Anda di halaman 1dari 22

PENGEMBANGAN SOAL LITERASI NUMERASI BERBASIS

EDUCATION FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT (ESD) PADA


MATERI BUDI DAYA TANAMAN DI SEKOLAH DASAR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Persyaratan Penulisan Skripsi Dalam Rangka Penyelesaian


Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah dasar

Oleh,

Fiona Ardellea (1801816)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA KAMPUS TASIKMALAYA

2022
A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat secara tidak langsung


telah memengaruhi segala aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang politik,
ekonomi, budaya, bahkah dalam bidang pendidikan. Penggunaan teknologi dalam
bidang pendidikan bukan hal yang asing lagi dalam era globalisasi seperti sekarang
ini. Adanya internet memungkinkan kita untuk belajar kapan dan di mana saja
dengan lingkup yang sangat luas misalnya, dengan fasilitas email, chatting, e-book,
e-library dan sebagainya, kita dapat saling berbagi informasi tanpa harus bertatap
muka langsung dengan sumber informasi tersebut. Karena semua informasi yang
kita inginkan dapat kita peroleh hanya dengan mengakses internet. Kemajuan
teknologi adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita hindari pada zaman yang sudah
modern seperti saat ini, karena semakin majunya ilmu pengetahuan maka semakin
maju pula perkembangan teknologi.

Pada awal abad ke 20 pendidikan formal yang dilakukan di sekolah lebih


fokus pada tiga hal yaitu: membaca, menulis, dan berhitung. Tidak aneh yang
terjadi adalah peran guru yang dominan sebagai penyampai pengetahuan, karena
buku teks pun lebih banyak berisi fakta-fakta yang harus diingat siswa. Tes/ujian
yang digunakan diarahkan pada kemampuan mengingat fakta-fakta tersebut. Hal
ini menunjukkan bahwa kebanyakan sekolah tidak mengarahkan siswa untuk
membaca dan berpikir kritis ataupun menyelesaikan masalah yang kompleks.
Dengan Kemampuan berpikir tingkat tinggi mengajarkan siswa untuk mampu
mengaplikasikan kemampuan yang mereka miliki dalam menghadapi
permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Higher Order Thinking Skills
(HOTS) merupakan suatu kemampuan yang erat kaitannya dengan penalaran yang
bukan hanya sekedar mengingat kembali, ataupun menyatakan kembali,
kemampuan ini menitik beratkan pada kemampuan untuk menganalisis, membuat
keputusan yang tepat dan memecahkan suatu masalah.

Bentuk penilaian pendidikan yang banyak dikenal adalah ujian. Ujian atau tes
adalah prosedur evaluasi yang biasa dilakukan oleh seorang guru terhadap
pengetahuan dan keterampilan siswa untuk mengetahui kinerjanya dengan
menggunakan instrumen tertentu. Sedangkan, instrumen pun beragam, namun
dalam konteks ini adalah soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Ujian bisa
dilakukan dalam berbagai bentuk, dimaksudkan untuk memberikan pengukuran
yang objektif dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Bentuk ujian atau
tes yang paling umum dipakai oleh guru dalam menguji siswanya di kelas adalah
tes tertulis.

Soal literasi dan numerasi sebagai salah satu bentuk instrumen penilaian
kepada siswa. Dengan menggunakan soal literasi numerasi siswa memiliki
kemampuan memperoleh, menafsirkan, menggunakan, dan mengomunikasikan
berbagai macam angka dan symbol untuk memecahkan masalah praktis dalam
berbagai konteks kehidupan, dan menganalisis informasi yang ditampilkan dalam
berbagai bentuk untuk mengambil keputusan. Sesuai dengan kemajuan teknologi
maka soal literasi numerasi tersebut dibuat dalam bentuk E-assesmen. E-assesmen
merupakan penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan penilaian. E-assesmen
menggambarkan penggunaan komputer dalam proses penilaian siswa dan
digunakan untuk menilai kemampuan kognitif, sikap, dan praktek.

Hal mendasar yang perlu diperbaiki yaitu guru yang berkualitas, isi
kurikulum yang tepat dan berkesinambungan, tes belajar yang sesuai dan sistem
penilaian yang terkait dengan tujuan pembelajaran. Penerapkan sistem penilaian
yang teliti, valid dan reliabel. Dengan menggunakan aplikasi pemodelan RASCH
menghasilkan analisis statistik kesesuaian (fit statistics) yang memberikan
informasi pada peneliti apakah data yang didapatkan memang secara ideal
menggambarkan bahwa orang yang mempunyai abilitas tinggi memberikan pola
jawaban terhadap item sesuai dengan tingkat kesulitannya. Parameter yang
digunakan adalah infit dan outfit dari kuadrat tengah (mean square) dan nilai
terstandarkan (standardized values).

Virtual field trip (VFT) merupakan suatu metode visualisasi digital berbasis
internet dan personal komputer untuk mendukung pelaksaan studi lapangan tanpa
harus meninggalkan ruang kelas. Selain itu, Virtual field trip digunakan untuk
memberikan kontrol yang lebih di tangan siswa pengguna, dengan memungkinkan
pengamatan dilakukan tanpa harus berada di tempat sebenarnya dan memiliki
kesempatan untuk mengeksplorasi lokasi yang diamati terutama yang tidak
memungkinkan untuk didatangi karena beragam alasan.
Dengan menggunakan pendekatan melalui pendidikan yang dikenal dengan
istilah Education for Sustainable Development (ESD) atau pendidikan untuk
pembangunan berkelanjutan. ESD membekali siswa dengan pengetahuan,
keterampilan, nilai-nilai, dan sikap untuk mengolah informasi, mengambil
keputusan dan membuat tindakan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan,
kelangsungan ekonomi, dan masyarakat yang adil untuk generasi saat ini dan yang
akan datang.

Terdapat berbagai macam mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar. IPA
merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar. IPA merupakan
cabang ilmu yang ingin mencari jawaban atas fenomena-fenomena yang terjadi di
alam. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa Indonesia belum dapat
menyelesaikan permasalahan berbasis literasi numerasi dikarenakan guru yang
belum membiasakan siswa dengan soal-soal berbasis literasi numerasi. Dalam
pembelajaran, guru masih sering memberikan soal yang tertutup dan dapat langsung
diselesaikan dengan penggunaan suatu rumus.

Banyak permasalahan yang muncul ketika pembelajaran IPA dilaksanakan.


Salah satu permasalahan yang muncul ialah pada materi budi daya tanaman. Dalam
materi budi daya tanaman tidak menggunakan alat peraga atau media yang
berkaitan dengan budi daya tanaman serta tidak terbiasa melibatkan siswa dalam
melakukan kegiatan percobaan. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugasnya dan guru tidak terbiasa memberikan soal berbasis literasi
numerasi.

Kegiatan pembelajaran seharusnya mengacu pada proses, belajar tidak hanya


menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri, anak
belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja oleh guru, pengetahuan yang
dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang
mendalam tentang suatu persoalan (subject matter), pengetahuan tidak bisa dipisah-
pisahkan tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan, manusia
mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru, siswa perlu
dibiasakan memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya
dan bergelut dengan ide-ide, proses belajar dapat mengubah struktur otak dan
perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi
pengetahuan dan keterampilan seseorang.

Pendekatan pembelajaran ESD merupakan salah satu pendekatan yang


dianggap sesuai untuk pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Dan pengembangan
soal literasi numerasi dapat memberikan hasil yang baik bagi siswa. Sehingga
diharapkan setelah mempelajari IPA, siswa dapat berkontribusi secara aktif dalam
upaya budi daya tanaman. Peran penting dari sains dan teknologi terhadap
pengembangan berkelanjutan dalam masyarakat modern menunjukkan hubungan
yang erat bagi pembelajaran IPA dalam ESD. Dan melalui pembelajaran IPA,
diharapkan siswa mengalami perubahan sikap yang positif dan nantinya mampu
memberikan dampak positif bagi lingkungan.

Berdasarkan pada permasalahan yang ditemukan di lapangan, maka peneliti


akan melakukan penelitian mengenai pengembangan soal literasi numerasi berbasis
Education for Sustainable Development (ESD) pada materi budi daya tanaman di
Sekolah Dasar. Proses penilaian di kelas dapat dibantu dengan menggunakan soal
literasi numerasi, karena dapat membekali siswa dengan pengetahuan,
keterampilan, nilai-nilai, dan sikap untuk mengolah informasi, mengambil
keputusan dan membuat tindakan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan soal literasi


numerasi berbasis Education for Sustainable Development (ESD) pada materi budi
daya tanaman di Sekolah Dasar”.

1. Rumusan Masalah

Permasalahan yang terdapat di Sekolah Dasar memang sangat beragam. Pada


pembelajaran IPA khususnya, banyak sekali permasalahan yang terjadi ketika
proses pembelajaran IPA ini dilaksanakan. Permasalahan-permasalahan yang ada
di Sekolah Dasar yaitu siswa belum terbiasa memecahkan soal berbasis literasi
numerasi karena guru belum membiasakan siswa dengan soal-soal berbasis literasi
numerasi. Dalam pembelajaran, guru masih sering memberikan soal yang tertutup
dan dapat langsung diselesaikan dengan penggunaan suatu rumus. Sehingga siswa
tidak bisa memecahkan permasalahannya sendiri. Serta kurangnya pengetahuan dan
pemahaman siswa pada konsep budi daya tanaman.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan
yang akan peneliti angkat adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana soal tes yang biasa digunakan di Sekolah Dasar pada umumnya?
b. Bagaimana rancangan pengembangan soal literasi numerasi berbasis ESD
pada materi budi daya tanaman di Sekolah Dasar?
c. Bagaimna hasil uji coba soal literasi numerasi berbasis ESD pada materi
budi daya tanaman di Sekolah Dasar?
d. Bagaimana produk akhir soal tes literasi numerasi berbasis ESD pada materi
budi daya tanaman di Sekolah Dasar?
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui soal tes yang biasa digunakan di Sekolah Dasar.
b. Mengembangkan soal tes literasi numerasi berbasis ESD pada materi budi
daya tanaman.
c. Memperoleh hasil dari uji coba soal literasi numerasi berbasis ESD pada
materi budi daya tanaman di Sekolah Dasar.
d. Menghasilkan produk akhir soal tes literasi numerasi berbasis ESD pada
materi budi daya tanaman di Sekolah Dasar.
3. Kegunaan Penelitian

Hasil dari diadakannya penelitian ini diharapka dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis.

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal-hal berikut.

1) Pengembangan pada proses pembelajaran IPA.


2) Memberikan informasi mengenai penggunaan virtual field trip dan
pembelajaran berbasis ESD.
3) Pengembangan soal literasi numerasi berbasis ESD sebagai instrumen
penilaian pada materi budi daya tanaman.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat.
1) Sekolah

Memberikan informasi untuk mengembangkan pembelajaran IPA dalam


instrumen penilaian berbentuk soal literasi numerasi berbasis ESD pada materi
budi daya tanaman.

2) Siswa

Memberikan pengalaman langsung kepada siswa mengenai soal literasi


numerasi pada materi budi daya tanaman.

3) Peneliti

Mengetahui berbagai permasalahan dalam pembelajaran, serta cara


menanggulangi permasalahan dalam pembelajaran IPA pada materi budi daya
tanaman dengan pengembangan soal literasi numerasi berbasis ESD.

4. Kajian Teori
a. Virtual Field Trip
Pembelajaran diluar kelas atau lebih dikenal dengan field trip atau studi
lapangan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan dan dilakukan semaksimal mungkin. Namun, seringkali dalam
pelaksaannya tehambat oleh beberapa kendala seperti keterbatasan biaya, jarak, dan
waktu. Kendala tersebut memunculkan inovasi dalam penggunaan metode belajar.
Virtual field trip (VFT) merupakan suatu metode visualisasi digital berbasis internet
dan personal komputer untuk mendukung pelaksaan stud i lapangan tanpa harus
meninggalkan ruang kelas. Selain itu, Virtual field trip digunakan untuk
memberikan kontrol yang lebih di tangan siswa pengguna, dengan memungkinkan
pengamatan dilakukan tanpa harus berada di tempat sebenarnya dan memiliki
kesempatan untuk mengeksplorasi lokasi yang diamati terutama yang tidak
memungkinkan untuk didatangi karena beragam alasan.
Tujuan dari penerapan VFT ini bukanlah untuk menggantikan field trip
konvensional, tetapi lebih kepada mengenalkan siswa ke dalam beragam aspek
yang tidak mudah diteliti langsung karena alasan keamanan, seperti lembah curam
(Treves, 2015). Selain itu, VFT dapat membangun kemampuan dasar untuk
menyiapkan siswa apabila suatu ketika diharuskan terjun langsung ke lapangan dan
sebagai latihan field trip konvensional, seperti mempersiapkan jarak tempuh, alat
yang sebaiknya dibawa, keanekaragaman biota, ataupun kesiapan fisik. Tujuan
lainnya dari pembuatan VFT yaitu sebagai sarana efisiensi waktu dibandingkan
dengan field trip konvensional dan sarana penyampaian hasil pengamatan di
lapangan, memudahkan akses bagi siswa penyandang disabilitas dan sudah
dipastikan aman untuk dijelajah (Treves, 2015).
Dengan menyiapkan bahan ajar dan materi sebelum pelaksanaan, siswa
diharapkan mampu menguasai topik tersebut sebelum terjun langsung ke lapangan
siswa juga dapat mengkaji ulang temuannya diakhir pembelajaran (Treves, 2015).
Dordervic dkk. (2008) meyakini bahwa field trip secara visual ini dibuat untuk
menciptakan pengalaman field trip yang nyata seperti menjelajah dengan berjalan
kaki ataupun dengan alat transportasi dan karakteristik VFT yang dibuat tergantung
kepada kebutuhan pengguna.
b. Pembelajaran berbasis ESD

Education for Sustainable Development (Pendidikan untuk Pembangunan


yang Berkelanjutan) didefinisikan sebagai pendidikan yang mendorong perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan sikap untuk memungkinkan
siswa yang lebih berkelanjutan dan adil bagi semua. Tujuan ESD tidak hanya
sekedar mencakup ranah pengetahuan saja, akan tetapi mencakup penanaman sikap,
perspektif, dan nilai yang memandu manusia untuk menjalani hidup berkelanjutan
dengan memperhatikan kehidupan untuk generasi berikutnya (Araujo, dkk.2005;
Gadotti, 2008). Oleh karena itu, dapat dipahami melalui implementasi ESD,
diharapkan dapat membantu meningkatkan kompetensi manusia dalam
pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai untuk menciptakan kehidupan yang
berkelanjutan. Menjadikan bumi sebagai tempat yang liveable. Menurut UNESCO,
ESD adalah belajar untuk:

• Menghormati, menghargai, dan melestarikan prestasi atau nilai-nilai


keberhasilan masa lalu
• Menghargai keajaiban-keajaiban dan orang-orang di muka bumi
• Menghuni/tinggal di dunia dimana semua orang memperoleh cukup makanan
untuk keh idupan yang produktif dan sehat
• Memanfaatkan, merawat, dan memperbaiki kondisi alam kita
• Membuat dan menikmati dunia yang lebih adil, aman, dan lebih baik
• Menjadi warga dunia yang lebih peduli dalam menggunakan hak-hak dan
tanggung jawab mereka secara lokal, nasional, dan global.

Pengimplementasian ESD dapat dilakukan melalui media yang digunakan


dalam pembelajaran seperti modul, buku teks, lembar kerja, dan games pada
perangkat berbasis android. Pengemasan ESD yang tepat dalam sebuah
pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar pada ranah
kognitif karena dalam pembelajarannya, siswa diminta untuk melakukan evaluasi
diri terkait hasil dan proses belajaranya.

c. Budi Daya Tanaman


1) Pengertian Budi Daya Tanaman
Budi daya tanaman adalah usaha yang dilakukan secara tersusun rapi dan juga
terencana untuk bisa memelihara dan juga mengembangbiakan suatu tanaman
tertentu agar tetap terjaga kelestarian nya dan juga bisa mendapatkan hasil yang
bermanfaat serta berguna untuk memenuhi kebutuhan hajat setiap manusia.
Budidaya adalah suatu upaya yang mampu menghasilkan bahan pangan ataupun
produk agroindustri lainnya dengan menggunakan sumber daya tumbuhan dan juga
menjadikan tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan juga tanaman pangan
sebagai objek budidaya.
2) Manfaat Budi Daya Tanaman
• Mendapatkan keuntungan dari sisi ekonomi, atau dari sisi konsumsi untuk bisa
dijadikan sebagai salah satu bahan pangan.
• Mendapatkan hasil yang maksimal dari hasil produksi budidaya yang berkualitas.
• Kegiatan budidaya bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengelola sumber
daya alam yang ada secara lebih maksimal. Aktivitas budidaya yang berhubungan
dengan tanaman akan turut membantu menciptakan udara yang bersih dan
lingkungan hidup yang lebih sejuk.
3) Macam – Macam Budi Daya Tanaman
a. Budi Daya Tanaman Hias

Tanaman hias merupakan berbagai jenis tanaman baik berbentuk terna,


merambat, semak, perdu, ataupun pohon yang berfungsi sebagai penghias. Adapun
Pengelompokan Tanaman Hias adalah sebagai berikut : Berdasarkan bagian tubuh
tanaman :

• Tanaman hias daun

• Tanaman hias bunga

• Tanaman hias buah

• Tanaman hias akar

b. Budi Daya Tanaman Pangan


Yaitu budidaya yang kegiatannya menanam tanaman yang dapat
menghasilkan karbohidrat dan protein serta dapat dikonsumsi. Banyak sekali orang
yang menanam tanaman jenis pangan karena hasilnya menguntungkan dari segi
ekonomi dan tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan orang banyak, beberapa
contoh tanaman pangan misalnya seperti: padi, gandum, kacang tanah, ubi jalar,
singkong, jagung dan lain-lain.
c. Budi Daya Tanaman Sayur
Yaitu kegiatan menanam tanaman yang dapat menghasilkan bahan pangan
dengan memanfaatkan sumber daya dari tumbuhan yang ditanam, dari hasil proses
produksi tanam menanam ini dapat menghasilkan tanaman yang dapat di konsumsi,
contoh sayuran yang sering di budidayakan kangkung, bayam, kol, selada dan lain-
lain.

d. Budi Daya Tanaman Buah

Yaitu kegiatan tanam menanam yang menghasilkan buah-buahan, sehingga


dari hasilnya bisa mendapatkan keuntungan, banyak sekali jenis tanaman buah-
buahan yang sering di budidayakan misalnya buah naga, anggur, jambu, apel, jeruk,
mangga, cabe, semangka, melon dan lain-lain. Dalam membudidayakan tanaman
biasanya masyarakat sering menanamnya secara langsung pada tanah lahan
pertanian atau dengan cara hidroponik tanpa menggunakan tanah.
d. Pemodelan Rasch
Rasch memberikan dua buah tes pada siswa kelas 4,5 dan 6 Sekolah Dasar
dan mendapatkan hasil bahwa siswa kelas 6 melakukan sedikit kesalahan menjawab
dibandingkan siswa kelas 4 dan 5 pada soal yang sama. Kemudian dia
menggambarkan grafik untuk menampilkan hasil dari kedua tes tersebut dan
mendapati bahwa error dari suatu tes berhubungan dengan error pada tes yang lain,
perbandingannya ternyata sama pada ketiga kelas yang diuji tersebut. Hal ini berarti
derajat kesulitan antara kedua tes sudah didapatkan. Jika hal ini dibandingkan,
didapati bahwa peluang untuk menjawab soal dengan betul sama ketika
kemampuan siswa dibandingkan dengan tingkat kesulitan soal. Rasch model
muncul dipopulerkan oleh Dr. Geoorg Rasch matematikawan dari Denmark.

Rasch (dalam Bond dan Fox, 2015). Mengemukakan bahwa “seseorang yang
memiliki abilitas lebih tinggi akan memiliki probabilitas yang lebih besar
untuk menjawab soal dengan benar. Hal yang sama juga berlaku untuk butir. Butir
yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi memiliki probabilitas untuk
menyelesaikan butir tersebut lebih rendah daripada butir yang lain.” […salah satu
keistimewaan rasch model adalah tidak tergantung pada sampel yang digunakan].
Pengukuran rasch secara bersamaan mengurutkan secara terstruktur soal dari yang
tersulit sampai termudah dan responden dari yang abilitasnya paling tinggi ke
paling rendah. Oleh karena itu adanya inkonsistensi jawaban dari responden (misfit)
ataupun pola yang tidak umum (outlier) akan bisa dideteksi.

e. Tes
Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan
secara meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah
laku individu. Dengan demikian, berarti sudah dapat dipastikan tes akan mampu
memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak diukur
baik berupa psikis maupun tingkah lakunya, sekaligus dapat membandingkan
antara seseorang dengan orang lain.
Tes mempunyai dua fungsi, yaitu: pertama, untuk mengukur tingkat
penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap
seperangkat tujuan tertentu, dan kedua, untuk menentukan kedudukan atau
perangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian
tujuan pembelajaran tertentu. Fungsi pertama lebih dititik beratkan untuk mengukur
keberhasilan program pembelajaran, sedangkan fungsi kedua lebih dititik beratkan
untuk mengukur keberhasilan belajar masing-masing individu peserta tes.
f. High Order Thinking Skills ( HOTS )
HOTS (High Order Thinking Skills) merupakan kemampuan berpikir yang
mengujikan pada tingkat yang lebih tinggi, dalam artian tidak hanya mengujikan
pada aspek ingatan atau hapalan saja, namun menguji sampai pada aspek analisis,
sintesis, dan evaluasi. HOTS (High Order Thinking Skills) atau berpikir tingkat
tinggi adalah suatu pencapaian kemampuan berpikir menuju kepada pemikiran
yang lebih tinggi tingkatannya. Maksud dari pemikiran yang lebih tinggi
tingkatannya tersebut adalah pemikiran yang lebih dari sekedar pengulangan fakta-
fakta. HOTS (High Order Thinking Skills) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu membuat keputusan, pemecahan
masalah, berpikir kreatif, dan berpikir kritis.
g. Soal Pilihan Ganda
Butir tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pernyataan (stem), yang
menampilkan suatu masalah (problem), dan beberapa alternatif jawaban (options
or choices), yang menyediakan beberapa jawaban terhadap masalah. Pernyataan
mungkin sebuah pertanyaan atau pernyataan yang tidak lengkap. Alternatif jawaban
meliputi jawaban benar dan beberapa jawaban salah yang dinamakan distraktor
(distractors). Fungsi dari distraktor untuk mengecoh siswa yang tidak pasti
(uncertain) dengan jawaban yang benar. Tipe lain dari butir pilihan ganda dalam
bentuk semua jawaban benar (the best answer), yang mana alternatif semua benar
tetapi hanya satu jawaban lebih benar dari yang lain. Tipe ini digunakan untuk hasil
belajar yang lebih komplek, sehingga siswa harus memilih alasan paling baik,
metode terbaik untuk melakukan sesuatu atau aplikasi terbaik dari sebuah prinsip.
Dengan demikian jawaban benar (correct answer) atau the best answer
digunakan bergantung pada hasil belajar yang diukur. Tipe butir pilihan ganda
meliputi tiga, empat, dan lima pilihan. Tentu pilihan lebih banyak akan mengurangi
peluang siswa untuk memperoleh jawaban yang benar dengan terkaan. Secara
teoritis, dengan lima alternatif pilihan hanya ada satu peluang dalam lima terkaan
jawaban, sedangkan dengan empat alternatif pilihan hanya ada satu peluang dalam
4 terkaan jawaban. Bagaimanapun lebih sulit membuat lima pilihan yang masuk
akal (plausible), dan butir-butir tidaklah bertambah baik (improved) dengan
menambahkan jawaban yang salah untuk mempunyai lima alternatif. Beberapa
mungkin berisi tiga, empat, dan lima alternatif, tergantung pada ketersediaan
distraktor yang masuk akal.
h. Soal Literasi Numerasi

Literasi numerasi merupakan suatu program penilaian berskala nasional yang


menjadi bagian dari instrumen Asesmen Nasional oleh Kemendikbud. Tes yang
digunakan untuk mengukur literasi numerasi berupa tes pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan uraian. Tes pilihan ganda
mengarahkan siswa untuk memilih satu jawaban benar berdasarkan beberapa
alternatif jawaban dalam satu soal, tes pilihan ganda kompleks mengarahkan siswa
untuk memilih lebih dari satu jawaban benar berdasarkan beberapa alternatif
jawaban dalam satu soal, tes menjodohkan mengarahkan siswa untuk menarik garis
dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan
jawabannya, tes isian singkat mengarahkan siswa untuk memberikan jawaban
secara singkat dan tes uraian, siswa dituntut untuk menjawab secara tertulis dalam
bentuk uraian.

Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan


berbagai macam angka dan simbol terkait dengan matematika dasar untuk
memecahkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari, selanjutnya
menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk serta
menginterpretasi hasil analisis untuk memprediksi dan mengambil keputusan.

Literasi numerasi terdiri dari tiga aspek berupa berhitung, relasi numerasi,
dan operasi aritmatik. Berhitung adalah kemampuan untuk menghitung suatu benda
secara verbal dan kemampuan untuk mengidentifikasi jumlah dari benda. Relasi
numerasi berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan kuantitas suatu benda
seperti lebih banyak, lebih sedikit, lebih tinggi, atau lebih pendek. Sementara itu,
operasi aritmatika adalah kemampuan untuk mengerjakan operasi matematika dasar
berupa penjumlahan dan pengurangan. Tiga aspek literasi numerasi yang telah
dijelaskan sebelumnya merupakan aspek dasar dalam pembelajaran matematika
yang penting diperkenalkan sejak usia dini hingga anak memasuki kelas rendah
(Mahmud dkk., 2019). Soal literasi numerasi memiliki prinsip dasar yaitu : bersifat
konstektual, sesuai dengan kondidi geografis, sosial budaya, selaras dengan
cakupan matematika dalam kurikulum 2013, dan saling bergantung dan
memperkaya unsur literasi lainnya.

B. Metodologi

1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan Design


Based Research (DBR), metode ini adalah salah satu metode pengembangan.
Sesuai dengan yang dikemukakan van den Akker (1999) menyatakan bahwa istilah
penelitian design research dimasukan ke dalam penelitian pengembangan
(developmental research), karena berkaitan dengan pengembangan materi dan
bahan pembelajaran. Pengertian Design Based Research (DBR) menurut Plomp
(2013, hlm. 15) design research adalah adalah suatu kajian sistematis tentang
merancang, mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pendidikan (seperti
program, strategi dan bahan pembelajaran, produk dan sistem) sebagai solusi untuk
memecahkan masalah yang kompleks dalam praktik pendidikan, yang juga
bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang karakteristik dari intervensi-
intervensi tersebut serta proses perancangan dan pengembangan.

Dengan demikian peniliti memilih metode Design Based Research (DBR),


mengembangkan dan merancang pembelajaran (seperti proses belajar, lingkungan
belajar, hasil dari belajar dan sejenisnya) yang fokus untuk memberikan solusi dari
permasalahan yang ada dan bertujuan memajukan pengetahuan dan memperoleh
hasil yang baik dari proses belajar. Sehingga dalam pengembangan soal literasi
numerasi berbasis ESD pada materi budi daya tanaman di Sekolah Dasar ini dapat
selaras dengan metode Design Based Research (DBR) yang digunakan. Oleh sebab
itu, peneliti menggunakan desain yang dikemukakan oleh Reeves (dalam
Lidinillah,hlm 11 ).
Langkah-langkah penelitian Design Based Research adalah sebagai berikut:
Design Based Research

Identifikasi Pengembangan Melakukan Refleksi untuk


dan analisis solusi yang proses menghasilkan
masalah oleh didasarkan dari berulang principle
peneliti dan informasi yang untuk design dan
praktisi didapat/teori, menguji dan meningkatkan
dengan cara prinsip-prinsip memperbaiki implementasi
desain dan dari solusi
kolaboratif sebagai solusi
inovasi teknologi secara praktis
secara praktis

Perbaikan masalah, solusi, metode, dan prinsip desain

Tahapan Design Based Research

Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah dilakukan Reeves maka


penulis pun memakai langkah-langkah pengembangan yang akan dilakukan :

a. Identifikasi dan analisis masalah oleh peneliti dan praktisi dengan cara
kolaboratif
Tahapan awal penelitian ini, peneliti menganalisis dan mengidentifikasi
masalah mengenai pengembangan soal literasi numerasi berbasis ESD pada materi
budi daya tanaman dan identifikasinya peneliti berencana untuk mewawancarai
guru terkait permasalahan tersebut. Melalui studi literatur pada penelitian yang
relevan, studi pendahuluan melalui kajian pustaka.
b. Pengembangan solusi yang didasarkan dari informasi yang didapat/teori,
prinsip-prinsip desain dan inovasi teknologi
Peneliti merancang soal tes literasi numerasi tipe HOTS berbasis ESD topik
budi daya tanaman berdasarkan langkah-langkah yang telah dikaji, berkonsultasi
kepada ahli mengenai struktur soal yang dibuat, berkonsultasi dengan praktisi
pendidikan seperti dosen dan guru Sekolah Dasar.
c. Melakukan proses berulang untuk menguji dan memperbaiki sebagai solusi
secara praktis
Tahap ini yaitu melakukan uji coba terhadap produk yang telah
dikembangkan yaitu pengembagan soal literasi numerasi tipe HOTS berbasis ESD,
apabila masih terdapat kekurangan maka produk diperbaiki sesuai dengan umpan
balik yang didapat dari validator dan responden sehingga produk akhir lebih bagus.

d. Refleksi untuk menghasilkan principle design dan meningkatkan implementasi


dari solusi secara praktis

Tahap ini yaitu merefleksi produk yang telah dikembangkan dimulai dari
tahapan-tahapan yang sudah dilakukan yaitu identifikasi dan analisis masalah,
mengembangkan solusi, melalui uji coba secara berulang dan yang terakhir yaitu
melakukan refleksi terhadap pengembangan soal literasi numerasi tipe HOTS
berbasis ESD.
2. Partisipan dan Tempat Penelitian
a. Partisipan Penelitian
Partisipan dari penelitin pengembangan soal literasi dan numerasi berbasis
ESD dalam materi budi daya tanaman hias di sekolah dasar adalah siswa kelas IV
di SDN Citapen, siswa kelas IV SDN Galunggung, dan siswa kelas IV yang ada
dilingkungan sekitar peneliti. Dimana siswa kelas IV sebagai subjek utama
penlitian yang menjadi dasar uji coba pengembangan soal literasi dan numerasi
berbasis ESD ini dan guru SDN Citapen dan SDN Galunggung sebagai pemberi
nilai dan masukan mengenai pengembangan soal literasi dan numerasi berbasis
ESD ini.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SDN Citapen yang tertelak di Jalan Tentara Pelajar
No 16, Empangsari, Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, dengan kode pos
46113, dan SDN Galunggung yang terletak di Jln. Galunggung no.14, Tawangsari,
Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya, Provinis Jawa Barat.
3. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Teknik Analisis data
pada penelitian kualitatif dilakukan pada keadaan alamiah yang berarti bahwa tidak
ada rekayasa pada saat pengumpulan data. Sebagaimana dikemukakan oleh
Sugiyono (2012, hlm. 225), “Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan pada natural setting ( kondisi yang alamiah ), sumber data primer, dan
teknik analisis data lebih banyak pada observasi berperanserta ( participant
observation ), wawancara mendalam ( in depth interview ) dan dokumentasi.
4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk


mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun dalam penelitian
ini instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman wawancara, lembar
expert judgement, dan lembar angket siswa. Sugiyono (2012, hlm. 222)
menyatakan “ Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analilisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya.” Instrumen yang digunakan oleh peneliti sebagai
berikut:

a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan yang disusun dan harus dijawab
oleh responden. Pedoman wawancara digunakan untuk melakukan studi
pendahuluan dan ketika melakukan uji coba kepada responden.
b. Lembar Expert Judgement
Untuk mengetahui validitas isi dapat dilakukan dengan melihat apakah item-
item dalam tes yang ditulis sesuai dengan blue print. Artinya apakah sesuai dengan
batasan domain ukur yang telah ditetapkan dan sesuai ukuran dengan indikator
perilaku yang akan diungkapkan. Sebuah validitas ini harus diuji oleh ( expert
judgement ) atau penilai ahli sesuai dengan bidangmya dengan menggunakan
lembar expert judgement.
c. Lembar Angket Siswa
Lembar angket siswa adalah lembar yang berisi tentang respon siswa terhadap
pengembangan soal literasi numerasi berbasis ESD pada materi budi daya tanaman.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2016, hlm 333) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,
data diperoleh dari berbagai macam dan dari berbagai cara yang dilakukan secara
terus menerus sampai jenuh. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
yaitu adalah sebagai berikut:
a. Wawancara

Sugiyono (2012, hlm 231) menyatakan bahwa wawancara merupakan


pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara
dirasakan dalam setiap penelitian, pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk
mengetahui secara mendalam mengenai lingkungan penelitian, instrumen penilaian
yang digunakan, respon siswa terhadap soal literasi dan numerasi, serta
mengidentifikasi berbagai permasalahan yang timbul saat pembelajaran
berlangsung.

b. Expert Judgement

Uji kualitatif oleh para panel ahli merupakan disebut tahap pengujian valid itas
skala. Item disusun dalam format review dengan tujuan mendapatkan penilaian
review ahli (expert judgement). Item-item terseleksi dalam uji tahap kualitatif ini
ditentukan oleh kesepakatan para ahli bahwa item yang bersangkutan logis dalam
mengungkap indikator yang dimaksud atau mencapai logical validity.

c. Focus Group Discussion (FGD)

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan FGD memiliki tujuan untuk


menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik
ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan
hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.

d. Angket
Angket merupakan Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cata
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Angket dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka,
dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau
internet.
6. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian digunakan sebagai acuan peneliti dalam melakukan


penelitian agar penelitian ini dapat berjalan dan terlaksana dengan tepat waktu.
Berikut jadwal penelitian yang peniliti rencanakan yaitu :
No Bulan

Jenis kegiatan Desember Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penentuan topik penelitian

2. Perancangan studi literatur

3. Pelaksanaan studi literatur

4. Penyusunan Proposal

5. Seminar Proposal

6. Perencanaan desain research

7. Perumusan desain research

8. Uji coba pengembangan

9. Pengumpulan data

10. Mengolah dan menganalisis


data

11. Melakukan rancangan


perbaikan

12. Menyusun pengembangan

13. Mengumpulkan,mengolah
dan menganalisis data

14. Refleksi
7. Daftar Pustaka

Ambiyar. 2011. Pengukuran dan Tes dalam Pendidikan. Padang. UNP PRESS.
Araujo M.V.D. et al. (2005). Teaching a Sustainable Lifestyle with the Earth
Charter, Guideline for Second Cycle Teachers of Basic General Education.
Costa Rica: Editorama.
Bond, T.G. and Fox, C.M. ( 2015 ). Applying The Rasch Model, Fundamentals,
Measurement in the human science. 3rd edition. New York: Routledge.
Dasar DIS. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran
Dengan Model Latihan Penelitian Di Sekolah Dasar. PEDADIDAKTIKA J
Ilm Pendidik Guru Sekol Dasar. 2016;3(2):217-227.
Dordevic, M. M., & Wild, S. C. ( 2012 ). Avatars and multi Student Interactions
in google Earth Based Virtual Field Experiences. Geological Society of
America Special Papers, 492 : 315-321.
Field V. Assimilation : 2019;7260(1):29-34.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budi Daya Tanaman Jilid 1. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
Hartini T. PEMETAAN HOTS SISWA BERDASARKAN STANDAR PISA
DAN TIMSS UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN.
2018;7(1):83-92.
Hendro Darmodjo & Jenny R. E Kaligis. ( 2006 ). Pendidikan IPA II. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru SD
Indrati DA, Hariadi PP. ESD ( Education for Sustainable Development ) Melalui
Pembelajaran Biologi. Symp Biol Educ. 2016;12:371-382.
Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO. Pendidikan Untuk Pembangunan
Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) Di Indonesia.;
2014.
Latip AE. Evaluasi Pembelajaran di SD dan MI. Published online 2018.
Lidinillah, D. A. M. ( 2011 ). Education design Research: a theoretical framework
for action. [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/KD-
TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD
TASIKMALAYA ) (12 Oktober 2013)
Mahmud, M.F. & Pratiwi, I.M. ( 2019 ). Literasi Numerasi Siswa dalam
pemecahan masalah tidak terstruktur. Diakses online dari :
https://www.researchgate.n et
Media P. Pengembangan Media .... – Vanisa- ||158. 2012;(2001):158-164.
Meilani D, Aiman U. Implementasi Pembelajaran Abad 21 terhadap Hasil Belajar
IPA Peserta Didik dengan Pengendalian Motivasi Belajar. © 2020-
Indonesian J Prim Educ. 2020;4(1):19-24.
Mulyasa. 2006. Kurikulum yang disempurnakan. Bandung : PT. Remaja.
N Triningsih. Pembelajaran IPA Di SD. J Chem Inf Model. 2011;53(9):16891699.
Order H, Skills T. 2015. Published online 2015:187-195.
Perkembangan D, Pendidikan T, Indonesia DI. Prosiding seminar nasional
pendidikan program pascasarjana universitas pgri palembang 03 mei 2019.
Published online 2019:18-25.
Plomp t. 2013. Educational Design Research. Diakses online dari :
http://international.slo.nl/publications/edr/enschede
Perdana R, Suswandari M. Literasi Numerasi Dalam Pembelajaran Tematik Siswa
Kelas Atas Sekolah Dasar. Absis Math Educ J. 2021;3(1):9.
doi:10.32585/absis.v3i1.1385
Purnamasari S, Hanifah AN. Education for Sustainable Development (ESD)
dalam Pembelajaran IPA. JKPI J Kaji Pendidik IPA. 2021;1(2):53-61.
https://journal.uniga.ac.id/index.php/jkpi/article/view/1281
Rohmah L. Implementasi Kurikulum Berbasis Education For Sustainable
Development (ESD) Di SDIT Internasional Luqman Hakim Yogyakarta. Al-
Bidayah J Pendidik Dasar Islam. 2014;6(2):217-234.
https://jurnal.albidayah.id/index.php/home/article/view/139
Rohim DC, Rahmawati S, Ganestri ID. Konsep Asesmen Kompetensi Minimum
Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Sekolah Dasar untuk Siswa.
J Varidika. 2021;33(1):54-62. doi:10.23917/varidika.v33i1.14993
Sari Y, Cahyaningtyas AP, Maharani MM, Yustiana S, Kusumadewi RF.
Meningkatkan kemampuan menyusun soal IPA berorientasi HOTS bagi
guru Sekolah Dasar Gugus Pandanaran Dabin IV UPTD Semarang Tengah.
2019;1(2):175-183.
Sd BG, Iv MIK. Peduli Terhadap Makhluk Hidup.; 2017.
Srini M. Iskandar. ( 1996/1997 ). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung:
CV. Maulana
Sugiyono. ( 2012 ). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung
: Alfabeta
Sugiyono. ( 2016 ). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung
: Alfabeta
Sumintono B, Malaya U, Pendahuluan I, Pendidikan P. PENILAIAN
KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI : Published online
2021:19-32.
Supriatna N, Romadona NF, Saputri AE, Darmayanti M, Indonesia UP.
IMPLEMENTASI EDUCATION FOR SUSTAINABLE
DEVELOPMENT ( ESD ) MELALUI ECOPEDAGOGY DALAM. :80-86.
Treves, R., Viterbo, P. & Haklay, M. ( 2015 ). Footprints in the sky: uusing
Student Track Logs from A “Birds Eye View” Virtual Field Trip to Enhance
Learning. School of Geography and Environment, 39(1):97-110.
Van dan Akker, J. ( 1999 ). Principles and methods of development research.
Design approaches and tools in education and training. Kluwer Academic
Publishers.
Widiana IW. Pen gembangan Asesmen Proyek Dalam Pembelajaran Ipa Di
Sekolah Dasar. JPI (Jurnal Pendidik Indones. 2016;5(2):147.
doi:10.23887/jpi- undiksha.v5i2.8154
Zamzania AWH, Aristia R. Jurnal Wulan Adea. Univ Muhammadiyah Sidoarjo.
Published online 2018:1-13. http://eprints.umsida.ac.id/4050/1/Evaluasi
pembelajaran Adea_Risa-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai