisasi (memahami secara menyeluruh untuk memperoleh inferensi).
3) Penentuan unit analisis isi
Pengadaan data karya sastra dilakukan melalui pembacaan secara cermat.
Pembacaan berulang-ulang akan membantu peneliti bekerja dengan data.
Bacaan dipilah selanjutnya ke dalam unit kecil agar mudah dianalisis
(Endraswara, 2008:162). Contohnya, apabila yang diteliti berupa puisi,
maka unit datanya dapat berupa baris, bait puisi.
4) Penentuan sampel
Di dalam penentuan sampel, apabila dokumen yang diteliti cukup kompleks,
maka peneliti dapat menggunakan penentuan sampel bertahap. Apabila
karya sastra yang diteliti berupa karya sastra yang dipublikasikan di

248
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
majalah, harus ditentukan terlebih dahulu, judul majalah, tanggal atau tahun
terbit, rubrik, dan tentang permasalahan apa yang akan diteliti. Begitu pula
apabila yang akan dianalisis berupa karya buku, peneliti dapat melakukan
tahap penentuan sampel, seperti menentukan kapan tahun terbitnya, apa
temanya. Apabila peneliti hendak melihat karya-karya masa kini, tahun-
tahun penerbitan terakhir (3-5 tahun akhir) dapat digunakan sebagai
sampel. Adapun masalah isi diambil secara purposive, misalnya
berdasarkan pengetahuan peneliti tentang karya-karya mutakhir
(Endraswara, 2008: 163).
5) Inferensi
Di dalam analisis isi, inferensi dibuat terlebih dahulu baru dilakukan analisis
data. Dalam membuat inferensi, peneliti harus sensitif terhadap data
(Endraswara, 2008:164). Inferensi akan mendasari penjabaran analisis
selanjutnya.
6) Analisis
Analisis isi, khususnya analisis isi sastra, umumnya menggunakan kajian
kualitatif dengan ranah konseptual. Endraswara (2008:164) menyatakan
bahwa ranah ini menghendaki pemadatan kata-kata yang memuat
pengertian.
7) Validitas dan reliabilitas
Endraswara (2008:164) menjelaskan bahwa penelitian sastra dapat
menggunakan validitas semantik, yakni mengukur tingkat kesensitivan
makna dalam konteks. Adapun reliabilitas yang digunakan dalam penelitian
sastra model analisis isi adalah keakuratan, yakni penyesuaian antara hasil
penelitian dengan kajian pustaka yang telah dirumuskan (Endraswara,
2008:168). Reliabilitas didasarkan pada ketekunan peneliti dalam
pengamatan dan pencatatan.
7. Contoh-Contoh Penelitian Sastra
Berikut ini adalah contoh-contoh penelitian sastra, antara lain:
a. Disertasi berjudul “Gangguan Psikis Tokoh dalam Kumpulan Cerpen Al
Kabus (Halusinasi) Karya Najib Kailani (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)”

249
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
yang ditulis oleh Zuriyati, Program Studi Pendidikan Bahasa, Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta, tahun 2006. Penelitian ini
merupakan penelitian psikologi sastra dengan analisis isi. Dalam disertasi
ini, dibahas konflik dominan bernuansa kejiwaan yang mengangkat tema
berhubungan dengan orang-orang yang menyikapi hidup dengan keliru.
Gangguan psikis yang dibahas, meliputi skizofrenia, egois, otoriter, shock,
hysteria, halusinasi, sadis, frustasi, dan obsesi.
b. Disertasi “Nilai-Nilai Budaya dalam Cerita Kaba Minangkabau (Analisis
Struktural dan Semiotika)” yang ditulis oleh Abdurahman, Program Studi
Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta,
tahun 2006. Hasil penelitian ini menunjukkan lima hal, antara lain:
(1) Kaba Minangkabau memiliki alur kronologis.
(2) Tokoh utama cerita terdiri atas berbagai tingkat sosial, yang berkarakter
baik dan buruk.
(3) Latar cerita umumnya setelah masuknya agama Islam dan dalam masa
penjajahan Belanda.
(4) Tema Kaba umumnya berkaitan dengan persoalan hidup, pengubahan
nasib.
(5) Nilai-nilai budaya yang ditemukan berkaitan dengan pandangan
terhadap hakikat karya, terhadap hakikat waktu, dan terhadap hakikat
alam.
c. Disertasi “Nilai-Nilai Humaniora dalam Antologi Puisi “Blues untuk Bonnie”
Karya WS Rendra (Suatu Kajian Struktural Semiotik)” yang ditulis oleh
Luisya Kamagi, Program Studi Pendidikan Bahasa, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Jakarta, tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan
tiga hal, antara lain:
(1) Nilai humaniora ditinjau dari struktur batin dapat disimpulkan sebagai
berikut. Tema (sense) yang mendominasi ketigabelas puisi dalam
antologi “Blues untuk Bonnie” adalah kritik sosial atau protes sosial.
Rasa (feeling) yang mendominasi adalah kegelisahan batin. Nada (tone)
adalah nada sinis, nada protes. Tujuan, amanat (intention): kita harus

250
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
peduli, memiliki rasa humanis terhadap masyarakat tertindas, terlebih
rakyat kecil, miskin tidak berdaya, kaum marjinal (ketertindasan orang
yang mampu bicara).
(2) Nilai humaniora ditinjau dari struktur fisik dapat disimpulkan bahwa
tipografi ketigabelas puisi dalam antologi puisi “Blues untuk Bonnie”
umumnya merupakan puisi narasi berbentuk balada atau puisi narasi
yang berakhir dengan kesedihan.
(3) Nilai-nilai humaniora berdasarkan kajian semiotik terdapat nilai
moralitas, simpati, empati, kasih sayang, kepedulian, kebersamaan, dan
toleransi.
D.CONTOH SISTEMATIKA METODOLOGI PENELITIAN SASTRA

Judul (Analisis Kumpulan Puisi Doa Untuk Anak Cucu Karya WS


Rendra).
A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

penelitian analisis isi. Penelitian bidang apapun senantiasa memerlukan objek

utama. Penelitian sastra adalah karya sastra dengan berbagai genrenya seperti

puisi, novel, cerpen, drama, dan sejenisnya baik berasal dari sastra lama/klasik

maupun modern. Berbagai genre sastra yang menjadi objek penelitian mencakup

segala kategorinya (Bahtiar dan Aswinarko, 2013:7).

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Menurut Bahtiar dan

Aswinarko (2013 :17-18) menyatakan bahwa metode isi berhubungan dengan

isi komunikasi, baik secara verbal, dalam bentuk bahasa maupun nonverbal

yang menyangkut isi dan pesan komunikasi dalam kehidupan manusia

seperti arsitektur, pakaian, alat rumah tangga, dan sebagainya. Termasuk

masalah-masalah sosial, politik, ekonomi dalam ilmu-ilmu sosial. Tetapi

251
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dalam karya sastra, isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan yang terdapat

di dalamnya. Isi dalam metode analisis isi terdiri dua macam, yaitu isi laten

dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan

naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai

akibat komunikasi yang terjadi. Isi laten adalah sebagaimana dimaksudkan

oleh penulis, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud

dalam hubungan naskah dengan konsumen. Dengan kata lain, isi komunikasi

pada dasarnya juga mengimplikasikan isi laten, tetapi belum tentu sebaliknya.

Objek formal metode analisis isi adalah komunikasi. Analisis terhadap isi

laten akan menghasilkan arti, sedangkan analisis terhadap isi komunikasi

akan menghasilkan makna.

Kaitan dengan penelitian tersebut, terdapat beberapa langkah yang dilakukan


oleh peneliti yaitu :
1. Membaca keseluruhan puisi
2. Memilih dan menentukan puisi
3. Menandai kata dan kelompok kata yang berpotensi mengandung citraan
4. Mengelompokkan kata dan kelompok kata tersebut berdasarkan citraan masing-
masing
5. Memasukkan kata dan kelompok kata yang mengandung citraan ke dalam tabel
analisis
6. Menganalisis unsur citraan yang terdapat di dalam puisi
7. Menyimpulkan hasil analisis puisi
B. Sumber dan Jenis Data Penelitan

Sumber data merupakan suatu tindakan untuk mendapatkan sebuah

informasi. Lofland berpendapat bahwa sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

252
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi

ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis. Jika peneliti menjadi

pengamat berperanserta pada suatu latar penelitian tertentu, kegiatan tersebut akan

dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bergantung pada suasana dan keadaan yang

dihadapi. Pada dasarnya kegiatan penelitian kualitatif dilakukan secara sadar,

terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan

(dalam Moleong, 2013:157-158).

Dalam hal ini sumber data penelitian adalah sumber buku kumpulan puisi
Doa untuk Anak Cucu karya W. S. Rendra dan dapat dikelompokkan menjadi data
seperti berikut ini :
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama. Data
primer dari penelitian ini adalah buku Kumpulan Puisi Doa untuk Anak Cucu
karya W. S. Rendra.
2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari buku
referensi yang berkaitan dengan objek yang menjadi peneliti.
C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi atau kajian

kepustakaan, dalam hal ini kajian terhadap teks Kumpulan Puisi Doa untuk Anak

Cucu karya W. S. Rendra. Kumpulan puisi ini menjadi sumber data utama dalam

penelitian. Kajian kepustakaan dilakukan dengan penghayatan secara langsung dan

pemahaman arti secara rasional. Untuk melaksanakan hal tersebut, dapat

dikembangkan melalui rambu-rambu studi dokumentasi yang berfungsi sebagai

instrument penelitian.

Teknik studi dokumentasi diterapkan dengan beberapa langkah sebagai


berikut :

253
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1. Peneliti membaca secara kritis sumber data dalam Kumpulan Puisi Doa untuk
Anak Cucu karya W. S. Rendra. Pembaca secara teliti untuk memahami makna
yang terdapat di dalam sumber data.
2. Peneliti membaca secara berkesinambungan dan berulang-ulang sumber data
dalam Kumpulan Puisi Doa untuk Anak Cucu karya W. S. Rendra.
3. Peneliti membaca sekali lagi sumber untuk memberi tanda bagian-bagian teks
Kumpulan Puisi Doa untuk Anak Cucu yang diangkat menjadi data dan dianalisis
lebih lanjut. Penandaan ini disesuaikan dengan sumber data.
D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif (penelitian analisis isi) peneliti bertindak sebagai

instrumen penelitian di bantu tabel analisis.

Tabel.1

Citraan Kumpulan Puisi Doa untuk Anak Cucu karya W. S. Rendra

No Citraan Kutipan Jumlah


Puisi

1. a. Penglihatan

b. Pendengaran

c. Gerak

d. Perabaan

e. Penciuman

f. Pengecapan

g. Suhu

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu proses pengungkapan pengurutan

data tentang unsur citraan yang terdapat dalam Kumpulan Puisi Doa untuk Anak

Cucu karya W. S. Rendra ke dalam ketegori dan kesatuan uraian sehingga pada

254
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
akhirnya dapat ditarik kesimpulan tentang unsur citraan yang dilengkapi dengan

data pendukung.

Setelah data terkumpul secara keseluruhan, kemudian data diklasifikasikan,

dideskripsikan, dianalisis berdasarkan masalah penelitian. Proses analisis data yaitu

Reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data

Dalam mereduksi data lebih memfokuskan pada hal-hal yang penting

dicari citraan dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Data-data yang dipilih

hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis dalam hal ini

unsur citraan yang berkenaan puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Doa

untuk Anak Cucu karya W. S. Rendra.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, kemudian dilakukan penyajian.Hal yang penting

terlebih dahulu membaca buku penelitian sastra supaya mudah dipahami.

Kemudian membaca kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu untuk di analisis

sehingga dapat diperoleh unsur citraan yang digunakan.

3. Kesimpulan/verifikasi

Pada tahap ketiga dibuat penarikan kesimpulan tentang hasil analisis

yang diperoleh dalam bentuk teks pada setiap kata kunci yang terdapat dalam

kumpulan puisi Doa untuk Anak Cucu karya W. S. Rendra. Sehingga hasil yang

diperoleh benar-benar valid.

255
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Ketiga kategori tersebut saling berkesinambungan maka dari itu harus

dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal sampai dengan penelitian

berakhir.

G. Keabsahan Data

Untuk meyakinkan bahwa deskripsi data yang disajikan diatas adalah data

yang abash dan memiliki derajat kepercayaan dilakukan teknik penjaminan

keabsahan melalui :confirmability, credibility, transferability, dependenbility.

1. Objektivitas (confirmability)

Bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai kondisi

objektif. Untuk mencapai keobjektivitasan maka peneliti telah membuat desain

penelitian secara baik dan benar, fokus penelitian ditepatkan, kajian teori yang

serelevan mungkin, melakukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan

fokus permasalahan dalam penelitian, analisis data dilakukan secara benar dan

hasil penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Kesahihan internal (credibility)

a. Meningkatkan Ketekunan

Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan.Peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data

yang ditemukan itu salah atau tidak, dapat memberikan deskripsi data yang

akurat dan sistematis.Peneliti juga meningkatkan ketekunan membaca

berbagai referensi dan hasil penelitian terkait.

256
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
b. Triangulasi

Menurut Moleong (2013:330) Triangulasi data adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu.Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan

melalui sumber lainnya. Hal itu dapat dicapai melalui:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

c. Diskusi Teman Sejawat

Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan mendiskusikan hasil

penelitian yang masih bersifat sementara kepada teman-teman S1 yang

sedang atau pernah mengadakan penelitian dengan fokus penelitian pada

konflik, kritik sosial, dan nilai moral karya sastra.Pertanyaan dan saran pada

saat diskusi dicatat dan dijadikan bahan perbaikan hasil penelitian

sementara.

257
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Kesahihan eksternal (transferability)

Tahap ini berkenaan dengan hasil penelitian yang dapat ditransfer oleh

orang lain dan dapat diaplikasikan dalam situasi lain, untuk mencapai kesahihan

eksternal penulis meneliti dengan sistematis, rinci, jelas dan bisa

dipertanggungjawabkan.

4. Keterandalan (dependability)

Keterandalan adalah berupa bentuk untuk menguji dan sudah tercapainya

data dalam sebuah penelitian. Maka dengan ini, peneliti siap apabila data yang

disajikan akan dilakukan audit kembali terhadap keseluruhan penelitan yang

dimulai dari menentukan fokus masalah, memasuki lapangan pengambilan data

penelitian, analisis data penelitian, uji keabsahan penelitian sampai pada

simpulan penelitian.

258
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB XII
Penelitian Etnografi Dan Grounded Theory

A. Pendahuluan
Penelitian kualitatif seiring waktu mampu berkembang dalam mengatasi
permasalahan penelitian dengan metode ilmiah dan prosedur sistematisnya.
Perkembangan ini berdampak pada lahirnya beberapa jenis penelitian kualitatif yang
pada dasarnya memiliki beberapa kemiripan terutama bersifat seni atau kurang terpola
dan hasil penelitiannya lebih berhubungan dalam menginterpretasi data yang
ditemukan di lapangan serta memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik
(Sugiyono, 2007:7-8).
Jenis penelitian kualitatif yang terus mengalami perkembangan yaitu penelitian
etnografi dan grounded theory. Kedua jenis penelitian ini sudah mampu berdiri dalam
menjawab permasalahan-permasalahan penelitian dan membantu dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk itu, penting membahas tentang penelitian
etnografi dan grounded theory baik itu dari hakikat, jenis, ciri khusus, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis datanya. Dengan harapan kita sebagai tenaga
pendidik mampu memahami dan menjadikan penelitian etnografi dan grounded theory
sebagai salah satu alternatif metode penelitian yang dapat kita digunakan dan berbagi
ilmu kepada mahasiswa dan teman sejawat.
Penelitian etnografi dan grounded theory pada dasarnya dapat digunakan dalam
dunia pendidikan, tetapi kita harus memahami terlebih dahulu kapan kita harus memilih
kedua metode ini sebagai metode penelitian yang tepat dalam penelitian yang kita
rencanakan.
B. Penelitian Etnografi
1) Hakikat Penelitian Etnografi
Emzir (2015:143-145) mengemukakan bahwa etnografi sebagai salah satu
jenis penelitian ilmu sosial yang kajiannya difokuskan pada makna sosiologi
dengan cara observasi, wawancara, dan dokumen yang diperoleh dari informan
yang memahami tentang berbagai fenomena sosiokultural dalam suatu

259
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
masyarakat tertentu. Dalam hal ini, etnografi bertujuan menjelaskan pemahaman-
pemahaman kultural umum yang berhubungan dengan fenomena yang sedang
diteliti.
Atkinson dan Hammersley (dalam Denzin dan Lincoln, 2009:316)
menjelaskan bahwa etnografi merupakan penelitian terhadap sejumlah kasus atau
satu kasus secara detail dengan cara mengeksplorasi sifat dasar kasus dari
fenomena sosial dengan cara interpretasi makna dan fungsi berbagai tindakan
manusia secara eksplisit sebagai suatu produk umum mengambil bentuk-bentuk
deskripsi dan penjelasan verbal tanpa harus terlalu banyak memanfaatkan analisis
kuantifikasi dan statistik. Dalam penelitian etnografi jenis data tidak terstruktur atau
seperangkat kategori yang masih menerima peluang bagi analisis tertentu. Artinya,
data etnografi belum dirumuskan dalam bentuk kode.
Penelitian etnografi juga dijelaskan oleh Gay, dkk. (2009:423) sebagai
penelitian yang mengkaji tentang pola budaya dan perspektif dari partisipan dalam
menjalani kehidupan mereka. Dalam hal ini Gay, dkk. menjelaskan budaya
sebagai seperangkat sikap, nilai, konsep, keyakinan, dan praktik bersama sebagai
anggota masyarakat. Ciri khusus yang disampaikan oleh Arasian ini bahwa
penelitian etnografi lebih fokus pada meneliti budaya dari partisipan sebagai
anggota masyarakat baik itu dari sikap, nilai konsep, keyakinan, dan kegiatan
kerja sama di antara anggota masyarakat.
Creswell (2015:932) juga mengemukakan tentang hakikat penelitian
etnografi yang menyatakan bahwa etnografi sebagai prosedur rancangan
penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasi
pola-pola perilaku, keyakinan, dan bahasa yang sama pada kelompok budaya
yang sama yang berkembang seiring berjalannya waktu. Budaya menurut Creswell
dapat mencakup bahasa, ritual, struktur ekonomi dan politik, tahap kehidupan,
interaksi, dan gaya komunikasi. Pekerjaan peneliti etnografi yaitu menghabiskan
waktu yang cukup lama di lapangan untuk mewawancarai, mengobservasi, dan
mengumpulkan berbagai dokumen tentang kelompok untuk memahami perilaku,
keyakinan, dan bahasa mereka. Dengan kata lain, ciri-ciri etnografi menurut
Creswell yaitu (1) bertema budaya, (2) kelompok yang berbudaya sama, (3) pola

260
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
perilaku keyakinan, dan bahasa yang sama, (4) kerja lapangan, (5) deskripsi,
tema, dan interpretasi, (6) konteks atau ranah (setting), dan (7) refleksivitas
peneliti.
Lebih lanjut Creswell (2015:933) menjelaskan bahwa penelitian etnografi
kita gunakan ketika kita ingin mengkaji kelompok dengan tujuan memberikan
pemahaman tentang masalah budaya yang lebih luas, budaya yang sama,
kelompok yang sudah cukup lama bersama-sama dan telah mengembangkan
nilai, keyakinan, dan bahasa yang sama. Misalnya, hubungan informal di antara
para guru yang berkumpul di tempat favorit untuk bersosialisasi.
Kemudian, Gall, dkk. (2007:500) menjelaskan bahwa penelitian etnografi
melibatkan studi intensif tentang fitur dari budaya tertentu dan pola dalam fitur
tersebut. Dengan kata lain peneliti etnografi bekerja lebih fokus dalam meneliti
aturan kehidupan nyata di mana budaya dimanifestasikan, umumnya menghindari
memperkenalkan, jenis situasi dibuat menjadi pengaturan, dan memperhatikan
semua aspek tersebut yang mengungkapkan pola budaya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
etnografi merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang bertujuan
mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasi pola-pola budaya baik
berupa sikap, nilai, konsep, keyakinan, ritual, struktur ekonomi dan politik, bahasa,
dan kegiatan kerja sama di antara anggota masyarakat tertentu.
2) Jenis Penelitian Etnografi
Dalam perkembangannya, penelitian etnografi menurut Creswell (2015:937-944)
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
Etnografi realis merupakan pendekatan populer yang digunakan para antropolog
budaya yang menjelaskan situasi dalam pandangan orang ketiga dan melaporkan
secara objektif tentang informasi yang dipelajari dari partisipan di lapangan. Ada tiga
tugas peneliti etnografi realis, yaitu (1) menarasikan penelitian dari suara orang ketiga
yang tidak memihak dan melaporkan tentang observasi terhadap partisipan dan
pandangan mereka berdasarkan fakta; (2) melaporkan data objektif dengan gaya
terukur yang tidak dicemari bias, tujuan politik, dan judgment pribadi; dan (3)

261
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menghasilkan pandangan partisipan melalui kutipan yang diedit dengan cermat dan
memiliki kata final tentang interpretasi dan presentasi budaya.
Studi kasus lebih difokuskan pada sebuah program, peristiwa, atau tindakan
yang melibatkan individu, bukan kelompok itu sendiri. Studi kasus dalam hal ini
mencoba mengeksplorasi secara mendalam terhadap bounded system, misalnya
kegiatan, peristiwa, proses, atau individu berdasarkan pengumpulan data ekstensif.
Kemudian jenis penelitian etnografi kritis mencoba mengadvokasikan emansipasi
kelompok-kelompok yang terimajinalisasi di masyarakat kita. Peneliti etnografi kritis
biasanya adalah individu yang politically minded yang mencoba melalui penelitiannya,
mengadvokasikan untuk menentang ketidaksetaraan dan dominasi. Misalnya,
etnografer kritis meneliti sekolah-sekolah yang memberikan hak istimewa kepada tipe-
tipe siswa tertentu, menciptakan situasi yang tidak adil di antara anggota golongan
sosial yang berbeda, dan mengekalkan anak laki-laki adalah partisipan yang vokal dan
anak perempuan adalah partisipan yang diam di kelas. Dalam etnografi kritis
komponen utama yang diteliti adalam faktor-faktor, seperti orientasi bermuatan nilai,
pemberdayaan para pemberi wewenang yang lebih besar, menantang status quo, dan
peduli tentang kekuasaan dan kontrol.
Gay, dkk. (2009:426) juga menjelaskan bahwa peelitian etnografi terbagi menjadi
etnografi kritis, etnografi realis, dan etnografi studi kasus. Menurut Gay, etnografi kritis
merupakan bentuk etnografi yang sangat dipolitisir yang ditulis oleh peneliti untuk
melakukan advoasi terhadap ketidaksetaraan dan dominasi kelompok-kelompok
tertentu yang ada di masyarakat termasuk sekolah. Etnografi realis yaitu penelitian
yang bertujuan menggunakan kategori umum untuk mendeskripsikan budaya,
menganalisis, dan menginterpretasi kehidupan keluarga, aktivitas, pekerjaan sosial, dan
statusnya dalam masyarakat atau cenderung berfokus pada tema budaya. Sedangkan
etnografi studi kasus memfokuskan pada menggambarkan kegiatan dari kelompok
tertentu dan pola perilaku bersama kelompok yang berkembang dari waktu ke waktu.

3) Teknik Pengumpulan Data Penelitian Etnografi


Atkinson dan Hammersley (dalam Denzin dan Lincoln, 2009:317) menjelaskan
bahwa peneltian etnografi sebagai jenis penelitian sosial disarankan untuk

262
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menggunakan teknik pengumpulan data jenis observasi partisipan, karena kita tidak
dapat meneliti realitas sosial tanpa menjadi bagian dari realitas itu sendiri. Dari sudut
pandang ini dapat dijelaskan bahwa observasi partisipan sebagai model penelitian
dengan ciri keterlibatan sang peneliti dengan realitas dunia itu sendiri karena
esensisnya dalam penelitian sosial, posisi peneliti sebagai instrumen utama. Emzir
(2012:39) menjelaskan bahwa observasi partisipan merupakan kegiatan observasi yang
dilaksanakan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam
kehidupan masyarakat topik penelitian. Dalam kegiatan penelitian, posisi peneliti tinggal
atau hidup bersama anggota masyarakat dan ikut terlibat dalam semua aktivitas dan
perasaan mereka. Selain itu, ada dua peran peneliti sebagai observasi partisipan, yaitu
berperan sebagai anggota peserta dalam kehidupan masyarakat dan berperan
mengumpulkan data tentang perilaku masyarakat dan perilaku individunya. Dengan
demikian, observasi partisipan mampu memiliki validitas yang tinggi karena data yang
dikumpulkan berasal dari lingkungan yang alami dan memahami sesuatu yang
tersembunyi karena langsung masuk dalam konteks sosial masyarakat.
Kemudian, menurut Emzir (2015:143) dalam penelitian etnografi menggunakan
tiga teknik pengumpulan data, yaitu teknik wawancara, observasi, dan dokumen. Dari
ketiga jenis teknik pengumpulan data ini menghasilkan kutipan (hasil wawancara),
uraian (hasil observasi), dan kutipan dokumen (hasil dari dokumen). Kemudian, dari
ketiga hasil tersebut menghasilkan suatu produk berupa uraian naratif. Dalam uraian
naratif biasanya terdiri dari tabel, diagram, dan artefak tambahan yang membantu
penceritaan.
Gay, dkk. (2009:427-429) mengemukakan bahwa dalam penelitian etnografi
dapat menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di antaranya observasi
partisipan, dan catatan lapangan. Observasi partisipan dapat berupa observasi
partisipan yang aktif dan observasi pasif. Sedangkan catatan lapangan dikumpulkan,
direkam, dan disusun selama ditempat penelitian. Kemudian, untuk keabsahan data
Gay menyarankan untuk menggunakan triangulasi dalam hal ini menggunakan
beberapa metode, strategi pengumpulan data, dan sumber data untuk mendapatkan
gambaran yang lebih lengkap dari topik yang diteliti dan untuk mengecek kebenaran
informasi.

263
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Dengan demikian, dari beberapa pendapat di atas, teknik atau metode
pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian etnografi yaitu observasi,
wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Untuk jenis observasi adalah teknik
yang harus digunakan dan yang paling baik adalah observasi partisipan.

4) Prosedur Penelitian Etnografi


Spradley di dalam (Emzir, 2015:157) mengemukan dalam penelitian etnografi
menggunakan prosedur siklus yang terdiri dari enam langkah: (1) pemilihan suatu
proyek etnografi; (2) pengajuan pertanyaan etnografi; (3) pengumpulan data etnografi;
(4) pembuatan suatu rekaman etnografi; (5) analisis data etnografi; dan (6) penulisan
sebuah etnografi. Untuk lebih jelasnya mengenai prosedur siklus penelitian etnografi
dapat ditunjukkan dengan gambar berikut.

Collecting
ethnographic
data

Asking Making
ethnographic ethnographic
questions record

Selecting an Analyzing
ethnographic ethnographic
project data

Writing an
ethnographic

Gambar 1. Siklus Penelitian Etnografi


(Spradley, 1980:29 dalam Emzir, 2015:157)

Dari gambar 1 di atas, dapat dijelaskan bahwa prosedur siklus penelitian


etnografi, langkah pertama yaitu pemilihan suatu proyek etnografi dengan
mempertimbangkan ruang lingkup dari penyelidikan yang akan dilakukan. Menurut
Hymes (dalam Emzir, 2015:160-161) terdapat tiga model penelitian etnografi yang
dapat membantu dalam menggambarkan fokus suatu proyek penelitian, yaitu etnografi

264
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
komprehensif, etnografi berorientasi topik, etnografi yang berorientasi pada hipotesis.
Etnografi komprehensif dengan cara mencari dokumen suatu jalan tol ke kehidupan.
Peneliti etnografi melakukan etnografi komprehensif dalam sebuah desa yang
diinginkan melalui observasi partisipan, mencoba mendeskripsikan rentangan luas
tentang adat istiadat, yang tujuannya ingin melingkupi sebagian besar wilayah dari
masyarakat tersebut sebelum penyelesaian penelitian. Etnografi berorientasi pada
topik, maksudnya mempersempit fokus pada satu atau lebih aspek kehidupan yang
diketahui ada dalam suatu masyarakat. Misalnya, sebagai peneliti etnografi memilih
suatu topik, seperti hubungan kekerabatan, perilaku tunasusila, atau kegiatan ibadah.
Kemudian, model yang berorientasi pada hipotesis yang berarti dalam pemilihan awal
dari suatu proyek dan data yang dikumpulkan dipengaruhi oleh suatu set hipotesis.
Misalnya, hipotesis tentang budaya berbahasa masyarakat Jawa Barat yang santun,
sehingga ketika kita mengumpulkan data berpatokan pada hipotesis ciri-ciri kesantunan
berbahasa masyarakat Jawa Barat.
Langkah kedua yaitu pengajuan pertanyaan etnografi sebagai pekerjaan awal
yang dilakukan sebelum memasuki lapangan. Terdapat tiga jenis pertanyaan utama
etnografi, yang mengarah pada jenis observasi di lapangan. Pertanyaan pertama yaitu
“pertanyaan deskriptif” yang masih bersifat umum/luas sperti “Siapa orang yang ada di
sini?” “Apa yang mereka lakukan?”, dan “Apa latar fisik dari situasi sosial itu?”.
Kemudian, dilanjutkan dengan pertanyaan struktural dan pertanyaan kontras untuk
penemuan. Beberapa pertanyaan ini akan membimbing peneliti untuk membuat
observasi lebih terfokus.
Spradley (dalam Emzir, 2015:163-164) mengemukakan bahwa sebagai alternatif
subpertanyaan topikal dapat melaksanakan 12 langkah sebagai berikut: (1) Apa situasi
sosial yang akan diteliti? Dalam hal ini peneliti memilih suatu sosial; (2) Bagaimana
seseorang melakukan observasi terhadap situasi tersebut? Dalam kegiatan ini peneliti
melakukan observasi partisipan; (3) Apakah yang sudah terekam tentang situasi
tersebut? Dalam tahap ini, peneliti membuat rekaman etnografi; (4) Apakah yang sudah
teramati tentang situasi tersebut? Dalam kegiatan ini, peneliti melakukan observasi
deskriptif; (5) Apakah domain kultural yang muncul dari studi situasi tersebut? Dalam
hal ini, peneliti melakukan analisis domain; (6) Apakah lebih spesifik, observasi terfokus

265
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dapat dibuat? Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi terfokus; (7) Apa
taksonomi yang terlihat dari observasi terfokus tersebut? Dalam tahap ini, peneliti
melakukan analisis taksonomi; (8) Melihat secara lebih selektif, observasi apa yang
dapat dilakukan? Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi selektif; (9) Apa
komponen-komponen yang muncul dari observasi tersebut? Dalam kegiatan ini, peneliti
melakukan analisis komponen; (10) Apa tema-tema yang terlihat? Dalam tahap ini,
peneliti melakukan observasi selektif; (11) Apa inventori kultural yang terlihat? Dalam
tahap ini, peneliti mengambil inventori kultural; dan (12) Bagaimana seseorang dapat
menulis etnografi? Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan menulis sebuah
etnografi.
Langkah ketiga yaitu pengumpulan data etnografi sebagai tugas utama kedua
dalam siklus penelitian etnografi. Pengumpulan data etnografi yaitu dengan cara
observasi partisipan yang mana peneliti mengamati aktivitas seseorang, karakteristik
fisik situasi sosial, dan apa yang akan menjadi bagian dari tempat kejadian. Proses
pengumpulan data ini terkait dengan tigas jenis pertanyaan etnografi, yaitu melakukan
observasi deskriptif, observasi selektif, dan observasi terfokus.
Langkah keempat yaitu pembuatan suatu rekaman etnografi atau catatan
etnografi. Beberapa kegiatan dalam merekam dan mencatat dalam penelitian etnografi,
yaitu pengambilan catatan lapangan, pengambilan foto, pembuatan peta, dan
penggunaan cara-cara lain untuk merekam observasi yang dilakukan peneliti. Hasil
rekaman dan catatan ini penting untuk membangun hubungan antara observasi dan
analisis.
Langkah kelima yaitu analisis data etnografi. Dalam kegiatan analisis
sebenarnya peneliti melakukan suatu proses penemuan pertanyaan. Data yang perlu
dianalisis adalah data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen. Terdapat empat
jenis analisis dalam penelitian etnografi, yaitu analisis domain, analisis taksonomi,
analisis komponen, dan analisis tema. Analisis domain cara kerjanya memperoleh
gambaran umum dan menyeluruh dari objek penelitian atau situasi sosial. Melalui
pertanyaan umum dan pertanyaan rinci, peneliti menemukan berbagai kategori atau
domain tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya. Semakin banyak domain yang
dipilih, semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.

266
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Kegiatan analisis taksonomi adalah mencoba mendeskripsikan domain-domain
yang dipilih menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan yang lebih terfokus. Berikutnya, analisis komponensial,
dengan cara mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara
mengontraskan antar elemen. Kegiatan ini dilaksankan melalui observasi dan
wawancara terseleksi melalui pertanyaan yang mengontraskan. Kegiatan analisis yang
terakhir yaitu analisis tema budaya dengan cara mencari hubungan di antara domain
dan hubungan dengan keseluruhan, yang dilanjutkan dengan menyatakannya ke dalam
tema-tema sesuai dengan fokus dan subfokus penelitian.
Langkah yang ke enam yaitu penulisan sebuah etnografi yang membutuhkan
waktu yang intensif. Dalam kegiatan ini peneliti melaporkan hasil dari analisis dari
setiap temuan baik dari hasil data observasi, wawancara, dan dokumen. Peneliti harus
pintar mengemas hasil penelitian dari ketiga data tersebut sehingga menghasilkan
laporan etnografi yang mampu menjawab pertanyaan penelitian.
Kemudian, Spradley (dalam Creswell, 2015:960-961) mengemukakan ada 12
langkah dalam melaksanakan penelitian etnografi yaitu menemukan informan,
mewawancarai informan, membuat catatan etnografis, melontarkan pertanyaan-
pertanyaan deskriptif, menganalisis wawancara-wawancara etnografis, membuat
analisis ranah/domain, melontarkan pertanyaan struktural, membuat analisis taksonomi,
melontarkan pertanyaan kontras, membuat analisis komponensial, menemukan tema-
tema budaya, dan menulis etnografi.
5) Teknik Analisis Data Penelitian Etnografi
Atkinson dan Hammersley (di dalam Denzin dan Lincoln, 2009:316) menjelaskan
langkah-langkah menganalisis data penelitian etnografi dimulai dari: (1) interpretasi
makna berbagai tindakan manusia; (2) interpretasi fungsi berbagai tindakan manusia;
(3) mendeskripsikan berbagai tindakan manusia; dan (4) penjelasan secara verbal
tanpa harus terlalu banyak memanfaatkan kuantifikasi dan statistik dari berbagai
tindakan manusia.
Emzir (2015:165) mengemukakan bahwa analsis data penelitian kualitatif
sebagai satu kesatuan dari prosedur penelitian etnografi yang bersifat siklus dan
penelitian etnografi dalam analisis data sebagai suatu proses penemuan pertanyaan

267
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
dari hasil observasi partisipan. Lebih lanjut Emzir (2015:165-166) menjelaskan bahwa
terdapat empat jenis analisis dalam penelitian etnografi, yaitu analisis domain, analisis
taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema. Keempat jenis analisis ini bagi
peneliti yang sudah berpengalaman dapat melakukan bentuk-bentuk analisis berbeda
secara simultan selama periode penelitian. Sedangkan bagi peneliti pemula dapat
melakukannya dalam urutan yang sistematis dari keempat langkah analisis tersebut.
Kegiatan analisis yang pertama yaitu analisis domain yang cara kerjanya
memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek penelitian atau situasi sosial.
Melalui pertanyaan umum dan pertanyaan rinci, peneliti menemukan berbagai kategori
atau domain tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya. Semakin banyak domain
yang dipilih, semakin banyak waktu yang diperlukan untuk penelitian.
Kegiatan analisis taksonomi adalah mencoba mendeskripsikan domain-domain
yang dipilih menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan yang lebih terfokus.
Kegiatan analisis komponensial, dengan cara mencari ciri spesifik pada setiap
struktur internal dengan cara mengontraskan antar elemen. Kegiatan ini dilaksankan
melalui observasi dan wawancara terseleksi melalui pertanyaan yang mengontraskan.
Kegiatan analisis yang terakhir yaitu analisis tema budaya dengan cara mencari
hubungan di antara domain dan hubungan dengan keseluruhan, yang dilanjutkan
dengan menyatakannya ke dalam tema-tema sesuai dengan fokus dan subfokus
penelitian.
6) Contoh Penelitian Etnografi
Salah satu contoh penelitian etnografi yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syahrun R. Dengan judul “Representasi Kesantunan Tindak Tutur Berbahasa Indonesia
dalam Pembelajaran di Kelas (Kajian Etnografi Komunikasi)”. Penelitian mencoba
mengkaji aspek-aspek berikut: (1) bentuk kesantunan tindak tutur ber-BI guru dan
siswa, (2) fungsi kesantunan tindak tutur ber-BI guru dan siswa, dan (3) strategi
penyampaian kesantunan tindak tutur ber-BI guru dan siswa.
Metode penelitian yang digunakan menggunakan model kualitatif dengan
ancangan etnografi komunikatif. Kajian ditekankan pada penggunaan tutur serta pola
dan fungsi tutur dalam tindak dan dalam situasi/peristiwa tutur. Subjek penelitian adalah

268
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
guru dan siswa di SMAN 11 Kronjo Kabupaten Tangerang Guru-guru tersebut yaitu
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Agama Islam, Sejarah, Ekonomi, Biologi, dan
PPKN. Sedangkan siswanya yaitu siswa kelas XI (menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi) dan kelas XII (menggunakan kurikulum KTSP). Siswa yang dijadikan
subjek dipilih dengan teknik snow ball, artinya secara acak. Penelitian ini mempunyai
dua jenis data, yakni data tuturan, data catatan lapangan, dan wawancara. Sedangkan
analisis data menggunakan model interaktif. Teknik analisis data dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu (a) data yang diperoleh baik melalui observasi, catatan
lapangan, dan wawancara yang diklasifikasikan sesuai dengan karakteristik masing-
masing data. Data percakapan kelas berupa transkrip rekaman pembelajaran
dikelompokkan berdasarkan kesamaan wujudnya, baik berupa bentuk, fungsi, maupun
strategi kesantunan; (b) data yang telah ditranskripsikan dan dikelompokkan tersebut
lalu dianalisis melalui analisis model interaktif. Reduksi dilakukan mulai dari
pengumpulan data di lapangan hingga analisis setelah data terkumpul. Reduksi data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara berikut: data berupa tuturan guru dan siswa
(pada catatan lapangan, transkrip rekaman, dan hasil wawancara) dibaca dengan
cermat setelah itu dilakukan identifikasi, pengodean, dan pengelompokan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paradigma kajian tindak tutur secara
fungsional dalam pembelajaran di kelas memandang tindak tutur sebagai identitas
sosial dan budaya pemakainya. Fenomena kesantunan dalam percakapan dalam
pembelajaran di kelas merupakan fenomena sosial budaya yang tidak dapat dilepaskan
dari tradisi berbahasa penuturnya. Dengan demikian, keberagaman bentuk, fungsi, dan
strategi kesantunan tindak tutur ber-BI dalam percakapan dalam pembelajaran di kelas,
di SMAN 11 Kronjo Kabupaten Tangerang menggambarkan sosial budaya pemakainya.
Dalam representasi bentuk kesantunan tindak tutur ber-BI guru dan siswa,
digunakan beragam modus tuturan. Modus tuturan tersebut terdiri atas modus
deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kesantunan dengan modus deklaratif
mempresentasikan perintah, permintaan, nasihat, dan pujian. Kesantunan dengan
modus interogatif mempresentasikan permintaan, penagihan janji siswa,
pengklarifikasian pemahaman siswa, dan pemberian peringatan. Kesantunan dengan
modus imperatif mempresentasikan ajakan, permintaan, dan perintah. Pelunakan daya

269
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
ilokusi terdapat pada tuturan bermodus deklaratif dan interogatif sehingga tuturan
terasa santun sedangkan tuturan bermodus interogatif cenderung memiliki efek
penguatan daya ilokusi sehingga terasa kurang santun.
Fungsi kesantunan tindak tutur ber-BI guru dan siswa dalam tindak direktif
direpresentasikan ke dalam fungsi permintaan, pengizinan, menasehati, perintah, dan
melarang. Kemudian strategi kesantunan tindak tutur ber-BI guru dan siswa
direpresentasikan ke dalam bertutur secara langsung dan tidak langsung. Bertutur
secara langsung direalisasikan ke dalam bertutur dengan imperatif dan bertutur dengan
imperatif pelesapan frasa. Bertutur secara tidak langsung direpresentasikan dalam
bertutur dengan kesantunan positif, negatif, dan samar-samar.

C. Penelitian Grounded Theory (Teori Dasar)


1. Hakikat Penelitian Grounded Theory
Galsser dan Strauss (dalam Emzir, 2015:193) mengemukakan bahwa penelitian
grounded theory merupakan teori umum dari metode ilmiah yang bekerja dengan
proses generalisasi, elaborasi, validasi, konsistensi, reproduksi, dari teori ilmu sosial
sehingga menemukan aturan yang dapat diterima dalam membantu ilmu pengetahuan
berupa pengembangan atau penurunan teori secara tertutup menjadi pernyataan
naratif, suatu gambaran visual, atau serangkaian hipotesis atau proposisi yang
berhubungan dengan konteks fenomena yang dikaji. Dengan kata lain penelitian
grounded theory bertujuan untuk mengembangkan teori secara induktif dari suatu data
yang diputuskan secara memadai untuk domainnya dengan memerhatikan sejumlah
kriteria evaluatif.
Penelitian grounded theory menurut Creswell (2015:844) merupakan suatu
prosedur kualitatif sistematis yang digunakan untuk menghasilkan teori yang
menjelaskan di tingkat konseptual luas, suatu proses, tindakan, atau interaksi tentang
suatu topik subtantif. Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa penelitian grounded
theory menjelaskan suatu proses kejadian, kegiatan, tindakan, dan interaksi pendidikan
yang terjadi dari waktu ke waktu. Kemudian, pekerjaan peneliti grounded theory bekerja
melalui prosedur sistematis untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi kategori atau
tema, menghubungkan kategori itu, dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

270
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
prosesnya. Lebih lanjut, Creswell menjelaskan bahwa grounded theory memiliki ciri-ciri
khusus, seperti pendekatan proses, pengambilan sampel teoretis, analisis data
komparatif konstan, kategori inti, menghasilkan teori, dan memo (catatan peneliti di
sepanjang proses penelitian untuk mengelaborasi ide-ide tentang data). Dengan
demikian, penelitian grounded theory ini digunakan ketika kita membutuhkan teori
karena teori-teori yang sudah ada tidak menangani permasalahan yang kita atau para
partisipan yang kita rencanakan untuk diteliti atau ketika penjelasan luas tentang suatu
proses.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian grounded
theory merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan prosedur
sistematis yang digunakan untuk menghasilkan teori yang menjelaskan di tingkat
konseptual luas sehingga menemukan aturan yang dapat diterima dalam membantu
ilmu pengetahuan berupa pengembangan atau penurunan teori secara tertutup menjadi
pernyataan naratif, suatu gambaran visual, atau serangkaian hipotesis atau proposisi
yang berhubungan dengan konteks fenomena yang dikaji.
2. Beberapa Prinsip Metodologi Grounded Theory
Menurut Haig (di dalam Emzir, 2015: 196-209) terdapat beberapa prinsip
metodologi grounded theory, yaitu perumusan masalah, deteksi fenomena, penurunan
teori (theory generation), pengembangan teori, penilaian teori (theory appraisal), dan
grounded theory yang direkonstruksi. Dalam merumuskan masalah, prinsip yang perlu
diperhatikan bagi para peneliti grounded theory, yaitu membangun dari sesuatu yang
aktual dari permasalahan yang ada, mencirikan masalah, memberikan struktur
permasalahan, memberikan semua batasan dalam perumusan masalah, dan
menentukan fokus penelitian.
Prinsip deteksi fenomena berkaitan dengan penyulingan fenomena dari data,
dan dimulai dari reduksi data menggunakan metode statistik atau dengan berbagai cara
misalnya dengan reliabilitas data sehingga membentuk basis untuk mengakui bahwa
fenomena itu benar-benar ada. Penggunaan metode statistik hanya sebagai bantuan
langsung dalam pendeteksian fenomena, tetapi bukan dalam konstruksi teori-teori yang
bersifat menjelaskan. Dalam hal ini harus dibedakan antara fenomena dan data.
Fenomena meliputi objek, keadaan, proses, dan peristiwa ataupun ciri lain. Sedangkan

271
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
data merupakan rekaman atau laporan yang secara perseptual dapat diakses dan
diamati serta terbuka bagi pemeriksaan publik. Dengan demikian, data berada dalam
fakta dan data bertindak sebagai bukti bagi fenomena yang diteliti.
Penurunan teori (theory generation) berkaitan dengan pola kerja dengan
penalaran induktif yang dapat juga membentuk perumusan ide-ide teoretis. Glasser dan
Strauss (di dalam Emzir, 2015:203) menjelaskan bahwa grounded theory muncul
secara induktif dari sumber data sesuai dengan metode “constant comparison” atau
“perbandingan tetap”. Sebagai suatu metode penemuan, metode perbandingan tetap
merupakan campuran pengodean sistematis, analisis data, dan prosedur sampling
teoretis yang memungkinkan peneliti membuat penafsiran pengertian dari sebagian
besar pola yang berbeda dalam data dengan pengembangan ide-ide teoretis pada level
abstraksi yang lebih tinggi, daripada deskripsi data awal. Metode perbandingan tetap
juga sebaiknya mengacu pada pola abduktif secara alami. Pola abduktif mencirikan
kesimpulan kreatif yang bersifat ilmiah yang dilibatkan dalam penurunan teori dengan
sejumlah besar heuristik yang melalui proses kodefikasi sehingga mampu
menghasilkan penjelasan potensial dari fenomena yang terkadang membingungkan.
Prinsip pengembangan teori dalam metodologi grounded theory berhubungan
dengan pola bahwa teori sebagai suatu proses sebagai suatu kesatuan yang pernah
berkembang, bukan sebagai suatu produk yang sempurna. Cara dalam
mengembangkan teori dasar dapat melihat suatu perspektif baru dan mekanisme
generatif dalam menjelaskan efek yang berbeda dari suatu kasus. Teori juga dapat
diturunkan secara abduktif dan dikembangkan melalui perluasan analogis.
Prinsip penilaian teori (theory appraisal) berkaitan dengan bagaimana sebuah
teori mengandung data yang empiris dan terpercaya. Beberapa penilaian teori yaitu
dengan metode AEA yang mempertimbangkan penilaian sistematis teori-teori yang
sudah matang yang secara esensial menjadi materi kesimpulan pada penjelasan yang
paling baik dibandingkan dengan bukti saingannya. Kemudian, cara kedua dengan cara
koherensi eksplanatori oleh Thagard. Koherensi eksplanatori diterapkan dengan
operasi tujuh prinsip, yaitu simetris, penjelasan, analogi, prioritas data, kontradiksi,
kompetisi, dan keberterimaan. Dalam menentukan koherensi eksplanatori suatu teori

272
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
disusun dalam tiga kriteria, yaitu (1) consilience yang berarti menjelaskan secara luas,
(2) penyederhanaan, dan (3) analogi.
Prinsip yang terakhir yaitu grounded theory yang direkonstruksi. Prinsip ini
mengandung makna bahwa penelitian grounded theory sebagai metode ilmiah umum
yang bekerja dalam merekonstruksi teori secara filosofis dan dipahami sebagai suatu
laporan akurat.
3. Jenis-jenis Penelitian Grounded Theory
Creswell (2015:848-857) mengemukakan bahwa penelitian grounded theory
terbagi menjadi tiga rancangan, yaitu rancangan sistematis, rancangan emerging
design, rancangan konstruktivistik. Rancangan sistematis menekankan pada
penggunaan langkah-langkah analisis data yang berupa coding terbuka, aksial, dan
selektif serta pengembangan suatu paradigma logis atau gambar visual dari teori yang
dihasilkan. Ada tiga istilah dalam coding, yaitu open coding, axial coding, dan selective
coding. Open coding (pengodean terbuka) merupakan jenis pengodean dari data yang
diperoleh dari beberapa sumber dengan cara memberikan kategori yang diperluas
dengan kategori khusus, properti, dan dimensionallized properties. Axial coding
(pengodean aksial) bersifat kategori yang dihubungkan dengan kategori lain yang
mempunyai kondisi kausal/penyebab (faktor yang mempengaruhi fenomena inti),
strategi (tindakan yang diambil dalam merespons fenomena inti), dan kondisi
kontekstual serta intervening (faktor situasional khusus dan umum yang memengaruhi
strategi), dan konsekuensi (hasil dari menggunakan strategi). Fase ini melibatkan
penggambaran diagram yang disebut coding paradigm yang memotret antar hubungan
antara kondisi kausal, strategi, kondisi kontekstual intervening, dan konsekuensi.
Kemudian, selective coding menyediakan penjelasan abstrak untuk proses yang
sedang diteliti dalam proses penelitian. Tahapan selective coding bekerja dengan
menulis alur cerita yang menghubungkan kategori dan menyortir memo pribadi tentang
ide teoretis.
Rancangan kedua, yaitu rancangan emerging design yang dikembangkan oleh
Glaser (1992 dalam Creswell, 2015, 885-886) memiliki sifat konseptual yang paling
abstrak dan teori didasarkan pada data dan tidak dipaksa menjadi teori, serta harus
memiliki kriteria cocok (fit), bekerja (work), relevan, dan dapat dimodifikasi

273
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
(modifiability). Prosedur rancangan emerging design dengan prosedur yang
menghasilkan kategori dengan memeriksa data, memperhalus kategori menjadi
kategori yang semakin sedikit jumlahnya, membandingkan data dengan kategori yang
timbul, dan menulis suatu teori tentang beberapa proses yang terlibat dalam diskusi
kelas. Sedangkan rancangan konstruktivistik yang dikembangkan oleh Charmaz (2006)
menekankan pada makna yang dilekatkan oleh partisipan dalam suatu penelitian.
Tugas peneliti dalam rancangan ini menjelaskan perasaan individu ketika mereka
mengalami suatu fenomena atau proses serta menyebutkan keyakinan dan nilai peneliti
juga mengelakkan diri dari kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian,
naratif ditulis secara lebih eksplanatoris, lebih diskursif, dan menggali lebih dalam
asumsi dan makna bagi individu dalam penelitian.
4) Teknik Pengumpulan Data Penelitian Grounded Theory
Emzir (2015:209-210) mengemukakan bahwa teknik atau metode pengumpulan
data penelitian grounded theory dapat berupa wawancara, pengamatan, dan dokumen.
Wawancara sebaiknya didasarkan pada beberapa pertemuan di lapangan sehingga
mampu menyerap atau menemukan informasi yang kontinu untuk menambah hingga
tidak ada lagi yang dapat ditemukan suatu kategori. Kategori yang baik harus mampu
mewakili unit informasi yang tersusun dari peristiwa, kejadian, dan instansi. Kemudian,
untuk data pengamatan dan dokumen dilakukan secara zigzag yaitu dengan keluar
lapangan untuk memperoleh informasi, menganalisis data, dan seterusnya. Khusus
untuk wawancara, partisipan yang akan diwawancarai dipilih secara teoretis sehingga
mampu membantu peneliti membentuk teori yang paling baik. Dengan menggunkan
teknik atau metode wawancara, pengamatan, dan dokumentasi mampu memberikan
informasi yang kompleks dan mendalam sehingga nantinya dapat membandingkan
informasi dengan kategori yang muncul atau disebut dengan metode komparatif
konstan.
5) Prosedur dan Teknik Analisis Data Penelitian Grounded Theory
Creswell (2015: 878-882) mengemukakan bahwa prosedur penelitian grounded
theory, di antaranya: (1) memutuskan apakah rancangan grounded theory adalah
rancangan terbaik untuk menjawab permasalahan penelitian. Rancangan grounded
theory tepat digunakan apabila kita ingin mengembangkan atau memodifikasi teori,

274
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
menjelaskan proses, dan mengembangkan abstraksi umum tentang interaksi dan
tindakan banyak orang; (2) Mengidentifikasi proses untuk diteliti; (3) mencari
persetujuan dan akses, berarti harus mendapatkan persetujuan dari dewan peninjau
institusional dan membutuhkan akses ke individu-individu yang dapat memberikan
insight tentang proses yang direncanakan; (4) melaksanakan pengambilan sampel
teoretis yang biasanya mencari partisipan yang akan diwawancarai; (5) mengode data;
(6) menggunakan selective coding dan mengembangkan teori; (7) memvalidasi teori
bias dengan triangulasi, memeriksa data terhadap kategori, dan membandingkan
dengan proses yang sudah ada yang ditemukan dalam kepustakaan; dan (8) menulis
laporan penelitian grounded theory.
Kemudian, teknik analisis data penelitian grounded theory dijelaskan oleh
Strauss dan Corbin (dalam Emzir, 2012:137) terdiri atas beberapa langkah sebagai
berikut:
a. Pengodean terbuka (open coding), dalam hal ini peneliti membentuk kategori awal
dari informasi tentang fenomena yang dikaji dengan pemisahan informasi menjadi
beberapa segmen. Dalam setiap kategori, peneliti menemukan beberapa propertics,
atau subkategori, dan mencari data untuk membuat dimensi atau memperlihatkan
kemungkinan ekstrim pada kontinum property tersebut.
b. Pengodean berporos (axial coding), dalam hal ini peneliti bekerja merakit data
dalam cara baru setelah open coding. Rakitan data ini dipresentasikan
menggunakan paradigma pengodean atau diagram logika yang mana peneliti
mengidentifikasi fenomena sentral, menjajaki kondisi kausal (kategori yang
memengaruhi fenomena), menspesifikasikan strategi (yaitu tindakan atau interaksi
yang dihasilkan dari fenomena sentral), mengidentifikasi konteks dan kondisi yang
menengahinya (kondisi luas dan sempit yang memengaruhi strategi), dan
menggambarkan konsekuensi (hasil dari strategi ) untuk fenomena tersebut.
c. Pengodean selektif (selective coding), dalam hal ini peneliti mengidentifikasi “garis
cerita” dan menulis cerita yang mengintegrasikan kategori dalam model pengodean
poros. Pada tahap ini, proposisi bersyarat (conditional propositions) atau hipotesis
biasanya disajikan.

275
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Setelah melakukan ketiga tahap tersebut, peneliti dapat mengembangkan dan
menggambarkan secara visual suatu matrik kondisional yang menjelaskan kondisi
sosial, historis, dan ekonomis yang memengaruhi fenomena sentral.
6) Contoh Penelitian Grounded Theory
Penelitian Grounded Theory dapat dicontohkan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ostovar dan Namaghi dengan judul “Teaching as a Diciplined Act: A
Grounded Theory”. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mengapa pengajaran
bahasa di sekolah-sekolah menengah umum di Iran begitu dangkal dan terputus dari
beasiswa. Data wawancara dikumpulkan dan dianalisis melalui prosedur Grounded
Theory. Pengumpulan data dan analisis berulang menghasilkan mengajar sebagai
tindakan disiplin sebagai kategori inti. Guru melakukan apa yang mereka ketahui
karena arahan yang mengikat dan surat edaran untuk menentukan satu set tindakan
yang diperbolehkan. Set tindakan ini kemudian sebagai praktek naturalisasi yang baik
melalui tim pengajaran, skema evaluasi, dan kriteria promosi. Praktik disiplin
memerlukan skill karena guru tidak menemukan kesempatan untuk menggunakan
pengetahuan dan keterampilan profesional mereka.

D.CONTOH SISTEMATIKA METODOLOGI PENELITIAN ETNOGRAFI

Judul (Mantra Masyarakat Banten Kajian Etnografi di Kabupaten Tangerang)

A.Tujuan Penelitian

Penelitian harus mempunyai tujuan dan maksud tertentu, dalam

penelitian ini, tujuan yang ingin hendak dicapai adalah:

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

pemahaman mendalam tentang puisi lama (Mantra) Banten. Yang merupakan salah

satu puisi lama /sastra lisan sebagai warisan budaya masyarakat Kabupaten

Tangerang.

276
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2. Tujuan khusus

a. Mendeskripsikan Klasifikasi dan bentuk puisi lama (Mantra)


Banten dalam masyarakat Kabupaten Tangerang.
b. Mendeskripsikan Ciri khas kebahasaan puisi lama (Mantra) Banten
dalam masyarakat Kabupaten Tangerang.
c. Mendeskripsikan Penggunaan puisi lama (Mantra) Banten dalam
masyarakat Kabupaten Tangerang..
d. Mendeskripsikan fungsi puisi lama (Mantra) Banten dalam
kehidupan masyarakat Kabupaten Tangerang.
e. Melestarikan sastra lisan sebagai warisan budaya sehingga tidak
punah.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tangerang, yang merupakan salah satu

dari Kabupaten yang berada di Lingkungan Provinsi Banten. Kabupaten Tangerang

terdiri dari 29 Kecamatan yaitu: Kecamatan Balaraja, Kecamatan Kresek, Kecamatan

Gunung Kaler, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Mekar Baru,

Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Rajeg,

Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Sindang Asih, Kecamatan Cikupa, Kecamatan

Karawaci, Kecamatan Sepatan, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Sukadiri,

Kecamatan Paku Haji, Kecamatan Teluk Naga, Kecamatan Kelapa Dua, Kecamatan

Jambe, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Panongan, Kecamatan

Solear, Kecamatan Legok, Kecamatan Curug.

2) Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian didasarkan pada jawdal yang telah ditetapkan


sebelumnya. Jadwal tersebut dibuat, melalui saat observasi awal hingga pada
penulisan laporan penelitian. Tahap-tahapan pengumpulan data dirancang sistematis

277
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sehingga dalam pelaksanaanya berjalan sangat efektif dan tak sedikit pun waktu
terbuang sia-sia. Tentu kendala ingin menemui informan yang diperlukan ternyata yang
bersangkutan tidak berada ditempat, namun kendala itu teratasi terutama karena
didasari oleh ketekunan dan kesabaran peneliti menunggu informan. Jadwal
pelaksanaan penelitian mulai dari Desember 2016.

C. Latar Penelitian

1) Deskripsi Latar/subjek

Latar /subjek dalam penelitian ini adalah kegiatan para tokoh adat,

orang pintar yang dipercaya mempunyai kepintaran tertentu. Masyarakat

Kabupaten Tangerang dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit yaitu

pengobatan, asihan, jampe kesaktian, dan keselamatan, sebelum memulai

kegiatan biasanya didahului dengan ngadoa/rajah/baca mantra oleh dukun/tokoh adat.

Dalam arti luas adalah tokoh adat dalam kategori orang pintar. Yaitu semua aktivitas

yang berkenaan dengan pengucapan mantra oleh para pawang, tokoh adat dan orang

pintar. Dalam penelitian ini subjek penelitiannya berupa teks atau korpus mantra

masyarakat Kabupaten Tangerang Banten.

1) Karakteristik Informan

Model penelitian etnografi memiliki karakteristik sebagai berikut :

(1) Mengetahui budayanya dengan baik, (2) terlibat langsung

(3) menerima tindakan budaya apa adanya, dan tidak akan berbasa basi, dan

(4) memiliki waktu yang cukup. Dalam hal ini peneliti menentukan informannya

secara acak mengingat penduduknya memiliki karakteristik yang sama.

278
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2) Entri

Peneliti merupakan orang asli pribumi yang dibesarkan dalam lingkungan

masyarakat tersebut, dan sangat mengenal budaya masyarakat sekitar,

baik bahasa maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu peneliti juga

merupakan asli masyarakat sekitar yang lahir dan di besarkan di Kabupaten

Kabupaten.

3) Peran Peneliti

Peneliti yang merupakan asli orang pribumi Kabupaten Tangerang sangat

mengenal seluk beluk budaya masyarakat Kabupaten Tangerang dalam hal ini

mantra Banten. Peneliti tidak kesulitan mendapatkan data yang dibutuhkan,

karena keseharian peneliti sangat akrab dengan aktivitas masyarakat.

Peneliti juga dibantu oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia Universitas Muhammadiyah Tangerang. Kegiatan penelitian

semacam ini berfungsi untuk menghasilkan penelitian yang komprehensif dan

menyeluruh.

D. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Menurut Ratna (2009:34) Metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk

memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab

akibat berikutnya. Sebagai alat sama dengan teori, metode berfungsi untuk

menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami.

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dan metode etnografi, karena

mendeskripsikan karekter suatu kelompok atau masyarakat sebagai subjek yang akan

diteliti.

279
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Sedangkan Sugoiyono (2009:15) Metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik

pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis dan bersifat induktif/kualitaif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Tetapi Fatimah (2010:11) Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang

menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan kualitif yang menggunakan data lisan suatu

bahasa memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa ini

diarahkan pada latar dan individu yang secara holistik sebagai bagian dari suatu

kesatuan yang utuh.

Metode etnografi pada dasarnya merupakan bidang yang sangat luas dengan

variasi yang sangat besar dari praktisi dan metode. Bagaimanapun, pendekatan

etnografi secara umum adalah pengamatan berperan serta sebagai bagian dari

penelitian lapangan menurut Moleong (2007:26) Etnografi adalah kajian tentang

kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat

istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, dan bahasa. Sedangkan Sumarsono (2012:309)

Metode etnografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang di dalamnya

peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam

periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan

280
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
data wawancara. Akan tetapi menurut Creswell (2010:20) Metode etnografi adalah

sebuah metode penelitian yang bermanfaat dalam menemukan pengetahuan yang

tersembunyi dalam suatu budaya atau komunitas. Tidak terdapat consensus tentang

apakah makna budaya secara pasti, tetapi sebagian besar ahli sosiologi dan antropolgi

percaya bahwa budaya merujuk pada sikap, oengetahuan, nilai-nilai. Dan kepercayaan

yang memengaruhi perilaku dari suatu kelompok tertentu. Senada juga pendapat Emzir

(2010:18) Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,

dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang

tertarik secara alamiah. Jelas definisi ini memberikan gambaran bahwa penelitian

kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang

mempunyai perhatian alamiah, penelitian kualitatif adalah upaya menyajikan dunia

sosial , dan perspektifnya di dalam unia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan

persoalan tentang manusia yang diteliti.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang

tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian

kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang

rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik yang rumit. Secara lebih spesifik

moleong mendefnisikan penelitian kualitaif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

281
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Selain menggunakan metode etnografi untuk menyelidiki budaya mantra

masyarakat Kabupaten Tangerang, dalam penelitian ini juga menggunakan metode

analisis isi untuk memahami makna yang terkandung dalam mantra.

Jadi dalam penelitian kualitatif adalah penelitian yang memaparkan fenomena

alamiah secara holistik dan dengan cara mendeskripsikan data lisan yang dihasilkan

dari metode etnografi dengan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, juga dalam hal ini

untuk mengkaji mantra menggunakan analisis ini.

2.Prosedur Penelitian

Pendekatan kualitatif dalam mendesain studi berisi fitur-fitur yang unik. Pertama,

peneliti merencanakan suatu pendekatan umum untuk studi, suatu rencana yang detail

tidak akan cukup memberikan isu-isu penting yang berkembang dalam suatu studi

lapangan. Kedua sebagian isu merupakan problematika bagi peneliti kualitatif, seperti

sebarapa sebarapa banyak literatur yang dimasukan dalam studi tersebut, seberapa

banyak teori harus mengarahkan studi, dan apakah seseorang memerlukan verifikasi

atau laporan tentang ketepatan perhitungan. Ketiga, format aktual untuk suatu studi

kualitatif bervariasi apabila dibandingkan dengan format penelitian tradisional.

Penelitian kualitatif menggunakan metode-metode ilmiah dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus.

2) Melakukan tinjauan pustaka.

3) Mendefnisikan peran peneliti.

4) Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di lapangan.

282
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
5) Memilih partisipan.

6) Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan.

7) Pengumpulan data.

8) Analisis data.

9) Interpretasi dan disseminasi hasil.

Langkah-langkah penelitian kualitatif dengan metode etnografi sebagai berikut:

1) Menetapkan informan yang memiliki syarat, yaitu (1) mengetahui budayanya

dengan baik, (2) terlibat langsung, (3) menerima tindakan budayanya apa

adanya, tidak basa-basi, (4) memiliki waktu yang cukup.

2) Melakukan wawancara dengan informan secara kekeluargaan dengan

menginformasikan tujuan etnografi yang meliputi perekaman, pencatatan,

wawancara dan dokumentasi. Wawancara hendaknya dilakukan secara alamiah

sehingga tidak menimbulkan kecurigaan bagi informan.

3) Membuat catatan etnografi yang berupa laporan ringkas, laporan yang diperluas,

atau jurnal lapangan untuk diberikan analisis dan interpretasi.

4) Mengajukan pertanyaan deskriptif yang bertujuan merefleksikan konteks

setempat.

5) Melakukan analisis wawancara etnografi,yaitu yang dikaitkan dengan simbol dan

makna yang disampaikan informan. Tugas peneliti adalah memberikan sandi

simbol-simbol budaya serta mengidentifikasi aturan-aturan penyandian.

6) Membuat analisis domain, yakni peneliti membuat istilah pencakupan tentang

apa yang dinyatakan informan. Istilah domain harus memiliki hubungan semantis

yang jelas.

283
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
7) Mengajukan pertanyaan struktural, yakni bertujuan untuk melengkapi pertanyaan

deskriptif.

8) Membuat analisis taksonomi, yakni memfokuskan pertanyaan yang telah

diajukan.

9) Mengajukan pertanyaan yang kontras, yaitu untuk mencari makna yang berbeda.

10) Membuat analisis komponen, yakni dilakukan pada saat kita telah berada di

lapangan. Hal ini untuk menjaga fleksibilitas data, yang memungkinkan

tambahan data melalui wawancara ulang maupun dengan informan.

11) Menemukan tema-tema budaya, yang merupakan puncak analisis etnografi.

12) Menulis etnografi, yakni membuat karya tulis berdasarkan dari hasil penelitian.

Menulis etnografi dilakukan secara deskriptif dengan bahasa yang lugas dan

jelas. (Emzir,2010:14).

Menurut Moleong (2013:127) Tahapan/prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Tahap pra-lapangan

1) Menyusun rancangan penelitian

Tahap ini mulai dari penyusunan proposal meliputi latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, kajian pustaka,

dan metode penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah

dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari

serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Memilih lapangan

284
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di

lapangan.

3) Mengurus perizinan

Pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang

berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian. Tentu saja peneliti

jangan mengabaikan izin meninggalkan tugas yang pertama-tama perlu

dimintakan dari atasan peneliti sendiri.

4) Menjajaki dan menilai lapangan

Tahap ini belum sampai pada titik yang menyingkapkan bagaimana penelitian

masuk lapangan dalam arti mulai mengumpulkan data yang sebenarnya.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang-dalam pada latar penelitian. Fungsinya jelas bukan

sebagai informan polisi yang biasanya diambil dari bekas penjahat kemudian

dimintakan mengawasi sambil melaporkan perbuatan kriminal bekas-rekan-

rekannya sehingga mereka secepatnya dapat tertangkap.

6) Menyiapkan perlegkapan penelitian

Peneliti hendaknya menyiapakan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi

segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan.

7) Persoalan etika penelitian

Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai alat atau

sebagai instrumen yang mngumpulkan data. Hal itu dilakukan dalam

pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen,

foto, dan sebagainya.seluruh metode itu pada dasarnya menyangkut

285
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
hubungan peneliti dengan orang atau subjek penelitian. Peneliti akan

berhubungan dengan orang-orang , baik secara perseorangan maupun

secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan merasakan

serta menghayati bersama tata cara dan tata hidup dalam masyarakat itu

biasanya ada sejumlah peraturan, norma agama, nilai sosial, hak dan nilai

pribadi, adat, kebiasaan, tabu, dan semacamnya, yang hidup dan berada di

antara mereka.

2. Tahap pekerjaan lapangan

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memasuki pekerjaan di lapangan, peneliti perlu memahami latar

penelitian terlebih dahulu. Di samping itu, ia perlu mempersiapkan dirinya,

baik secara fisik maupun secara mental di samping ia harus mengingat

persoalan etika. Peneliti hendaknya mengenal adanya latar terbuka dan latar

tertutup. Di samping itu, peneliti hendaknya tahu menempatkan diri, apakah

sebagai peneliti yang dikenal atau yang tidak dikenal.

2) Memasuki lapangan

Dalam tahap ini ada tiga kriteria yang harus diperahtikan yaitu: keakraban

hubungan, mempelajari bahasa, dan peran penelti.

3) Berperanserta sambil mengumpulkan data

Pada tahap akhir ini peneliti memerinci pekerjaan sebagai berikut:

pengarahan batas studi, mencatat data lapangan, petunjuk tentang cara

mengingat data, kejenuhan, keletihan, dan istirahat, meneliti suatu latar yang

didalamnya terdapat pertentangan, dan yangterakhir analisis lapangan.

286
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Tahap analisis data menurut Mahsun (2014:119) adalah sebagi berikut:

1) Analisis data.

1) Metode padan Intralingual

Metode ini adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan

unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa

maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda.

2) Metode padan ekstralingual

Metode ini digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat

ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang

berada di luar bahasa.

Analisis Etnografi menurut Spradley (1997:140) sebagai berikut:

1) Analisis domain

Dengan menggunakan konsep-konsep relasional ini, etnografer dapat

menemukan sebagian besar prinsip-prinsip yang dimiliki oleh sebuah

kebudayaan untuk menyusun simbol-simbol ke dalam domain-domain.

Analisis domain dimulai dari penggunaan hubungan-hubungan semantik.

2) Analisis taksonomik

Yaitu analisis yang mengarah perhatian si peneliti pada struktur internal

dari domain-domain itu.

3) Analisis komponen

Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematik berbagai

atribut (komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol

budaya.

287
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
4) Analisis tema budaya

Analisis tema budaya sebagi prinsip kognitif yang bersifat tersirat maupun

tersurat berulang dalam sejumlah domain dan berperan sebagai suatu

hubungan diantara berbagai subsistemmakna budaya.

3) Interpretasi data

Intepretasi data yaitu menulis hasil kajian untuk memaparkan hasil kajian

etnografi.

Dari uraian di atas peneliti menyintesis prosedur penelitian sebagai berikut:

1) Menyusun rencana penelitian

2) Mengidentifikasi fokus

3) Memilih informan

4) Melakukan wawancara

5) Mengorganisir dan mengklasifikasikan data wawancara

6) Memvalidasi data

7) Menganalisis data

E. Data dan Sumber Data

Menurut Sugiyono (2011:6) Dalam penelitian kualitif istilah data merujuk pada

material kasar yang dikumpulkan peneliti dari dunia yang sedang diteliti; data adalah

bagian-bagian khusus yang membentuk dasar-dasar analisis. Data meliputi apa yang

dicatat orang secara aktif selama studi, seperti transkrip wawancara dan catatan

lapangan, observasi. Data juga termasuk apa yang diciptakan orang lain dan yang

ditemukan peneliti, seperti catatan harian, fotograf, dokumen resmi dan artikel surat

288
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
kabar. Data adalah bukti dan sekaligus isyarat. Data kualitatif adalah data yang

berbentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar, dan foto.

1.Jenis Data

Data kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif empiris

dan data kualitatif bermakna. Data kualitatif empiris adalah data sebagaimana adanya

(tidak diberi makna), sedangkan data kualitatif bermakna adalah data dibalik fakta yang

tampak. Jenis data dibagi ke dalam empat jenis, yaitu:

a. Kata-kata dan tindakan.

b. sumber tertulis,

c. foto

d. Data statistik.

2. Sumber Data

Sumber data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data, yaitu Mantra masyarakat Kabupaten Tangerang. Data diambil dari

setiap Kecamatan, mengingat keterbatasan penelitian maka data dalam penelitian ini

dibatasi pada pengambilan sampel di setiap Kecamatan diambil 2 informan secara

random sampling menggunakan teknik ordinal (tingkatan sama), pengambilan data

sampel ini merujuk pendapat ahli. Sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Tetapi, jika jumlah sebjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20%-

25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.

289
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari subjek, karena hal ini, menyangkut

banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang

resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

(Suharsimi, 2006:134).

Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, Atau

semakin besar persentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik.

Anggapan ini benar, tetapi tidak selalu demikian hal ini tergantung dari sifat-sifat atau

ciri-ciri yang dikandung oleh banyak penelitian dalam populasi. Selanjutnya sifat-sifat

atau ciri-ciri tersebut bertalian erat dengan homogenitas subjek dalam populasi.

Data sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya dokumen. Observasi, wawancara, dokumen

pribadi dan resmi, foto, rekaman, gambar, dan percakapan informal semuanya

merupakan sumber data kualitatif. Sumber yang paling umum digunakan adalah

observasi, wawancara, dan dokumen, kadang-kadang dipergunakan secara

bersama-sama, dan kadang-kadang secara individual. Semua jenis data ini memiliki

satu aspek kunci secara umum: analisisnya terutama tergantung pada keterampilan

integrative dari peneliti. Interpretasi diperlukan karena data yang dikumpulkan

jarang berbentuk angka dan arena data kaya rincian dan panjang

F.Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan

290
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode

eksperimen, di sekolah dengan tenaga pendidik dan kependidikan, di rumah dengan

berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat

dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer

dan sumber sekunder. Menurut Sugiyono (20011:6) Sumber primer adalah sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan data sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Sedangkan

Creswell (2010:267) Prosedur-prosedur pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif melibatkan empat strategi, yaitu (1) observasi kualitatif, (2) wawancara

kualitatif, (3) dokumen-dokumen kualitatif, (4) materi audio dan visual.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview

(wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan/triangulasi. Data

primer penelitian ini adalah berupa Mantra masyarakat Kabupaten Tangerang yang

digunakan oleh tokoh adat, orang pintar, yang berupa data lisan didapatkan

langsung dari sumber data, yakni tokoh adat, orang pintar, masyarakat Kabupaten

Tangerang.

Data dikumpulkan dengan metode simak atau penyimakan, yaitu menyimak

Mantra masyarakat Kabupaten Tangerang yang digunakan oleh tokoh adat, orang

pintar, masyarakat Kabupaten Tangerang, baik secara lisan maupun tulis. Menurut

Mahsun (2014:92) Metode simak dapat disejajarkan dengan metode pengamatan

291
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
atau observasi dalam ilmu sosial, khususnya antropologi. Di samping itu, juga

digunakan metode cakap, yaitu metode penyediaan data dengan melakukan

percakapan antara peneliti dan informan. Metode ini dapat disejajarkan dengan

metode wawancara dalam ilmu sosial, khususnya antropologi.

Data lisan dikumpulkan dengan metode simak yang dibantu dengan teknik dasar

sadap dan teknik lanjutan simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik

sadap digunakan untuk menyadap pemakaian bahasa Mantra secara lisan pada

tokoh adat, orang pintar, masyarakat Kabupaten Tangerang. Teknik simak libat

cakap dilakukan dengan menyimak sekaligus berpartisipasi dalam pembicara.

Peneliti terlibat langsung dalam dialog baik secara aktif maupun reseptif. Aktif,

artinya peneliti ikut berbicara dalam dialog sedangkan reseptif artinya hanya

mendengarkan pembicara informan. Peneliti berdialog sambil menyimak pemakaian

bahasa informan untuk mendapatkan mantra Banten. Saat penerapan teknik simak

libat cakap juga disertai teknik rekam, yaitu merekam dialog atau pembicaraan

informan. Rekaman ini selanjutnya ditranskripsikan dengan teknik catat.

Di samping dengan metode simak, data dalam penelitian ini juga dikumpulkan

dengan metode cakap. Metode cakap dibantu dengan teknik dasar teknik pancing,

sedangkan teknik lanjutnnya adalah teknik cakap semuka, teknik rekam, dan teknik

catat. Teknik pancing dilakukan dengan pemancingan. Artinya, peneliti mengajukan

berbagai macam pertanyaan agar informan mau mengeluarkan mantra Banten.

Teknik pancing dilakukan dengan langsung, tatap muka atau bersemuka. Pada saat

teknik pancing dan teknik cakap semuka diterapkan, sekaligus dioperasikan teknik

292
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
rekam. Artinya, peneliti merekam pembicaraan dalam teknik pancing dan teknik

cakap semuka. Hasil rekaman itu kemudian ditindaklanjuti dengan teknik catat.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara tidak

terstruktur atau terbuka (Unstructure interview), adalah wawancara bebas, di mana

pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara hanya

berupa garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan.

Karakteristik informan.

Menurut Fatimah (2010:22) Kriteria informan secara tradisional adalah dengan

kriteria NORMS (bahasa Inggris) Nonmobile-Order-Rural-dan Males. Jadi seorang

informan harus memiliki keaslian, dalam arti tidak pernah bepergian (Nonmobile), lebih

luas (Order), tinggal dipedalaman (Rural), dan laki-laki (Males). Selain itu

Djadjasudarma juga menambahkan beberapa kriteria lagi yaitu informan dengan lafal

yang standar, artinya tidak memiliki kelainan dalam melafalkan fonem-fonem bahasa

yang diteliti, usia, geografis, stratifikasi sosial, dan pendidikan. Menetapkan informan

yang memiliki syarat, yaitu (1) mengetahui budayanya dengan baik, (2) terlibat

langsung, (3) menerima tindakan budayanya apa adanya, tidak basa-basi, (4) memiliki

waktu yang cukup.

Untuk mendapatkan data khususnya data lisan dibutuhkan informan. Informan

yang baik, harus memenuhi beberapa kriteria informan, yaitu:

293
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
(1) Tokoh adat, orang pintar, pawang, bumoh, dan penutur asli bahasa Jawa, dan

Sunda yang berdomisili di Kabupaten Tangerang dan mengetahui tentang

Mantra Banten;

(2) Berusia antara 45-75 tahun dan tidak pikun sehingga mampu memberikan

informasi berupa data yang reperesentatif;

(3) Tidak cacat wicara;

(4) Berpendidikan serendah-rendahnya setingkat SD;

(5) Bisa diajak berkomunikasi;

(6) Bersedia menjadi informan;

(7) Jujur dan tidak dikucilkan oleh masyarakat disekitarnya; dan

(8) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan berbahasa memadai

G. Prosedur Analisis Data

Dalam menganalisis data digunakan metode padan dan metode agih. Menurut

Fatimah (2010:120) Metode padan adalah metode analisis bahasa yang alat

penuturnya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang

bersangkutan, sedangkan metode agih adalah metode analisis bahasa dengan alat

penentu yang berasal dari bahasa itu sendiri. Metode padan yang digunakan dalam

menganalisis data penelitian ini adalah metode padan referensial yang alat penentunya

adalah mitra wicara. Metode padan digunakan dalam menentukan fungsi dan makna

mantra Banten, sedangkan metode agih digunakan untuk mengetahui klasifikasi dan

bentuk mantra Banten. Untuk mendapatkan hasil analisis data yang baik dilakukan

sejumlah tahapan. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah (1) transkripsi data dari

bahasa lisan ke dalam bahasa tulis dan mencatat data tertulis, (2) pengalih bahasaan

294
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
mantra Banten dari bahasa jawa, sunda ke dalam bahasa Indonesia, (3)

mengelompokan mantra Banten, (4) menentukan bentuk mantra Banten, (5) menelaah

fungsi mantra Banten, (6) menentukan makna yang terkandung dalam mantra Banten,

dan (7) menentukan dinamika pemakaian mantra Banten pada masyarakat

berdasarkan kelompok umurnya. Untuk menentukan dinamika pemakaian mantra

Banten, mantra Banten yang telah diklasifikasikan berdasarkan lingkup pemakaian,

dan topiknya diklarifikasi dengan teknik cakap semuka kepada responden. Responden

itu diambil secara acak yaitu dua orang dari setiap kecamatan yang ada di Kabupaten

Tangerang.

Selain menggunakan metode di atas untuk menganalisis data, dalam penelitian

bahasa (etnografi) juga menggunakan metode analisis data, yaitu, analisis domain

(domein), analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural.

(Spradley, 1997:260).

a. Analisis domain (domein)

Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang

umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian.

Data diperoleh dari grand tour dan miniature question. Hasilnya berupa

gambaran umum tentang objek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah

diketahui. Analisis ini juga dilakukan terhadap data yang diperoleh dari

pengamatan berperanserta /wawancara atau pengamatan deskriptif yang

terdapat dalam catatan lapangan. Ada enam tahap yang dilakukan dalam

analisis domein yaitu : (1) memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai

dari Sembilan hubungan semantik yang tersedia: strict inclusion (jenis), spatial

295
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
(ruang), cause effect (sebab akibat), rationale ( rasional), location for action

(lokasi untuk melakukan sesuatu), function (fungsi), means-end (cara mencapai

tujuan), sequence (urutan), attribution (atribut), (2) menyiapkan lembar analisis

domain, (3) memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir,

untuk memulainya, (4) mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok

dengan hubungan semantik dari catatan lapangan, (5) mengulangi usaha

pencarian domein sampai semua hubungan semantik habis, dan (6) membuat

daftar domein yang ditemukan.

b. Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul

berdasarkan domein yang telah ditetapkan. Ada tujuh langkah yang dilakukan

dalam analisis taksonomi yaitu: (1) memilih salah satu domein untuk dianalisis,

(2) mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang

digunakan untuk domein itu, (3) mencari tambahan istilah bagian, (4) mencari

domein yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukan sebagai sub

bagian dari domein yang sedang dianalisis, (5) membentuk taksonomi

sementara, (6) mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang

telah dilakukan, dan (7) membangun taksonomi secara lengkap.

c. Analisis komponen/komponensial

Pada analisis komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain

bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan yang

kontras. Data ini dicari melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut,

296
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat

ditemukan. Delapan langkah yang dilakukan dalam analisis komponen yaitu: (1)

memilih domein yang dianalisis, (2) mengidentifikasi seluruh kontras yang telah

ditemukan, (3) menyiapkan lembar paradigma, (4) mengidentifikasi dimensi

kontras yang memiliki dua nilai, (5) menggabungkan dimensi kontras yang

berkaitan erat menjadi satu, (6) menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang

tidak ada, (7) mengadakan pengamatan terpilih untuk melengakapi data, dan (8)

menyiapkan paradigma lengakap.

d. Analisis tema kultural

Analisis tema atau discovering cultural thema, sesungguhnya merupakan upaya

“mencari benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.

Dengan ditemukan benang merah dari hasil analisis domain, taksonomi, dan

komponensial tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun sesuatu

“konstruksi bangunan” situasi sosial/objek penelitian yang sebenarnya masih

gelap atau remang-remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi

lebih terang dan jelas. Memilih salah satu dari tujuh cara untuk menemukan

tema, yaitu (1) melebur diri, (2) melakukan analisis komponen terhadap istilah

acuan, (3) perspektif yang lebih luas melalui pencarian domein dalam

pandangan budaya, (4) menguji dimensi kontras seluruh domein yang telah

dianalisis, (5) mengidentifikasi domein terorganisir, (6) membuat gambar untuk

memvisualisasi hubungan antar domein, (7) mencari tema universal, dipilih satu

dari enam topik: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial,

297
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
hubungan sosial pribadi, memperoleh dan memepertegas status dan

memecahkan masalah.

H. Pemeriksaan Keabsahan Data

Kegiatan Pengecekan keabsahan data atau validitas dalam penelitian kualitatif


merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan
prosedur-prosedur seperti berikut:

1. Kredibilitas merupakan validitas internal, yaitu derajat akurasi desain

penelitian dengan hasil yang dicapai atau kepercayaan terhadap data

hasil peneltian kualitatif dan dilakukan dengan cara:

a. Ketekunan pengamatan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

b. Triangulasi

Triangulation is qualitive cross-validation it assesses the sufficiency of the data

according to the converegence of multiple data sources or multiple data

collection procedures William. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi menggunakan

beberapa sumber, metode, peneliti, teori, pembahasan sejawat, analisis

kasus negative, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota.

Berikut beberapa narasumber yang akan diwawancarai dengan dasar kualifikasi

pemilihannya yaitu, keahlian dan latar belakang pendidikan narasumber.

298
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
1. Prof .Dr. Suprani,M.Pd.
Guru Besar Tetap Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau merupakan putra asli daerah Kabupaten
Tangerang.
2. Prof.Dr.H. ILzamudin Makmur, M.Pd.

Guru Besar Tetap Tadris Bahasa Inggris IAIN SMH Banten. Beliau

merupakan putra asli Banten.

3. Mufti Ali, Phd.

Direktur pusat kajian Bantenologi IAIN SMH Banten. Beliau merupakan putra

asli Banten.

c. Review Informan Kunci (member check), meninjau ulang informan kunci dengan

pola partisipatoris terkait dengan data yang diperoleh peneliti tentang realitas

dan makna, dan akan memastikan nilai kebenaran sebuah data yang diperoleh

pada saat wawancara terdahulu. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan

data selesai atau setelah mendapat satu temuan atau simpulan.

d. Perpanjang keikutsertaan/pengamatan, berarti peneliti kembali kelapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah

ditemui maupun yang baru, artinya bahwa narasumber dan peneliti akan

terbentuk rapport, semakin akrab, saling terbuka dan saling memercayai.

Rapport is a relationship of mutual trust and emotional affinity between two or

more people (Susan Stainback, dalam Moleong 2013:369).

Catatan: langkah keempat dilakukan jika data dianggap masih belum memadai.

299
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2. Transferabilitas (keteralihan)

Transferabilitas merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.


Validitas eksternal menunjukan derajat ketetapan atau dapat diterapkannya hasil
penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini
berkenaan dengan pertanyaan, hingga hasil penelitian dapat diterapkan atau
digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat
memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk
menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya
harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Bila
pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelas,
“semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka
laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas. Transferabilitas berkaitan
erat dengan realibilitas dan validitas. Atas dasar itu maka peneliti menentukan
tiga strategi untuk menstransferbilitas, yaitu : pertama, peneliti memberikan detail
tentang fokus penelitian, peran peneliti, kedudukan informan, dan dasar
penelitian, kedua diterapkan triangulasi dan beberapa metode lain dalam
pengumpulan dan analisis data, ketiga, strategi pengumpulan dan analisis data
akan dilaporkan secara detail untuk memberikan gambaran yang jelas dan
akurat mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini.
3. Dependabiltas (kebergantungan)
Dalam penelitian kualitatif, uji dependabilitas dilakukan dengan melakukan sudit
Terhadap keseluruhan proses penelitian dengan langkah-langkah sebagai
berikut: bagaimana peneliti menentukan fokus/masalah, memasuki lapangan,
menentukan sumber data, melakukan analisis data melakukan uji keabsahan
data, sampai membuat kesimpulan,
1. Konfirmabilitas (kepastian dan objektivitas)
Uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependebilitas, sehingga pengujian dapat

dilakukan bersamaan. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian,

berkaitan dengan proses yang dilakukan,

300
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
2. Auditing, pemeriksaan kesahihan data, berarti pengecekan ulang proses

penelitian dari metodologi penelitian berupa pengumpulan data melalui

wawancara, dan dilanjutkan dengan analisis data dengan menggunakan metode

padan dan agih, serta pengecekan keabsahan data sampai penarikan

kesimpulan. Kegiatan ini dilakukan melalui konsultasi intensif dengan

pembimbing dan konsultasi dengan informan kunci.

301
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
BAB XIII
Penelitian Kualitatif
(Penelitian Naratif dan Studi Kasus)
A.Pendahuluan
Secara garis besar ada dua pendekatan dalam penelitian, yakni pendekatan
kuantitatif atau penelitian kuantitatif (quntitative research) dan pendekatan kualitatif atau
penelitian kualitatif (qualitative research). Selain itu, dalam pelaksanaannya pada jenis
penelitian tertentu, mungkin saja menggabungkan kedua jenis pendekatan penelitian
itu, yang disebut metode gabungan (mixed methods).
Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa
kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif, dan suatu pertukaran informasi sosial yang
diinterpresatikan oleh individu-individu. Para peneliti kualitatif percaya bahwa kenyataan
merupakan konstruksi sosial, bahwa individu-individu atau kelompok-kelompok
memperoleh dan memberi makna terhadap kesatuan-kesatuan tertentu apakah itu
peristiwa-peristiwa, orang-orang, proses-proses atau obyek-obyek. Orang membuat
konstruksi untuk memahaminya dan menyusunnya kembali sebagai sudut pandang
persepsi dan sistem kepercayaan. Persepsi orang adalah apa yang dia yakini “nyata”
padanya, dan apa yang mengarahkan kegiatan, pikiran, dan perasaannya. Penelitian
kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau
perspektif partisipan. Penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekedar memahami
fenomena tetapi juga mengembangkan teori.
Kebanyakan pertanyaan penelitian kualitatif berfokus pada topik-topik yang
bersifat analitis, mengajukan pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa” dari fenomena-
fenomena. Untuk kemudian diikuti secara lebih terurai dengan pertanyaan: “siapa”,
“apa”. “di mana”, dan “kapan”. Penelitian kualitatif difokuskan pada meneliti, individu,
kelompok, proses, organisasi, atau sistem. Creswell berpandangan bahwa, penelitian
kualitatif diandaikan seperti selembar kain rumit yang terdiri atas benang halus, banyak
warna, tekstur yang berbeda, dan berbagai campuran bahan. Di dalam kerangka
pandangan dunia dan melalui lensa-lensa tersebut terdapatlah pendekatan-pendekatan

302
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
terhadap penelitian kualitatif, seperti penelitian naratif, fenomenologi, teori dari dasar
(grounded theory), etnografi, dan studi kasus.
Pengalaman dalam kehidupan individu diceritakan kepada orang lain. Mereka
memberikan pandangan mereka tentang kelas, sekolah, masalah pendidikan dan latar
dimana mereka bekerja. Penelitian naratif adalah merupakan salah satu penelitian
kualitatif, dimana peneliti melakukan studi terhadap satu orang individu atau lebih untuk
memperoleh data tentang sejarah perjalanan dalam kehidupannya. Data tersebut
selanjutnya oleh peneliti disusun menjadi laporan yang naratif dan kronologis. Ketika
individu menceritakan kehidupannya kepada peneliti, mereka merasa didengarkan.
Informasi yang mereka berikan kepada peneliti berupa cerita pengalaman-pengalaman
pribadi. Data yang berupa cerita dilaporkan menggunakan desain penelitian naratif.
Sedangkan penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,
terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau
dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat
sempit. Akan tetapi, ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.
Sugiyono (20107:45) mengatakan bahwan studi kasus adalah merupakan salah satu
jenis penelitian kualitatif, dimana peneliti melakukan ekplorasi secara mendalam
terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap satu orang atau lebih. Suatu
kasus terikat oleh waktu dan aktifivitas dan peneliti melakukan pengumpulan data
secara mendetail dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dan
dalam waktu yang berkesinambungan.
Dalam makalah ini, pembahasan difokuskan pada Penelitian Kualitatif,
khususnya pada jenis Penelitian Naratif dan PenelitianKasus.
B.Penelitian Naratif
1. Definisi Penelitian Naratif
Creswell (2015:1017) mengutip istilah naratif berasal dari kata kerja ‘to
narrate’ atau to tell (as a story) in detail atau menceritakan secara terperinci. Dalam
rancangan penelitian naratif, Cresswell mengatakan bahwa peneliti
mendeskripsikan kehidupan individu, mengumpulkan dan menceritakan tentang
kisah kehidupan orang-orang, dan menulis narasi tentang pengalaman individual.

303
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Definisi lain yang dikemukakan Gay, Mills dan Airasian (2009:384), penelitian
naratif adalah penelitian dimana pengalaman hidup diceritakan secara metodologis.
Penelitian ini berfokus pada studi satu orang atau individu yang juga membahas arti
pengalaman yang diceritakan oleh individu.
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat laporan
naratif dari cerita individu. Peneliti membuat ikatan dengan partisipan dengan tujuan
supaya peneliti maupun partisipan merasa nyaman. Bagi partisipan berbagi cerita
akan membuatnya merasa ceritanya itu penting dan merasa didengarkan.
Penelitian naratif juga digunakan ketika cerita memiliki kronologi peristiwa.
Penelitian ini berfokus pada gambar mikroanalitik (cerita individu) daripada gambar
yang lebih luas tentang norma kebudayaan, seperti dalam etnografi, atau teori-teori
umum dan abstrak, seperti dalam grounded theory.
Tren atau kecenderungan mempengaruhi perkembangan penelitian naratif
dalam bidang pendidikan. Cortazzi dalam Creswell (2015:1020) mengemukakan tiga
faktor. Pertama, sekarang ini ada peningkatan perhatian pada refleksi guru. Kedua,
perhatian lebih ditekankan pada pengetahuan guru (apa yang mereka tahu,
bagaimana mereka berpikir, bagaimana mereka menjadi profesional, dan
bagaimana mereka membuat tindakan dalam kelas). Ketiga, pendidik mencoba
membawa suara guru ke permukaan dengan memberdayakan guru untuk
melaporkan tentang pengalaman mereka.
Berikut ini contoh dalam buku Cresswell (2015:1017) yang memberikan
pemahaman tentang apa itu penelitian naratif:
Maria memilih rancangan naratif untuk proyek penelitiannya tentang kepemilikan
senjata yang dimiliki oleh siswa-siswa kelas menengah. Millie adalah teman Maria,
ia menceritakan masalahnya kepada ibu maria bagaimana menemukan siswa di
sekolah menengah yang menyembunyikan senjata didalam loker. Maria meneliti
pertanyaan ini: “Apa cerita guru yang menemukan siswa yang menemukan senjata
di sekolahnya?” Maria menginterview Millie dan mendengarkan ceritanya tentang
pengalamannya dengan siswa, dengan guru lainnya, dan dengan kepala sekolah.
Cerita itu dimasukkan ke dalam kronologi yang mudah dari kejadian awal sampai
diskusi tindak lanjut.untuk menjadikan cerita seakurat mungkin, Maria

304
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
mengkolaborasikannya dengan Millie dengan menulis cerita, dan ia membagi
laporan tertulis sebagaimana hal itu diungkap. Maria menggunakannya dalam
penelitian naratif.

2. Tujuan Penelitian Naratif


Penelitian naratif bertujuan untuk mendapatkan informasi penting dari nara
sumber melalui cerita dan laporannya. Dalam pendidikan Gay, Mills dan Ariasian
(2009:384) mengatakan bahwa penelitian naratif ini akan membantu untuk
memahami isu-isu yang berkembang dalam proses belajar-mengajar melalui cerita
guru dan menceritakan kembali cerita tersebut. Selain itu, penelitian naratif akan
membantu para peneliti pendidikan untuk menyampaikan suara hati guru untuk
menghindari perdebatan dalam dunia pendidikan.

3. Jenis-Jenis Desain Naratif


Cresswell (2015:1022) menunjukkan ada beberapa contoh jenis bentuk
penelitian naratif antara lain adalah autobiografi, biografi, dokumen pribadi, riwayat
hidup, personal accounts, etnobiografi, autoetnografi, testimoni Amerika Latin, cerita
hidup dan sebagainya. Jika peneliti merencanakan melakukan studi naratif, maka
perlu mempertimbangkan jenis studi naratif apa yang akan dilakukan. Dalam studi
naratif, untuk mengetahui jenis naratif apa yang akan digunakan memang penting,
tetapi yang lebih penting adalah mengetahui karakteristik esensial dari tiap-tiap
jenis. Lima pertanyaan berikut ini yang akan membantu dalam menentukan jenis
studi naratif:
a. Siapa yang menulis atau mencatat cerita?
Menentukan siapa yang menulis dan mencatat cerita individu adalah perbedaan
mendasar dalam penelitian naratif. Biografi adalah bentuk studi naratif dimana
peneliti menulis dan mencatat pengalaman orang lain. Naratif otobiografi individu
yang menjadi subjek studi yang menulis laporannya.
b. Berapa banyak bagian kehidupan yang dicatat dan disuguhkan?
Riwayat hidup adalah suatu naratif dari keseluruhan pengalaman hidup
seseorang. Fokusnya sering meliputi titik balik atau peristiwa penting dalam
kehidupan individu. Dalam pendidikan, studi naratif secara khusus tidak meliputi

305
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
laporan dari suatu keseluruhan kehidupan tetapi malah berfokus pada suatu bagian
atau peristiwa tunggal dalam kehidupan individu.
c. Siapa yang menyediakan cerita?
Faktor ini secara khusus relevan dalam pendidikan, dimana tipe pendidik atau
tenaga pendidik menjadi fokus dalam beberapa studi naratif. Sebagai contoh, naratif
guru merupakan personal account guru tentang pengalamannya di dalam kelas.
Studi naratif yang lain berfokus pada siswa di dalam kelas. Beberapa individu yang
lain dalam latar pendidikan dapat memberikan cerita, misalnya tenaga administrasi,
pramusaji, tukang kebun dan tenaga kependidikan yang lain.
d. Apakah lensa teoritis digunakan?
Suatu pandangan teoritis dalam penelitian naratif adalah pedoman perspektif
atau ideologi yang menyediakan kerangka untuk menyokong kelompok atau individu
dalam laporan tertulis. Pandangan teoritis untuk Amerika latin menggunakan
pandangan “testimonios”, untuk cerita tentang wanita menggunakan perspektif
“feminist”.
e. Dapatkah berbagai bentuk naratif digabungkan?
Suatu studi naratif mungkin berupa biografi karena peneliti menulis dan
melaporkan tentang partisipan dalam penelitiannya. Penelitian juga dapat berfokus
pada suatu studi pribadi dari seorang guru. Hal ini dapat menunjukkan suatu
peristiwa dalam kehidupan seorang guru, misalnya pemecatan guru dari sekolah,
menghasilkan suatu naratif pribadi. Jika individunya seorang wanita, peneliti akan
menggunakan perspektif teoretis “feminist” untuk menguji kekuatan dan mengontrol
masalahnya. Pada akhirnya menghasilkan suatu naratif dari kombinasi beberapa
unsur yang berbeda yaitu gabungan dari biografi, personal account, cerita guru, dan
perspektif “feminist”.

4. Ciri-Ciri Khusus Kunci Penelitian Naratif


Menurut Cresswel (2015:1025), penelitian naratif memiliki beberapa
karakteristik bersama. Peneliti naratif mengeksplorasi suatu penelitian masalah
pendidikan dengan memahami pengalaman individu. Tinjauan pustaka memainkan
sedikit peran, khususnya dalam mengarahkan pertanyaan penelitian dan peneliti

306
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
memberi tekanan pada pentingnya pengetahuan dari partisipan dalam suatu latar
atau setting. Pengetahuan ini diperoleh dari cerita. Cerita merupakan data dan
peneliti secara khusus mengumpulkannya melalui wawancara atau percakapan
informal. Datanya disebut “field text” atau teks lapangan (Clandinin & Connelly,
2000), yang memberikan data kasar/mentah bagi peneliti untuk dianalisis seperti
yang diceritakan berdasarkan unsur masalah, karakter, latar, tindakan dan resolusi.
Peneliti membuat cerita naratif dan seringkali mengidentifikasi tema-tema
atau kategori-kategori yang muncul. Peneliti menulis atau menyusun kembali cerita
menurut kronologi kejadian, mendeskripsikan penglaman masa lalu, sekarang dan
masa depan dalam latar atau konteks tertentu. Sepanjang proses mengumpulkan
dan menganalisis data, peneliti berkolaborasi dengan partisipan, kemudian peneliti
dapat menjalin cerita menjadi laporan akhir.
Tujuh karakteristik utama penelitian naratif yaitu: pengalaman individu,
kronologi pengalaman, pengumpulan cerita, restorying, coding tema, konteks atau
latar dan kolaborasi. Tujuh karakteristik ini menjadi pusat penelitian.
Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti
mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud
pengalaman pribadi dan pengalaman sosial. Penelitian naratif berfokus memahami
pengalaman masa lalu individu dan bagaimana pengalaman itu memberi kontribusi
pada pengalaman masa sekarang dan masa depan.
Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan
adalah salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis
suatu kronologi dan melaporkan pengalaman individu. Ketika peneliti berfokus pada
pemahaman pengalaman ini, peneliti memperoleh informasi tentang masa lalu,
masa sekarang dan masa depan partisipan. Kronologi yang dimaksud dalam
penelitian naratif adalah peneliti menganalisis dan menulis tentang kehidupan
individu menggunakan urutan waktu menurut kronologi kejadian (Cortazzi, 1993).
Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh
individu kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam
penelitian naratif adalah orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan

307
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
atau menceritakan. Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara
umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot dan adegan.
Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data. Field texts
dapat diwakili oleh informasi dari sumber lain yang dikumpulkan oleh peneliti dalam
desain naratif. Cerita dikumpulkan dengan cara diskusi, percakapan atau
wawancara.
Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan
kembali dengan kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk
menghubungkan dan mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana peneliti
mengumpulkan cerita, menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat,
plot dan adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya
dalam urutan kronologis. Ada beberapa tahap untuk melakukan restory :
a. Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara.
b. Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita.
c. Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu
rangkaian atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh
atau karakter, tindakan, masalah dan resolusi.
Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema
atau kategori-kategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah
cerita dan menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman
pengalaman individu. Peneliti menggabungkan tema-tema menjadi kalimat
mengenai cerita individu atau memasukannya sebagai bagian terpisah dalam suatu
penelitian. Peneliti naratif secara khusus memberi tema utama setelah proses
restory.
Peneliti menggambarkan secara terperinci latar atau konteks dimana
pengalaman individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory cerita
partisipan dan menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau konteks
pengalaman partisipan. Latar atau setting dalam penelitian naratif boleh jadi teman-
teman, keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial atau sekolah.
Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi
dalam penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam

308
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
memeriksa cerita yang dibukakan atau dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi
beberapa tahap dalam proses penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai
menentukan jenis field texts yang akan menghasilkan informasi yang berguna untuk
menulis laporan cerita pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan
antara peneliti dan partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah antara
penyampai naratif dan pelapor naratif.
Kolaborasi juga termasuk menjelaskan tujuan dari penelitian kepada
partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan data sampai menulis cerita dan
menyusun langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan dalam penelitian.

5. Masalah-Masalah Potensial Dalam Mengumpulkan Cerita


Apakah cerita itu autentik? Partisipan mungkin saja memberikan data atau
cerita palsu (Connelly dan Clandinin, 1990). Data palsu menimbulkan masalah bagi
peneliti karena peneliti sangat bergantung pada informasi dari partisipan. Kumpulan
field texts, triangulasi data, member checking dapat membantu memastikan bahwa
data yang dikumpulkan baik (Cresswell, 2015:1025).
Partisipan mungkin saja tidak dapat menceritakan cerita/kejadian yang
sebenarnya. Ketidakmampuan ini dapat muncul ketika pengalaman itu sungguh
terlalu menakutkan untuk dilaporkan atau terlalu buruk untuk diceritakan.
Ketidakmampuan ini juga muncul ketika individu takut menerima sanksinya jika
mereka menceritakan pengalamannya. Siapa yang memiliki cerita? Dalam
melaporkan cerita, peneliti beresiko melaporkan cerita yang belum mendapat izin
untuk diceritakan. Peneliti harus mendapat ijin untuk melaporkan cerita dan
menjelaskan kepada individu tujuan dan manfaat cerita pada awal memulai
penelitian.
Apakah suara partisipan hilang pada akhir laporan naratif? Ketika melakukan
restory, mungkin saja laporan merefleksikan cerita peneliti dan bukan cerita
partisipan. Penggunaan secara luas kutipan partisipan, bahasa yang tepat dari
partisipan dan dengan hati-hati menyusun waktu dan tempat cerita, dapat
membantu mencegah terjadinya masalah ini. Masalah yang berhubungan adalah
apakah peneliti mengambil keuntungan dengan mengorbankan atau merugikan

309
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
partisipan. Memberikan timbal balik atau balasan kepada partisipan misalnya
memberikan penghargaan kepada partisipan dalam penelitian atau menjadi
sukarelawan bagi partisipan akan menguntungkan baik partisipan maupun peneliti
.
6. Langkah-Langkah Dalam Penelitian Naratif
Pendidik atau peneliti yang melakukan studi naratif melewati proses yang
sama tanpa memperhatikan jenis atau bentuk penelitian naratif. Cresswell
(2015:1039-1044) memaparkan tentang tujuh langkah utama, khususnya selama
peneliti melakukan studi naratif. Pada bagian berikut ini akan dibahas tujuh langkah
dalam melakukan penelitian naratif.
a. Mengidentifikasi satu pusat fenomena untuk dieksplorasi yang menunjukkan
suatu masalah pendidikan.
Proses penelitian dimulai dengan memfokuskan pada masalah penelitian untuk
diteliti dan diidentifikasi. Satu pusat fenomena untuk dieksplorasi. Walaupun
fenomena yang ditarik dalam penelitian adalah cerita (Connelly dan Clandinin,
1990), tetapi peneliti perlu untuk mengidentifikasi suatu masalah atau
keprihatinan peneliti pada suatu kondisi/keadaan tertentu. Peneliti berusaha
untuk memahami pengalaman pribadi atau sosial dari seorang individu atau lebih
dalam lingkup pendidikan.
b. Secara sengaja (purposefully) memilih seorang individu untuk mempelajari
tentang satu fenomena tersebut.
Peneliti mencari seorang individu atau lebih yang dapat memberikan suatu
pemahaman tentang fenomena itu. Partisipan mungkin seseorang yang khas
atau seseorang yang sangat penting untuk penelitian karena ia telah mengalami
masalah tertentu atau situasi tertentu. Walaupun kebanyakan studi naratif
meneliti hanya individu tunggal, peneliti dapat meneliti beberapa individu dalam
penelitian, masing-masing dengan cerita berbeda yang dapat menimbulkan
konflik atau malah saling mendukung satu sama lain.
c. Mengumpulkan cerita dari individu tersebut.
Peneliti mengumpulkan field texts (data) yang akan memberikan cerita dari
pengalaman partisipan. Boleh jadi langkah terbaik untuk mengumpulkan cerita

310
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
adalah memiliki cerita partisipan tentang pengalamannya melalui percakapan
atau wawancara. Peneliti dapat mengumpulkan field texts atau teks lapangan
dari sumber yang lain juga, seperti jurnal atau catatan harian, mengamati
individu dan membuat “fieldnote” atau catatan lapangan, mengumpulkan surat-
surat yang dikirim oleh individu, mengumpulkan cerita individu dari anggota
keluarganya, mengumpulkan dokumen-dokumen resmi mengenai individu,
mengumpulkan foto-foto dan barang-barang pribadi yang lain dan mencatat
pengalaman-pengalaman hidup individu.
d. Restory atau menceritakan kembali cerita individu.
Proses ini meliputi pemeriksaan data kasar/mentah, mengidentifikasi unsur-
unsur cerita di dalamnya, mengurutkan atau mengorganisir unsur-unsur cerita
dan menyajikan ulangan cerita yang menggambarkan pengalaman partisipan.
Peneliti melakukan restory karena pendengar dan pembaca akan lebih
memahami cerita yang diceritakan oleh partisipan jika peneliti mengurutkan
menjadi urutan yang logis. Apakah peneliti mengeidentifikasi unsur-unsur cerita?
Bagaimana peneliti mengurutkan dan mengorganisir unsur-unsur cerita? Peneliti
naratif membedakan unsur-unsur cerita menjadi pilihan, misalnya, waktu, tempat,
plot, dan adegan merupakan unsur utama terdapat dalam restory oleh peneliti.
e. Berkolaborasi dengan partisipan yang memberi cerita.
Peneliti secara aktif berkolaborasi dengan partisipan sepanjang proses
penelitian. Kolaborasi ini dapat mengasumsikan beberapa bentuk, seperti
negoisasi masuk ke tempat penelitian dan negoisasi dengan partisipan, bekerja
secara dekat dengan partisipan supaya mendapatkan field texts untuk
memahami pengalaman partisipan, menulis dan menceritakan cerita dalam
kalimat atau kata-kata peneliti sendiri.
f. Menulis laporan naratif tentang pengalaman partisipan.
Langkah utama dalam proses penelitian adalah supaya peneliti menulis dan
menyajikan cerita dari pengalaman partisipan. Restorying peneliti tentu saja
merupakan pusat dalam laporan naratif. Selanjutnya peneliti harus memasukkan
suatu analisis untuk menyoroti tema khusus yang muncul sepanjang cerita.
g. Validasi keakuratan laporan

311
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Peneliti juga perlu melakukan validasi keakuratan dari laporan naratifnya. Ketika
berkolaborasi dengan partisipan, validasi ini dapat terjadi melalui kegiatan
penelitian. Beberapa validasi praktis seperti member checking, triangulasi di
antara sumber-sumber data dan mencari bukti-bukti dapat membantu
menentukan keakuratan dan kredibilitas laporan naratif.

7. Mengevaluasi Penelitian Naratif


Sebagai salah satu bentuk penelitian kualitatif, penelitian naratif perlu
konsisten dengan kriteria penelitian kualitatif. Menurut Cresswell (2008:516), ada
aspek-aspek spesifik naratif dalam membaca dan mengevaluasi studi naratif yang
harus dipertimbangkan. Daftar pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi laporan penelitian naratif.
a. Apakah peneliti berfokus pada pengalaman individu?
b. Apakah fokus pada seseorang atau beberapa orang individu?
c. Apakah peneliti mengumpulkan cerita suatu pengalaman individu?
d. Apakah peneliti malakukan restory cerita partisipan?
e. Dalam restorying, apakah suara partisipan terdengar seperti suara peneliti?
f. Apakah peneliti mengidentifikasi tema-tema yang muncul dari cerita?
g. Apakah cerita ini termasuk informasi tentang tempat atau latar dari individu?
h. Apakah cerita memiliki kronologis, urutan temporal termasuk masa lalu,
sekarang, dan masa depan?

C.PENELITIAN KASUS
1. Pengertian Penelitian Kasus
Sejak tahun 1993, seiring dengan semakin populernya penelitian studi kasus,
banyak pengertian penelitian studi kasus telah dikemukakan oleh para ahli tentang
penelitian studi kasus Secara umum, pengertian-pengertian tersebut mengarah
pada pernyataan bahwa, sesuai dengan namanya, penelitian studi kasus adalah
penelitian yang menempatkan sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai ‘kasus’.
Tetapi, pandangan tentang batasan obyek yang dapat disebut sebagai ‘kasus’ itu
sendiri masih terus diperdebatkan hingga sekarang. Penelitian studi kasus adalah

312
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
suatu pendekatan penelitian kualitatif, yang dilakukuan dengan cara mengeksplor
sebuah kasus atau beberapa kasus, di mana di dalam pengumpulan data dilakukan
secara terperinci melalui observasi, wawancara, dokumen dan materi audiovisual
atau laporan dari sebuah kasus yang didasarkan tema atau topik tertentu
(Cresswell, 2008:135).
Pada penelitian kualitatif, terdapat obyek penelitian yang harus dipandang
secara khusus, agar hasil penelitiannya mampu menggali substansi terperinci dan
menyeluruh dibalik fakta. Obyek penelitian yang demikian, yang disebut sebagai
‘kasus’, harus dipandang sebagai satu kesatuan sistem dibatasi (bounded system)
yang terikat pada tempat dan kurun waktu tertentu. Sebagai sistem tertutup, kasus
terbentuk dari banyak bagian, komponen, atau unit yang saling berkaitan dan
membentuk suatu fungsi tertentu.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode yang tepat untuk dapat
mengungkapkan mengapa dan bagaimana bagian, komponen, atau unit tersebut
saling berkaitan untuk membentuk fungsi. Metoda tersebut harus mampu menggali
fakta dari berbagai sumber data, menganalisis dan menginterpretasikannya untuk
mengangkat substansi mendasar yang terdapat dibalik kasus yang diteliti. Metode
penelitian tersebut adalah metode penelitian studi kasus.
Pengertian lain didefinisikan oleh Yin (2012:57) bahwa penelitian studi kasus
adalah sebuah metode penelitian yang secara khusus menyelidiki fenomena
kontemporer yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata, yang dilaksanakan
ketika batasan-batasan antara fenomena dan konteksnya belum jelas, dengan
menggunakan berbagai sumber data. Dalam kaitannya dengan waktu dan tempat,
secara khusus Yin menjelaskan bahwa obyek yang dapat diangkat sebagai kasus
bersifat kontemporer, yaitu yang sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi
masih menyisakan dampak dan pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada saat
penelitian dilakukan.
Secara sekilas, metode penelitian ini sama dengan metoda penelitian
kualitatif pada umumnya. Tetapi jika penjelasan Yin secara teoritis maupun dalam
bentuk contoh-contoh praktisnya dipelajari lebih seksama, maka akan didapatkan

313
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
beberapa kekhususan yang menyebabkan metoda penelitian ini memiliki perbedaan
siginifikan dengan metoda penelitian kualitatif lainnya.
Secara umum, pengertian-pengertian tersebut mengarah pada pernyataan
bahwa, sesuai dengan namanya, Penelitian Studi Kasus adalah penelitian yang
menempatkan sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai ‘kasus’.

2. Jenis-Jenis Penelitian Kasus


Beberapa pakar mengemukakan jenis-jenis penelitian studi kasus dalam
penjelasan yang berbeda-beda. Perbedaan penentuan jenis tersebut disebabkan
oleh cara pandang masing-masing pakar terhadap posisi dan kedudukan kasus di
dalam penelitian. Meskipun demikian, secara umum, terdapat pandangan yang
sama di antara mereka, yaitu memposisikan dan memperlakukan obyek penelitian
sebagai kasus. Smith (2009: 245) membagi penelitian studi kasus berdasarkan
karakteristik dan fungsi kasus di dalam penelitian. Stake sangat yakin bahwa kasus
bukanlah sekedar obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena karakteristiknya yang
khas. Hal ini sesuai dengan penjelasannya menyatakan bahwa penelitian studi
kasus bukanlah sekedar metoda penelitian, tetapi adalah tentang bagaimana
memilih kasus yang tepat untuk diteliti. Berdasarkan hal tersebut, Smith (2009:176)
membagipenelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Penelitian Studi Kasus Mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian studi
kasus yang dilakukan dengan maksud untuk yang pertama kali dan terakhir kali
meneliti tentang suatu kasus yang khusus. Hal ini dilakukan tidak dengan
maksud untuk menempatkan kasus tersebut mewakili dari kasus lain, tetapi lebih
kepada kekhususan dan keunikannya. Pada awalnya, penelitianya mungkin tidak
bermaksud untuk membangun teori dari penelitiannya, tetapi kelak mungkin ia
akan dapat membangun teori apabila kasus tersebut memang menjadi satu-
satunya di dunia. Pada umumnya, para peneliti studi kasus mendalam ini
bermaksud untuk meneliti atau menggali hal-hal yang mendasar yang berada
dibalik kasus tersebut. Kata intrinsic itu sendiri, menurut Kamus Merriam-
Webster adalah sebagai berikut: 1 a : belonging to the essential nature or

314
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
constitution of a thing *the intrinsic worth of a gem* *the intrinsic brightness of a
star* b : being or relating to a semiconductor in which the concentration of charge
carriers is characteristic of the material itself instead of the content of any
impurities it contains 2 a : originating or due to causes within a body, organ, or
part *an intrinsic metabolic disease*b : originating and included wholly within an
organ or part *intrinsic muscles* Pengertian tentang intrinsic di atas menunjukkan
bahwa penelitian studi kasus mendalam bermaksud menggali hal yang
mendasar (esensi) yang menyebabkan terjadinya atau keberadaan dari suatu
kasus.
b. Penelitian Studi Kasus Intrumental
Penelitian studi kasus intrumental (instrumental case study) adalah penelitian
studi kasus yang dilakukan dengan meneliti kasus untuk memberikan
pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses generalisasi.
Dengan kata lain, kasus diposisikan sebagai sarana (instrumen) untuk
menunjukkan penjelasan yang mendalam dan pemahaman tentang sesuatu
yang lain dari yang biasa dijelaskan. Melalui kasus yang ditelitinya, peneliti
bermaksud untuk menunjukkan adanya sesuatu yang khas yang dapat dipelajari
dari suatu kasus tersebut, yang berbeda dari penjelasan yang diperoleh dari
obyek-obyek lainnya.
c. Penelitian Studi Kasus Jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or mutiple case study) adalah penelitian
studi kasus yang menggunakan jumlah kasus yang banyak. Penelitian studi
kasus ini adalah pengembangan dari penelitian studi kasus instrmental, dengan
menggunakan kasus yang banyak. Asumsi dari penggunaan kasus yang banyak
adalah bahwa kasus-kasus yang digunakan di dalam penelitian studi kasus
jamak mungkin secara individual tidak dapat menggambarkan
karakteristikumumnya. Masing-masing kasus mungkin menunjukkan sesuatu
yang sama atau berbeda-beda. Tetapi apabila dikaji secara bersama-sama atau
secara kolektif, dapat menjelaskan adanya benang merah di antara mereka,
untuk menjelaskan karakteristik umumnya. Kasus-kasus di dalam penelitian studi
kasus jamak dipilih karena dipandang bahwa dengan memahami mereka secara

315
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
kolektif, dapat meningkatkan pemahaman terhadap sesuatu, dan bahkan dapat
memperbaiki suatu teori dengan menunjukkan fakta dan bukti yang lebih banyak.
Smith (2009: 182) menunjukkan contoh-contoh penelitian studi kasus kolektif
adalah dengan menunjuk pada buku-buku kumpulan dari artikel-artikel yang
membahas suatu isu yang sama. Di dalam buku tersebut, editornya harus
mampu menunjukkan benang merah dari masing-masing artikel, sehingga
pembacanya akan mendapatkan pemahaman menyeluruh yang mendalam
tentang isu tersebut berdasarkan kajian yang dilakukan pada masing-masing
artikel. Sementara itu, Creswell (2015:347) menyatakan bahwa jenis-jenis
penelitian studi kasus ditentukan batasan dari kasus, seperti seorang individu,
beberapa individu, sekelompok, sebuah program atau sebuah kegiatan.
Disamping itu, jenis-jenis tersebut dapat ditentukan berdasarkan penentuan
maksud dari analisis kasusnya. Penjelasan Creswell tentang jenis-jenis
penelitian studi kasus secara umum mirip dengan Smith (2009:189), karena
memang berpedoman kepada penjelasan Stake.
Berdasarkan maksud analisis kasusnya tersebut, Creswell (2015), membagi
penelitian studi kasus dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1.Penelitian studi kasus intrumental tunggal
Penelitian studi kasus instrumental tunggal (single instrumental case study)
adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan menggunakan sebuah
kasus untuk menggambarkan suatu isu atau perhatian. Pada penelitian ini,
penelitinya memperhatikan dan mengkaji suatu isu yang menarik perhatiannya,
dan menggunakan sebuah kasus sebagai sarana (instrumen) untuk
menggambarkannya secara terperinci.
2.Penelitian studi kasus jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or multiple case study) adalah penelitian
studi kasus yang menggunakan banyak (lebih dari satu) isu atau kasus di dalam
satu penelitian. Penelitian ini dapat terfokus pada hanya satu isu atau perhatian
dan memanfaatkan banyak kasus untuk menjelaskannya. Di samping itu,
penelitian ini juga dapat hanya menggunakan satu kasus (lokasi), tetapi dengan
banyak isu atau perhatian yang diteliti. Pada akhirnya, penelitian ini juga dapat

316
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
bersifat sangat kompleks, karena terfokus pada banyak isu atau perhatian dan
menggunakan banyak kasus untuk menjelaskannya. Yin (2003a, 2009)
mengatakan bahwa untuk melakukan penelitian studi kasus jamak ini, dapat
menggunakan penelitian replikasi yang logis, yaitu dengan menggunakan suatu
prosedur yang sama yang diberlakukan untuk setiap isu atau kasus. Peneliti
kemudian melakukan generalisasi pada setiap isu atau kasus dan
memperbandingkannya pada akhir kajian.

3.Penelitian studi kasus mendalam


Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian yang
dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tinggi.
Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program,
kejadian atau kegiatan. Penelitian studi kasus mendalam ini mirip dengan penelitian
naratif yang telah dijelaskan di depan, tetapi memiliki prosedur kajian yang lebih
terperinci kepada kasus dan kaitannya dengan lingkungan disekitarnya secara
terintegrasi dan apa adanya. Lebih khusus lagi, penelitian studi kasus mendalam
merupakan penelitian yang sangat terikat pada konteksnya, atau dengan kata lain
sangat terikat pada lokusnya (site-case). Pendapat Smith (2009) dan Creswell
(20015) di atas jika digambarkan secara diagramatis, dapat dilihat pada gambar di
bawah. Pada gambar tersebut juga diilustrasikan dengan contoh judul-judul yang
menggambarkan isi dari masing-masing jenis. Contoh penelitian studi kasus
mendalam yang diberikan dengan judul ‘Kemacetan Lalu-lintas di Kawasan
Malioboro, Yogyakarta, menunjukan adanya keterpaduan antara kasus dengan
lokasi penelitiannya. Sementara itu, contoh untuk penelitian studi kasus instrumental
tunggal yang berjudul Kemacetan Lalu Lintas di Yogyakarta, Studi Kasus: Kawasan
Malioboro, dan contoh jamaknya adalah ‘Kemacetan Lalu Lintas di Yogyakarta,
Studi Kasus: Kawasan Gejayan dan Malioboro, menunjukkan adanya penggunaan
istilah ‘studi kasus’. Penggunaan istilah tersebut secara khusus untuk menunjukkan
bahwa kasus yang dipergunakan bersifat sebagai sarana (instrumen) pembukti atas
konsep atau teori peneliti

317
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3.Tujuan Penelitian Kasus
Peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus bertujuan untuk
memahami obyek yang ditelitinya. Gay, Mills & Airasian (2009:216) memaparkan
bahwa penelitian kasus bertujuan untuk mengungkapkan kekhasan atau keunikan
karakteristik yang terdapat di dalam kasus yang diteliti. Selain itu, penelitian kasus
dapat memberikan informasi mengenai keberadaan serta keterlibatan di dalam
suatu kejadian, dengan menyediakan analisis terperinci mengenai kejadian tersebut.

4.Karakteristik Penelitian Kasus


Ada beberapa konsep penting yang perlu dipahami tentang apa sebenarnya
Penelitian Studi Kasus. Hal ini penting untuk diketahui sebelum melakukan kegiatan
penelitian, karena masih banyak kalangan peneliti, atau peminat pendidikan yang
menilai bahwa Penelitian Studi Kasus itu sama, baik dari segi pendekatan dan
strategi analisis datanya dengan penelitian kuantitatif. Berikut ini beberapa
karakteristik Penelitian Studi Kasus di sekolah (D. Gall, J. Gall, Borg, 2007), antara
lain:
a. Penelitian Studi Kasus merupakan salah satu bentuk strategi penelitian kualitatif
yang berparadigma pospositivisme. Ada tiga paradigma penelitian kualitatif,
yaitu: (1) Paradigma Pospositivis, yang memiliki lima macam Strategi Penelitian
Kualitatif yaitu: Studi Kasus; Etnografi; Interaksionis Simbolik; Naturalistis Inquiry;
Grounded Theory. (2) Paradigma Konstruktivis, yang memiliki tiga macam
Strategi Penelitian Kualitatif, yaitu: Etnometodologi; Etnografi Teks; Action
Research/Penelitian Tindakan. (3) Paradigma Posmodernis, yang memiliki satu
Strategi Penelitian Kualitatif, yaitu Pluralisme Inferensial (Bakri, 2002).
b. Penelitian Studi Kasus pendidikan merupakan suatu penelitian atau pendekatan
untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus (case)
pendidikan (pembelajaran) dalam konteksnya secara natural (alami) tanpa
adanya intervensi dari pihak luar. Kasus (case) bisa dalam bentuk: (1) sederhana
atau kompleks; (2) individual (kasus tunggal) atau kelompok (cluster / multi
kasus); (3) statis atau dinamis.

318
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
c. Penelitian Studi Kasus pendidikan lebih menjadi wilayah kegiatan penelitian
ilmiah para guru BP/BK, sedangkan kegiatan penelitian guru mata pelajaran
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Studi Kasus pendidikan
berkaitan dengan upaya mencari pemecahan kasus yang dihadapi oleh peserta
didik, baik secara individu atau kelompok, baik berkaitan dengan kesulitan
belajar, masalah karir dan masalah kepribadian menyimpang.
d. Kasus yang diangkat dalam penelitian harus memenuhi dua hal yaitu: (1) spesifik
dan (2) mempunyai batasan (bounded system) yang jelas (Salim, A. 2001).
Selain itu, Penelitian Studi Kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu: (1)
Studi kasus ekspalanatoris; (2) Studi kasus eksploratoris; dan (3) Studi kasus
deskriptif (Yin, Robert, K. 1981).
e. Penelitian Studi Kasus pendidikan yang dilakukan guru BP/BK di sekolah lebih
banyak menggunakan tipe Studi kasus deskriptif, dengan model analisis datanya
bersifat deskriptif kualitatif atau interaksional (siklus).
5.Sistematika Penelitian Kasus
1. Merumuskan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Apakah yang dijadikan unit
studi itu dan sifat-sifat, saling hubungan serta proses-proses yang mana akan
menuntun penelitian.
2. Merancangkan cara pendekatannya. Bagaimana unit-unit itu akan dipilih?
Sumber-sumber data mana yang tersedia. Metode pengumpulan data mana
yang akan digunakan?
3. Mengumpulkan data.
4. Mengorganisasikan data dan informasi yang diperoleh itu menjadi
rekonstruksi unit studi yang koheren dan terpadu secara baik.
5. Menyusun laporannya dengan sekaligus mendiskusikan makna hasil
tersebut.
6.Desain Penelitian Kasus
Gay (2009:428) menyatakan secara khusus peneliti dalam penelitian kasus
sebaiknya melakukan proses sebagai berikut:
1. Menentukan pertanyaan masalah.
2. Mendefinisikan kasus dalam penelitian.

319
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
3. Menentukan peranan perkembangan teori dalam seleksi kasus.
4. Menentukan kerangka kerja dari konsep dan teori penelitian kasus tersebut.
5. Menentukan apakah penelitian kasus itu termasuk penelitian kasus tunggal atau
jamak.

7.Strategi Analisis Data Dalam Penelitian Kasus


Proses analisis bukti (data) dalam Penelitian Studi Kasus adalah tahap yang
“paling sulit dan rumit”, diperlukan kejelian, ketelitihan dan latihan-latihan. Yin (2012)
menyatakan bahwa ada beberapa konsep yang perlu dipahami tentang analisis
bukti (data) dalam Penelitian Studi Kasus antara lain:
1. Sebelum melakukan analisis data dalam Penelitian Studi Kasus, hal-hal yang
perlu dilakukan oleh (peneliti) adalah: (a) latihan-latihan intensif perlu
direncanakan dan dilakukan; (b) protokol studi kasus perlu dikembangkan dan
dilakukan penyempurnaan kembali; dan (c) perlu ada penelitian perintis (pra
penelitian atau kajian awal). Apabila desain penelitiannya multi kasus, maka
melakukan protokol studi kasus dan pra penelitian adalah sebuah keharusan.
2. Harus ada dalam protokol studi kasus adalah: (a) tinjauan umum objek penelitian
studi kasus, (b) prosedur atau tahapan kerja di lapangan yang harus dilakukan,
(c) pertanyaan-pertanyaan tentang kasus yang akan diteliti, yang spesifik, pakai
tabel-tabel. Pertanyataan bisa dari pihak yang diwawancarai; dari kasus
individual; dari kasus multi; dari kasus luar atau dari sumber literatur; (d)
tuntunan atau pedoman dalam pembuatan laporan studi kasus.
3. Proses analisis data (bukti) dalam CSR adalah terdiri dari (a) pengumpulan bukti
(data) dari beragam sumber; (b) pengujian bukti; (c) pengkategorian atau
pengelompokan bukti; (d) pentabulasian atau pengkombinasian kembali bukti-
bukti untuk menunjuk pada proposisi atau teori awal saat penelitian; dan (e)
pemberian interpretasi dan penarikan kesimpulan. Kelima proses tersebut dapat
dilakukan baik pada kasus tunggal atau multikasus.
4. Dalam proses analisis bukti (data) CSR disarankan menggunakan perpaduan
atau beberapa teknik analisis, seperti: (a) memasukkan informasi ke dalam
daftar yang berbeda; (b) membuat matriks kategori dan menempatkan buktinya

320
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
kedalam kategori; (c )mentabulasi frekuensi peristiwa yang berbeda; (d)
memeriksa keberagaman tabulasi dan hubungannya dengan menskor serta
menghitung mean-nya; dan (e) memasukkan informasi ke dalam urutan
kronologis atau menggunakan skema waktu. Ada dua macam analisis bukti
(data) dalam penelitian studi kasus, yaitu: Pertama, Analisis Dominan. Bentuk
analisis dominan ini dibagi lagi menjadi tiga macam sub analisis dominan, yaitu:
(a) Analisis pejodohan pola; (b) Analisis penjelasan; dan (c) Analisis deret waktu.
Kedua, Analisis Kurang Dominan. Bentuk analisis kurang dominan ini dibagi lagi
menjadi tiga macam sub analisis kurang dominan, yaitu: (a) Analisis unit-unit
terjalin; (b) Analisis observasi berulang; dan (c) Analisis sekunder lintas kasus.
Jadi, untuk melakukan analisis data (bukti) dalam penelitian studi kasus banyak
sekali macamnya, peneliti bisa memilih salah satu sub analisis atau memadukan
dua sub analisis dalam penelitiannya
5. Dalam tulisan singkat ini dijelaskan gambaran dari dua sub analisis dominan
yaitu: analisis penjelasan dan analisis deret waktu. Pertama, analisis penjelasan.
Dalam analisis ini peneliti menjelaskan: (a) protokol studi kasus; (b) setelah
protokol studi kasus, kasus yang diteliti, dijelaskan berdasarkan teori-teori, atau
hasil-hasil penelitian terdahulu, atau jurnal ilmiah (mengapa dan bagaimana)
kasus tersebut; (c) setelah memahami secara teoritis tentang kasus tersebut,
kemudian peneliti memasuki, memahami, mengkaji kondisi realitasnya,
kenyataan sehari-hari (mengapa dan bagaimana) kasus tersebut, dijelaskan
secara sistematis, logis berdasarkan beragam sumber data yang ada di
lapangan secara valid atau dapat dipertanggungjawabkan; dan (d) melakukan
interpretasi data dan kesimpulan. Kedua, analisis deret waktu. Dalam analisis ini
peneliti melakukan: (a) protokol studi kasus; (b) setelah protokol studi kasus,
melakukan observasi tentang kasus yang dikaji dalam waktu tertentu (minggu
atau bulan), dengan berpedoman pada lembar observasi yang secara rinci
memuat aspek-aspek (variabel-variabel) yang diobservasi atau diteliti; (c)
melakukan tabulasi data hasil observasi, kemudian diinterpretasi atau dijelaskan
argumentasi atau dinarasikan secara logis, sistematis (mengapa dan
bagaimana) kasus tersebut; (d) setelah dilakukan langkah-langkah pemecahan

321
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
masalah dalam kurun waktu tertentu (satu minggu atau satu bulan) berdasarkan
masukan hasil observasi pertama, kemudian dilakukan observasi lagi pada
minggu atau bulan berikutnya dan hasilnya ditabulasi dengan dihitung
frekuensinya, kemudian diinterpretasi lagi (mengapa dan bagaimana) kasus
tersebut; (e) ketika dipandang telah cukup datanya dalam mengungkap atau
mengkaji kasus tersebut, observasi baru dihentikan. Analisis deret waktu bisa
dilakukan pada kasus tunggal atau kasus multi, baik untuk variabel bebas atau
variabel terikat. Dalam analisis data penelitian studi kasus bisa menggunakan
perpaduan dua analisis tersebut, bisa juga hanya memakai salah satu macam
sub analisis tersebut di atas.

322
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
DAFTAR PUSTAKA

Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Pustaka Setia.

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Remaja
Rosdakarya, Bandung.

Bahtiar, A. Aswinarko. 2013. Metode Penelitian Sastra. Tangerang : Pustaka Mandiri.


Bogdan C Robert, Biklen, Knopp Sari. 1982.Qualitative Research For Education; An
Introduction to Theory and Methods. Boston: Pearson Education.

Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Prenada Media.

Creswell, John W. Research Design.2008. Qualitative and Quantitative Approach Sage


Publication: London.
-------------------2010.diterjemahkan oleh Achmad Fawaid. Research Design: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

----------------------2012 Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating


Quantitative and Qualitative Research (Fourth Edition). New Jersey: Pearson,
Education.
____________ 2014. Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
-------------------- 2012.Educational Research Fourth Edition.Boston: Pearson Education.

-------------------- 2015. Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating


Quantitative and Qualitative (Diterjemahkan oleh Soetjipto, Helly Prajitno, dkk.
Edisi ke-5). USA: Pearson Education, Inc.

Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia, Bandung.

Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook Qualitatif Research.


Terjemahan oleh Dariyatno, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djajasudarma. Fatimah.2010. Metode linguistik. Bandung :Refika Aditama.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:Raja


Grafindo Persada.

-------------------2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif & Kualitatif: Korelasional


Ekperimen Ex Post facto Etnografi grounded Theory Action Reseach, Edisi Revisi,
Rajaggrafindo Persada, Jakarta.

323
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
---------------.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.
----------------2014. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.

---------------2015. Metodologi Penelitian Pendikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:


Rajawali Pers.

Endraswara, Suwardi.2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori,


dan Aplikasi (Edisi Revisi). Yogyakarta: Med Press.

Fraenkel, J.R. dan N.R. Wallen. 2007. How to Design and Evaluate Research in
Education (Sixth Edition). New York: McGraw-Hill Education.

Furqon dan Emi Emilia.2010. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. SPs UPI: Bandung.

Gall, Meredith, Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg. 2007. Educational Researcei: An
Introduction (Eighth Edition). USA: Pearson Education, Inc.

Gay, L.R., Geoffrey E. Mills, dan Peter Airasian. 2009. Educational Research:
CompetenciesFor Analysis and Applications (Ninth Edition). New Jersey:
Pearson Education.

Gay, L.R. dkk., 2009. Educational Research: Competencies for Analysis.Columbus.


Ohio.

Gay. L.r., Mills. G. E., Airasian. P.2009. Educational Research: Competencies for
Analysis and Applications. Ninth Edition. New Jersey: Pearson Education.

Gay, L.R., Geoffrey EMills, dan Peter Airasian. 2011. Educational Research
Competencies for Analysis and Applications (Tenth Edition). USA: Pearson
Education, Inc.

Gay. Mills. Airasian. 2012. Educational Reseach: Competence for Analysis and
Applications. Tenth Edition. Person Education, Inc, USA.

G.Lodico, Marguerite, Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle. 2006. Methods in


Educational Research: From Theory to Practice. San Fransisco: Jossey-Bass.

Guba, Egon G. dan Yvonna S. Lincoln, Competing Paradigm in Qualitative Research,


In. Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln (eds.), Handbook of Qualitative
Research. Sage Publications: California. 1994.

Ihalauw, J.J.O.I. 2004. Bangunan Teori. Satya Wacana Universty Press, Salatiga.

Jabrohim (editorial).2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

324
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Kadir,2015. Statistika Terapan konsep, contoh dan analisis data dengan program
SPSS/Liserel dalam penelitian Jakarta : Rajawali Press.

Kerlinger. F.M.2004, Foundation of Behavioral Research. USA: Pearson Education, Inc.

Krippendorf, Klaus. Content Analysis: An Introduction to Its Methodology. London Sage


Publications, 2004.

Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Matthew B Milles and Huberman, Michael A. 1984.Qualitative Data Analysis.London:


Sage Publication.

McMillan, James H., Sally Schumacher. Research in Education: A Conceptual


Introduction. New York: Addison Wesley Longman, 2001.

Mertler, Craig. 2009. Action Research: Teachers as Researchers in The Classroom.


America:SAGE.

Mills, Geoffrey. 2003. Action Research. Columbus: Prentice Hall.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mundir H. 2013. Statistik Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan.2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa (Berbasis


Kompetensi). BPFE. Yogyakarta.

Ostovar, Seyyed Alidan Namaghi. 2011. Teaching asa Disciplined Act: A Grounded
Theory. Journalof LanguageTeaching and Research,Vol.2,No.4,pp. 837-
843,July2011. ISSN 1798-4769. Academy Publisher Manufacture Finland.

Prastowo. Andi. 2010. Memahami Metode-metode Penelitian (Suatu Tinjaun Teoretis


dan Praktis). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta. Muhammadiyah University Press.

Riadi, Edi.2014. Metode Statistika Parametrik dan Non Parametrik Untuk Penelitian
Ilmu Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Mandiri.

325
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Robert Bogdan and Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Method – A
Phenomenological Approach to the Social Sciences. New York: John Wiley &
Sons, 1975.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

----------------2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

-------------- 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kombinasi, Bandung: Alfabeta.

---------------2013. Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta.

Siregar, S. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan


Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana.
Siswantoro. 2011. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slavin, Robert. E. 2009. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik).
Bandung : Nusa Media.

Sukardi. 2003.Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta.

Sulaeman. Agus. 2016. Mantra Masyarakat Banten, Kajian Etnografi di Kabupaten


Tangerang. Proposal Disertasi PB UNJ.

Sulaeman. Agus. 2016. Analisis Kumpulan puisi siswa SMPN 1 Kronjo. Jurnal
Penelitian. Cakra Bahasa. Unhaer Ternate.

Sulaeman.Agus. 2015. Analisis Kumpulan Puisi Doa Untuk Anak Cucu Karya WS
Rendra. Jurnal penelitian. Jurnal Perspektif Pendidikan: STKIP PGRI
Lubulinggau.

Sulaeman.Agus.215. Peningkatan hasil Belajar Dengan Metode CIRC SMAN 11


Kronjo. Jurnal Penelitian. Cakra: UNHAER Ternate.
Suharsimi. A. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana .S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Rosdakarya.

Sumanto , 2005, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Sumarsono.2012. Sosiolnguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Smith, Jonathan A. 2009. diterjemahkan oleh Budi Santosa. Psikologi Kualitatif:


Panduan Praktis Metode Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Spradley, James.P.1997. Metode Etnografi.(Terjemahan Misbah Zulfah Elizabeth).


Yogyakarta: Tiara Wacana

326
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Syamsuddin, AR, M.S. dan Vismaia S. Damaianti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Rosda: Bandung.

Tim Program Pascasarjana.2012. Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi.


Pascasarjana UNJ: Jakarta.

Tim FKIP UMT. 2015. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. FKIP UMT Press

Titscher, Stefan, Michael Mayer, Ruth Wodak, dan Eva Vetter.2009. diterjemahkan
oleh Gazali dkk. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yin .K.Robert. 2012. Studi Kasusu Desain dan Studi Kasus. Jakarta; Raja Grafindo.

Yoni, Acep, S.S, dkk. 2012. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, Familia, Yogyakarta.

327
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
GLOSARIUM
Advokasi 4: Bentuk tindakan yang menjurus pada pembelaan, dukungan,
atau suatu bentuk rekomendasi, yaitu dukungan aktif. sebagai suatu bentuk
usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik dengan berbagai macam pola
komunikasi persuasif.
Aksiologi 7: Cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya
Akurasi 5: Akurasi adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil pengukuran
dengan nilai yang benar atau diterima dari kuantitas besaran yang diukur.
Aparatur 5, 6, 7: Aparatur adalah perangkat, aparat, atau alat negara dan
pemerintah alat kelengkapan negara terutama meliputi bidang kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian, yang mempunyai tanggung jawab
melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari. pamong desa yang bertugas
menjaga kelancaran administrasi desa dan menggerakan sumber daya manusia
di desa. Misalnya, kepala desa, kepala dusun.
Assosiatif 18: Asosiatif adalah proses sosial yang mengarah pada bentuk
kerja sama dan menciptakan kesatuan
Eksperimen 8, 22: Sebagai suatu penelitian yang dengan sengaja peneliti
melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara
tertentu sehingga berpengaruh pada satu atau lebih variabel lain yang di ukur
Eksplosasi 5: Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian,
adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan
menemukan sesuatu; misalnya daerah tak dikenal, termasuk antariksa
(penjelajahan angkasa), minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam,
batubara, mineral, gua, air, ataupun informasi.
Epistimologi 7: cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter
dan jenis pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh
setiap manusia.

328
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Etnografi 8: Tulisan tentang/ mengenai bangsa
Evaluasi 8: Sebagai proses pengukuran atau penilian akan evektivitas
strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan
Fenomena 9: Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan
yang dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu
tertentu.
Intervening 22: Variable yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang
tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Introvert 50: Sikap atau karakter seseorang yang memiliki orientasi
subyektif secara mental dalam menjalani kehidupannya.
Karakteristik 2, 20, 21, 25: Karakteristik adalah mengacu kepada karakter
dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur
sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan
Memodifikasi 5: Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang
dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi
aslinya,serta menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya.
Metodologis 1, 17: Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan
untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara
tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang
dikaji.
Multivariate 42: Berhubungan dengan metode-metode statistik yang
secara bersama-sama (simultan) melakukan analisis terhadap lebih dari dua
variabel pada setiap objek atau orang.
Naratif 8: Jenis karangan yang mengungkapkan suatu kisah, peristiwa,
atau pengalaman pribadi berdasarkan urutan-urutan kejadian atau peristiwa.
Objektif 5: Sikap yang lebih pasti, bisa diyakini keabsahannya, tapi bisa
juga melibatkan
perkiraan dan asumsi.
Ontologi 5: Salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.

329
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Paradigama 318: Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk
pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan
membentuk citra subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan
menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu
Persepsi 5, 6, 7: Tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan
informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang
lingkungan
Pragmatik 8: Suatu cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan
antara konteks dan makna. Ilmu ini mempelajari bagaimana penyampaian
makna tidak hanya bergantung pada pengetahuan linguistik (tata bahasa,
leksikon, dll) dari pembicara dan pendengar, tapi juga dari konteks penuturan,
pengetahuan tentang status para pihak yang terlibat dalam pembicaraan,
maksud tersirat dari pembicara.
Predikat 5: Bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh
pembicara tentang subjek.
Pretes 151: Suatu bentuk pertanyaan, yang dilontarkan guru kepada
muridnya sebelum memulai suatu pelajaran. Pertanyaan yang ditanya adalah
materi yang akan diajar pada hari itu (materi baru).
Postes 151: merupakan bentuk pertanyaan yang diberikan setelah
pelajaran/materi telah disampaikan. Singkatnya, post test adalah evalausi akhir
saat materi yang di ajarkan pada hari itu telah diberikan yang mana seorang guru
memberikan post test dengan maksud apakah murid sudah mengerti dan
memahami mengenai materi yang baru saja diberikan pada hari itu.
Regresi 42: Suatu metode analisis statistik yang digunakan untuk melihat
pengaruh antara dua atau lebih variabel. Hubungan variabel tersebut bersifat
fungsional yang diwujudkan dalam suatu model matematis.
Rekomendasi 16: Memberitahukan kepada seseorang atau lebih bahwa
sesuatu yang dapat dipercaya, dapat juga merekomendasikan diartikan sebagai
menyarankan, mengajak untuk bergabung, menganjurkan suatu bentuk perintah.
Reliabilitas 56: adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur.

330
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Reliable 5: Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian
alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat
ukur itu dilakukan secara berulang.
Retorik 5: Kalimat tanya yang tidak menghendaki jawaban atau tidak
mengharuskan adanya jawaban, kalimat tanya retorik ini biasanya mengarah
pada bentuk pernyataan pemberi semangat, kritik ataupun gagasan.
Skunder 4: kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer
terpenuhi. Contoh: pendidikan , pariwisata, rekreasi.
Stimulus 21: hal – hal yang merangsang terjadinya kegiatan belajar,
seperti pikiran, perasaan dan lain – lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Studi kasus 8: Pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang
subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu
Subjektif 5, 18: Subjektif adalah lebih kepada keadaan dimana seseorang
berpikiran relatif, hasil dari menduga duga, berdasarkan perasaan atau selera
manusia.
Trangulasi 180, 183: teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.

331
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

AGUS SULAEMAN. Lahir di Tangerang pada 16 Juni


1980. Sulung dari pasangan Piyan alm dan Manah. Kelana
pendidikannya dimulai dari: SDN 1 Lontar Kecamatan
Kemiri SMPN1 Kronjo Kecamatan Kronjo; SMA Paradigma
Mauk Kecamatan Mauk yang kesemuanya berada di
Kabupaten Tangerang; S1 STKIP Setia Budhi Rangkas
INDEKS Bitung Banten Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (Lulus tahun 2010). S2 Pasca Sajana Universitas
A Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Bahasa Indonesia (lulus
Action research 203, 210, 212
tahun 2013). Melanjutkan S3 Jurusan Pendidikan Bahasa
Activity 23, 43 di Universitas Negeri Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
Actor 23, 43 Lulus tahun 2018.
Advokasi 4
Menikah dengan Mulyati Sariman dan dikaruniai dua orang putra AH.Sultan Wahyu
Advokasi 8
Hidayat (umur 12 tahun) dan Hafiz Adam Chussaery (umur 4 tahun).
Affifudin
PengalamanSaebani
dan 228,
organisasi 231, lain:
antara 232
Afifudin 23
- Ketua Osis SMPN 1 Kronjo Kabupaten Tangerang (1997-1999)
Aksiologi- 7 Ketua Hima Prodi Diksastrasiada IKIP Setia Budhi Rangkas Bitung Lebak-
Aksiologis 5Banten (2007-2009)
Akurasi 5- Ketua logistik pemekaran Kabupaten Tangerang Barat (2009-2012)
Alternative hypothesis 32
- Sekertaris Hima Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana UNTIRTA
Amaerging 8
(2012-2013).
Analisis dominan 220
Pengalaman pekerjaan yang digelutinya antara lain:
Analisis kurang dominan 220
Analyzing - ofKepala
covariance
Bagian123Riset And Development (R&D) PT. SGS HASKO Group
Antecedent Balaraja
21 (2002-2009).
Aparatur- 5, Owner
6, 7 PD ASM. Bidang Pertanian dan perdagangan di Kecamatan
Arikunto 50 Sukamulya (2006-Sekarang).
Assosiatif- 18 Guru SMPN 2 Mekar Baru Kabupaten Tangerang (2009-2013).
-
Atkinson dan Dosen Tetap 260,
Hammersley Prodi262,
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Avtion researchUniversitas
201 Muhammadiyah Tangerang. (2013-Sekarang).
Axial coding 273
Beberapa Karya ilmiah terbaik yang sudah dipublikasikan antara lain:
B- Interferensi morfologi dialek Bahasa Jawa Kronjo Banten dalam Karangan
Babbie 86 Narasi Siswa Kelas VII SMPN 2 Mekar Baru Kabupaten Tangerang. Vol.1
Bahtiar danNo.1.
Aswinarko 251
ISSN.9772338912003 Gramatika PPs Untirta.
Bakri 318
- Kemampuan Berbicara Anak Penyandang Aphasia Wernicke
Bass 17
- (Kajian Psikolinguistik Pada Siti KhodijahAnak Usia 10 Tahun ). Vol .2 No.2
Batsch 89
ISSN. 2089-611. Cakra Bahasa FKIP Khairun Ternate.
Bodgan biklen 85
Bogdan danJavanese
- Biklen 73, Language
85 of Banten Dialects in Tangerang Regency. Vol .02. No.1
Boog dan GallISSN.191,2540-8216.
192, 198DOAJ. JELL-STIBA EIC.
-
Boogin 147 Speech Act Imperative in Teaching English on PGSD Students Vol. 2 No.2
2017. 261,
Bounded system ISSN 2632540-8216. DOAJ. JELL-STIBA EIC.
- 125
Breatment Structure Sunda In Tangerang Regency in Territory Use. DOAJ, SINTA ISSN
Burns 203 e.2502-2261 Vol. 3 No.1 2017. DOI.10.24235/ileal .v3Il.1555.
- Mantra Structure Of Banten And Its Implication In Literary Learning. Terindex
DOAJ, GOGEL SCHOLAR, EBSCO, SINTA RISTEKDIKTI ISSN: 2442- 332
Metodologi Penelitian
8485. Vol.4BahasaApril
dan Sastra
2018.Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
http://ejournal.stkip-pgri-
sumbar.ac.id/index.php/jurnal-gramatika/index
-
C
Campbell Fisk 6
Census study 105
Chamaz 279
Check list 53
Chi-kuardat 124, 167
Clandinin dan Connelly 307-310
Cluster sampling 230
Cluster sampling 38
Codebook 64
Coding 273
Coding 78, 79
Cohort study 90
Collective or multiple 315, 316
Conclusion 63
Conclusion drawing/ verification 73
Concurrent 8
Concurrent validity 60
Conditional propositions 275
Confirming/ disconfirming sampling 172
Confrimbilty 183
Construk validity 59
Content validity 59
Contruktivism 7, 8
Corbin 10
Correlational research 118
Cortazzi 307
Co-varying 120
Credibility 182
Criterion 22
Critical sampling 170
Critical theory 7, 8
Cross conditional 107
Cross- sectional 86, 87
Cybersastra 242, 247, 248

D
Daganadan celikb 116
Damnianti 4
Das sein 14, 15
Das Sollen 14, 15
Das vorschlay 15
Data analyzing 63
Data collection 63
Data display 73

333
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Day hurtando 89
De Landsheere 84
Decade 7
Denim 126
Denzin 6
Dependent 42, 52
Dependent variable 51
Depender 21, 22
Difference score 64, 65
Dimensialliced properties intervening 273
Directional hypothesis 32
Disproportionate stratified 37
Distribution free 69
Dokumen tatif 23
Dunn 17

E
E. walpole 158
Effect22
Eksperimen 8, 22
Eksplosasi 5
Eksternal validty 130
Ekstrovet 50
Emzir 109, 114
Emzir 2, 8, 14
Emzir 86, 91
Endrswara 235-249
Epistimologi 7
Epistomologis 5
Esterberg 177, 178
Estimation 63
Etchikal 13
Ethnografi 8
Evaluasi 8
Ex post facto 118, 125
Expert judgement 198
Extrame case sampling 170

F
Face validity 59
Factorial design 145
Faenkel dan Wallen 228, 229, 235
Fatimah 280, 293, 294
Fenomena 9
Fetterman 8
Field text 307, 308

334
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Fieldnote 176
Filosofis 8
Firestone 7
Focus group interviews 102
Focus group interviews 91
Fonomenologi 8
Furkon dan Emilia 8

G
G Lidicon 10, 11, 12, 13, 14, 24, 26, 27, 28
Gaal Meridith 71
Gallup poll 90
Gatabizah 174
Gay 202, 210
Gay 319
Gay, Mills, dan airasian 82
Gejala burnout 88
Generalisasi 43
Generalisasi 5
Gependabilty 182
Getekeepers 173, 177
Grand tour 295
Grouded theory 259, 270-276, 303, 304
Grounded theory 8
Guba dan Licoln 7
Guiding hypothesis 32, 33

H
H. voegle 10, 11, 12, 13, 14, 24, 26, 27, 28
Hammesley dan Atkinson 173
Hernandes 89
Holistic 159
Holistik 23
Holsti 228
Homogeneus sampling 171
Hopkin 204
Howe 7

I
Ihalauw 5
In depth interview 167
In service learning 106
Inanimate objects 52
Independent 21, 22, 31
Independent 42, 52
Independent 5

335
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Independent variable 21, 22, 23
Independent variable 51
In-depth interview 178
Infirmatical approach 23
Informed consent 95
Instrumental case study 315
Interesting topic 13
Internal validty 130
Interpretive 166
Interpretive research 165
Intervening 22
Intervening variable 110
Interview avide 53
Intinticcase study 314
Introvert 50

J
Jacobs 88

K
Kadir 110, 111, 115
Karakteristik 2, 20, 21, 25
Kawsal 19
Kerlibger 49
Kerlinger 83
Key informan 23
Koherensi eksplanatori 272
Kolersi 42
Komparatif 18
Komprehensif 63
Konsisten 7
Konstruk 49
Konstruktivisme 4
Konteks 5
Kontinum skor 21
kontrol 22
Kredibilitas 9
Kriplendorf 227
Krugen dan Emzir 69
Kura lewin 203

L
Learning by doing 204
Licoln dan Guba 45
Literal 23
Longitudinal 86, 87, 90

336
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Lotland 44

Mahsun 291
Mailed questinnaires 91, 98, 99
M
Manageable 13
Manifestasi 1
Mann-whitney viest 154
Marc Antoni Julian de Paris 84
Marison 88
Mathing 122
Maximal variation sampling 170,172
Mayrins 234, 235
Mc Cracken 7
Mc Millian 2, 10, 11, 15
Mediating22
Member checking 184
Memodifikasi 5
Metodologis 1, 17
Metodologis 5
Miler dan Hubermn 73, 74
Mills 202
Miniature question 295
Mix methals 8
Mixed methods 302
Moderating 22
Moleong 253, 257
Moleong 280, 284
Montenegoro 89
Multivariate 42

N
Naratif 8
Natural setting 291
Nesbary 86
Nevman 85
Non directional hypothesis 32
Non probabilitas 88
Non probality sampling 38
Norton stewart 17
Null hypothesis 31
Numeric 118
Numerik 8
Nurgianto 218

337
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Objektif 5
Ontologis 5
Open coding 273
Opportiunistic sampling 171
Oprasionalisasi 1
Out come 22

P
Panel study 90
Paradigm 318
Parsipatory 8
Participant observation 175
Partisipatif murni 23
Partisipatori 4
Path analysis 109, 140
Peer debriefer 184
Peer group affiliation 67
Percentile rank 69
Perdicantor 21
Persepsi 5, 6, 7
Pittburgh Survey 84
Place 23, 43
Pollicaly minded 261
Positivism 7, 8
Positivisme 4
Post positivism 7, 8
Postpositivistik 165
Pradopo 241
Pragmatik 8
Prastowo 185
Prediction 63
Predictive validity 59
Predikat 5
Pretes 151
Primary source 25
Primer 4
Probabillty 115
Probality sampling37
Problem based learning 146, 150, 151, 155, 157
Profidenty 108
Proportionate stratified random sampling 37
Proposional 37, 43
Proposive167
Protes 151
Purposeful sampling 169, 170
Purposive 44

338
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Purposive sampling 230
Purposive sampling 45
Purwanto 14, 16, 17

Q
Questinnaires 55
Quintative research 302

R
Rallis 7
Random sampling 230
Range 67
Rapport 104
Rating scale 56
Ratna 185
Ratna 249, 241
Ratna 279
Reabilitasi eksternal 61
Reabilitasi internal 61
Realibitas 47, 48
Reciprocal 166
Redudancy 46
Reduksi data 73
Regresi 42
Rekomendasi 16
Relative standing 64, 65
Reliabilitas 56
Reliable5
Reloative standing 69
Rependabilty 182
Rependent 21, 31
Rependent variable 21
Rependent variable 51
Replicable 227
Research methods for business 41
Researchable 13
Retorik 5
Riadi 159, 152
Richard L. Dodson 108
Richardt 7
Roscoe 41
Rumus slovin 40, 41

S
Saebani 23
Salim 318

339
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Sampling fram 83
Sampling frame 104, 105
Sampling frame 106
Sampling insedental 39
Sampling kuota 39
Sampling purposive 39
Sampling simtematis 38
Sanapian faisal 179
Schumaher 1, 10, 11, 25, 27
Secondary source 25
Sehaltzam dan Straus 76
Sekuensial 8
Selective coding 273, 275
Self-reflective 202
Semistructure interview 178
Sharing analysis 182
Significant13
Siklus penelitian etnologi 264
Sills dan song
Silmutan 5
Simple random sampling 37
Single item scores 64, 65
Single observation 174
Siregar 146, 148, 150, 151, 156
Siswanto 137
Siswanto 186, 187
Skunder 4
Slowlearners 85
Smith 314, 316
Snowball 167
Snowball sampling 172
Snowball sampling 45
Sosiokultural 259
Spekulasi 17
Sponsor ship 95
Spradley 287
Spradley 46
Square test 120
Stanback 177
Standar deviation 67, 68
Stanleyhall 84
Statis 5
Statistic non paragmetik 69
Statistic parametric 69
Status qou 263
Stimulus 21

340
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Stratified sampling 230
Structured interview 178
Studi kasus 8
Subjektif 5, 18
Sugiano 5
Sugiono 150, 161, 165, 168
Sugiono 280, 288, 291
Sugiono 9, 4, 48, 23, 40, 44, 72, 81
Sugiyono 259
Suharsimi 290
Suharsimi 51, 53
Sukadinata 20
Sukardi 110
Sukmadinata 191
Sumanto 203
Sumarsono 280
Summarizing 63
Summed scores 64, 65
Surjaweni 40
Suryabrata 14
Swintard 88
Syamsuddin 4
Systematic observation 174

T
T. Spaulding 10, 11, 12, 13, 14, 24, 26, 27, 28
Tabulatisn andreport 63
Taddlie 7
Takashori 7
Teew 239
Teknik sampling 37
Telephone interviews 91
Testimonies 306
The pooled variance 152, 163
Theory apparaisal 272
Theory or concept sampling 171
Trandferbilty 182
Tranformatif 8
Trangulasi 180, 183
Treatment 125, 129
Treatment 203
Trianguasi 6, 8
T-test 120, 152
Tudiver 17
Tuloli 141
Typical sampling 171

341
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
U
Universe 83
Universum 147
Unstructured interview 178

V
Validasi eksternal 58
Validasi internal 58
Validasi isi 59
Validasi kesetaraan 60
Validasi konstruk 59
Validasi prediktif 59
Validasi tampilan 58
Validitas 47, 48
Variable aktif 51, 52
Variable atribut 51, 52
Variable dependent endogensus 110
Variable disktrit 51
Variable independent exogensus 110
Variable interval 51
Variable kontinum 51, 52
Variable kontnurgianto inu 51
Variable ordinal 51
Variable ratio 52
Variable terikat 51
Variance 67
Verivikatif 4
Videre 82

W
Wave analysis 100
Wawancara recepon 102
Web-based 91

Y
Yin 185, 313, 320
Yin, Robert 319
Yoni 221, 224
Yunus 5
Z
Z score 69
Zechmaster 86
Zechmester 83
Zuchdi 185, 188

342
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi
Zuliyanti 250

343
Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Kuantitatif, Kualitatif dan Etnografi

Anda mungkin juga menyukai