Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Kode Etik Profesi Dan Kode Etik Guru

“ Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan dengan dosen
pengampu Dr. Jonni Mardizal, M.M “

Oleh Kelompok 2 :

Rindu Elisany 19061018

Purnama Ahsani 19061015

Winna Sabarni 19061022

Mutiara Asti 19061014

Elgi Rahman 19061029

Ditya Wahyuni Wulandari 19061028

Pendidikan Teknik Bangunan

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Padang

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT / Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena Beliau telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kode Etik Profesi Dan Kode Etik Guru” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas “Hukum
Ketenagakerjaan” yang diberkan oleh Dr. Jonni Mardizal, M.M. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bu Dr. Jonni Mardizal, M.M., selaku Dosen
Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sungai Rumbai, 12 Oktober 2021

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah............................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................................................2

A. Konsep Kode Etik, Guru, Dan Profesi............................................................................2

B. Tujuan Dan Fungsi Kode Etik Profesi Keguruan...........................................................4

C. Kode etik profesi dan kode etik guru..............................................................................7

BAB III.....................................................................................................................................13

PENUTUP................................................................................................................................13

A. KESIMPULAN.............................................................................................................13

B. SARAN.........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan
pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan
memenuhi tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan
kehidupannya. Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya
apapun yang dilakukan dalam konteks pendidikan seyogyanya terfokus pada
upaya memfasilitasi proses perkembangan individu sesuai dengan nilai agama dan
kehidupan yang dianut.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi proses
perkembangan individu adalah dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang
terkait langsung dengan dunia pendidikan yaitu guru. Salah satu ujung tombak
tercapainya tujuan pendidikan adalah adanya peran guru. Ditangan para guru
masa depan pendidikan akan terlaksana, karena guru merupakan salah satu unsur
yang berhadapan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran secara nyata.

1.2 Tujuan

 Menambah wawasan mengenai kode etik profesi dan kode etik guru
 Mengetahui apa saja bentuk kode etik profesi dan guru
 Memenuhi tugas mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan

1.3 Rumusan Masalah

 Apa konsep kode etik, guru, dan profesi ?


 Apa tujuan dan fungsi kode etik profesi keguruan ?
 Bagaimana kode etik profesi dan kode etik guru ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kode Etik, Guru, Dan Profesi

1. Pengertian kode etik

Secara etimologis, “kode etik” berarti pola aturan,tata cara, tanda, pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berprilaku. Etis berarti
sesuai dengan nilai- nilai, dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau
masyarakat tertentu.

Dalam kaitannya dengan istilah profesi, kode etik merupakan tata cara atau
aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian Pasal 28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode
etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan “. (Ibd). Kode etik Guru Ind.: sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua
Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat Ketua Umum
PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat
dua unsur pokok yakni : sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku.
(Ibid) Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah
norma norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma
tersebut berisi petunjuk petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana
mereka melaksanakan profesinya dan larangan larangan yaitu ketentuan ketentuan
tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.

2
(Ibid).

Dari uraian tersebut, kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk bagi
para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesi dan larangan-
larangannya.

2. Pengertian guru

Secara umum dalam Bahasa Indonesia pengertian guru adalah merujuk


sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sedangkan
pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, di sana
dikatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.

Dan kalau kita membuka kembali semboyan pendidikan oleh Ki Hadjar


Dewantara tentang tiga asas pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut wuri Handayani. Yang implementasinya dalam pendidikan dapat
dipahami bahwa guru sebagai pendidik yaitu:
 Ing Ngarso Tuludo, bahwa di depan seorang guru harus dapat memberikan
contoh atau teladan yang baik bagi kepada siswa-siswinya.
 Ing Madya Mangun Karsa, guru adalah pendidik yang berada di tengah
siswanya mampu memberikan dorongan atau semangat untuk berkarya.
 Tut Wuri Handayani, di belakang guru adalah pendidik yang mampu
mengarahkan atau menopang siswa-siswinya pada jalan yang benar.

Dari beberapa pengertian di atas jelas sekali bahwa guru profesional adalah
orang yang terlibat dalam pendidikan yang tugasnya tidak hanya sekedar
mentransfer ilmu dari guru kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu. Guru
berperan sebagai pengganti orang tua di sekolah yang tugasnya mengarahkan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan dan menjadikan mereka menjadi manusia
seutuhnya melalui teladan yang bisa dicontoh, semangat atau dorongan untuk

3
menjadi lebih baik dan bimbingan atau arahan agar selalu pada jalur kebenaran
dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Guru mempunyai beban atau
tugas untuk menumbuhkan kemampuan peseta didik agar dapat meningkatkan  dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti tujuan pendidikan yang tertera pada
UUD 1945 alinea 4, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Pengertian profesi

Dibawah ini dikemukakan beberapa pengertian tentang profesi:

 Suatu jabatan atau pekerjaan yang diperoleh melalui latihan khusus yang
memadai. (Liberman)
 Suatu jabatan atau pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan yang
relatif lama dan khusus pada tingkat pendidikan tinggi yang
pelaksanaannya diatur oleh kode etik tersendiri, dan menuntut tingkat
kearifan atau kesadaran serta pertimbangan pribadi yang tingi. {World
Confederation of Organization for Teaching Profession (WCOTP)}
 Suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab,
dan kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut. (Dedi Supriadi)
 Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau
pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan itu. (Sikun Pribadi, 1976)

B. Tujuan Dan Fungsi Kode Etik Profesi Keguruan

1. Tujuan kode etik profesi keguruan

Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R.
Hermawan S, 1979):
1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar
atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh

4
terhadap profesi yang bersangkutan.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan

Yang di maksud kesejahteraan disini meliputi baik kesejahteraan batin


(spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi,
kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk
melakukan perbuatan- perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang
bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para
anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang
perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4) Untuk meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.

5) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam


membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap


anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

2. Fungsi kode etik profesi keguruan

5
Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik
guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya kode etik
tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap
kewajibannya. Jadi substansi diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya
untuk menambah kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap baik.

Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik mengemukakan


empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri. Keempat fungsi kode etik tersebut
sebagai berikut.
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai
acuan.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat,
dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas. (Ibid).

Fungsi kode etik seperti itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Gibson dan
Mitchel ( 1995: 449 ), yang lebih menekankan pada pentingnya kode etik tersebut
sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota suatu profesi dan pedoman
bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta pertanggung jawaban jika
ada anggota profesi yang bertindak diluar kewajaran sebagai seorang profesional.

Biggs and blocher (1986: 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik, yaitu:

1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.

4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa profesi
guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu dalam
memecahkan masalah dan mengembangkan diri.

6
Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah
secara kurang proporsional. Guru diharapkan mampu menjalin hubungan harmonis,
dinamis, kooperatif, dengan teman sejawat, siswa, orang tua siswa, pimpinan,
masyarakat, dan dengan misi tugasnya sendiri.

C. Kode etik profesi dan kode etik guru

1. Kode etik profesi dan kode etik guru

Kode etik merupakan sesuatu yang sangat penting. Sebab, kode etik adalah
aturan-aturan untuk bertingkah laku sehingga pada profesi apapun tentu memiliki
kode etiknya masing-masing. Apalagi kode etik merupakan salah satu syarat untuk
sesuatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi. Ada beberapa kriteria yang
menjadi standar yang harus dipenuhi sehingga suatu pekerjaan dapat dikatakan
sebagai profesi diantara lain:
 Harus mendapat pengakuan dari pemerintah dan masyarakat
 Adanya kode etik
 Mempunyai organisasi profesi yang menaungi
 Profesi harus diambil sebagai pemenuhan  panggilan hidup.

Jelas sekali bahwa yang namanya kode etik adalah suatu yang sangat urgent,
disamping sebagai syarat guru bisa dikatakan sebagai profesi , kode etik juga yang
akan menjadi salah satu panduan bagaimana tingkah laku pelaku profesi tersebut.

 Kode etik seorang guru yaitu:


1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan bertanggung jawab bersama
terhadap pendidikan

7
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dam martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian

Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang


pendidikan.Demikian juga bahwa guru bisa dikatakan sebagai guru
profesional ketika ia memiliki kompetensi dasar sebagai guru. Kompetensi guru
menjadi suatu hal yang sangat penting dalam mengelola pengajaran kepada peserta
didik. Adapun kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan professional. Melihat tugas dan peran guru yang begitu
kompleks dengan tugas yang sangat berat yaitu untuk menjadikan anak-anak bangsa
menjadi seorang yang memiliki kecerdasan IQ, EQ, dan SQ sehingga bisa menjadi
manusia seutuhnya. Dengan begitu maka Implikasinya adalah kemajuan bangsa.
Sebuah proses panjang yang tidak bisa langsung dinikmati dengan sekejap mata.
Untuk menunjang keberhasilan pencapaian tugas yang berat ini maka perlu bagi
semua pihak agar mau berbenah serta mendukung. Tak hanya dari segi guru tetapi
semua pihak juga harus ikut berbenah agar dapat menunjang keberhasilan
pendidikan Indonesia.

Interpretasi tentang kode etik belum memiliki pengertian yang sama.


Berikut ini disajikan beberapa pengertian kode etik.

 Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian.


Pasal 28 menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik
sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan". Dalam Pen- jelasan Undang-undang tersebut dinyatakan dengan
adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, Abdi
Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup
sehari- hari. Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu
digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan

8
tanggungjawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa
kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbua tan di dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari- hari.

 Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan


bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiaan bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua
unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai
pedoman tingkah laku.

 Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan


sebagai berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi
guru membentuk kode etik; (2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalan.

Dari beberapa pengertian tentang kode etik di atas, menunjukkan bahwa


kode etik suatu profesi merupakan norma- norma yang harus diindahkan dan
diamalkan oleh setiap anggotanya dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup
sehari- hari di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk
bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan- larangan, tentang apa
yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesi, tetapi dalam pergaulan hidup sehari- hari di dalam masyarakat.

2. Penetapan kode etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu kongres
organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan
secara perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi, sehingga orang- orang
yang tidak menjadi anggota profesi, tidak dapat dikenakan

Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam

9
menegakkan disiplin di tangan profesi tersebut, jika semua orang yang
menjalankan profesi tersebut bergabung dalam profesi yang bersangkutan.

Jika setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis


bergabung dalam suatu organisasi, maka ada jaminan bahwa profesi tersebut
dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang
melakukan pelanggaran serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

3. Sanksi pelanggaran kode etik

Seringkali negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal- hal yang


semula hanya merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat meningkat
menjadi peraturan hukum atau undang- undang. dengan demikian, maka aturan
yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat
menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi yang sifatnya memaksa, baik
berupa aksi perdata maupun pidana.Sebagai contoh dalam hal ini jika seseorang
anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota
profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu serius, maka dituntut di muka
pengadilan. Pada umumnya karena kode merupakan landasan moral, pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan; sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah
sanksi moral. Barang siapa melanggar kode etik, akan mendapat cela dari rekan-
rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah pelanggar dikeluarkan
dari organisasi profesi.

4. Kode etik guru indonesia

Kode Etik Guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-


nilai dan norma- norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik
dalam suatu sistem yang utuh. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam pergaulan hidup sehari- hari di masyarakat. Dengan
demikian, Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk

10
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Seperti halnya profesi lain, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam
suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan. Cabang dan Pengurus Daerah
PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam Kongres ke XIII di Jakarta
tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun
1989 juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah
disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut.

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian


terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang
Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujdunya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru
Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan mendominasi dasar-
dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar- mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan

11
5. Organisasi profesi guru
Dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa: "Organisasi profesi guru adalah
perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk
mengembangkan profesionalitas guru". Lebih lanjut dijelaskan hal- hal sebagai
berikut.

(1) Guru dapat membentuk organisasi profesi


yang bersifat independen.
(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan
profesi, meningkatkan kompetensi, karier,
wawasan kependidikan, perlindungan
profesi. kesejahteraan, dan pengabdian
 Pasal 41 kepada masyarakat.
(3) Guru wajib menjadi anggota organisasi
profesi.
(4) Pembentukan organisasi profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai peraturan perundang-
undangan.
(5) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
dapat memfasilitasi organisasi profesi guru
dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan profesi guru.
Organisasi profesi guru mempunyai
kewenangan:
(1) menetapkan dan menegakkan kode etik
 Pasal 42 guru;
(2) memberikan bantuan hukum kepada
guru;
(3) memberikan perlindungan profesi guru;
(4) melakukan pembinaan dan
pengembangan profesi guru; dan
(5) memajukan pendidikan nasional.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam kaitannya dengan istilah profesi, kode etik merupakan tata cara
atau aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu
profesi. kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk bagi
para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesi dan
larangan-larangannya.
Kode Etik Guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-
nilai dan norma- norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik
dalam suatu sistem yang utuh. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam pergaulan hidup sehari- hari di masyarakat. Dengan
demikian, Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Seperti halnya
profesi lain, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang
dihadiri oleh seluruh utusan. Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh
penjuru tanah air, pertama dalam Kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, dan
kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI ke XVI tahun 1989 juga di
Jakarta.

B. SARAN
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta

UU SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th 2003). Jakarta : Sinar

Grafika Guru Profesional: Untuk Pendidikan Bermutu


Indah nurul.2013. tujuan dan fungsi kode etik guru
http://indahnurulw.blogspot.co.id/2013/11/tujuan-dan-fungsi-kode-etik-guru.html.( diakses
pada 12 oktober )

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional

Hamalik, Oemar. (2004). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.


Jakarta : Bumi Aksara

Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan


Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.

Bandung : Remaja Rosdakarya


Supriadi, Dedi. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru.

Yogyakarta : Adicita Karya Nusa


Surya, Mohamad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Yayasan
Bhakti Winaya

14

Anda mungkin juga menyukai