Makalah Kelompok 2 - Kode Etik Profesi Dan Kode Etik Guru
Makalah Kelompok 2 - Kode Etik Profesi Dan Kode Etik Guru
“ Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan dengan dosen
pengampu Dr. Jonni Mardizal, M.M “
Oleh Kelompok 2 :
Fakultas Teknik
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT / Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena Beliau telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kode Etik Profesi Dan Kode Etik Guru” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas “Hukum
Ketenagakerjaan” yang diberkan oleh Dr. Jonni Mardizal, M.M. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bu Dr. Jonni Mardizal, M.M., selaku Dosen
Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.............................................................................................................13
B. SARAN.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Menambah wawasan mengenai kode etik profesi dan kode etik guru
Mengetahui apa saja bentuk kode etik profesi dan guru
Memenuhi tugas mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, “kode etik” berarti pola aturan,tata cara, tanda, pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berprilaku. Etis berarti
sesuai dengan nilai- nilai, dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau
masyarakat tertentu.
Dalam kaitannya dengan istilah profesi, kode etik merupakan tata cara atau
aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian Pasal 28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode
etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan “. (Ibd). Kode etik Guru Ind.: sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua
Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat Ketua Umum
PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat
dua unsur pokok yakni : sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku.
(Ibid) Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah
norma norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma
tersebut berisi petunjuk petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana
mereka melaksanakan profesinya dan larangan larangan yaitu ketentuan ketentuan
tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.
2
(Ibid).
Dari uraian tersebut, kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk bagi
para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesi dan larangan-
larangannya.
2. Pengertian guru
Dari beberapa pengertian di atas jelas sekali bahwa guru profesional adalah
orang yang terlibat dalam pendidikan yang tugasnya tidak hanya sekedar
mentransfer ilmu dari guru kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu. Guru
berperan sebagai pengganti orang tua di sekolah yang tugasnya mengarahkan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan dan menjadikan mereka menjadi manusia
seutuhnya melalui teladan yang bisa dicontoh, semangat atau dorongan untuk
3
menjadi lebih baik dan bimbingan atau arahan agar selalu pada jalur kebenaran
dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Guru mempunyai beban atau
tugas untuk menumbuhkan kemampuan peseta didik agar dapat meningkatkan dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti tujuan pendidikan yang tertera pada
UUD 1945 alinea 4, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Pengertian profesi
Suatu jabatan atau pekerjaan yang diperoleh melalui latihan khusus yang
memadai. (Liberman)
Suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan yang
relatif lama dan khusus pada tingkat pendidikan tinggi yang
pelaksanaannya diatur oleh kode etik tersendiri, dan menuntut tingkat
kearifan atau kesadaran serta pertimbangan pribadi yang tingi. {World
Confederation of Organization for Teaching Profession (WCOTP)}
Suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab,
dan kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut. (Dedi Supriadi)
Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau
pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan itu. (Sikun Pribadi, 1976)
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R.
Hermawan S, 1979):
1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar
atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh
4
terhadap profesi yang bersangkutan.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang
perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4) Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.
5
Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik
guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya kode etik
tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap
kewajibannya. Jadi substansi diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya
untuk menambah kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap baik.
Fungsi kode etik seperti itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Gibson dan
Mitchel ( 1995: 449 ), yang lebih menekankan pada pentingnya kode etik tersebut
sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota suatu profesi dan pedoman
bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta pertanggung jawaban jika
ada anggota profesi yang bertindak diluar kewajaran sebagai seorang profesional.
Biggs and blocher (1986: 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik, yaitu:
1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa profesi
guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu dalam
memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
6
Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah
secara kurang proporsional. Guru diharapkan mampu menjalin hubungan harmonis,
dinamis, kooperatif, dengan teman sejawat, siswa, orang tua siswa, pimpinan,
masyarakat, dan dengan misi tugasnya sendiri.
Kode etik merupakan sesuatu yang sangat penting. Sebab, kode etik adalah
aturan-aturan untuk bertingkah laku sehingga pada profesi apapun tentu memiliki
kode etiknya masing-masing. Apalagi kode etik merupakan salah satu syarat untuk
sesuatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi. Ada beberapa kriteria yang
menjadi standar yang harus dipenuhi sehingga suatu pekerjaan dapat dikatakan
sebagai profesi diantara lain:
Harus mendapat pengakuan dari pemerintah dan masyarakat
Adanya kode etik
Mempunyai organisasi profesi yang menaungi
Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup.
Jelas sekali bahwa yang namanya kode etik adalah suatu yang sangat urgent,
disamping sebagai syarat guru bisa dikatakan sebagai profesi , kode etik juga yang
akan menjadi salah satu panduan bagaimana tingkah laku pelaku profesi tersebut.
7
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dam martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian
8
tanggungjawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa
kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbua tan di dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari- hari.
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu kongres
organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan
secara perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi, sehingga orang- orang
yang tidak menjadi anggota profesi, tidak dapat dikenakan
9
menegakkan disiplin di tangan profesi tersebut, jika semua orang yang
menjalankan profesi tersebut bergabung dalam profesi yang bersangkutan.
10
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Seperti halnya profesi lain, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam
suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan. Cabang dan Pengurus Daerah
PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam Kongres ke XIII di Jakarta
tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun
1989 juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah
disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut.
11
5. Organisasi profesi guru
Dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa: "Organisasi profesi guru adalah
perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk
mengembangkan profesionalitas guru". Lebih lanjut dijelaskan hal- hal sebagai
berikut.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kaitannya dengan istilah profesi, kode etik merupakan tata cara
atau aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu
profesi. kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk bagi
para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesi dan
larangan-larangannya.
Kode Etik Guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-
nilai dan norma- norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik
dalam suatu sistem yang utuh. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam pergaulan hidup sehari- hari di masyarakat. Dengan
demikian, Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Seperti halnya
profesi lain, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang
dihadiri oleh seluruh utusan. Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh
penjuru tanah air, pertama dalam Kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, dan
kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun 1989 juga di
Jakarta.
B. SARAN
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.
13
DAFTAR PUSTAKA
14